DISUSUN OLEH :
RATNADEWI
NIM. P17324414023
ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PERNYATAAN ORISINALITAS
NIM : P17324414023
Tanda Tangan :
Tanggal :
iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
Disusun oleh :
RATNA DEWI
NIM. P17324414023
Mengetahui
Ketua Program Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung
v
KATA PENGANTAR
Muhammad SAW.
Sejati Kabupaten Purwakarta” ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
Kemenkes Bandung.
2. Ibu Dr. Jundra Darwanty S.ST, M.Pd selaku ketua Prodi Kebidanan
Karawang.
vi
5. Ibu Mardianti S.SiT, M.Kesselaku Penguji II Laporan Tugas Akhir
7. Ibu Neneng Maryamah S.ST, M.Kes selaku Kepala Klinik dan Rumah
menjadi klien.
10. Kepada umi tercinta Hj. Nuraeni dan abah tersayang H.Hidayat
Friany, Meirina, Iis R, Hasanah, Fonta, Desi Dwi, Rizqa dan rekan-
Tugas Akhir ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
Ratna Dewi
vii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LAPORAN TUGAS AKHIR, JUNI 2017
ABSTRAK
Latar Belakang: Bibir sumbing dan celah palatum merupakan kelainan
kongenital yang paling sering ditemukan di daerah kepala dan leher. Insidens
bibir sumbing dengan atau tanpa celah palatum bervariasi berdasarkan etnis, dari
1000 kelahiran didapatkan pada etnis Indian 3,6, etnis Asia 2,1, etnis kulit putih
1,0, dan etnis kulit hitam 0,41.
Tujuan: Untuk mengetahui asuhan kebidanan pada yang kasus bayi baru lahir
dengan labiopalatoskizis.
Metode Penelitian: Secara observasional dengan teknik pengambilan data
melalui wawancara, observasi secara langsung dan studi dokumentasi rekam
medik Klinik dan RB Sejati.
Simpulan: Penatalaksaan asuhan kebidanan pada Bayi sudah tepat dan tidak ada
kesenjangan pada penatalaksanaan.
Saran: Diharapkan bidan dapatmeningkatkankualitas asuhan kebidanan pada bayi
dengan labiopalatoskizis.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
BAB I .................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
BAB II ................................................................................................................... 5
2.4 Patofisiologi................................................................................................ 11
2.6 Penatalaksanaan.......................................................................................... 13
BAB III.................................................................................................................. 23
PEMBAHASAN ................................................................................................... 23
ix
3.1 Antenatal Care ............................................................................................ 27
BAB IV ................................................................................................................. 36
KESIMPULAN ..................................................................................................... 36
LAMPIRAN
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian bayi.
ini ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
salah satunya yaitu menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Berdasarkan SDKI tahun 2012,
AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan lima
kelahiran hidup. Dengan penyebab langsung kematian bayi adalah Berat Bayi
2012).
tahun 2003 menunjukkan bahwa AKI Provinsi Jawa Barat sebesar 321,15 per
1
kelahiran hidup), tertinggi terdapat di Kabupaten Sukabumi dan Cirebon dan
tahun 2012 sebanyak 4.803 dari 931.906 kelahiran hidup, 5 besar Kabupaten
Pada tahun yang sama,150 bayi dan balita meninggal dengan rincian 108
kasus kematiaan bayi neonatal (baru lahir), 30 kasus kematian bayi dan 12
kasus kematian balita. AKI dan AKB di purwakarta dalam kurun waktu
paling sering ditemukan di daerah kepala dan leher. Insidens bibir sumbing
dengan atau tanpa celah palatum bervariasi berdasarkan etnis, dari 1000
kelahiran didapatkan pada etnis Indian 3,6, etnis Asia 2,1, etnis kulit putih
2
Setiap tahun, diperkirakan 700-10.000 bayi lahir dengan keadaan bibir
berkembang, bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.
Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga, infeksi virus pada
ibu hamil trimester I. Jika tidak diobati akan terjadi kesulitan dalam berbicara
pada anak.
2012 sampai dengan tahun 2016 tidak terdapat kasus kematian bayi yang
terjadi. Dan angka kejadian Labiopalatoskizis terjadi pada tahun 2015 dan
1.2 Tujuan
1.2.2.1 Untuk mengkaji deteksi dini yang dilakukan oleh bidan pada masa
1.2.2.2 Untuk mengkaji penanganan awal yang dilakukan oleh bidan terhadap
Sejati.
3
1.2.2.3 Untuk mengetahui sistem rujukan yang dilakukan oleh bidan terhadap bayi
1.3 Manfaat
Diharapkan dengan adanya observasi ini dapat menjadi masukan dan studi
4
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Definisi
medial yang dilikuti disrupsi kedua bibir, rahang dan palatum anterior.
fusi palatum pada garis tengah dan kegagalan fusi dengan septum nasi.
Cacat ini dapat terjadi unilateral atau bilateral. Karena sangat sering
Celah palatum dapat mengenai palatum durum, palatum mole, atau keduanya.
Sebagian cacat akan terjadi hingga batas alveolar dan sebagian mengenai
periksa menggunakan sumber cahaya yang baik, bukan dengan palpasi jari.
dari 1000 kelahiran. Kelainan bawaan ini berkaitan dengan riwayat keluarga,
yaitu kelainan kotak palatine (bagian depan serta samping muka serta langit-
Celah bibir dan celah palatum insiden bibir sumbing yang terjadi sebagai
deformitas tunggal adalah sebanyak 1,3 dalam 1000. Bibir sumbing dengan
5
atau tanpa celah pada langit lebih sering dijumpai pada laki-laki, sementara
abnormalitas kromosom.
2.3. Etiologi
diketahui dengan jelas. Selain itu dikenal dengan beberapa syndrom atau
6
Berbagai macam penyebab dikaitkan dengan kelainan bibir sumbing
dengan atau tanpa celah palatum. Kelainan bibir sumbing dan celah palatum
Sumbing bibir terjadi akibat tonjolan nasal media gagal menyatu dengan
tonjolan maksila (keduanya merupakan pembentuk bibir atas), baik pada satu
sisi (sumbing bibir unilateral) maupun kedua sisi (sumbing bibir bilateral).
Keduanya menyebabkan otot bibir tidak dalam satu kesatuan otot, sehingga
kasus anomali kraniofasial kongenital yang paling sering dalam bidang bedah
plastik.
normal, palatum dapat dibagi menjadi hard palate dan soft palate. Hard
bagian posterior menjadi dasar kavum nasi. Soft palate berguna dalam fungsi
bicara normal, selain itu juga berkaitan dengan fungsi tuba eustachius.
kromosom (trysomit 13, 18, atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing
7
syndrom pierrerobin, penyebab non sindromik clefts dapat bersifat
yang mempengaruhi. Dimana dapat terjadi karena adanya mutasi gen ataupun
yang terdiri dari 22 pasang kromosom non-sex (kromosom 1 s/d 22) dan 1
Pada penderita bibir sumbing terjadi Trisomi 13 atau Sindroma Patau dimana
ada 3 untai kromosom 13 pada setiap sel penderita, sehingga jumlah total
kromosom pada tiap selnya adalah 47. Jika terjadi hal seperti ini selain
perkembangan otak, jantung, dan ginjal. Namun kelainan ini sangat jarang
2. Kurang Nutrisi contohnya defisiensi Zn dan B6, vitamin C pada waktu hamil,
kekuranganasam folat.
3. Radiasi
5. Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi janin contohnya seperti infeksi
8
8. Diplasia ektodermal
10. Beberapa syndromik cleft adalah sumbing yang terjadi pada kelainan
kromosom (trysomit 13, 18 atau 21) mutasi genetik atau kejadian sumbing
syndrome peirrerobin.
4. Orang tua yang sebelumnya tidak memiliki riwayat sumbing, memiliki resiko
9
5. Orang tua tanpa sumbing yang memiliki 1 anak sumbing bibir/palatum
6. Bila salah satu orang tua dan satu anak memiliki sumbing, resiko meningkat
Masalah terbesar bagi bayi ini pada awalnya adalah pemberian susu. Jika
cacat terbatas pada bibir sumbing unilateral, ibu yang telah memutuskan
tambahan, yaitu celah palatum, merencanakan agar bayi dapat dipasang pelat
(Myles Buku Ajar Bidan, 2003). Gangguan bicara. Umumnya suara akan
pengeluaran udara melalui hidung serta kualitas hipernasal jika dibuat suara-
dan faring. Otot-otot langit lunak serta dinding-dinding lateral dan posterior
dari orofaring pada saat menelan dan pasa waktu menghasilkan suara-suara
tertentu. Jika katup tersebut tidak berfungsi dengan baik, maka terjadi
10
kesulitan untuk mengumpulkan tekanan yang memadai didalam rongga mulut
huruf desis misalnya s, sh, dan c serta kata-kata yang tidak bisa diucapkan
dengan jelas. Setelah pembedahan atau pemasangan alat bantu bicara, maka
2.4.Patofisiologi
medial yang diikuti disfusi kedua bibir, rahang, dan palatum pada garis
tengah dan kegagalan fusi septum nasi. Gangguan fusi palatum durum serta
Infeksi telinga tengah adalah risiko penyerta bagi bayi dengan celah
ASI harus didukung karena imunitas pasif dapat melindungi bayi ini dari
11
3. Terjadi pemisahan bibir dan langit-langit
Labioskizis dapat terjadi dalam beberapa derajat malforasi, mulai dari takik
ringan pada tepi bibir dikanan/kiri garis tengah, hingga sumbing lengkap
sumbing palatum.
palatum durum dan mole), derajat 3 (derajat unilateral total) dan derajat 4
usia 15 bulan.
Sumbing bibir (labioskizis) tidak banyak gangguan dan bayi masih bisa
12
2.6. Penatalaksanaan
bibir sumbing secara dini maupun lambat. Dijelaskan bahwa beberapa dokter
dalam mendukung pelekatan yang sehat antara ibu dan bayi. Para pendukung
karena bibir sumbing sering kali terjadi sebagai gambaran dari keadaan medis
Pembedahan pada periode neonatus awal bagi bayi tersebut dapat terlalu
bulan. Salah satu alasan utama penundaan yang jelas lama ini adalah
bayi sebelum dan sesudah pembedahan bagi mereka yang telah berhasil
13
Penatalaksanaan bagi kebanyakan bayi terdiri atas pemberian makan
melalui sonde lambung. Dot khusus langit-langit bercelah dan penutup langit-
penambahan berat badan yang memuaskan dan bebas dari infeksi mulut,
saluran nafas atau sistemis. Z-plasti, tekhnik pembedahan yang paling sering
bibir akibat tarikan oleh jaringan parut. Suatu klem logan (sebuah busur
kawat yang dilekatkan pada kedua pipi dengan perekat) segera digunakan
Perbaikan awal ini dapat diperbaiki kembali pada usia 4-5tahun. Pada
hingga penderita mencapai usia pubertas. Hasil kosmetis tergantung dari luas
cacat pada awalnya, tidak adanya infeksi dan keterampilan ahli bedah. Karna
yang cukup besar, maka pada saat pembedahan perbaikan harus disesuaikan
14
keputusan yang diambil. Tujuan pembedahan adalah untuk menyatukan celah
dan menghindari terjadinya jejas pada maksila yang sedang tumbuh. Waktu
balon bicara dapat dilekatkan pada bagian belakang geligi maxilla sehingga
nasofaring dan dengan cara ini dapat menolong anak tersebut untuk
c. Speech therapy.
15
d. Libatkan dokter spesialis anak, dokter gigi, hingga psikiater untuk
antara usia 9-18bulan. Namun, pada keadaan tertentu, bibir dan palatum dapat
Penanganan untuk bibir sumbing adalah dengan cara operasi. Operasi ini
dilakukan setelah bayi berusia 2 bulan, dengan berat badan yang meningkat,
dan bebas dari infeksi oral pada saluran napas dan sistemik. Dalam beberapa
hukum Sepuluh (rules of ten) yaitu, Berat badan bayi minimal 10 pon, Kadar
10.000/ui.
bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari
keseimbangan berat badan yang dicapai dan usia yang memadai. Patokan
yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10
pounds atau sekitar 4-5 kg , Hb lebih dari 10 gr % dan usia lebih dari 10
minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada beberapa nasehat yang
16
harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi
tidak bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus
dimana ketika dot dibalik susu dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah
yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat bayi tersedak atau
terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot
dengan besar lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum
dengan bantuan sendok secara perlahan dalam posisi setengah duduk atau
terbelah.
Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester
khusus non alergenik untuk menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak
gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada
prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan
menjadi sulit dan secara kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna.
Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan sampai waktu operasi tiba.
diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh bayi menerima perlakuan operasi, hal
ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia optimal untuk operasi
bibir sumbing ( labioplasty ) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat
pengucapan bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi
pada bibir lebih dari usia tersebut maka pengucapan huruf bibir sudah
17
terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir tetap
bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak masuk
mulai bicara lengkap sehingga pusat bicara di otak belum membentuk cara
bicara. Kalau operasi dikerjakan terlambat, sering hasil operasi dalam hal
Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti dengan tindakan
speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat
bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah,
tergantung dari tiap-tiap jenis operasi yang dilakukan, biasanya dokter bedah
yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua pasien misalnya
setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap
Banyaknya penderita bibir sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi
batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya untuk keperluan
18
kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap
terganggu seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna,
Karena itu bayi diberi makan dengan alat penetes obat serta kedua tangannya
pendengaran. Kerusakan geligi yang luas dan hebat sering terjadi dan
program rehabilitasi lengkap bagi seorang anak dengan bibir atau langit-langit
terdiri dari dokter anak, ahli bedah plastik, ahli t.h.t, pedodontis, prostodontis,
2.7.Asuhan Kebidanan
Menurut Reva Rubin, bahwa seorang wanita sejak hamil sudah memiliki
19
c. Penentuan identitas diri
terhadap ibu baru, bahkan lebih bmenyulitkan bila terjadi perubahan fisik
yang hebat saat melahirkan. Keberhasilan masa transisi menjadi orang tua
d. Pengaruh budaya
2. Jelaskan kepada ibu bahwa sebagian besar hal penting harus dilakukan
3. Jika bayi memiliki sumbing tetapi palatumnya utuh, izinkan bayi berupaya
menyusu.
4. Jika bayi berhasil menyusu dan tidak terdapat masalah lain yang
20
5. Jika bayi tidak dapat menyusu dengan baik karena bibir sumbing,berikan
yang meliputi:
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana di maksud dalam pasal 9 huruf
meliputi:
21
f. pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan.
Pasal 11
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi dan anak balita, dan anak
pra sekolah
e. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra sekolah
22
BAB III
PURWAKARTA
tanggal 03 April 2017 pukul 03:50 WIB mengaku hamil 9 bulan dan
mengeluh mulas sejak pukul 02:00 WIB belum keluar air-air, sudah keluar
lendir bercampur darah, pergerakan janin masih terasa. Hasil tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 78x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 36,7 oC, hasil
38 minggu.
Pada pukul 05:00 WIB ibu mengeluh mulasnya semakin lama semakin
sering dan hampir tidak ada jeda. Hasil pemeriksaan dalam sudah pembukaan
pemeriksaan ibu sudah pembukaan 10cm dan sudah ada tanda gejala kala II.
Bidan memantau DJJ janin dan memimpin meneran pada ibu dan membantu
proses persalinan.
23
Pada pukul 06:15 WIB bayi lahir spontan, segera menangis, dan tonus otot
kuat. Terlihat cacat bawaan pada bayi yaitu Labiopalatoskizis. Plasenta lahir
lengkap pukul 06:25 WIB. Bidan membersihkan ibu dan merapihkan ibu, lalu
melakukan perawatan pada bayi baru lahir. Seperti menimbang berat badan,
mata. Didapatkan hasil penimbangan BB: 3200 gram, PB: 49cm, lingkar
kepala: 32cm.
langitnya. Bidan melakukan perawatan bayi baru lahir seperti biasa karena
keadaan bayi saat lahir langsung menangis kuat dan tidak mengalami asfiksia.
Bayi dilakukan inisiasi menyusu dini terhadap ibunya dan terlihat raut wajah
serta support kepada ibu agar tetap tegar dan mampu serta ikhlas menerima
bayinya.
pemantauan kala IV. Tidak ada kelainan atau masalah pada kala IV.
24
Waktu Tekanan N R Suhu Tinggi Fundus Kontraksi Kandung Perdarahan
Pada pukul 10:10 WIB dilakukan 2 jam post partum oleh bidan dengan
dan memindahkan ibu ke ruang nifas. Pada post natal care, KF 1 dilakukan di
Klinik & RB Sejati, ibu terlihat sangat kecewa melihat keadaan bayinya,
namun bidan dan keluarga ibu terus memberikan motivasi dan kekuatan agar
mengenai teknik menyusui yang baik dan benar untuk bayi dengan kelainan
namun tidak bersama dengan bayinya, ibu terlihat sudah mulai menerima
bayinya terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Dan ibu baru melakukan
spesialis anak agar bayinya segara dilakukan dan diberikan tindakan. Pada KF
25
bidan. Setelah itu ibu dilakukan kunjungan pada hari ke 42 bersanaan dengan
penyuntikan KB.
Bidan membantu ibu untuk menyusukan bayinya, dengan cara ibu duduk
dengan pipet saja, menggunakan ASI yang di perah oleh pompa ASI.
Pada pukul 15:00 WIB bidan memandikan bayi di ruang perawatan bayi.
Bidan menyuntikkan vit.K pada bayi. Dan mengajarkan ibu atau keluarga
cara mengganti kassa pada tali pusat saat dirumah. Lalu, bidan memberikan
hidrasi, perawatan tali pusat pada bayi, ambulasi dan mobilisasi, serta tanda
bahaya pada masa nifas dan tanda bahaya pada bayi baru lahir.
kepada ibu mengenai kunjungan ulang pada hari ke3 sekaligus untuk
memberikan imunisasi Hb0 pada bayi. Ibu dan bayi pulang pukul 16:30 WIB.
bidan pada hari ke-3. Dilakukan pemeriksaan dan pemantauan asupan nutrisi
dan hidrasi pada bayi pada hari ke-7. Pada tanggal 17-04-2017 bayi dirujuk
pada bayinya. Dan tanggal 13 Mei 2017 bayi sudah diberikan imunisasi BCG
26
dan bayi sedang dalam pemantauan peningkatan berat badan untuk mencapai
Kasus
oleh bidan, serta bidan tidak memberikan rujukan untuk melakukan USG ke
Pembahasan
kasus dengan teori karena telah sesuai. Pada kasus ini faktor resiko yang
terhadap ibu dan tidak merujuk untuk dilakukan USG oleh Dokter. Bidan
(1) Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana di maksud dalam pasal 9 huruf a.
Diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan, masa nifas,
27
(2) Pelayanan kesehatan ibu sebagai mana dimaksud pada ayat( 1) meliputi:
Kasus
tanggal 03 April 2017 pukul 03:50 WIB mengaku hamil 9 bulan dan
mengeluh mulas sejak pukul 02:00 WIB belum keluar air-air, sudah keluar
lendir bercampur darah, pergerakan janin masih terasa. Hasil tekanan darah
110/80 mmHg, nadi 78x/menit, respirasi 18x/menit, suhu 36,7 oC, hasil
38 minggu.
Pada pukul 05:00 WIB ibu mengeluh mulasnya semakin lama semakin
sering dan hampir tidak ada jeda. Pada pukul 06:00 WIB ibu mengeluh ingin
sudah ada tanda gejala kala II. Bidan memantau DJJ janin dan memimpin
28
Pada pukul 06:15 WIB bayi lahir spontan, segera menangis, dan tonus otot
kuat. Terlihat terdapat cacat bawaan pada bayi yaitu Labiopalatoskizis dengan
BB: 3200 gram, PB: 49cm, lingkar kepala: 32cm. Memberitahukan kepada
perawatan bayi baru lahir seperti biasa karena keadaan bayi saat lahir
langsung menangis kuat dan tidak mengalami asfiksia. Bayi dilakukan inisiasi
menyusu dini terhadap ibunya dan terlihat raut wajah dengan kekecewaan
atas keadaan bayinya. Dan bidan memberikan dukungan serta support kepada
ibu agar tetap tegar dan mampu serta ikhlas menerima bayinya.
Pembahasan
Pada kasus ini terlihat ibu telah mengerti dengan tanda bahaya pada
kehamilan dan tanda tanda persalinan, dapat dilihat pada saat ibu sudah
asuhan yang diberikan bidan telah sesuai dengan standar pada Permenkes
Nomor 1464, sehingga ibu mengerti pada setiap asuhan yang telah diberikan.
Pada kasus ini bidan sebagai pelaksana dengan tugas mandiri telah
1464 dan sesuai dengan APN. Pada kasus asuhan intranatal care tidak
29
3.3 Postnatal Care
Kasus
Pada post natal care, KF 1 dilakukan di Klinik & RB Sejati, ibu terlihat
sangat kecewa melihat keadaan bayinya, namun bidan dan keluarga ibu terus
memberikan motivasi dan kekuatan agar ibu tegar menghadapinya. Dan bidan
benar untuk bayi dengan kelainan bibir sumbing saat dirumah . Pada KF 2 ibu
bayinya. Dan ibu meminta rujukan kepada dokter untuk melakukan konsultasi
pada dokter spesialis anak agar bayinya segara dilakukan dan diberikan
(Head to toe) oleh bidan. Setelah itu ibu dilakukan kunjungan pada hari ke 42
Pembahasan
dengan teori dan pelayanan yang diberikan oleh bidan pun telah sesuai
dengan teori.
kunjungan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir dan untuk
30
1. 6-8 jam setelah persalinan
(Sumber :Bahiyatun. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:
EGC).
pendekatan dan kerangka pikir yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan
menyusui pada bayi baru lahir dengan bibir sumbing dengan cara:
b. Putting dan areola dipegang saat menyusui, hal ini sangat membantu
c. Ibu jari ibu dapat dipakai sebagai penyumbat celah pada bibir bayi.
Jika sumbing pada bibir dan langit langit, ASI dikleuarkan dengan cara
atau botol dengan dot panjang sehingga ASI dapat masuk dengan
sempurna. Dengan cara ini bayi akan belajar menghisap dan menelam
Adapun penyesuaian pada peran ibu menurut Reva Rubin, bahwa seorang
31
b. Penerimaan dari masyarakat
Kasus
Bayi lahir Bayi lahir dengan usia gestasi 38 minggu dan berat badan 3200
gram dan panjang badan 49 cm A/S 9/10 bayi mengalami kelainan kongenital
Vitamin K dan salep mata. Setelah pulang dari rumah Klinik, bayi
dan pemantauan asupan nutrisi dan hidrasi pada bayi pada hari ke-7. Pada
Pembahasan
rumah oleh bidan. Imunisasi BCG didapatkan oleh bayi pada tanggal 13 Mei
2017.
32
Pelayanan Kebidanan adalah bagian integral dari sistem pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh bidan yang telah terdaftar (teregister) yang
bayi menerima tindakan operasi, asupan gizi yang cukup dilihat dari
Patokan yang biasa dipakai adalah rule of ten meliputi berat badan
usia lebih dari 10 minggu , jika bayi belum mencapai rule of ten ada
beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan
Pada tahap ini bayi telah dilakukan konsultasi pada dokter spesialis
pada berat badan bayi, dengan berpacu pada patokan yang biasa di
33
meningkatkan berat badan bayi untuk mencapai target agar bayi
operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah Usia
pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia
sempurna.
bulan mengingat anak aktif bicara usia 2 tahun dan sebelum anak
sengau pada saat bicara tetap terjadi karena anak sudah terbiasa
memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (
34
gnatoschizis ) kelainannya menjadi labiognatopalatoschizis, koreksi
untuk gusi dilakukan pada saat usia 8–9 tahun bekerja sama dengan
yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk
35
xxxvi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
pada masa kehamilan terhadap angka kelahiran bayi baru lahir dengan
hal ini terlihat pada saat bidan menagakkan diagnosa serta melakukan
pembedahan.
xxxvi
xxxvii
4.2 Saran
teori. Dan untuk bidan diharapkan ditingkatkan lagi kualitas pelayanan yang
sudah cukup baik ini. Dan dengan adanya kasus ini dapat meningkatkan
xxxvii
xxxviii
DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Behrman, Richard E dkk. 1993. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC
Buku-Saku-Pelayanan-Kesehatan-Neonatal-Esensial-1.Pdf
Fraser, Diane M dkk. 2003. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC
Lia Dewi, Vivian Nanny. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta:
Salemba Medika
Nur Muslihatun, Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta:
Fitramaya
Rukiyah,Yeyeh dkk. 2010. Asuhan neonatus bayi dan anak balita. Jakarta: CV
Trans Info Media
Tanto, Chris dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
xxxviii