Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

PADA PASIEN TB PARU DENGAN MASALAH KEPERAWATAN


BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN INOVASI
PENERAPAN TERAPI BATUK EFEKTIF TAHUN 2022

Karya Ilmiah Ners

Oleh:

IFRA PURWANTO

2021207209214

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2022
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA PASIEN TB PARU DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN INOVASI
PENERAPAN TERAPI BATUK EFEKTIF TAHUN 2022

Untuk memperoleh Gelar Profesi Keperawaan (Ners)


Pada Program Studi Pendidikan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah
Pringsewu Lampung

Oleh:

IFRA PURWANTO

2021207209214

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
LAMPUNG
2022

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Karya Ilmiah Akhir : Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien

TB Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan

Jalan Nafas Tidak Efektif Dengan Inovasi Penerapan

Terapi Batuk Efektif Tahun 2022

Nama Mahasiswa : IFRA PURWANTO

NIM : 2021207209214

Mengetahui,

Ketua Prodi Profesi Ners

Ns. Rita Sari, M.Kep


NBM : 927 021

iii
HALAMAN PENGESAHAN

ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PADA PASIEN TB PARU DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN INOVASI
PENERAPAN TERAPI BATUK EFEKTIF TAHUN 2022

Karya Inovasi Ners ini telah diperiksa dan dinyatakan lulus tanggal :

MENGESAHKAN

Pembimbing : Ns. Rita Sari, M.Kep.


NBM. 927 026

Ketua Program Studi

Ns. Rita Sari, M.Kep.


NBM.927021

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu

ElmiNuryati, M.Epid.
NBM. 927024

iv
ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
PADA PASIEN TB PARU DENGAN MASALAH KEPERAWATAN
BERSIHAN JALAN NAFAS TIDAK EFEKTIF DENGAN INOVASI
PENERAPAN TERAPI BATUK EFEKTIF TAHUN 2022

Ifra Purwanto

Abstrak
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh
infeksi bakteri Mycobacterium tuberkulosis. Tujuan karya ilmiah ini untuk
mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien TB paru dengan masalah keperawatan
bersihan jalan napas tidak efektif, meliputi pengkajian sampai evaluasi keperawatan
dengan pemberian terapi batuk efektif yangdiberikan melalui pendidikan kesehatan
dengan menggunakan media leaflet. Hasil penelitian menunjukkan data pengkajian pasien
mengeluh sesak napas, batuk tidak efektif disertai sputum berlebih, terdapat suara napas
tambahan ronkhi, pasien tampak gelisah, pola napas dan frekuensi napas berubah,
RR:26x/menit. Diagnosis keperawatan yaitu bersihan jalan napas tidak efektif
berhubungan dengan hipersekresi jalan napas. Rencana keperawatan meliputi tujuan dan
kriteria hasil dengan luaran bersihan jalan napas meningkat, label intervensi keperawatan
manajemen jalan napas dan latihan batuk efektif. Implementasi keperawatan memberikan
terapi inovasi penerapan terapi batuk efektif. Evaluasi keperawatan yang didapat setelah
dilakukan asuhan keperawatan selama 3x jam yaitu bersihan jalan napas meningkat.
Simpulan dari penelitian ini, pemberian terapi batuk efektif mampu mengatasi bersihan
jalan napas tidak efektif, diharapkan pemberian informasi dan wawasan tambahan secara
rutin agar lebih efektif dalam mengatasi masalah bersihan jalan napas tidak efektif.

Kat akunci :Bersihan jalan nafas tidak efektif, Tb Paru, Terapi batuk efektif

Referensi : 28(2012-2021)

v
MEDICAL SURGICAL NURSING CARE
IN PULMONARY TB PATIENTS WITH INEFFECTIVE AIRWAY CLEAN
NURSING PROBLEMS WITH INNOVATION IN APPLICATION OF
EFFECTIVE Cough THERAPY IN 2022

Ifra Purwanto

Abstract

Pulmonary tuberculosis is a contagious infectious disease caused by infection with


the bacterium Mycobacterium tuberculosis. The purpose of this scientific work is to
describe nursing care for pulmonary TB patients with ineffective airway clearance
nursing problems, including assessment to evaluation of nursing by providing effective
cough therapy given through health education using leaflet media. The results showed
that the patient's assessment data complained of shortness of breath, ineffective cough
accompanied by excess sputum, there were additional crackles, the patient looked
restless, the pattern of breathing and the frequency of breathing changed, RR:
26x/minute. The nursing diagnosis is ineffective airway clearance related to airway
hypersecretion. The nursing plan includes goals and outcome criteria with increased
airway clearance outcomes, airway management nursing intervention labels and effective
coughing exercises. Implementation of nursing provides innovative therapy for the
application of effective cough therapy. The nursing evaluation obtained after nursing care
for 3x hours, namely increased airway clearance. The conclusion of this study, the
administration of effective cough therapy is able to overcome ineffective airway
clearance, it is hoped that the provision of additional information and insights on a
regular basis will make it more effective in overcoming the problem of ineffective airway
clearance.

Key words: Ineffective airway clearance, Pulmonary TB, Effective cough therapy

Reference : 28(2012-2021)

vi
HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan karya

ilmiah akhir ini. Karya ilmiah akhir ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua ayah dan ibu yang telah memberikan dukungan, do’a,

semangat dan motivasi serta dukungan materi sehingga saya diberi kemudahan

dalam penyelesaian tugas karya ilmiah ilmiah ini.

2. Bapak Ns. Fitra Pringgayuda, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing dan dosen

yang selalu memberikan dukungan dan motivasi selama proses bimbingan

sampai dengan selesainya penulisan karya ilmiah akhir ini.

3. Bapak Ns.Rita Sari.M.Kep selaku dosen penguji .

4. Seluruh dosen dan staf serta pihak-pihak yang telah membantu dalam

penyelesaian karya ilmiah akhir.

5. Rekan-rekan seperjuangan Profesi Ners Universitas Muhammadiyah

Pringsewu yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi dalam

menyelesaikan karya ilmiah akhir ini

6. Almamater Universitas Muhammadiyah Pringsewu yang saya banggakan.

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah

dan Karunia-Nya, sehingga penyusunan Karya Ilmiah Akhir yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien TB Paru Dengan Masalah

Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Dengan Inovasi Penerapan

Terapi Batuk Efektif Tahun 2022”, dapat saya selesaikan. Dalam kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ns. Elmi Nuryati, M Epid., Dekan Fakultas Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Pringsewu.

2. Ns. Rita Sari, M. Kep., selaku Ketua Prodi Ners. Fakultas Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu.

3. Ns. Fitra Pringgayuda, S.Kep, M.Kep selaku pembimbing yang telah

memberikan masukan kepada penulis

4. Ns.Rita Sari .M.Kep selaku dosen penguji .

5. Bapak/ ibu dosen Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung.

6. Rekan-rekan Program studi Ners keperawatan konversi. Penulis berharap

semoga karya ilmiah akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan

bagi pembaca pada umumnya.

Pringsewu, Juli 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN...............................................................................i


HALAMAN SAMPUL DALAM............................................................................ii
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iv
ABSTRAK ..............................................................................................................v
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................vii
KATA PENGANTAR..........................................................................................viii
DAFTAR ISI...........................................................................................................ix
DAFTAR GABAR...................................................................................................x
DAFTAR TABEL...................................................................................................xi
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.................................................................................5
D. Manfaat Penelitian...............................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Konsep Penyakit..................................................................................8
B. Konsep Asuhan Keperawatan............................................................30
C. Studi Literatur....................................................................................42
D. Tinjauan Menurut Al Islam Kemuhammadiyahan.............................43

BAB III LAPORAN KASUS


A. Data Kasus Kelolaan...........................................................................45
B. Data Senjang Pada Kasus....................................................................62

BAB IV PEMBAHASAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian...............................................................63
B. Analisis Asuhan Keperawatan............................................................64
C. Analisis Inovasi Produk......................................................................69

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan..........................................................................................71
B. Saran....................................................................................................72

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

ix
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Pathway .............................................................................................29

Gambar 3.1 genogram keluarga ............................................................................49

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Konsep Intervensi Keperawatan .........................................................35

Tabel 3.1 analisa data ..........................................................................................57

Tabel 3.2 rencana intervensi................................................................................58

Tabel 3.3 Hasil Implementasi dan Evaluasi........................................................60

Tabel 3.4 Data Senjang Pada Kasus ...................................................................62

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Informed Concent

Medai Inovasi

xii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang disebabkan oleh faktor

lingkungan, sering dijumpai pada lingkungan dengan kualitas udara dalam

ruang yang tidak baik (Kemenkes, 2012). Tidak sedikit masyarakat yang

mempunyai kualitas udara dalam ruang yang tidak baik, ventilasi yang tidak

memenuhi syarat kesehatan, kepadatan hunian, kualitas sumber air yang

menurun merupakan faktor risiko penderita penyakit Tuberkulosis (TBC)

(Prihanti & Sulistiyawati, 2015).

Berdasarkan data World Health Organization (WHO) dari Global

Tuberculosis Report 2015, pada tahun 2014 angka kejadian TB di seluruh

dunia sebesar 9.6 juta dengan kematian akibat TB sebanyak 1,5 juta orang. TB

merupakan penyebab mortalitas tertinggi untuk kasus kematian karena

penyakit infeksi dan telah menginfeksi hampir sepertiga penduduk dunia

sehingga, WHO mendeklarasikan TB sebagai Global Health Emergency

(Amin, 2014). Pada tahun 2014, jumlah kasus TB paru terbanyak berada pada

wilayah Afrika (37%), wilayah Asia Tenggara (28%), dan wilayah Mediterania

Timur (17%) (WHO, 2015).

Berdasarkan Survei Prevalensi TB Paru tahun 2013-2014, prevalensi TB

Paru dengan konfirmasi bakteriologis di Indonesia sebesar 759 per 100.000

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


penduduk berumur 15 tahun ke atas dengan prevalensi TB Paru BTA Positif

sebesar 252 per 100.000 penduduk berumur 15 tahun keatas. Menurut Pusat

Data Informasi Kementerian Kesehatan RI Tahun 2018, jumlah kasus baru TB

Paru di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017. Berdasarkan hasil

survei prevalensi Riskesdas tahun 2018 kasus penyakit Tuberkulosis yang

tertinggi terdapat di provinsi Papua (0,77%), Banten (0,76%), dan Jawa Barat

(0,63%), sedangkan dari ke-34 provinsi di Indonesia, Bali menepati peringkat

terendah nomor 2 yaitu 0,13% setelah Bangka Belitung (Kemenkes RI, 2018).

Sedangkan di Provinsi Lampung kasus TB paru pada tahun 2018 sebesar

44,39% atau 15,570 jiwa mengalami kenaikan 9.61% menjadi 54%, untuk

kasus teringgi TBC di Provinsi Lampung berada di Kabupaten Lampung Timur

68% dan terendah di Kabupaten Lampung Barat yaitu 28%. (Dinkes Lampung,

2019). Prevalensi TB paru di Bandar Lampung pada tahun 2017 dengan jumlah

total 306 kasus dengan masalah Ketidakseimbangan nutrisi mencapai 263

kasus dan 43 dengan masalah lainnya. Pada tahun 2018 mencapai 359 kasus

TB paru (Dinas Kesehatan Bandar Lampung, 2018).

Gejala umum pada pasien TB paru ini adalah batuk selama 3-4 minggu

atau lebih,batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur

darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas dan nafsu makan menurun, berat

badan menurun, malaise, berkeringat pada malam hari tanpa kegiatan fisik, dan

demam meriang lebih dari satu bulan.

Komplikasi pada penderita tuberculosis stadium lanjut: hemoptosis berat

(perdarahan dari saluran pernafasan bawah) yang dapat mengakibatkan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Kolaps dari

lobus akibat retraksi bronchial. Beronkiektasis (pelebaran bronkus setempat)

dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada peroses pemulihan atau reaktif).

Peumotorak (adanya udara dalam rongga pleura) kolaps spontan karena

kerusakan jaringan paru, penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,

ginjal, dan sebagainya. Kuman tuberculosis yang masuk ke saluran pernafasan

akan menginfeksi saluran pernafasan bawah dan dapat menimbulkan terjadinya

batuk produktif dan darah. Hal ini akan menurunkan fungsi kerja silia dan

mengakibatkan penumpukan sekret pada saluran pernafasan, Sekret yang

menumpuk pada jalan nafas dapat dikeluarkan dengan latihan batuk efektif.

(Prihanti & Sulistiyawati, 2015).

Bersihan jalan napas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan

sekret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan napas tetap

paten (SDKI, 2018). Obstruksi saluran napas disebabkan oleh menumpuknya

sputum pada jalan napas yang akan mengakibatkan ventilasi menjadi tidak

adekuat. Untuk itu perlu dilakukan tindakan pengeluaran sputum agar proses

pernapasan dapat berjalan dengan baik guna mencukupi kebutuhan oksigen

tubuh (Ariasti & Aminingsih, 2014).

Batuk efektif merupakan satu upaya untuk mengeluarkan dahak dan

menjaga paru – paru agar tetap bersih, disamping dengan memberikan tindakan

nebulizer dan postural drainage. Batuk efektif dapat di berikan pada pasien

dengan cara diberikan posisi yang sesuai agar pengeluaran dahak dapat lancar.

Batuk efektif ini merupakan bagian tindakan keperawatan untuk pasien dengan

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


gangguan pernafasan akut dan kronis. Batuk efektif yang baik dan benar dapat

mempercepat pengeluaran dahak pada pasien dengan gangguan saluran

pernafasan (Permatasari et al., 2019).

Peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan langsung kepada

pasien berperan penting dalam usaha perventif dan promotif bagi penderita TB.

Tindakan utama yang di lakukan yaitu mengurangi gejala yang timbul akibat

TB paru misalnya batuk berdahak dan penumpukan sekret sering di rasakan

sangat mengganggu penderita TB karena cenderung menimbulkan sesak nafas

dan cepat lelah saat beraktivitas. Karya ilmiah ini akan menganalisis praktik

klinik keprawatan kesehatan masyarakat mengenai latihan batuk efektif dalam

mengatasi masalah bersihan jalan nafas pada pasien tuberculosis.

Berdasarkan hasil pengkajian awal terhadap klien didapatkan keluhan

utama yang dialami oleh klien yakni sesak yang berhubungan dengan penyakit

yang diderita. Oleh karna itu, penulis tertarik untuk melakukan asuhan

keperawatan terhadap klien dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas

tidak efektif dengan inovasi penerapan terapi batuk efektif.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melaksanakan asuhan keperawatan yang akan dituangkan dalam bentuk Karya

Ilmiah Akhir dengan judul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


TB Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mampu memberikan gambaran tentang hasil elektif profesi ners

dengan mengaplikasian “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien

TB Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022”.

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penulisan karya ilmiah akhir ini adalah untuk:

a. Menggambarkan konsep penyakit dan asuhan keperawatan Pada Pasien

TB Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak

Efektif Dengan Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022.

b. Menggambarkan analisis asuhan keperawatan (pengkajian, diagnosis,

intervensi, implementasi dan evaluasi) Pada Pasien TB Paru Dengan

Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Dengan

Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022.

c. Menganalisa intervensi atau rencana keperawatan Pada Pasien TB Paru

Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


d. Menganalisis hasil implementasi asuhan keperawatan Pada Pasien TB

Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022.

e. Menganalisis hasil evaluasi asuhan keperawatan Pada Pasien TB Paru

Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Dengan Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Perawat

Diharapkan hasil karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi

pelayanan keperawatan dengan memberikan gambaran dan

mengaplikasikan acuan dalam melakukan asuhan keperawatan pasien

dengan Gangguan Sistem Pernafasan yakni TB Paru.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan untuk pelaksannan

pendidikan serta masukan dan perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut

dalam asuhan keperawatan pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan

yakni TB Paru.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Diharapkan pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan

pengetahuan tentang Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Gangguan

Sistem Pernafasan yakni TB Paru.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan

pengalaman yang lebih mendalam dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya pada pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan yakni TB

Paru.

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Penyakit

1. Konsep Penyakit Tuberkulosis

a. Pengertian Penyakit Tuberkulosis

Tuberkulosis (TBC) paru adalah suatu penyakit infeksi kronis yang

sudah sangat lama dikenal pada manusia.(Sudoyo dkk, 2014).

Tuberkulosis atau biasa disingkat dengan TBC adalah penyakit

kronis yang disebabkan oleh infeksi kompleks Mycobacterium

Tuberculosis yang ditularkan melalui dahak (droplet) dari penderita TBC

kepada individu lain yang rentan (Ginanjar,2012). Bakteri

Mycobacterium Tuberculosis ini adalah basil tuberkel yang merupakan

batang ramping, kurus, dan tahan akan asam atau sering disebut dengan

BTA (bakteri tahan asam). Dapat berbentuk lurus ataupun bengkok yang

panjangnya sekitar 2-4 μm dan lebar 0,2 –0,5 μm yang bergabung

membentuk rantai. Besar bakteri ini tergantung pada kondisi lingkungan

(Ginanjar, 2012).

Tuberkulosis (TBC) paru adalah penyakit infeksi yang disebabkan

oleh kuman Mycrobacterium tuberculosis yang menyerang paru-paru dan

bronkus. TBC paru tergolong penyakit air borne infection, yang masuk

ke dalam tubuh manusia melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru.

Kemudian kuman menyebar dari paru-paru ke bagian tubuh lainnya

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, melalui bronkus

atau penyebaran langsung ke bagian tubuh lainnya (Widyanto &

Triwibowo, 2013)

b. Etiologi Tuberkulosis

Tuberkulosisi atau TB paru merupakan penyakit yang disebabkan

oleh basil TBC (Mycrobacterium Tuberculosi Humanis).

Mycrobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang

berukuran sangat kecil dengan panjang 1-4 µm dengan tebal 0,3-0,6 µm.

Sebagian besar komponen Mycrobacterium tuberculosis adalah berupa

lemak atau lipid yang menyebabkan kuman mampu bertahan terhadap

asam serta zat kimia dan faktor fisik. Kuman TBC bersifat aerob yang

membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Mycrobacterium

tuberculosis banyak ditemukan di daerah yang memiliki kandungan

oksigen tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk

penyakit TB. Kuman Mycrobacterium tuberculosis memiliki kemampuan

tumbuh yang lambat, koloni akan tampak setelah kurang dari dua minggu

atau bahkan terkadang setelah 6-8 minggu. Lingkungan hidup optimal

pada suhu 37°C dan kelembaban 70%. Kuman tidak dapat tumbuh pada

suhu 25°C atau lebih dari 40°C (Widyanto & Triwibowo, 2013)

Mycrobacterium tuberculosis termasuk familie

Mycrobacteriaceace yang mempunyai berbagai genus, satu diantaranya

adalah Mycrobacterium, yang salah satunya speciesnya adalah

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Mycrobacterium tuberculosis. Basil TBC mempunyai dinding sel lipoid

sehingga tahan asam, sifat ini dimanfaatkan oleh Robert Koch untuk

mewarnainya secara khusus. Oleh karena itu, kuman ini disebut pula

Basil Tahan Asam (BTA). Basil TBC sangat rentan terhadap sinar

matahari, sehingga dalam beberapa menit saja akan mati. Ternyata

kerentanan ini terutama terhadap gelombang cahaya ultraviolet. Basil

TBC juga rentan terhadap panas-basah, sehingga dalam 2 menit saja basil

TBC yang berada dalam lingkungan basah sudah akan mati bila terkena

air bersuhu 100°C. Basil TBC juga akan terbunuh dalam beberapa menit

bila terkena alkohol 70% atau lisol 5% (Danusantoso,2013).

c. Penyebab Tuberkulosis

Tuberkulosis disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis

bakteri tersebut terdiri atas Mycobacterium bovis, Mycobacterium

africanum, Mycobacterium microti, dan Mycobacterium canetti. Dari

beberapa jenis bakteri Mycobacterium yang paling sering dijumpai

adalah Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman TB

menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.

Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang dengan panjang 1 sampai

10 mikron, lebar 0,2 sampai 0,6 mikron, kuman nampak berwarna merah

dalam pemeriksaan dibawah mikroskop, tahan terhadap suhu rendah

sehingga mampu bertahan hidup dalam jangka waktu yang lama yaitu

dalam suhu antara 40C sampai minus 700C, Struktur dinding sel yang

10

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


kompleks tersebut menyebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis

bersifat tahan asam yang biasa disebut dengan Basil Tahan Asam (BTA).

Kuman TB dapat masuk ke tubuh melalui sistem saluran limfe, saluran

nafas, saluran cerna, atau terkadang masuk melalui lesi kulit.

(Danusantoso,2013).

d. Klasifikasi Tuberkulosis

1) TB Paru BTA positif

Apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (sewaktu

pagi sewaktu) hasilnya positif, disertai pemeriksaan radiologi paru

meninjukkan TB aktif.

2) TB Paru BTA negatif

Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif .

(Danusantoso,2013).

e. Tipe Pasien Tuberkulosis

Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan

sebelumnya. Ada beberapa tipe pasien yaitu:

1) Kasus baru

Pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah

menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).

11

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2) Kasus Kambuh (Relaps)

Pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan

tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,

didiagnosis kembali dengan BTA positif (apusan atau kultur)

3) Kasus Setelah Putus Berobat (Default )

Pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan

BTA positif.

4) Kasus Setelah Gagal (Failure)

Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali

menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan.

5) Kasus Pindahan (Transfer In)

Pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain

untuk melanjutkan pengobatannya.

6) Kasus lain

Semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas. Dalam kelompok

ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan

masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan.

(Danusantoso,2013).

f. Patofisiologis Tuberkulosis

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil Mycobacterium

tuberculosis. Bakteri menyebar melalui jalan napas menuju alveoli lalu

berkembang biak dan terlihat bertumpuk. Perkembangan Mycobacterium

12

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru (lobus

atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke

bagian tubuh lain (ginjal, tulang dan korteks serebri) dan area lain dari

paru (lobus atas). Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan

respons dengan melakukan reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag

melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri), sementara limfosit

spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan

normal.Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah

terpapar bakteri Interaksi antara Mycobacterium tuberculosis dan sistem

kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa

jaringan baru yang disebut granuloma.

Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang

dikelilingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya

berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari

massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag

dan bakteri yang menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi

yang berbentuk seperti keju (necrotizing caseosa).Hal ini akan menjadi

klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri

menjadi nonaktif. (Danusantoso,2013).

g. Tanda dan Gejala Tuberkulosis

Gejala awal orang yang terkena infeksi penyakit TB Paru bisa

dikenali dari tanda-tanda kondisi pada fisik penderitanya, yaitu salah

13

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


satunya penderita akan mengalami demam yang tidak terlalu tinggi dan

berlangsung lama, deman tsb biasanya dialami pada malam hari disertai

dengan keluarnya keringat. Kadang-kadang derita demam disertai dengan

influenza yang bersifat timbul sementara kemudian hilang lagi. Berikut

ini adalah gejala ciri penyakit TB Paru Menurut (Hartini,2014) tanda dan

gejala tuberkulosis adalah:

1) Demam

2) Malaise

3) Anoreksia

4) Penurunan berat badan

5) Batuk ada atau tidak (berkembang secara perlahan selama

berminggu –minggu sampai berbulan –bulan)

6) Peningkatan frekuensi pernapasan

7) Ekspansi buruk pada tempat yang sakit

8) Bunyi napas hilang dan ronkhi kasar, pekak pada saat perkusi7

9) Demam persisten: pucat, anemia, kelemahan, dan penurunan berat

badan

h. Komplikasi Tuberkulosis

TB Paru apabila tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan

komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita TB Paru

menurut (Hartini,2014) penanganan pada penderita Tuberculosis yang

tidak benar akan menimbulkan komplikasi sebagai berikut :

14

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1) Komplikasi dini yaitu empisema, efusi pleura, laringitis, usus,

pleuritis, dan Poncet’s arthropathy.

2) Komplikasi lanjut yaitu Sindrom Obstruksi Pasca Tuberculosis

(SOPT), obstruksi jalan nafas, kerusakan parenkim berat, kor

pulmonal, karsinoma, fibrosis paru, Efektivitas Pemberian Teknik

amiloidosis, sindrom gagal nafas dewasa (ARDS), sering terjadi pada

TB Paru milier dan kavitas TB Paru

i. Pengobatan Tuberkulosis

Pengobatan turbokulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif

(2-3 bulan) dan fase lanjut 4 atau 7 bulan, paduan obat yang digunakan

terdiri dari paduan obat utama dan tambahan.yaitu obat anti turbokulosis

(OAT) jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah

1) INH (Isoniazid)

2) Rifampisin

3) Pirazinamid

4) Streptomisin

5) Etambutol

Jenis obat tambahan lainnya (lini 2)

1) Kanamisin

2) Amikasin

3) Kuinolon

15

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


j. Pencegahan Tuberkuosis

Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

1) Menutup mulut bila batuk

2) Membuang dahak tidak di sembarang tempat. Buang dahak pada

wadah tertutup yang diberi lisol

3) Makan makanan bergizi

4) Memisahkan alat makan dan minum bekas penderita

5) Memperhatikan lingkungan rumah, cahaya dan ventilasi yang baik

6) Untuk bayi diberikan imunisasi BCG (Kemenkes RI, 2012)

k. Dampak Tuberkulosis

Penyakit Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit yang

sangat mempengaruhi kehidupan individu. Dampak Tuberkulosis paru

antara lain:

1) Terhadap individu

a) Biologis

Adanya kelemahan fisik secara umum, batuk yang terus menerus,

sesak napas, nyeri dada, nafsu makan menurun, berat badan

menurun, keringat pada malam hari dan kadang-kadang panas

yang tinggi

b) Psikologis

Biasanya klien mudah tersinggung , marah, putus asa oleh karena

16

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


batuk yang terus menerus sehingga keadaan sehari-hari yang

kurang menyenangkan.

c) Sosial

Adanya perasaan rendah diri oleh karena malu dengan keadaan

penyakitnya sehingga klien selalu mengisolasi dirinya.

d) Spiritual

Adanya distress spiritual yaitu menyalahkan Tuhan karena

penyakitnya yang tidak sembuh-sembuh juga menganggap

penyakitnya yang manakutkan.

e) Produktifitas menurun oleh karena kelemahan fisik

2) Terhadap keluarga

a) Terjadinya penularan terhadap anggota keluarga yang lain karena

kurang pengetahuan dari keluarga terhadap penyakit TB Paru serta

kurang pengetahuan penatalaksanaan pengobatan dan upaya

pencegahan penularan penyakit.

b) Produktifitas menurun.

Terutama bila mengenai kepala keluarga yang berperan sebagai

pemenuhan kebutuhan keluarga, maka akan menghambat biaya

hidup sehari-hari terutama untuk biaya pengobatan.

c) Psikologis

Peran keluarga akan berubah dan diganti oleh keluarga yang lain

17

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


d) Sosial

Keluarga merasa malu dan mengisolasi diri karena sebagian besar

masyarakat belum tahu pasti tentang penyakit TB Paru .

3) Terhadap masyarakat

a) Apabila penemuan kasus baru TB

Paru tidak secara dini serta pengobatan Penderita TB Paru positif

tidak teratur atau droup out pengobatan maka resiko penularan

pada masyarakat luas akan terjadi oleh karena cara penularan

penyakit TB Paru.

b) Lima langkah strategi

DOTS adalah dukungan dari semua kalangan, semua orang yang

batuk dalam 3 minggu harus diperiksa dahaknya, harus ada obat

yang disiapkan oleh pemerintah, pengobatan harus dipantau

selama 6 bulan oleh Pengawas Minum Obat (PMO) dan ada sistem

pencatatan / pelaporan. (Hartini,2014)

2. Konsep Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

a. Pengertian bersihan jalan nafas tidak efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan

membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan

jalan nafas tetap paten (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmapuan untuk

membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk

18

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


mempertahankan kebersihan jalan nafas (Nurarif & Kusuma, 2015).

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas adalah ketidakmampuan untuk

membersihkan sekret atau obstruksi saluran nafas guna mempertahankan

jalan nafas yang bersih. (Smeltzer & Bare, 2013)

b. Etiologi bersihan jalan nafas tidak efektif

Penyebab bersihan jalan nafas tidak efektif secara fisiologis sekresi

yang tertahan. Sedangkan Penyebab secara situsional yaitu merokok

aktif, merokok pasif dan terpajan polutan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,

2016). Faktor yang berhubungan dengan bersihan jalan nafas tidak

efektif yaitu diantaranya disebabkan oleh faktor lingkungan seperti

merokok, menghirup asap rokok, dan perokok pasif, faktor Obstruksi

jalan nafas seperti spasme jalan nafas, retensi sekret, mukus berlebih,

adanya jalan nafas buatan, terdapat benda asing di jalan nafas, sekret di

bronki, dan eksudat di alveoli dan juga karena faktor fisiologis yaitu

difungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkial, PPOK (Penyakit

Paru Obstruktif Kronis), infeksi asma, jalan nafas alergik (alergi)

Penyebab bersihan jalan nafas tidak efektif pada tuberkulosis paru adalah

sekresi trakeobronkial yang sangat banyak. (Smeltzer & Bare, 2013)

c. Patofisiologi bersihan jalan nafas tidak efektif

Kuman TBC masuk ke dalam tubuh melalui udara pernafasan

(droplet infeksion). Bakteri masuk melewati jalan nafas dan

19

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


berkumpul/menempel pada paru-paru. Bakteri Mycobakterium

menginfeksi paru-paru sehingga mengakibatkan terjadinya proses

peradangan. Saat bakteri sudah menginfeksi daearah paru-paru

selanjutnya basil TBC dengan cara menginaktifkan basil TBC dalam

makrofag dan selanjutnya membentuk sarang primer/afek primer (fokus

ghon). Fokus ghon akan bersama sama dengan saluran limfe (limfangitis)

dan kelenjar limfe regional (limfadenitis regional) disebut dengan

kompleks ghon. Selanjutnya limfe-limfe tersebut akan menjalar ke organ

lain seperti paru-paru lain, saluran pencernaan, tulang melalui media

(bronhogen, percontoinuitum, hematogen, limfogen). (Smeltzer & Bare,

2013)

Apabila pertahanan primer tersebut tidak adekuat makan kuman ini

akan bersarang di paruparu dengan membentuk tuberkel dan

memebentuk suatu ruang di daerah paruparu. Ruang ini yang akan

menjadi sumber tertahannya produksi sputum Sistem dalam tubuh

tersebut akan berespon melalui proses inflamasi atau peradangan

sehingga akan terjadi penumpukan eksudat. Tumpukan eksudat akan

tertahan dan susah untuk dikeluarkan dalam bentuk sputum. Hal inilah

yang menyebabkan terjadinya bersihan jalan nafas tidak efektif pada

penderita TB paru (Nurarif & Kusuma, 2015)

20

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


d. Faktor yang mempengaruhi bersihan jaan nafas tidak efektif

Menurut (Smeltzer & Bare, 2013), bersihan jalan nafas tidak efektif

pada tuberkulosis paru dipengaruhi oleh beberapa faktor :

1) Faktor Sosial Ekonomi

Disini sangat erat kaitannya dengan keadaan rumah, kepadatan

hunian, lingkungan perumahan, lingkungan dan sanitasi tempat

kerja yang buruk dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan

keluarga sangat erat juga dengan penularan TBC, karena

pendapatan yang rendah membuat orang tidak dapat layak dengan

memenuhi syarat-syarat kesehatan

2) Status Gizi

Keadaan malnutrisi atau kekurangan kalori, protein, vitamin, zat

besi, dan lainlain, akan mempengaruhi daya tahan tubuh seseorang

sehingga rentan terhadap penyakit termasuk Tuberkulosis Paru.

Keadaan ini merupakan faktor penting yang berpengaruh di Negara

miskin, baik pada orang dewasa maupun anak-anak.

3) Umur

Penyakit Tuberkulosis Paru paling sering ditemukan pada usia

muda atau usia produktif 15-50 tahun. Dengan terjadinya transisi

demografi saat ini menyebabkan usia harapan hidup lansia menjadi

lebih tinggi. Pada usia lanjut lebih dari 55 tahun sistem imunolosis

seseorang menurun, sehingga sangat rentan terhadap berbagai

penyakit, termasuk penyakit Tuberkulosis Paru

21

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4) Jenis Kelamin

Penderita Tuberkulosis Paru cenderung lebih tinggi pada laki-laki

dibandingdingkan perempuan. Hal ini dikarenakan akibat kebiasaan

laki-laki yang merokok dan minum minuman beralkohol.

e. Tanda gejala bersihan jalan nafas tidak efektif

Tanda dan gejala klinis bersihan jalan napas tidak efektif

dikelompokkan menjadi tanda gejala mayor dan minor. Mayor adalah

tanda/gejala yang ditemukan sekitar 80%-100% untuk validasi

diagnosis. Sedangkan minor merupakan tanda/gejala yang tidak harus

ditemukan, namun jika ditemukan dapat mendukung penegakan

diagnosis (PPNI, 2018). Dan tanda pada pasien dengan diagnosa

keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif sesuai dengan standar

diagnosa keperawatan indonesia (SDKI) adalah seperti tabel berikut.

1) Tanda gejala mayor

Subyektif : -

Obyektif : batuk tidak efektif, tidak mampu batuk, sputum berlebih,

mengi,wheezing atau ronchi

2) Tanda gejala minor

Subyektif : dispnea dan sulit bicara

Obyektif: gelisah, sianosis, bunyi nafas menurun, frekuensi nafas

berubah, pola nafas berlebih

22

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


f. Penatalaksanaan bersihan jalan nafas tidak efektif

1) Latihan batuk efektif

Latihan batuk efektif adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk

mendorong pasien agar mudah membuang sekresi dengan metode

batuk efektif sehingga dapat mempertahankan jalan nafas yang

paten.Latihan batuk efektif dilakukan dengan puncak rendah, dalam

dan terkontrol. Posisi yang dianjurkan untuk melakukan latihan

batuk efektif adalah posisi duduk di tepi tempat tidur atau semi

fowler, dengan posisi tungkai diletakkan di atas kursi (Smeltzer &

Bare, 2013)

2) Perkusi dan vibrasi dada

Perkusi adalah suatu prosedur yang dilakukan dengan membentuk

mangkuk pada telapak tangan dengan menepuk secara ringan pada

area dinding dada dalam. Gerakan menepuk dilakukan secara

berirama di atas segmen paru yang akan dialirkan. Pergelangan

tangan secara bergantian fleksi dan ekstensi sehingga dada dipukul

atau ditepuk dalam cara yang tidak menimbulkan nyeri (Smeltzer &

Bare, 2013)

Sedangkan vibrasi adalah teknik memberikan kompresi dan getaran

maual pada dinding dada selama fase ekshalasi pernafasan. Pogram

batuk dan pembersihan sputum yang dijadwalkan, bersama dengan

hidrasi, akan mengurangi sputum pada banyak pasien. Jumlah siklus

23

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


perkusi dan vibrasi diulang tergantung pada toleransi dan respon

klinik pasien (Smeltzer & Bare, 2013)

3) Drainase postural

Drainase postural menggunakan posisi spesifik yang

memungkinkan gaya gravitasi untuk membantu dalam membuang

sekresi bronkial. Sekresi mengalir dari bronkiolus yang terkena ke

dalam bronki dan trakea dan membuangnya dengan membatukkan

atau pengisapan. Drainase postural digunakan untuk menghilangkan

atau mencegah obstruksi bronkial yang disebabkan oleh akumulasi

sekresi (Smeltzer & Bare, 2013)

4) Terapi nebulizer

Terapi nebulizer merupakan suatu alat genggam yang dapat

menyemburkan obat seperti agens bronkodilator atau mukolitik

menjadi suatu partikel yang sangat kecil, selanjutnya akan

dikirimkan ke dalam paru-paru saat pasien menghirup nafas. Agens

bronkodilator berfungsi meningkatkan atau memperlebar saluran

udara dan agen mukolitik berfungsi untuk mengencerkan sekresi

pulmonal sehingga dapat dengan mudah dikeluarkan. (Smeltzer &

Bare, 2013).

5) Intubasi endotrakeal

Intubasi endotrakeal merupakan suatu metode memasukkan selang

endotrakeal melalui mulut atau hidung sampai ke dakam trakhea.

Intubasi endotrakeal adalah suatu cara pemberian jalan nafas yang

24

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


paten bagi pasien yang tidak dapat mempertahankan sendiri fungsi

jalan nafas agar tetap adekuat seperti pada pasien koma dan pasien

yang mengalami obstruksi jalan nafas, untuk ventilasi mekanis, dan

untuk pengisapan sekresi dari pohon bronkial (Smeltzer & Bare,

2013)

6) Trackeostomi

Trakeostomi merupakan suatu prosedur pembuatan lubang ke dalam

trakea yang dapat bersifat menetap atau permanen.Tindakan

trakeostomi dilakukan untuk membuat pintasan suatu obstruksi

jalan nafas bagian atas, sehingga dapat membuang sekresi

trakeobronkial. Trakeostomi dilakukan untuk mencegah terjadinya

aspirasi sekresi oral atau lambung pada pasien koma (Smeltzer &

Bare, 2013).

g. Dampak bersihan jalan nafas tidak efektif

Pada pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami bersihan jalan

nafas tidak efektif akan berdampak pada efusi pleura dan edema paru.

Efusi pleura adalah penumpukan cairan diantara jaringan yang melapisi

paru-paru dan dada. Sedangkan edema paru adalah suatu kondisi yang

ditandai dengan gejala sulit bernapas akibat terjadinya penumpukan

cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli). (Smeltzer & Bare, 2013).

25

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3. Konsep Terapi Batuk Efektif

a. Pengertian batuk efektif

Pada pasien Tuberkulosis Paru yang mengalami bersihan jalan

nafas tidak efektif akan berdampak pada efusi pleura dan edema paru

(Smeltzer & Bare, 2013).

Efusi pleura adalah penumpukan cairan diantara jaringan yang

melapisi paru-paru dan dada. Sedangkan edema paru adalah suatu

kondisi yang ditandai dengan gejala sulit bernapas akibat terjadinya

penumpukan cairan di dalam kantong paru-paru (alveoli).

b. Tujuan batuk efektif

Menurut (Rosyidi & Wulansari,2013), batuk efektif dilakukan

dengan tujuan untuk membersihkan jalan nafas, mencegah komplikasi :

infeksi saluran nafas, pneumonia dan mengurangi kelelahan.

Tujuan batuk efektif adalah meningkatkan mobilisasi sekresi dan

mencegah risiko tinggi retensi sekresi (pneumonia, atelektasis, dan

demam). Pemberian latihan batuk efektif dilaksananakan terutama pada

klien dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif dan

masalah risiko tinggi infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang

berhubungan dengan akumulasi secret pada jalan nafas yang sering

disebabkan oleh kemampuan batuk yang menurun. (Rosyidi &

Wulansari,2013)

26

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Menurut (Rosyidi & Wulansari,2013), Batuk yang efektif sangat

penting karena dapat meningkatkan mekanisme pembersihan jalan nafas

(Normal Cleansing Mechanism)

c. Mekanisme batuk efektif

Batuk efektif adalah teknik batuk untuk mempertahankan

kepatenan jalan nafas. Batuk memungkinkan pasien mengeluarkan secret

dari jalan nafas bagian atas dan jalan nafas bagian bawah. Rangkian

normal peristiwa dalam mekanisme batuk adalah inhalasi dalam,

penutupan glottis, kontraksi aktif otot – otot ekspirasi, dan pembukaan

glottis. Inhalasi dalam meningkatkan volume paru dan diameter jalan

nafas memungkinkan udara melewati sebagian plak lendir yang

mengobstruksi atau melewati benda asing lain. Kontraksi otot – otot

ekspirasi melawan glottis yang menutup menyebabkan terjadinya tekanan

intratorak yang tinggi. Aliran udara yang besar keluar dengan kecepatan

tinggi saat glotis terbuka, memberikan secret kesempatan untuk bergerak

ke jalan nafas bagian atas, tempat secret dapat di keluarkan. (Rosyidi &

Wulansari,2013),

d. Indikasi batuk efektif

Menurut (Rosyidi & Wulansari, 2013) indikasi klien yang

dilakukan batuk efektif adalah :

1) Jalan nafas tidak efektif.

27

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2) Pre dan post operasi.

3) Klien imobilisasi.

e. Kontraindikasi batuk efektif

Menurut (Rosyidi & Wulansari,2013)pelaksanaan prosedur batuk

efektif adalah :

1) Klien yang mengalami peningkatan Tekanan Intra Kranial (TIK)

gangguan fungsi otak.

2) Gangguang kardiovaskular : Hipertensi berat, aneurisma, gagal

jantung, infrak miocard.

3) Emphysema karena dapat menyebabkan rupture dinding alveolar.

f. Prosedur pelaksanaan batuk efektif

Menurut (Rosyidi & Wulansari,2013) kontraindikasi pada batuk

efektif adalah :

1) Meletakkan kedua tangan di atas abdomen bagian atas (dibawah

mamae) dan mempertemukan kedua ujung jari tengah kanan dan kiri

di atas processus xyphoideus.

2) Menarik nafas dalam melalui hidung sebanyak 3-4 kali, lalu

hembuskan melalui bibir yang terbuka sedikit (purs lip breathing).

3) Pada tarikan nafas dalam terkahir, nafas ditahan selama kurang lebih

2-3 detik.

4) Angkat bahu, dada dilonggarkan dan batukkan dengan kuat

28

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5) Lakukanlah 4 kali setiap batuk efektif, frekuensi disesuaikan dengan

kebutuhan pasien.

4. Pathway

Gambar 2.1 Pathway

Invasi bakteri mycobacterium tuberculosa via inhalasi

Saluran pernafasan

Berkembang biak dalam paru Kelenjar getah berning (limfe)

Kompleks primer peradangan Respon sistem


paru imun tidak adekuat

Demam, mual dan


Suplai O2 Peningkatan Meningkat muntah
menrun jumlah secret permeabilitas
kapiler
ansietas Batuk
Efusi pelura Nutrisi kurang dari
produktif kebutuhan tubuh
//darah
Kurang
pengetahuan Ada secret Pola nafas
berlebih tidak efektif

Bersihan jalan nafas


tidak efektif

29

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


B. Konsep Asuhan Keperawatan

Menurut (Wardhani,2013) dasar data pengkajian pasien tergantung pada

tahap penyakit dan derajat yang terkena. Pada pasien dengan tuberkulosis paru

pengkajian pasien meliputi:

1. Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan TB paru

a. Data Pasien

Penyakit TB paru dapat menyerang manusia mulai dari usia anak sampai

dewasa dengan perbandingan yang hampir sama antara lakilaki dan

perempuan. Penyakit ini biasanya banyak ditemukan pada pasien yang

tinggal didaerah dengan tingkat kepadatan tinggi sehingga masuknya

cahaya matahari kedalam rumah sangat minim. TB paru pada anak dapat

terjadi pada usia berapapun, namun usia paling umum adalah antara 1-4

tahun. Anak-anak lebih sering mengalami TB diluar paru-paru

(extrapulmonary) dibanding TB paru dengan perbandingan 3:1. TB diluar

paru-paru adalah TB berat yang terutama ditemukan pada usia

b. Riwayat Kesehatan keluhan yang sering muncul antara lain:

1) demam: subfebris, (febris 39°C - 41°C) hilang timbul

2) Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus batuk ini terjadi

untuk membuang/mengeluarkan produksi radang yang dimulai dari

batuk kering sampai dengan atuk purulent (menghasilkan sputum).

3) Sesak nafas: bila sudah lanjut dimana infiltrasi radang sampai

setengah paru-paru.

30

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4) Keringat malam. Nyeri dada: jarang ditemukan, nyeri akan timbul

bila infiltrasi radang sampai ke pleura sehingga menimbulkan

pleuritis.

5) Malaise: ditemukan berupa anoreksia, nafsu makan menurun, berat

badan menurun, sakit kepala, nyeri otot, keringat malam.

6) Sianosis, sesak nafas, kolaps: merupakan gejala atelektasis. Bagian

dada pasien tidak bergerak pada saat bernafas dan jantung terdorong

ke sisi yang sakit. Pada foto toraks, pada sisi yang sakit nampak

bayangan hitam dan diagfragma menonjol keatas

7) Perlu ditanyakan dengan siapa pasien tinggal, karena biasanya

penyakit ini muncul bukan karena sebagai penyakit keturunan tetapi

merupakan penyakit infeksi menular.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

1) Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh

2) Pernah berobat tetapi tidak sembuh

3) Pernah berobat tetapi tidak teratur

4) Riwayat kontak dengan penderita TB paru

5) Daya tahan tubuh yang menurun

6) Riwayat vaksinasi yang tidak teratur

7) Riwayat putus OAT.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

31

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Biasanya pada keluarga pasien ditemukan ada yang menderita TB

paru.Biasanya ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti

Hipertensi, Diabetes Melitus, jantung dan lainnya.

e. Riwayat Pengobatan Sebelumnya

1) Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan sakitnya

2) Jenis, warna, dan dosis obat yang diminum.

3) Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan dengan

penyakitnya

4) Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir.

f. Riwayat Sosial Ekonomi

1) Riwayat pekerjaan. Jenis pekerjaan, waktu, dan tempat bekerja,

jumlah penghasilan.

2) Aspek psikososial. Merasa dikucilkan, tidak dapat berkomunikasi

dengan bebas, menarik diri, biasanya pada keluarga yang kurang

mampu, masalah berhubungan dengan kondisi ekonomi, untuk

sembuh perlu waktu yang lama dan biaya yang banyak, masalah

tentang masa depan/pekerjaan pasien, tidak bersemangat dan putus

harapan.

g. Faktor Pendukung:

1) Riwayat lingkungan.

2) Pola hidup: nutrisi, kebiasaan merokok, minum alkohol, pola istirahat

dan tidur, kebersihan diri.

32

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3) Tingkat pengetahuan/pendidikan pasien dan keluarga tentang

penyakit, pencegahan, pengobatan dan perawatannya.

h. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum: biasanya

KU sedang atau buruk

TD : Normal ( kadang rendah karena kurang istirahat)

Nadi : Pada umumnya nadi pasien meningkat

Pernafasan : biasanya nafas pasien meningkat (normal : 16- 20x/m)

Suhu : Biasanya kenaikan suhu ringan pada malam hari. Suhu mungkin

tinggi atau tidak teratur. Seiring kali tidak ada demam

1) Kepala Inspeksi :

Biasanya wajah tampak pucat, wajah tampak meringis, konjungtiva

anemis, skelra tidak ikterik, hidung tidak sianosis, mukosa bibir

kering, biasanya adanya pergeseran trakea.

2) Thorak

Inpeksi : Kadang terlihat retraksi interkosta dan tarikan dinding dada,

biasanya pasien kesulitan saat inspirasi

Palpasi : Fremitus paru yang terinfeksi biasanya lemah

Perkusi : Biasanya saat diperkusi terdapat suara pekak

Auskultasi : Biasanya terdapat bronki

3) Abdomen

Inspeksi : biasanya tampak simetris

33

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Palpasi : biasanya tidak ada pembesaran hepar

Perkusi : biasanya terdapat suara tympani

Auskultasi : biasanya bising usus pasien tidak terdengar

4) Ekremitas

Ekstermitas atas :

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada

edema

Ekstermitas bawah :

Biasanya CRT>3 detik, akral teraba dingin, tampak pucat, tidak ada

edema

i. Pemeriksaan Diagnostik

1) Kultur sputum: Mikobakterium TB positif pada tahap akhir penyakit.

2) Tes Tuberkulin: Mantoux test reaksi positif (area indurasi 10-15 mm

terjadi 48-72 jam).

3) Poto torak: Infiltnasi lesi awal pada area paru atas; pada tahap dini

tampak gambaran bercak-bercak seperti awan dengan batas tidak

jelas; pada kavitas bayangan, berupa cincin; pada klasifikasi tampak

bayangan bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.

4) Bronchografi: untuk melihat kerusakan bronkus atatu kerusakan paru

karena TB paru

5) Darah: peningkatan leukosit dan Laju Endap Darah (LED

6) Spirometri: penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital menurun.

34

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan

respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual atau

potensial) dari individu atau kelompok teman perawat secara legal

mengidentifikasi dan perawat memberikan intervensi secara pasti untuk

menjaga status kesehatan atau untuk mencegah perubahan (Rohmah dan

Walid, 2019). Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul

dengan klien TB Paru adalah sebagai berikut :

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan

secret (D.0001)

b. Defisit nutrisi berhubungan dengan nafsu makan tidak adekuat (D.0019)

c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan jalan nafas tidak efektif

(D.0055)

d. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

(D.011 1)

3. Konsep Intervensi Keperawatan

Tabel 2.1 Konsep Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


No Rasional
Keperawatan (SIKI) (SLKI)
1 Bersihan jalan nafas Jalan Nafas -
tidak efektif 1. Latihan Batuk Efektif Observasi
berhubungan dengan Definisi: kemampuan - Untukmengetahui
penumpukan sekret membersihkan sekret Definisi : melatih sejauh mana
atau obstruksi jalan pasien yang tidak kemampuan batuk
(D.0001) nafas untuk memiliki kemampuan klien
mepertahankan jalan batuk efektif secara - Mengetahui
Definisi : nafas paten Setelah efetif untuk adanya retensi

35

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


ketidakmampuan dilakukan tindakan membersihkan laring, sputum
membersihkan sekret keprawatan trakeadan brounklolus - Mengetahui ada
atau obstruksi jalan diharapkan masalah dari sekret atau benda atau tidaknya
nafas untuk pada jalan nafas dapat asing di jalan nafas. gejala infeksi pada
mempertahankan jalan teratasi dengan kriteria Tindakan : pernafasan
nafas tetap paten. hasil: Observasi Teraupetik
- Jalan nafas paten - Identifikasi - Untuk menjaga
Penyebab: fisiologis - Sekret berkurang kemampuan batuk posisi klien tetap
- Spasme jalan nafas - Frekuensi nafas - Monitor adanya dalam keadaan
- Benda asing dalam dalam batas normal retensi sputum stabil
jalan nafas - Kilen mampu - Monitor tanda dan - Memjaga posisi
- Sekresi yang melakuan Batuk gejala infeksi klien tetap
tertahan efektif dengan benar saluran nafas nyaman
- Proses infeksi - Monitor input dan - Memenuhi
- Respon alergi output cairan kebuthan cairan
Situasional (mis. Jumlah dan klien
- Merokok aktif karakteristik) Edukasi
- Merokok pasif Terapeutik - Memberikan
- Terpajan polutan - Atur posisi semi informasi kepoada
Gejala tanda mayor fowler atau fowler klien dan keluarga
Subjektif :- - Pasang perlak dan - Menjaga pola
Obektif : bengkok di nafas kien tetap
- Batuk tidak efektif pangkuan pasien stabil
- Tidak mampu batuk - Buang sekret pada - Mengeluarkan
- Sputum berlebih tempat sputum dahak
- Mengi,wheezing Edukasi Kolaborasi
dan/atau ronkhi - Jelaskan tujuan - Dilakukan jika
kering dan prosedur diperlukan
- Mekonium di jalan batuk efektif
nafas ( pada - Anjurkan tarik
neonatus ) nafas dalam
Gejala tanda minor melalui hidung
Subjektif : selama 4
- Dispnea detik ,ditahan
- Sulit bicara selama 2 detik,
- Ortopnea kemudian
Objektif : keluarkan dari
- Gelisah mulut dengan
- Sianosis bibir mencucu
- Bunyi nafas ( dibulatkan) 8
menurun detik.
- Frekuensi nafas - Anjurkan
berubah mengulangi tarik
- Pola nafas berubah napas dalam
hingga 3 kali
- Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke - 3

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau

36

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


ekspektoran, jika
perlu

2 Defisit nutrisi Setatus Nutrisi Menejemen Nutrisi Observasi


Berhubungan dengan - Untuk mengetahui
nafsu makan tidak Definisi : keadekuatan Definisi : status nutrisi klien
adekuat asupan nutrisi untuk Mengidentifikasi dan - Untukmengetahui
memenuhi kebutuhan mengelola asupan apakah ada alergi
(D.0019) metabolisme nutrisi yang atau tidak
seimbang - Untuk mengetahui
Definisi : Setelah dilakukan Tindakan betuhuan kalori
Asupan nutrisi tidak tindakan keprawatan Observasi : dan cairan
cukup untuk memenuhi nutrisi dapat terpenuhi - Identifikasi stataus - Untuk mengetahui
kebutuhan dari dengan kreteria hasil nutrisi apakah perlu
metabolisme - Kekuatan otot - Identifikasi alergi dilakukan NGT
mengunyah dan intoleransi - Untukmengontrol
Penyebab : meningkat makanan dan memastikan
- Ketidakmampuan - Kekuatan otot - Identifikasi makanan kecupukan nutrisi
menelan makanan menelan meningkat yang disukai klien
- Ketidakmapuan - Serum albumin - Identifikasi - Mengetahui
mencerna makanan meningkat kebutuhan kalori dan perkembangandan
- Ketidakmampuan - Verbalisasi jenis cairan hasil laboratorium
mengabsorbsi keinganan untuk - Identifikasi klien
nutrien meningkatkan perlunya penggunaan Teraupetik
- Peningkatan nutrisi selang nasogastric - Untukmenjaga
kebutuhan - Pengetahuan untuk - Monitor asupan personal hygne
metabolisme memilih makanan makan makanan - Memfasilitasi
- Faktor ekonomi yang sehat - Monitor berat bedan klien dalam
- Faktor pisikologis meningkat - Monitor hasil pemilihan
Gejala dan tanda mayor - Pengetahun untuk pemeriksaan pedoman diit
: memilih minuman laboraturium - Menjaga asupan
Subjektif : - yang baik Trapeutik : nutrisi yangd
Objektif : meningkat - Lakukan oral ikonsumsi klien
- Berat badan - Pengetahuan hygiene seblum - Memberikan dan
menurun minimal tentang standar makan , jika perlu menjaga
10% dibawah asupan nutrisi yang - Fasilitasi lebutuhan nutrisi
rentang ideal tepat menentukan klien
Gejala dan tanda - Penyiapan dan pedoman diet, Edukasi
minor : penyimpanan (mis.piramida - Menjaga posisi
Subjektif : makanan meningkat makanan ) klien agak tetap
- Cepat kenyang - Sikap terhadap - Sajikan makanan nyaman dan
setelah makan makanan/minuman secara menarik dan tenang
- Kram/nyeri abdomen sesuai dengan suhu yang sesuai - Membantu klien
- Nafsu makan tujuan kesehatan - Berikan makanan dalam
menurun meningkat tinggi serat untuk menentukan
- Perasaan cepat mencegah konstipasi program diet yang
kenyang menurun - Berikan makanan akan dilakukan
- Nyeri abdomen tinggi kalori dan Kolaborasi
menurun tinggi protein - Melakukan
- Rambut rontok - Berikan siplemen kolaborasi jika
menurun makanan ,jika perlu diperlukan
- Diare menurun - Hentikan pemberian

37

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


- Berat badan makanan melalui
membaik selang
- Indek masa tubuh nasogastrikjika
(IMT) membaik asupan oral dapat
- Frekuensi makan ditoleransi
membaik Edukasi
- Bising usus - Anjurkan posisi
membaik duduk, jika mampu
- Tebal lipatan kulit - Ajarkan diet yang di
trisep membaik programkan
- Membrane mukosa Kolaborasi :
membaik - Kolaborasi
pemberian medikasi
sebelum makan
( mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika
perlu
- Kolaborasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan
jumlahkalori dan
jenis nutrien yang di
butuhkan
3 Gangguan pola tidur Pola Tidur Definisi : Dukungan Tidur Observasi
Berhubungan dengan Kedekuatan kualitas - Untuk
jalan nafas tidak efektif dan kuantitas Setelah Definisi : Memfasilitasi mengetahui pola
dilakukan tindakan siklus tidur dan terjaga aktivitas tidur
(D.0055) keprawatan yang teratur Tindakan klien
diharapkan kualitas Observasi : - Untukmengethaui
Definisi : tidur pasien kembali - Identifikasi pola fkator yang
Gangguan kualitas normal dengak aktivitas dan tidur mengganggu
kuantitas waktu tidur kereteria hasil sebagai - Identifikasi faktor tidur klien
akibat faktor eksternal berikut : 1. Keluhan pengganggu tidur - Untuk
sulit tidur menurun / ( fisik dan / atau mengetahui
Penyebab : hilang 2. Keluhan pisikologi) makanan atau
- Hambatan sering terjaga - Identifikasi makanan minuman apa
lingkungan ( mis, menurun/hilang 3. dan minuman yang yang
kelembapan Keluhan tidur tidak mengganggu tidur mengganggu
lingkungan sekitar, puas tidur ( mis. Kopi, the, tidur klien
suhu lingkungan , menurun/hilang 4. alcohol. - Untuk
pencahayaan , Keluhan pola tidur - Makan mendekti mengetahui obat
kebisingan ,bau tidak berubah waktu tidur, minum yang dikonsumsi
sedap, jadwal menurun/hilang 5. banyak air sbelum oleh klien
- Kurang kontrol tidur Keluhan istirahat tidak tidur ) - Teraupetik
- Kurang privasi cukup menurun/hilang - Identifikasi obat tifur - Menciptakan ras
- Restraint fisik 6. Kemampuan yang dikonsumsi anyaman
- Ketiadaan teman beraktivitas meningkat Terapeutik : - Menjaga pola
tidur - Modifikasi istirahat klien
- Tidak familiar lingkungan ( mis. - Membantu klien
dengan peralatan Pencahayaaan,kebisi dalam mengatasi
tidur ngan,sushu,matras, stres jika di alami
Gejala dan tanda mayor dan tempat tidur ) - Menmbantu klien
Subjektif : - Batasi waktu tidur menjadawalkan
- Mengeluh sulit tidur siang jika perlu waktu istirahat
- Mengeluh sering - Fasilitasi agar terkontrol

38

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


terjaga menghilangkan stress - Memberikan raa
- Mengeluh tidak puas sebelum tidur nyman kepada
tidur - Tetapkan jadwal klien
- Mengeluh pola tidur tidur rutin Edukasi
berubah - Lakukan perosedur - Memberikan
- Mengeluh istirahat untuk meningkatan informasi dan
tidak cukup kenyamanan (mkis. wawasan kepada
Objektif :- pijat, pengaturan klien dan
Gejala dan tanda minor posisi, terapi keluarga
Subjektif : akupresur ) - Menjag
- Mengeluh - Sesuaikan jadwal akomitmen
kemampuan pemberian obat dan/ bersaa ma untuk
beraktifitas menurun atau tinjakan untuk menepati
Objektif :- menunjang siklur kebiasaan wkatu
tidur terjaga istirahat
Edukasi :
- Jelaskan tidur cukup
selama sakit
- Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur
- Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang mengganggu
tidur
- Anjurkan
penggunaan obat
tidur yang tidak
mengganggu
supresor terhadap
tidur REM
- Ajarkan faktor-faktor
yang berkontribusi
terhadap gangguan
pola tidur ( mis.
- Pisikologis, gaya
hidup, sering
berubah shift bekerja
)
- Ajarkan relaksasi
otot autogenik atau
cara nonfarmokologi

4 Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Observasi


Berhubungan Eedukasi Kesehatan - Untuk
dengankurangterpapar Definisi : kecukupan mengetahui
informasi informasi kognitif Definisi : mengajarkan kesiapan dan
yang berkaitan dengan mengelola faktor resiko kemapuan klien
(D.0111) topik tertentu Setelah penyakit dan perilaku dalam menerimai
dilakukan tindakan hidup bersih dan sehat. nformasi
Definisi : ketiadaan keprawatan Tindakan - Untuk
atau kurangnya diaharapkan Observasi : mengetahui
informasi kognitif yang pengetahuan dapat - Identifikasi kesiapan faktor yang dapat
berkaitan dengan topik terpenuhi dank lien dan kemampuan meningkatkan

39

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


tertentu. mampu memahami menerima informasi dan menurunkan
tentang kesehatan - Identifikasi faktor- motivasi klien
Penyabab : dengan kriteria hasil : faktor yang dapat Teraupetik
- Keteratasan kognitif - Perilaku sesuai meningkatkan dan - Sebagai media
- Gangguan fungsi enjuran meningkat menurunkan untuk
kognitif - Verbalisasi minat motivasi perilaku menyampaikan
- Kekeliruan dalam belajar hidup bersih dan materi
mengikuti anjuran meningkat sehat. - Untuk
- Kurang terpapar - Kemampuan Terapeutik : memberikan
informasi menjelaskan - Sediakan materi dan kesempatan
- Kurang minat dalam pengetahuan media pendidikan kepada klien
belajar tentang suatu topik kesehatan Jadwalkan dalam
- Kurang mampu meningkat pendidikan kesehatan mengutarakan
mengingat - Kemampuan sesuai kesepakatan ketidaktahuannya
- Ketidaktahuan menggambarkan - Berikan kesempatan Edukasi
menemukan sumber pengalaman untuk bertanya - Memberikan
informasi sebelumnya yang Edukasi : informasi dan
sesuai topik - Jelaskan faktor risiko tambahan
Gejala dan Tanda meningkat yang dapat wawasan kepada
Mayor : - Perilaku sesuai mempengaruhi klien terkait
Subjektif dengan kesehatan materi
- Menanayakan pengetahuan - Ajarkan perilaku - Menjaga prilaku
masalah yang di - Pertanyaan tentang hidup bersih sehat hidupr bersih dan
haadapi masalah yang di - Ajarkan strategi yang sehat klien dan
Objektif : hadapi menurun dapat digunakan keluarga
- Menunjukan - Peresepsi yang untuk meningkatkan
perilaku tidak sesuai keliru terhadap perilaku hidup bersih
anjuran masalah menurun dan sehat
- Menunjukan - Menjalani
persepsi yang keliru pemeriksaan yang
terhadap masalah tidak tepat menurun
- Perilaku membaik
Gejala dan Tanda
Minor
Subjektif : -
Objektif :
- Menjalani
pemeriksaan yang
tidak tepat
- Menunjukan
perilaku berlebihan (
mis. Apatis,
bermusuhan, agitas,
heteria )

3. Implementasi dan Evaluasi

Implementasi adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai

tujuan yang spesifik, Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan

disusun dan berguna untuk memenuhi kebutuhan klien dalam mencapai

40

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


tujuan yang diharapkan secara optimal. Pelaksanaan tindakan keperawatan

harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu

kejadian dalam proses keperawatan. Dokumentasi tindakan keperawatan ini

berguna untuk komunikasi antar tim kesehatan sehingga memungkinkan

pemberian tindakan keperawatan yang berkesinambungan (Nursalam,

2012).

Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan

cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan

tercapai atau tidak (Nursalam, 2012).

C. Studi Literatur

Dalam pelaksanaan penelitian ini mengacu pada studi atau penelitian

sebelumnya yakni penelitian yang dilakukan oleh Rohman pada tahun 2019

dengan judul “Penerapan Terapi Batuk Efektif Dalam Keperawatan Tn.I

Dengan TB Paru di Ruangan Rawat InapParu RSUD Dr. Achmad Mochtar

Bukittinggi Tahun 2019”, dengan hasil analisa kasus pada pasien didapatkan

hasil yaitu ada pengaruh tehnik Batuk efektif terhadap pengeluaran secret pada

pasien TB Paru.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hesti Nuriyahikmawati pada tahun

2020 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami

Tuberkulosis Paru Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Ruang

Teratai RSUD Bangil Pasuruan” dengan hasil berdasarkan Asuhan

Keperawatan ditemukan data subyektif dan data obyektif pada klien 1 dan

41

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


klien 2 menunjukan adanya keluhan ketidakefektifan bersihan jalan nafas.

Klien 1 yaitu Tn N mengeluh batuk berdahak sesak selama 7 hari dengan suara

pernafasan ronchi dan klien 2 yaitu Ny W mengeluh batuk berdahak, sesak

selama 3 hari dengan pernafasan wheezing. Setelah ,dilakukan tindakan

asuhan, keperawatan selama 3x24 jam, didapatkan hasil pada klien 1 keluhan

sesak nafas sudah berkurang dan tidak batuk, sedangkan pada klien 2

didapatkan hasil sedikit sesak dan batuk berkurang. Kesimpulan : Kesimpulan

dari Asuhan Keperawatan pada klien 1 dan klien 2 yang mengalami

Tuberkulosis paru dengan ,ketidakefektifan bersihan jalan nafas yaitu pada

klien 1 dan klien 2 permasalahan keperawatan teratasi sebagian, sehingga

asuhan keperawatan tetap dilanjutkan, Klien tampak kooperatif sehingga dapat

meningkatkan proses penyembuhan.

Penelitian terkait lainnya yang dilakukan oleh Mahmuratul Hasanah

tahun 2022 dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Keluarga “Sdr.W”

Penderita TBC Dengan Masalah Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas”

dengan hasiil menunjukkan bahwa setelah dilakukan pemberian asuhan

keperawatan, penulis mengangkat 1 diagnosa focus yaitu ketidakefektifan

bersihan jalan nafas dimana implementasi diberikan berupa Tindakan

fisioterapi dada dilanjutkan batuk efektif untuk mengeluarkan secret pada

penderita TBC. Kondisi terkait mulai teratasi sebagian dan secret yang

menumpuk sudah berkurang sehingga pernafasan pasien meningkat atau

membaik.

42

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


D. Tinjauan Menurut Al Islam Kemuhammadiyahan

Batuk merupakan suatu reaksi pertahanan tubuh. Dalam hal ini organ

saluran pernafasan yang bereaksi terhadap iritasi di tenggorokan, baik oleh

karena adanya lendir, makanan, debu, asap, dan lain sebagainya. Sedangkan

yang dimaksud dengan bersin adalah keluarnya udara melalui hidung dan

mulut yang terjadi dengan tiba-tiba dan disertai dengan hentakan yang keras.

Menurut isalm, Al-Qur’an dan Sunnah telah memberikan perhatian yang

mendalam terhadap masalah dan kesehatan manusia, baik itu kesehatan badan

dan kesehatan jiwa. Sunnah telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan

yaitu, mengenai masalah kesehatan dan keselamatan manusia dari berbagai

penyakit dan kemampuannya mencapai prestasi dan memberikan konstribusi

usaha melawan berbagai penyakit dan wabah yang selalu menyerang manusia.

Pengobatan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW merupakan sunnah Nabi

serta metode terbaik mengatasi berbagai macam penyakit. Dan hendaklah

manusia berdo’a dan yakin akan ketentuan Allah SWT. Namun pada

kenyataannya, masyarakat masih kurang informasi tentang catatan pengobatan

dalam Islam yang diajarkan Rasulullah SAW yaitu ( Thibbun Nabawi) yang

jauh lebih baik dan halal dibandingkan berbagai pengobatan yang

menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya

Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

Yang artinya: Telah diceritakan kepada kami Muhammad bin Ubaid bin

Utbah bin Abdil Rahman al-Kindi, telah diceritakan pula kepada kami Sa’ad

bin Sulaiman dari Abi Ishaq dari al-Haris dari Ali, Rasulullah saw. Telah

43

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


bersabda: “Sebaik-baikobat adalah Al-Qur’an.(HR. Muslim)

Pada dasarnya Al-Qur’an mengandung isyarat dan sejumlah informasi

tentang perawatan kesehatan Islam. Bahkan terdapat berbagai argumen di

kalangan para ilmuan Islam, akan tetapi esensi makna perawatan kesehatan

masih perlu diungkap secara jelas, agar masyarakat mengetahui tentang terapi

atau perawatan berdasarkan sumber Al-Qur’an dan berdasarkan konsep dan

pemahaman yang benar. Agar terapi-terapi yang dilakukan tidak menyimpang

dari sumber sesungguhnya, perlu adanya pemberian pemahaman kepada

masyarakat, sehingga dapat meredam munculnya praktik pengobatan alternatif

yang keliru dan sesat. Praktik tersebut tentunya memiliki resiko terhadap

penyimpangan akidah. Maka diperlukan penanaman akidah kepada masyarakat

secara kuat.

Untuk mencegah penyakit datang atau tertular, Nabi juga mengajarkan

untuk menjaga kebersihan dan memelihara kesucian (mandi dan berwudhu)

dalam setiap keadaan. Selain menjaga kesucian Nabi juga menganjurkan

memotong kuku dan bersiwak. Nabi bersabda, "Potonglah kuku kalian karena

setan tinggal di balik kuku-kuku yang panjang," tujuan Nabi adalah

menjauhkan setan sebagai musuh bagi manusia juga menghindari kuman-

kuman yang akan merusak kesehatan.

Begitu juga dengan perintah bersiwak, Nabi bersabda "Seandainya tidak

memberatkan umatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak setiap

kali sebelum sholat," hadits ini menyiratkan sejauh mana pentingnya

kebersihan gigi.

44

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


BAB III

LAPORAN KASUS

A. Data Kasus Kelolaan

1. Data Umum Pasien

1. Identitas diri

Nama : Tn.T

Umur : 70 tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Status perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku : Jawa

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tani

Alamat : Labuhan Maringgai

b. Keluarga terdekat yang bisa di hubungi :

Nama : Ny.P

Umur : 44 tahun

Pendidikan :SMP

Hubungan dengan klien :adik

45

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2. Hasil Pengkajian dan Pemeriksaan Fisik

a. Status kesehatan saat ini

1) Alasan Kunjungan

Pasien mengatakan merasa sesak nafas, badan terasa panas, batuk

berdahak sejak seminggu yang lalu, dahak bercampur darah sejak 2

hari yang lalu dan berat badan menurun.

2) Keluhan Saat Pengkajian

Pada saat pengkajian tanggal 17 November 2022 pasien nampak

sesak nafas, RR 26 x/menit, batuk berdahak yang disertai darah sejak

dua hari yang lalu, klien mengatakan dahak susah keluar, klien

mengatkan nafsu makan berkurang, klien juga mengatakan sering

berkeringat dimalam hari dan demam naik turun.

3) Riwayat Kesehatan Yang Lalu

a) Penyakit yang pernah di alami dan pengobatan

Pasien mengatakan dahulunya pasien mempunyai riwayat

penyakit TB Paru pada tahun 2013 dan untuk mengobatinya

pasien dirawat di Rumah Sakit tetapi pada saat itu pasien tidak

mengkonsumsi obat rutin untuk penderita TB Paru.

b) Riwayat Alergi

Pasien mengatakan pasien tidak ada alergi terhadap obat maupun

makanan tertentu.

46

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


c) Kebiasaan Merokok/kopi/obat-obatan/alkohol/lain-lain

Pasien mengatakan klien dulu adalah seorang perokok aktif yang

menghabiskan 2 bungkus rokok dalam sehari bahkan lebih tetapi

sudah sekarang sudah tidak merokok lagi sejak tahun 2015.

Pasien juga mengatakan sering meminum alkohol tetapi sudah

berhenti sejak tahun 2013.

4) Rawatan sebelumnya

Pasien mengatakan pernah dirawat sebelumnya di Rumah Sakit pada

tahun 2013 dengan penyakit yang sama.

5) Genogram keluarga

Gambar 3.1 genogram keluarga

Keterangan:

: laki-laki

: perempuan

: klien (Pasien)
X

47

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Pasien mengatakan orang tuanya sudah meninggal namun kedua

orang tua istrinya masih hidup. Pasien mengatakan memiliki 3 orang

anak yang belum berkeluarga. Tn.T tinggal bersama istri dan anaknya.

Pasien mengatakan istrinya pernah menderita penyakit yang sama

dengan dirinya yaitu TB paru, tetapi pasien mengatakan tidak ada

anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan.

6) Pola aktivitas klien

a) Pola nutrisi dan cairan

Sebelum sakit:

klien mengatakan sebelum sakit frekuensi makan 3-4 x sehari

dengan porsi banyak, minum 7-8 gelas perhari.

Saat sakit:

Klien mengatakan semenjak sakit nasfu makan berkurang, dalam

sehari 2-3 x klien makan dengan porsi sedang dan klien minum 7-

8 gelas dalam sehari

b) Pola eliminasi

Sebelum sakit:

Klien mengatakan sebelum sakit frekuensi BAB 1x sehari teratur

pada pagi hari, warna kuning kecoklatan, konsisten sedang dan

frekuensi BAK 4-5 kali sehari, warna kuning jernih.

Saat sakit:

48

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Klien mengatakan selama sakit BAB 1x namun waktunya tidak

teratur dengan konsistensi sedang dan klien BAK 3-4 x dalam

sehari dengan warna kuning keruh

c) Pola istirahat dan tidur

Sebelum sakit:

Sebelum sakit klien mengatakan waktu tidur 6-7 jam dalam satu

hari, kebiasaan menjelang tidur tidak ada kegiatan lain, sering

mudah terbangun pada malam hari

Saat sakit:

Klien mengatakan selama sakit waktu tidur berkurang, 4-5 jam

dalam satu hari karna sulit untuk tidur.

7) Pola aktivitas latihan

a) Kegiatan dalam pekerjaan : wiraswasta

b) Olahraga : klien mengatakan tidak melakukan olahraga

c) Kegiatan di waktu luang : klien mengatakan berkumpul dengan

keluarga

d) Kesulitan/keluhan yang di alami: klien mengatakan sesak nafas

setelah beraktifitas dan mudah lelah

8) Persepsi diri

a) Hal yang dipikirkan saat ini : Klien mengatakan ingin sembuh

b) Harapan setelah menjalani perawatan : Dapat menjaga kesehatan

dengan baik.

c) Perubahan yang dirasa setelah sakit : Badan terasa lemah

49

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


d) Kesan terhadap perawat : Perawat sangat memperhatikan pasien

dan terima kasih untuk perawat

9) Hubungan komunikasi

a) Bicara jelas, relevan,mampu mengekspresikan dan mampu

mengerti orang lain

b) Tempat tinggal bersama keluarga

c) Kesulitan dalam hubungan keluarga, tidak ada

10) Pertahanan kooping

a) Pengambilan keputusan : dibantu dengan orang lain seperti

keluarga

b) Yang ingin diubah dari kehidupan : pola hidup

c) Yang dilakukan jika stres : pemecahan masalah dan cari

pertolongan

b. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan Umum : Lemah

Tingkat Kesadaran: Compos Mentis

Tekanan darah 120/70 mmHg

Nadi 90 x/menit

Pernafasan 26 x/m

Suhu 37,5 oC

2) Pemeriksaan fisik persistem

a) Sistem penglihatan

50

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Mata simetris, bersih, pergerakan bola mata normal, konjungtiva

tidak anemis, kornea normal, pupil isokor, reaksi terhadap cahaya

positif, ketajaman penglihatan sedikit berkurang, tidak ada

peradangan, menggunakan kaca mata saat dibutuhkan.

b) Sistem pendengaran

Telinga simetris, normal, tidak ada peradangan, tidak ada

kelainan

c) Sistem wicara

Normal dan tidak ada kesulitan berbicara

d) Sistem pernafasan

RR 26 X/m, bentuk dada normal, susuanan ruang tulang belakang

normal, pola nasfas irama teratur, tidak ada gangguan irama

pernafasan, tidak da otot bantunafas, perkusi thorak resonan, tidak

ada alat bantu nafas, vokal fremitus getaran pada punggung sisi

kanan dan sisi kiri sama, suara nafas vesikuler, tidak ada suara

nafas tambahan.

e) Sistem kardiovaskuler

- sirkulasi perifer :

tidak ada pembengkakan jantung.tidak ada distensi vena, nadi

teraba 80x/menit.

- Sirkulasi Jantung :

Bunyi jantung lup dup, detak jantung normal, tidak ada bunyi

jantung tamabahan, tidak ada cianosis,hasil RO menggambarkan

51

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


tidak ada pembengkakan jantung.

3) Sisitem neorologi

a) Tes serebral fungsi :Klien dapat berorientasi dengan tempat,

orang dan waktu, klien dapat berespon dengan baik, klien dapat

berkomunikasi dengan normal, GCS (E =4, M = 6, V = 5).

 Nervus I (Olfaktorius)

Klien dapat membedakan bau kayu putih dan kopi dengan

mata tertutup.

 Nervus II (Optikus)

Klien dapat membaca papan nama perawat dalam jarak 

30 cm. Tidak terdapat penyempitan lapang pandang

 Nervus III (Okulomotorius)

Adanya kontraksi pupil 3 mm bentuk pupil bulat isokor

pada kedua mata.

 Nervus IV (trochlearis)

Pada kedua mata tidak terdapat nistagmus, diplopia dan

deviasi mata.

 Nervus V (Trigeminus)

Mata klien mengedip saat bulu mata disentuh dengan

kapas, klien dapat merasakan usapan pada mata, dahi dan

dagu.

 Nevus VI (Abducend)

52

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Klien mampu menggerakkan mata ke kanan dan ke kiri.

 Nervus VII (Facialis)

Klien dapat membedakan rasa asin dan manis dengan mata

tertutup, bentuk wajah simetris.

 Nervus VIII (Akustikus)

Fungsi pendengaran baik

 Nervus IX (Glosofaringeus)

Reflek menelan klien baik dan dapat membedakan rasa

pahit.

 Nervus X

Uvula klien simetris terlihat ketika klien membuka mulut

dan berkata “ah”.

 Nervus XI

Klien dapat mengangkat bahu dengan melawan tahanan.

 Nervus XII

Bentuk lidah simetris, klien mampu menjulurkan lidah dan

menggerakkannya ke segala arah.

4) sistem pencernaan

Mukosa bibir kering, lidah dan gusi tidak ada stomatitis,pergerakan

lidah baik, jumlah gigi 32 lengkap, tidak ada caries, uvula simetris,

reflek menelan baik. Pada auskultasi bising usus 20 x/ menit, pada

perkusi tympani pada lambung, dullness pada hepar, tidak terdapat

nyeri tekan dan nyeri lepas pada seluruh area abdomen.

53

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5) Sistem Immunology

Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, tidak ada benjolan di

leher.

6) Sistem Endokrin

Nafas tidak berbau keton, tidak ada keluhan.

7) Sistem Urogenital

Tidak terdapat keluhan nyeri pada genito urinaria tidak teraba

pembesaran ginjal, tidak terdengar suara bruits pada arteri renalis,

tidak ada nyeri tekan pada simpisis, tidak terdapat nyeri ketuk pada

perkusi ginjal.

8) Sistem Integumen

Warna rambut sebagian besar putih dan hitam, penyebaran rambut

merata, keadaan kulit kepala bersih, lesi (-), tidak ditemukan

adanya ketombe, rambut bersih dan tertata rapi. Tidak ada nyeri

tekan pada daerah kepala, dan rambut tidak mudah rontok. Warna

kulit sawo matang, kuku tampak bersih dan pendek, kulit tampak

bersih dan tidak lengket. Turgor kulit sedang, akral teraba dingin.

9) Sistem Muskuloskeletal

Pasien tidak mengalami keterbatasan gerak.

10) Sistem Reproduksi

Klien mengatakan tidak mengalami gangguan seksualitas

54

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3. Hasil Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pada tangaal 15 November 2022 di Rumah

Sakit dengan hasil sebagai berikut:

a. Hb : 11,0 g/dl

b. Glukosa : 110 mg/dl

c. Ureum : 20 mg/dl

d. Creatinin : 0,41 mg/dl

e. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan Rontgen Thorak: hasil rotgen tanggal 02 November 2022

cor dalam batas normal , pada paru terdapat gambaran TB paru di Apek

paru dan lobus medium hasil BTA (+) Pemeriksaan sputum : BTA ( + )

4. Analisa Data

Tabel 3.1 Analisa Data

Data Etiologi Masalah Keperawatan


Data Subyektif Penumpukan sekret Bersihan jalan nafas tidak
- Pasien mengatakan batuk berlebih efektif
berdahak
- Pasien mengatakan dahak
yang keluar berwarna
kemerahan karna
bercampur Darah
- Pasien mengatakan susah
untuk mengeluarkan
dahak
- Pasien mengatakan nafas
terasa berat dan sesak

Data Obyektif:
- Pasien tampak batuk
berdahak
- Terdapat pernafasan
cuping hidung
- Pasien tampak susah
untuk mengeluarkan
dahak

55

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


- Auskultasi bunyi nafas
ronkhi
- Nafas pasien cepat dan
dangkal
- Pasien tampak gelisah
- Tekanan darah: 120/60
mmHg
- Nadi 90 x/m
- Suhu 37,5 C
- Pernafasan: 26 x/m

5. Diagnosa Keperawatan Prioritas

Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret

berlebih

6. Rencana Intervensi

Tabel 3.2 Rencana Intervensi

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional


keperawatan (SLKI) (SIKI)
1 Bersihan jalan nafas Jalan Nafas
tidak efektif 1. Latihan Batuk Observasi
Definisi: kemampuan Efektif - Untuk
(D.0001) membersihkan sekret mengetahui
atau obstruksi jalan Definisi : sejauh mana
Definisi : nafas untuk melatih pasien kemampuan
ketidakmampuan mepertahankan jalan yang tidak batuk klien
membersihkan sekret nafas paten Setelah memiliki - Mengetahui
atau obstruksi jalan dilakukan tindakan kemampuan adanya retensi
nafas untuk keprawatan batuk efektif sputum
mempertahankan jalan diharapkan masalah secara efetif - Mengetahui
nafas tetap paten. pada jalan nafas dapat untuk ada atau
teratasi dengan kriteria membersihkan tidaknya
Penyebab: fisiologis hasil: laring, gejala infeksi
- Spasme jalan nafas - Jalan nafas paten trakeadan pada
- Benda asing dalam - Sekret berkurang brounklolus pernafasan
jalan nafas - Frekuensi nafas dari sekret atau Teraupetik
- Sekresi yang dalam batas normal benda asing di - Untuk
tertahan - Kilen mampu jalan nafas. menjaga posisi
- Proses infeksi melakuan Batuk Tindakan : klien tetap
- Respon alergi efektif dengan benar Observasi dalam keadaan
Situasional - Identifikasi stabil
- Merokok aktif kemampua - Memjaga
- Merokok pasif n batuk posisi klien
- Terpajan polutan - Monitor tetap nyaman
Gejala tanda mayor adanya - Memenuhi

56

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Subjektif :- retensi kebuthan
Obektif : sputum cairan klien
- Batuk tidak efektif - Monitor Edukasi
- Tidak mampu batuk tanda dan - Memberikan
- Sputum berlebih gejala informasi
- Mengi,wheezing infeksi kepoada klien
dan/atau ronkhi saluran dan keluarga
kering nafas - Menjaga pola
- Mekonium di jalan - Monitor nafas kien
nafas ( pada input dan tetap stabil
neonatus ) output - Mengeluarkan
Gejala tanda minor cairan (mis. dahak
Subjektif : Jumlah dan Kolaborasi
- Dispnea karakteristi - Dilakukan jika
- Sulit bicara k) diperlukan
- Ortopnea Terapeutik
Objektif : - Atur posisi
- Gelisah semi fowler
- Sianosis atau fowler
- Bunyi nafas - Pasang
menurun perlak dan
- Frekuensi nafas bengkok di
berubah pangkuan
- Pola nafas berubah pasien
- Buang
sekret pada
tempat
sputum
Edukasi
- Jelaskan
tujuan dan
prosedur
batuk
efektif
- Anjurkan
tarik nafas
dalam
melalui
hidung
selama 4
detik ,ditah
an selama 2
detik,
kemudian
keluarkan
dari mulut
dengan
bibir
mencucu
( dibulatkan
) 8 detik.
- Anjurkan
mengulangi
tarik napas
dalam

57

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


hingga 3
kali
- Anjurkan
batuk
dengan
kuat
langsung
setelah
tarik napas
dalam yang
ke - 3

Kolaborasi
- Kolaborasi
pemberian
mukolitik
atau
ekspektora
n, jika perlu

7. Hasil Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.3 Hasi Implementasi dan Evaluasi

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi


1 Bersihan jalan 17 - Memonitor status S:
nafas b.d November respirasi: ventilasi - Klien mengatakan batuk
penumpukan 2022 - Mengajurkan pasien berdahak
sekret berlebih minum air hangat - Klien mengatakan batuk
- Mengatur Posisi Semi disertai dengan bercak
Fowler darah sejak 2 hari yang
- Mengajarkan tehnik lalu
batuk efektif - Klien mengatakan nafas
- Memberikan terapi terasa berat
Oksigenasi nasal kanul
3 liter/menit O:
- Klien terdengar batuk
berdahak
- Terdapat pernafasan
cuping hidung
- Klien tampak sesak
- Tekanan Darah: 120/60
mmHg
- Nadi: 89 x/m
- Suhu : 37,5 C
- Pernafasan 26 x/m

A:
- Masalah bersihan jalan
nafas belum teratasi

P:

58

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


- Intervensi dilanjutkan
18 - Memonitor status S:
November respirasi: ventilasi - Klien mengtakan masih
2022 - Mengajurkan pasien batuk berdahak
minum air hangat - Klien mengatakan nafas
- Mengatur Posisi Semi terasa berat sudah
Fowler berkurang
- Mengajarkan tehnik
batuk efektif O:
- Memberikan terapi - Klien masih terdengar
Oksigenasi nasal kanul batuk berdahak
3 liter/menit - Klien tampak lebih segar
- Tekanan Darah 120/60
mmHg
- Nadi 89 x/m
- Suhu 36,6 C
- Pernafasan 24 x/m

A:
- Masalah bersihan jalan
nafas teratasi sebagian

P:
- Intervensi dilanjutkan

19 - Memonitor status S:
November respirasi: ventilasi - Klien mengtakan batuk
2022 - Mengajurkan pasien berdahak
minum air hangat - Klien mengatakan nafas
- Mengatur Posisi Semi berat atau sesak sudah
Fowler berkurang
- Mengajarkan tehnik
batuk efektif O:
Memberikan terapi - Klien masih terdengar
Oksigenasi nasal kanul 3 batuk berdahak
liter/menit - Tidak terdapat pernafasan
cuping hidung
- Klien tampak lebih
tenang
- Tekanan Darah 120/60
mmHg
- Nadi 89 x/m
- Suhu 36,6 C
- Pernafasan 21 x/m

A:
- Masalah bersihan jalan
nafas teratasi sebagian

P:
- Intervensi dilanjutkan

59

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


B. Data Senjang Pada Kasus

Tabel 3.4 Data Senjang Pada Kasus

Data Subyektif Data Obyektif


- Pasien mengatakan batuk berdahak - Pasien saat batuk terlihat berdahak
- Pasien mengatakan dahak yang keluar - Terdapat pernafasan cuping hidung
berwarna kemerahan karna bercampur - Pasien tampak susah untuk
Darah mengeluarkan dahak dan saat keluar
- Pasien mengatakn susah untuk terdapat darah pada dahak di tisu yang
mengeluarkan dahak pasien gunakan
- Pasien mengatakan sesak nafas - Auskultasi bunyi nafas ronkhi
- Pasien mengatakan badan terasa letih - Terdapat penggunaan otot bantu nafas
- Klien mengatakan nafsu makan berkurang - Pasien tampak gelisah
- Pasien mengatakan hanya mampu - Nafas pasien cepat dan dangkal
menghabiskan 3-4 sendok makan saja - Tekanan Darah : 120/60 mmHg
- Pasien mengatakan susah tidur dimalam - Nadi 89 x/m
hari - Suhu 36,6 C
- Klien mengatakan sering terbangun - Pernafasan 26 x/m
dimalam hari karena batuk-batuk - Pasien tampak hanya mampu
- Pasien mengatakan tidurnya kurang menghabiskan 3-4 sendok dari porsi
nyenyak karena sesak nafas makannya
- Pasien mengatakan tidak segar saat - Pasien tampak pucat
bangun di pagi hari - Pasien tampak lemah
- Pasien mengatakan tidak mengerti dengan - HB: 11,0
penyakit yang dialami - Pasien tampak lebih sering tidur di
- Pasien mengatakan bingung bertanya tempat tidur
penyakitnya - Pasien tidak banyak melakukan kegiatan
maupun berjalan
- Pasien tampak lesu
- Pasien tampak tidak segar

BAB IV

60

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


PEMBAHASAN

A. Gambaran Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di desa Karya Tani Lampung Timur pada tahun

2022. Desa Kara Tani merupakan salah satu desa di wilayah lampung timur

dengan luas wilayah berkisar antara 1280 ha dan dengan jumlah penduduk

6081 jiwa. Desa Karya Tani terdiri dari 8 dusun dan 27 RT. Pengkajian

dilakukan di rumah klien dengan prosedur dalam melakukan asuhan sesuai

dengan Standar prosedur yang telah ditetapkan dari puskesmas wilayah desa

Karya Tani.

Keadaan sekitar lingkungan rumah klien Tn.T adalah daerah padat

penduduk dengan kelistrikan dan transportasi yang sudah baik dan layak.

Akses dari rumah klien dengan fasilitas kesehatan terjangkau, sehingga hal ini

memudahkan klien dan keluarga untuk melakukan pemeriksaan ketika

menghadapi masalah kesehatan.

Kondisi rumah klien termasuk dalam kategori sedang, dengan lantai

semen dan dinding permanen. Rumah klien terdiri dari 5 ruangan, diantaranya

2 kamar, 1 ruang tamu, 1 dapur dan 1 kamar mandi. Kondisi ventilasi dalam

rumah klien termasuk dalam kategori sedang, terdapat kolam dan tempat

limbah pembuangan sampah.

B. Analisis Asuhan Keperawatan

61

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


1. Analisis Data Pengkajian

Pada saat pengkajian pada Tn.T didapatkan hasil bahwa Tn.T

mengalami batuk berdahak lebih dari 1 minggu yang disertai dengan bercak

darah mulai sejak 2 hari yang lalu, klien mengatakan dahak terasa lengket di

tenggorokan sehingga susah keluar dan merasa berat saat bernafas atau

sesak saat bernafas. Dari hasil pengkajian riwayat penyakit terdahulu, klien

mengatakan sebelumnya menderita penyakit TB Paru yakni pada tahun

2013 tetapi saat itu tidak mengkonsumsi obat secara rutin. Hasil

pemeriksaan fisik di dapatkan pasien tampak susah mengeluarkan dahak dan

saat keluar terdapat darah pada dahak di tisu yang klien gunakan, nafas

cepat 26 x/m, klien tampak pucat.

Hal ini sejalan dengan teori yakni salah satu ciri dari penderita TB

paru yaitu batuk berdahak, karena meningkatnya sekresi mucus..

Peningkatan sekresi mucus terjadi akibat infeksi oleh bakteri

Mycobacterium tuberculosis. Pada pasien TB paru sering kali mengalami

batuk yang tidak efektif , penyebabkan adalah pasien belum mengetahui

batuk yang efektif, dahak atau sekret yang terlalu banyak dan kental, serta

kondisi pasien yang lemah sehingga pada saat batuk pasien mudah merasa

lelah. Masalah keperawatan yang umum terjadi pada pasien tuberkulosis

paru adalah bersihan jalan nafas tidak efektif (Harif Fadhillah dkk,2016).

2. Analisis Diagnosa Keperawatan

62

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Berdasarkan kasus ini, penulis membandingkan antara diagnosa yang

terdapat pada teori dengan yang ditegakkan pada studi kasus dilapangan.

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menggambarkan

respon manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi

aktual/potensial) dari individu atau kelompok agar dapat memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk

mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan. (Budiono, 2015).

Masalah keperawatan yang muncul pada Tn.T yakni bersihan jalan

nafas tidak efektif yang berhubungan dengan penumpukan sekret berlebih,

ditandai dengan klien tampak sesak nafas.

3. Analisis Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan asuhan yang perawat

lakukan atas nama klien. Tindakan ini termasuk intervensi yang di prakarsai

oleh perawat, dokter atau intervensi kolaboratif. Dalam menyusun rencana

tindakan keperawatan kepada klien berdasarkan prioritas masalah yang

ditemukan tidak semua rencana tindakan pada teori dapat ditegakkan pada

tinjauan kasus. Karena tindakan pada tinjauan kasus disesuaikan dengan

keluhan dan keadaaan klien pada saat pengkajian. (Mc.Closky &

Bulecheck,2013)

Berdasarkan intervesi pada teori dan studi kasus yang penulis temukan

dilapangan. Dimana penulis menambahkan intervensi lain yang dibutuhkan

melihat keluhan pada pasien dilapangan.

63

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Pada masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif yang

ditandai dengan sesak nafas, maka rencana keperawatan yang dilakukan

adalah latihan batuk efektif dengan tindakan identifikasi kemampuan batuk,

monitor adanya retensi sputum, monitor tanda dan gejala infeksi saluran

nafas, monitor input dan output cairan (mis. Jumlah dan karakteristik), atur

posisi semi fowler atau fowler, pasang perlak dan bengkok di pangkuan

pasien, buang sekret pada tempat sputum, jelaskan tujuan dan prosedur

batuk efektif, anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama 4

detik ,ditahan selama 2 detik, kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir

mencucu ( dibulatkan) 8 detik., anjurkan mengulangi tarik napas dalam

hingga 3 kali, anjurkan batuk dengan kuat langsung setelah tarik napas

dalam yang ke-3 dan kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika

perlu.

4. Analisis Implementasi dan Evaluasi

a. Implementasi

Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang

dilakukan oleh perawat maupun tenaga medis lain untuk membantu

pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan serta masalah

kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam

rencana keperawatan.(Nursalam,2012)

Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan

melakukan rencana tersebut data bentuk nyata. Terlebih dahulu penulis

64

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


menulis strategi agar tindakan keperawatan dapat terlaksana, yang

dimulai dengan melakukan pendekatan pada klien dan keluarga agar

nantinya klien mau melaksanakan apa yang perawat anjurkan, sehingga

selurun rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan

masalah yang diahdapi klien.

Untuk masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif

dilakukan tindakan memonitor status respirasi ventilasi, mengajurkan

pasien minum air hangat, mengatur Posisi Semi Fowler, mengajarkan

tehnik batuk efektif.

b. Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan.

Evaluasi meliputi evaluasi hasil dan evaluasi proses. Pada kasus ini

menunjukkan bahwa adanya kemahuan atau keberhasilan dalam

mengatasi masalah keperwatan pada klien. Pada kasus yang dialami

oleh Tn.T dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan

sebagai metode pemecahan masalah yakni dengan penerapan terapi

batuk efektif.

Hasil evaluasi akhir yang dilakakuan pada tanggal 17-19

November 2022 dari diagnosa keperawatan yang ditemukan dalam

kasus menunjukkan bahwa terdapat masalah keperawatan bersihan

jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian yang ditandai dengan sesak

nafas sudah berkurang, penafasan dalam batas normal 21 x/m dan

pasien tampak lebih tenang.

65

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Hal ini sesuai dengan standar intervensi keperawatan indonesia

yang dilakukan yakni dengan memberikan penerapan terapi batuk

efektif. Tindakan terapi batuk efektif ini dapat dibantu dengan tindakan

inhalasi sederhana sebelum dilakukannya teknik batuk efektif dan

edukasi pasien agar minum air hangat yang banyak setiap harinya

dimana tindakan ini dapat membantu mengatasi masalah keperawatan

yaitu bersihan jalan nafas dalam pengeluaran sputum.

Menurut peniliti bahwa batuk efektif untuk batuk dengan benar

dapat menghasilkan produksi dahak yang maksimal serta manfaat

lainnya. menghentikan energi. Batuk efektif membantu

mendistribusikan volume dahak lebih merata. Ini karena teknik batuk

yang efektif dapat membantu membersihkan jalan napas yang tidak

efisien, metode yang sangat baik untuk pembentukan dahak. yang

membuka diafragma pada paru-paru untuk membuka jalan nafas dan

memperlancar pengeluaran dahak secara maksimal.

Hasil Penelitian ini dibuktikan dalam penelitian (Usman,2018)

menunjukkan bahwa teknik batuk efektif terbukti dapat membantu

mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak efektif terhadap pasien

TB Paru dengan masalah bersihan jalan nafas tidak efektif dengan

kriteria hasil kepatenan jalan nafas ditandai dengan frekuensi nafas

normal, irama nafas teratur, tidak ada suara nafas tambahan, dan pasien

mampu mengeluarkan sputum. (Zainita,2019).

66

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Hasil penelitian ini bahwa tindakan batuk efektif dalam

mengeluarkan sputum sehingga jalan nafas bersih meskipundengan

responden yang berbeda, dan dapat disimpulkan bahwa latihan batuk

efektif sangat efektif dalam masalah Bersihan Jalan Nafas tidak efektif.

Penelitian yang dilakukan oleh (Tahir, Imalia, dan

Muhsinah,2019) menyebutkan bahwa teknik batuk efektif dapat

membantu mengatasi bersihan jalan nafas sehingga jalan nafas menjadi

paten. Kepatenan jalan nafas yang terdiri dari empat kriteria hasil yaitu

frekuensi nafas, irama nafas, suara nafas, dan kemampuan

mengeluarkan sputum. Penelitian yang serupa juga menunjukkan

bahwa batuk efektif dinilai berhasil sebagai penatalaksanaan

ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada pasien TB paru.

C. Analisis Inovasi Produk

Intervensi keperawatan pada masalah bersihan jalan nafas yang

ditimbulkan oleh adanya penumpukan sekret berlebih adalah dengan

pemberian terapi batuk efektif sebagai tindakan inovasi untuk meringankan

masalah keperawatn ang dialami oleh klien Tn.T.

Terdapat perbedaan hasil pemeriksaan dan kondisi klien sebelu dan

setelah dilakukan terapi batuk efeltif. Setelah dilakukan intervensi terapi batuk

efektif pasien tampak lebih tennag, sesak nafas berkurang, pernafasan 23 x/m.

Dimana sebelum dilakukan intervensi tersebut klien tampak sesak, lemah dan

pernafasan cepa 26 x/m.

67

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Berdasarkan hasild ari intervensi yang telah dilakukan yakni terapi batuk

efektif yang dilakukan secara langsung dengan memandu klien dalam

melakukan terapi batuk efektif dan menjelaskan prosedur serta manfaat melalui

pendidikan kesehatan secara langsung kepada klien dan keluarga, dengan

begitu klien lebih faham dan meakukan terapi batuk efektif sehingga

menghasilkan perubahan yang signifikan dalam amsalah keperawtan yang

dialami yakni bersihan jalan nafas tidak efektif menjadi jalan nafas efektif.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang menunjukkan bahwa teknik batuk

efektif terbukti dapat membantu mengatasi masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif terhadap pasien TB Paru dengan masalah bersihan jalan nafas tidak

efektif dengan kriteria hasil kepatenan jalan nafas 49 ditandai dengan frekuensi

nafas normal, irama nafas teratur, tidak ada suara nafas tambahan, dan pasien

mampu mengeluarkan sputum. (Zainita,2019).

Hasil penelitian ini bahwa tindakan batuk efektif dalam mengeluarkan

sputum sehingga jalan nafas bersih meskipundengan responden yang berbeda,

dan dapat disimpulkan bahwa latihan batuk efektif sangat efektif dalam

masalah Bersihan Jalan Nafas tidak efektif

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

68

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


Dari uraian pada BAB sebelumnya maka dapat mengambil kesimpulan :

1. Pada data hasil pengkajian dilakukan dengan mengumpulkan data subjektif

& objektif pada pasien dengan TB Paru. Pengkajian asuhan keperawatan

pada pasien Tn.T dengan TB paru dapat dilakukan dengan baik dan tidak

mengalami kesulitan dalam mengumpulkan data dan sesuai dengan konsep

teori yang ada.

2. Diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien Tn.T dengan TB

paru pada asuhan keperawatan pasien Tn.T yakni dengan diagnosa bersihan

jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan sekret berlebih.

3. Intervensi yang diberikan sesuai dengan standar menggunakan Standar

Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) dan semua intervensi telah dapat

diterapkan dengan inovasi pada intervensi masalah keperawatan bersihan

jalan nafas tidak efektif.

4. Implementasi inovasi yang dilakukan pada kasus kelolaan sesuai dengan

intervensi yang ditetapkan yakni dengan pemberian terapi batuk efektif

dalam upaya mengatasi bersihan jalan nafas tidak efektif yang dialami oleh

klien Tn.T.

5. Evaluasi yang didapatkan dari hasil implementasi inovasi didapatkan hasil

bahwa klien Tn.T dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak

efektif yang berhubungan dengan penumpukan sekret berlebih mengalami

perubahan setelah dilakukan pemberian terapi batuk efektif, sehingga klien

tampak lebih nyaman, sesak berkurang dan pernafasan dalam batas normal

23 x/m.

69

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


B. Saran

1. Bagi Perawat

Hasil karya ilmiah akhir ners ini dapat memberikan manfaat bagi pelayanan

keperawatan dengan memberikan gambaran dan mengaplikasikan acuan

dalam melakukan asuhan keperawatan pasien dengan Gangguan Sistem

Pernafasan yakni TB Paru.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat digunakan sebagai bahan untuk pelaksannan pendidikan serta

masukan dan perbandingan untuk karya ilmiah lebih lanjut asuhan

keperawatan pasien dengan Gangguan Sistem Pernafasan yakni TB Paru.

3. Bagi Pasien dan Keluarga

Pasien dan keluarga mendapatkan informasi dan pengetahuan tentang

Asuhan Keperawatan Pada klien Dengan Gangguan Sistem Pernafasan

yakni TB Paru.

4. Bagi Mahasiswa

Dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang lebih mendalam

dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan

Gangguan Sistem Pernafasan yakni TB Paru.

70

Universitas Muhammadiyah Pringsewu Lampung


DAFTAR PUSTAKA

Ariasti, D., & Aminingsih, S.,2014.”Pengaruh Pemberian Fisioterapi Dada


Terhadap Kebersihan Jalan Napas Pada Pasien Ispa Di Desa Pucung
Eromoko Wonogiri”. Kosala: Jurnal Ilmu Kesehatan,

Budiono & Pertami, Sumirah Budi.,2015.”Konsep Dasar Keperawatan”. Jakarta:


Bumi Medika

Danusantoso H.,2013. “Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, Ed 2”. Jakarta:Penerbit.

Dinas Kesehatan Bandar Lampung, 2018

Dinas Kesehatan Bandar Lampung, 2019

Fadhillah, Harif., dkk.2016.”Standar Diagnosis Keparawatan Indonesia Definisi


dan Indikator Diagnostik”. Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

Ginanjar, G.,2012.”TBC Pada Anak. Edisi Pertama”. Jakarta: Dian Rakyat.

Hartini T, Sarumpaet SM, Rasmaliah .,2014.” Karakteristik penderita


tuberkulosis paru BTA positif dan hasil pengobatannya di Poli Paru RSUD
Deli Serdang tahun 2011-2012. Gizi”, Kesehatan Reproduksi dan
Epidemiologi

Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia.,2018. Jakarta: Kementrian Kesehatan


RI.

Kementerian Kesehatan RI.,2012.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Mc.Closky & Bulecheck.,2013.”Nursing Intervention Classification (NIC). 6th


edn”. Jakarta: Elsevier

Nursalam.,2012. “Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan


Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jilid I”.
Jakarta : Salemba Medika.

Permata sari, et al.,2019.” Hubungan dukungan keluarga dengan harga diri Pada
klien tuberkulosis di wilayah kerja Puskesmas sungai bilu Kota
banjarmasin”. Program Studi Sarjana Keperawatan, Universitas Sari Mulia

Prihanti, G.S., Sulistiyawati, & Rahmawati, I.,2015.”Analisis Faktor Risiko


Kejadian Tuberkulosis Paru”.
Profil Desa Karya Tani,Lampung Timur Tahun 2021

Rosyidi, K., & Wulansari, N. D.,2013.” Prosedur Praktik Keperawatan Jilid 1”.
Cv. Trans Info Media.

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G.,2013.”Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah”.


Brunner & Suddarth, edisi 8. Jakarta : EGC

Sudoyo, Aru W, dkk.,2012.”Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I Edisi VI”.
Jakarta: Interna Publishing; 2014.

Tahir R, Dhea Sry A & Sitti Muhsinah.,2019.”Fisioterapi Dada dan Batuk Efektif
sebagai penatalaksanaan ketidakefektifan bersihan jalan nafas pada psien
TB Paru di RSUD Kota Kendri”. Jurnal

Tim Pokja SDKI DPP PPNI.,2016.” Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia


(SDKI), Edisi 1”, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI.,2018.” Standar Intervensi Keperawatan Indonesia


(SIKI), Edisi 1”, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.,2018.” Standar Luaran Keperawatan Indonesia


(SLKI), Edisi 1”, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tri Utami.,2020.”Studi Literatur Teknik Batuk Efektif Pada Klien Tuberkulosis


Tahun 2020”.

urarif, A. H., & Kusuma, H.,2015. “Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan.


Diagnosa dan Nanda NIC NOC Jilid 1”. Jogjakarta: Mediaction

Usman, R. D., & Bau, A. S.,2018.” Gambaran Penerapan Latihan Batuk Efektif
Terhadap Kemampuan Batuk Pada Pasien Tb Paru Di Rsud Bahteramas
Provinsi Sulawesi Tenggara”. Poltekkes Kemenkes Kendari

Wardhani RA. Patogenesis.,2013.”Diagnosis dan Klasifikasi Tuberkulosis”.

Widyanto., Faisaldo, C.,&Triwibowo.,2013.”Trend Disease”.Jakarta: CV Trans


Info Media

World Health Organization (WHO).,2015.Global Tuberculosis Report. Geneva:


WHO.

Zainita, A. P., & Ekwantini, R. D.,2019.”Penerapan Batuk Efektif Dalam


Mengeluarkan Sekret Pada Pasien Tuberkulosis Dalam Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi Di Keluarga”. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta
LAMPIRAN

LEMBAR INFORMED CONSENT

(PERSETUJUAN RESPONDEN)

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :........................................................................

Umur : ........................................................................

Pekerjaan : ........................................................................

Alamat : ........................................................................

Setelah mendapat keterangan dari peneliti serta mengetahui manfaat dari


penelitian yang berjudul “Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Pada Pasien TB
Paru Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Dengan
Inovasi Penerapan Terapi Batuk Efektif Tahun 2022”.
Dengan ini saya menyatakan (Bersedia / Tidak bersedia) diikut sertakan dalam
peneitian ini.

Lampung Timur, ....................2022


Responden

(...................................................)
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai