Anda di halaman 1dari 10

UROLITHIASIS

DISUSUN OLEH

TASYA FAKHIRA HARAHAP

2002101010034

KELAS 4 DIAGNOSIS KLINIK

DOSEN PENGAMPU: DRH. NANDA YULIANSYAH, M. SI

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

BANDA ACEH

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Gangguan pada sistem perkencingan merupakan salah satu dari berbagai masalah yang
dapat terjadi pada hewan kesayangan, terutama kucing. Urolithiasis, gagal ginjal, infeksi saluran
kencing merupakan contoh gangguan pada sistem perkencingan yang kerap menjadi masalah pada
kucing. Berdasarkan keunikan dan daya tarik yang dimiliki oleh kucing menjadikan kucing sebagai
hewan yang menarik perhatian masyarakat untuk dikembangbiakan dan dipelihara. Kecintaan
terhadap kucing peliharaan menjadikan pemilik kucing memberikan pakan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan gizi kucing. Komposisi dan cara pemberian pakan yang kurang tepat dapat
menyebabkan ketidakseimbangan nutrisi dalam tubuh kucing tersebut. Pakan yang kurang tepat
dapat berpengaruh terhadap tingkat keasaman (pH) urin, volume urin, dan konsentrasi urin yang
dapat menyebabkan terbentuknya mineral berlebih pada urin

Urolithiasis merupakan kondisi terbentuknya kalkuli akibat terjadinya supersaturasi pada


urin yang terdiri dari satu atau beberapa jenis mineral yakni kalsium, oksalat, dan fosfat yang dapat
bergerak turun sepanjang ureter, vesika urinaria, dan uretra. Urolithiasis lebih sering terjadi pada
kucing jantan dibandingkan dengan kucing betina dan hewan yang terserang umumnya berumur
antara 1-7 tahun

Masalah kesehatan ini mengganggu VU dan uretra kucing. Gangguan pada uretra
disebabkan oleh struktur uretra kucing jantan yang berbentuk seperti tabung, memiliki bagian yang
menyempit sehingga sering menimbulkan penyumbatan urin asal VU ke luar tubuh. Kristal urin
yang paling sering ditemukan yaitu kalsium oksalat dengan persentase kejadian 46,3% dan
magnesium amonium fosfat 42,4%. Partikel yang mengendap kemudian mengkristal dan dapat
bertambah besar ukurannya, memperparah kerusakan sehingga menimbulkan gejala klinis pada
hewan.

Urolith yang terbentuk dapat dibedakan atas empat berdasarkan jenis mineralnya, yaitu
urat (urat amonium, uratsodium, dan asam urat), sistin, fosfat amonium magnesium (struvit), dan
kalsium (kalsium oksalat dan kalsium fosfat) . Kondisi terjadinya hematuria dapat disebabkan
karena adanya perlukaan dan infeksi pada mukosa saluran kencing

1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan urolithiasis?

2. Bagaimana pathogenesis urolithiasis?

3. Apa saja gejala klinisnya?

4. Bagaimana diagnosanya?

5. Bagaimana pengobatannya?

1.3. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud urolithiasis

2. Untuk mengetahui bagaimana pathogenesis dari urolithiasis

3. Untuk mengetahui gejala klinisnya

4. Untuk mengetahui diagnosanya

5. Untuk mengetahui pengobatannya


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN UROLITHIASIS

Urolithiasis merupakan suatu kondisi dimana terbentuk batu berupa kristal yang
mengendap dari urin dalam saluran kemih individu. Yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan
uretra Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat,
asam urat, magnesium ammonium fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat, dan senyawa lainnya.
Data mengenai kandungan/komposisi zat yang terdapat pada batu sangat penting untuk usaha
pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.

2.2. PATOGENESIS UROLITHIASIS

Secara teoritis batu dapat terbentuk di seluruh saluran kemih terutama pada tempat- tempat
yang sering mengalami hambatan aliran urine (stasis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau
buli-buli. Adanyakelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretero-pelvis), divertikel, obstruksi
infravesika kronis seperti pada hiperplasia prostat benigna, striktura, dan buli-buli neurogenik
merupakan keadaan- keadaan yang memudahkan terjadinya pembentukan batu

Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan organik maupun anorganik
yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap berada dalam keadaan metastable (tetap
terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaan-keadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya
presipitasi kristal. Kristal-kristal yang saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu
(nukleasi) yang kemudian akan mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga
menjadi kristal yang lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh
dan belum cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada
epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain diendapkan pada
agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk menyumbat Saluran.

Kondisi metastabel dipengaruhi oleh suhu, pH larutan, adanya koloid di dalam urine,
konsentrasi solut di dalam urine, laju aliran urine di dalam saluran kemih, atau adanya korpus
alienum di dalam saluran kemih yang bertindak sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran
kemih terdiri atas batu kalsium, baik yang berikatan dengan oksalat maupun dengan fosfat,
membentuk batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam

urat, batu magnesium amonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis
lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu di atas hampir sama, tetapi suasana di
dalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak sama. Dalam hal ini
misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam suasanya asam, sedangkan batu magnesium
amonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa

2.3. GEJALA KLINIS UROLITHIASIS

Gejala klinis yang muncul yaitu kencing berdarah (hematuria), adanya rasa nyeri saat
urinasi (stranguria) dengan frekuensi urin yang menurun. Hematuria terjadi karena bergeseknya
urolit pada dinding VU, sehingga merusak jaringan yang menyebabkan perdarahan dan
peradangan pada VU. Adanya urolit pada VU dan urethra juga dapat mengakibatkan obtruksi
sehingga memicu terjadinya rasa yang sangat nyeri pada saat hewan melakukan urinasi. sering
menjilat daerah genital, merejan saat buang air kecil (kadang disertai suara tangisan), serta darah
pada urin, kristal di dalam kandung kemih dapat menyebabkan nyeri di perut bagain bawah, kristal
yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung
atau kolik renalis ( nyeri kolik yang hebat), mual dan muntah, perut membesar, demam dan
menggigil. Selain itu, kucing dengan Feline Lower Urinary Tract Disease biasanya tidak nafsu
makan.

2.4. DIAGNOSIS UROLITHIASIS

1. Anamnesis

Keluhan pasien mengenai batu saluran kemih dapat bervariasi, mulai dari tanpa keluhan,
nyeri pinggang ringan hingga berat (kolik), disuria, hematuria, retensi urine, dan anuria. Keluhan
tersebut dapat disertai dengan penyulit seperti demam dan tanda gagal ginjaL.

Kolik renal dan non-kolik renal merupakan 2 tipe nyeri yang berasal dari ginjal. Kolik renal
biasanya disebabkan oleh peregangan collecting system atau ureter, sedangkan non-kolik renal
disebabkan oleh distensi kapsul ginjal. Obstruksi saluran kemih merupakan mekanisme utama
penyebab kolik renal. Kolik renal tidak selalu hilang timbul seperti kolik usus atau kandung
empedu, tetapi lebih konstan. Pasien dengan batu ginjal biasanya mengalami nyeri akibat obstruksi
saluran kemih .

Riwayat pola makan juga ditanyakan sebagai predisposisi batu pada pasien, antara lain
asupan kalsium, cairan yang sedikit, garam yang tinggi, buah dan sayur kurang, serta makanan
tinggi purin yang berlebihan, jenis minuman yang dikonsumsi, jumlah dan jenis protein yang
dikonsumsI

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pasien dengan BSK sangat bervariasi mulai tanpa kelainan fisik sampai
adanya tanda-tanda sakit berat, tergantung pada letak batu dan penyulit yang ditimbulkan
(komplikasi). Pemeriksaan fisik urologi berupa pemeriksaan sudut kostovertebra didapatkan nyeri
tekan,nyeri ketok, dan pembesaran ginjal. Pemeriksaan suprasimfisis adakah yeri tekan, teraba
batu, buli kesan penuh. Di genitalia eksterna diperiksa teraba. batu di uretra dan colok dubur untuk
mreraba batu di bulii-buli (palpasi bimanual). Jika didapatkan demam hipotensi, dan vasodilatasi
kulit mungkin terlihat pada pasien dengan urosepsis dan ini merupakan kedaruratan Urologi .

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Urinalisis

Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang paling sering dikerjakan pada kasus-
kasus urologi. Urine mempunyai pH yang bersifat asam, yaitu rata-rata: 5,5 -6,5. Jika didapatkan
pH yang relatif basa kemungkinan terdapat infeksi oleh bakteri pemecah urea, sedangkan jika pH
yang terlalu asam kemungkinan terdapat asidosis pada tubulus ginjal atau ada batu asam urat .

b. Foto Polos Abdomen

Pembuatan foto polos abdomen bertujuan untuk melihat kemungkinan adanya batu
radioopak di saluran kemih. Batu-batu jenis kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radio-opak
dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain, sedangkan batu asam urat bersifat non opak
(radio-lusen)

c. BNO-IVP

Intra Venous Urography atau urografi adalah foto yang dapat menggambarkan keadaan
sistem urinaria melalui bahan kontras radio-opak. Pencitraan ini dapat menunjukkan adanya
kelainan anatomi dan kelainan fungsi ginjal.Indikasi dari BNO –IVP yaitu nefrolithiasis, nefritis
adanya keganasan, kista dll.

d. Ultrasonografi

Prinsip pemeriksaan ultrasonografi adalah menangkap gelombang bunyi ultra yang


dipantulkan oleh organ-organ (jaringan) yang berbeda kepadatannya. Pemeriksaan ini tidak invasif
dan tidak menimbulkan efek radiasi. USG dapat membedakan antara massa padat (hiperekoik)
dengan massa kistus (hipoekoik), sedangkan batu non opak yang tidak dapat dideteksi dengan foto
ronsen akan terdeteksi oleh USG sebagai echoic shadow

e. CT Scan

Merupakan pemeriksaan gold standart pada pasien dengan urolithiasis. Sensitivitas dan
spesifitasnya paling baik. CT scan spiral non kontras sekarang menjadi modalitas pencitraan
pilihan pada pasien yang hadir dengan kolik ginjal akut. Ini cepat dan sekarang lebih murah
daripada pyelogram intravena (IVP)

2.5. PENGOBATAN UROLITHIASIS

1. Tanpa Pembedahan

Pengobatan atau penanganan urolithiasis tanpa operasi yaiitu dengan pemberian obat-
obatan yang dapat merelaksasi muskulus. Tindakan-tindakan yang dapat dilakukan pada pasien
dipastikan terkena urolithiasis adalah dengan pemberian suntikan penenang guna memudahkan
pengeluaran urin dan evakuasi urin menggunakan propylene dengan berbagai ukuran sesuai
dengan besar ukuran hewan.

2. Dengan Pembedahan

Penanganan urolithiasis dengan pembedahan dapat dilakukan dengan Cystomi


(pembukaan kandung kemig) dan urethrotomy apabila batu atau kristal tidak berhasil dimasukkan
ke dalam vesika urinaria menggunakan kateter.
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Urolithiasis merupakan suatu kondisi dimana terbentuk batu berupa kristal yang
mengendap dari urin dalam saluran kemih individu. Yang meliputi batu ginjal, ureter, buli, dan
uretra Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium
fosfat, asam urat, magnesium ammonium fosfat (MAP), xanthyn, dan sistin, silikat, dan senyawa
lainnya

Faktor utama yang mengatur kristalisasi mineral dan pembentukkan urolit adalah derajat
saturasi urin dengan mineral-mineral tertentu. Faktor penyebab lainnya adalah diet / makanan,
frekuensi urinasi, genetik, dan adanya infeksi traktus urinari. Saturasi memberikan energi bebas
untuk terbentuknya kristalisasi.

Gejala klinis yang muncul yaitu kencing berdarah (hematuria), adanya rasa nyeri saat
urinasi (stranguria) dengan frekuensi urin yang menurun, merejan saat buang air kecil (kadang
disertai suara tangisan), serta darah pada urin, kristal di dalam kandung kemih dapat
menyebabkan nyeri di perut bagain bawah, kristal yang menyumbat ureter, pelvis renalis maupun
tubulus renalis dapat menyebabkan nyeri punggung atau kolik renalis ( nyeri kolik yang hebat)

Diagnosisnya dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa


urinalisis, foto polos abdomes, BNO IVP, ultrasonografi dan CT scan. Pengobatannya dapat
dilakukan dengan pembedahan ataupun tanpa pembedahan
DAFTAR PUSTAKA

Apritya D, Yunani R, Widyawati R. (2017). Analisis urin kasus urolithiasis pada kucing tahun
2017 di Surabaya. Agrovet, 6(1): 82-84.

Permatasari, A. A. D. dan Sholihin, R. M. (2021). DIAGNOSTIK UROLITHIASIS.


MEDFARM: Jurnal Farmasi dan Kesehatan, 10(1): 35-46

Riesta, B. D. A. dan Batan, I. W. (2020). Laporan Kasus: Cystitis Hemoragika dan Urolithiasis
pada Kucing Lokal Jantan Peliharaan. Indonesia Medicus Veterinus, 9(6): 1010-1023

Utama, I. H., Widyastuti, S. K., Erawan, I. G. M. K. dan Prasetya, E. (2018). Urolithiasis oksalat
monohidrat pada kucing lokal. ARSHI Vet Lett, 2(2): 21-22

Anda mungkin juga menyukai