Anda di halaman 1dari 37

I

ASUHAN KEPERAWATAN

KOLELITIASIS

Disusun Oleh:

1. ADRIENNE FASHIHAH 19100002


2. ALDA SILVIYANA 19100008
3. ALFINA SETIAWATI 19100017
4. DIMAS SAPUTRA 19100015
5. LISDA SEPTIANA 19100019
6. SRI SUMETA PUTRI 19100022

Dosen Pengampu: Ns. Kgs. M. Faizal, M. Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

CITRA DELIMA BANGKA BELITUNG

TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021

KATA PENGANTAR
II

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
    Karena keterbatasan pengetahuan kami yakin masih banyak kekurangan dalam
makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR ISI
III

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...............................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................................1
C. Tujuan.......................................................................................................................2
BAB II..................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................................3
A. Definisi......................................................................................................................3
B. Patofisiologi..............................................................................................................4
C. Etiologi......................................................................................................................7
D. Faktor Resiko............................................................................................................7
E. Klasifikasi.................................................................................................................8
F. Manifestasi Klinis.....................................................................................................9
G. Komplikasi..............................................................................................................10
H. Penatalaksanaan......................................................................................................11
I. Pemeriksaan Diagnostik..........................................................................................12
J. Pencegahan..............................................................................................................13
K. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KOLESISTITIS......................14
BAB III..............................................................................................................................34
PENUTUP..........................................................................................................................34
A. Kesimpulan.............................................................................................................34
B. Saran........................................................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................35
4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kolelitiasis atau batu empedu merupakan gabungan dari beberapa unsur yang
membentuk suatu material yang menyerupai batu yang dapat ditemukan dalam
kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam saluran empedu (koledokolitiasis)
atau pada kedua-duanya. Batu empedu biasanya terbentuk dalam kantung empedu
dari konstituen padat empedu dan sangat bervariasi dalam ukuran, bentuk, dan
komposisi. Batu empedu jarang terjadi pada anak-anak dan dewasa muda, tetapi
sering terjadi setelah usia 40 tahun, yang mempengaruhi 30% sampai 40% dari
populasi pada usia 80 tahun.

Obstruksi duktus empedu di ikuti oleh kolesistitis akut yang mungkin


berhubungan dengan peningkatan tekanan dan iskemia di kandung empedu atau
iritasi kimia dari organ yang di sebabkan oleh pemajanan jangka panjang terhadap
konsentrat empedu. Infeksi bakteri utama dapat menyebabkan kolesistitis, tetapi
sampai dengan 80% kasus, terjadi batu obstruktif dalam saluran empedu.
Kolesistitis akut dapat menyebabkan komplikasi dengan abses dan atau perforasi
kandung empedu. Kolesistitis kronis biasanya di hubungkan dengan batu di dalam
duktus bilier dan di manifestasikan oleh intoleran terhadap makanan berlemak,
mual dan muntah, dan nyeri setelah makan.  

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi kolelitiasis?
2. Bagaimana patofisiolgi kolelitiasis?
3. Bagaimana etiologi kolelitiasis?
4. Bagiamana factor resiko kolelitiasis?
5. Bagaimana manifestasi klinis kolelitiasis?
6. Bagaimana pemeriksaan diagnostik kolelitiasis?
7. Bagaimana penatalaksanaan kolelitiasis?
8. Bagaimana asuhan keperawatan kolelitiasis?
5

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian kolelitiasis
2. Menjelaskan patofisiologi kolelitiasis
3. Menjelaskan etiologi kolelitiasis
4. Menjelaskan faktor resiko kolelitiasis
5. Menjelaskan manifestasi klinis kolelitiasis
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik kolelitiasis
7. Menjelaskan penatalaksanaa kolelitiasis
8. Menjelaskan asuhan keperawatan kolelitiasis
6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi
Kolelitiasis adalah pembentukan batu empedu yang biasanya terbentuk
dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu
(Brunner & Suddarth, 2001).
Batu empedu merupakan endapan satu atau lebih komponen empedu
kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein, asam lemak dan fosfolipid
(Price & Wilson, 2005).
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,
atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya
adalah kolesterol. (Williams, 2003)
Kolelitiasis adalah batu yang terbentuk oleh colesterol, kalsium, bilirubinat
atau campuran yang disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu (Marlyn
E Doengoes, 2000).
Kolelitiasis adalah (kalkulus atau kalkuli, batu empedu) biasanya terbentuk
dalam kandung empedu dari unsur-unsur padat yang membentuk cairan empedu.
Betu empedu memiliki ukuran, bentuk dan komposisi yang sangat bervariasi
(Smeltzer, 2002).
Batu empedu adalah batu yang berbentuk lingkaran dan oval yang di
temukan pada saluran empedu. Batu empedu ini mengandung kolesterol, kalsium
bikarbonat, kalsium bilirubinat atau gabungan dari elemen-elemen tersebut.
(Grace, Pierce. dkk, 2006, hlm 121).
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat di dalam kandung empedu atau
saluran empedu (duktus koledukus) atau keduanya. (Arif Muttaqin, 2011)
Jadi dapat disimpulkan bahwa kolelitiais atau batu empedu merupakan
gabungan dari beberapa unsur yang membentuk suatu material yang menyerupai batu
yang dapat ditemukan dalam kandung empedu (kolesistolitiasis) atau di dalam sluran
empedu (koledokolitiasis) atau pada kedua – duanya.
7

B. Patofisiologi

Batu ginjal terjadi karena adanya zat tertentu dalam empedu yang hadir
dalam konsentrasi yang mendekati batas kelarutan mereka. Bila empedu
terkonsentrasi di kandung empedu, larutan akan menjadi jenuh dengan bahan –
bahan tersebut, kemudian endapan dari larutan akan membentuk kristal
mikroskopis. Kristal terperangkat dalam mukosa bilier, akan menghasilkan suatu
endapan. Oklusi dari saluran oleh endapan dan batu menghasilkan komplikasi
penyakit batu empedu. Pada kondisi normal kolesterol tidak mengendap di
empedu karena mengandung garam empedu terkonjugasi dan fosfatidikolin
( lesitin ) dalam jumlah cukup agar kolesterol berada di dalam larutan misel. Jika
rasio konsentrasi kolesterol berbanding garam empedu dan lesitin meningkat,
maka larutan misel menjadi sangat jenuh. Kondisi yang sangat jenuh ini mungkin
karena hati memproduksi kolesterol dalam bentuk konsentrasi tinggi. At ini
kemudian mengendap pada lingkungan cairan dalam bentuk kristal kolesterol.
Kristal ini merupakan prekursor batu empedu.
Bilirubin, pigmen kuning yang berasal dari pemecahan heme, secara aktif
disekresi ke dalam empedu oleh sel hati. Sebagian besar bilirubin dalam empedu
adalah berada dalam bentuk konjugat glukuronida yang larut dalam air dan stabil,
tetapi sebagian kecil terdiri atas bilirubin tak terkonjugasi. Bilirubin tak
terkonjugasi, seperti asam lemak, fosfat, karbonat dan anion lain, cenderung untuk
membentuk presipitat tak larut dengan kalsium. Kalsium memasuki empedu
secara pasif bersama dengan elektrolit lain. Dalam situasi pergantian heme tinggi,
seperti hemolisis kronis atau sirosis, bilirubin tak terkonjugasi mungkin berada
dalam empedu pada konsentrasi yang lebih tinggi dari biasanya. Kalsium
bilirubinate mungkin kemudian mengkristal dari larutan dan akhirnya membentuk
batu. Seiring waktu, berbagai oksidasi menyebabkan bilirubin presipitat untuk
mengambil zat warna hitam. Batu yang dibentuk dengan cara ini yang disebut
batu pigmen hitam.
Empedu biasanya steril, tetapi dalam beberapa kondisi yang tidak biasa
(misalnya di atas striktur bilier), mungkin terkolonisasi dengan bakteri. Bakteri
menghidrolisis bilirubin terkonjugasi dan hasi peningkatan bilirubin tak
terkonjugasi dapat menyebabkan presipitasi terbentuknya kristal kalsium
bilirubinate. Bakteri hidrolisis lesitin menyebabkan pelepasan asam lemak yang
kompleks dengan kalsium dan endapan dari larutan. Konkresi yang dihasikan
8

memiliki konsistensi disebut batu pigmen cokelat. Tidak seperti kolesterol atau
pigmen hitam batu, yang membentuk hampir secara eksklusif di kandung empedu,
batu pigmen cokelat sering bentuk de novo dalam saluran empedu.
Batu empedu kolesterol dapat terkoloni dengan bakteri dan dapat
menimbulkan peradangan mukosa kandung empedu. Enzim dari bakteri dan
leukosit menghidrolisis bilirubin konjugasi dan asam lemak. Akibatnya, dari
waktu ke waktu, batu kolesterol bisa mengumpulkan proporsi kalsium bilirubinate
dan garam kalsium, lalu menghasilkan campuran batu empedu.
Kondisi batu kandung empedu memberikan berbagai menifestasi keluhan
pada pasien dan menimbulkan berbagai masalah keperawatan. Jika terdapat batu
yang menyumbat duktus sistikus atau duktus biliaris komunis untuk sementara
waktu, tekanan di duktus biliaris akan meningkat dan peningkatan kontraksi
peristaltik di tempat penyumbatan mengakibatkan nyeri visera di daerah
epigastrium, mungkin dengan penjalaran ke punggung. Keluhan muntah dapat
memberikan masalah keperawatan nyeri dan risiko ketidakseimbangan cairan.
Respons nyeri dan gangguan gastrointestinal akan meningkatkan penurunan
intake nutrisi, sedangkan anoreksia memberikan masalah keperawatan risiko
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari krbutuhan.
Respons komplikasi akut dengan peradangan akan memberikan
manifestasi peningkatan suhu tubuh. Respons kolik bilier secara kronis akan
meningkatkan kebutuhan metabolisme sehingga pasien cenderung mengalami
kelelehan memberikan masalah intoleransi aktivitas. Respons adanya batu akan
dilakukan intervensi medis pembadahan, intervensi litotripsi, atau intervensi
endoskopik memberikan respons psikologis kecemasan dan pemenuhan informasi.
9

pathway

Obesitas, Makanan, usia, jenis kelamin,


genetik, infeksi kuman, statis cairan
empedu

Batu empedu

Intervensi bedah
Okulsi dan obstuksi dari batu Intervensi litotripsi
Intervensi endoskopik

Obstruksi duktus sitikus


atau duktus biliaris
ikterus
preoperatif pascaoperatif

Respon Tekanan di duktus biliaris akan


meningkat dan peningkatan Port de entrée
saraf lokal
kontraksi peristaltik pascabedah
10

Respon
psikologis
misinterpretasi
perawatan dan
penatalaksanaan
nyeri pengobatan

Resiko infeksi

Gangguan
gastrointestinal

Mual, muntah, Kecemasan


anoreksia Pemenuhan informasi

Intake nutrisi dan


cairan tidak adekuat

Resiko
Penurunan ketidakseimbangan
Ketidakseimbangan cairan tubuh cairan dan elektrolit
nutrisi kurang dari
C. Etiologi
kebutuhan tubuh
Batu-batu (kalkuli) dibuat oleh kolestrol, kalsium bilirubinat atau
campuran, disebabkan oleh perubahan pada komposisi empedu. Batu empedu
dapat terjadi pada duktus koledukus, duktus hepatica, dan duktus pancreas.Kristal
dapat juga terbentuk pada submukosa kandung empedu menyebabkan penyebaran
inflamasi. Sering diderita pada usia di atas 40 tahun, banyak terjadi pada wanita
(Doenges, 1999).
1. Statis cairan empedu
2. Infeksi kuman (E.Coli, klebsiella, Streptokokus, Stapilokokus, Clostridium).
3. Iskemik dinding kandung empedu.
4. Kepekatan cairan empedu.
11

5. Kolesterol.
6. Lisolesitin.
7. Prostaglandin yang merusak lapisan mukosa dinding kandung empedu diikuti
reaksi supurasi dan inflamasi.

D. Faktor Resiko

Kolelitiasis dapat terjadi dengan atau tanpa factor resiko .namun, semakin
banyak faktor resiko, semakin besar pula kemungkinan untuk terjadinya
koletiasis.Faktor resiko tersebut antara lain:
1. Genetik
Batu empedu melihatkan variasi genetik. Kecenderungan membentuk batu
empedu bisa berjalan dalam keluarga 10. Di Negara barat penyakit ini sering
dijumpai, di USA 10-20% laki-laki dewasa menderita batu kandung
empedu.Batu empedu lebih sering ditemukan pada orang kulit putih
dibandingkan kulit hitam.Batu empedu juga sering ditemukan di Negara lain
selain USA, Chili dan Swedia.
2. Umur
Usia rata-rata tersering terjadinya batu empedu adalah 40-50 tahun. Sangat
sedikit penderita batu empedu yang dijumpai pada usia remaja, setelah itu
dengan semakin bertambahnya usia semakin besar kemungkinan untuk
mendapatkan batu empedu, sehingga pada usia 90 tahun kemungkinannya
adalah satu dari tiga orang.

3. Jenis kelamin
Batu empedu lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki dengan
perbandingan4 : 1. Di USA 10 – 20 % laki-laki dewasa menderita batu
kandung empedu, sementara di Italia 20 % wanita dan 14 % laki-
laki.Sementara di Indonesia jumlah penderita wanita lebih banyak daripada
laki-laki.
4. Obesitas
Pada orang yang mengalami obesitas dengan indeks massa tubuh (BMI) tinggi
makan kadar kolesterol dalam kandung empedu sangat tinggi sehingga akan
12

menurunkan garam empedu dan mengurangi kontraksi atau pengosongan


kandung empedu.
5. Makanan
Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat mengakibatkan
gangguan terhadap unsur kimia empedudan dapat menyebabkan penurunan
kontraksi kandung empedu.
6. Aktifitas fisik
Kurangnya aktivitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko terjadinya
kolelitiasis.
7. Riwayat keluarga
Orang dengan riwayat keluarga kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar.
8. Nutrisi intravena jangka lama
Nutrisi IV dalam jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan / minuman yang
melewati intestinal.Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi
meningkat dalam kandung empedu.

E. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari batu empedu menurut Suratun, dkk (2010, hlm. 201)
adalah sebagai berikut :
1. Batu Kolesterol
Biasanya berukuran besar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna
kuning pucat dan sering kali mengandung kalsium dan pigmen. Kolesterol
yang merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam
air. Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosfolipid)
dalam empedu. Pada pasien yang cenderung menderita batu empedu akan
terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol
dalam hati.
2. Batu Pigmen
Terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion (bilirubinat, karbonat,
fosfat, atau asam lemak rantai panjang). Batu-batu ini cenderung berukuran
kecil, multipel, dan bewarna hitam kecoklatan. Batu pigmen bewarna coklat
berkaitan dengan hemolisis kronis.Batu berwarna coklat berkaitan dengan
infeksi empedu kronis (batu semacam ini lebih jarang di jumpai). Batu pigmen
akan terbentuk bila pigmen tidak terkonjugasi dalam empedu dan terjadi
13

proses presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu. Resiko terbentuknya


batu semacam ini semakin besar pada pasien sirosis, hemolisis, dan infeksi
percabangan bilier.
3. Batu Campuran
Batu ini merupakan TERBENTUK BILA TERJADI campuran antara batu
kolesterol dengan batu pigmen atau dengan substansi lain (kalsium karbonat,
fosfat, garam empedu, dan palmitat), dan biasanya berwarna coklat tua.

F. Manifestasi Klinis

Menurut Price (2005, hlm 503) “Sebanyak 75% orang yang memiliki batu
empedu tidak memperlihatkan gejala. Sebagian besar gejala timbul bila batu
menyumbat aliran empedu, yang seringkali terjadi karena batu yang kecil
melewati ke dalam duktus koledokus”.  Penderita batu empedu sering memiliki
gejala kolesistitis akut atau kronis.
1. Gejala Akut 
a. Nyeri hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan
atas, nyeri dapat  menyebar ke punggung dan bahu kanan. 
b. Penderita dapat berkeringat banyak dan Gelisah
c. Nausea dan muntah sering terjadi. 
d. Ikterus, dapat di jumpai di antara penderita penyakit kandung empedu
dengan persentase yang kecil dan biasanya terjadi pada obstruksi duktus
koledokus. Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi di
bawa ke dalam duodenum akan di serap oleh darah dan penyerapan
empedu ini membuat kulit dan membran mukosa bewarna kuning.
Keadaan ini sering di sertai dengan gejala gatal-gatal yang mencolok pada
kulit.
e. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal
akan membuat urine bewarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai
oleh pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat.
2. Gejala kronis
Gejala kolelitiasis kronis mirip dengan gejala kolelitiasis akut, tetapi beratnya
nyeri dan tanda-tanda fisik kurang nyata.Pasien sering memiliki riwayat
dispepsia, intoleransi lemak, nyeri ulu hati, atau flatulen yang berlangsung
lama.
14

Menurut Reeves ( 2001) tanda dan gejala yang biasanya terjadi adalah:
a. Nyeri di daerah epigastrium kuadran kanan atas
b. Pucat biasanya dikarenakan kurangnya fungsi empedu
c. Pusing akibat racun yang tidak dapat diuraikan
d. Demam
e. Urine yang berwarna gelap seperti warna teh
f. Dispepsia yang kadang disertai intoleransi terhadap makanan-makanan
berlemak
g. Nausea dan muntah
h. Berkeringat banyak dan gelisah
i. Nausea dan muntah-muntah
j. Defisiensi Vitamin A,D,E,K

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada klien kolelitiasis:
a. Obstruksi duktus sitikus
b. Kolik bilier
c. Kolesistitis akut dan kronis
d. Perikolesistitis
e. Peradangan pankreas
f. Perforasi
g. Hydrops (oedema) kandung empedu
h. Emplema kandung empedu
i. Fistel kolesistoenterik
j. Batu empedu sekunder (pada 2-6% klien, saluran menciut kembali dan batu
empedu muncul lagi)
k. Ileus batu empedu

H. Penatalaksanaan

1. Bedah
Penanganan bedah pada penyakit kandung empedu dan batu empedu
dilaksanakan untuk menguragi gejala yang sudah berlangsung lama untuk
menghilangkan kolik bilier dan untuk mengatasi kolesistitis akut.Pembedahan
dapat efektif bila gejala yang dirasakan pasien sudah mereda atau bisa
15

dikerjakan sebagai suatu prosedur darurat bila mana kondisi pasien


mengharuskannya. Tindakan operasi  meliputi :
a. Minikolesistektomi
Prosedur bedah untuk mengeluarkan kandung empedu melalui   luka incisi
selebar 4 cm. Kontroversi prosedur  ini  timbul karena ukuran insisi
membatasi pajanansemua struktur bilier yang terlibat.
b. Kolesistektomi
Prosedur beddah dimana kandung empedu diangkat setelah arteri dan
duktus sistikus diligali.Sebuah drain ditempatkan dalam kandung empedu
dan dibiarkan keluar lewat luka operasi untuk mengalirkan darah, cairan
serosanguinus dan getah empedu dalam kassa absorben.
c. Kolesistektomi laparoscopi (endoscopi)
Dilakukan lewat luka insisi yang kecil  atau luka tusukan melalui dinding
abdomen pada umbilikus.
d. Kolesistotomi perkutan
Dilakukan dalam penaanganan dan penegakan diagnosis pada pasien-
pasien yang berisiko jika harus menjalani tindakan pembedahan atau
anestesi umum yaitu pasien-pasien penderita sepsis atau gagal jantung
yang berat dan gagal ginjal, paru atau hati.
2. Non Bedah
a. Pelarutan batu empedu dengan bahan pelarut (monooktanoin atau
metil  tertier eter/MTBE)
b. Selang atau kateter dipasang perkutan langsung ke dalam kandung empedu
melalui saluran T tube untuk melarutkan batu yang belum dikeluarkan saat
pembedahan,melalui endoscopy ERCP.
c. Pengambilan batu non bedah. Digunakan untuk batu yang belum terangkat
pada saat kolesistektomi atau terjepit dalam duktus koledukus, melalui
prosedur ERCP.
d. Prosedur ESWL (Extracorporeal  Shock Wave Litrotipsi)
Prosedur non infasif menggunakan gelombang kejut berulang yang
diarahkan kepada batu  empedu  didalam kandung empedu atau duktus
atau duktus koledukus dengan maksud untuk memecah batu menjadi
sejumlah fragmen.
3. Diet dan penatalaksanaan pendukung
16

Dalam kondisi inflamasi akut kandung empedu sembuh dengan istirahat,


cairan infus, penghisapan nasogastrik, analgesik dan antibiotik.Intervensi
bedah ditunda sampai gejala akut mereda kecuali jika kondisi pasien
memburuk. Manajemen terapi :
a. Diet rendah lemak, tinggi kalori, tinggi protein
b. Pemasangan pipa lambung bila terjadi distensi abdomen
c. Pemberian terapi intravena, infus cairan dan elektrolit, untuk  mencegah
terjadinya syok.
d. Pemberian antibiotik sistemik, vitamin K, analgesik.

I. Pemeriksaan Diagnostik

1. Radiologi
Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai prosedur
diagnostic pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat dan
akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan icterus.Di
samping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi.
Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah
berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam
keadaan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara
yang dipantulkankembali.Pemeriksaan USG mendeteksi kalkuli dalam
kandung empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
2. Radiografi : kolesistografi
Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau bila hasil USG
meragukan.Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi batu empedu
dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan pengisian,
memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral
kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat
menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi
(Smeltzer, 2002).

3. Sonogram
Sonogram dapat mendeteksi batu serta memnentukan apakah kandung empedu
telah tebal (Williams, 2003).
4. ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopanereatografi)
17

Pemeriksaan ini menungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang


hanya dapat dilihat pada saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi
endoskop serat optic yang fleksibel ke dalam esophagus hingga mencapai
duodenum pars desendens. Sebuah kanula dimasukkan ke dalam duktus
koleduktus serta duktus pankreatikus, kemudian bahan kontras disuntikkan ke
dalam duktus tersebut untuk menentukan keberadaan batu di duktus dan
memungkinkan visualisasi serta evaluasi percabangan bilier (Smeltzer, 2002).
5. Pemeriksaan darah
a. Kenaikan serum kolestrol
b. Kenaikan fosfolipid
c. Penurunan ester kolestrol
d. Kenaikan protrombin serum time
e. Kenaikan bilirubin total, transaminase
f. Penurunan urobilirubin

J. Pencegahan
Karena komposisi terbesar batu empedu adalah kolestrol, sebaiknya
menghindari makanan berkolesterol tinggi yang pada umumnya berasal dari
lemak hewani.

K. ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN KOLESISTITIS

Kasus

Seorang pasien laki-laki usia 50 tahun periksa ke poli interna RS Sehat karena
18

sering mengalami nyeri pada perut sebelah kanan atas. Nyeri berlangsung agak
lama sekitar 30 menit. Berdasarkan berbagai pemeriksaan yang dilakukan pasien
didiagnosa kolelitiasis.
Jawaban:

Pengkajian, Analisa Data, Diagnosa (Utama Dan Sesuai Kasus),


Intervensi, Implementasi, Dan Evaluasi.
A. Pengkajian

1. Data umum
a) Nama
b) Usia. Resiko untuk terkena Kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan usia > 60 tahun lebih cenderung
untuk terkena Kolelitiasis dibandingkan dengan orang yang usia
lebih muda
c) Jenis kelamin. Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena
Kolelitiasis dibandingkan dengan pria, ini dikarenakan oleh
hormon Estrogen berpengaruh terhadap peningkatan ekskresi
kolestrol oleh kandung empedu, penggunaan pil kontrasepsi dan
terapi hormon (Estrogen) dapat meningkatkan kolestrol dalam
kandung empedu dan penurunan aktifitas pengosongan kandung
empedu.
d) Alamat

e) Pekerjaan

f) Keluhan utama. Keluhan utama yang biasanya muncul adalah nyeri


hebat mendadak pada epigastrium atau abdomen kuadran kanan
atas, nyeri dapat menyebar ke punggung dan bahu kanan.
2. Riwayat Kesehatan

a) Riwayat kesehatan sekarang

Riwayat kesehatan sekarang ditemukan pada saat pengkajian yang


19

dijabarkan dari keluhan utama dengan menggunakan teknik


PQRST, yaitu :
1. P (Provokatif atau Paliatif), hal-hal apa yang menyebabkan
gejala dan apa saja yang dapat mengurangi atau
memperberatnya. Biasanya klien mengeluh nyeri pada daerah
luka post operasi. Nyeri bertambah bila klien bergerak atau
batuk dan nyeri berkurang bila klien tidak banyak bergerak atau
beristirahat dan setelah diberi obat.
2. Q (Quality dan Quantity), yaitu bagaimana gejala dirasakan
nampak atau terdengar, den sejauh mana klien merasakan
keluhan utamanya. Nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk dengan
skala ≥ 5 (0-10) dan biasanya membuat klien kesulitan untuk
beraktivitas.
3. R (Regional/area radiasi), yaitu dimana terasa gejala, apakah
menyebar? Nyeri dirasakan di area luka post operasi, dapat
menjalar ke seluruh daerah abdomen.
4. S (Severity), yaitu identitas dari keluhan utama apakah sampai
mengganggu aktivitas atau tidak. Biasanya aktivitas klien
terganggu karena kelemahan dan keterbatasan gerak akibat nyeri
luka post operasi.
5. T (Timing), yaitu kapan mulai munculnya serangan nyeri dan
berapa lama nyeri itu hilang selama periode akut. Nyeri dapat
hilang timbul maupun menetap sepanjang hari.
b) Riwayat kesehatan dahulu

Kaji apakah klien pernah menderita penyakit sebelumnya dan


kapan terjadi. Biasanya klien memiliki riwayat penyakit
gastrointestinal.
c) Riwayat kesehatan keluarga

Orang dengan riwayat keluarga kelelitiasis mempunyai resiko lebih


besar dibandingkan dengan tanpa riwayat keluarga
3. Pengkajian Pola Gordon
a. Pola fungsi kesehatan
Pola fungsi kesehatan dapat dikaji dengan pola gordon dimana
20

pendekatan ini memungkinkan perawat untuk mengumpulkan data


secara sistematis, dengan cara mengevaluasi pola fungsi kesehatan
dan memfokuskan pengkajian fisik pada masalah khusus.
b. Pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan kesehatan

Kaji persepsi keluarga serta klien terhadap kesehatan dan upaya-


upaya keluarga untuk mempertahankan kesehatan termasuk juga
penyakit aklie saat ini dan upaya yang diharapkan.
c. Pola nutrisi metabolic

Kaji pola nutrisi klien, jenis, frekuensi, dan jumlah makanan dan
minuman yang dikonsumsi dalam sehari. Klien mengalami
gangguan nafsu makan, mual, muntah dan diare. Muntah berwarna
hitam dan fekal serta membran mukosa pecah-pecah, turgor kulit
buruk.
d. Pola eliminasi

Kaji kebiasaan BAB dan BAK klien apakah teratur atau tidak,
frekuensinya, dan bagaimana sifatnya. Observasi kemampuan BAB
dan BAK klien. Gejala yang dialami klien berupa distensi
abdomen, ketidakmampuan defekasi dan Flatus dan ditandai
dengan perubahan warna urine dan feces.
e. Pola istirhat dan tidur

Kaji pola tidur klien, berapa lama dalam sehari, adakah gangguan
tidur yang biasanya disebabkan oleh nyeri dan demam serta
kelelahan.
f. Pola Sirkulasi

Klien biasanya akan mengalami takikardia dan pucat.


g. Pola Pernapasan
Klien biasanya akan mengalami peningkatan frekuensi pernafasan,
ditandai dengan napas pendek dan dangkal
h. Pola peran hubungan
21

Kaji peran klien dalam keluarganya, apakah klien dapat


menyesuaikan diri dengan lingkungan.
i. Pola aktivitas dan latihan

Kaji tingkat perkembangan atau tumbuh kembang sesuai dengan


usia, aktivitas klien sehari-hari di rumah, dan observasi tingkat
kemampuan klien dlam beraktivitas.
j. Pola keyakinan

Kaji pola keyakinan klien dan orang tua klien, tanyakan apa agama
klien.
4. Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
Biasanya keadaan umum klien baik.
b) Aktivitas/istirahat
Biasanya ditandai dengan kelemahan, dan gelisah.
c) Sirkulasi
Ditandai dengan takikardi, berkeringat
d) Eliminasi
Ditandai dengan perubahan warna urin dan feses, distensi
abdomen, teraba masa pada kuadran kanan atas. Urin gelap, pekat.
e) Makanan/cairan

Anoreksia, mual/muntah, tidak toleran terhadap lemak dan


makanan “pembentukan gas’’, regurgitasi berulang, nyeri
epigastrium, tidak dapat makan, flatus, dispepsia.
f) Nyeri/keamanan

Nyeri abdomen atas, dapat menyebar ke punggung atau bahu


kanan, kolik epigastrium tengah sehubungan dengan makan, nyeri
mulai tiba-tiba dan biasanya memuncak dalam 3 menit nyeri lepas,
otot tegang atau kaku bila kuadran kanan atas ditekan, tanda
murphy positif.
g) Pernapasan
22

Peningkatan frekuensi pernapasan, pernapasan tertekan ditandai


oleh napas pendek, dangkal
h) Keamanan

Demam menggigil, ikterik dengan kuit berkeringat dan gatal

(pruritus), kecendrungan pendarahan (kekurangan Vit. K)

Etiologi Diagnosa

DO:

a. Pasien tampak Nyeri akut


meringis kesakitan.
23

o
x/menit, S: 37,1 C Menggesek mukosa
c. Pemeriksaan saluran empedu
abdomen :
I : tidak ada lesi tidak
ada asites Kristal atau batu
bergerak atau bergeser
A: peristaltic usus 12x
/ menit

P: terdapat nyeri Terbentuk inti yang


tekan pada perut lambat laun akan
kanan atas berubah menjadi batu

P: Tympani

DS: Perubahan cairan


empedu dan produksi
a. Pasien mengatakan
empedu
sering mengalami
nyeri pada perut
sebelah kanan atas.
Penumpukan komponen
b. Pasien mengatakan
empedu
nyeri berlangsung agak
lama sekitar 30 menit.
DO: Kekurangan volume Kekurangan
cairan volume cairan
a. Turgor kulit tidak
baik
b. Mata ikterik
Kulit dan mata ikterik,
c. Berkeringat
warna urin gelap
d. Takikardi
e. Mukosa mulut kering
DS:
Masuk kedalam
peredaran darah
24

a. Keluarga pasien
mengatakan pasien
Cairan empedu refluks
sering mual dan
muntah
b. Pasien mengatakan
Menyumbat aliran darah
badannya terasa lemas
c. Pasien mengatakan
sering merasa haus.
Terbentuk inti yang
lambat laun menjadi batu

Penumpukan komponen
empedu

DO: Perubahan nutrisi: Perubahan


kurang dari kebutuhan nutrisi kurang
a. BB sebelum 63 kg
tubuh dari kebutuhan
b. BB sekarang 60 kg
tubuh
c. Makan habis ¼ porsi
RS
Mual muntah
DS:

a. pasien mengatakan
mual sehabis Defisiensi bilirubin
makan dalam saluran
b. pasien mengatakan pencernaan
nafsu makan
menurun
Masuk kedalam
peredaran darah
25

Cairan empedu refluks

Menyumbat aliran
empedu

Terbentuk inti yang


lambat laun menjadi batu

Penumpukan komponen
empedu

DO: Kurang
pengetahuan
a. Pasien terlihat Kurang pengetahuan
kebingungan
b. Pasien terlihat
cemas kurang pengetahuan
DS:

a. Pasien mengatakan
Menggesek mukosa
tidak mengetahui
saluran empedu
tentang
penyakitnya
b. Keluarga pasien
Kristal atau batu
mengatakan tidak
bergerak atau bergeser
mengerti
bagaimana cara
merawat
Terbentuk inti yang
keluarganya yang
lambat laun akan
sakit
26

berubah menjadi batu

Perubahan cairan
empedu dan produksi
empedu

Penumpukan komponen
empedu

B. Diagnosa
1. Nyeri akut b/d proses inflamasi kandung empedu, obstruksi/spasme
duktus, iskemia jaringan/nekrosis
2. Kekurangan volume cairan b/d dispensi dan hipermortilitas gaster,
gangguan proses pembekuan darah
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
pencernaan lemak intake yang tidak adekuat.
4. Kurang pengetahuan b/d kurang informasi
C. INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional

Nyeri akut b/d proses Tujuan: Nyeri teratasi 1. Observasi dan catat 1.Memberikan informasi
inflamasi kandung setelah dilakukan perawatan lokasi, beratnya (skala 0-10) tentang kemajuan/perbaikan
empedu, obstruksi/spasme selama 2x24 jam. dan karakter nyeri (menetap, penyakit, komplikasi dan
duktus, iskemia hilang, timbul atau kolik ). keefektifitan intervensi.
Krieria hasil
jaringan/nekrosis 2.Nyeri berat yang tidak
2. Catat repons terhadap
Pasien akan: hilang dapat menunjukkan
obat dan laporkan bila nyeri
adanya komplikasi.
-Melaporkan nyeri hilang/ tidak hilang.
3.Posisi yang nyaman fowler
terkontrol
3. Tingkatkan tirah baring, rendah menurunkan tekanan
-Menunjukkan penggunaan berikan pasien posisi yang intraabdomen.
ketrampilan relaksasi dan nyaman. 4.Menurunkan iritasi kulit
aktivitas hiburan dan sensasi gatal.
4. Gunakan sprei yang
5. Meningkatkan istirahat dan
halus/katun; minyak kelapa;
memusatkan kembali
minyak mandi(alpha keri).
perhatian, dapat
5. Berikan teknik relaksasi menurunkan nyeri.
6. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat anti
6. Membantu dalam
nyeri.
mengatasi nyeri yang hebat.
Kekurangan volume cairan Tujuan: 1. Monitor pemasukan dan 1. Memberikan informasi
b/d dispensi dan pengeluaran cairan tentang status cairan /
Setelah dilakukan perawatan
hipermortilitas gaster, volume sirkulasi dan
selama 3x24 jam 2. Awasi belanjutnya
gangguan proses kebutuhan penggantian
Keseimbangan cairan mual/muntah, kram
pembekuan darah cairan.
adekuat abdomen,kejang ringan,
2. Muntah berkepanjangan,
kelemahan
aspirasi gaster dan
3. Kaji pendarahan pembatasan pemasukan
Kriteria hasil:
yang tidak biasa oral dapat menimbulkan
Dibuktikan oleh tanda vital contohnya pendarahan defisit natrium, kalium
stabil, membran mukosa pada gusi,mimisan, dan klorida.
lembab, turgor kulit baik, petekia, melena. 3. Protrombin darah
pengisian kapier baik, menurun dan waktu
4. Kaji ulang pemeriksaan
eliminasi urin normal koagulasi memanjang bila
laboraturium
aliran empedu terhambat,
5. Beri cairan IV, elektrolit, meningkatkan resiko
dan vit. K hemarogi.
4. Membantu dalam proses
evaluasi volume cairan
5. Mempertahankan volume
sirkulasi dan memperbaiki
ketidakseimbangan.
Perubahan nutrisi kurang Tujuan : 1. Kaji distensi abdomen 1. Adanya ketidaknyamanan
dari kebutuhan tubuh b/d 2. Timbang dan pantau BB karena gangguan
Setelah dilakukan perawatan
gangguan pencernaan tiap hari percernaan,nyeri gaster.
selama 3x24 jam
lemak intake yang tidak 3. Diskusikan dengan klien 2. Mengidentifikasi
Pemenuhan kebutuhan
adekuat makanan kesukaan dan kekurangan/kebutuhan
nutrisi pasien adekuat.
jadwal makan yang nutrisi.
Kriteria hasil: disukai 3. Melibatkan klien dalam
4. Berikan suasana yang perencanaan, klien
Pasien akan :
menyenangkan pada saat memiliki rasa kontrol dan
- Melaporkan makan, hilangkan mendorong untuk makan.
mual/muntah hilang. ransangan yang berbau. 4. Untuk meningkatkan
5. Jaga kebersihan oral nafsu makan/ menurunkan
- Menunjukkan kemajuan sebelum makan mual.
mencapai BB individu yang
tepat.
6. Konsul dengan ahli diet/ 5. Oral yang bersih
- Makanan habis tim pendukung nutrisi meningkatkan nafsu
sesuai porsi yang sesua indikasi makan.
diberikan. 7. Berikan diet sesuai 6. Berguna untuk
toleransi biasanya rendah merencanakan kebutuhan
lemak, tinggi serat. nutrisi individual melalui
rute yang paling tepat.
7. Memenuhi kebutuhan
nutrisi dan meminimalkan
ransangan pada kandung
empedu.
Kurang pengetahuan b/d Tujuan : 1. Jelaskan mengenai 1. Penjelasan mengenai
kurang informasi penyebab dan konsep penyakit dapat
Setelah diberi penjelasan 2-
penyakit yang dialami menurunkan kecemasan
3 kali selama 10 menit
2. Berikan klien atas penyakitnya
pasien dapat mengerti dan
penjelasan/alasan tes dan 2. Untuk memberi informasi
memahami penyakit yang
dialaminya persiapannya terkait penyakit sehingga
3. Kaji ulang program obat dapat menurunkan cemas
dan kemungkinan efek. dan rangsang simpatis
4. Anjurkan pasien untuk 3. Batu empedu merupakan
makan/minum makanan penyakit yang dapat
Kriteria Hasil:
dan minuman yang berulang sehingga perlu
- pasien mengatakan sudah tinggi lemak terapi jangka panjang.
tahu terkait penyakitnya
- pasien dan keluarga
4. Mencegah atau membatasi
melakukan perubahan
terulangnya serangan batu
pola hidup dan
empedu
berpartisipasi dalam
program pengobatan
D. IMPLEMENTASI

No Diagnosa Rencana Tindakan


1 Nyeri akut b/d proses 1. Telah diobservasi dan dicatat
inflamasi kandung lokasi, beratnya (skala 0-10) dan
empedu, obstruksi/spasme karakter nyeri (menetap, hilang,
duktus, iskemia timbul atau kolik ). Dengan hasil
jaringan/nekrosis nyeri dirasakan diperut atas
sebelah kanan dengan skala nyeri
8 dan nyeri berlangsung sekitar
30 menit.

2. Telah dicatat repon terhadap obat


dan pasien melaporkan bila nyeri
tidak hilang.

3. Telah ditingkatkan tirah baring,


dan pasien telah diberikan posisi
yang nyaman.

4. Telah digunakan sprei yang


halus/katun; minyak kelapa;
minyak mandi(alpha keri).

5. Telah diberikan teknik relaksasi


dengan respon klien mengatakan
nyeri membaik.

6. Telah dilakukan kolaborasi


dengan dokter dalam pemberian
obat anti nyeri dengan hasil klien
memberikan respon membaik.

2 Kekurangan volume cairan 1. Telah dilakukan monitor


b/d dispensi dan pemasukan dan pengeluaran
hipermortilitas gaster, cairan
gangguan proses
2. Telah diawasi belanjutnya
pembekuan darah
mual/muntah, kram
abdomen,kejang ringan,
kelemahan

3. Telah dikaji pendarahan yang


tidak biasa contohnya pendarahan
pada gusi,mimisan, petekia,
melena.

4. Telah dikaji ulang pemeriksaan


laboraturium

5. Telah diberikan cairan IV,


elektrolit, dan vit. K sesuai
kebutuhan

3 Perubahan nutrisi kurang 1. Telah dikaji adanya distensi


dari kebutuhan tubuh b/d abdomen
gangguan pencernaan
2. Telah ditimbang dan dipantau BB
lemak intake yang tidak
tiap hari
adekuat
3. Telah didiskusikan dengan klien
makanan kesukaan dan jadwal
makan yang disukai

4. Telah diberikan suasana yang


menyenangkan pada saat makan,
hilangkan ransangan yang berbau.

5. Telah dijaga kebersihan oral


sebelum makan

6. Telah dikonsultasikan dengan ahli


diet/ tim pendukung nutrisi sesuai
indikasi

7. Telah diberikan diet sesuai


toleransi biasanya rendah lemak,
tinggi serat.
4 Kurang pengetahuan b/d 1. Telah dijelaskan mengenai
kurang informasi penyebab dan konsep penyakit
yang dialami

2. Telah diberikan penjelasan/alasan


tes dan persiapannya

3. Telah dikaji ulang program obat


dan kemungkinan efek samping

4. Telah dianjurkan pasien untuk


makan/minum makanan dan
minuman yang tinggi lemak

E. Evaluasi

No Diagnosa Evaluasi
1 Nyeri akut b/d proses S: Pasien mengatakan, “Sus, perut
inflamasi kandung saya masih terasa nyeri”.
empedu, obstruksi/spasme O: Pasien terlihat meringis menahan
duktus, iskemia nyeri.
jaringan/nekrosis A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan intervensi
2 Kekurangan volume cairan S: Keluarga Pasien Mengatakan
b/d dispensi dan Bahwa “ Sus, suami Saya Sudah
hipermortilitas gaster, Tidak Lemas Lagi
gangguan proses O: Pasien Tidak Memperlihatkan
pembekuan darah Tanda-Tanda Sianosis
A: Masalah Teratasi Sebagian
P: Lanjutkan Intervensi
3 Perubahan nutrisi kurang S: Istri pasien mengatakan bahwa
dari kebutuhan tubuh b/d “sus, suami saya sudah bisa makan
gangguan pencernaan dengan teratur namun masih dalam
lemak intake yang tidak porsi yang sedikit”
adekuat O: BB pasien bertambah dan pasien
mengabiskan makanan yang
diberikan
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan Intervensi.
4 Kurang pengetahuan b/d S: pasien mengatakan”iya sus, saya
kurang informasi faham dengan penyakit saya
sekarang. Saya tidak akan
mengulangi penyebab sakit saya”
O: pasien tampak tidak cemas
A: Masalah teratasi sepenuhnya
P: Intervensi dihentikan
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolelitiasis / koledokolelitiasi merupakan adanya batu di kandung
empedu, atau pada saluran kandung empedu. Kolelitiasis merupakan suatu
keadaan dimana terdapat batu empedu di dalam kandung empedu (vesika felea)
dari unsur – unsur padat yang membentuk cairan empedu yang memiliki ukuran
bentuk dan komposisi yang bervariasi. Kandung empedu pada umumnya
komposisi utamanya adalah kolesterol.

B. Saran
Sebagai perawat profesional diharapkan mampu melakukan tindakan
Asuhan Keperawatan yang tepat dan sesuai prosedur. Selain itu pasien juga
diharapkan dapat mengetahui labih lanjut tentang penyakit kolelitiasis dan dapat
menghindari makanan yang dapat menyebabkan penyakit. Misalnya enggan
mengkonsumsi makanan yang mengandung lemak.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Edisi 8.Vol


2.Jakarta:EGC
Doengoes,E.Marilyn,dkk.2000.Rencana Asuhan Keperawatan.Edisi 3 Jakarta:EGC
Mansjoer,Arif dkk.2000.Kapita Selekta Kedokteran.Edisi 3 Jilid 2 Jakarta:EGC
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-
proses penyakit, edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. Salemba Medika
Williams, L.S., Hopper, P.D, 2003, Understanding Medical Surgical Nursing, Second
edition, F.A Davis Company, Philadelphia

Anda mungkin juga menyukai