Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

BATU URETER (BATU SALURAN KEMIH)


(ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas Praktek Belajar Lapangan 4)

Disusun Oleh :
Maman Wardiman
(16142011024)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YPIB
MAJALENGKA
Jalan Gerakan Koperasi No. 003 Majalengka 45411
Tahun Ajaran 2019/2020
A. PENGERTIAN
Batu ureter adalah keadaan dimana terdapat batu saluran kencing, batu
yang terbentuk ketika konsentrasi substansi tertentu seperti kalium, oksalat,
kalium fosfat, dan asam urat meningkat (Sudarth & Brunner, 1997).
Batu ureter adalah suatu keadaan terdapatnya batu disaluran kemih
(Manjoer, 2000).
Batu ureter adalah bentuk deposit mineral paling umum oksalat kalsium
dan oksalat fosfat, namun asam urat dan lainya juga penyebab pembentukan
batu (Doenges,2000)
Definisi operasional; batu ureter adalah terdapat batu disaluran ureter.

B. ETIOLOGI/PENYEBAB
1. Imobilisasi terlalu lama
2. Dehidrasi
3. Nefrolitiasis
4. Kerusakan efitel ginjal
5. Obstruksi aliran limfe ginjal
6. Hiferkasemia
7. Hiperkalsiura
8. Penyakit mieloproliferatif, yang menyebabkan priliferasi abnornormal sel
darah merah dari sum-sum tulang.
9. Perubahan ph urine (Sudarth & Brunner, 1997).
C. PATHWAY

D. PATOFISIOLOGI
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis
urat, asam urat, oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium
kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan
fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom alkali
atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang
disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium
magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteria yang
menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum.
Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada
anak terbentuk karena pH urin rendah (R. Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).
Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang jelas.
Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi,
stasis, dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga
terbentuk lingkaran setan atau sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati
seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus
dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R.
Sjamsuhidajat, 1998 Hal. 1027).

E. TANDA DAN GEJALA


Gejala klinis yang dirasakan yaitu:
1. Nyeri Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar
biasa, akut dan kolik. Nyeri ini dapat menjalar hingga ke perut bagian
depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan sampai ke kemaluan.
Penderita sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka penderita
tersebut mengalami kolik ureter
2. Hematuri Penderita sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti
teh. Namun lebih kurang 10-15% penderita batu saluran kemih tidak
menderita hematuria.
3. Infeksi Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang,
nausea serta muntah dan disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit
(batu infeksi) berhubungan dengan infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas
sp, Klebsiella sp, dan jarang dengan E.colli.
4. Demam Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan
kedaruratan medik relatif. Tanda-tanda klinik sepsis adalah bervariasi
termasuk demam, takikardi, hipotensi dan vasodilatasi perifer. Demam
akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompresi segera.
5. Mual dan Muntah Obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter)
seringkali menyebabkan mual dan muntah

F. KLASIFIKASI
Berikut ini beberapa klasifikasi batu saluran kemih:
1. Batu Kalsium Kalsium adalah jenis batu yang paling banyak menyebabkan
BSK yaitu sekitar 70%-80% dari seluruh kasus BSK. Batu ini kadang-
kadang di jumpai dalam bentuk murni atau juga bisa dalam bentuk
campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau
campuran dari kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut
diperkirakan terkait dengan kadar kalsium yang tinggi di dalam urine atau
darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe yang
berbeda, yaitu:

a. Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/


hitam dengan konsentrasi asam oksalat yang tinggi pada air kemih.

b. Kombinasi kalsium dan magnesium menjadi weddllite (dehidrat) yaitu


batu berwarna kuning, mudah hancur daripada whewellite

2. Batu Asam Urat Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi
asam urat. Pasien biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk
hanya oleh asam urat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi
protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit BSK, karena
keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air
kemih menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran
kecil sampai ukuran besar sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa).
Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat dipecah dengan obat-
obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.

3. Batu Struvit Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya
batu ini disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab
infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea atau urea splitter yang
dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi bersuasana
basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk
pemecah urea di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas, dan Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 15-
20% pada penderita BSK. Batu struvit lebih sering terjadi pada wanita
daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya
konsentrasi ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air
kemih yang banyak sangat penting untuk membilas bakteri dan
menurunkan supersaturasi dari fosfat.

4. Batu Sistin Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena
gangguan ginjal. Merupakan batu yang paling jarang dijumpai dengan
frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin, arginin, lysin dan
ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan
faktor keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat
jenuh, pembentukan batu dapat juga terjadi pada individu yang memiliki
riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang statis karena imobilitas.
Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein
hewani yang tinggi menaikkan ekskresi sistin dalam air kemih.

G. KOMPLIKASI
1. Hidronefrosis
2. Pionefrosis
3. Uremia
4. Gagal ginjal (Mansjoer,2000).

H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
a. Terjadi hematuria secara makroskopik atau mikroskopik.
b. Sendimen urine mengandung eritrosit dan leokosit.
c. Proteinuria ringan.
2. Radiologi
Foto polos abdomen untuk melihat batu radiopak, pielografi
intravena untuk melihat batu radiolusen dan menilai sekresi ginjal..
3. Ultrasonografi/ USG (Suddarth & Brunner, 1997).

I. PENGKAJIAN SISTEM YANG BERHUBUNGAN DENGAN


PENYAKIT
Pengkajian keperawatan pada ureterolithiasis tergantung pada ukuran, lokasi,
dan etiologi kalkulus (Doenges, 1999 Hal 672). a.
1. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada
lingkungan bersuhu tinggi, keterbatasan aktivitas / mobilitas sehubungan
kondisi sebelumnya.
2. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit
hangat dan kemerahan, pucat.
3. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi
vesica urinaria, rasa terbakar, dorongan berkemih, diare.
Tanda : oliguria, hematuria, piuruia, perubahan pola berkemih
4. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat / fosfat, ketidakcukupan intake cairan
Tanda : Distensi abdominal, penurunan / tidak ada bising usus , muntah
5. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri
dapat digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan
posisi atau tindakan lain
Tanda : melindungi, prilaku distraksi, nyeri tekan pada area abdomen
6. Keamanan
Gejala : pengguna alkohol, demam, menggigil
7. Penyuluhan dan Pembelajaran
Gejala : riwayat kalkulus dalam keluarga, penyakit ginjal, ISK,
paratiroidisme, hipertensi, pengguna antibiotik, antihipertensi, natrium
bikarbonat, allopurinol, fosfat, tiazid, pemasukan berlebihan kalsium dan
vitamin h.
8. Pemeriksaan diagnostik Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey
biokimia, foto Rontgen, IVP, sistoureteroskopi, scan CT, USG

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut
2. Gangguan Eliminasi Urin
3. Defisit pengetahuan
4. Ansietas

K. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


No. Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri Akut Tujuan: Setelah dilakukan 1. Catat lokasi, karakteristik,
tindakan keperawatan durasi, frekuensi, kualitas,
selama 1x24 jam skala skala nyeri (0-
nyeri pasien menurun 10), penyebaran dan
Kriteria Hasil: faktor presipitasi.
 Nadi 60-100x/menit, Perhatikan tanda non
RR 16-20 x/menit verbal,
 skala nyeri 1-3 contoh peninggian TD
 pasien tampak rileks dan nadi, gelisah, merintih

 keluhan pasien tentang 2. Jelaskan penyebab nyeri

nyeri menurun dan pentingnya


melaporkan ke staf
terhadap perubahan
karakteristik nyeri
3. Bantu atau dorong
penggunaan
napas berfokus,
bimbingan imajinasi, dan
aktivitas terapeutik
4. Tingkatkan istirahat
5. Kolaborasi: -berikan obat
sesuai indikasi: Narkotik,
contoh meperidin
(Demerol), morfin
Antispasmodik, contoh
flavoksat (Uripas);
oksibutin (Ditropan)
Kortikosteroid
2 Gangguan Tujuan: Setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan dan
Eliminasi tindakan keperawatan pengeluaran serta
Urin selama 1x24 jam skala karakteristik urin
nyeri pasien menurun 2. Dorong meningkatkan
Criteria hasil: pemasukan cairan
 Tidak mengalami tanda 3. Periksa semua urin. Catat
obstruksi adanya keluaran batu dan
 Jumlah dan konsistensi kirim ke laboratorium
urin normal untuk dianalisa
 Tidak ada peningkatan 4. Selidiki kandung kemih
kalsium pada urin penuh: palpasi untuk
distensi suprapubik.
Perhatikan penurunan
keluaran urin, adanya
edema periorbital/tergant
ung
5. Observasi perubahan
status mental, perilaku
atau tingkat kesadaran
6. Kolaborasi:
-Awasi pemeriksaan
laboratorium, contoh
elektrolit, BUN, kretinin
-Ambil urine untuk kultur
dan sensitivitas
-Pielolitotomi terbuka
atau perkutaneus,
nefrolitotomi,
ureterolitotomi
-ESWL
3 Defisit Tujuan: Setelah dilakukan 1. Berikan penilaian tentang
Pengetahuan tindakan keperawatan tingkat pengetahuan
selama 1x24 jam pasien tentang
gangguan eliminasi pasien proses penyakit yang
dapat teratasi spesifik
Criteria hasil: 2. Jelaskan patofisiologi
 Pasien mampu dari penyakit dan
mengenali tanda dan bagaiman hal ini
gejala penyakit dan berhubungan dengan
faktor penyebabnya, anatomi dan fisiologi
 Pasien mampu 3. Gambarkan tanda dan
mengetahui faktor gejala yang biasa
resiko dan yang muncul pada penyakit
memperberat penyakit 4. Identifikasi kemungkinan
nya penyebab dengan cara
 Pasien mampu yang tepat
mengetahui tindakan 5. Diskusikan pilihan terapi
6. Diskusikan perubahan
pencegahan terhadap gaya hidup (tidak
kondisi buruk konsumsi vit D terlalu
penyakitnya sering dan tidak minum
air terlalu sedikit) untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
dan atau
proses pengontrolan
penyakit
4 Ansietas Tujuan: setelah dilakukan 1. Kaji tingkat kecemasan
tindakan keperawatan pasien baik ringan
selama 3x 24jam cemas sampai berat
pasien akan menurun, 2. Berikan kenyaman dan
pasien mempunyai koping ketentraman hati
yang adaptif dalam 3. Kaji intervensi yang
menghadapi kecemasan dapat menurunkan
Kriteria hasil: ansietas.
 Pasien mampu 4. Berikan aktivitas yang
mengidentifikasi dan dapat mengurangi
mengungkapkan gejala kecemasan/ ketegangan.
cemas 5. Dorong percakapan
 Pasien mampu untuk mengetahui
mengidentifikasi dan perasaan dan tingkat
menunjukkan tekhnik kecemasan pasien
untuk mengontrol terhadap kondisinya
cemas 6. Dorong pasien untuk
 Ekspresi wajah mengakui masalah dan
pasienmenunjukkan mengekspresikan
berkurangnya perasaan.
kecemasan. 7. Identifikasi sumber /
 Vital sign dalam batas orang yang dekat dengan
normal: klien.
 TD: 120/80 mmHg
 RR: 20 x/mnt
 Nadi:86 x/mnt
 Suhu : 36, 50 C
DAFTAR PUSTAKA

https://id.scribd.com/document/367491573/LAPORAN-PENDAHULUAN-
BATU-URETER (diakses pada tanggal 4 Desember 2019 pukul 0:05)

https://id.scribd.com/doc/49628762/Batu-Ureter (diakses pada tanggal 4


Desember 2019 pukul 00:10)

https://4.bp.blogspot.com/-
HlDcrvMCWMs/V7HkTV7E9_I/AAAAAAAAAE4/khYXrI2_2VIgthztNDDpF0
oyRZWS3NzdQCLcB/s1600/BSK.jpg (diakses pada tanggal 4 Desember 2019
pukul 00:20)

Anda mungkin juga menyukai