Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KOLELITIASIS

RUANG PERAWATAN LONTARA 2 ATAS DEPAN

DI RS WAHIDIN SUDIROHUSODO TAHUN 2019

SUCIATY SAFITRI BASRUM

R014191028

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) (Titi Iswanti Afelya, S.Kep,Ns, M.Kep, Sp.KMB)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2019

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................................ 1
BAB I KONSEP MEDIS ............................................................................ Error! Bookmark not defined.
A. Definisi .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
B. Etiologi .............................................................................................. Error! Bookmark not defined.
C. Manifestasi klinik ............................................................................. Error! Bookmark not defined.
D. Pemeriksaan Penunjang .................................................................. Error! Bookmark not defined.
E. Penatalaksanaan .............................................................................. Error! Bookmark not defined.
BAB II KONSEP KEPERAWATAN ........................................................................................................ 7
A. Pengkajian Keperawatan ............................................................................................................... 7
B. Diagnosa Keperawatan ................................................................................................................... 8
C. Rencana/Intervensi Keperawatan ................................................................................................. 9
BAB III WEB OF CAUTION (WOC)...................................................................................................... 11

2
BAB I
KONSEP MEDIS

A. DEFINISI
Kolesistitis merupakan keadaan inflamasi akut atau kronis dengan menimbulkan distensi
kandung empedu yang nyeri biasanya disertai batu empedu yang terjepit dalam ductus sistikus
(Kowalak, Jenifer. 2017).
Kolelitiasis yaitu gabungan beberapa unsur yang membentuk suatu material mirip batu
didalam kandung empedu atau didalam saluran empedu atau pada keduanya (Dosen
Keperawatan Medikal-Bedah Indonesia. 2017).
Kolelitiasis (kalkuli atau batu empedu) biasanya dibentuk di dalam kandung empedu dari
bahan-bahan padat empedu dan sangat bervariasi dalam hal bentuk, ukuran, dan komposisinya.
Ada dua jenis utama batu empedu: batu pigmen yang terdiri atas pigmen empedu takjenuh
yang jumlahnya berlebihan, dan batu kolesterol, yang merupakan bentuk paling umum. Faktor-
faktor risiko pada batu empedu termasuk sirosis, hemolisis, dan infeksi percabangan saluran
empedu. Batu ini tidak dapat dihancurkan dan harus diangkat dengan pembedahan. Faktor-
faktor risiko untuk batu kolesterol termasuk kontrasepsi oral, estrogen, dan klofibrat. Wanita
mengalami batu kolesterol dan penyakit kandung empedu empat kali lebih sering dibanding
pria, biasanya diatas usia 40 tahun, multipara, dan obesitas (Baughman & Hackley, 2000)

B. ETIOLOGI
Empedu adalah cairan kuning-hijau yang dibuat dalam hati dan disimpan dalam kantung
empedu, kantung berbentuk seperti buah pir yang terletak di bawah lambung. Selama proses
makan, kantung empedu berkontraksi dan melepaskan bentuk pekat empedu di dalam
duodenum (bagian pertama dari usus halus) untuk membantu pencernaan lemak, protein dan
karbohidrat. Karena ketidakseimbangan kimia, jarangnya pengosongan infeksi saluran atau
empedu, maka batu empedu terbentuk di kantung empedu. Kondisi ini dikenal sebagai
kolelitiasis.
Faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan terbentuknya batu empedu meliputi:
1. Penyebab keturunan
2. Obesitas
3. Penurunan berat badan yang cepat

3
4. Kehamilan
5. Obat penurun kolesterol
Terdapat tiga jenis batu empedu – batu empedu kolesterol, batu empedu pigmen hitam
keras dan batu empedu pigmen cokelat lembut. Biasanya batu empedu keluar tubuh melalui
tinja secara “diam-diam”. Pada saat lainnya, batu empedu menyangkut di salah satu saluran
sehingga mengakibatkan gangguan. Kotoran adalah empedu yang telah ada di dalam kantung
empedu dalam jangka waktu yang lama. Kotoran ini berupa cairan tebal dan kehitaman .

C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala kolelitiasis tidak dimulai sampai batu empedu menyebabkan penyumbatan dalam
sistem empedu. Gejala yang paling umum adalah nyeri yang stabil di perut kanan bagian atas
yang bisa menjalar ke belakang dan di antara tulang belikat dan/atau di bawah bahu kanan.
Mual, muntah, perasaan kembung dan penyakit kuning juga mungkin terlihat jelas.
1. Mungkin tidak kentara, tidak menyebabkan nyeri dan hanya menunjukkan gejala-gejala
gastrointestinal ringan
2. Mungkin akut dan kronis dengan distres epigastrik (bedah, distensi abdomen, nyeri tak
jelas pada kuadran kanan atas) setelah makan makanan banyak mengandung lemak
3. Jika saluran empedu tersumbat, maka kandung empedu mengalami distensi dan akhirnya
terinfeksi; mungkin terjadi demam dan teraba massa pada abdomen. Kolik bilier dengan
nyeri abdomen kanan atas, menjalar ke punggung atau bahu kanan, mual dan muntah
beberapa jam setelah makan banyak.
4. Ikterik terjadi dengan duktus kumunis empedu
5. Urine berwarna sangat gelap; feses warna pucat
6. Defisiensi vitamin A, D, E, dan K (vitamin-vitamin yang larut dalam lemak)
7. Abses, nekrosis, dan perforasi dengan peritonitis dapat terjadi jika batu empedu terus
menerus menyumbat saluran empedu
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Sinar-x abdomen, ultrasonografi, pencitraan radionukleida, atau kolesintografi
2. Endoskopi retrograd kolangiopankreatografi (ERCP)
3. Perkutaneus transhepatik kolangiografi (PTC)

4
E. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Non-Bedah
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden serangan akut nyeri
kandung empedu dan kolelitiasis dengan penatalaksanaan suportif dan diit, dan jika
memungkinkan untuk menyingkirkan penyebab dengan farmakoterapi, prosedur-
prosedur edoskopi, atau intervensi pembedahan.
a. Menghancurkan batu empedu dengan menginfus pelarut kedalam kandung
empedu
b. Mengangkat batu empedu melalui endoskopi ERCP, ESWL (Extra-corporeal
Shock Wave Lithotrypsy), atau batu dilarutkan dengan eter dan ETDA
2. Penatalaksanaan Diit dan Suportif
a. Mencapai remisi dengan istirahat, cairan IV, penghisapan nasogastrik (NG),
analgesiam dan antibiotik
b. Diit segera setelah serangan biasanya cairan rendah lemak
3. Farmakoterapi
a. Analgesik seperti meperidin mungkin dibutuhkan; hindari penggunaan morfin
karena dapat meningkatkan spasme sfingter Oddi
b. Asam senodeoksikolik (chenodiol atau CDCA) adalah efektif dalamm
menghancurkan batu kolestrol utama
c. Tindak lanjut jangka panjang dan pemantauan enzim-enzim hepar harus dilakukan
4. Litotripsi
a. Litotripsi syok-gelombang ekstrakorporeal: kejutan gelombang berulang yang
diarahkan pada batu empedu yang terletak didalam kandung empedu atau duktus
empedu komunis untuk memecahkan batu empedu
b. Litotripsi syok-gelombang intrakorporeal: batu dapat dipecahkan dengan
ultrasound, tembakan laser, atau litotripsi hidrolik yang pasang melalui endoskopi
yang diarahkan pada batu empedu.

5
5. Penatalaksanaan Pembedahan
a. Koleksistektomi: kandung empedu diangkat setelah ligasi duktus sistikus dan
arteri sistikus
b. Minikoleksistektomi: kandung empedu diangkat melalui insisi 4 cm
c. Koleksistektomi laparoskopi: dilakukan melalui insisi kecil atau pungsi yang
dibuat melalui dinding abdomen dalamm umbilikus

6
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Biografi
Identitas pasien seperti umur, jenis kelamin, alamat, agama, penaggung jawab, status
perkawinan. Kolelitiasis merupakan batu pada kandung empedu yang banyak terjadi pada
individu yang berusia di atas 40 tahun dan semakin meningkat pada usia 75 tahun. Dan
wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis dibandingkan dengan pria.
2. RiwayatKesehatan
a. Keluhan utama
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat pengkajian.
Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri abdomen pada kuadran
kanan atas, dan mual muntah.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode PQRST, paliatif
atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien, quality atau kualitas (Q) yaitu
bagaimana nyeri/gatal dirasakan oleh klien, regional (R) yaitu nyeri/gatal menjalar
kemana, Safety (S) yaitu skala nyeri dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan
nyeri/gatal tersebut.Klien sering mengalami nyeri di ulu hati yang menjalar
kepunggung, dan bertambah berat setelah makan disertai dengan mual dan muntah.
c. Riwayat penyakit dahulu
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita penyakit sama atau pernah di riwayat
sebelumnya. Klien memiliki Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko lebih
tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI maka kadar
kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi.
d. Riwayatkesehatankeluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit kolelitiasis.
Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini menyerang sekelompok
manusia yang memiliki pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat. Tapi orang
dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar disbanding
dengan tanpa riwayat keluarga.

7
e. Riwayat psikososial
Pola piker sangat sederhana karena ketidaktahuan informasi dan mempercayakan
sepenuhnya dengan rumah sakit. Klien pasrah terhadap tindakan yang dilakukan oleh
rumah sakit asal cepat sembuh. Persepsi diri baik, klien merasa nyaman, nyeri tidak
timbul sehubungan telah dilakukan tindakan cholesistektomi.
f. Riwayat lingkungan
Lingkungan tidak berpengaruh terhadap penyakit kolelitiasis. Karena kolelitiasis
dipengaruhi oleh pola makan dan gaya hidup yang tidak baik.
2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
Pada hasil pemeriksaan fisik abdomen didapatkan :
- Inspeksi : datar, eritem (-), sikatrik (-)
- Auskultasi : peristaltik (+)
- Perkusi : timpani
- Palpasi : supel, nyeritekan (+) regiokuadrankananatas, hepar-lien tidakteraba, massa
(-)
- Sistemendokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya pada penyakit
ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh tangan karena terjadi
pembengkakan pada kandung empedu.
B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang dapat diangkat berdasarkan Nanda 2018-2020 (Heardman & Kamisuru, 2018)
adalah :

1. Nyeri akut b.d agen cedera biologis


2. Ketidakseimbangan nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh
3. Defisien volume cairan b.d kehilangan cairan aktif

8
C. Rencana/Intervensi Keperawatan
Rencana asuhan keperawatan dan kriteria hasil berdasarkan Moorhead, Jhonson, Maas, & Swanson (2013). dan Bulechek,
Butcher, Dochterman, & Wagner, (2013) adalah sebagai berikut:
Diagnosa : Nyeri akut
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial,
atau yang digambarkan sebagai kerusakan; awitan yang tiba-tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat,
dengan berakhirnya dapat di antisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan
Batasan karakteristik NOC NIC
1. Ekspresi wajah 1. Tingkat nyeri Manajemen nyeri
nyeri 2. Kontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
2. Keluhan tentang 3. Tingkat kenyamanan termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
intensitas frekuensi, kualitas, dan faktor presipitasi
menggunakan Setelah perawatan selama 2x24 jam, nyeri 2. Observasi reaksi non verbal dari
standar skala nyeri akut klien berkurang dengan kriteria hasil: ketidaknyamanan
3. Sikap melindungi 3. Kurangi faktor presipitasi nyeri
area nyeri 1. Mampu mengontrol nyeri 4. Ajarkan tentang teknik nonfarmakologi
4. Perilaku distraksi 2. Melaporkan bahwa nyeri 5. Evaluasi ketidakefektifan kontrol nyeri
berkurang dengan menggunakan 6. Kolaborasi dengan dokter jika ada keluhan dan
manajemen nyeri tindakan yang tidak berhasil
3. Mampu mengenali nyeri
4. Menyatakan rasa nyaman setelah
nyeri berkurang
5. Tanda vital dalam batas normal
Diagnosa : defisien volume cairan
Definisi : penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler.
Batasan Karakteristik NOC NIC
1. kelemahan Setelah perawatan selama 3x24 jam, Manajemen cairan:
2. kulit kering diagnosa dapat teratasi dengan kriteria: 1. Monitor manifestasi ketidakseimbangan
3. haus 1. Tekanandarahdalambatas normal elektrolit
4. membran mukosa 2. Keseimbangan intake dan output 2. Pertahankan kepatenan akses IV
kering dalam 24 jam 3. Berikan cairan sesuai resep, jika diperlukan
3. Turgor kulit baik

9
4. Intake cairanterpenuhi 4. Pertahankan pencatatan asupan dan haluaran
yang akurat
5. Monitor ketidakseimbangan asam basa
6. Monitor adanya kehilangan cairan dan
elektrolit, jika diperlukan
7. Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
8. Monitor warna kulit dan suhu
9. Dorong konsumsi cairan
Dianosa : ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
Definisi : asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik
Batasan Karakteristik NOC NIC
1. Kram abdomen Setelah perawatan selama 3x24 jam, Manajemen nutrisi
2. Nyeri abdomen diagnosa dapat teratasi dengan kriteria: 1. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan
3. Berat badan 20% 1. Asupan gizi meningkat
(pasien) untuk memenuhi kebutuhan gizi
atau lebih di bawah 2. Asupan makanan meningkat
rentang normal 3. Asupan cairan meningkat 2. Identifikasi (adanya) alergi atau intoleransi
badan ideal
makanan yang dimiliki pasien
3. Instruksikan pasien mengenai kebutuhan
nutrisi (yaitu membahas pedoman diet dan
piramida makanan)
4. Tentukan jumlah kalori dan jenis nutrisi yang
dibutuhkan untuk memenuhi persyaratan gizi

10
BAB III
WEB OF CAUTION (WOC)
WEB OF CATION (WOC) KOLELITIASIS

Diet serat Sirosishati,


Obesitas Obat kontrasepsi Usia> 40 thn kolesterol
seratkolestrol hemolisis

Estrogen Fx tubuh & control Empedulito Pigmen empedu


terhadap kolestrol genik (bilirubin) tak
as. empedu ternjugasi

Kolesterol Prespitasi
(pengendapan)
Super saturasi kolestrol
Batu pigmen
Pembentukan Kristal kolestrol

KOLELITIASIS
Batu kolestrol (batu empedu)

Batu terdorong menuju duktus sistikus

Obstruksi duktus sistikus

Distensi kandung kemih Iritasi duktus sistikus akibat gesekan


dengan batu

Fundus empedu menyentuh dinding


abdomen pada kartilago kosta 9 & 10 Respon inflamasi

Perubahanhemodinamik
Perubahan hemodinamik
Gesekan empedu dgn dinding abdomen

Defisien volume Penumpukan cairan diintrasisial


Nyeri
cairan
Tekanan intra abdomen

Ketidakseimbanga
n nutrisi Mual muntah Penekanan lambung
11
DAFTAR PUSTAKA

Bruner, & Suddarth. (2013). Brunner & Suddarth .(2013). Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta: EGC. Jakarta: EGC.
Heardman, T. H., & Kamisuru, S. (2018). NANDA-1 diagnosis keperawatan : defenisi dan
klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Lewis, S. L., Dirksen, S. R., Heitkemper, M. M., & Bucher, L. (2014). Medical-Surgical Nursing
Ninth edition. Canada: Elsevier.
Moorhead, S., Jhonson , M., Maas, M.L., & Swanson, E. (2013). Nursing Outcomes
Classification Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: Elsevier.
Djuantoro, D. (2014). Buku Ajar Ilustrasi Patofisiologi. Tangerang. Binarupa Aksara.

12

Anda mungkin juga menyukai