KELOMPOK 3
Pertanyaan :
g. Pemeriksaan Fisik
Tanda-tanda vital
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 90 x/m
Respirasi : 24x/m
Suhu : 37,9
h. Sistem Integumen
a. Inspeksi
Warna kulit :-
Kebersihan dan kelemahan : -
Temperatur : 37,9◦c
Warna Rambut :-
Keutuhan kuku :-
Lesi : (+)
Luka : Terdapat luka ulkus diabetikum
Gambaran Luka : Terdapat nekrosis, berbau, eksudat (+)
ABI : 0,7
Ukuran Luka :-
Jenis tipe dan warna eksudat : -
Skor Bau :-
Tepi Luka :-
b. Palpasi
Turgor Kulit :-
Edema : (+)
CRT : > 3 detik
3. Patofisiologi
Patofisiologi DM dikaitkan dengan ketidakmampuan tubuh untuk merombak
glukosa menjadi energi karena tidak ada atau kurangnya produksi insulin di dalam
tubuh. Insulin adalah suatu hormon pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas dan berfungsi untuk memasukkan gula ke dalam sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi. Pada penderita diabetes mellitus, insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi sehingga gula menumpuk dalam darah (Agoes dkk,
2013).
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
a. Resistensi insulin
DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel
sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.
Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin
banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik sertapenuaan.
b. Disfungsi sel β pankreas
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel β menunjukan gangguan pada sekresi
insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi
insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya
akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan
terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi
insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita DM tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut,
yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
Menurut ADA (2016), kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak
mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2016).
Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin
sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan- pesan
biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus DM tipe 2 ini,
ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka
pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel β pankreas telah dikenal
sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2. Belakangan diketahui
bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat dari pada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel β, organ lain seperti jaringan
lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha (α)
pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak
(resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya
gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2.
4. Masalah Keperawatan
a) Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Sirkulasi Darah Ke Perifer d.d
Hiperglikemia
b) Gangguan Intergritas Kulit b.d Penurunan Sirkulasi d.d kerusakan jaringan
dan/atau lapisan kulit
Edukasi
- Anjurkan berolahrga
rutin
- Anjurkan perawatan
kulit.
2. Ds : - Setelah dilakukan tindakan Perawatan Integritas
Do : Kerusakan keperawatan selama 3x 24 jam Kulit
jaringan dan lapisan diharapkan Perfusi Perifer teratasi Tindakan
kulit dengan Kriteria hasil : Observasi
- Kerusakan jaringan - Identifikasi penyebab
menurun gangguan integritas kulit,
- Kerusakan lapisan kulit (mis. Perubahan
menurun sirkulasi).
- Nekrosis menurun Terapeutik
- Suhu kulit membaik - Lakukan pemijatan pada
area penonjolan tulang,
jika perlu
- Gunakan produk
berbahan petroleum atau
minyak pada kulit kering
- Gunakan produk
berbahan ringan/alami
dan hipoalergik pada
kulit sensitive
Edukasi
- Anjurkan menggunakan
pelembab (mis. Lotion,
serum)
- Anjurkan minum air
yang cukup
- Anjurkan meningkatkan
asupan buah dan sayur
Etiologi
Hasdianah (2012) menyatakan bahwa etiologi penyakit DM adalah :
a. Kelainan genetic
DM dapat diwariskan dari orang tua kepada anak. Gen penyebab DM akan
dibawah oleh anak jika orang tuanya menderita diabetes mellitus.
b. Usia
Usia seseorang setelah >40 tahun akan mengalami penurunan fisiologis.
Penurunan ini yang akan beresiko pada penurunan fungsi endokrin pankreas
untuk memproduksi insulin.
c. Pola hidup dan polamakan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang dibutuhkan
oleh tubuh dapat memicu timbulnya diabetes. Pola hidup juga sangat
mempengaruhi, jika orang malas berolahraga memiliki risiko lebih tinggi
untuk terkena diabetes, karena olahraga berfungsi untuk membakar kalori
yang berlebihan di dalam tubuh.
d. Obesitas
Seseorang dengan berat badan >90 kg cenderung memiliki peluang lebih
besar untuk terkena penyakit DM.
e. Gaya hidup stress
Stres akan meningkatkan kerja metabolisme dan meningkatkan kebutuhan
akan sumber energi yang berakibat pada kenaikan kerja pankreas sehingga
pankreas mudah rusak dan berdampak pada penurunan insulin.
f. Penyakit dan infeksi pada pankreas
Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi pankreas
sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan sel beta (β)
pada pankreas tidak bekerja secara optimal dalam mensekresi insulin.
g. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan radang
pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas tidak
berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang diperlukan
untuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa factor yaitu factor resiko yang tidak dapat diubah, factor risiko
yang dapat diubah dan factor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA)
bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi :
a. Riwayat keluarga dengan DM (first degreerelative).
Seorang yang menderita diabetes mellitus diduga mempunyai gen diabetes.
Diduga bahwa bakat diabetes merupakangen resesif. Hanya orangyang
bersifat homozigot dengan gen resesif tersebut yang menderita diabetes
mellitus.
b. Umur ≥ 45tahun
Berdasarkan penelitian, usia yang terbanyak terkena DM adalah >45 tahun.
c. Etnik
d. Riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir >4000 gram atau riwayat
pernah menderita DMgestasional.
e. Riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5kg).
Sedangkan faktor resiko yang dapat diubah pada penyakit DM tipe 2 meliputi:
a. Obesitas berdasarkan IMT ≥25kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita
dan ≥90 cm pada laki-laki.Terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan
kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23 dapat
menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi200mg%.
b. Kurangnya aktivitas fisik.
c. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan
erat dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
d. Dislipidemi adalah keadaan yang ditandai dengan kenaikan kadar lemak
darah (Trigliserida > 250 mg/dl). Terdapat hubungan antara kenaikan plasma
insulin dengan rendahnya HDL (< 35 mg/dl) sering didapat pada
pasienDiabetes.
e. Diet tidak sehat
Faktor lain yang terkait dengan risiko diabetes adalah penderita Polycystic Ovary
Sindrome (PCOS),penderita sindrom metabolik memiliki riwatyat Toleransi
Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT)
sebelumnya, memiliki riwayat penyakit kardiovaskuler seperti stroke, PJK, atau
Peripheral Arterial Diseases (PAD), konsumsi alkohol,faktor stres, kebiasaan
merokok, jenis kelamin,konsumsi kopi dan kafein. Alkohol akan menganggu
metabolisme gula darah terutama pada penderita DM, sehingga akan mempersulit
regulasi gula darah dan meningkatkan tekanan darah. Seseorang akan meningkat
tekanan darah apabila mengkonsumsi etil alkohol lebih dari 60ml/hari yang setara
dengan 100 ml proof wiski, 240 ml wine atau 720ml.
Patofisiologi
Patofisiologi DM dikaitkan dengan ketidakmampuan tubuh untuk merombak
glukosa menjadi energi karena tidak ada atau kurangnya produksi insulin di dalam
tubuh. Insulin adalah suatu hormon pencernaan yang dihasilkan oleh kelenjar
pankreas dan berfungsi untuk memasukkan gula ke dalam sel tubuh untuk
digunakan sebagai sumber energi. Pada penderita diabetes mellitus, insulin yang
dihasilkan tidak mencukupi sehingga gula menumpuk dalam darah (Agoes dkk,
2013).
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
a) Resistensi insulin
DM tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun karena sel
sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal.
Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”. Resistensi insulin
banyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik
sertapenuaan.
b) Disfungsi sel β pankreas
Pada awal perkembangan DM tipe 2, sel β menunjukan gangguan pada sekresi
insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal mengkompensasi resistensi
insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik, pada perkembangan selanjutnya
akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan sel-sel B pankreas akan
terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan defisiensi
insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen. Pada
penderita DM tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua faktor tersebut,
yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.
Menurut ADA (2016), kondisi ini disebabkan oleh kekurangan insulin namun tidak
mutlak. Ini berarti bahwa tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan yang ditandai dengan kurangnya sel beta atau
defisiensi insulin resistensi insulin perifer (ADA, 2016).
Resistensi insulin perifer berarti terjadi kerusakan pada reseptor-reseptor insulin
sehingga menyebabkan insulin menjadi kurang efektif mengantar pesan- pesan
biokimia menuju sel-sel (CDA, 2013). Dalam kebanyakan kasus DM tipe 2 ini,
ketika obat oral gagal untuk merangsang pelepasan insulin yang memadai, maka
pemberian obat melalui suntikan dapat menjadi alternatif.
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel β pankreas telah dikenal
sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2. Belakangan diketahui
bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat dari pada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel β, organ lain seperti jaringan
lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel alpha (α)
pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak
(resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya
gangguan toleransi glukosa pada DM tipe-2.
DeFronzo (2009), menyampaikan, bahwa tidak hanya otot, liver dan sel beta
pankreas saja yang berperan sentral dalam patogenesis penderita DM tipe-2 tetapi
terdapat organ lain yang berperan yang disebutnya sebagai theominous octet, bisa
dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.1
The ominous octet, delapan organ yang berperan
dalam patogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2
Pathway DM
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang serig dijumpai pada pasien DM menurut Bararah dan Jauhar
(2013) yaitu :
a. Poliuria (peningkatan pengeluaran urin) merupakan gejala yang paling utama
yang dirasakan oleh setiap pasie. Jika konsentrasi glukosa dalam darah tinggi,
ginjal tidak mampu menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar,
akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekresi ini akan disertai
pengeluaran cairan dan eletrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang
berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih(poliuria).
b. Polidipsia merupakan peningkatan rasa haus akibat volume urine besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel
mengikuti dihidrasi ekstrasel karena air intrasel akan derdisfusi keluar
mengikuti penurunan gradient konsentrasi ke plasma hipertonik. Dihidrasi
intrasel merangsang pengeluaran Antideuretik Hormone (ADH) dan
menimbulkan rasahaus.
c. Polifagia (peningkatan rasa lapar) diakibatkan habisnya cadangan gula didalam
tubuh meskipun kadar gula darahtinggi.
d. Peningkatan infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan
antibodi, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi mucus, gangguan fungsi
imun, dan penurunan aliran darah pada penderita diabeteskronik.
e. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagaienergi.
f. Kelainan kulit, yaitu kelainan kulit gatal-gatal diketiak dan dibawah payudara,
biasanya akibat tumbuh jamur.
g. Kesemutan rasa baal akibat terjadinya neuropati, pada penderita DM regenerasi
sel persyarafan mengalami gangguan akibat kurangnya bahan dasar utama yang
berasal dari unsur protein. Akibat banyak persyarafan terutama perifer
mengalamikerusakan.
h. Luka yang tidak sembuh-sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan
bahan dasar utama dari protein dan unsur makan yang lain. Pada penderita DM
bahan protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga
bahan dipergunakan untuk pergantian jaringan yang rusak mengalami
gangguan. Selain itu luka yang sulit sembuh juga dapat diakibatkan oleh
pertumbuhan mikroorganisme yang cepat pada penderita DM.
i. Mata kabur yang disebabkan gangguan refraksi akibat perubahan pada lensa
oleh hiperglikemia. Dapat disebabkan juga kelainan pada korpusitreum.
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan teraputik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglekemia dan gangguan serius pada
pola aktivitas pasien.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM (Andarmoyo, 2013), yaitu:
a. Diet
Jumlah sesuai dengan kebutuhan. Kebutuhan zat gizi pada pasien DM adalah:
1) Protein American Diabetes Association (ADA), merekomendasikan
protein yang dikonsumsi pasien diabetes mellitus sebesar10-20%.
2) Lemak. Asupan lemak yang dibutuhkan 20-25% tapi jika pasien dengan
kadar trigliserida > 1000 mg/dl dianjurkan untuk diet dyslipidemia tahap II
yaitu < 7% energy total dari lemak jenuh, tidak lebih dari lemak total dan
kandungan kolesterol 200mg/hari.
3) Karbohidrat. Rekomendasi jumlah karbohidrat untuk penderita DM adalah
60-70%kalori.
4) Serat. Serat yang direkomendasikan pada penderita DM adalah serat larut
dengan jumlah yang dikonsumsi sebesar 20-30% dari berbagai sumber
makanan.
5) Natrium. Asupan natrium pada pasien DM sama dengan yang tidak
menderita DM yaitu sebesar tidak lebih dari 300 mg dan pasien hipertensi
ringan sampai sedang dianjurkan 2400 mg natriunperhari.
6) Alkohol. Alkohol diminum oleh penderita DM sebaiknya pada saat makan
karena mengakibatkan hipoglikemia.
Jadwal Diet Ketat
Pasien DM diperlukan jadwal makan yang teratur, agar terkendali gula
darahnya. Jadwal makan itu yaitu makan pagi, makan siang, makan malam dan
snack antara makan besar. Makan saat lapar porsinya biasanya lebih besar di
bandingkan makan sebelum lapar. Karena itu pasien DM dianjurkan makan
sebelum lapar. Jumlah kalori diet DM sesuai dengan status gizi pasien, berkisar
antara 110-2500 kalori.
Jenis : boleh dimakan/tidak
Banyak yang beranggapan bahwa penderita DM harus makan makanan khusus,
anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga
kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi kita
terutama penderita DM untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa
darah. Ada beberapa jenis makanan yang dianjurkan dan jenis makanan yang
tidak dianjurkan atau dibatasi bagi penderita DM yaitu :
Jenis bahan makanan yang dianjurkan untuk penderita DM adalah :
1) Sumber karbohidrat kompleks seperti nasi, roti, mie, kentang,singkong,ubi
dan sagu.
2) Sumber protein rendah lemak seperti ikan, ayam tanpa kulitnya, susu skim,
tempe, tahu dankacang-kacangan.
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah
dicerna. Makanan terutama mudah diolah dengan cara dipanggang,
dikukus, disetup, direbus dandibakar.
Jenis bahan makanan yang tidak dianjurkan atau dibatasi untuk penderita
DM adalah :
1) Mengandung banyak gula sederhana, seperti gula pasir, gula jawa, sirup,
jelly, buah-buahan yang diawetkan, susu kental manis, soft drink, es krim,
kue-kue manis, dodol, cake dantarcis.
2) Mengandung banyak lemak seperti cake, makanan siap saji (fast-food),
goreng-gorangan.
3) Mengandung banyak natrium seperti ikan asin, telur asin dan makanan
yang diawetkan (Almatsier,2006).
b. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :
1) Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake).
2) Mencegah kegemukan.
3) Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen.
4) Meningkatkan kadar kolesterol High Density Lipoprotein (HDL).
5) Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
merangsang pembentukan glukosabaru.
6) Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah
karena
7) pembakaran asam lemak menjadi lebihbaik
c. Penyuluhan
Penyuluhan yang diberikan adalah pemahaman tentang perjalanan penyakit,
pentingnya pengendalian penyakit, komplikasi yang ditimbulkan dan resikonya,
intervensi obat dan pemantauan glukosa darah, cara mengatasi hipoglikemi,
olahraga yang teratur dan cara menggunakan fasilitas kesehatan. Perencanaan
diet yang tepat yaitu cukup asupan kalori, protein, lemak,mineraldan
serat.Ajarkan pasien untuk dapat mengontrol gula darah untuk mencegah
komplikasi dan mampu merawat diri sendiri (ADA, 2016).Penyuluhan tentang
DM dapat menggunakan media leaflet, poster, TV, video, diskusi kelompok,
atau alat peraga lain yang dapat digunakan media untuk penyuluhan.
d. Obat
Obat untuk penderita DM ada obat hipoglikemi oral dan insulin yang diberikan
sesuai kebutuhan. Obat hipoglikemi oral dapat dibedakan menjadi 3 golongan
berdasarkan cara kerjanya yaitu :
1) Pemicu sekresi insulin Sulfonilurea bekerja meningkatkan sekresi insulin
pada otot dan sel beta pankreas, meningkatkan performance dan jumlah
reseptor insulin pada otot dan sel lemak, meningkatkan efisiensi sekresi
insulin dan potensiasi stimulasi insulin transport karbohidrat ke sel otot
dan jaringan lemak, penurunn produksi glukosa oleh hati, bekerja melalui
alur kalsium sensitive terhadap ATP. Contohnya obat Khlorpropamid,
Glibenklamid, Gliklasid, Glikuidon, Glipsid, Gimepiri Glinid obat generasi
baru tapi cara kerjanya sama dengan Sulfonilurea. Contoh obatnya
Repaglinid dan Nateglinid.
2) Penambah sensitivitas terhadap insulin Biguamid. Cara kerjanya tidak
merangsang sekresi insulin dan menurunkan kadar glukosa darah sampai
normal (euglikemia), dan tidak menyebabkan hipoglikemia. Contoh obat
ini adalah Metformin dan Thiazolindion/glitazon.
3) Penghambat alfa glukosidase/ Acarbose. Cara kerja obat ini adalah
menghambat enzim alfa glukosidase pada dinding usus halus
yangdapatmengurangi digesti karbohidrat kompleks dan absorbsinya
sehingga mengurangi peningkatan kadar glukosa post prandial. Obat ini
hanya mempengaruhi kadar glukosa pada saat makan dan tidak
mempengaruhi kadar glukosa darah setelah itu terjadi pemberian obat ini
yang tepat adalah pada saat makan.
4) Pasien DM yang mendapat pengobatan suntikan insulin multiple berisiko
hipoglikemia, untuk pencegahannya diperlukan pemantauan gula darah
sebanyak empat kali sehari yaitu sebelum sarapan pagi, sebelum makan
siang, sebelum makan malam, dan sebelum tidur. Pasien yang mendapat
suntikan insulin dengan dosis 1 atau 2 kali perhari, bertujuan mencegah
hipoglikemia dan ketosis, pemantauan kadar gula darah dilakukan lebih
jarang yaitu 1 kali sehari sebelum sarapan pagi atau sebelum makan
malam.
e. Cangkok pankreas
Cangkok pankreas merupakan pencegahan tersier yang dilakukan untuk
mencegah terjadinya komplikasi dan kecacatan akibat DM, pada individu yang
telah mengidap DM. pencegahan tersier terdiri dari tiga tahap, yaitu :
1) Mencegah terjadinya komplikasi.
2) Mencegah komplikasi berkembang dan merusak organ atau jaringan.
3) Mencegah terjadinya kecacatan akibat kegagalan organ atau jaringan
Pendekatan terbaru untuk cangkok adalah segmental dari donorhidup
saudara kembar identik.
2. Kasus 2 (Luka bakar)
Seorang perempuan berusia 42 tahun mengalami luka bakar karena ledakan gas saat
sedang bekerja di pabrik 5 jam sebelum masuk RS. Pasien mengatakan nyeri di area luka,
terasa panas. pasien tampak meringis kesakitan menahan sakit, dan sering merasa haus.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi ataupun diabetes mellitus. Di keluarga
terdapat riwayat DM (ibu pasien). Pasien mengatakan merasakan malu bertemu orang
dengan kondisi saat ini. Hasil pemeriksaan fisik : TD: 100/60mmHg, frekuensi nadi 102
x/menit, frekuensi napas 21 x/mmenit, suhu 37,7 derajat Celsius, BB : 55 kg.
Konjungtiva anemis, luka di area wajah, tangan kanan dan kiri, dada dan perut, luka
berwarna kemerahan, bullae (+). Laboratorium : Hb 10 gr/dl, Na 132 mEq/L (normal
135- 145), Cl 95 mmol/L (normal 98-108).
Pertanyaan :
JAWABAN
1. Faktor Presdiposisi :
Faktor Presipitasi : ledakan gas saat sedang bekerja
2. Wawancara
Identitas Pasien
Nama : Ny. W
Umur : 42Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Serang
Status pernikahan : Kawin
Diagnosa medis : Combustio
Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri dan terasa panas di area luka bakar
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan nyeri pada daerah luka bakar akibat ledakan gas di tempat kerja 5 jam
yang lalu, nyeri terasa panas dengan skala nyeri 6. Nyeri terasa pada seluruh area luka
bakar di daerah wajah, tangan kanan, tangan kiri, daerah dada dan perut.nyeri dirasakan
terus menerus.
Pasien berhubungan baik dengan keluarga dan tetangganya, dan pasien selalu melakukan
ibadahsesuai dengan ajaran dan kepercayaan nya.
3. Patofisiologi
4. Diagnosa Keperawatan
SLKI SIKI
Ds: Pasien mengatakan nyeri Setelah dilakukan asuhan Obsevasi
pada daerah luka bakar keperawatan gangguan -identivikasi penyebab luka bakar
integritas kulit dapat teratasi - Identifikasi durasi terkena luka bakar
Do: dengan kriteria hasil: dan riwayat penanganan luka
-terasa nyeri dengan sekala - Perfusi jaringan sebelumnya
6(0-10) membaik - monitor kondisi luka
-luka tampak kemerahan - Elastisitas membaik
- Kerusakan jaringan
-area luka 45 % Terapeuitik
menurun
- terdapat bullae - Rasa nyeri berkurang -gunakan teknik aseptik selama
- Td= 100/60 N: 102x/m, - Kemerahan berkurang merawat luka
RR=21x/m, S=37.7 C - Kerusakan lapisan kulit -lepaskan balutan lama dengan
membaik menghindari nyeri dan perdarahan
-rendan cairan steril jika balutan
lengket pada luka
-bersihkan luka dengan cairan steril
(mis: NaCl 0.9%, cairan antiseptik)
-gunakan terapi relaksasi untuk
mengurangi nyeri
-jadwalkan frekuensi perawatan luka
berdasarkan ada atau tidaknya infeksi,
jum;ah eksudat dan jenis balutan yang
digunakan
-Gunakan modern dressing sesuai dengan
kondisi luka
-berikan diet dengan kalori 30-35
kkal/kgBB/hari dan protein 1,25-1,5
g/kgBB/hari
-berikan suplemen vitamin dan mineral
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gelaja infeksi
-anjurkan mengonsumsi makanan
tinggi kalori dan protein
Kolaborasi
-Kolaborasi prosedur debridement
-kolaborasi pemberian antobiotik jika
perlu
Kedalaman luka bakar bergantung pada suhu agen penyebab luka bakar dan
lamanya kontak dengan agen tersebut.Pajanan selama 15 menit dengan air panas
dengan suhu sebesar 56.10 C mengakibatkan cidera full thickness yang serupa.
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi
organ yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh
fase hiperdinamik serta hipermetabolik. Kejadian sistemik awal sesudah luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya
integritas kapiler dan kemudian terjadi perpindahan cairan, natrium serta protein
dari ruang intravaskuler ke dalam ruangan interstisial.
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan
berkurangnya volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi
penurunan tekanan darah. Sebagai respon, sistem saraf simpatik akan
melepaskan ketokelamin yang meningkatkan vasokontriksi dan frekuensi denyut
nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah
jantung.
Umumnya jumlah kebocoran cairan yang tersebar terjadi dalam 24 hingga 36
jam pertama sesudah luka bakar dan mencapai puncaknya dalam tempo 6-8 jam.
Dengan terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan
menghilang dan cairan mengalir kembali kedalam kompartemen vaskuler,
volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka
bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada
ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi
iskemia.Komplikasi ini dinamakan sindrom kompartemen.
Volume darah yang beredar akan menurun secara drastis pada saat terjadi syok
luka bakar. Kehilangan cairan dapat mencapai 3-5 liter per 24 jam sebelum luka
bakar ditutup. Selama syok luka bakar, respon luka bakar respon kadar natrium
serum terhadap resusitasi cairan bervariasi. Biasanya hipnatremia terjadi segera
setelah terjadinya luka bakar, hiperkalemia akan dijumpai sebagai akibat
destruksi sel massif. Hipokalemia dapat terjadi kemudian dengan berpindahnya
cairan dan tidak memadainya asupan cairan.Selain itu juga terjadi anemia akibat
kerusakan sel darah merah mengakibatkan nilai hematokrit meninggi karena
kehilangan plasma.Abnormalitas koagulasi yang mencakup trombositopenia dan
masa pembekuan serta waktu protrombin memanjang juga ditemui pada kasus
luka bakar.
Kasus luka bakar dapat dijumpai hipoksia.Pada luka bakar berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan meningkat 2 kali lipat sebagai akibat hipermetabolisme
dan respon lokal.Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat dari berkurangnya
volume darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cidera akan
menghasilkan hemoglobin bebas dalam urin. Bila aliran darah lewat tubulus
renal tidak memadai, hemoglobin dan mioglobin menyumbat tubulus renal
sehingga timbul nekrosis akut tubuler dan gagal ginjal.
Kehilangan integritas kulit diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor
inflamasi yang abnormal, perubahan immunoglobulin serta komplemen serum,
gangguan fungsi neutrofil, limfositopenia.Imunosupresi membuat pasien luka
bakar berisiko tinggi untuk mengalami sepsis.Hilangnya kulit menyebabkan
ketidakmampuan pengaturan suhunya. Beberapa jam pertama pasca luka bakar
menyebabkan suhu tubuh rendah, tetapi pada jam-jam berikutnya menyebabkan
hipertermi yang diakibatkan hipermetabolisme. (Crowin.2013)
e. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk membantu proses regenerasi kulit
akibat luka bakar, mengidentifikasi infeksi, serta mengidentifikasi status cairan.
Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi luka bakar adalah :
1) Hidroterapi
Membersikan luka dapat dilakukan dengan cara hidroterapi. Hidroterapi ini
terdiri dari merendam dan dengan shower. Tindakan ini dilakukan selama
30 menit atau kurang untuk klien dengan luka bakar akut, dibersihkan
secara perlahan atau hati-hati dengan menggunakan berbagai macam larutan
seperti sodium hipokloride, profidon iodine dan chlorohexidine. Jika
hidroterapi tidak dilakukan, maka luka dapat dibersihkan dan dibilas diatas
tempat tidur klien dan ditambahkan dengan penggunaan zat antimikroba.
2) Debridement
Debridemen luka meliputi pengangkatan eschar.Tindakan ini dilakukan
untuk meningkatkan penyembuhan luka melalui pencegahan proliferasi
bakteri di bagian bawah eschar. Debridemen luka pada luka bakar meliputi
debridement secara mekanik, debridement enzimatik dan dengan tindakan
pembedahan
3) Obat-obatan
a) Antibiotika : Tidak diberikan bila klien datang <6 jam sejak kejadian
Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman dan sesuai hasil
kultur.
b) Analgetik : Kuat (Morfin, petidin)
c) Antasida : Kalau perlu
3. Kasus 3 (Luka tekan)
Seoran perempuan usia 47 tahun dirawat dengan diagnosis DM tipe 2 + KAD + ulkus
decubitus. Pasien dibawa oleh keluarga karena ada luka di punggung yang melebar
hingga anus, berbau tidak sedap. Selain itu keluarga mengatakan selain luka, gula darah
naik pada pasien dan kesadaran semakin menurun. Sebelumnya pasien di rawat di RSUD
A selama ± 10 hari. Sempat pulang dan di rawat di rumah. Lukanya dirawat sendiri oleh
keluarga tanpa memanggil tenaga medis saat perawatan luka. Sempat muncul gelembung
berisi cairan dari punggungnya, pecah dan dioles dengan obat herbal. Luka awalnya
mongering namun luka semakin lama membengkak kembali dan berbau, sehingga dibawa
ke RS. Hasil pemeriksaan: kesadaran apatis, TD : 130/90 mmHg. Nadi 90 x/menit, RR :
30x/menit, suhu : 37.9 oC, Konjungtiva anemis, Membran mukosa bibir dan mulut
kering, Turgor kulit kurang elastis, Edema pada keempat ekstremitas, irama napas
ireguler, napas cepat dan dalam, bunyi jantung murmur sistolik area trikuspid, thrill
teraba. Terdapat luka di area telapak kaki, nekrosis (+), panjang luka 6x3 cm di area
bokong, pus (+), nadi dorsalis pedis teraba namun lemah. Tampak deformitas pada
lengan kanan, kaki kiri. Hasil laboratorium : Hb 9,8 gr/dl, leukosit 25.400 rb/µL, albumin
2.7 gr/dl, Hasil AGD: asidosis metabolic.
Pertanyaan :
1. Identifikasi factor predisposisi dan presipitasikasus ?
2. Apakah data pengkajian (wawancara dan pemeriksaanfisik yang
harusditambahkan)?
3. Buatlahpatofisiologisesuaikasusdiatas?
4. Buatlahprioritasdiagnosakeperawatan dan rencanaasuhankeperawatan !
Berdasarkan SDKI, SLKI, SIKI.
5. Buatlahpengertian, etiologi, manifestasiklinis, patofisiologi,
penatalaksanaanmedis?
6. Jelaskanasuhankeperawatan (pengkajian, pemeriksaanfisik,
penegakkandiagnosa, dan renpra)
JAWABAN:
1. Factor predisposisi: DM tipe 2 + KAD + ulkus decubitus
Factor presipitasi:luka di punggung yang melebar hingga anus, berbau tidak sedap,
gula darah naik pada pasien dan kesadaran semakin menurun
2. Pengkajian Keperawatan
a. Primary Survey :
Airway : Penilaian akan kepatenan jalan napas, meliputi pemeriksaan mengenai
adanya obstruksi jalan napas, adanya benda asing. Pada klien diabetes melitus
dengan asidosis metabolik yang mengalami penurunan kesadaran, tidak terdapat
refleks batuk dan terjadi kelemahan otot lidah sehingga produksi cairan tidak
bisa dikeluarkan dan lidah jatuh kebelakang menyebabkan terjadi penutupan
jalan napas.
Breathing : frekuensi napas, apakah ada penggunaan otot bantu napas, retraksi
dinding dada, adanya sesak napas. Palpasi pengembangan paru, auskultasi suara
napas tambahan.
Pada pasien DM dengan asidosis metabolik, frekuensipernafasanmeningkat,
nafas cepat dandalam, hiperventilasi (akibat gangguankeseimbanganasam – basa
/ asidosismetabolikakibatpenumpukanbendaketondalamtubuh).
Circulation : dilakukan pemeriksaan denyut nadi, kualitas dan karakternya,
pemeriksaan pengisian kapiler, warna kulit dan suhu tubuh. Pada pasien DM
dengan asidosis metabolik terjadi perubahantekanandarah : hipotensi, nadilemah
dan cepat (bilaterjadisyok hipovolemikakibat diuresis osmotik). Turgor
kulitmenurun ,lidah dan bibirkering, CRT lambat
(bilaterjadisyokhipovolemikakibat diuresis osmotik).
b. Secondary Survey:
1. Anamnesa
a) Identitas
Jenis kelamin : terjadi pada pria dan wanita yang menderita diabetes melitus.
b) Riwayat penyakitsekarang
Gejala awal : polifagia, poliuria, polidipsia.
Dehidrasi (akibat dari hiperglikemik) : Haus, Kulit kering dan turgor kulit
jelek, Mukosa membran kering, Lemah, Malaise, Hipotensi, Denyut nadi
cepat dan lemah, Asidosis metabolik (akibat ketosis) : Mual dan muntah,
Nafas berbau keton (buah), Letargi, Koma, Nyeri abdomen, Pernapasancepat
dan dalam (Kussmaul).
c) Riwayat kesehatandahulu
Penderita diabetes mengalamiyang mengalami stress
emosional,infeksiataupenyakit yang serius.
d) PemenuhanKebutuhan Dasar (Pola ADL)
a. KebutuhanNutrisi
Anoreksia, mual, muntah, penurunanberat badan, polifagia.
b. KebutuhanAktivitas – Istirahat
Penurunan massa otot dan kelemahan otot.
c. KebutuhanEliminasi
Perubahanpolaberkemih (poliuria).
d. Kebutuhan Hygiene
Pada kasusdiabetes melitus dengan asidosis
metabolikjikaterlambatdiberikanpengobatanmakaakanberkembangmenja
dikoma yang terkadanghanyadalamwaktubeberapa jam
setelahgejalamunculsehinggatidakdapatsecaramandirimemenuhikebutuha
n personal hygiene.
2. Pemeriksaan fisik
a. B1 : Frekuensi pernafasan meningkat, nafas cepat dan dalam , hiperventilasi
(akibat gangguan keseimbangan asam – basa / asidosis metabolic akibat
penumpukan benda keton dalam tubuh), pernafasan berbau keton.
b. B2 : Hipotensi, Denyut nadi cepat dan lemah.
c. B3 : Koma.
d. B4 : Poliuria, urine berbau keton.
e. B5 : Mual, muntah, penurunan BB, nyeri abdomen.
f. B6 : Kelemahan.
3. Patofisiologi
4. Prioritas Diagnosa Keperawatan :
o Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan keseimbangan asam
basa akibat diabetes melitus ditandai dengan RR 30x/menit, AGD :asidosis
metabolic, irama napas ireguler, napas cepat dan dalam, bunyi jantung murmur
sistolik area tricuspid, apatis.
o Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka diabeticus ditandai dengan
luka di punggung yang melebar hingga anus, Terdapat luka di area telapak kaki,
nekrosis (+), panjangluka 6x3 cm di area bokong, pus (+), Tampak deformitas
pada lengan kanan, kaki kiri
d. Komplikasi
1) Syok Hipovolemik
2) Hipoglikemia
e. Gejala Klinik
Gejala yang timbul yaitu:
1) Dehidrasi (akibat dari hiperglikemik)
Haus
Kulit kering dan turgor kulit jelek
Membran mukosa kering
Lemah
Malaise
Hipotensi
Denyut nadi cepat dan lemah
2) Asidosis metabolik (akibat ketosis)
Mual dan muntah
Nafas berbau keton (buah)
Letargi
Koma
3) Manifestasi lain
Nyeri abdomen
Pernapasancepat dan dalam (Kussmaul)
g. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan KAD adalah :
1) Penggantiancairan dan garam yang hilang.
2) Menekan lipolisis pada sel lemak dan glukoneogenesis pada sel hati dengan
pemberian insulin.
3) Mengatasi stress sebagai pencetus KAD.
4) Mengembalikan keadaan fisiologis normal dan menyadari pentingnya pemantauan
serta penyesuaian pengobatan.
Dokter harus mempunyai kemauan kuat untuk melakukan evaluasi ketat terutama di
awal pengobatan KAD sampai keadaan stabil. Pengobatan KAD tidak terlalu rumit. Ada
6 hal yang harus diberikan yaitu cairan, garam, kalium dan glukosa serta asuhan
keperawatan.
Cairan
Dehidrasi dan hiperosmolaritas diatasi secepatnya dengan cairan garam fisiologis.
Pilihan berkisar antara NaCl 0,9% atau NaCl 0,45% tergantung dari ada tidaknya
hipotensi dan tinggi rendahnya kadar natrium. Pada umumnya diperlukan 1-2 liter
dalam jam pertama. Bila kadar glukosa< 200 mg% maka perlu diberikan larutan
mengandung glukosa (dekstrosa 5% atau 10%). Pedoman untuk menilai hidrasi
adalah turgor jaringan, tekanan darah, keluaran urin dan pemantauan
keseimbangan cairan.
Insulin
Insulin baru diberikan pada jam kedua. Pemberian insulin dosis rendah terus
menerus intravena dianjurkan karena pengontrolan dosis insulin menjadi lebih
mudah, penurunan kadar glukosa lebih halus, efek insulin cepat menghilang,
masuknya kalium ke intra sel lebih lambat, dan komplikasi hipoglikemia dan
hipokalemia lebih jarang.
Kalium
Pada awal KAD biasanya kadar ion K+ serum meningkat. Pemberiam cairan dan
insulin segera mengatasi hiperkalemia. Perlu diperhatikan terjadinya hipokalemia
yang fatal selama pengobatan KAD. Untuk mengantisipasi masuknya ion K+
kedalam sel serta mempertahankan kadar K serum dalam batas normal, perlu
diberikan kalium. Pada pasien tanpa kelainan ginjal serta tidak ditemukan
gelombang T yang lancip pada gambaran EKG, pemberian kalium segera dimulai
setelah jumlah urin cukup adekuat.
Glukosa
Setelah rehidrasi awal dalam 2 jam pertama, biasanya kadar glukosa darah akan
turun. Selanjutnya dengan pemberian insulin diharapkan terjadi penurunan kadar
glukosa sekitar 60 mg% per jam. Bila kadar glukosa mencapai 200% maka dapat
dimulai infus yang mengandung glukosa. Perlu diingat bahwa tujuan terapi KAD
bukan untuk menormalkan kadar glukosa tetapi untuk menekan katogenesis.
Bikarbonat
Saat ini bikarbonat hanya diberikan bila pH < 7,1 atau bikarbonat serum< 9
mEq/l. Walaupun demikian komplikasi asidosis laktat dan hiperkalemia yang
mengancam tetap merupakan indikasi pemberian bikarbonat.
4. Kasus 4 (Luka Kanker)
Seorang perempuan usia 32 tahun dirawat di ruang bedah dengan keluhan. Terdapat
benjolan di payudara kanan sejak satu tahun yang lalu.Pasien mengatakan benjolan yang
ada di payudara sebelah kanan semakinhari semakin membesar dan terasa nyeri dan
terasa seperti ditusuk - tusuk, skala 7 (0-10), nyeri terus menerus .Pasien mengatakan
sebelum RS pernah berobat ke alternatif.Pasien juga mengatakan memiliki riwayat KB
selama tujuh tahundan tidak ada riwayat penyakit keluarga. Hasil pengkajian fisik: terjadi
perubahan pada kontur/bentuk payudara klien, terdapat massadan luka pada payudara
kanan, asimetris, dan terdapat benjolan padapayudara kiri. Hasil pemeriksaan fisik : TD
130/90 mmHg, frekuensi nadi 88 x.menit, frekuensi napas 23 x/menit, suhu 38 derajat
Celsius, konjungtiva anemis, membrane mukosa kering, luka berukuran ± 15cm dan
kedalaman ±8cm, berwarnamerah kekuningan dan berbau.
Pertanyaan :
JAWABAN
Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 32Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Karyawan swasta
Alamat : Serang
Status pernikahan : Kawin
Diagnosa medis : CA Mamae
Keluhan utama : Klien mengeluh nyeri dan ada benjolan di payudara terdapat
massa dan luka pada payudara kanan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan benjolan yang ada di payudara sebelah kanan semakinhari
semakinmembesar dan terasa nyeri dan terasa seperti ditusuk - tusuk, skala 7 (0-10),
nyeri terusmenerus apabila beraktivitas lebih terjadi perubahan pada kontur/bentuk
payudara klien, terdapat massadan luka pada payudara kanan, asimetris, dan terdapat
benjolan padapayudara kiri. konjungtiva anemis, membrane mukosa kering, luka
berukuran ± 15cm dan kedalaman ±8cm, berwarnamerah kekuningan dan berbau.
Riwayat Penyakit Terdahulu
Terdapat benjolan di payudara kanan sejak satu tahun yang lalu. Riwayat KB
selama 7 tahun
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada riwayat penyakit keluarga
Riwayat Psikososial dan Spiritual
Pasien berhubungan baik dengan keluarga dan tetangganya, dan pasien selalu
melakukan ibadahsesuai dengan ajaran dan kepercayaan nya.
Tanda – tanda Vital
- Keadaan Umum : Baik
- Kesadaran : Composmentis
- Tekanan Darah : 130/90 mmhg
- Nadi : 88x/ menit
- Suhu : 38 º Celcius
- Respirasi : 23x/ menit
Pemeriksaan Fisik
- Sistem Pernafasan
Pasien didapatkan sesak RR 23x/menit, tidak ada pernafasan cuping hidung bentuk
dada simetris tidak terdapat bunyi tambahan seperti ronchi, mulut tidak berbau.
- Sistem Kardiovaskuler
Tidak terdapat peningkatan vena jugularis, mukosa bibir pasien kering, tidak ada
pembesaran kelenjar getah bening. CRT kurang dari 3 detik, akral terasa hangat.
Denyut nadi pasien teratur dan terasa kuat 88x/menit. Tidak terdapat bunyi jantung
tambahan S4 gallops di batas jantung ICS2-ICS6, tekanan darah 130/90 mmhg.
- Sistem Pencernaan
Conjungtiva pasien anemis,bentuk abdomen simetris tidak terdapat distensi dan
asites,
- Sistem Persyarafan
Nilai GCS 15 composentis tidak terdapat tremor,reflek patologis negative.
- Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar tyroid , trias 3P normal.
- Sistem Integument
Terdapat massadan luka pada payudara kanan, asimetris, dan terdapat benjolan
padapayudara kiri, luka berukuran ± 15cm dan kedalaman ±8cm, berwarnamerah
kekuningan dan berbau.
3. Patofisiologi
Sel kanker payudara yang invasiv membuat massa tumor ganas mendesak ke
jaringan luar sehingga bentuk payudara asimetrik dengan benjolan yang tidak teratur.
Perfusi jaringan sekitar payudara yang 13 terdapat tumor menjadi terganggu sementara
tumor terus membengkak kemudian pecah dan terjadi pendarahan, biasanya bercampur
ulkus atau nanah yang menimbulkan bau kurang sedap.Pecahnya benjolan membuat luka
terbuka pada payudara yang sangat mudah terkontaminasi dengan bakteri lingkungan
maka menimbulkan jaringan sekitar payudara menghitam atau disebut nekrosis. Dari
tahap-tahap terjadinya kanker payudara dari faktor penyebab atau etiologi dan proses
terbentuknya benjolan yang membesar dan pecah sehingga muncul masalah keperawatan
yaitu gangguan integritas kulit
Phatway
Mamae membengkak
Ulkus
4. Diagnosa keperawatan
SLKI SIKI
Ds: terdapat benjolan di Setelah dilakukan asuhan Obsevasi
payudara kanan sejak 1 tahun keperawatan gangguan integritas -identivikasi penyebab gangguan
yang lalu, semakin hari benjolan kulit dapat teratasi dengan kriteria integritas kulit
semakin membesar. hasil:
- Perfusi jaringan membaik Terapeuitik
Do: - Elastisitas membaik -gunakan produk berbahan
-terasa nyeri dengan sekala 7(0- - Kerusakan jaringan ringan/alami dan hipoalergik
10) menurun pada kulit sensitive
-riwayat KB - Rasa nyeri berkurang Hindari produk berbahan dasar
-terdapat massa/dan luka pada - Kemerahan berkurang alcohol pada kulit kering
payudara berukuran 15cm - Kerusakan lapisan kulit
dengan kedalaman 8cm Edukasi
membaik
berwarna kemerahan kekuningan -anjurkan minum air yang cukup
dan bau -anjurkan meningkatkan asupan
-bentuk payudara unsimetris nutrisi
terdapat benjolan di paudara -anjurkn meningkatkan asupan
- Td= 130/90 N: 88x/m, buah dan sayur
RR=23x/m, S=38C -anjurkan menghindari terpapar
suhu ekstrim
5. Kanker payudara
Pengertian
Kanker payudara merupakan jumlah sel kanker yang muncul dan berkembang
tanpa terkendali, berasal dari kelenjar, saluran kelenjar serta jaringan sekitar payudara.
(Sofi Ariani, 2015) Menurut dr. Wawan Supriyanto (2015) kanker payudara terjadi
karena gen pengatur pertumbuhan sel berfungsi abnormal sehingga pertumbuhan sel
payudara tidak bisa terkontrol. Normalnya sel payudara baru akan tumbuh menggantikan
sel lama yang mati. Untuk mempertahankan fungsi payudara maka dilakukan regenerasi
sel.
Etiologi
Umur Perempuan berusia kurang dari 40 tahun memiliki resiko kecil terkena
kanker payudara dibanding yang berusia 40 tahun lebih.
Jenis kelamin Perempuan mempuyai risiko lebih tinggi dibandingkan laki-laki.
Menurut peneliti di Inggris, 99% dari semua kasus kanker payudara terjadi pada
perempuan dan pria hanya 1%.
Umur menarche Perempuan yang menarche lebih awal dibawah 12 tahun
memiliki faktor resiko kanker payudara lebih besar, dibanding yang riwayat
menarche lebih lama.
Umur menopause Risiko kanker payudara terbesar adalah pada perempuan yang
terlambat menopause, umur menopause normal perempuan yaitu kurang dari 50
tahun.
Genetik Apabila salah satu keluarga menderita kanker payudara, kemungkinan
besar semua saudara beresiko terkena kanker yang sama atau berbeda.
Paritas Istilah untuk memudahkan pemahaman tentang riwayat jumlah anak yang
pernah dilahirkan. Risiko kanker payudara lebih tinggi pada perempuan yang
tidak memiliki anak disebut nullipara, daripada multipara yaitu perempuan yang
sudah pernah melahirkan.
Tidak memberikan ASI Perempuan yang setelah melahirkan sangat dianjurkan
memberikan ASI kepada bayi sebagai proteksi terhadap risiko kanker payudara,
jika tidak ibu tersebut kemungkinan beresiko besar disbanding perempuan yng
memberikan ASI sesuai ketentuan. (Sofi Ariani, 2015)
Menisfestasi klinis
Kanker payudara pada stadium dini tidak menimbulkan keluhan rasa sakit. Salah
satu tanda yang diamati pada stadium dini adalah adanya benjolan kecil di payudara.
Beberapa keluhan akan dirasakan oleh penderita pada stadium lanjut. (Sofi Ariani, 2015)
Fase awal yaitu asimtomatik, pada fase awal, jika di dorong oleh jari tangan,
benjolan bisa digerakkan dengan mudah di bawah kulit. Tanda umum terdapat
benjolan/ penebalan pada payudara. Tanda dan gejala lanjut:
- Kulit cekung
- Retraksi/ deviasi putting susu
- Nyeri tekan/ raba
- Kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk
- Ulserasi pada payudara
Tanda metastase:
- Nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah
- Batuk menetap
- Anoreksia
- BB turun
- Gangguan pencernaan
- Kabur
- Sakit kepala
Stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau kulit
disekitarnya. Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang
membengkak atau borok di kulit payudara. Kadang kulit diatas benjolan
mengkerut dan tampak seperti kulit jeruk. Tanda-tanda:
- Terdapat massa utuh kenyal, biasa di kwadran atas bagian dalam, di
bawah ketiak bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
- Nyeri di daerah massa
- Adanya lekukan ke dalam, tarikan dan refraksi pada area mammae
- Edema dengan “peant d’ orange (keriput seperti kulit jeruk)
- Pengelupasan papilla mammae
- Adanya kerusakan dan retraksi pada area putting, keluar cairan spontan,
kadang disertai darah
- Ditemukan lesi pada pemeriksaan mammografi