Anda di halaman 1dari 55

KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN ASMA

DENGAN INOVASI MANAJEMEN RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN


POSISI HIGH FOWLER MELALUI MEDIA POSTER DIRUANG ARAFAH
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

DISUSUN :

HANI YULITA VITRI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER

FALKUTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

2022

KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN ASMA


DENGAN INOVASI MANAJEMEN RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN
POSISI HIGH FOWLER MELALUI MEDIA POSTER DIRUANG ARAFAH
RUMAH SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO

DISUSUN :

HANI YULITA VITRI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER

FALKUTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

PRINGSEWU LAMPUNG

2022

PERSETUJUAN PENGUMPULAN KIA

Telah diperiksa dan disetujui untuk dikumpulkan


Judul : Karya Ilmiah Akhir Ners Asuhan Keperawatan Anak Pada
Pasien Asma Dengan Inovasi Manajemen Relaksasi Nafas
Dalam Dengan Posisi High Fowler Melalui Media Poster
Diruang Arafah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Metro Tahun 2022.
Nama Mahasiswa : Hani Yulita Vitri

NIM : 2021207209022

MENYETUJUI

Pembimbing

Ns. Yusnita,S.Kep.,M.Kes

NBM : 1292409

LEMBAR PENGESAHAN

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA PASIEN ASMA
DENGAN INOVASI MANAJEMEN RELAKSASI NAFAS
DALAM DENGAN POSISI HIGH FOWLER MELALUI
MEDIA POSTER DIRUANG ARAFAH RUMAH SAKIT
UMUM MUHAMMADIYAH METRO TAHUN 2022

Karya Inovasi Ners ini telah diperiksa dan dinyatakan lulus


pada tanggal 02 Juli 2022.

MENGESAHKAN
Pembimbing Karya Ilmiah Ners

Penguji : Ns. Yusnita,S.Kep.,M.Kes (…………...............)


NBM. 1292409

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari, M.Kep


NBM. 927 021

Mengetahui
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

Elmi Nuryati, M.Epid


NBM. 927 024

MOTO HIDUP
“Tidahkah kamu memperhatikan bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada
dilangit dan apa yang ada dibumi untuk (kepentingan)mu dan menyempurnakan
nikmat-nya untukmu lahir dan batin. Tetapi diantara manusia ada yang
membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu atau petunjuk dan tanpa kitab
yang memberi penerangan”

(Hani Yulita Vitri)

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

KARYA ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN ANAK PAD PASIEN


ASMA DENGAN INOVASI MANAJEMEN RELAKSASI
NAFAS DALAM DENGAN POSISI HIGH FOWLER
MELALUI MEDIA POSTER DIRUANG ARAFAH RUMAH
SAKIT UMUM MUHAMMADIYAH METRO TAHUN 2022

Oleh :

Hani Yulita Vitri ( )

NIM. 2021207209022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat


dan KaruniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah Akhir Ners Dengan judul Asuhan Keperawatan Anak Pada
Pasien Asma Dengan Inovasi Manajemen Relaksasi Nafas Dalam
Dengan Posisi High Fowler Melalui Media Poster Diruang Arafah
Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro Tahun 2022. Dalam
penulisan Karya Ilmiah Akhir ini, penulis mengucapkan banyak
terima kasih yang sebesarbesarnya kepada yang terhormat:

1. Drs. H. Wanawir Am, M.M, M.Pd. selaku Rektor Universitas


Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

2. Elmi Nuryati, M.Epid. selaku Dekan Fakultas Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

3. Ns. Rita Sari, M.Kep. selaku Ketua Program Studi Profesi Ners.
4. Ns. Yusnita, S.Kep., M.Kes. selaku pembimbing Karya Ilmiah
Akhir.

5. Ibu Ainun dan bapak Alimin penulis yang telah memberikan


dukungan dan yang selalu senantiasa mendoakan.

6. Teman-teman seperjuangan Profesi Ners Fakultas Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung yang senantiasa
memberikan semangat dan masukan dalam menyelesaikan Karya
Ilmiah Akhir.

7. Almamater Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah


Pringsewu Lampung yang sangat penulis cintai.

Pringsewu, 02 Juli 2022

Penulis

Hani Yulita Vitri

NIM : 2021207209022

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN .....................................................................


iLEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................
iiKATA PENGANTAR .....................................................................................
iiiDAFTAR ISI....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .......................................................................................

B. Rumusan Masalah...................................................................................

C. Tujuan ....................................................................................................

D. Manfaat Penelitian..................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit .....................................................................................

B. Konsep Askep.........................................................................................

C. Studi Literatur.........................................................................................

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN A.


Pengkajian...............................................................................................

B. Analisa Data............................................................................................

C. Diagnosa Keperawatan ...........................................................................

D. Intervensi Keperawatan ..........................................................................

E. Implementasi Keperawatan ....................................................................

F. Evaluasi Keperawatan ............................................................................

BAB IV PEMBAHASAN

A. Analisis Data Pengkajian........................................................................

B. Analisis Diagnosa Keperawatan .............................................................

C. Analisis Intervensi Keperawatan ............................................................

D. Analisis Implementasi dan Evaluasi Keperawatan.................................

BAB IV PEMBAHASAN

A. Kesimpulan ............................................................................................

B. Saran .......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia saat ini telah terjadi pergeseran jenis penyakit yang ada
dimasyarakat dari penyakit infeksi kearah penyakit non infeksi atau pun
penyakit degeneratif, hal ini terjadi karena dampak positif dari perbaikan
kualitas pelayanan kesehatan masyarakat secara menyeluruh dan juga
karena adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat (Ikawati, 2015).

Salah satu penyakit non infeksi yang banyak di jumpai di masyarakat yang
menyerang baik anak-anak, orang dewasa maupun orang tua adalah
penyakit asma. Asma merupakan suatu keadaan saluran nafas (bronkus)
mengalami penyempitan karena hipereaktivitas terhadap rangsangan
tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat
sementara. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti
serbuk sari, debu, asap, bulu binatang, udara dingin, olahraga yang
berlebihan, infeksi saluran pernafasan atas, gangguan emosi atau stres.
Asma merupakan penyakit obstruksi saluran nafas dengan gejala-gejala
batuk, mengik dan sesak nafas. Penyempitan saluran nafas pada asma terjadi
sebagai akibat adanya obstruksi bronkus dan spasme otot polos pada
bronkus sehingga penderita mengalami kesulitan dalam bernafas. Penyebab
asma pada umumnya adalah allergen, dalam keadaan ini penderita perlu
melakukan aktivitas fisik yang tidak terlalu berat dan dapat meningkatkan
kontraksi otot otot pernafasan dan dapat mengurangi frekuensi serangan
asma (Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2015).

Pada penderita asma yang serius, terlihat dengan jelas bahwa penderita akan
mengalami kesulitan bernafas. Nafasnya tersengal-sengal dan berbunyi
(mengi), pada kondisi terburuk badan bagian atas penderita akan menegang
karena berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Asam dapat
menyebabkan sesak napas mendadak yang sangat hebat. Penyakit asma
sangat bahaya membuat penderita kekurangan oksigen, bibir dan ujung jari
menjadi biru, jantung berdenyut cepat, tidak dapat berjalan, bahkan dapat
memicu kematian. (Pratyahara, 2011).

Menurut data dari laporan Global Initiatif for Asthma (GINA) tahun 2017
dinyatakan bahwa angka kejadian asma dari berbagai negara adalah 1-18%
dan diperkirakan terdapat 300 juta penduduk di dunia menderita asma.
Prevalensi asma menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016
memperkirakan 235 juta penduduk dunia saat ini menderita penyakit asma
dan kurang terdiagnosis dengan angka kematian lebih dari 80% di negara
berkembang. Angka kejadian asma di Indonesia berdasarkan data Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencapai 4,5%. Survei Kesehatan
Rumah Tangga tahun 2005 mencatat 225.000 orang meninggal karena asma,
dan menurut Kementrian Kesehatan RI tahun 2011 Penyakit asma masuk
dalam sepuluh besar penyebab kesakitan dan kematian di Indonesia dengan
angka kematian yang disebabkan oleh penyakit asma diperkirakan akan
meningkat sebesar 20% pada 10 tahun mendatang, jika tidak terkontrol
dengan baik. Angka kejadian asma di Provinsi Lampung berdasarkan data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 mencapai 64,69%. Riskesdas
menyatakan bahwa angka kejadian asma di Kota Metro tahun 2018
mencapai 42,25 %. Asma banyak diderita oleh masyarakat dan penyakit ini
berkaitan dengan factor keturunan (Pratyahara, 2015). Yang kita ketahui
ialah ketika terjadi asma, dan pasien dibawa kerumah sakit maka pasien
harus diberikan intervensi yang dilakukan perawatnya itu kolaborasi dengan
dokter untuk pemberian terapi medikasi yang terdapat lima kategori
pengobatan yang digunakan dalam mengobati asma yaitu, agonis beta,
metilsatin, anti kolinergik dan inhibitor sel mast. Pasien akan diberikan
terapi oksigen untuk mengatasi dyspnea, sianosis dan hipoksemia. Selain itu
juga terdapat tindakan inovasi keperawatan yang dapat diintervensikan pada
penderita asma seperti latihan pernafasan yang telah dirancang dan dapat
dijalankan untuk mencapai ventilasi yang lebih terkontrol dan efisien
meningkatkan inflasi alveolar maksimal, mencegah atelectasis,
meningkatkan efisiensi batuk, melabatkan frekuensi pernafasan serta
mengurangi udara terperangkap. Latihan nafas dalam, dapat dilakukan pada
penderita yang sudah mengerti perintah dan kooperatif (Andarmoyo 2012,
h. 98).

Posisi pasien juga dapat menjadi salah satu hal yang dapat memperberat
keadaan asma yang dirasakannya oleh karna itu dapat ditambahkan dengan
perubahan posisi pada pasien seperti semi-fowler dan high fowler. Posisi
semi-fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau di naikan 45° dan posisi ini dilakukan
dengan maksud untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernafasan pasien (Aziz, 20016). Sedangkan 3eposisi high fowler
adalah posisi dimana tempat tidur diposisikan dengan ketinggian 60°- 90°
dan bagian lutut tidak ditinggikan. Posisi high fowler ini sangat membantu
bagi pendetira yang mengalami dyspnea, asma dan menghilangkan tekanan
pada diafragma yang memungkinkan pertukaran volume yang pemberian
posisi berbaring high lebih besar dari udara (Barbara, 2013).

Tujuan dan mekanisme dilakukan latihan dan posisi duduk ini adalah untuk
memfasilitasi pasien yang sedang kesulitan bernapas. Dikarenakan adanya
gaya gravitasi yang menarik diafragma kebawah sehingga ekspansi paru
jauh lebih baik pada posisi semi-fowler, sedangkan pada posisi high fowler
bertujuan menghilangkan tekanan pada diafragma dan memungkin kan
pertukaran volume yang lebih besar dari udara. dari hasil pengamatan
ditemukan posisi high fowler dapat meningkatkan saturasi Sp02 lebih
maksimal.

Berdasarkan fenomena yang diperoleh peneliti saat praktik Ners dari tanggal
21 Maret 2022 sampai tanggal 08 April 2022 penulis menemukan penderita
asma masuk sebanyak 24 pasien diruang Arafah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Metro 2022.

B. RUMUS MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian


tentang Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien Asma
Dengan Inovasi Manajemen Relaksasi Nafas Dalam dengan Posisi high fowler
melalui Media Poster Diruang Arafah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah
Metro tahun 2022.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan karya ilmiah akhir ners ini adalah untuk
melaksanakan Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien Asma Dengan
Inovasi Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler
Melalui Media Poster Diruang Arafah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Metro
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pembuatan karya ilmiah ners ini diharapkan penulis
mampu:
a. Melakukan pengkajian pada Anak Anak Pada Asma Dengan Inovasi
Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler Melalui Media
Poster Diruang Arafah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro.
b. Merumuskan Masalah dan menegakkan diagnosis keperawatan Dengan
Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Anak Pada Asma Dengan Inovasi
Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler Melalui
Media Poster Diruang Arafah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
Tahun 2022.
c. Menyusun rencana tindakan keperawatan yang tepat pada anak Asma
Dengan Inovasi Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High
Fowler Melalui Media Poster Diruang Arafah Rumah Sakit Umum
Muhammadiyah Metro Tahun 2022.
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada anak Asma Dengan Inovasi
Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler Melalui
Media Poster Diruang Arafah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
Tahun 2022.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada anak Asma Dengan Inovasi
Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler Melalui
Media Poster Diruang Arafah Rumah Sakit Umum Muhammadiyah Metro
Tahun 2022.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Asuhan Keperawatan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan khusunya
dalam ilmu keperawatan mengenai masalah anak dengan asma dengan
manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler Melalui Media
Poster
2. Manfaat Praktis
a. Bagi profesi Perawat Bagi profesi Perawat karya ilmiah akhir ners ini dapat
Dijadikan bahan masukan dalam tindakan Kuratif Seperti penanganan pada
masalah anak dengan asma dengan manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan
Posisi High Fowler Melalui Media Poster.
b. Bagi Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung Bagi Universitas
Muhammadiyah Pringsewu dapat bermanfaat untuk Menambah bahan pustaka
atau bahan bacaan sehingga menambah pengetahuan pembaca khususnya
mahasiswa Keperawatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung
c. Bagi RSU Muhammadiyah Bagi Rumah sakit dapat menjadi masukan bagi
perawat yang ada dalam melakukan tindakan keperawatan yang sesuai dengan
ilmu keperawatan dalam menangani kasus anak dengan asma dengan manajemen
Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler Melalui Media Poster.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit
1. Definisi Asma
Asma adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, reversible dimana
trakea dan bronkus berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli
tertentu, dan dimanifestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang
mengakibatkan dispnea, batuk dan mengi. (Brunner & Suddarth, 2002).
Asma bronchial adalah penyakit obstruksi saluran pernafasan akibat
penyempitan saluran nafas yang sifatnya reversibel (penyempitan dapat
hilang dengan sendirinya) yang ditandai oleh episode obstruksi pernafasan
diantara dua interval asimtomatik (Djojodibroto, 2017).
Asma bronchial adalah penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, karena
adanya penyumbatan saluran nafas (obstruksi) yang bersifat reversible,
peradangan pada jalan nafas, dan peningkatan respon jalan nafas terhadap
berbagai rangsangan hiperresponsivitas, obstruksi pada saluran nafas bisa
disebabkan oleh spasme/ kontraksi otot polos bronkus, oedema mukosa
bronkus dan sekresi kelenjar bronkus meningkat (Putri & Sumarno, 2014).

2. Penyebab Asma
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma yaitu :
a. Faktor predisposisi
Genetik, dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan
penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita
penyakit alergi. Karenaadanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah
terkena penyakit asmabronkhial jika terpapar dengan foktor pencetus.
Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
1) Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
- Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan
polusi
- Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
- Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
2) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering
mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan
faktor pemicu terjadinyaserangan asma. Kadang-kadang serangan
berhubungan dengan musim,seperti: musim hujan, musim kemarau,
musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga
dan debu.
3) Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping
gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang
mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk
menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
4) Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang
yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes,
polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
5) Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika
melakukan aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat
paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena
aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.
3. Klasifikasi Asma
Klasifikasi dari asma yaitu diantaranya :
1. Mid Intermiten
Yaitu kurang dari 2 kali seminggu dan hanya dalam waktu yang pendek;
tanpa gejala, diantara serangan-serangan pada waktu malam kurang dari 2
kali sebulan. Fungsi paru-paru FEV dan PEF diperkirakan lebih dari 80%.
2. Mid Persistent
Yaitu serangan lebih ringan tetapi tidak setiap hari, serangan pada waktu
malam timbul lebih dari 2 kali sebulan.
Fungsi paru-paru FEV atau PEF diperkirakan sebesar 80%.
3. Moderat Persistent
Yaitu serangan timbul setiap hari dan memerlukan penggunaan
bronkodilator serangan timbul 2 kali atau lebih dalam seminggu dan
pada waktu malam timbul gejala berat setiap minggu. Fungsi paru-
paru FEV atau PEF diperkirakan 60-80%.
4. Severe Persistent
Yaitu gejala muncul terus menerus dengan aktivitas yang terbatas,
peningkatan frekuensi serangan dan peningkatan frekuensi gejala pada
waktu malam.

4. Manifestasi Asma
Adapun manifestasi dari asma yaitu, diantaranya :
1. Batuk berdahak .
2. Dispnea – pernafasan labored
3. Mengi , dengan makin besarnya obstruksi mengi dapat hilang yang sering
menjadi pertanda bahaya gagal nafas.
4. Pernafasan lambat : lebih susah dan panjang dibandingkan inspirasi.
5. Retraksi otot-otot bantu pernafasan.
6. Berkeringat
7. Takikardia.
8. Pelebaran tekanan nadi
9. Pembesaran vena leher.
Auskultasi suara nafas : wheezing (+)

5. Pathway Asma

Penyebab:

- Alergen
- Non allergen/idiopatik:
Common cold,infeksi Kontak terhadap tubuh
traktus respiratorius,emosi,
latihan, dehidrasi,iritan non
spesifik Pembentukan antibody(IgE)
- Hipersensitif terhadap
penisilin
Ikatan antigen & antibody

Kurang informasi Menyerang sel-sel mast dalam paru

Kurang Pelepasan mediator (histamine, bradikinin,


pengetahuan
Prostaglandin serta anafilaksis SRS-A)

Mempengaruhi otot polos & kelenjar jalan nafas

Pembengkakan membrane Bronkospasme Pembentukan mukus


mukosa yang banyak

Bersihan jalan
Resiko
nafas tidak
tinggi
efektif
infeksi

Penyempitan jalan nafas

Sesak nafas Expirasi lebih panjang Ketidaksamaan ventilasi


dari inspirasi dan perfusi

usah makan Kerusakan


Pola nafas
pertukaran gas
tidak efektif
Resti
perubahan Gangguan
nutrisi istirahat
kurang dari dan tidur Usaha nafas meningkat
kebutuhan Cemas
tubuh
Pemakaian energi meningkat

Kelemahan fisik

Intoleransi
aktivitas

6. Pemeriksaan Penunjang Asma


Pemeriksaan penunjang dari asam yaitu, diantaranya :
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan sputum
Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya:
- Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
Kristal eosinopil.
- Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell (sel cetakan) dari
cabang bronkus.
- Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.
- Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya
bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat
mucus plug.
b) Pemeriksaan darah
Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.
- Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.
- Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas
15.000/mm3 dimana menandakan terdapatnya suatu infeksi.
- Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E
pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan.

2. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu
serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni
radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta
diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka
kelainan yang didapat adalah sebagai berikut:
a) Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan
bertambah.
b) Bila terdapat komplikasi empisema (COPD), maka gambaran
radiolusen akan semakin bertambah.
c) Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru.
Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.
d) Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan
pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen
pada paru-paru. Pemeriksaan tes kulit dilakukan untuk mencari faktor
alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang
positif pada asma.

3. Elektrokardiografi
Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi
menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada
empisema paru yaitu :
a) Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi
dan clock wise rotation.
b) Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya
RBB (Right bundle branch block).
c) Tanda-tanda hopoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES,
dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative.

4. Scanning Paru
Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi
udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru.

5. Spirometri
Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang
paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon
pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan
sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol (inhaler atau
nebulizer) golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak
lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asthma. Tidak adanya respon
aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja
penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai
berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan
tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi.

7. Komplikasi Asma
Komplikasi dari asam yaitu diantaranya :
1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
2. Bronchiolitis
3. Pneumonia
4. Emphysema.
5. Hipoksemia
6. Pneumothoraks
7. Emfisema
8. Deformitas thoraks
9. Gagal nafas
8. Penatalaksanaan Asma
Adapun penatalaksanaan pada asma yaitu :
1. Pengobatan dengan obat-obatan, seperti :
a) Beta agonist(beta adrenergik agent)
b) Methylxanlines (enphy bronkodilator)
c) Anti kolinergik (bronkodilator)
d) Kortikosteroid
e) Mast cell inhibitor(lewat inhalasi)

2. Tindakan yang spesifik tergantung dari penyakitnya, misalnya :


a) Oksigen 4-6 liter/menit.2)
b) Agonis B2 (salbutamol 5 mg atau veneteror 2,5 mg atau terbutalin
10mg) inhalasi nabulezer dan pemberiannya dapat di ulang setiap 30
menit-1 jam.
c) Pemberian agonis B2 mg atau terbutalin 0,25 mg dalam larutandextrose
5% diberikan perlahan.
d) Aminofilin bolus IV 5-6 mg/kg BB, jika sudah menggunakan obat
inidalam 12 jam
e) Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg itu jika tidak ada respon
segera atau klien sedang menggunakan steroid oral atau dalam serangan
sangat berat

3. Pengobatan non farmakologik .


a) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan pengetahuan klien tentang
penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor
pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada
tim kesehatan.
b) Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang
ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan
mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup
bagi klien.
c) Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus.
Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.

B. Konsep Proses Asuhan Keperawatan Asma

1. Pengkajian

Menurut Nuraruf & Kusuma (2015), meliputi :

a. Biodata

Identitas pasien berisikan nama pasien, tempat tanggal lahir, jenis

kelamin, tanggal masuk sakit, rekam medis.

b. Keluhan utama

Keluhan utama yang timbul pada klien dengan asma adalah dispnea

(sampai bisa berhari-hari atau berbulan-bulan),batuk, dan mengi (pada

beberapa kasus lebih banyak paroksimal).

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Terdapat data yang menyatakan adanya faktor prediposisi timbulnya

penyakit ini, di antaranya adalah riwayat alergi dan riwayat penyakit

saluran nafas bagian bawah (rhinitis, utikaria, dan eskrim).

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dengan asma sering kali didapatkan adanya riwayatpenyakit

turunan, tetapi pada beberapa klien lainnya tidak ditemukan adanya

penyakit yang sama pada anggota keluarganya.


e. Pengkajian Psiko-sosio-kultural

Kecemasan dalam koping yang tidak efektif sering didapatkan pada

pasien dengan asma bronkial. Status ekonomi berdampak pada asuransi

kesehatan dan perubahan mekanisme peran dalam keluarga. Gangguan

emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus bagi serangan

asma baik gangguan itu berasal dari rumah tangga, lingkungan sekitar,

sampai lingkungan kerja. Seorang dengan beban hidup yang berat lebih

berpotensial mengalami serangan asma. Berada dalam keaadaan yatim

piatu, mengalami ketidakharmonisan hubungan dengan orang lain,

sampai mengalami ketakutan yang tidak dapat menjalankan peranan

sepeti semula(Muttaqin, 2008).

f. Pola Hubungan dan Peran

Gejala asma sangat membatasi pasien untuk menjalani kehidupannya

secara normal. Pasien perlu menyesuaikan kondisinya dengan

hubungan dan peran pasien, baik dilingkungan rumah tangga,

masyarakat, ataupun lingkungan kerja serta perubahan peran yang

menjadi setelah pasien mengalami serangan asma (Muttaqin, 2008).

g. Pola Persepsi dan Konsep Diri

Perlu dikaji tentang persepsi pasien terhadap penyakitnya. Persepsi

yang salah dapat menghambat respons kooperatif pada diri pasien. Cara

memandang diri yang salah juga akan menjadi stresor dalam kehidupan

pasien.
h. Pola Tata Nilai dan Kepercayaan

Kedekatan pasien pada sesuatu yang diyakininya di dunia dipercaya

dapatmeningkatkan jiwa pasien. Keyakinan pasien terhadap Tuhan dan

mendekatkandiri kepada-Nya merupaka metode penanggulangan stres

yang kontruktif(Muttaqin, 2008).

i. Pola aktivitas dan Istirahat

Aktivitas yang sering dapat menyebabkan muncul gejala asma,

sehingga tubuh tidak dapat mentolerir rasa lelah maka tubuh akan

mengkompensasi dengan bernapas lebih cepat untuk memperoleh

oksigen yang lebih banyak (Sari, 2013).

j. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik berguna menemukan tanda-tanda fisik yang

mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit

lain, serta berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai

asma.

1. Keadaan Umum

Kaji kesadaran pasien, kecemasan, kegelisahan, kelemahan suara

bicara, denyut nadi, frekuensi pernapasan yang meningkat,

penggunaan otot-otot bantu pernapasan, sianosis, batuk dengan

lendir lengket, dan posisi istirahat pasien (Muttaqin, 2008).

2. B1 (Breathing)

Inspeksi: Terlihat adanya peningkatan usaha dan frekuensi

pernapasan, serta penggunaan otot-otot bantu pernapasan. Inpeksi

dada untuk melihat postur bentuk dan kesimentrisan, adanya


peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot interkolastis,

sifat dan irama pernapasan, dan frekuensi pernapasan (Muttaqin,

2008).

Palpasi: Kesimentrisan, ekspansi, daan taktil fremitus

normal(Muttaqin, 2008)

Perkusi: Didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan

diafragma menjadi datar dan rendah(Muttaqin, 2008).

Auskultasi: Terdapat suara vasikuler yang meningkat disertai dengan

ekspirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3 kali inspirasi, dengan

bunyi napas tambahan utama wheezing pada akhir

ekspirasi(Muttaqin, 2008).

3. B2 (Blood)

Perlu memonitor dampak asma pada status kardiovaskular meliputi

keadaan hemodinamik seperti nadi, tekanan darah, dan

CRT(Muttaqin, 2008).

4. B3 (Brain)

Pada saat inpeksi perlu dikaji kesadaran. Disamping itu, diperlukan

pemeriksaan GCS, untuk menentukan tingkat kesadaran pasien

apakah composmentis, somnolen, atau koma(Muttaqin, 2008).

5. B4 (Bladder)

Pengukuran volume output urine perlu dilakukan karena berkaitan

dengan intake cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada

tidaknya oliguria, karena hal tersebut merupakan tanda awal

syok(Muttaqin, 2008).
6. B7 (Bowel)

Perlu dikaji dengan bentuk, turgor, nyeri, dan tanda-tanda infeksi,

mengingat hal-hal tersebut juga dapat merangsang serangan asma.

Pengkajian tentang status nutrisipasien meliputi jumlah, frekuensi,

dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Pada pasien

dengan sesak napas, sangat potensial terjadi kekurangan pemenuhan

kebutuhan nutrisi, hal ini karena terjadi dispnea saat makan, laju

metabolisme, serta kecemasan yang dialami pasien(Muttaqin, 2008).

7. B8 (Bone)

Dikaji adanya edema ekstremitas, tremor, dan tanda-tanda infeksi

pada ekstremitas karena dapat merangsang serangan asma. Pada

integumen perlu dikaji adanya permukaan yang kasar, kering,

kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau

bersisik, perdarahan, pruritus, elsim, dan adanya bekas atau tanda

urtikaria atau dermatitis.

2. Diagnosa Keperawatan

Menurut diagnosis keperawatan Nanda (2015), diagnosa keperawatan yang

dapat diambil pada pasien dengan asma adalah :

a. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan mucus

dalam jumlah berlebihan, peningkatan produksi mucus, eksudat dalam

alveoli dan bronkospasme


b. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan keletihan otot

pernafasan dan deformitas dinding dada

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan retensi karbon dioksida

d. Penurunan curah jantung berhubungan dengan kontakbilitas dan

volume sekuncup jantung

e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan antara suplai dan kebutuhan

oksigen (hipoksia) kelemahan

f. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan laju metabolic, dispnea saat makan, kelemahan otot penguyah

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan NOC NIC


1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 1. Posisikan pasien untuk
bersihan jalan napas keperawatan pasien akan memaksimalkan ventilasi
berhubungan dengan mempertahankan bersihan 2. Keluarkan sekret dengan
mucus dalam jumlah jalan napas yang efektif batuk (teknik batuk
berlebihan, peningkatan dengan kriteria hasil: efektif)
produksi mucus, eksudat - Kemampuan untuk 3. Monitor vital sign (RR)
dalam alveoli dan mengeluarkan sekret, 4. Observasi suara tambahan
bronkospasme frekuensi pernafasan, 5) latih napas dalam
suara napas tambahan, (teknik relaksasi)
batuk
2 Ketidakefektifan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor kecepatan, irama,
napas berhubungan keperawatan pasien akan kedalam dan kesulitan
dengan keletihan otot mempertahankan pola napas bernafas,
pernafasan dan yang efektif dengan criteria 2. Monitor saturasi oksigen,
deformitas dinding dada hasil: 3. palpasi kesimetrisan
- Saturasi oksigen, ekspansi paru,
sianosis, gangguan 4. 4) monitor pola napas.
kesadaran, keseimbangan
ventilasi dan perfusi

3 Gangguan pertukaran gas Setelah dilakukan tindakan 1. Pertahankan kepatenan


berhubungan dengan keperawatan pasien akan 2. jalan napas,
retensi karbon dioksida mempertahankan pertukaran 3. Berikan oksigen seperti
kepatenan pertukaran gas yang diperintahkan,
dengan criteria hasil: 4. 3)Monitor aliran oksigen,
- Saturasi oksigen, 4)Batasi merokok.
Sianosis, Gangguan
kesadaran,
- Keseimbangan ventilasi
dan perfusi:
4 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tindakan 1. Catat tanda dan gejala
berhubungan dengan keperawatan pasien akan penurunan curah jantung,
kontakbilitas dan volume mempertahankan curah 2. Monitor EKG,
sekuncup jantung jantung yang stabil dengan 3. Evaluasi perubahan
criteria hasil : tekanan darah,
- Jantung paru, 4. Monitor sesak, kelelahan,
- Denyutnadi apikal, takipnea
- Tekanan darah sistol dan
distol,
- Ukuran jantung,
- Intoleransi aktivitas
5 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan 1. Monitor respirasi pasien
berhubungan dengan keperawatan pasien akan selama kegiatan,
antara suplai dan mempertahankan toleransi 2. Bantu pasien identifikasi
kebutuhan oksigen aktivitas yang adekuat pilihan-pilihan aktivitas,
(hipoksia) kelemahan dengan kriteria hasil: 3. Bantu pasien untuk
- Pemeliharaan energi, menjadwalkan periode
- Saturasi oksigen ketika istirahat,
beraktivitas, 4. Monitor respon oksigen
- Frekuensi nadi ketika pasien.
beraktivitas,
- Frekuensi pernapasan
ketika beraktivitas,
- Warna kulit,
- Tekanan darah sistolik
dan diastolik ketika
beraktivitas
6 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan 1. Tanyakan pasien makanan
nutrisi kurang dari keperawatan pasien akan yang disukai,
kebutuhan tubuh mempertahankan nutrisi 2. Atur makanan sesuai
berhubungan dengan laju yang adekuat dengan kriteria dengan kesenangan
metabolic, dispnea saat hasil: pasien,
makan, kelemahan otot - Asupan 3. Beri minum pada saat
penguyah - makanan, Asupan makan,
cairan, Energi, Rasio 4. Catat asupan.
tinggi badan/berat badan

C. Studi Literatur
1. Putra Agina Widyaswara Suwaryo (2021) Literature Review , Efektifitas
Pemberian Semi Fowler Dan Fowler Terhadap Perubahan Statu
Pernapasan Pada Pasien Asma. Kejadian penyakit asma lebih tinggi
Pada perempuan dibanding laki-laki Dengan kelompok usia diatas ≥ 45
tahun (riskesdas, 2013). Pada pasien asma Keluhan utama yang
dirasakan adalah Sesak napas. Sesak napas ini juga asma adalah
kelainan inflamasi kronik saluran napas yang Menyebabkan sesak napas
sehingga dalam keadaan klinis dapat Terjadi penurunan frekuensi
pernapasan dan saturasi oksigen. Salah Satu intervensi yang dapat
dilakukan pada pasien asma untuk Memaksimalkan ventilasi paru adalah
pemberian posisi semi fowlert Dan fowler. Tujuannya adalah untuk
mengetahui evidence base Exercise efektifitas pemberian poisisi semi
fowler dan fowler Terhadap perubahan frekuensi pernapasan dan
saturasi oksigen Pasien asma.
2. Heldawati (2017) Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada Pasien
Dengan Asma Bronkial Dengan Intervensi Inovasi Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler Terhadap Perubahan Kadar
Saturasi Oksigen. Salah satu penyakit non infeksi yang banyak di jumpai
di masyarakat yang menyerang baik anak-anak, orang dewasa maupun
orang tua adalah penyakit asma bronkiale. Asma Bronkiale merupakan
suatu keadaan saluran nafas (bronkus) mengalami penyempitan karena
hipereaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Penyempitan ini
dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, asap,
bulu binatang, udara dingin, olahraga yang berlebihan, infeksi saluran
pernafasan atas, gangguan emosi atau stres. Asma merupakan penyakit
obstruksi saluran nafas dengan gejala-gejala batuk, mengik dan sesak
nafas. Penyempitan saluran nafas pada asma terjadi sebagai akibat
adanya obstruksi bronkus dan spasme otot polos pada bronkus sehingga
penderita mengalami kesulitan dalam bernafas. Penyebab asma pada
umumnya adalah allergen, dalam keadaan ini penderita perlu melakukan
aktivitas fisik yang tidak terlalu berat dan dapat meningkatkan kontraksi
otototot pernafasan dan dapat mengurangi frekuensi serangan asma.

3. Wanda Wardhani Damayanti (2020). Pengaruh Pengaturan Posisi


terhadap Bersihan Jalan Napas Pada Pasien Dengan Asma Bronkial.
Asma merupakan inflamasi kronik jalan nafas yang menyebabkan
rendahnya nilai saturasi oksigen. Saturasi oksigen (SpO2) merupakan
ukuran seberapa banyak presentase oksigen yang dapat dibawa oleh
hemoglobin yang diukur dengan menggunakan oximetri. Pengukuran
saturasi oksigen perlu dilakukan pada seluruh pasien dengan asma untuk
mengekslusi hipoksemia. Saturasi oksigen yang rendah di dalam tubuh
(<94%) dapat menimbulkan beberapa masalah kesehatan diantaranya
hipoksemia. bahwa pravelansi asma di seluruh sulawesi tenggara sebesar
6,66%, tersebar di setiap kabupaten atau kota. kabupaten buton 3,20%,
kabupaten muna 5,23%, kabupaten konawe 5, 78%, kabupaten kolaka
4,10%, kabupaten konawe selatan 2,88%, bombana 4, 76%, kabupaten
wakatobi 5,44%, kabupaten kolaka utara 3,53%, kota kendari 3,29% dan
kota bau-bau 6,69%. Berdasarkan data yang di peroleh dari dinas
kesehatan provinsi sultra pada tahun 2015 bahwa penyakit asma
bronkial berjumlah 1.613, sedangkan untuk kasus yang terjadi di
puskesmas sebanyak 2,068 kasus.

4. Menurut global initiative for asthma, asma adalah masalah kesehatan


diseluruh dunia. Ini adalah penyakit heterogen yang di tandai inflamasi
kroniksaluran nafas, dengan gejala sesak nafas, mengi, dada terasa
berat , batuk semakinmemberat dan keterbatasan aliran udara ekspirasi
(Firdaus et al., 2019). Asmaadalah penyakit heterogen yang biasanya
ditandai dengan peradangan salurannapas kronis. Gejala asma seperti
mengi (wheezing), sesak napas, sesak dada,batuk yang bervar iasi dari
waktu ke waktu.Pada asma terjadi peradangan kronis di saluran udara
yang menyebabkan hyperensponsife napas, edema mukosa dan produksi
lendir. Peradangan ini dapat menyebabkan penyempitan jalan napas
sehingga pasien asma akan mengalami sesak napas. Penyempitan jalan
napas juga mengakibatkan udara distal tempat terjadinya obstruksi
terjebak tidak bisa diekspirasi sehingga terjadi hiperinflasi. Keadaan
hiperinflasi ini bertujuan agar saluran napas tetap terbuka dan pertukaran
gas berjalan lancar, sehingga mempertahankan hiperinflasi ini
diperlukan otot-otot bantu napas.

5. Pratyahara, (2011). Posisi pasien juga dapat menjadi salah satu hal yang
dapat memperberat keadaan asma yang dirasakannya oleh karna itu dapat
ditambahkan dengan perubahan posisi pada pasien seperti semi-fowler dan
high fowler. Posisi semi-fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau
duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau di naikan 45 o dan
posisi ini dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan kenyamanan
dan memfasilitasi fungsi pernafasan pasien (Aziz, 2008). Sedangkan posisi
high fowler adalah posisi dimana tempat tidur diposisikan dengan
ketinggian 60o - 90o dan bagian lutut tidak ditinggikan. Posisi high fowler
ini sangat memabantu bagi pendetira yang mengalami dyspnea karena
menghilangkan tekanan pada diafragma yang memungkinkan pertukaran
volume yang lebih besar dari udara.

6. Arifian, ( 2018). Pengobatan untuk asma dibedakan atas dua macam


yaitu pengobatan secara farmakologis dan non farmakologis. Terdapat
dua golongan medikasi secara farmakologis yakni pengobatan jangka
panjang dan pengobatan cepat atau quick relief sebagai pereda gejala
yang dikombinasikan sesuai kebutuhan. Bentuk pengobatan
nonfarmakologis adalah pengobatan komplementer yang meliputi
breathing technique (teknik pernafasan), acupunture, exercise, theraphy,
psychological therapies, manual therapies. Metode yang paling
sederhana dan efektif dalam biaya untuk mengurangi risiko stasis sekresi
pulmonar dan mengurangi risiko penurunan pengembangan dinding
dada yaitu dengan pengaturan posisi saat istirahat. Pengaturan posisi
yaitu menempatkan bagian tubuh untuk meningkatkan kesehatan
fisiologis atau psikologis. Posisi semi fowler mampu meredakan
penyempitan jalan napas dan memenuhi O2 dalam darah. Saat terjadi
serangan sesak biasanya pasien merasa sesak dan tidak dapat tidur
dengan posisi berbaring. Melainkan harus dalam posisi duduk atau
setengah duduk untuk meredakan penyempitan jalan napas dan
memenuhi O2 dalam darah. Dengan posisi tersebut pasien lebih
rileks saat makan dan berbicara sehingga kemampuan berbicara pasien
tidak terputus – putus dan dapat menyelesaikan kalimat.

7. Menurut Canadian Lung Association (2012) asma dapat muncul karena


reaksi terhadap faktor pencetus yang mengakibatkan penyempitan dan
faktor penyebab yang mengakibatkan inflamasi saluran pernafasan atau
reaksi hipersensitivitas. Kedua faktor terserbut akan menyebabkan
kambuhnya asma dan akibatnya penderita akan kekurangan udara
hingga kesulitan bernapas. Faktor pencetus asma dibagi dalam dua
kelompok, yaitu genetik, di antaranya atopi/alergi bronkus, eksim; faktor
pencetus di lingkungan, sepertiasap kendaraan bermotor, asap rokok,
asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam rumah, serta
alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.

8. Wahyu Rizki Amalia (2021) Efektifitas Pemberian Semi Fowler dan


Fowler terhadap Perubahan Status Pernapasan pada Pasien Asma. Asma
adalah kelainan inflamasi kronik saluran napas yangmenyebabkan sesak
napas sehingga dalam keadaan klinis dapat terjadi penurunan frekuensi
pernapasan dan saturasi oksigen. Salah satu intervensi yang dapat
dilakukan pada pasien asma untukmemaksimalkan ventilasi paru adalah
pemberian posisi semi fowlerdan fowler. Tujuannya adalah untuk
mengetahui evidence baseexercise efektifitas pemberian poisisi semi
fowler dan fowler terhadap perubahan frekuensi pernapasan dan saturasi
oksigen pasien asma. Hasil analisis penelusuran didapatkan bahwa
posisi semi fowler lebih efektif dalam menurunkan frekuensi pernapasan
dan saturasi oksigen pada pasien asma dibandingkan posisi fowler atau
posisi lainnya, serta berpengaruh terhadap perubahan frekuensi
pernapasan menjadi normal (16-24 kali/menit) dan meningkatkan
saturasi oksigen.

9. Arifian & Kismanto (2018) bahwa posisi semi fowler dimana kepala dan
tubuh dinaikkan 45º membuat oksigen didalam paru–paru semakin
meningkat sehingga memperingan kesukaran napas. Penurunan sesak
napas tersebut didukung juga dengan sikap pasien yang kooperatif,
patuh saat diberikan posisi semi fowler sehingga pasien dapat bernafas.
Posisi semi fowler. Secara teori, melalui latihan pernafasan akan
menyebabkan peningkatan peredaran darah ke otot-otot pernafasan.
Lancarnya aliran darah akan membawa nutrisi (termasuk kalsium dan
kalium) dan oksigen yang lebih banyak ke otot-otot pernafasan.
Kekuatan otot pernafasan yang terlatih ini akan meningkatkan
compliance paru dan mencegah alveoli menjadi kolaps atau ateletaksis.

10. Thomas Ari Wibowo (2017). Analisa Praktik Klinik Keperawatan Pada
Pasien Dengan Asma Bronkial Dengan Intervensi Inovasi Teknik
Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi High Fowler. Pada penderita
asma yang serius, terlihat dengan jelas bahwa penderita akan mengalami
kesulitan bernafas. Nafasnya tersengal-sengal dan berbunyi (mengi),
pada kondisi terburuk badan bagian atas penderita akan menegang
karena berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas. Tujuan dan
mekanisme dilakukan latihan dan posisi duduk ini adalah untuk
memfasilitasi pasien yang sedang kesulitan bernapas. Dikarenakan
adanya gaya gravitasi yang menarik diafragma kebawah sehingga
ekspansi paru jauh lebih baik pada posisi semi-fowler,sedangkan pada
posisi high fowler bertujuan menghilangkan tekanan pada diafragma dan
memungkin kan pertukaran volume yang lebih besar dari udara.dari
hasil pengamatan ditemukan posisi high fowler dapat meningkatkan
saturasi Sp02 lebih maksimal.

D. Tinjauan menurut al-islam kemuhammadiyahan

Asma merupakan penyakit radang paru-paru yang menimbulkan serangan


sesak nafas dan mengiyang berulang. Asma merupakan salah satu kelainan
paru-paru paling banyak dan bervariasi, menyerang satu dari empat anak
di beberapa daerah. ( Obat Herbal Sesak Nafas ) Otot dinding saluran
udara berkontraksi seperti kejang, menyebabkan saluran udara menyempit,
sehingga terjadi serangan sesak nafas. Penyempitan diperburuk oleh
sekresi lendir yang berlebihan. Sebagian besar kasus terjadi di masa
kanak-kanak dan biasanya berkaitan dengan penyakit yang didasari oleh
alergi seperti eksema dan keduanya mempunyai faktor penyakit turunan.
“wahai manusia, sungguh telah dating kepadamu pelajaran (Al-Qur’an)
dari yuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan
pentunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman”. (QS. Yunus : 57).

Pada QS. Al-Infithar/82:7-8 diterangkan bahwa “Yang telah diciptakan


kamu lalu memyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)
mu seimbang. Dalam bentuk apa saja yang dia kehendaki, dia menyusun
tubuhmu”. Asma relatif memang memiliki tingkat kematian yang rendah
dibandingkan dengan penyakit kronis lainnya, namun demikian sedikitnya
Ratusan ribu orang meninggal karna asma pada tahun 2012. Banyaknya
penderita asma yang meninggal dunia, dikarnakan oleh control asma yang
kurang atau control asma yang buruk (fairawan, 2008). “sesungguhnya
habbatus sauda’ ini mengandung obat segala penyakit kecuali sam. Aku
bertanya, apakalah sam itu? Beliau menjawab kematian”(HR.bukhari).
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Pendirian RSU Muhammadiyah Metro kembali diamanatkan oleh


Musyawarah Daerah Muhammadiyah II Kota Metro periode 2005-2010.
Dalam tanfidz keputusan musda tersebut, Musyawarah Daerah
mengamanatkan kepada pengurus untuk mendirikan RSU Muhammadiyah
Metro sebagai sarana dan media dakwah dengan cara mengembangkan Balai
Pengobatan yang sudah ada atau dengan mendirikan Rumah Sakit yang baru.
Majelis Kesehatan dan Kesehatan Masyarakat (MKKM) PD
Muhammadiah Kota Metro yang dipimpin dr. Hi. Makmuri Adnan, Sp.Rad.
selaku leading sector menyambut baik keputusan musda tersebut. Setelah
melakukan koordinasi beberapa kali, MKKM menetapkan Panitia Pendirian
RSU Muhammadiyah Metro. Dari berbagai studi kelayakan dan beberapa
analisa selama beberapa bulan, panitia pendirian RSU Muhammadiyah Metro
yang diketuai oleh Drs, Hi. Amin HS, menetapkan lokasi di Jalan Soekarno
Hatta No. 42 (bekas Rumah Bersalin “Amanah”) sebagai lokasi yang paling
layak dan tepat untuk didirikan RSU Muhammadiyah Metro. Di atas tanah
seluas 11.012 m², saat ini telah terbangun gedung seluas
Dari berbagai studi kelayakan dan beberapa analisa selama beberapa
bulan, panitia pendirian RSU Muhammadiyah Metro yang diketuai oleh Drs.
Hi. Amin HS, menetapkan lokasi di Jalan Soekarno Hatta No. 42 (bekas
Rumah Bersalin “Amanah”) sebagai lokasi yang paling layak dan tepat untuk
didirikan RSU Muhammadiyah Metro. Diatas tanah seluas 11.012 m 2, saat ini
telah terbangun gedung seluas +  7.128 m2 dengan berbagai fasilitas.
Berkat partisipasi aktif dari warga masyarakat, anggota dan simpatisan 
Muhammadiyah, serta Pemerintah Kota Metro telah dilakukan penggalangan
dana baik dalam bentuk sumbangan, wakaf, hibah maupun investasi. Berkat
kegigihan dan keuletan dari berbagai pihak saat ini RSU Muhammadiyah
Metro kini telah siap melayani pasien. RSU Muhammadiyah Metro mulai
beroperasi sejak bulan Oktober 2007 dan diresmikan pada tanggal 22 Januari
2008 oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah (Bapak Prof. Dr. Din
Syamsuddin, M.A.) dengan dihadiri oleh drg. Naedial Roisdal (Staf Ahli
Menkes), Ir.MS Joko Umar Said, MM (Asisten IV Sekprop Lampung), Hi.
Lukman Hakim, SH,MM. (Walikota Metro).

Visi RSU Muhammadiyah Metro


Terwujudnya rumah sakit yang Islami, unggul, dan prima sebagai rahmatan
lil `alamin.

Misi RSU Muhammadiyah Metro


1. Menjadikan rumah sakit sebagai sarana ibadah untuk melaksanakan
dakwah islam amar ma’ruf nahi munkar.
2. Mengintegrasikan nilai-nilai islami dalam pelayanan dan tatanan.
3. Membangun tata kelola rumah sakit yang baik, efektif, dan efisien.
4. Menyediakan fasilitas kesehatan yang lengkap dan modern.
5. Memberikan pelayanan yang cepat, tepat, dan akurat.
6. Menyiapkan sumber daya insani yang terampil, andal, dan profesional.
7. Menerapkan pola pembiayaan yang terjangkau dan berpihak pada kaum
dhu’afa.

B. Analisis Asuhan Keperawatan


1. Analisis Data Pengkajian
Hasil pengkajian di peroleh data pada An.Y usia 11 tahun Klien
merasa sesak sejak 3 hari, batuk sering timbul dalam 1 bulan
terakhir,penurunan berat badan disangkal, batuk berdahak, sesak dirasakan
berkurang apabila klien istirahat. Kemudian klien berobat ke puskesmas,
setelah dilakukan penerusan oleh dokter puskesmas. Klien dinyatakan
menderita asma. Dokter puskesmas merujuk klien ke RSUM Metro. Klien
tiba di IGD RSUM Metro Pukul 11.30 WIB. Kemudian klien ditempatkan
di ruang perawatan anak.
Pada saat dilakukan pengkajian tanggal 27 Maret 2022 Pukul 05.30 klien
mengatakan sesak. Sesak yang dirasakan sedikit berkurang jika diberikan
nasal kanul dan diberikan terapi nebu. Akibat sesak klien sulit beraktifitas
dan bernafas. Merupakan tanda dan gejala yang dirasakan pasien, sesak
akan bertambah jika pasien bergerak/beraktivitas dan batuk.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Canadian Lung Association (2012)
asma dapat muncul karena reaksi terhadap faktor pencetus yang
mengakibatkan penyempitan dan faktor penyebab yang mengakibatkan
inflamasi saluran pernafasan atau reaksi hipersensitivitas. Kedua faktor
terserbut akan menyebabkan kambuhnya asma dan akibatnya penderita
akan kekurangan udara hingga kesulitan bernapas. Faktor pencetus asma
dibagi dalam dua kelompok, yaitu genetik, di antaranya atopi/alergi
bronkus, eksim; faktor pencetus di lingkungan, seperti asap kendaraan
bermotor, asap rokok, asap dapur, pembakaran sampah, kelembaban dalam
rumah, serta alergen seperti debu rumah, tungau, dan bulu binatang.
Menurut peneliti pengkajian pada klien menemukan pada keluhan utama
yaitu mengeluh sesak sejak 3 hari. Ini terjadi karena adanya dilingkungan
seperti asap rokok, debu, alergi dan genetic.

2. Analisis Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan pada klien berdasarkan hasil pengkajian
saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan bahwa klien mengalami
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif.
Pada pasien asma keluhan utama yang dirasakan adalah sesak napas. Sesak
napas ini juga. disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Jika sesak
napas ini berlangsung lama dan tidak dilakukan perawatan untuk
mengurangi sesaknya, jumlah oksigen di dalam tubuh akan berkurang dan
bias menyebabkan hipoksia. Hipoksia merupakan keadaan kekurangan
oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen
seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya
penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Gejala klinis dari hipoksia
adalah penurunan denyut nadi dan penurunan darah sistolik, batuk
hemoptisis dan kemungkinan sianosis dapat timbul. Arifian & Kismanto
(2018)
Menurut peneliti pada pengkajian yang dilakukan pada klien menemuka
diagnosa keperawatan utama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif.
3. Analisis Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada An.L yang menjadi focus penulis
terdapat pada diagnose pertama yaitu bersihan jalan nafas tidak efektif
penulis membuat intervensi keperawatan sesuai denngan standar intervensi
keperawatan Indonesia (SIKI) 2018.
Intervensi yang dilakukan oleh peneliti untuk klien sudah sesuai
dengan apa yang ada pada SLKI, dan SIKI (2018) Menurut peneliti
intervensi keperawatan yang digunakan sudah sesuai dengan keluhan dan
gejala yang di alami oleh klien ,Dalam tahap ini peneliti mendapatkan
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan fakta. Hal ini terjadi karena
intervensi direncanakan berdasarkan dengan kebutuhan tubuh dan masalah
pasien, sehingga intervensi tersebut dapat mengatasi masalah yang dialami
pasien
4. Analisis Implementasi Dan Evaluasi
Impelemntasi yang penulis lakukan selama 3 hari adalah sebagai berikut:
Obeservasi
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Terapeutik
 Memberikan teknik non farmakologis (relaksasi nafas dalam)
Edukasi
 Keluarkan sekret dengan batuk (teknik batuk efektif)
Kolaborasi
 Berkolaborasi pemberian  analgetik, jika perlukan

Dan evaluasi pada hari ketiga didapatkan hasil sebagai berikut:


Klien sesak sudah berkurang, Nyeri hilang setelah diberikan relaksasi nafas
dalam oleh perawat data objektif diperoleh sesak sudah tidak dirasakan oleh
klien, klien tampak rileks dan tenang saat diberikan terapi relaksai nafas
dalam dengan posisi high fowler.
Posisi pasien juga dapat menjadi salah satu hal yang dapatmemperberat
keadaan asma yang dirasakannya oleh karna itu dapatditambahkan dengan
perubahan posisi pada pasien seperti semi-fowler dan high fowler. Posisi
semi-fowler adalah sebuah posisi setengah duduk atau duduk dimana bagian
kepala tempat tidur lebih tinggi atau di naikan 45o dan posisi ini dilakukan
dengan maksud untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi
fungsi pernafasan pasien (Aziz, 2008). Sedangkan posisi high fowler adalah
posisi dimana tempat tidur diposisikan dengan ketinggian 60o-90o dan
bagian lutut tidak ditinggikan. Posisi high fowler ini sangat memabantu bagi
pendetira yang mengalami dyspnea karena menghilangkan tekanan pada
diafragma yang memungkinkan pertukaran volume yang lebih besar dari
udara (Barbara, 2009).

C. Analisis Inovasi Produk


Berdasarkan hasil evaluasi dari hari pertama dan ketiga kelir mengalami
penurunan sesak nafas dapat dilihat pada data objektif klien terjadi penurunan
skala sesak pada hari hati ketiga yaitu menjadi pernafasan normal setelah
diberikan inovasi relaksasi nafas dalam dengan posisi high fowler.
Hal ini sejalan dengan m penelitian yang dilakukan Heldawati (2017) dengan
judul “Analisa Praktik Klinik Keperawatan pada Pasien dengan Asma
Bronkial dengan Intervensi Inovasi Teknik Relaksasi Nafas Dalam dengan
Posisi High Fowler” Posisi semifowler adalah sebuah posisi setengah duduk
atau duduk dimana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan 450
dan posisi ini dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan kenyamanan
dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien (Musrifatul Uliyah dan Aziz,
2008). Sedangkan posisi highfowler adalah posisi dimana tempat tidur
diposisikan dengan ketinggian 60-900 bagian lutut tidak ditinggikan. Posisi
high fowler ini sangat membantu bagi klien yang mengalami dispnea karena
menghilangkan tekanan pada diafragma yang memungkinkan pertukaran
volume yang lebih besar dari udara (Barbara, 2009) tujuan dari mekanisme
yang dilakukan posisi ini adalah untuk memfasilitasi pasien yang sedang
kesulitan bernapas. Dikarenakan ada gaya gravitasi yang menarik diafragma
kebawah sehingga ekspansi paru jauh lebih baik pada posisi semi fowler ,
sedangkan pada posisi highfowler bertujuan menghilangkan tekanan pada
diafragma dan memungkinkan pertukaran yang lebih besar dari udara.

Inovasi Pembuatan media Poster relaksasi nafas dalam dengan posisi high
fowler ini diharapkan mempermudah keluarga dan pasien dalam mengatasi
sesak nafas sehingga tindakan mandiri ini menjadikan sesak pasien berkurang
dan pasien dapat rileks, serta media media Poster relaksasi nafas dalam
dengan posisi high fowler ini juga bisa menjadi intervensi non farmakologi
bagi perawat di ruangan dalam mengatasi sesak yang dialami oleh anak asma.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Pada Karya Ilmiah Asuhan keperawatan pada kasus pasien hipertensi di IGD
RSUD AWS Samarinda yang dilakukan oleh penulis didapatkan data
subyektif dan obyektif yang mengarah pada masalah keperawatan yaitu
bersihan jalan napas tidakefektif, ketidakefektifan pola nafas, gangguan
pertukaran gas dan ansietas. Dari ke 4 masalah keperawatan yang ditemukan,
dalam 3 kasus pasien diatas memiliki prioritas masalah yang berbeda-beda.
Masalah keperawatan diurutkan dalam bentuk prioritas tinggi, sedang dan
rendah.

Masalah yang ditemukan dalam ketiga kasus yang telah dibahas sama, dan
gejala yang paling menonjol adalah sesak napas dan batuk disertai secret yang
kental. Hal ini dapat disebabkan oleh allergen yang memicu untuk terjadinya
spasme jalan napas sehingga klien mengalami sesak dan penumpukan secret
dan secret lengker dibronkus menyebabkan secret sulit untuk dikeluarkan.

Teknik terapi ini sangat baik bagi kesehatan, teknik terapi ini merupakan
terapi komplementer inovasi yang mudah diterapkan dan dapat bermanfaat
menurunkan sesak napas dan meningkatkan kadar saturasioksigen.

B. Saran

1. Saran Bagi Pasien


Klien dapat menerapkan terapi relaksasi napas dalam dan pengaturan
posisi high fowler dirumah menggunakan bantal kapan saja pada saat
sesak, karena lebih mudah dan tidak memerlukan biaya tambahan.

2. Saran Bagi Perawat dan Tenaga Kesehatan


Meningkatkan pengetahuan tentang ilmu respirasi dan keterampilan dalam
memberikan intervensi keperawatan pada pasien Asma, agar dapat
meningkatkan kualitas asuhan keperawatan secara mandiri yang diberikan
pada klien. Sehingga dapat meningkatkan harapan sembuh pasien serta
memperpendek waktu menginap pasien di rumah sakit.

3. Saran Bagi Penulis


Mengoptimalkan pemahaman asuhan keperawatan pada pasien
Asmasehingga dapat menjadi bekal pengetahuan untuk meningkatkan
keilmuan pada system respirasi.

4. Saran Bagi Dunia Keperawatan


Mengembangkan intervensi inovasi sebagai tindakan mandiri perawat yang
dapat diunggulkan. Sehingga, seluruh tenaga pelayanan medis dapat
mengaplikasikan secara optimal terapi relaksasi napas dalam dan
pengaruhan posisi high fowler terhadap perubahan kadar saturasi oksigen.

BAB III
LAPORAN KASUS
I. PENGKAJIAN
A. Biodata
Nama Klien : An. L
Umur : 11 Tahun
Alamat Klien : dsn. 3 rt 011/006 saimbikarto, sekampung lamtim
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
No.RM : 149381
Tanggal masuk RS : 15 Maret 2022
Dx. Medis : Asma

Penanggung Jawab
Nama : Ny.N
Umur : 32 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : dsn. 3 rt 011/006 saimbikarto, sekampung
Hubungan dengan klien : Ibu

B. Keluhan Utama : sesak nafas

C. Riwayat Penyakit Sekarang


Ibu klien mengatakan klien sesak nafas sejak 12 Maret 2022, klien
tidak batuk, klien ada alergi dingin, pucat dan nafsu makan klien menurun
kemudian oleh ibunya di bawa ke RSU Muhammadiyah Metro, menurut
hasil dari pemeriksaan, klien didiagnosa asma sehingga klien harus
menjalani pengobatan.
D. Riwayat Kesehatan Lalu
1. Prenatal
Anak laki laki dari ibu G1 P1 0 0 1. Selama kehamilan klien, ibu klien
mengatakan tidak mempunyai masalah khusus, paling hanya mual-
mual. Ibu klien selalu memeriksakan kehamilannya ke bidan secara
teratur.
Keluhan selama hamil : mual muntah pada awal kehamilan
2. Natal
Umur kehamilan : 9 bulan
Jenis persalinan : spontan
Ditolong oleh : bidan
Keadaan bayi : bayi lahir sehat
Penyakit saar persalinan : tidak ada
3. Postnatal
Kondisi bayi : normal
BB waktu lahir : 2800 gram
TB waktu lahir : 49 cm
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
a. Perkembangan
Ibu klien mengatakan klien tidak mengalami keterlambatan dalm
proses tumbuh kembang. Perkembangan motorik : klien mampu
berjalan dengan tegak, lari-lari kecil, melompat, dan awalnya
berdiri dengan 1 kaki selama 3 detik.

b. Pertumbuhan
1) Tinggi Badan : 100 cm
2) Berat Badan : 14 kg
3) Lingkar Kepala : 54 cm
4) Lingkar Lengan Atas : 16 cm
c. Imunisasi
Klien sudah mendapat imunisasi lengkap : BCG, Polio I, II, III, ;
DPT I, II, III ; dan campak
E. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu klien mengatakan keluarga tidak ada yang mengalami sakit
seperti klien. Dan keluarga tidak ada yang mengalami penyakit seperti
TBC, DM, hipertensi maupun penyakit serius lainnya.
F. Pola Aktivitas Sehari-hari
1. Pola Persepsi kesehatan atau penanganan kesehatan
SMRS : Ibu klien megatakan kesehatan memang penting dan klien bila
sakit mudah kerjasama untuk proses penyembuhan dirinya
misalnya teratur minum obat, dan hindari pantangan.
MRS : Ibu klien mengatakan bahwa klien dan dirinya belum
mengerti tentang asma dan bagaimana penanganan dirumah
jika klien tiba tiba kambuh.
2. Pola Nutrisi / Metabolik
SMRS : Ibu klien mengatakan pasien susah makan, makan 3x sehari
porsi sedikit, dan tidak suka sayur klien hanya makan sedikit
nasi dan lauknya saja. Minum 6 gelas per hari. BB : 14,5 kg.
MRS : Klien makan 2x/sehari sesuai diit dari RS tetapi tidak habis.
Minum 4 gelas per hari. BB: 14 kg.
3. Pola Eliminasi
SMRS : BAB 1x sehari warna kuning konsistensi lembek berbau khas,
BAK 4-5x perhari warna kuning jernih berbau khas.
MRS : Klien belum BAB sejak dirawat di RS, BAK 2x, warna
kuning berbau khas.
4. Pola aktivitas / latihan
SMRS : Klien aktif bermain dengan teman sebayanya.
MRS : Klien dibantu oleh ibunya dalam melakukan aktivitasnya,
seperti mandi, makan, ganti baju, dan pasien hanya terlihat
berbaring ditempat tidur.
5. Pola Istirahat / tidur
SMRS : Klien tidur 9 jam sehari, tidur siang kurang lebih 2 jam.
MRS : Klien susah tidur dan sering terbangun pada malam hari.
Lama tidur 7 jam sehari.
6. Pola perseptif kognitif
SMRS : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa
mendengarkan dengan jelas, dalam pengecapan klien tidak
ada masalah, klien bisa mengecap makanan dengan baik.
MRS : Klien dapat melihat dengan normal dan bisa
mendengarkan dengan jelas, dalam pengecapan klien tidak
ada masalah, klien bisa mengecap makanan dengan baik.
7. Pola koping/toleransi stress
SMRS : Ibu klien mengatakan klien adalah klien anak periang.
MRS : Klien hanya tiduran dan apabila klien kesakitan klien
menangis dan rewel.
8. Pola Konsep diri
SMRS : Klien dapat melakukan aktifitas sesuai kemampuan.
MRS : Klien hanya tiduran dan menganggap kondisi nya sedang
lemah.

9. Pola Seksual dan Reproduksi


Klien berjenis kelamin laki-laki, dan tidak ada masalah dalam sistem
reproduksi klien.
10. Pola peran / hubungan
SMRS : Hubungan klien dengan orangtua dan keluarga baik.
MRS : Klien dirawat di RS ditemani oleh ibunya.
11. Pola nilai / kepercayaan
SMRS : Ibu klien mengatakan klien mulai ikut mengaji di mushola
dekat rumahnya. Klien belum melakukan sholat.
MRS : Ibu klien mengatakan klien klien hanya bisa berdoa.
12. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum dan Kesadaran
Kesadaran : Compos mentis, GCS : 456
TD : 90/60 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 37,5 ˚C
RR : 36 x/menit
b. Kepala : bentuk kepala simetris, bersih.
c. Mata : konjungtiva anemis, sklera Anikterik, reflek
terhadap cahaya pupil isokhor
d. Hidung : tidak ada polip, terlihat pernafasan cuping hidung,
terpasang oksigen kanul nasal 2 liter/menit.
e. Mulut : bibir terlihat pucat, dan kering.
f. Telinga : canalis bersih, tidak ada sekret dan darah, tidak
memakai alat bantu pendengaran.
g. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar
limfe
h. Dada :
1) Paru
Inspeksi : pergerakan dada cepat, terdapat tarikan dinding
dada ke dalam
Palpasi : retraksi dinding dada sama kanan dan kiri, terdapat
vocal fomitus kanan kiri
Perkusi : sonor
Auskultasi : terdapat bunyi wheezing
2) Jantung
Inspeksi : tampak ictus cordis
Palpasi : tidak terdapat pembesaran jantung
Perkusi : pekak
Auskultasi : irama jantung teratur
3) Abdomen :
Inspeksi : bentuk datar
Auskultasi : bising usus 20 x/menit
Palpasi : tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : timpani
i. Genetalia : laki laki, tidak terpasang Dower Cateter
j. Anus : tidak ada lesi.
k. Ekstremitas : akral hangat, terpasang infus RL 20 tpm, dan tidak
ada gangguan gerak.
l. Kulit : turgor kulit normal, tidak ada oedema.
13. Tes Diagnostik
16 Maret 2022
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 10.7 gr/dl Pria : 13-18 g/dl
Wanita : 11.5-16.5 g/dl.
Wanita hamil :11-16.5 g/dl.
Anak : 12-34 g/dl
Hematokrit 31 % L : 41,3 – 52,1
P : 35,2 – 46,7
Leukosit 14.5 x 10^3/Ul 3,37 – 10
Eritrosit 4.1 x 10^6 /Ul 3,69 – 5,46
Diffferent count 0.10/1.40/49.60/40.50/0.40 Basofil : 0-2 %, eosinofil :
1-3%, netrofil batang : 1-
6%, netrofil segmen: 4-6
%, limfosit 20- 40 %,
monosit: 1-8%
MCV 75 fL 86-102
MCH 26 pg 27 - 32
MCHC 35 g/dl 20-32 g/dl

14. Terapi
a. IVFD RL = 20 tetes/menit
b. Oksigen 2 L/menit nasal kanul
c. Nebu : Ventolin 4 x 2,5 mg
d. Ambroxol 3 x sehari 2,5 ml syr
e. Diet Gizi seimbang
ANALISA DATA

Data Etiologi Masalah


Keperawatan
DS : Hipersekresi jalan Bersihan jalan
a. Ibu klien mengatakan klien sesak nafas napas napas tidak
b. Tidak ada batuk efektif
c. Terdapat secret yang berlebih
DO :
Terdengar suara wheezing
DS : Ancaman konsep Ansietas
a. Klien dan Ibu klien mengatakan diri,
cemas, bingung dan merasa khawatir Kurang terpapar
dengan kondisi yang dialami. informasi
b. Ibu klien mengatakan klien sulit tidur
c. Ibu klien mengatakan klien susah
makan.
DO :
a. Klien pucat
b. Klien gelisah

DS : Kurang terpapar Defisit


Klien mengatakan klien dan keluarga informasi pengetahuan
belum mengetahui tentang penyakit asma

DO :
Ibu klien bertanya-tanya tentang penyakit
asma

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN


A. Bersihan jalan napas tidak efektif b.d hipersekresi jalan napas
B. Ansietas b.d ancaman konsep diri, kurang terpapar informasi
C. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

III. PERENCANAAN
Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
Dx 1 Setelah dilakukan tindakan a. Pantau status a. Mengetahui tingkat
keperawatan 2 x 24 jam pernafasan gangguan yang terjadi
diharapkan klien mampu klien dan membantu dalam
menunjukkan keefektifan b. Tempatkan menetukan intervensi
bersihan jalan napas, dengan posisi yang yang akan diberikan.
kriteria hasil : nyaman : semi b. Memaksimalkan
a. Mendemonstrasikan batuk fowler ekspansi paru dan
efektif dan suara nafas c. Anjurkan menurunkan upaya
yang bersih, tidak ada klien untuk pernapasan.
sianosis dan dispneu banyak c. Mengoptimalkan
(mampu mengeluarkan minum air keseimbangan cairan
sputum, bernafas dengan hangat dan membantu
mudah, tidak ada pursed d. Latih batuk mengencerkan sekret
lips) efektif sehingga mudah
b. Menunjukkan jalan nafas e. Lakukan dikeluarkan
yang paten(klien tidak Nebulizer d. Fisioterapi dada/ back
merasa tercekik, irama f. Kolaborasi massage dapat
nafas, frekuensi dengan membantu
pernafasan dalam rentang dokter untuk menjatuhkan secret
normal, tidak ada suara pemberian yang ada dijalan
nafas abnormal) obat nafas.
bronkodilator e. Tindakan nebulizer
sesuai akan mengencerkan
indikasi lendir.
f. Broncodilator
meningkatkan ukuran
lumen percabangan
trakeobronkial
sehingga menurunkan
tahanan terhadap
aliran udara.
Dx. 2 Setelah dilakukan tindakan a. Beri a. Klien dapat
keperawatan selama 1x24 jam dorongan mengungkapkan
diharapkan kecemasan klien mengung- penyebab
teratasi dengan kriteria hasil : kapkan kecemasannya
ketakutan/ma sehingga perawat
a. Mengidentifikasi,
salah dapat menentukan
mengungkapkan dan
b. Libatkan tingkat kecemasan
menunjukkan tehnik untuk
keluarga klien dan menentukan
mengontrol cemas.
untuk intervensi untuk klien
b. Postur tubuh, ekspresi menenangka selanjutnya.
wajah, bahasa tubuh dan n klien b. Dukungan keluarga
tingkat aktivfitas c. Mengins- dapat memperkuat
menunjukkan truksikan mekanisme koping
berkurangnya kecemasan. klien untuk klien sehingga tingkat
mengguna- ansietasnya berkurang
kan tekhnik c. Tekhnik relaksasi
relaksasi yang diberikan pada
klien dapat
mengurangi ansietas
Dx 3 Setelah dilakukan tindakan a. Kaji tingkat a. Mengetahui tingkat
keperawatan selama 1x24 jam pengetahuan pengetahuan pasien
diharapkan klien dan keluarga pasien dan tntang asma
menunjukkan pengetahuan keluarga
b. Meningkatkan
tentang proses penyakit dengan
b. Gambarkan pengetahuan klien
kriteria hasil :
tanda dan tentang tanda dan
a. Pasien dan keluarga
gejala yang gejala asma
menyatakan pemahaman
biasa muncul
tentang penyakit, kondisi, c. Meningkatkan
pada
dan program pengobatan pengetahuan klien
penyakit,
b. Pasien dan keluarga dengan cara tentang proses
mampu menjelaskan yang tepat. penyakit.
kembali apa yang
c. Gambarkan
dijelaskan perawat / tim
proses
kesehatan lainnya.
penyakit
dengan cara
yang tepat

DAFTAR PUSTAKA
Agustin, H. Yunus, F.2008. Proses Metabolisme pada Penyakit Paru Obstruktif
Kronik (PPOK), J Respire Indo, Vol 28 No 3, Jakarta

Alimul Aziz, H. 2008. Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Edisi 2. Jakarta :


Salemba Medika

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Andarmoyo, Sulistyo. 2012. Keperawatan Keluarga Konsep Teori, Proses dan Praktik
Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu.

Barbara Engram. 2009. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Brunner dan Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah (Ed.8, Vol. 1,2), Alih
bahasa oleh Agung Waluyo (dkk). Jakarta : EGC

Febraska, Anastasia Indah. 2014. Pengaruh Pemberian Posisi Semi Fowler Terhadap
Penurunan Sesak Nafas Pada Asuhan Keperawatan Tn. A Dengan Penyakit Paru
Obstruksi Kronik (PPOK) Di Bangsal Mawar 1 RSUD Karanganyar. Karya Tulis Ilmiah.

GINA (Global Initiative for Asthma). 2006. Pocket Guide for Asthma Management
and Prevension In Children.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta:
EGC

Ikawati, Z., 2011, Farmakoterapi Penyakit Sistem Saraf Pusat, Yogyakarta : Bursa
Ilmu
Kustanti, E. dan Widodo, A. 2008. Pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan
status mental klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta. Berita Ilmu
Keperawatan. September 2008. Vol.1 No.3

PDPI (Persatuan Dokter Paru Indonesia). 2004 Asma, pedoman diagnosis &
penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta.

Pratyahara, A. Dayu. 2011. AsmaPadaBalita (Mengenal, Mengobati, dan


Mengendalikan Penyakit Asma pada Anak Usia Balita). Jakarta : Buku Kita.

Price, A. dan Wilson, L. 1995.Patofisiologi.Buku 2.Edisi 4. Jakarta : Penebit Buku


Kedokteran EGC

Saheb, A. 2011.Penyakit Asma. Bandung: CV medika.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta;EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal.
Jakarta : EGC

Supadi, E. Nurachmah, dan Mamnuah. 2008. Hubungan Analisa Posisi Tidur Semi
Fowler Dengan Kualitas Tidur Pada Klien Gagal Jantung Di RSU Banyumas Jawa
Tengah. Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Volume IV No 2 Hal 97-108.
L
A
M
P
I
R
A
N
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Hani Yulita Vitri


NIM : 2021207209022
Prodi : Profesi Ners
Pembimbing : Ns.Yusnita,S.Kep.,M.Kep
Judul : Karya Ilmiah Asuhan Keperawatan Anak Pada Pasien Asma
Dengan Inovasi Manajemen Relaksasi Nafas Dalam Dengan Posisi
High Fowler Melalui Media Poster Diruang Arafah Rumah Sakit
Umum Muhammadiyah Metro Tahun 2022

No Tanggal Bab Uraian Paraf


1. 19 – 04 - I tambahkan manfaatnya posisi
2022 high fowler
2. 20-04-2022 I ACC
3. 16-06-2022 II ACC
4. 22-06-2022 III ACC
5. 22-06-2022 IV - Analisa data
pengkajian dari klien,
dijabarkan menurut
teori jika ada data
senjang dianalisa data
- ACC
Poater
- Tuliskan 10 refrensi
dan tuliskan nama
mahasiswa dan juga
dosen, berikan logo
kampus
- Setiap tulisan kutipan
diberikan nama siapa

Anda mungkin juga menyukai