Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KOLELITIASIS
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ilmu Keperawatan Dasar III
Dosen Pengampu : Ns. Erny Yusnita, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh
PSIK Transfer- A
Anggota:
Kiki Anisah 1020032082
Titin Prihartini 1020032077
Widia Yuni Pratiwi 1020032079
Winda Lipstiani 1020032081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS FALETEHAN SERANG
TAHUN AKADEMIK 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi tugas
mata kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan dengan judul
“KOLELITIASIS”.
Terimakasih kepada bapak Ns. Erny Yunita selaku dosen pengampu mata
kuliah Psikososial dan Budaya dalam Keperawatan dan kepada anggota kelompok 8
yang telah bekerjasama dalam penyelasaian makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para
pembaca. Namun terlepas dari itu kami memahami bahwa makalah ini masih jauh
dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Serang, 23 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah.........................................................................................
1.3. Tujuan ..........................................................................................................
1.4. Manfaat.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi.................................................................................................................
2.2 Etiologi.................................................................................................................
2.3 Tanda dan gejala .................................................................................................
2.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi.......................................................................
2.5 Pemeriksaan Penunjang.......................................................................................
2.6 Pemeriksaan Diagnostik.......................................................................................
2.7 Patoflow ..............................................................................................................
2.8 Therapy................................................................................................................
2.9 Komplikasi dan Pencegahan................................................................................

BAB III PENUTUP


3.3 Kesimpulan..........................................................................................................
3.4 Saran.....................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Insiden kolelitiasis atau batu kandung empedu di Amerika Serikat


diperkirakan 20 juta orang yaitu 5 juta pria dan 15 juta wanita. Pada pemeriksaan
autopsy di Amerika, batu kandung empedu ditemukan pada 20 % wanita dan 8 %
pria. Insiden batu kandung empedu di Indonesia belum diketahui dengan pasti,
karena belum ada penelitian. Banyak penderita batu kandung empedu tanpa gejala
dan ditemukan secara kebetulan pada waktu dilakukan foto polos abdomen, USG,
atau saat operasi untuk tujuan yang lain. Dengan perkembangan peralatan dan teknik
diagnosis yang baru USG, maka banyak penderita batu kandung empedu yang
ditemukan secara dini sehingga dapat dicegah kemungkinan terjadinya komplikasi.
Semakin canggihnya peralatan dan semakin kurang invasifnya tindakan pengobatan
sangat mengurangi morbiditas dan moralitas. Batu kandung empedu biasanya baru
menimbulkan gejala dan keluhan bila batu menyumbat duktus sistikus atau duktus
koledokus. Oleh karena itu gambaran klinis penderita batu kandung empedu
bervariasi dari yang berat atau jelas sampai yang ringan atau samar bahkan seringkali
tanpa gejala (silent stone).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Definisi Kolelitiasis ?
2. Apa saja Etiologi Kolelitiasis ?
3. Apa saja Tanda dan Gejala Kolelitiasis?
4. Apa saja Faktor yang mempengaruhi kolelitiasis?
5. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Kolelitiasis ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Diagnostik Kolelitiasis?
7. Bagaimana Patoflow Kolelitiasis ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan dan Terapi Kolelitiasis ?
9. Apasaja Komplikasi dan pencegahan kolelitiasis?

1.3 Tujuan Penulisan


Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang
penyakit Kolelitiasis, sedangkan untuk tujuan khususnya adalah senagai berikut :
1. Untuk memahami Definisi Kolelitiasis
2. Untuk memahami Etiologi Kolelitiasis
3. Untuk memahami Tanda dan gejala Kolelitiasis
4. Untuk memahami Faktor Resiko Kolelitiasis
5. Untuk memahami Pemeriksaan Penunjang dari Kolelitiasis
6. Untuk memahami Pemeriksaan Diagnostik
7. Untuk memahami Pathflow
8. Untuk memahami Penatalaksanaan dan Terapi Kolelitiasis
9. Untuk memahami Komplikasi dan Pencegahan

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan adanya penyusunan makalah ini, diharapkan dapat mempermudah
penyusun dan pembaca guna memahami materi tentang Kolelitiasis. Dan
diharapkan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
kemampuan penulis dalam membuat sebuah karya tulis berupa makalah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definsi

Kolelitiasis (batu empedu) adalah adanya batu (kaskuli) dalam kandung


empedu berupa batu kolesterol akibat gangguan hati yang mengekresikan
kolesterol (Arief Mansjoer, 2001).
Kolelitiasis/koledokolitiasis merupakan adanya batu di kandung empedu,
atau pada saluran kandung empedu yang pada umumnya komposisi utamanya
adalah kolesterol. (Williams, 2003)

2.2 Etiologi
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti,adapun faktor
predisposisi terpenting, yaitu : gangguan metabolisme yang menyebabkan
terjadinya perubahan komposisi empedu, statis empedu, dan infeksi kandung
empedu.
a) Perubahan komposisi empedu kemungkinan merupakan faktor terpenting
dalam pembentukan batu empedu karena hati penderita batu empedu
kolesterol mengekresi empedu yang sangat jenuh dengan kolesterol.
Kolesterol yang berlebihan ini mengendap dalam kandung empedu
(dengan cara yang belum diketahui sepenuhnya) untuk membentuk batu
empedu.
b) Statis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan supersaturasi
progresif, perubahan komposisi kimia, dan pengendapan unsur-insur
tersebut. Gangguan kontraksi kandung empedu atau spasme spingter oddi,
atau keduanya dapat menyebabkan statis. Faktor hormonal (hormon
kolesistokinin dan sekretin ) dapat dikaitkan dengan keterlambatan
pengosongan kandung empedu.
c) Infeksi bakteri dalam saluran empedu dapat berperan dalam pembentukan
batu. Mukus meningkatakn viskositas empedu dan unsur sel atau bakteri
dapat berperan sebagai pusat presipitasi/pengendapan.Infeksi lebih timbul
akibat dari terbentuknya batu ,dibanding panyebab terbentuknya batu.

2.3 Manifestasi klinik


1. Rasa nyeri dan kolik bilier  Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu
empedu, kandung empedu akan mengalami distensi dan akhirnya infeksi.
Pasien akan menderita panas dan mungkin teraba massa padat pada abdomen.
Pasien dapat mengalami kolik bilier disertai nyeri hebat pada abdomen
kuadaran kanan atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan; rasa nyeri
ini biasanya disertai mual dan muntah dan bertambah hebat dalam makan
makanan dalam porsi besar. Pada sebagian pasien rasa nyeri bukan bersifat
kolik melainkan persisten. Serangan kolik bilier semacam ini disebabkan
kontraksi kandung empedu yang tidak dapat mengalirkan empedu keluar
akibat tersumbatnya saluran oleh batu. Dalam keadaan distensi, bagian fundus
kandung empedu akan menyentuh dinding abdomen pada daerah kartilago
kosta 9 dan 10 kanan. Sentuhan ini menimbulkan nyeri tekan yang mencolok
pada kuadran kanan atas ketika pasien melakukan inspirasi dalam dan
menghambat pengembangan rongga dada.
2. Ikterus  Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam dudodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu: getah empedu yang tidak lagi dibawa
kedalam duodenum akan diserap oleh darah dan penyerapan empedu ini
membuat kulit dan menbran mukosa berwarna kuning. Keadaan ini sering
disertai dengan gejal gatal-gatal pada kulit.
3. Perubahan warna urine dan feses. Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan
membuat urine berwarna sangat gelap. Feses yang tidak lagi diwarnai oleh
pigmen empedu akan tampak kelabu, dan biasanya pekat yang disebut “Clay-
colored ”

2.4 Faktor yang Mempengaruhi


Adapun faktor resiko yang mempengaruhi kolelitiasis :
a. Jenis kelamin
Wanita mempunyai resiko 3 kali lipat untuk terkena kolelitiasis
dibandingkan dengan pria. Ini dikarenakan oleh hormon esterogen
berpengaruh terhadap peningkatan eskresi kolesterol oleh kandung empedu.
Kehamilan, yang meningkatkan kadar esterogen juga meningkatkan resiko
terkena kolelitiasis. Penggunaan pil kontrasepsi dan terapi hormon
(esterogen) dapat meningkatkan kolesterol dalam kandung empedu dan
penurunan aktivitas pengosongan kandung empedu.
b. Usia
Resiko untuk terkena kolelitiasis meningkat sejalan dengan
bertambahnya usia. Orang dengan   usia > 60 tahun lebih cenderung untuk
terkena kolelitiasis dibandingkan dengan orang degan usia yang lebih muda.
c. Berat Badan (BMI)
            Orang dengan Body Mass Index (BMI) tinggi, mempunyai resiko
lebih tinggi untuk terjadi kolelitiasis. Ini karenakan dengan tingginya BMI
maka kadar kolesterol dalam kandung empedu pun tinggi, dan juga
mengurasi garam empedu serta mengurangi kontraksi/ pengosongan
kandung empedu.
d. Makanan
       Intake rendah klorida, kehilangan berat badan yang cepat (seperti
setelah operasi gatrointestinal) mengakibatkan gangguan terhadap unsur
kimia dari empedu dan dapat menyebabkan penurunan kontraksi kandung
empedu.
e. Aktifitas Fisik
Kurangnya aktifitas fisik berhubungan dengan peningkatan resiko
terjadinya kolelitiasis. Ini mungkin disebabkan oleh kandung empedu lebih
sedikit berkontraksi.
f. Penyakit Usus Halus
Penyakit yang dilaporkan berhubungan dengan kolelitiasis adalah
crohn disease, diabetes, anemia sel sabit, trauma, dan ileus paralitik.
g. Nutrisi Intravena Jangka Lama
       Nutrisi intravena jangka lama mengakibatkan kandung empedu tidak
terstimulasi untuk berkontraksi, karena tidak ada makanan/ nutrisi yang melewati
intestinal. Sehingga resiko untuk terbentuknya batu menjadi meningkat dalam
kandung empedu

2.4 Patoflow

2.5 Penatalaksanaan/Therapy

a. Penatalaksanaan pendukung dan diit


Kurang lebih 80% pasien sembuh dengan istirahat, pemberian cairan
infus, pengasapan monogastrik, analgesik, dan antibiotik.
Diit dibatasi pada makanan cairan rendah lemak, penatalaksanaan diit
merupakan bentuk terapi utama pada pasien yang mengalami intoleransi
terhadap makanan berlemak dan mengeluhkan gangguan gastrointestinal
ringan.
b. Farmakoterapi
1. Obat-obat antikosinengik-antispasmodik.
2. Analgesik.
3. Antibiotik bila disertai kolesistitis
4. Asam empedu (asam kemodeoksikolat).
c. Litotripsi
1. Litotripsi syok gelombang extra konporeal: kejutan gelombang
berulang yang diarahkan pada batu empedu yang terletak di dalam
kandung empedu untuk memecahkan batu empedu.
2. Litotripsi syok gelombang intrakonporeal: batu dapat dipecahkan
dengan ultra sound, tembakan laser atau intotripsi hiokolik yang
dipasang melalui endoskopi yang diarahkan pada empedu.
d. Penatalaksanaan Pembedahan
1. Kolesistektomi
Merupakan salah satu prosedur bedah yang sering dilakukan.
Kandungan empedu diangkat setelah arteri dan duktus sistikus
diligari.
2. Minikolesistektomi
Merupakan prosedur bedah untuk mengeluarkan kandungan empedu
lewat luka insisi selebar 4 cm. Jika dipertukaran batu kandung
empedu yang berukuran lebih besar.
3. Kolesitektomi Lapanoskopi
Dilakukan melalui insisi kecil atau fungsi yang berat melalui dinding
abdomen dalam umbilikus.

2.6 Komplikasi
1. Kolesistitis akut dan kronik.
2. Koledokolitiasis.
3. Pankabatitis.
4. Kolangitis.
5. Abses hati.
6. Sirosin bilien.
7. Empiema.
8. Ikterus obstruktif.
2.7 Pemeriksaan Penunjang
a) Radiologi  Pemeriksaan USG telah menggantikan kolesistografi oral sebagai
prosedur diagnostik pilihan karena pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cepat
dan akurat, dan dapat digunakan pada penderita disfungsi hati dan ikterus.
Disamping itu, pemeriksaan USG tidak membuat pasien terpajan radiasi inisasi.
Prosedur ini akan memberikan hasil yang paling akurat jika pasien sudah
berpuasa pada malam harinya sehingga kandung empedunya berada dalam
keadan distensi. Penggunaan ultra sound berdasarkan pada gelombang suara yang
dipantulkan kembali. Pemeriksan USG dapat mendeteksi kalkuli dalam kandung
empedu atau duktus koleduktus yang mengalami dilatasi.
b) Radiografi: Kolesistografi Kolesistografi digunakan bila USG tidak tersedia atau
bila hasil USG meragukan. Kolangiografi oral dapat dilakukan untuk mendeteksi
batu empedu dan mengkaji kemampuan kandung empedu untuk melakukan
pengisian, memekatkan isinya, berkontraksi serta mengosongkan isinya. Oral
kolesistografi tidak digunakan bila pasien jaundice karena liver tidak dapat
menghantarkan media kontras ke kandung empedu yang mengalami obstruksi.
(Smeltzer, 2002) 
c) Sonogram Sonogram dapat mendeteksi batu dan menentukan apakah dinding
kandung empedu telah menebal.(Williams, 2003)  
d) ERCP (Endoscopic Retrograde Colangiopancreatografi) Pemeriksaan ini
memungkinkan visualisasi struktur secara langsung yang hanya dapat dilihat pada
saat laparatomi. Pemeriksaan ini meliputi insersi endoskop serat optik yang
fleksibel ke dalam esofagus hingga mencapai duodenum pars desendens. Sebuah
kanula dimasukan ke dalam duktus koleduktus serta duktus pankreatikus,
kemudian bahan kontras disuntikan ke dalam duktus tersebut untuk menentukan
keberadaan batu di duktus dan memungkinkan visualisassi serta evaluasi
percabangan bilier.(Smeltzer, 2002)
e) Pemeriksaan darah

 Kenaikan serum kolesterol


 Kenaikan fosfolipid
 Penurunan ester kolesterol
 Kenaikan protrombin serum time
 Kenaikan bilirubin total, transaminase
 Penurunan urobilirubin
 Peningkatan sel darah putih
 Peningkatan serum amilase, bila pankreas terlibat atau bila ada batu di duktus
utama.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer, 2001, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius Fakultas


Kedokteran UI: Jakarta.,

Effendi Nasrul, 1995, Pengantar Proses Keperawatan, EGC: Jakarta.

Evelyn C. Pearce, 2002, Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, PT. Gramedia:
Jakarta.

Lismidar, H, 1993, Proses Perawatan, UI: Jakarta.

Marilynn E. Doengoes dkk, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi tiga, Buku


Kedokteran, EGC, Jakarta, 2003.

Anda mungkin juga menyukai