A. PENGERTIAN
Definisi BSK Batu saluran kemih adalah batu yang terbetuk dari
berbagai macam proses kimia di dalam tubuh manusia dan terletak di dalam
ginjal serta saluran kemih pada manusia seperti ureter (Pharos, 2012: hal 4)
B. ETIOLOGI
1. Faktor intrinsik: herediter (di duga diturunkan orang tuanya) umur, (paling
sering di dapatkan pada usia 30-50 tahun) jenis kelamin, (laki-laki tiga lebih
banyak dibandingkan dengan pasien perempuan).
2. Faktor ekstrinsik: geografi, iklim dan temperature, asupan air, diet
pekerjaan.
2. Komponen matrik Sejumlah komponen matrik non Kristal dari batu saluran
kemih memiliki tipe yang berfariasi. Umumnya antara 2% hingga 10%
beratnya terdiri dari protein, dengan sejumlah kecil heksosa dan heksamin.
(Stoller, 2010: hal 5).
C. PATOFISIOLOGI
Supersaturasi elemen urin seperti kalsium, fosfat, oxalat, dan faktor lain
mendukung pembentukan batu meliputi : pH urin yang berubah menjadi
asam, jumlah solute dalam urin dan jumlah cairan urin. Masalah-masalah
dengan metabolisme purin mempengaruhi pembentukan batu asam urat. pH
urin juga mendukung pembentukan batu. Batu asam urat dan batu cystine
dapat mengendap dalam urin yang asam. Batu kalsium fosfat dan batu struvite
biasa terdapat dalam urin yang alkalin. Batu oxalat tidak dipengaruhi oleh pH
urin.
Batu yang terbentuk dalam saluran kemih sangat bervariasi, ada batu yang
kecil dan batu yang besar. Batu yang kecil dapat keluar lewat urin dan akan
menimbulkan rasa nyeri, trauma pada saluran kemih dan akan tampak darah
dalam urin. Sedangkan batu yang besar dapat menyebabkan obstruksi saluran
kemih yang menimbulkan dilatasi struktur, akibat dari dilatasi akan terjadi
refluks urin dan akibat yang fatal dapat timbul hidronefrosis karena dilatasi
ginjal.
Kerusakan pada struktur ginjal yang lama akan mengakibatkan kerusakan
pada organ-organ dalam ginjal sehingga terjadi gagal ginjal kronis karena
ginjal tidak mampu melakukan fungsinya secara normal.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Ketika batu menghambat aliran urin, terjadi obstruksi piala ginjal serta
ureter proksimal.
2. Batu di ginjal
b. Hematuri.
c. Nyeri berasal dari area renal menyebar secara anterior dan pada wanita
nyeri kebawah mendekati kandung kemih sedangkan pada pria
mendekati testis.
e. Diare.
3. Batu di ureter
d. Biasanya batu keluar secara spontan dengan diameter batu 0,5 – 1 cm.
4. Batu di kandung kemih
F. KOMPLIKASI
Menurut (S. Wahap, 2013: hal 168) batu saluran kemih selain memicu
terjadinya renal colic, ada beberapa komplikasi ada beberapa komplikasi yang
di waspadai :
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
H. PENATALAKSANAAN
1. Tujuan:
a. Menghilangkan obstruksi
b. Mengobati infeksi.
3. Therapi
4. Diet
b. Batu struvite; makanan yang perlu dikurangi adalah keju, telur, susu
dan daging.
c. Batu cystin; makanan yang perlu dikurangi antara lain sari buah, susu,
kentang.
d. Anjurkan konsumsi air putih kurang lebih 3 -4 liter/hari serta olah raga
secara teratur.
I. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. WAWANCARA
a. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan
1) Riwayat penyakit ginjal akut dan kronik.
2) Riwayat infeksi saluran kemih.
3) Pajanan lingkungan: zat-zat kimia.
4) Keturunan.
5) Alkoholik, merokok.
6) Untuk pasien wanita: jumlah dan tipe persalinan (SC, forseps,
penggunaan kontrasepsi).
b. Pola nutrisi metabolik
1) Mual, muntah.
2) Demam.
3) Diet tinggi purin oksalat atau fosfat.
4) Kebiasaan mengkonsumsi air minum.
5) Distensi abdominal, penurunan bising usus.
6) Alkoholik
c. Pola eliminasi
1) Perubahan pola eliminasi: urin pekat, penurunan output.
2) Hematuri.
3) Rasa terbakar, dorongan berkemih.
4) Riwayat obstruksi.
5) Penurunan hantaran urin, kandung kemih.
d. Pola aktivitas dan latihan
1) Pekerjaan (banyak duduk).
2) Keterbatasan aktivitas.
3) Gaya hidup (olah raga).
e. Pola tidur dan istirahat
1) Demam, menggigil.
2) Gangguan tidur akibat rasa nyeri.
f. Pola persepsi kognitif
Nyeri: nyeri yang khas adalah nyeri akut tidak hilang dengan
posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area ginjal pada palpasi
2. PEMERIKSAAN FISIK
a. Inspeksi
Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah
atas. Pembesaran ini mungkin karena hidronefrosis.
b. Palpasi
Ditemukan nyeri tekan pada abdomen sebelah atas. Bisa kiri,
kanan atau dikedua belah daerah pinggang. Pemeriksaan bimanual
dengan memakai dua tangan atau dikenal juga dengan nama tes
Ballotement. Ditemukan pembesaran ginjal yang teraba disebut
Ballotement positif.
c. Perkusi
Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang
dibentuk oleh kosta terakhir dengan tulang vertebra
B. ANALISA DATA
Analisa data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisa
data adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,
penafsiran dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai social,
akademis dan ilmiah. Kegiatan dalam analisis data adalah :
mengelompokkan data berdasarkan variabel dan enis responden,
menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk
menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis,
langkah terakhir tidak dilakukan.
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
TGL No. DX SDKI SKLI SIKI
D.0077 Nyeri akut b/d infeksi Setelah dilakukan tindakan “tingkat nyeri ” Manajemen eliminasi urine
menurun dengan kriteria hasil :
Observasi
No Inndikator skala
1 Keluhan nyeri menurun 5 Identifikasi lokasi,karakteristik, durasi, frekuensi,
2 Meringis menurun 5 kualitas, dan itensitas nyeri
3 Sikap protektif menurun 5 Identifikasi skala nyeri
4 Gelisah menurun 5 Identifikasi respon nyeri non verbal
5 Kesulitan tidur menurun 5 Identifikasi factor yang memperberat dan
6 Frekuensi nadi membaik 5
7 Fungsi berkemih membaik 5 meringankan nyeri
Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang
nyeri
Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri
Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas hidup
Monitor keberhasilan nyeri pada kualitas hidup
Monitor efek samping penggunaan analgesik
Terapiutik
Berikan teknik nonfarmokologis untuk mengurangi
nyeri
Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jeni dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri
Edukasi
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan stategi meredakan nyeri
Anjurka memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan annalgetik secara tepat
Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
Kolaborasikan emberian analgetik, jika perlu
D.0040 Gangguan eliminasi Setelah dilakukan tindakan “eliminasi urine Manajemen eliminasi urine
urine b/d infeksi ginjal ” membaik dengan kriteria hasil :
dan saluran kemih Observasi
No Inndikator skala
1 Sensasi berkemih ↑ 5 Identifikasi tanda dan gejala retensi urine atau
2 Distensi kandung kemih 5 inkontinensia urine
menurun Identifikasi fakto yang menyebabkan retensi urine
3 Dysuria menurun 5 atau inkontinensia urine
4 Frekuensi BAK membaik 5 Monitor iliminasi urine(mis. Frekuensi, konsistensi,
5 Karakteristik urino membaik 5
aroma,volume, dan warna)
Terapiutik
Catat waktu-waktu dan haluan berkemih
Batasi asupan cairan, jika perlu
Ambil sampel urine tengan (midstream) atau kultur
Edukasi
Ajarkan tanda dan gejala infeksi saluran kemih
Ajarkan mengukur asupan cairan dan haluan urine
Ajarkan mengambil specimen urine midstream
Ajarkan mengenali tanda berkemih dan waktu yang
tepat berkemih
Ajarkan terapi modalitas penguatan otot-otot
panggul/berkemih
Anjurkan minum yang cukup, jika tidak ada
kontraindikasi
Anjurkan mengurangi minum menjelang tidur
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian obat supositora uretra,
jika perlu
D.0036 Resiko Setelah dilakukan tindakan “kesimbangan Manajemen cairan
ketidakseimbangan cairan ” meningkat dengan kriteria hasil :
cairan dengan factor Observasi
resiko No Inndikator skala
1 Asupan cairan ↑ 5 Monitor status hidras (mis. Frekuensi, nadi,
2 Haluaran urine ↑ 5 kekuatan nadi, akral, pengisian kapiler, kelembaban
3 Kelembaban membrane 5 mukosa, turhgor kulit, tekanan darah)
mukosa ↑ Monitor berat badan harian
4 Dehidrasi menurun 5 Monitor berat bdan sebelum dansesudah dialysis
5 Tekanan darah membaik 5
Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
6 Denyut nadi radial membaik 5
7 Tekanan arteri rata-rata 5 Monitor status hemodinamik
membaik
8 Membrane mukosa membaik 5 Terapiutik
9 Mata cekung membaik 5 Catat intake dan output dan hitung balance cairan 24
10 Turgor kulit membaik 5 jam
Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
Berikan cairan intravena, jika perlu
Kolaborasi
Kolaborasikan pemberian diuretik, jika perlu
D. EVALUASI
Tahapan evaluasi menentukan kemajuan pasien terhadap
pencapaian hasil yang diinginkan dan respon pasien terhadap keefktifan
intervensi keperawatan kemudian mengganti rencana perawatan jika
diperlukan, tahap akhir proses keperawatan.
Jika tujuan tidsk tercapai maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya,
dicari jalan keluarnya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah
perlu dilakukan perubahan intervensi (Tarwono, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002). Brunner and Suddarth’s textbook of medical –
surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo, A. Jakarta: EGC.
Purnomo, B.B., (2011). Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3, CV. Sagung Seto, Jakarta.
Pilasri C., 2007. Epidemiology Study of Urolithiasis in South of Northteast Thailand.
DepKes RI, (2002). Statistik Rumah Sakit di Indonesia. Seri 3. Morbiditas dan
Mortalitas Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
Depkes RI., (2005). Distribusi Penyakit-Penyakit Sistem Kemih Kelamin Pasien
Rawat Inap Menurut Golongan Sebab Sakit Indonesia.
Hardjoeno., dkk, (20060. Profil Analisis Batu Saluran Kemih di Laboraturium
Patologi Klinik. Indonesia journal of Clinical Pathology and Medical
Laboratory, vol 12, No 3, Makasar.
Lina N., (2008). Faktor-Faktor Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki- Laki. Tesis
Mahasiswa Pasca Sarjana Epidemiologi UNDIP.
Prabowo dan Pranata, (2014). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Sistem Perkemihan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Purnomo, B.B. 2010.Pedoman diagnosis & terapi smf urologi LAB ilmu bedah.
Malang :Universitas Kedokteran Brawijaya .