Anda di halaman 1dari 19

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Biodata Klien

Tanggal Masuk RS : 20 Juni 2022

Tanggal Pengkajian : 03 Juli 2022

Jam Masuk : 07:00 WIB

Jam Pengkajian : 09:00WIB

Nama Klien : Ny. H

Umur : 58 tahun

Agama : Islam

Suku : Bugis

Alamat : Metro

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : URT

Status : Menikah

Dx Medis : DM Tipe II

2. Pengkajian

a. Keluhan utama : Kadar gula darah tinggi

b. Riwayat keluhan utama : klien masuk rumah sakit dengan keluhan

kadar gula darah tinggi sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit, sebelumnya klien


beranggapan bahwa nanti juga akan kembali

normal tetapi sudah 2 hari keluhan yang

dirasakan klien tidak kembali normal seperti

biasanya dan akhirnya klien menyuruh

suami klien untuk merujuk klien ke IGD

RSU Anutapura palu pada tanggal 20 Juni

2022 pada pukul 07:00 WITA

c. Keluhan dirasakan saaat ini : klien mengatakan merasa kesemutan,

klien mengatakan merasa kaku pada

otot-otot kakinya

d. Riwayat penyakit dahulu : klien mengatakan tidak memilki riwayat

penyakit terdahulu

e. Riwayat penyakit keluarga : klien mengatakan ibunya memiliki

penyakit yang sama seperti yang dia

derita saat ini yaitu penyakit diabetes

f. Pemeriksaan pola fungsi

1. Pola persepsi kesehatan klien mengatakan sakit adalah hal yangwajar

dan klien juga mengatakan ketika klien sakit keluarga akan langsung

membawa klien ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.

2. Pola metabolik klien mengatakan pada saat klien sehat klien makan

teratur 3 kali sehari, pada saat sakit klien mengatakan makan 3 kali

sehari namun nafsu makan klien berkurang dan klien hanya

menghabiskan setengah porsi dari makanan yang disajikan, pada saat


sehat klien minum air putih sebanyak 8 sampai 10 gelas perhari dan

pada saat sakit juga sama.

3. Pola eliminasi BAB klien mengatakan pada saat sehat adalah 1 kali

sehari dengan konsentrasi padat, warna kuning kecoklatan, pada saat

sakit klien mengatakan BAB 2 hari sekali dengan konsentrasi padat,

warna kecoklatan, sedangkan pola BAK klien mengatakan pada saat

sehat 3 sampai 4 kali sehari dengan warna kuning dan aroma

amoniak, pada saat sakit 5 sampai 7 kali sehari dengan warna kuning

dan bau amoniak.

4. Pola istirahat tidur klien mengatakan pada saat sehat diwaktu malam

klien tidur 8 sampai 10 jam namun saat sakit klien mengatakan

hanya tidur sekitar 5 sampai 6 jam karena sering terbangun di malam

hari.

5. Pola aktifitas pada saat sehat klien mengatakan mampu melakukan

semua aktifitas sendiri tanpa batuan dari keluarga klien namun saat

sakit klien membutuhkan bantuan dari keluarga karna tidak mampu

melakukan senidiri dikarenakan klien merasa kaku dan kesemutan

pada bagian kakinya sehingga klien membutuhkan bantuan

keluarganya dan klien juga diberikan latihan senam kaki untuk

menghilangkan kesemutan yang dirasakan dan kaku pada kaki agar

dapat beraktifitas seperti semula.

6. Pola kebersihan diri pada saat sehat klien mengatakan mandi 2 kali

sehari pada saat pagi dan sore, selalu menjaga kebersihan gigi dan
selalu keramas 3 kali seminggu, pada saat sakit klien tidak mandi

dan hanya membasuh badan dengan kain basah, sikat gigi sekali

sehari dan belum pernah keramas selama sakit.

7. Pola spiritual klien mengatakan selalu beribadah saat sehat namun

saat sakit klien mengatakan kesulitan saat beribadah.

g. Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik yang telah dilakukan didapatkan yang data yang

bermasalah yaitu tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 80x/m, respirasi

20x/m, suhu 37 , dan ditemukan masalah pada bagian ekstremitas

bawah seperti sensitivitas kaki 1 (sensitivitas kurang), klien merasa

kesemutan dan kaku pada otot-otot kaki.

h. Terapi yang di peroleh Ny.H selama perawatan di RSU Anutapura Palu

yaitu Ceftriaxone 2gr termasuk golongan obat antibiotik yang berfungsi

untuk pengobatan sejumlah infeksi bakteri, Ketorolac dengan dosis

10mg termasuk golongan obat antiinflamasi nonsteroid untuk

meredakan peradangan, IVFD RL 20 tpm termasuk golongan cairan

elektrolit yang berfungsi untuk resusitasi cairan dan mengembalikan

keseimbangan cairan, novorapid flexpen 100u/ml 3ml untuk

mengurangi tingkat gula darah tinggi

i. Pemeriksaan penunjang hasil laboratorium pada tanggal 20 Juni 2022

pada Ny.H menunjukan glukosa sewaktu 203 mg/dl normalnya 80-199

mg/dl, glukosa pusa 306 mg/dl normalnya 80-125 mg/dl dan glukosa 2

jam pp 379 mg/dl normalnya 100-199 mg/dl.


3. Analisa Data

Tabel 4.1

Tabel Analisa Data

No. Data Etiologi Masalah


1. Ds: Kurang Ketidakfektifan
- Klien mengatakan pengetahuan perfusi jaringan
merasa kesemutan tentang proses perifer
pada kakinya penyakit Diabetes
- Klien mengatakan Melitus
merasa kaku pada
otor-otot kakinya
Do:
- K.u : Lemah
- Kesadaran :
Composmentis
- TTV
TD : 140/80 mmhg
N : 80x/m
S : 37
R : 20x/m
- Akral dingin
- Sensitivitas kaki 1

4. Perencanaan

Tabel 4.2

Tabel Perencanaan

Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


keperawatan kriteria hasil
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 1. Monitoring 1. Untuk
perfusi jaringan tindakan TTV mengetahui
perifer keperawatan 2. Observasi keadaan umum
berhubungan selama 3x24 jam daerah tertentu klien
dengan kuang diharapkan yang hanya 2. Untuk
pengetahuan keluhan klien peka terhadap mengetahui
tentang proses dapat diatasi panas, dingin, anggota tubuh
penyakit diabetes dengan kriteria tajam, dan mana yang
melitus hasil tekanan tumpul lebih peka
systole dan 3. Ajarkan latihan terhadap
diastole dalam senam kaki sesuatu
rentang yang diabetik 3. Untuk
diharapkan, tidak 4. Instruksin mencegah
ada ortostatik keluarga untuk terjadinya luka
hipertensi, dan mengobservasi dan mongontrol
tidak ada tanda- kulit jika ada sirkulasi darah
tanda peningkatan lesi atau laserasi 4. Untuk
tekanan intra 5.Kolaaborasi mengetahui
kranial pemberian keadaan kulit
insulin klien apakah
ada lesi atau
laserasi
5.Untuk
menurunkan
kadar glukosa
dalam darah dan
mempercepat
proses
penyembuhan

5. Implementasi

Tabel 4.3

Diagnosa Hari ke 1 Hari ke 2 Hari ke 3


Keperawatan 04 Juli 2022 05 Juli 2022 06 Juli 2022
Ketidakefektifan Jam 09.00 Jam 09.30 Jam 10.15
perfusi jaringan 1. Memonitoring 1. Memonitoring 1. Memonitoring
perifer b/d TTV klien TTV klien TTV klien
kurang TD : 140/80 TD : 140/90 TD : 120/90
pengetahuan mmhg mmhg mmhg
tentang proses N : 80x/m N : 78x/m N : 80x/m
penyakit S : 37 S : 36,5 S : 36,5
diabetes melitus R : 20x/m R : 20x/m R : 20x/m
Jam 09.15 Jam 09.40 Jam 10. 23
2. Mengobservasi 2. Mengajarkan 2. Mengajarkan
daerah tertentu latihan senam latihan senam
yang hanya peka kaki diabetik kaki diabetik
terhadap panas, Hasi : Pertama- Hasil : Pertama-
dingin, tajam, tama tama
dan tumpul memposisikan memposisikan
Hasil : klien klien agar kaki klien agar kaki
mengatakan klien menyentuh klien menyentuh
terkadang lantai dan jari- lantai dan jari-
kakinya lebih jari kaki jari kaki
peka terhadap diluruskan diluruskan
rangsangan keatas lalu keatas lalu
dingin dibengkokan dibengkokan
Jam 09.30 kebawah kebawah
3. Mengajarkan sebanyak 10 sebanyak 10
latihan senam kali, lalu kali, lalu
kaki, Hasil : meletakkan meletakkan
Pertama-tama tumit salah satu tumit salah satu
memposisikan kaki dilantai dan kaki dilantai dan
klien agar kaki angkat telapak angkat telapak
klien menyentuh kaki keatas dan kaki keatas dan
lantai dan jari- pada kaki pada kaki
jari kaki lainnya jari kaki lainnya jari kaki
diluruskan keatas diletakkan diletakkan
lalu dibengkokan dilantai dan dilantai dan
kebawah tumit diangkat tumit diangkat
sebanyak 10 kali, keatas dilakukan keatas dilakukan
lalu meletakkan sebanyak 10 kali sebanyak 10 kali
tumit salah satu secara secara
kaki dilantai dan bergantian, lalu bergantian, lalu
angkat telapak tumit kaki tumit kaki
kaki keatas dan diletakkan diletakkan
pada kaki dilantai setelah dilantai setelah
lainnya jari kaki itu bagian ujung itu bagian ujung
diletakkan kaki diangkat kaki diangkat
dilantai dan keatas dan buat keatas dan buat
tumit diangkat gerakan gerakan
keatas dilakukan memutar dengan memutar dengan
sebanyak 10 kali pergerakan pada pergerakan pada
secara pergelangan kaki pergelangan
bergantian, lalu sebanyak 10 kaki sebanyak
tumit kaki kali, lalu 10 kali, lalu
diletakkan dilajutkan dilajutkan
dilantai setelah dengan gerakkan dengan
itu bagian ujung jari-jari kaki gerakkan jari-
kaki diangkat diletakkan jari kaki
keatas dan buat dilantai lalu diletakkan
gerakan memutar tumit diangkat dilantai lalu
dengan dan buat tumit diangkat
pergerakan pada gerakkan dan buat
pergelangan kaki memutar gerakkan
sebanyak 10 kali, sebanyak 10 memutar
lalu dilajutkan kali, gerakan sebanyak 10
dengan gerakkan selanjutnya kali, gerakan
jari-jari kaki angkat salah satu selanjutnya
diletakkan lutut kaki dan angkat salah
dilantai lalu luruskan satu lutut kaki
tumit diangkat gerakkan jari dan luruskan
dan buat kaki kedepan gerakkan jari
gerakkan dan turunkan kaki kedepan
memutar kembali lakukan dan turunkan
sebanyak 10 kali, sebanyak 10 kembali lakukan
gerakan kali, angkat sebanyak 10
selanjutnya kedua kaki dan kali, angkat
angkat salah satu luruskan lalu kedua kaki dan
lutut kaki dan perthankan luruskan lalu
luruskan posisi gerakkan perthankan
gerakkan jari pergelangan kaki posisi gerakkan
kaki kedepan kedepan dan pergelangan
dan turunkan kebelakang kaki kedepan
kembali lakukan sebanyak 10 dan kebelakang
sebanyak 10 kali, kali, lalu sebanyak 10
angkat kedua luruskan salah kali, lalu
kaki dan satu kaki dan luruskan salah
luruskan lalu angkat, putar satu kaki dan
perthankan kaki pada angkat, putar
posisi gerakkan pergelangan kaki pada
pergelangan kaki kaki, lalu pergelangan
kedepan dan tuliskan angka 0 kaki, lalu
kebelakang sampai angka 9 tuliskan angka 0
sebanyak 10 kali, dan dilakukan sampai angka 9
lalu luruskan secara dan dilakukan
salah satu kaki bergantian, dan secara
dan angkat, putar yang terakhir bergantian, dan
kaki pada letakkan sehelai yang terakhir
pergelangan koran, bentuk letakkan sehelai
kaki, lalu koran menjadi koran, bentuk
tuliskan angka 0 bola lalu buka koran menjadi
sampai angka 9 bola dengan bola lalu buka
dan dilakukan kedua kaki lalu bola dengan
secara robek menjadi kedua kaki lalu
bergantian, dan dua bagian robek menjadi
yang terakhir setelah itu dua bagian
letakkan sehelai bagian yang setelah itu
koran, bentuk telah di robek bagian yang
koran menjadi menjadi dua telah di robek
bola lalu buka ambil satu menjadi dua
bola dengan bagian lalu ambil satu
kedua kaki lalu robek menjadi bagian lalu
robek menjadi kecil-kecil robek menjadi
dua bagian setelah itu kecil-kecil
setelah itu angkat robekan setelah itu
bagian yang kecil angkat robekan
telah di robek menggunakan kecil
menjadi dua kaki lalu menggunakan
ambil satu pindahkan ke kaki lalu
bagian lalu robek kertas yang pindahkan ke
menjadi kecil- satunya lalu kertas yang
kecil setelah itu bungkus kembali satunya lalu
angkat robekan menjadi bola. bungkus
kecil Jam 10.45 kembali menjadi
menggunakan 3. Penatalaksanaan bola.
kaki lalu pemberian insulin Jam 11.00
pindahkan ke Hasil : Novorapid 3. Penatalaksanaan
kertas yang flexpen 100u/ml pemberian
satunya lalu insulin
bungkus kembali Hasil :
menjadi bola. Novorapid
Jam 09.50 flexpen 100u/ml
4. Menginstruksikan
keluarga untuk
mengobservasi
kulit jika ada lesi
atau laserasi
Hasil : keluarga
klien
mengatakan
paham dan akan
selalu memantau
apakah ada lesi
atau lasersi
Jam 10.30
5. Penatalaksanaan
pemberian insulin
Hasil : Novorapid
flexpen 100u/ml

6. Evaluasi

Tabel 4.4

Tabel Evaluasi

No. Rabu, 04 Juli 2022 Kamis, 05 Juli 2022 Jumat, 06 Juli 2022
Dx Jam 16.00 Jam 16.00 Jam 16.00
1. S : klien mengatakan S : - Klien mengatakan S : - Klien
masih merasa kaku kaku pada otot mengatakan
pada kaki nya dan kakinya sudah sudah tidak
kesemutan mulai berkurang merasa kaku
O : TTV dan kesemutan yang pada otot-otot
TD : 130/80 mmhg biasa dialami sudah kakinya lagi dan
N : 80x/m mulai hilang sudah tidak
S : 37 O : TTV sering kesemutan
R : 20x/m TD : 130/90 mmhg lagi dan klien
A : Masalah belum N : 78x/m juga mengatakan
teratasi S : 36,5 sekarang sudah
P : Lanjutkan R : 20 x/m merasa lebih
intervensi - Klien nampak sudah segar dari
- Observasi TTV bisa melakukan sebelumnya
- Ajarkan latihan latihan senam kaki O : TTV
senam kaki walaupun masih TD : 120/70
- Kolaborasi dibantu oleh peneliti mmhg
pemberian A : Masalah teratasi N : 78x/m
insulin sebagian S : 36,3
P : Lanjutkan intervensi R : 20 x/m
- Observasi TTV - Klien nampak
- Ajarkan latihan sudah dapat
senam kaki melakukan
- Kolaborasi latihan senam
pemberian insulin kaki tanpa
bantuan
peneliti dan
sudah
menghafal
keseluruhan
gerakan sena
kaki
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi
- Latihan senam
kaki mandiri

B. Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas tentang “penerapan tindakan

latihan senam kaki pada pasien Ny.H dengan asuhan keperawatan diabetes
melitus di ruang Cendrawasi bawah RSU Anutapura Palu”. Prinsip dari

pembahasan ini dengan memfokuskan pada tindakan latihan senam kaki pada

pasien diabetes mellitus. Disini penulis hanya akan membahas diagnosa

keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan

kurang pengetahuan tentang proses penyakit diabetes mellitus.

1. Pengkajian

Dalam pengkajian keperawatan terhadap Ny.H didapatkan data bahwa

klien mengatakan kadar gulah dalam darah tinggi sudah sejak 2 hari sebelum

masuk rumah sakit, klien juga mengatakan merasa kesemutan di kaki

sebelah kirinya, klien mengatakan oto-otot kaki kaku.

Pada tinjauan pustaka menurut (Price, 2006 dalam Nurarif 2016)

manifestasi klinis pada pasien diabetes melitus meliputi kadar glukosa puasa

tidak normal, hiperglikemia, polifagia, lelah dan mengantuk, luka yang sulit

sembuh, kesemutan pada kaki atau tungkai, penglihatan kabur, rasa gatal

terutama pada daerah sekitar kelamin, kemampuan seks menurun

Hasil pengkajian penelitian pada pasien Diabetes Melitus didukung

dengan hasil studi terdahulu yaitu kadar glukosa puasa tidak normal selama

2 hari, kesemutan pada kaki.

Studi pendahulu Mangiwa (2017) di Rumah Sakit Pacaran Kasih

Gmim Manado, Komplikasi dari DM terdiri dari komplikasi akut yaitu

perubahan kadar glukosa dan komplikasi kronik yaitu perubahan pada

sistem kardiovaskuler, perubahan pada sistem saraf perifer, dan peningkatan

kerentanan terhadap infeksi.


Berdasarkan asumsi peneliti terdapat kesenjangan antara hasil

pengkajian dengan teori tentang Diabetes Melitus, peneliti hanya

menemukan beberapa gejala berupa kadar glukosa tidak normal dan

kesemutan pada kaki sedangkan menurut teori ada 10 manifestasi klinis

tentang diabetes mellitus yang tidak ditemukan pada keluhan yang dirasakan

Ny.H.

2. Perumusan diagnosa keperawatan

Berdasarkan teori yang ditemukan menurut Nurarif dan Kusuma

(2016) diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan

Diabetes Melitus adalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh b.d gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani,

resiko syok, kerusakan intergritas jaringan berhubungan dengan nekrosis

kerusakan jaringan (nekrosis luka gangrene), resiko infeksi, retensi urine

b.d inklomplit pengosongan kandung kemih, sfingter kuat dan poliurim,

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d penurunan sirkulasi darah

keperifer, proses penyakit DM, resiko ketidakseimbangan elektrolit, dan

keletihan.

Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan peneliti pada Ny.H

didapatkan masalah keperawatan yaitu ketidakefektifan perfusi jaringan

perifer berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang proses penyakit

diabetes melitus. Data yang menunjang dalam diagnosa keperawatan adalah

data subjektif Ny.H mengatakan merasa kesemutan di kaki sebelah kirinya,

klien mengatakan oto-otot kaki kaku. Data objektif dari masalah


keperawatan ini adalah tekanan darah 140/80 mmhg, nadi 80x/m, suhu

37 , respirasi 20x/m, dan akral dingin.

Berdasarkan asumsi peneliti terdapat kesenjangan antara penentuan

diagnosa dengan teori tentang diagnosa keperawatan diabetes mellitus

dikarenakan peneliti hanya mengangkat 1 diagnosa dari 9 diagnosa

keperawatan diabetes mellitus, karena dari data hanya menunjang untuk

mengangkat 1 diagnosa keperawatan saja menurut peneliti.

Studi terdahulu Hidayati (2015) di RSUD Dr.Moewardi Surakarta

dengan hasil pada penderita Diabetes Melitus didapatkan diagnosa

Keperawatan ketidakefektifan perfusi jaringan perifer.

3. Intervensi dan Perencanaan

Penulis melakukan intervensi keperawatan berdasarkan ONEC, O

(Observation), N (Nursing), E (Education), C (Colaboration) yaitu

Monitoring tanda-tanda vital yang bertujuan untuk mengetahui keadaan

umum, observasi adanya kepekaan terhadap panas, dingin, tajam dan

tumpul untuk mengetahui kepekaan anggota tubuh mana yang lebih peka

terhadap sesuatu, ajarkan latihan senam kaki yang bertujuan untuk

mencegah terjadinya luka dan memperlancar sirkulasi darah, instruksikan

keluarga untuk memantau adanya lesi dan laserasi pada kulit untuk

mengetahui adanya lesi dan laserasi yang mungkin tiba-tiba muncul pada

kulit terutama pada kaki, kolaborasi pemberian insulin yang bertujuan

untuk menurunkan kadar glukosa dalam darah dan mempercepat proses

penyembuhan.
Menurut Nurarif (2016) pada diagnosa keperawatan ketidakefektifan

perfusi jaringan perifer berhubungan dengan diabetes melitus, yaitu

intervensi keperawatannya meliputi monitor adanya daerah tertentu yang

hanya peka terhadap panas, dingin, tajam, dan tumpul, instruksikan

keluarga untuk memantau bila ada lesi atau laserasi, gunkan sarung tangan

untuk proteksi, batasi gerak pada kepala, leher dan pinggang, monitor

kemampuan Bab.

Studi pendahulu Damayanti (2015) di kelompok persadia RS Jogja,

Senam kaki diabetik adalah latihan fisik yang direkomendasikan sebagai

aktivitas utama yang dapat dilakukan oleh penderita DM tipe II karena

efeknya dapat meningkatkan sensitivitas insulin sehingga menghambat

perkembangan Diabetes Melitus.

Berdasarkan asumsi peneliti terdapat kesenjangan antara teori dan

prinsip intervensi keperawatan berdasarkan ONEC, dikarenakan peneliti

tidak mengangkat keseluruhan intervensi tetapi memilih intervensi yang

paling cocok untuk dilakukan pada pasien Diabetes Melitus Tipe II.

4. Implementasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh peneliti dalam

mengatasi diagnosa keperawatan pada Ny.H yaitu ketidakefektifan perfusi

jaringan perifer berhubungan dengan diabetes mellitus dilakukan selama

tiga hari. Peneliti sudah melakukan tindakan sesuai intervensi keperawatan

yaitu, monitoring tanda-tanda vital, observasi adanya kepekaan terhadap

panas, dingin, tajam dan tumpul, ajarkan latihan senam kaki diabetik,
instruksikan keluarga untuk memantau bila ada lesi atau laserasi pada

kulit, kolaborasi pemberian insulin.

Studi pendahulu Octavia, dkk (2014), senam kaki efektif untuk

meningkatkan sensitivita kaki pada pasien DM tipe 2. Senam Diabetes

bertujuan meningkatkan kesegaran jasmani atau nilai aerobic yang optimal

untuk penderita Diabetes, dengan olah gerak yang disesuaikan dengan

kebutuhan penderita Diabetes tanpa komplikasi-komplikasi yang berat.

Senam direkomendasikan dilakukan dengan intensitas moderat (60-70

maksimum heart rate), durasi 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali/

minggu dan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut tidak melakukan senam

(Sunaryo, 2014)

Berdasarkan asumsi peneliti tidak didapatkan kesenjangan antara

implementasi yang diberikan dengan teori yang ada dan dengan studi

terdahulu.

7. Evaluasi

Evaluasi keperawatan pada Ny.H yang dirawat di ruang catelia RSU

Anutapura Palu dilakukan selama tiga hari untuk diagnosa keperawatan

ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan kurang

pengetahuan tentang proses penyakit diabetes mellitus, didapatkan hasil

data subjektif klien mengatakan sudah tidak merasa kaku pada otot-otot

kakinya lagi dan sudah tidak sering kesemutan lagi dan klien juga

mengatakan sekarang sudah merasa lebih segar dari sebelumnya dan klien

juga mengatakan sudah dapat melakukan senam kaki sendiri tanpa bantuan
peneliti. Data objektif TD : 130/80 mmhg, N : 78x/m, S : 36,5 , R : 20

x/m. Analisa masalah ketidakefektifan perfusi jaringan perifer teratasi.

Planning lanjutkan latihan senam kaki mandiri dikarenakan agar mencegar

terjadinya luka dan lebih memperlancar sirkulasi darah pada kaki klien.

Studi terdahulu Mangiwa (2017) Tingkat keparahan DM tipe II

berperan penting dalam terjadinya penyakit arteri perifer (PAP). Sekitar

75% penyandang Diabetes Melitus tipe II akhirnya meninggal karena

penyakit vaskuler. Berdasarkan data tersebut, usaha pencegahan dapat

dilakukan untuk mencegah agar tidak terjadi kecatatan lebih lanjut

walaupun sudah terjadi penyakit adalah pencegahan tersier misalnya

berupa Senam Diabetes.

Berdasarkan asumsi peneliti dari hasil evaluasi yang peneliti

dapatkan didukukung oleh hasil evaluasi studi terdahulu Mangiwa dimana

pencegahan pada penderita Diabetes Tipe II berupa senam kaki Diabetes.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setelah penulis melakukan penerapan tindakan latihan senam kaki pada

pasien dengan asuhan keperawatan Diabetes Melitus pada Ny.H yang dirawat

di ruang Cendrawasi Bawah RSU Anutapura Palu, peneliti dapat mengambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada pengkajian Ny.H peneliti tidak menemukan kesenjangan antara teori

dan kasus.

2. Pada penegakan diagnose keperawatan, peneliti menemukan perbedaan

antara teori dan kasus. Didalam teori didapatkan delapan diagnosa dan pada

kasus didapatkan satu diagnosa.

3. Tindakan keperawatan yang dilakukan pasien telah sesuai dengan rencana

yang telah disusun sebelumnya. Peneliti tidak menemukan perbedaan antara

teori dan kasus.

4. Pada evaluasi masalah keperawatan sudah mulai teratasi sebagian. Faktor

pendukung bagi peneliti dalam mengumpulkan data pada kasus tersebut

yaitu klien sudah tidak merasa kaku pada otot kakinya, klien sudah tidak

mengalami kesemutan lagi dank lien sudah dapat melakukan senam kaki

sendiri tanpa bantuan.


B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Ny.H dengan kasus

Diabetes Melitus Tipe 2, penulis memberikan usulan dan masukan positif pada

bidang kesehatan antara lain :

1. Bagi RSU Anutapura Palu

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

menjaga hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun

dengan klien, sehingga dapat mampu meningkatkan pelayanan mutu asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan khususnya bagi klien dengan

kasus Diabetes Melitus.

2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan perawat memiliki tanggung jawab dan keterampilan yang

baik serta selalu berkomunikasi dengan tim kesehatan yang lain dalam

memberikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan kasus

Diabetes Melitus agar bisa memberikan pelayanan yang maklimal dalam

proses penyembuhan klien.

3. Bagi Poltekkes Kemenkes Palu

Diharapkan selalu memberikan mutu pelayanan yang lebih berkualitas

sehingga dapat menghasilkan lulusan perawat yang professional, terampil,

inovatif, dan bermutu dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan

secara komperhensif berdasarkan ilmu dank ode etik keperawatan.


DAFTAR PUSTAKA
Damayanti. 2015. Hubungan Antara Frekuensi Senam Diabetes Melitus Dengan
Kadar Gula Darah, Kadar Kolesterol Dan Tekanan Darah Pada Klien
Diabetes Melitus Tipe II Di Kelompok Persadia RS Jogja. Volume 6
Nomor 2, April 2015. Diakses 8 Februari 2022

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah. 2022. Profil Kesehatan Provinsi


Sulawesi Tengah 2013 Sampai 2016. Palu
Dinas Kesehatan Kota Palu. 2022. Profil Kesehatan Kota Palu 2015 Sampai
2017. Palu
Maryunani. 2013. Step By Step Perawatan Luka Diabetes Dengan Metode
Perawatan Luka Modern. Bogor: In Media
Mangiwa. 2017. Pengaruh Senam Kaki Diabetes Terhadap Nilai Angkle Brachial
Index Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe II Di Rumah Sakit Pacaran
Kasih Gmim Manado. Volume 5 Nomor 1, Februari 2017. Diakses 7
Februari 2022
Nurarif. 2016. Asuhan Keprrawatan Praktis. Yogyakarta: Mediaction
Pamungkas. 2017. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Trans Info Media
Pudiastuti. 2013. Penyakit - Penyakit Mematikan. Yogyakarta: Nuha Medika
Rekam Medik RSU Anutapura Palu. 2022. Profil Rekam Medik RSU Anutapura
Palu. Palu
Sunaryo. 2014. Pengaruh Senam Diabetik Terhadap Penurunan Resiko Ulkus
Kaki Diabetik Pada Pasien DM Tipe II Di Perkumpulan Diabetik.
Volume 3 Nomor 1 Mei, 2014. Diakses Pada 30 Maret 2022
Supardi & Rustika. 2013. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta Timur: Trans
Info Media
Widiastuti. 2014. Pengaruh Senam Kaki Terhadap Tingkat Peripheral Arterial
Disease Pada Klien DM Tipe II Di RSAL DR. Midiyanto S Dan RSUD
Kota Tanjung Pinang. Volume 4 Nomor 2, Tahun 2014. Diakses Pada 29
Maret 2022
Widyanto & Triwibowo. 2013. Trend Disease Trend Penyakit Saat Ini. Jakarta:
Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai