DISENTRI
A. Definisi
Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (=gangguan) dan enteron (=usus),
dengan karakteristik nyeri atau kram abdomen, tenesmus ani, peningkatan frekuensi
diare, dan feses lendir bercmpur darah (Kroser, 2008). Disentri adalah peradangan
pada intestinal, terutama usus besar yang disebabkan oleh berbagai agen infeksi yang
menginvasi intestinal.
Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit
perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur
perut dan buang air besar yang encer secara terus-menerus (diare) yang
Adanya darah dan lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman
Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga, baik karena kebersihan
diri atau individu maupun kebersihan masyarakat dan lingkungan. (NANDA NIC
NOC,2013)
B. Etologi
Penyakit ini seringkali terjadi karena kebersihan tidak terjaga, baik karena
1. Disentri Basiler
disentri terberat dan mengancam jiwa diakibatkan oleh Shigella. Bakteri lain yang
(EIEC),Salmonella,Campylobacter jejuni.
2. Disentri Amoeba
Disentri yang disebabkan oleh Entamoeba hystolitica, penyakit ini lebih sering
C. Patofisiologi
1. Disentri basiler
Kuman Shigella secara genetik tahan terhadap pH yang rendah, maka dapat
melewati barrier asam lambung. Ditularkan secara oral melalui air,makanan, dan
lalat yang tercemar oleh ekskreta pasien. Setelah melewati lambung dan usus
halus, kuman ini menginvasi sel epitel mukosa kolon dan berkembang biak
didalamnya. Kolon merupakan tempat utama yang diserang Shigella namun ileum
terminalis dapat juga terserang. Pada keadaan akut dan fatal ditemukan mukosa
usus hiperemik, lebam dan tebal, nekrosis superfisial, tapi biasanya tanpa ulkus.
Pada keadaan subakut terbentuk ulkus pada daerah folikel limfoid, dan pada
selaput lendir lipatan transversum didapatkan ulkus yang dangkal dan kecil, tepi
ulkus menebal dan infiltrat tetapi tidak berbentuk ulkus bergaung S.dysentriae,
S.flexeneri, dan S.sonei menghasilkan eksotoksin antara lain ShET1, ShET2, dan
Enterotoksin tersebut merupakan salah satu faktor virulen sehingga kuman lebih
mampu menginvasi sel eptitel mukosa kolon dan menyebabkan kelainan pada
selaput lendir yang mempunyai warna hijau yang khas. Pada infeksi yang
menahun akan terbentuk selaput yang tebalnya sampai 1,5cm sehingga dinding
usus menjadi kaku, tidak rata dan lumen usus mengecil. Dapat terjadi perlekatan
dengan peritoneum.
2. Disentri Amuba
Trofozoit yang mula-mula hidup sebagai komensal di lumen usus besar dapat
menimbulkan ulkus. Akan tetapi faktor yang menyebabkan perubahan ini sampai
saat ini belum diketahui secara pasti. Diduga baik faktor kerentanan tubuh
usus.Bentuk ulkus amoeba sangat khas yaitu di lapisan mukosa berbentuk kecil,
terjadi ulkus di permukaan mukosa usus menonjol dan hanya terjadi reaksi radang
yangminimal. Mukosa usus antara ulkus-ulkus tampak normal. Ulkus dapat terjadi
tempatnya adalah sekum, kolon asenden, rektum, sigmoid, apendiks dan ileum
Disentri basiler
1) Diare mendadak yang disertai darah dan lendir dalam tinja. Pada disentri
shigellosis, pada permulaan sakit, bisa terdapat diare encer tanpa darah dalam 6-
24 jam pertama, dan setelah 12-72 jam sesudah permulaan sakit, didapatkan
3) Muntah-muntah.
4) Anoreksia.
Disentri amoeba
4) Gejala konstitusional biasanya tidak ada (panas hanya ditemukan pada 1/3
kasus).
E. Penatalaksanaan
1. Perhatikan keadaan umum anak, bila anak appear toxic, status gizi kurang,
untuk mendeteksi adanya bakteremia. Bila dicurigai adanya sepsis, berikan terapi
b) Diet
lunak tinggi kalori dan protein untuk mencegah malnutrisi. Dosis tunggal
c) Antibiotika
terapi yang sesuai. Pengobatan dengan antibiotika yang tepat akan mengurangi
Perbaikan seharusnya tampak dalam 2 hari, misalnya panas turun, sakit dan
darah dalam tinja berkurang, frekuensi BAB berkurang, dll. Bila dalam 2 hari
tidak terjadi perbaikan, antibiotik harus dihentikan dan diganti dengan
alternatif lain.
masing diberikan untuk 2 hari), yang biasanya efektif untuk disentri basiler.
d) Sanitasi
Beritahukan kepada orang tua anak untuk selalu mencuci tangan dengan
(phigleth.blogspot.com, 2011)
F. Komplikasi
1. Dehidrasi : saat di mana tubuh kita tidak seimbang dalam kadar cairannya
sodium dalam darah yang lebih rendah dari normal. Sodium adalah penting untuk
pengaturan dari tekanan darah, dan fungsi normal dari sistim syaraf ).
sytemic rection yang dapat disebabkan oleh invansi bakteri, virus, jamur atau
parasit).
4. Sindroma Hemolitik Uremik : suatu penyakit dimana secara tiba-tiba jumlah
5. Malnutrisi/malabsorpsi
8. Reactive arthritis : suatu kondisi yang dipicu oleh infeksi yang terjadi di tubuh -
paling sering usus, alat kelamin atau saluran kemih. Sakit sendi dan bengkak
merupakan ciri khas dari arthritis reaktif. Artritis reaktif juga dapat menyebabkan
peradangan pada mata, kulit dan saluran yang membawa urin dari kandung kemih
istilah ini lebih akurat mengacu pada subtipe artritis reaktif terutama yang
9. Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung,
10. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian
G. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan tinja
c. Benzidin test
e. Biakan tinja :
b. Media : agar MacConkey, xylose-lysine deoxycholate (XLD), agar SS.
H. Pengkajian
1. Identitas
Identitas klien yang harus diketahui oleh perawat meliputi nama, umur, jenis
kelamin, alamat rumah, agama, pekerjaan, suku bangsa, bahasa yang dipakai,
BAB warna kuning kehijauan, bercamour lendir dan darah atau lendir saja.
Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu pengeluaran : 3-5 hari (diare
akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan), lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat nutrisi
Perlu dikaji mengenai pola nutrisi yang di konsumsi oleh seseorang dan jenis-jenis
5. Riwayat lingkungan
Perlu kita kaji bagaimana lingkungan sekitar seseorang. Apakah lingkungan dapat
dikatakan higienis atau tidak. Seperti keadaan air untuk mencuci makanan, suhu
untuk makan.
6. Pemeriksaan fisik
lemah dan pada kondisi kronis terlihat kurus. Pada beberapa kasus berat akan
b) TTV
Perubahan tanda-tanda vital: suhu tubuh 39,5-400C, nadi dan respirasi cepat,
c) B1 (Breathing)
Pada pasien disentri amoeba dengan komplikasi abses hati didapatkan tanda
nyeri tekan interkostal bawah kanan, ronkhi pad segmen paru kanan bawah.
Pada pasien disentri amoeba dengan komplikasi pada paru akan didapatkan
tanda dan gejala seperti pada penyakit abses paru, empiema, dan pneumonia.
d) B2 (Blood)
Pada pasien disentri amoeba bisa didapatkan adanya tanda dan gejala anemia.
e) B3 (Brain)
f) B4 (Bladder)
Semakin berat kondisi dehidrasi, maka akan didaptkan kondisi oliguria sampai
anuria dan pasien mempunyai resiko untuk mengalami gagal ginjal akut.
g) B5 (Bowel)
Perkusi: nyeri ketuk abdomen dan bunyi timpani pada pasien yang
mengalami kembung.
h) B6 (Bone)
Respons nyeri hebat, dehidrasi, dan penurunan volume cairan tubuh akan
Integumen: pada kondisi lanjut akan didaptkan tanda dan gejala dehidrasi
(turgor kulit menurun <3 detik), keringat dingin dan diaforesis akibat kolik
abdomen.
I. Diagnosa
Tabel Perencanaan
Tujuan Dan
No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
1 Kekurangan volume NOC : NIC :
cairan b/d kehilangan Setelah dilakukan 1. Pertahankan catatan
cairan aktif tindakan intake dan output yang
keperawatan selama akurat.
3 x 24 jam 2. Monitor status hidrasi
keseimbangan dan (kelembaban membrane
elektrolit mukosa, nadi adekuat,
dipertahankan secara tekanan darah ortostatik),
maksimal jika diperlukan
3. Monitor vitalsign
Kriteria Hasil : 4. Monitor masukan
1. Tanda vital dalam makanan / cairan dan
batas normal (N: hitung intake kalori harian
120-60 x/mnt, S; 5. Monitor status nutrisi
36-37,50 c, RR : < 6. Kolaborasikan pemberian
40 x/mnt ) cairan IV
2. Turgor elastik , 7. Dorong keluarga untuk
membran mukosa membantu pasien makan
bibir basah, mata
tidak cowong,
UUB tidak cekung.
3. Konsistensi BAB
lembek, frekwensi
1 kali perhari
2 Hipertermi b/d proses NOC : NIC :
penyakit Setelah dilakukan 1. Pantau suhu tubuh tiap 2
tindakan perawatan jam
selama 3x 24 jam 2. Pantau tekanan darah,
tidak terjadi denyut nadi dan frekuensi
peningkatan suhu pernapasan
tubuh. 3. Berikan kompres hangat di
kepala dan aksila
4. Ajarkan pada
pasien/keluarga dalam
mengukur suhu untuk
mencegah dan mengenali
secara dini hipertermi
5. Kolaborasi dalam
pemberian obat antipiretik
3 Nyeri akut b/d agen NOC : NIC :
cedera biologis Setelah dilakukan Manajemen nyeri :
askep selama … x 24
jam tingkat 1. Lakukan pegkajian nyeri
kenyamanan pasien secara komprehensif
meningkat, dan termasuk lokasi,
dibuktikan dengan karakteristik, durasi,
level nyeri: pasien frekuensi, kualitas dan
dapat melaporkan faktor presipitasi.
nyeri pada petugas, 2. Observasi reaksi nonverbal
frekuensi nyeri, dari ketidaknyamanan.
ekspresi wajah, dan 3. Gunakan teknik
menyatakan komunikasi terapeutik
kenyamanan fisik untuk mengetahui
dan psikologis, TD pengalaman nyeri pasien
120/80 mmHg, N: sebelumnya.
60-100 x/mnt, RR: 4. Kontrol faktor lingkungan
16-20x/mnt yang mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
Control nyeri pencahayaan, kebisingan.
dibuktikan dengan 5. Kurangi faktor presipitasi
pasien melaporkan nyeri.
gejala nyeri dan 6. Pilih dan lakukan
control nyeri. penanganan
nyeri(farmakologis/nonfar
makologis).
7. Ajarkan teknik non
farmakologis (relaksasi,
distraksi dll) untuk
mengetasi nyeri..
8. Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri.
9. Evaluasi tindakan
pengurang nyeri/kontrol
nyeri.
10.Kolaborasi dengan dokter
bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak
berhasil.
11.Monitor penerimaan pasien
tentang manajemen nyeri.
Administrasi analgetik :.
1. Cek program pemberian
analogetik; jenis, dosis,
dan frekuensi.
2. Cek riwayat alergi.
3. Tentukan analgetik pilihan,
rute pemberian dan dosis
optimal.
4. Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgetik.
5. Berikan analgetik tepat
waktu terutama saat nyeri
muncul.
6. Evaluasi efektifitas
analgetik, tanda dan gejala
efek samping.
4 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan 1. Kaji status nutrisi pasien
kebutuhan tubuh b/d tindakan perawatan 2. Pantau kandungan nutrisi
ketidakmampuan selama dirumah di dan kalori pada catatan
untuk mengabsorpsi RS kebutuhan asupan
makanan nutrisi terpenuhi 3. Timbang berat badan
Kriteria : sesuai indikasi
- Nafsu makan 4. Anjurkan makan sedikit
meningkat tapi sering
- BB meningkat 5. Jelaskan tentang
atau normal pembatasan diet
sesuai umur (makanan berserat tinggi,
berlemak dan air terlalu
panas atau dingin)
6. Berikan informasi yang
tepat tentang kebutuhan
nutrisi dan bagaimana
memenuhinya
7. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam pemberian
nutrisi.
5 Resiko kerusakan NOC : NIC :
integritas kulit b/d Menunjukkan 1. Berikan perawatan kulit,
peningkatan frekuensi integritas kulit yang berikan perhatian khusus
BAB dibuktikan oleh pada lipatan kulit
indikator hidrasi 2. Jelaskan kepada klian
dan elastisitas agar tidak menggosok
area yang kemerahan
3. Jelaskan tentang
pentingnya kebersihan
area anal dan jaga agar
tetap kering
K. Implementasi
L. Evaluasi
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawat dapat mencapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto dan
Wartonah, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2011 . Gangguan gastrointestinal : Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah . Jakarta : Salemba Medika.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III . Fakultaskedokteran UI : Jakarta. Davis K.,
2007
Made Sumarwati, dkk. 2012. Diagnosis Keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-2014.
Jakarta : EGC.
NANDA, 2013. Diagnosa Nanda (Nic & Noc), Disertai Dengan Discharge Planning.
Robbins dan Cotrans. 2002. Dasar Patologis Penyakit. Buku EGC Kedokteran : Jakarta