TUGAS
oleh
Kelompok 3
122310101005
122310101006
Desi Rahmawati
122310101021
Ria Novitasari
122310101022
Dina Amalia
122310101037
122310101047
122310101050
Aprilita Restuningtyas
122310101055
122310101061
122310101064
122310101067
Cholil Albarizi
122310101068
Ambar Larasati
122310101076
ii
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Tugas Asuhan Keperawatan
Kolesistitis Dan Kolelitiasis. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
KK III A.
Penyusunan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ns. Wantiyah, M.Kep. selaku dosen mata kuliah KK III A;
2. Rekan kerja kelompok satu pada mata kuliah KK III A;
3. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Kami juga menerima segala kritik dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan
makalah ini. Semoga makalah imi dapat berguna dan bermanfaat dengan baik
khususnya dalam pembelajaran KK III A.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
i
HALAMAN JUDUL..................................................................................
ii
iii
iv
12
7.1 Pengkajian.....................................................................................
12
16
18
7.4 Intervensi.......................................................................................
18
7.5 Implementasi.................................................................................
21
24
25
27
27
3. Patofisiologi Kolelitiasis......................................................................
28
30
31
31
iv
7. Penatalaksanaan Kolelitiasis..............................................................
32
35
9.1 Pengkajian....................................................................................
35
39
43
9.4 Intervensi......................................................................................
44
9.5 Implementasi................................................................................
49
51
KOLESISTITIS KOLELITIASIS
Tugas KK 3A (14 April 2014)
Kasus 1:
Seorang pasien perempuan usia 45 tahun dibawa ke UGD karena mengalami
nyeri hebat pada perut sebelah kanan atas. Nyeri kadang dirasakan pada daerah
baru. Pasien juga merasakan demam sejak 1 hari yang lalu. Berdasarkan berbagai
pemeriksaan yang dilakukan pasien didiagnosa kolesistitis.
Jawaban:
1. Pengertian Kolisistitis Dan Jenis Kolesistitis Pasien
Kolesistitis adalah radang kandung empedu yang merupakan inflamasi
akut dinding kandung empedu disertai nyeri perut kanan atas, nyeri tekan dan
panas badan. Dikenal dua klasifikasi yaitu akut dan kronis. Kolesistitis akut
adalah peradangan dari dinding kandung empedu, biasanya merupakan akibat dari
adanya batu empedu di dalam duktus sistikus, yang secara tiba-tiba menyebabkan
serangan nyeri yang luar biasa. Kolesistitis kronis adalah peradangan menahun
dari dinding kandung empedu, yang ditandai dengan serangan berulang dari nyeri
perut yang tajam dan hebat.
Kolesistitis yang dialami oleh pasien tersebut adalah kolesistitis akut.
Kolesistitis merujuk pada inflamasi akut dari kandung mepedu. Ini biasanya
mengiritasi lapisan kandung mepedu. Ini dapat menjadi padat dalam duktus sistik
yang menyebabkan obstruksi dan inflamasi dinding kandung empedu, mencetus
infeksi. Kandung empedu terlatak di bawah lobus kanan hepar. Fungsi utamanya
adalah mengkonsentrasikan dan menyimpan empedu yang diproduksi poleh
hepar. Empedu diperlukan untuk mengemulsikan lemak-lemak. Kandung empedu
berkontraksi dan melepaskan empedu ke dalam duodenum bila makanan berlemak
masuk ke usus. Penyakit kandung empedu adalah akut atau kronis. Bentuk di
karakteristikkan dengan nyeri hebat dari awitan tiba-tiba.
Kolelitiasis (kalkulus/kalkuli, batu empedu) merupakan suatu keadaan
terbentuknya batu empedu yang ada dalam kantong empedu dari unsure-unsur
padat yang membentuk cairan empedu. Batu empedu ini memiliki ukuran, bentuk
dan komposisi yang sangat bervariasi. Batu empedu ini tidak lazim ditemukan
pada anak-anak dan dewasa muda tetapi insidennya semakin sering pada individu
berusia 40 tahun (Smeltzer, 2002). Kolelitiasis adalah batu yang terdapat di
saluran empedu utama atau di duktus koledokus (koledokolitiasis), di saluran
sistikus (sistikokolitiasis) jarang sekali di temukan dan biasanya bersamaan
dengan batu di dalam kandung empedu, dan di saluran empedu intrahepatal atau
hepatolitiasis. (Hadi Sujono, 2002 hlm 778).
Kolesistisis akut merupakan inflamasi akut pada kandung empedu, faktor
presipitasi yang paling sering memicu keadaan ini adalah obstruksi batu empedu.
Sepuluh persen kasus kolesistisis akut tanpa obstruksi batu empedu biasanya
ditemukan pada pasien-pasien yang sakit berat seperti misalnya keadaan
pascabedah, trauma beray, luka bakar berat, kegagalan organ multisistem, sepsis,
hiperalimentasi yang lama atau keadaan postpartum. Gejalanya meliputi nyeri
abdomen kuadran kanan atas atau nyeri epigastrium, demam yang ringan,
anoreksia, takikardia, daforesis dan nause serta vomitus. Gejala ikterus
menunjukkan obstruksi duktus koledokus.
Dikerjakan Oleh:
122310101067
Referensi:
Hadi, Sujono. 1995. Gastroenterologi, ed. 6. Alumni : Bandung
Mitchel, Richard N. 2008. Buku saku dasar keperawatan patologis Robbins &
Cotran Ed.7. Jakarta: EGC
Smeltzer, S& Brunner Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC.
122310101047
Referensi:
Artikel on-line Kolisistis Akut. Diakses melalui http://medicastore.com/index.php
?mod=penyakit&id=607 [14 April 2014. Pukul 08:50WIB]
Brunner & Suddart.2001. Keperawatan Medikal Bedah Vol 2.Jakarta : EGC
Hadi, Sujono. 1995. Gastroenterologi, ed. 6. Alumni : Bandung
Ignatavicius, Donna D. & Workman M.L. 2006. Medical-Surgical Nursing,
Critical Thinking for Collaborative Care. St. Louis: Elsevier Saunders.
Noer, Sjaifoellah. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. HKUI: Jakarta
Gejala Akut
1) Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan
atas, nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan.
2) Nyeri 30-60 menit pasca krandial kuadran kanan atas.
3) Rasa sakit menjalar ke pundak / scapula kanan
4) Penderita dapat berkeringat banyak dan gelisah.
5) Nausea dan muntah sering terjadi
6) Leukostesis
7) Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu
dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus
koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di
bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa bewarna kuning.
Keadaan ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada
kulit.
8) Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai
oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat.
b.
Gejala kronis
Gejala kolelitiasis kronis mirip dengan gejala kolelitiasis akut, tetapi
beratnya nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata. Pasien sering memiliki riwayat
dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung lama.
Menurut Reeves ( 2001) tanda dan gejala yang biasanya terjadi adalah:
1) Nyeri di daerah epigastrium kuadran kanan atas
batu empedu yang menyumbat saluran keluar empedu. Akibatnya getah empedu
akan tertahan dalam kandung empedu akan menimbulkan reaksi kimia, terjadi
otolisis serta edema, dan pembuluh darah dalam empedu akan terkompresi
sehingga suplai vascular terganggu. Sehingga terjadilah perubahan metabolis yang
terganggu berakibat pada iskemia dan nekrosis mukosa kandung empedu yang
dapat menyebabkan infeksi kandung empedu yang menimbulkan nyeri pada
koliesistisis akut. Jika hal tersebut tidak ditangani maka sebagai konsekusnsinya
dapat terjadi gangren yang dapat disertai perforasi kantong empedu (pecah), atau
bisa terbentuk fistula (saluran) antara kandung empedu dan usus, serta
kemungkinan septikemia sebagai akibat dari peradangan lanjutan pada kolesistisis
kronik. (Brunner & Suddarth. 2001)
Sedangkan pada kolesitisis akalkulus (inflamasi kandung empedu akut tanpa
adanya obtruksi batu empedu), dapat timbul diduga setelah tindakan bedah mayor,
trauma berat atau luka bakar. Fakor lainnya yang berkaitan dengan kolesitesis ini
mencakup obstruksi diktus sistikus akibat torsi, infeksi primer bacterial pada
kandung empedu. Kolesitsesis skalkulis ini diperkirakan terjadi akibat perubahan
cairan dan elektrolit serta aliran daerah regional dan sirkulasi visceral misalnya
pada kasus akibat infeksi primer bacterial pada kandung empedu, bakteri dapat
mengeluarkan endotoksin yang mampu menghapuskan respon kontraktil ke CCK,
menyebabkan kandung empedu menjadi stasis sehingga getah empedu
terkonsentrasi tetap stagnan di lumen kadung empedu. (Brunner & Suddarth.
2001).
Dikerjakan Oleh: Desi Rahmawati
122310101021
Referensi:
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 vol 2. Jakarta EGC
Bloom A, Alan dkk. 2014. Cholecystisis. http://emedicine.medscape.com/article/
171886overview#a0104 . [Diakses pada 14 April 2014 pukul 08.18WIB]
122310101068
Referensi:
http://www.scribd.com/doc/80911328/kolesistitis
yang
mengancam
jiwa,
Sanford
guide
merekomendasikan
alternatif
meliputi
sefalosporin
generasi
ketiga
plus
10
6) Obat-obatan
suportif
dapat
diberikan
seperti
pengatur
kestabilan
prochlorperazine
(compazine).
3) Analgesik: oxycodone/acetaminophen (percocet) oral.
c.
Kolesistektomi
Kolesistektomi laparoskopi merupakan terapi bedah standar untuk
11
memiliki
kelebihan
yakni
sebagai
alat
bantu
untuk
12
122310101039
Referensi:
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. Jakarta : EGC.
Price A. Sylvia, Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis
proses-proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
Sloane, Ethel. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula, Edisi I. Jakarta : EGC.
Pengkajian
a. Identitas Klien
Kolesistitis pada umumnya terjadi pada wanita dengan usia lebih dari 40
tahun yang mengalami obesitas dan multipara.
b. Keluhan Utama
Pasien mengeluh nyeri perut kanan atas dapat menyebar ke punggung dan
bahu kanan. Nyeri timbul tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 30
menit, pada umumnya timbul pada1-2 jam setelah makan, biasanya pada
malam hari dan hampir tak pernah pada pagi hari. Mual, muntah,
kembung, berrsendawa.
13
14
pada organ hati, limpa, ginjal, kandung kencing untuk memeriksa ada
atau tidaknya pembesaran pada organ tersebut.
4) Integumen: periksa ada tidaknya oedem, sianosis,icterus, pucat,
pemerahan luka pembedahan pada abdomen sebelah kanan atas.
5) Kaji perubahan gizi-metabolik: penurunan berat badan, anoreksia,
intoleransi lemak, mual dan muntah, dispepsia, menggigil, demam,
takikardi, takipnea, terabanya kandung empedu.
6) Ekstremitas: Apakah ada keterbatasan dalam aktivitas karena adanya
nyeri yang hebat, juga apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Darah lengkap:
a) Leukositosis
sedang
(akut),
bilirubin
dan
amilase serum:
meningkat.
b) Enzim hati serum-AST (SGOT): ALT (SGPT); LDH; agak
meningkat alkaline fosfat dan 5-nukletiase; Di tandai obstruksi
bilier.
c) Kadar protrombin: Menurun bila obstruksi aliran empedu dalam
usus menurunkan
absorbsi vitamin K.
retrograd
endeskopik:
Memperlihatkan
15
abdomen
(multiposisi):
Menyatakan
gambaran
radiologi
kognitif
dan
persepsi
sensori:
Pola
ini
mengenai
konsep
diri:
Bagaimana
persepsi keluarga
dan
pasien
16
Analisa Data
No.
1.
Problem
Etiology
Symptom
nyeri.
2.
Perubahan nutrisi
Mual, muntah,
dyspepsia, nyeri,
tubuh.
pembatasan masukan.
17
3.
Resiko tinggi
Mual, muntah.
kekurangan volume
cairan.
sering muntaj-muntah.
DS: Pasien mengatakan
sering muntah-muntah
dan merasa mual.
4.
Kurang pengetahuan
Kurang terpapar
tentang penyakit.
informasi.
kebingungan dengan
keadaanya kini.
DS: Pasien
mengatakan tidak
mengetahui apa-apa
mengenai penyakitnya
kini.
18
3. Asuha Keperawatan
Diagnosa
No
Kriteria hasil
Intervensi
keperawatan
Gangguan
1.
Tujuan
nyaman:
rasa Setelah
berhubungan
24
jam,
kandung
empedu.
Klien
Obstruksi/spase
mnegkompensasi
nyeri (-)
pemberian
program terapi.
analgesic
sesuai
19
Perubahan
2.
nutrisi
dari
Klien
kurang kebutuhan
memenuhi 1. Klien
nutrisi
dapat
berhubungan
kebutuhan metabolic.
mual,
muntah,
dyspepsia, nyeri,
badan
saat
masuk
dan
tubuh
dengan
berat
3. Kaji
distensi
abdomen,
berhati-hati,
menolak gerak.
4. Pemeriksaan laboratorium/Hb-Ht-elektrolit-
laboratorium
(Hb, albumin).
normal
Albumin.
5. Jelaskan
tentang
pengontrolan
dan
karbohidrat,
lemat
pembatasan
pemberian konsumsi
masukan.
dengan
ahli
gizi
untuk
20
3 kekurangan
volume
pasien adekuat.
cairan
stabil.
2. Membrane mukosa lembab
pemasukan
dengan
kehialangan
4. Kaji
cairan
melalui
gaster,
muntah
dan
hipermotilitas
gaster
gangguan
pembekuan
darah,
peningkatan
dan
pengeluaran
cairan.
berhubungan
distensi
dan
contohnya
yang
pendarahan
tidak
biasa
pada
gusi,
21
metabolism.
Kurang
Pengetahuan
pasien
pengetahuan
kurang
Pasien
mampu
terpapar
1.
2. Kaji
ulang
prognosis,
diskusikan
informasi.
5. Implementasi
No.
Diagnosa
kolesistitis.
minuman
Implementasi
Gangguan
rasa
nyaman:
nyeri 1. Telah dipantau tingkat dan intensitas nyeri.
berhubungan proses inflamasi kandung 2. Telah diajarkan teknik relaksasi (nafas dalam).
empedu.
Obstruksi/spasme
duktus,
3. Telah diberikan kompres hangat (hati-hati dengan klien yang mengalami
iskemia
pendarahan).
4. Telah diberikan posisi yang nyaman.
22
berhubungan
dengan
mual, 2. Telah dicatat berat badan saat masuk dan bandingkan dengan saat berikutnya.
muntah, dyspepsia, nyeri, pembatasan 3. Telah dikaji distensi abdomen, berhati-hati, menolak gerak.
masukan.
23
2.
Resiko tinggi kekurangan volume cairan 1. Telah memonitor pemasukan dan pengeluaran cairan.
berhubungan dengan kehialangan cairan 2. Mengawasi berlanjutnya mual/muntah, kram abdomen, kejang ringan,
melalui gaster, muntah distensi dan
hipermotilitas
gaster
pembekuan
darah,
metabolism.
dan
kelemahan.
3.
Kurang pengetahuan tentang penyakit 1. Telah diberikan penjelasan pada pasien tentang kolesistitis.
berhubungan dengan kurang terpapar 2. Telah dikaji ulang prognosis, diskusikan perawatan dan pengobatan.
informasi.
24
6. Evaluasi
No.
1.
Diagnosa
Evaluasi
2.
Pasien
mengatakan
sudah
tidak
mual,
muntah,
3.
Resiko
tinggi
volume
cairan
25
4.
cara mengatasinya.
O:
Pasien
sudah
tidak
Nampak
7. Discharge Planning
1. Perawat memberikan informasi kepada klien dan keluarga tentang potensi
terjadinya komplikasi berupa kolangitis.
2. Berikan instruksi ke klien atau anggota keluarga, termasuk perawatan
lanjutan, infeksi, rawat jalan dan jadwal perawatan berikutnya.
3. Ajarkan klien tentang manajemen nyeri, terapi diet, pembatasan aktivitas
dan perawatan kesehatan tindak lanjut.
4. Ingatkan pasien untuk meminum obat-obatan harian yang diperlukan
untuk proses penyembuhan meliputi nama obat, tujuan, dosis, jadwal,
tindakan pencegahan, interaksi obat dengan dan potensial efek samping.
5. Beri tahu klien untuk melakukan diet rendah lemak dan menghindari
makanan berlemak tinggi seperti susu, gorengan, alpukat, mentega dan
cokelat. Anjurkan minum cairan yang adekuat sedikitnya 2-3 L/hari.
6. Ajarkan klien cara perawatan diri di rumah dan semua hal yang diperlukan
untuk perawatan di rumah (Black, 1997).
26
Dikerjakan Oleh:
Ria Novitasari
122310101022
122310101006
Aprilita Restuningtyas
122310101055
Referensi:
Engram, Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.
Jakarta: EGC
Marry, Marilynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Akarta: EGC
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi 2 Vol 2. Jakarta:
EGC.
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2003. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC.
27
Kasus 2
Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun periksa ke poli interna RS Sehat karena
sering mengalami nyeri pada perut sebelah kanan atas. Nyeri berlangsung agak
lama sekitar 30 menit. Berdasarkan berbagai pemeriksaan yang dilakukan pasien
didiagnosa kolelitiasis.
Jawaban:
1. Definisi,
Etiologi,
Patofisiologi, Tanda
Dan
Gejala,
Pemeriksaan
Definisi
Kolelitiasis atau koledokolelitiasi merupakan adanya batu di kandung
empedu, atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya
komposisi utamanya adalah kolesterol.
Kolelitiasis merupakan suatu keadaan dimana terdapat batu empedu di
dalam kandung empedu (vesika felea) dari unsure unsure padat yang
membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran bentuk dan komposisi
yang bervariasi.(brunner & suddarth : 2001)
b.
Etiologi
Penyebab pasti dari kolelitiasis atau koledokolelitiasis atau batu empedu
belum di ketahui. Suatu teori mengatakan bahwa kolesterol dapat
menyebabkan superaturasi empedu di kandung empedu. Setelah beberapa
lama, empedu yang telah mengalami superaturasi menjadi mengkristal dan
memulai membentuk batu. Tipe lain batu empedu adalah batu pigmen.
Batu pigmen tersusun oleh kalsium bilirubin, yang terjadi ketika bilirubin
bebas berkombinasi dengan kalsium
NIM 122310101076
Referensi
Brunner & Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 vol 2. Jakarta
EGC
Mansjoer Arif, (2001), Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 Jakarta : Media
Aescuapius.
28
c.
Patofisiologi Kolelitiasis
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu: batu yang terutama tersusun dari
pigmen dan tersusun dari kolesterol
a. Batu pigmen
Batu pigmen terdiri dari garam kalsium dan salah satu dari
keempat anion ini adalah bilirubinat, karbonat, fosfat dan asam lemak.
Pigmen (bilirubin) pada kondisi normal akan terkonjugasi dalam
empedu. Bilirubin terkonjugasi karna adanya enzim glokuronil
tranferase bila bilirubin tak terkonjugasi diakibatkan karena kurang atau
tidak adanya enzim glokuronil tranferase tersebut yang akan
mengakibatkan presipitasi/pengendapan dari bilirubin tersebut. Ini
disebabkan karena bilirubin tak terkonjugasi tidak larut dalam air tapi
larut dalam lemak. Sehingga lama kelamaan terjadi pengendapan
bilirubin tak terkonjugasi yang bisa menyebabkan batu empedu tapi ini
jarang terjadi.
Mekanisme batu pigmen Pigmen (bilirubin) tak terkonjugasi dalam
empedu
Akibat berkurang atau tidak adanya enzim glokuronil tranferase
Presipitasi / pengendapan
Berbentuk batu empedu
Batu tersebut tidak dapat dilarutkan dan harus dikeluarkan dengan
jalan operasi
29
b. Batu kolesterol
Kolesterol merupakan unsur normal pembentukan empedu dan
berpengaruh dalam pembentukan empedu. Kolesterol bersifat tidak
larut dalam air, kelarutan kolesterol sangat tergantung dari asam
empedu dan lesitin (fosfolipid).
Mekanisme batu pigmen
Proses degenerasi dan adanya penyakit hati
Penurunan fungsi hati
Penyakit gastrointestinal Gangguan metabolisme
Mal absorpsi garam empedu - Penurunan sintesis (pembentukan) asam
empedu
Peningkatan sintesis kolesterol
Berperan sebagai penunjang: iritan pada kandung empedu Supersaturasi (kejenuhan) getah empedu oleh kolesterol
Peradangan dalam eningkatan sekresi kolesterol kandung empedu
Kemudian kolesterol keluar dari getah empedu
Penyakit kandung empedu Pengendapan
kolesterol
Batu empedu
30
d.
Manifestasi Klinik
Gejalanya bersifat akut dan kronis, gangguan epigastrium: rasa
penuh, distensi abdomen, nyeri samar pada perut kanan atas, terutama
setelah klien konsumsi makanan berlemak atau yang digoreng. Tanda dan
gejalanya adalah sebagai berikut:
1. Nyeri dan kolik bilier, jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu,
kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi. Pasien
akan menderita panas, teraba massa padat pada abdomen, pasien dapat
mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen kanan atas
yang menjalar kepunggung atau bahu kanan , rasa nyeri disertai mual
dan muntah akan bertambah hebat dalam waktu beberapa jam sesudah
makan dalam porsi besar. Pasien akan gelisah dan membalik-balikkan
badan, merasa tidak nyaman, nyerinya bukan kolik tetapi persisten.
Seorang kolik bilier semacam ini disebabkan oleh kontraksi kandung
empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar akibat
tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding adomen pada daerah
kartilago kosta sembilan dan sepuluh
bagian
kanan, sehingga
31
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium : lekositosis, blirubinemia ringan, peningkatan alkali
posfatase.
2. USG: dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung empedu atau duktus
koledokus yang mengalami dilatasi, USG mendeteksi batu empedu
dengan akurasi 95%.
3. CT Scan Abdomen
4. MRI
5. Sinar X abdomen
6. Koleskintografi/pencitraan radionuklida: preparat radioaktif disuntikkan
secara intravena. Pemeriksaan ini lebih mahal dari USG, waktu lebih
lama, membuat pasien terpajar sinar radiasi, tidak dapat mendeteksi
batu empedu.
7. Kolesistografi: alat ini digunakan jika USG tidak ada / hasil USG
meragukan.
NIM 122310101064
Referensi
Kee,L.J. Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik. Jakarta: EGC
Mansjoer,Arif M. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
Price A. Sylvia, Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis
proses-proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
f.
Komplikasi
1. Kolesistitis akut
2. Ikterus obstruksi karena batu saluran empedu
3. Kolangitis
4. Ilius obstruksi karena batu
5. Degenerassi keganasan
32
g.
Penatalaksanaan
Menurut Brunner ( 2001) penatalaksanaan untuk kolelitiasis sebagai
berikut:
A. Non Bedah, yaitu :
1. Terapi Konservatif
a. Pendukung diit : Cairan rendah lemak
b. Cairan Infus : menjaga kestabilan asupan cairan
c. Analgetik : meringankan rasa nyeri yang timbul akibat gejala
penyakit
d. Antibiotik : mencegah adanya infeksi pada saluran kemih
e. Istirahat
2. Farmakoterapi
Pemberian asam ursodeoksikolat dan kenodioksikolat digunakan
untuk melarutkan batu empedu terutama berukuran kecil dan
tersusun dari kolesterol. Zat pelarut batu empedu hanya digunakan
untuk batu kolesterol pada pasien yang karena sesuatu hal sebab tak
bisa dibedah. Batu-batu ini terbentuk karena terdapat kelebihan
kolesterol yang tak dapat dilarutkan lagi oleh garam-garam empedu
dan lesitin. Untuk melarutkan batu empedu tersedia kenodeoksikolat
dan
ursodeoksikolat.
Mekanisme
kerjanya
berdasarkan
33
nononvasif
ini
menggunakan
gelombang
kejut
34
35
NIM 122310101061
Referensi
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah volume 2 edisi 8.
Jakarta: EGC
Price A. Sylvia, Lorraine M Wilson. 2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis
proses-proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
2. Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa (Utama Dan Sesuai Kasus),
Intervensi, Implementasi, Dan Evaluasi.
A. Pengkajian
1. Data umum
a) Nama
b) Usia. Resiko untuk terkena Kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan orang yang usia
lebih muda
36
dan
apa
saja
yang
dapat
mengurangi
atau
37
38
d. Pola eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK klien apakah teratur atau tidak,
frekuensinya, dan bagaimana sifatnya. Observasi kemampuan BAB
dan BAK klien. Gejala yang dialami klien berupa distensi
abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus dan ditandai
dengan perubahan warna urine dan feces.
e. Pola istirhat dan tidur
Kaji pola tidur klien, berapa lama dalam sehari, adakah gangguan
tidur yang biasanya disebabkan oleh nyeri dan demam serta
kelelahan.
f. Pola Sirkulasi
Klien biasanya akan mengalami takikardia dan pucat.
g. Pola Pernapasan
Klien biasanya akan mengalami peningkatan frekuensi pernafasan,
ditandai dengan napas pendek dan dangkal
h. Pola peran hubungan
Kaji peran klien dalam keluarganya, apakah klien dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
i. Pola aktivitas dan latihan
Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan
usia, aktivitas klien sehari-hari di rumah, dan observasi tingkat
kemampuan klien dlam beraktivitas.
j. Pola keyakinan
Kaji pola keyakinan klien dan orang tua klien, tanyakan apa agama
klien.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Biasanya keadaan umum klien baik.
b) Aktivitas/istirahat
Biasanya ditandai dengan kelemahan, dan gelisah.
39
c) Sirkulasi
Ditandai dengan takikardi, berkeringat
d) Eliminasi
Ditandai dengan perubahan warna urin dan feses,
distensi
abdomen, teraba masa pada kuadran kanan atas. Urin gelap, pekat.
e) Makanan/cairan
Anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak dan
makanan
pembentukan
gas,
regurgitasi
berulang,
nyeri
Diagnosa
Data
DO:
a. Pasien tampak
meringis kesakitan.
b. TTV: TD : 140/80
mmHg, N: 95x/
menit, RR : 20
Nyeri akut
Nyeri akut
40
x/menit, S: 37,1 C
c. Pemeriksaan
Menggesek mukosa
saluran empedu
abdomen :
I : tidak ada lesi tidak
ada asites
A: peristaltic usus 12x
/ menit
P: terdapat nyeri
tekan pada perut
kanan atas
P: Tympani
Perubahan cairan
DS:
a. Pasien mengatakan
sering mengalami
Penumpukan komponen
empedu
Kekurangan volume
cairan
baik
b. Mata ikterik
c.
Berkeringat
d. Takikardi
Masuk kedalam
peredaran darah
Kekurangan
volume cairan
41
a. Keluarga pasien
mengatakan pasien
sering mual dan
muntah
b. Pasien mengatakan
badannya terasa lemas
c. Pasien mengatakan
sering merasa haus.
Penumpukan komponen
empedu
DO:
Perubahan nutrisi:
a. BB sebelum 63 kg
b. BB sekarang 60 kg
nutrisi kurang
tubuh
dari kebutuhan
tubuh
Mual muntah
DS:
a. pasien mengatakan
mual sehabis
makan
b. pasien mengatakan
Perubahan
Defisiensi bilirubin
dalam saluran
pencernaan
nafsu makan
menurun
Masuk kedalam
peredaran darah
42
Menyumbat aliran
empedu
Penumpukan komponen
empedu
DO:
Kurang
a. Pasien terlihat
Kurang pengetahuan
kebingungan
b. Pasien terlihat
cemas
kurang pengetahuan
DS:
a. Pasien mengatakan
tidak mengetahui
tentang
Menggesek mukosa
saluran empedu
penyakitnya
b. Keluarga pasien
mengatakan tidak
mengerti
bagaimana cara
merawat
keluarganya yang
sakit
pengetahuan
43
Perubahan cairan
empedu dan produksi
empedu
Penumpukan komponen
empedu
B. Diagnosa
1. Nyeri akut b/d proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme
duktus, iskemia jaringan/nekrosis
2. Kekurangan volume cairan b/d dispensi dan hipermortilitas gaster,
gangguan proses pembekuan darah
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
pencernaan lemak intake yang tidak adekuat.
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
44
C. INTERVENSI
Diagnosa
Intervensi
Rasional
inflamasi kandung
tentang kemajuan/perbaikan
empedu, obstruksi/spasme
keefektifitan intervensi.
duktus, iskemia
jaringan/nekrosis
Krieria hasil
Pasien akan:
-Melaporkan nyeri hilang/
terkontrol
1.Memberikan informasi
-Menunjukkan penggunaan
intraabdomen.
nyaman.
aktivitas hiburan
45
2. Awasi belanjutnya
Keseimbangan cairan
mual/muntah, kram
adekuat
abdomen,kejang ringan,
kelemahan
Kriteria hasil:
3.
6. Membantu dalam
Kaji pendarahan
1. Memberikan informasi
tentang status cairan /
volume sirkulasi dan
kebutuhan penggantian
cairan.
2. Muntah berkepanjangan,
aspirasi gaster dan
pembatasan pemasukan
contohnya pendarahan
pada gusi,mimisan,
dan klorida.
petekia, melena.
3. Protrombin darah
menurun dan waktu
koagulasi memanjang bila
aliran empedu terhambat,
46
meningkatkan resiko
hemarogi.
4. Membantu dalam proses
evaluasi volume cairan
5. Mempertahankan volume
sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan.
Tujuan :
Setelah dilakukan perawatan
selama 3x24 jam
Pemenuhan kebutuhan
nutrisi pasien adekuat.
Kriteria hasil:
Pasien akan :
-
Melaporkan mual/muntah
hilang.
1. Adanya ketidaknyamanan
karena gangguan
percernaan,nyeri gaster.
2. Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan
nutrisi.
disukai
4. Berikan suasana yang
makan, hilangkan
4. Untuk meningkatkan
nafsu makan/ menurunkan
47
Menunjukkan kemajuan
sebelum makan
mual.
meningkatkan nafsu
sesua indikasi
makan.
6. Berguna untuk
merencanakan kebutuhan
Tujuan :
Setelah diberi penjelasan 23 kali selama 10 menit
pasien dapat mengerti dan
memahami penyakit yang
1. Jelaskan mengenai
1. Penjelasan mengenai
penyakit dapat
menurunkan kecemasan
2. Berikan
48
dialaminya
persiapannya
3. Kaji ulang program obat
dan kemungkinan efek.
4. Anjurkan pasien untuk
Kriteria Hasil:
- pasien mengatakan sudah
makan/minum makanan
tinggi lemak
49
D. IMPLEMENTASI
No
1
Diagnosa
Nyeri akut b/d proses
Rencana Tindakan
1. Telah diobservasi dan dicatat
inflamasi kandung
empedu, obstruksi/spasme
duktus, iskemia
jaringan/nekrosis
50
hipermortilitas gaster,
cairan
gangguan proses
pembekuan darah
51
sebelum makan
6. Telah dikonsultasikan dengan ahli
diet/ tim pendukung nutrisi sesuai
indikasi
7. Telah
diberikan
diet
sesuai
E. Evaluasi
No
1
Diagnosa
Evaluasi
inflamasi kandung
empedu, obstruksi/spasme
duktus, iskemia
nyeri.
jaringan/nekrosis
52
hipermortilitas gaster,
gangguan proses
pembekuan darah
Tanda-Tanda Sianosis
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
gangguan pencernaan
adekuat
kurang informasi
Dikerjakan Oleh:
Dina Amalia
Nim 122310101037
53
Referensi
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8.
Jakarta: EGC
Carpenito, Lynda Juall. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta: EGC
Nanda. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda Definisi dan Klasifikasi
2005 -2006. Editor : Budi Sentosa. Jakarta : Prima Medika