Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. Y


G2P1A0 DENGAN KETUBAN PECAH DINI
DI RSUD SUBANG TAHUN 2017

DISUSUN OLEH :
FANY VELINZA PUTRI
NIM. P17324414008

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
2017
LAPORAN TUGAS AKHIR

GAMBARAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.Y G2P1A0


DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD
SUBANG TAHUN 2017

Karya tulis ini Diajukan Sebagai Salah Satu


Ujian Akhir Program Pada Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

DISUSUN OLEH :
FANY VELINZA PUTRI
NIM. P17324414008

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
2017

i
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG

PERNYATAAN ORISINALITAS

LTA ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Fany velinza putri

NPM : P17324413011

TandaTangan :

Materai

Tanggal :

ii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG

LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Laporan Tugas Akhir dengan judul

GAMBARAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.Y G2P1A0


DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD
SUBANG TAHUN 2017

Disusun oleh:
FANY VELINZA PUTRI
NIM. P17324414008

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada sidang akhir


Pembimbing

Warliana, S.SiT, M.Kes


NIP. 197110301992032001

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Dr. Jundra darwanty, SST., M.Pd


NIP. 196906051991012001

iii
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG

LEMBAR PENGESAHAN LTA

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa :


Laporan Tugas Akhir dengan judul

GAMBARAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. Y G2P1A0


DENGAN KETUBAN PECAH DINI DI RSUD
SUBANG TAHUN 2017

Disusun oleh :
FANY VELINZA PUTRI
NIM. P17324414008

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji


Karawang, Juli 2017

Susunan Dewan Penguji


Ketua Penguji Anggota Penguji I Anggota Penguji II

Yuli Farida, M.Keb Warliana, S.SiT, M.Kes Rahayu Dwikanthi, M.Keb


NIP. 197907092002122003 NIP. 197110301992032001 NIP. 1981111132006042001

Mengetahui
Ketua Program Studi Kebidanan Karawang
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

Dr. Jundra Darwanty, SST., M.Pd


NIP. 196906051991012001

iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Identitas
Nama : Fany Velinza Putri

Jenis kelamin : Perempuan

Tempat tanggal lahir : Bogor, 16 Maret 1996

Nama orang tua : Ayah : Iwan Ridwan


Ibu : Neng Euis

Alamat : Kp. Ciaruteun Udik RT 04/02 Ds. Ciaruteun udik Kec.


Cibungbulang Kab. Bogor 16630.
II. Riwayat Pendidikan
1. TK Al-Hudoriyyah – Bogor (2001-2002)

2. SDN Cimayang 03 – Bogor (2002-2008)

3. SMPN I Cibungbulang – Bogor (2008-2011)

4. SMAN I Cibungbulang – Bogor (2011-2014)

5. Mahasiswa Poltekkes Bandung


Prodi Kebidanan Karawang (2014-2017)

v
Lembar Persembahan
Alhamdulllahirabbil’alamin…. Alhamdulllahirabbil ‘alamin….
Alhamdulllahirabbil alamin….
Tak henti-hentinya mengucap syukur pada-Mu ya Rabb karena
berkat kehendak kasih sayang-Mu aku dapat menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
Shalawat serta salam kepada kekasih-Mu, Rasulullah SAW dan
para sahabat yang mulia.
Semoga sebuah karya ini menjadi amal shaleh bagiku dan
menjadi kebanggaan bagi keluargaku tercinta.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang
sangat kukasihi dan kusayangi.

Mamah dan Ayah


Sebagai tanda bakti, hormat dan rasa terima kasih tiada
terhingga fany persembahkan karya kecil ini kepada mamah
dan ayah yang selalu memberikan kasih sayang, segala
dukungan, dan cinta kasih yang tiada terhingga, mamah dan
ayah yang selalu mendo’akan fany dan menasehati fany untuk
selalu berbuat lebih baik. Semoga ini menjadi langkah awal
untuk membuat mamah dan ayah bahagia. Sesungguhnya
karna kalian lah fany berjuang, semoga kelak fany bisa benar-
benar membalas semua jerih payah yang kalian berikan selama
ini. Terimakasih mamah ayah fany sayang kalian 

Adik-adikku
Terima kasih adik-adikku tersayang, fauzan dan naufal, tiada
yang paling mengharukan saat berkumpul bersama. Walaupun
sering bertengkar tapi hal itu selalu menjadi warna yang tak
akan bisa tergantikan. Maaf belum bisa menjadi panutan
seutuhnya, tapi teteh akan selalu berusaha menjadi yang
terbaik untuk kalian 

vi
Sahabat-sahabatku
Untuk kamar 30-ku (dewi, nunu, nay, berlian, maria)
kalian yang membuatku bertahan hingga saat ini dan selalu
mewarnai hari-hariku di karawang, canda tawa dan
kekonyolan yang akan selalu kuingat, dan senantiasa
memberikan semangat terimakasih ya. Untuk partner LTA-ku,
partner SOAP-ku, partner begadangku dalam mengerjakan
tugas ini, terima kasih sudah menyemangati, mendukung dan
membantuku. Untuk byyy hmmm (Lita, Erika, citra)
terimakasih atas do’a dan semangatnya.

Kasihku
Terimakasih Nurmajid Ahmad Jamil atas semangat, do’a, kasih
sayang dan cinta yang kau berikan, selalu menghiburku dan
membantuku disaat aku menyerah mengerjakan tugas akhir
ini, dan selalu sabar menghadapiku yang kadang kala cengeng,
rewel, ga jelas dan menyebalkan, ily.

Untuk teman-teman teman seperjuanganku


Terimakasih crew 22 atas kebersamaan selama 3 tahun, semoga
kita diberikan kelancaran sampai akhir dan lulus bersama
semuanya, Aamiin

Dosen Pembimbing Akademik dan Tugas Akhirku


Ibu Warliana, S.SiT, M. Kes selaku dosen pembimbing Akademik
dan tugas akhirku, terima kasih banyak bu….
Terimakasih atas bimbingan, saran dan kesabaran yang telah
ibu berikan kepadaku
Semoga ilmu yang ibu berikan dapat bermanfaat untukku
Dan semoga Allah dapat membalas kebaikan ibu.

vii
Seluruh Dosen Pengajar Di Poltekkes Bandung Prodi
Kebidanan Karawang
Terimakasih banyak untuk semua ilmu, didikan dan
pengalaman yang sangat berarti yang telah kalian berikan
kepada kami…
Semoga kami dapat mengaplikasikannya dengan baik kepada
masyarakat
Sesuai dengan ilmu yang telah kami dapat dari seluruh dosen
Poltekkes Bandung Prodi Kebidanan Karawang

viii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul ―Gambaran Asuhan
Kebidanan pada Ny.Y G2P1A0 dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Subang tahun
2017‖ Laporan Tugas Akhir Prodi Kebidanan Karawang Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Bandung.

Selama penyusunan Laporan Tugas Akhir ini, penulis banyak sekali


mendapatkan bantuan, bimbingan, saran, doa serta dukungan dari berbagai pihak baik
moril maupun materil yang sangat berarti bagi penulis. Atas bantuan tersebut, dengan
segala kerendahan hati, perkenankanlah penulis untuk menyampaikan banyak terima
kasih terutama kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan penulis untuk
menyusun Laporan Tugas Akhir ini, selanjutnya tidak lupa penulis ucapkan yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat Bapak/Ibu/Saudara/Saudari :

1. Dr. H. Osman Syarif, MKM selaku direktur Politeknik Kesehatan Kementrian


Kesehatan Bandung.
2. Dr. Hj. Jundra Darwanty, SST, M.Pd selaku Ketua Program Studi D III
Kebidanan Karawang Poltekkes Kemenkes Bandung.
3. Warliana, S.SiT, M.Kes selaku dosen Pembimbing dalam penyusunan laporan
tugas akhir ini yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan tiada henti
memberikan semangat, bimbingan, arahan dan dukungan kepada penulis
sehingga laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan.
4. Rahayu Dwikanthi, M.Keb selaku dosen Pembimbing yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
5. Yuli Farida, M.Keb selaku Ketua Penguji dalam penyusunan laporan tugas
akhir ini yang selalu memberikan bimbingan, arahan kepada penulis dalam
menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.

ix
6. Seluruh Dosen dan Staff Program Studi D III Kebidanan Karawang Poltekkes
Kemenkes Bandung yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak ternilai
harganya.
7. Bidan Rumah Sakit Umum Daerah Subang yang telah memberikan izin dalam
pengambilan kasus dan bersedia memberikan data yang menunjang serta
memberikan informasi terkait kasus.
8. Orang tua tercinta dan penulis banggakan Ayah Iwan Ridwan dan Mamah Neng
Euis, terimakasih atas bantuan moril dan materilnya, mendoakan keberhasilan
dalam setiap langkah penulis, semangat, kasih sayangnya, nasehat dan menjadi
motivasi penulis dalam mencapai cita-cita.
9. Untuk adikku Muhammad Hifzul Fauzan dan Muhammad Rafif Naufal
terimakasih atas dukungan dan kasih sayang kakak dan adik selama ini kepada
penulis.
10. Nurmajid Ahmad Jamil yang telah menjadi tempat berkeluh kesah, memberikan
kebahagiaan, selalu memberikan dukungan, semangat serta doadalam segala
kegiatan perkuliahan.
11. Sahabat Nunu Nutrisia, Dewi Oktaviani, Nayleni yulieta Zahra, Intan sri
Rahayu, Maria Ulfah Handayani, karena telah menjadi tempat berkeluh kesah,
memberikan canda dan tawa, selalu memberikan dukungan, semangat dan doa
dalam semua kegiatan perkuliahan.
12. Teman-teman Crew 22 terimakasih atas persahabatan yang kita jalin selama 3
tahun ini. Tetap semangat dan sukses buat kita semua.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini
masih jauh dari sempurna, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
dan demi perbaikan sangat penulis harapkan. Semoga penelitian ini dapat
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan peneliti khususnya. Aamiin.
Karawang, Juli 2017

Fany Velinza Putri

x
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN KARAWANG
LAPORAN TUGAS AKHIR, JULI 2017
Fany Velinza Putri
NIM P17324414008
GAMBARAN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. Y G2P1A0 DENGAN
KETUBAN PECAH DINI DI RSUD SUBANG TAHUN 2017
xiv + 64 halaman + lampiran

ABSTRAK

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan infeksi pada ibu. Menurut laporan WHO tahun 2014
Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa,
Afrika Utara 179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa (WHO, 2014). Provinsi di seluruh
Indonesia Tahun 2012, angka kejadian infeksi (5%). Angka kejadian kasus infeksi di Jawa
Barat 5,6% ( Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jabar, Dinkes 2015 ). Tujuan laporan tugas
akhir ini adalah Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.Y G2P1A0
dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Subang. Jenis penelitian menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, observasi dan pengumpulan data dengan
wawancara subjek dan informan. Setelah data terkumpul maka data di analisis menjadi suatu
temuan, kesimpulan dan saran. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa penatalaksanaan
asuhan kebidanan yang dilakukan oleh bidan pada kasus Ketuban Pecah Dini pada Ny. Y di
Kabupaten Subang belum sesuai dengan protap dan standar yang berlaku, dalam penegakkan
diagnosa petugas tidak melakukan tes kertas lakmus, dalam tindakan pra rujukan , pada
kunjungan masa nifas dan bayi baru lahir petugas kurang memberikan asuhan baik secara
kualitatif maupun kuantitatif. Dalam hal ini disarankan petugas senantiasa memberikan
penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini sesuai dengan protap dan standar yang berlaku sesuai
dengan kewenangan bidan, serta pemberikan konseling secara lengkap kepada klien supaya
dapat menekan AKI dan AKB.

Kata Kunci : Penatalaksanaan Asuhan Kebidanan + Ketuban Pecah Dini


Daftar Pustaka : 20 (2007-2017)

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
HALAMAN ORISINALITAS ............................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN UJIAN ................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN LTA ........................................................................ iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................ 5
1.4 Manfaat Penulisan .......................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................. 7


2.1 Ketuban Pecah Dini........................................................................................ 7
2.1.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini ............................................................ 7
2,1,2 Epidemiologi ......................................................................................... 8
2.1.3 Etiologi .................................................................................................. 9
2.1.4 Faktor Predisposisi .............................................................................. 14
2.1.5 Tanda dan Gejala................................................................................. 18
2.1.6 Diagnosis ............................................................................................. 19
2.1.7 Penanganan Ketuban Pecah Dini ........................................................ 24
2.1.8 Komplikasi .......................................................................................... 25
2.1.9 Mekanisme Ketuban Pecah Dini ......................................................... 28
2.1.10 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan
Ketuban Pecah Dini (KPD) ............................................................... 28
2.2 Masa Nifas ................................................................................................... 29
2.2.1 Pengertian ............................................................................................ 29

xii
2.2.2 Jadwal Pelayanan Nifas ...................................................................... 30
2.2.3 Standar Pelayanan Kebidanan ............................................................. 32
2.2.4 Dampak Ketuban Pecah Dini pada masa nifas ................................... 32
2.3 Bayi Baru Lahir ............................................................................................ 36
2.3.1 Pengertian ........................................................................................... 36
2.3.2 Jadwal Kunjungan Neonatus ............................................................... 37
2.3.3 Standar Pelayanan Kebidanan ............................................................. 37
2.3.4 Dampak Ketuban Pecah Dini pada bayi.............................................. 38
BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN .......................................................... 42
3.1 Kasus ............................................................................................................ 42
3.2 Pembahasan .................................................................................................. 50
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 62
4.1 Kesimpulan .................................................................................................. 63
4.2 Saran ............................................................................................................. 64
DAFTAR REFERENSI ..................................................................................... 65

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Hasil Wawancara


Lampiran 2 : PROTAP Ketuban Pecah Dini
Lampiran 3 ; Lembar Persetujuan
Lampiran 4 : Buku KIA
Lampiran 5 : Dokumentasi Kunjunga

xiv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kematian ibu adalah kematian seorang wanita terjadi saat hamil,

bersalin, atau 42 hari setelah persalinan dengan penyebab yang berhubungan

langsung atau tidak langsung terhadap persalinan. World Health Organization

(WHO) memperkirakan 800 perempuan meninggal setiap harinya akibat

komplikasi kehamilan dan proses kelahiran. Sekitar 99% dari seluruh

kematian ibu terjadi di negara berkembang. Sekitar 80% kematian maternal

merupakan akibat meningkatnya komplikasi selama kehamilan, persalinan

dan setelah persalinan (WHO, 2014).

Menurut laporan WHO tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di

dunia yaitu 289.000 jiwa. Amerika Serikat yaitu 9300 jiwa, Afrika Utara

179.000 jiwa dan Asia Tenggara 16.000 jiwa (WHO, 2014).

Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk

menilai tidak saja derajat kesehatan perempuan tetapi juga derajat

kesejahteraan perempuan. Penurunan AKI merupakan salah satu target yang

perlu kerja keras (Off Track) dalam Pembangunan Kesehatan Pasca 2015 atau

Pembangunan Berkelanjutan 2030 Kementrian Kesehatan RI dalam SDG’s

(Sustainable Development Goals) yaitu pada Goals ketiga (Kemenkes RI,

2015)

1
2

Berdasarkan Laporan Rutin Tahunan Program Kesehatan Ibu Dinas

Kesehatan Provinsi di seluruh Indonesia Tahun 2012, penyebab kematian Ibu di

Indonesia masih didominasi oleh perdarahan (32%), hipertensi dalam kehamilan

(25%), diikuti oleh infeksi (5%), partus lama (5%), dan abortus (1%). Selain

penyebab obstetrik, kematian ibu juga disebabkan oleh penyebab lain-lain (non

obstetrik) (32%).

Di Jawa Barat AKI dan AKB pada tahun 2014 hingga 2015 terjadi

peningkatan. AKI Pada tahun 2014 terjadi 747 kasus dan pada tahun 2015

naik menjadi 823 kasus. Untuk AKB pada tahun 2014 sebanyak 4036 kasus

dan naik pada tahun 2015 menjadi 3.810 kasus. Penyebab AKI di Jawa Barat

antara lain : lain-lain 32,5%, perdarahan 31,7%, hipertensi dalam kehamilan

29,3%, infeksi 5,6%, partus lama 0,69% dan abortus 0,12%. Jika dilihat dari

daerah, penyumbang terbesar kasus AKI di Jabar adalah Kabupaten Bogor

sebanyak 71 kasus, Kabupaten Karawang 59 kasus, Kabupaten Indramayu 54

kasus, Kabupaten Cirebon dan Cianjur 49 kasus, serta Kabupaten Bandung 48

kasus. ( Angka Kematian Ibu dan Bayi di Jabar, Dinkes 2015 ).

AKI Kabupaten Subang selama tahun 2016 dari bulan januari sampai

dengan bulan November berjumlah 34 kasus, persentase tertinggi

penyumbang AKI di kabupaten subang adalah kasus PEB, HPP, disusul

dengan Eklamsi dan HEG.

Berdasarkan data dari RSUD Subang angka kematian ibu di RSUD

Subang selama 2016 Angka kematian ibu di RSUD subang mencapai 5 kasus,
3

berbeda dengan tahun 2016 pada awal tahun 2017 hingga april 2017 tercatat

sebanyak 3 kasus yaitu diakibatkan HDK 1 kasus, HPP suspek atonia uteri 1

kasus, dan postpartum dengan PEB 1 kasus.

AKI dan AKB di Jawa Barat pada tahun 2014 hingga 2015 terjadi

peningkatan. Pada tahun 2014 terjadi 747 kasus dan pada tahun 2015 naik

menjadi 823 kasus. Untuk kematian bayi pada tahun 2014 sebanyak 3.810

kasus dan naik pada tahun 2015 menjadi 4.124 kasus. (Dinkes JABAR, 2015).

Berbeda dengan AKI, AKB di kabupaten subang lebih tinggi yaitu

berjumlah 130 kasus selama 2016. Hal yang menyebabkan tingginya kasus

kematian bayi di kabupaten subang yaitu disebabkan pendidikan ibu,

penolong persalinan, tempat persalinan, umur, penyebab seperti BBLR,

asfiksia, kelainan kongenital, aspirasi, infeksi, tetanus neonatorum,

pneumonia ,diare dan lain-lain. Sedangkan AKB yang terjadi RSUD Subang

terdapat 147 kasus dari 3105 kasus baik lahir di rsud subang maupun di luar

rsud subang selama tahun 2016.

Penyebab kematian ibu sejak dahulu tidak berubah, yaitu perdarahan,

eklamsia, komplikasi aborsi, partus macet, dan infeksi. Penyebab kematian

langsung ibu karena akibat langsung dari penyakit penyulit kehamilan,

persalinan, dan nifas. Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar

merupakan akibat dari adanya komplikasi/ penyulit kehamilan, seperti febris,

karioamniosis, infeksi saluran kemih dan sebanyak 65% adalah karena KPD

yang banyak menimbulkan infeksi pada ibu dan bayi.


4

Kejadian KPD di RSUD Subang pada bulan Januari tahun 2016

sampai Maret tahun 2017 terdapat 527 kejadian (31,7%) dari 4864 persalinan

namun angka kejadian KPD ini tidak menimbulkan efek signifikan terhadap

mortalitas ibu tetapi meningkatkan morbiditas ibu dengan meningkatnya

persalinan dengan tindakan seperti sectio sesaria dan vacum ekstraksi. Angka

kejadian KPD pada umumnya meningkatkan angka kejadian asfiksia pada

bayi baru lahir dan angka kelahiran premature.

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan

37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam

keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban

Pecah Dini. Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi pada 1% kehamilan.

(Sarwono 2012).

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam obstetri

berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi sampai

sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan

menyebabkan infeksi ibu (sarwono 2008).

Peran bidan dalam penanganan Ketuban Pecah Dini yaitu dengan

memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin secara tepat, cepat dan

komprehensif, karena jika ibu bersalin dengan KPD tidak mendapat asuhan

yang sesuai maka resikonya akan berakibat pada ibu maupun janin. Dengan

harapan setelah dilakukannya asuhan kebidanan yang cepat dan tepat maka
5

kasus ibu bersalin dengan KPD dapat di tangani dengan baik, sehingga angka

kematian ibu di Indonesia dapat di kurangi.

Melihat permasalahan data data tersebut maka peneliti tertarik untuk

menyusun Laporan Tugas Akhir yang berjudul Gambaran Asuhan Kebidanan

pada Ny. Y G2P1A0 dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Subang tahun 2017

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan rumusan masalah yaitu,

―Bagaimana penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. Y G2P1A0 dengan

Ketuban Pecah Dini di RSUD Subang tahun 2017?‖.

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan umum:

Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan kebidanan pada Ny.Y G2P1A0

dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Subang.

1.3.2 Tujuan khusus:

1. Untuk mengetahui faktor predisposisi kejadian Ketuban Pecah Dini pada

Ny. Y G2P1A0 di RSUD Subang.

2. Untuk mengetahui asuhan pra-rujukan dan riwayat asuhan kehamilan pada

Ny. Y G2P1A0 .

3. Untuk mengetahui penatalaksanaan asuhan persalinan pada Ny. Y G2P1A0

dengan Ketuban Pecah Dini di RSUD Subang.

4. Untuk mengetahui kualitas dan kuantitas asuhan masa nifas dan bayi baru

lahir pada Ny. Y G2P1A0 di RSUD Subang.


6

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Lahan Praktik

Melalui penulisan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dalam

manajemen penatalaksanaan KPD dan dapat memberi motivasi pada para

bidan khususnya dan seluruh tenaga kesehatan untuk memberikan pelayanan

terbaik yang sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku.

1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai bahan kajian, khususnya untuk mahasiswa sehingga dapat

meningkatkan wawasan, sebagai bahan bacaan yang dapat dipelajari ketika

melakukan pengkajian dan menganalisis kasus sebagai sumber ilmu tambahan

untuk meningkatkan kualitas pendidikan kebidanan dan khususnya dalam

penanganan pada ibu bersalin dengan ketuban pecah dini.

1.4.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Memberikan pengetahuan dan keterampilan dalam menganalisa masalah

dengan terjun langsung sehingga dapat mengetahui faktor-faktor predisposisi/

penyebab dari KPD, penatalaksaan KPD, dan perawatan masa nifas dan bayi

baru lahir oleh tenaga kesehatan.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Ketuban Pecah Dini (KPD)

2.1.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini

Ketuban pecah dini (KPD) adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan

37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam

keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban

Pecah Dini (Saifuddin, 2014).

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan. Bila ketuban pecah dini terjadi sebelum usia kehamilan

37 minggu disebut Ketuban Pecah Dini pada kehamilan prematur. Dalam

keadaan normal 8-10 % perempuan hamil aterm akan mengalami Ketuban

Pecah Dini. Ketuban Pecah Dini Prematur terjadi pada 1%

kehamilan.(Sarwono 2014).

Ketuban Pecah Dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan atau dimulainya tanda inpartu.(Buku saku pelayanan

kesehatan ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan 2013)

7
8

Ketuban Pecah Dini (KPD) atau prematur ruptur of the membrane

(PROM) adalah pecahnya ketuban sebelum adatanda-tanda persalinan atau

inpartu (Manuaba, 2010).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya

melahirkan atau sebelum inpartu, pada pembukaan <4 cm (fase laten). Hal ini

dapat terjadi pada akhir kehamilanmaupun jauh sebelum waktunya

melahirkan. KPD preterm adalah KPD sebelum usia kehamilan 37 minggu.

KPD yang memanjang adalah KPD yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum

waktunya melahirkan. (Taufan Nugroho, 2012).

2.1.2 Epidemiologi

Prevalensi ketuban pecah dini preterm adalah sekitar 2% dari seluruh

kehamilan, dan 25% dari seluruh kasus ketuban pecah dini. Bahkan ketuban

pecah dini preterm diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya, dimana

menurut Naeye 1982 memperkirakan 21% rasio berulang, sedangkan

penelitian lain yang lebih baru menduga rasio berulangnya sampai 32%. Hal

ini juga berkaitan dengan meningkatnya risiko morbiditas pada ibu atau pun

janin. Komplikasi seperti korioamnionitis dapat terjadi sampai 30% dari kasus

ketuban pecah dini, sedangkan solusio plasenta berkisar antara 4-7%.

Komplikasi pada janin berhubungan dengan kejadian prematuritas dimana

80% kasus ketuban pecah dini preterm akan bersalin dalam waktu kurang dari

7 hari. Risiko infeksi meningkat baik pada ibu maupun bayi. Insiden
9

korioamnionitis 0,5-1,5% dari seluruh kehamilan, 3-15% pada ketuban pecah

dini prolonged, 15-25% pada ketuban pecah dini preterm dan mencapai 40%

pada ketuban pecah dini < 24 minggu. Sedangkan insiden sepsis neonatus 1

dari 500 bayi dan 2-4% pada ketuban pecah dini lebih daripada 24 jam.

Ketuban pecah dini berkisar antara 3% sampai 18% dari seluruh

kehamilan. Hampir 30-40% persalinan preterm disebabkan oleh ketuban

pecah dini. Cox dkk. mendapatkan 1,7% wanita mengalami ketuban pecah

dini pada usia kehamilan 24-34 minggu, dan menyumbang 20% untuk

kematian perinatal.

Proporsi ketuban pecah dini di Rumah Sakit Sanglah periode 1 Januari

2005 sampai 31 Oktober 2005 dari 2113 persalinan, proporsi kasus ketuban

pecah dini adalah sebanyak 12,92%. Sedangkan proporsi kasus ketuban pecah

dini preterm dari 328 kasus ketuban pecah dini baik yang melakukan

persalinan maupun dirawat secara konservatif sebanyak 16,77%. Kontribusi

ketuban pecah dini pada kelahiran prematur lebih besar pada sosial ekonomi

rendah dibandingkan sosial ekonomi menengah ke atas.

2.1.3 Etiologi

Adapun beberapa etiologi dari penyebab kejadian ketuban pecah dini

menurut beberapa ahli yaitu:


10

1. Serviks Inkompeten

Serviks yang tidak lagi mengalami kontraksi (inkompetensia),

didasarkan pada adanya ketidakmampuan serviks uteri untuk

mempertahankan kehamilan.Inkompetensi serviks sering menyebabkan

kehilangan kehamilan pada trimester kedua. Kelainan ini dapat

berhubungan dengan kelainan uterus yang lain seperti septum uterus dan

bikornis.

Sebagian besar kasus merupakan akibat dari trauma bedah pada

serviks pada konisasi, produksi eksisi loop elektrosurgical, dilatasi

berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi obstetrik

(Saifuddin, 2014).

Diagnosa inkompetensi serviks ditegakkan ketika serviks menipis

dan membuka tanpa disertai nyeri pada trimester kedua atau awal

trimester ketiga kehamilan.Umumnya, wanita datang kepelayanan

kesehatan dengan keluhan perdarahan pervaginam, tekanan pada panggul,

atau ketuban pecah dan ketika diperiksa serviksnya sudah mengalami

pembukaan. Bagi wanita dengan inkompetensi serviks, rangkaian

peristiwa ini akan berulang pada kehamilan berikutnya, berapa pun jarak

kehamilannya. Secara tradisi, diagnosis inkompetensia serviks ditegakkan

berdasarkan peristiwa yang sebelumnya terjadi, yakni minimal dua kali


11

keguguran pada pertengahan trimester tanpa disertai awitan persalinan dan

pelahiran ( Morgan, 2009).

Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi riwayat keguguran

pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih, adanya riwayat laserasi serviks

menyusul pelahiran pervaginam atau melalui operasi sesar, adanya

pembukaan serviks berlebihan disertai kala dua yang memanjang pada

kehamilan sebelumnya, ibu berulang kali mengalami abortus elektif pada

trimester pertama atau kedua, atau sebelumnya ibu mengalami eksisi

sejumlah besar jaringan serviks (Morgan, 2009).

2. Polihidramnion

Polihidramnion adalah keadaan di mana banyak air ketuban

melebihi 2000 cc. Penambahan air ketuban ini biasanya mendadak dalam

beberapa hari yang disebut dengan polihidramnion akut atau secara

perlahan disebut polihidramnion kronis. Insidensinya berkisar antara 1 :

62 dan 1 : 754 persalinan. Polihidramnion dapat memungkinkan

ketegangan rahim meningkat, sehingga membuat selaput ketuban pecah

sebelum waktunya.

3. Malpresentasi Janin

Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin

terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan < 32 minggu, jumlah air
12

ketuban relative lebih banyak sehingga memungkinkan janin bergerak

dengan leluasa, dan kemudian janin akan menempatkan diri dalam letak

lintang atau letak sungsang. Pada kehamilan trimester akhir janin tumbuh

dengan cepat dan jumlah air relative berkurang.Karena bokong dan kedua

tungkai yang terlipat lebih besar daripada kepala maka bokong dipaksa

untuk menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala

berada dalam ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus.Letak

sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim meningkat, sehingga

membuat selaput ketuban pecah sebelum waktunya.

4. Kehamilan Kembar

Pada kehamilan kembar, evaluasi plasenta bukan hanya mencakup

posisinya tetapi juga korionisitas kedua janin.Pada banyak kasus adalah

mungkin saja menentukan apakah janin merupakan kembar monozigot

atau dizigot.Selain itu, dapat juga ditentukan apakah janin terdiri dari satu

atau dua amnion.Upaya membedakan ini diperlukan untuk memperbaiki

resiko kehamilan.Pengawasan pada wanita hamil kembar perlu

ditingkatkan untuk mengevaluasi resiko persalinan preterm.Gejala

persalinan preterm harus ditinjau kembali dengan cermat setiap kali

melakukan kunjungan (Nugroho, 2010).

Wanita dengan kehamilan kembar beresiko tinggi mengalami

ketuban pecah dini juga preeklamsi. Hal ini biasanya disebabkan oleh
13

peningkatan massa plasenta dan produksi hormon. Oleh karena itu, akan

sangat membantu jika ibu dan keluarga dilibatkan dalam mengamati gejala

yang berhubungan dengan preeklamsi dan tanda-tanda ketuban pecah

(Varney, 2007).

5. Infeksi Vagina atau Serviks

Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun

asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan

terjadinya KPD, misalnya karena infeksi kuman, terutama infeksi bakteri,

yang dapat menyebabkan selaput ketuban menjadi tipis, lemah dan mudah

pecah.

Membran korioamnionitis terdiri dari jaringan viskoelastik.

Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan

akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas

enzim kolagenolitik. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering

menyebabkan amnionitis.Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan

Staphylococcus epidermidis adalah bakteri-bakteri yang sering ditemukan

pada cairan ketuban pada kehamilan preterm.Bakteri-bakteri tersebut

dapat melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi

uterus.Hal ini menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks,

dan pecahnya selaput ketuban (Varney, 2007).


14

Kelainan bawaan dari selaput ketuban pecahnya ketuban dapat

terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan atau terjadi peningkatan

tekanan yang mendadak di dalam kavum amnion, di samping juga ada

kelainan selaput ketuban itu sendiri. Hal ini terjadi seperti pada sindroma

Ehlers-Danlos, dimana terjadi gangguan pada jaringan ikat oleh karena

defek pada sintesa dan struktur kolagen dengan gejala berupa

hiperelastisitas pada kulit dan sendi, termasuk pada selaput ketuban yang

komponen utamanya adalah kolagen. 72% penderita dengan sindroma

Ehlers-Danlos ini akan mengalami persalinan preterm setelah sebelumnya

mengalami ketuban pecah dini preterm (Fadlun dkk, 2011).

2.1.4 Faktor Predisposisi

Faktor predisposisi menurut Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di

Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan (2013), Saifuddin (2014) :

a. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya,

Pengalaman yang pernah dialami oleh ibu bersalin dengan kejadian

KPD dapat berpengaruh besar pada ibu jika menghadapi kondisi

kehamilan.Riwayat KPD sebelumnya beresiko 2- 4 kali mengalami

ketuban pecah dini kembali.Patogenesis terjadinya KPD secara singkat

ialah akibat penurunan kandungan kolagen dalam membran sehingga

memicu terjadinya ketuban pecah dini dan ketuban pecah preterm.

Wanita yang pernah mengalami KPD pada kehamilan atau menjelang


15

persalinan maka pada kehamilan berikutnya akan lebih beresiko dari

pada wanita yang tidak pernah mengalami KPD sebelumnya karena

komposisi membran yang menjadi rapuh dan kandungan kolagen yang

semakin menurun padakehamilan berikutnya (Helen, 2008)

b. Infeksi traktus genital,

Di Amerika Serikat 0,5% – 7% wanita hamil didapatkan menderita

gonorea. Meningkatnya kasus gonore dalam kehamilan setara dengan

peningkatan kejadian ketuban pecah dini dalam kehamilan,

korioamnionitis, dan terjadinya sepsis pada neonatus.Infeksi Clamidydia

trachomatis merupakan penyebab akibat hubungan seksual yang

kejadiannya semakin tinggi, kejadian infeksi ini pada serviks wanita

hamil yaitu 2-37%. Beberapa penelitian menunjukkan berbagai masalah

meningkatnya risiko kehamilan dan persalinan pada ibu dengan infeksi

ini.Misalnya dapat menimbulkan abortus, kematian janin, persalinan

preterm, pertumbuhan janin terhambat, ketuban pecah sebelum

waktunya serta endometritis postabortus maupun postpartum.Penyakit

bacterial vagionosis (BV) dahulu dikenal dengan sebagai vaginitis

nonspesifik atau vaginitis yang disebabkan oleh Haemophilus/

Gardnerella vaginalis.Dalam kehamilan, penelitian membuktikan bahwa

BV merupakan salah satu faktor pecahnya selaput ketuban pada

kehamilan dan persalinan prematur.

c. Perdarahan antepartum

d. Merokok.
16

Menurut Pantikawati dan Saryono tahun 2010 bahwa penyakit akibat

rokok yaitu penyakit jantung, paru, kanker paru, arteriosclerosis,

dan dampak pada kehamilan (abortus, solusio plasenta, plasenta

previa, insufisiensi plasenta, kelahiran prematur, ketuban pecah

dini , dan BBLR).

Menurut Laksmi, 2009 bahwa asap rokok menyebabkan terganggunya

penyampaian oksigen ke janin sehingga pertukaran gas menjadi

abnormal. Menurut Saifuddin, 2014 bahwa pertukaran gas menjadi

abnormal dapat menyebabkan terjadi perubahan biokimia yaitu

berkurangnya komponen kolagen seperti asam askorbik dan tembaga

sehingga terjadi abnormalitas pertumbuhan struktur kolagen selaput

ketuban. Pertumbuhan struktur kolagen yang abnormal dapat

menyebabkan kekuatan selaput ketuban inferior rapuh sehingga terjadi

ketuban pecah dini.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Icha Dithyana (2013)

dengan judul Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian

Ketuban Pecah Dini di RSUD Dr. Moewardi. Ketuban Pecah Dini

(KPD) sampai saat ini merupakan masalah penting yang paling sering

dijumpai. Ketuban pecah dini dapat menimbulkan beberapa komplikasi

bagi ibu maupun janin serta dapat meningkatkan morbiditas dan

mortalitas maternal. Merokok dapat menyebabkan gangguan

kehamilan. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional

analitik dengan pendekatan case control. Sebanyak 60 sampel


17

penelitian dipilih dengan fixed disease sampling, merupakan semua ibu

hamil dan pasien bersalin di RSUD Dr. Moewardi. Pengambilan data

dilakukan dengan wawancara. Data yang diperoleh dianalisis dengan

program Statistic Products and Service Solution (SPSS) for Windows

Release 17.0 menggunakan uji statistikChi Square. Hasil penelitian

terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif

dengan ketuban pecah dini dengan hasil uji statistik Chi Square

didapatkan nilai p = 0.02 dan OR= 3,5. Ibu hamil perokok pasif 3,5 kali

lebih berisiko mengalami ketuban pecah dini dibanding bukan perokok

pasif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Sara Sulistyarini

(2015), dengan judul Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif

Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kab. Responden yang

mengalami ketuban pecah dini terdiri dari 40 (67%) dan 20 (33%)

reponden yang tidak ketuban pecah dini. Hasil nilai Asymp.sig.yaitu

p=0,006. Terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil perokok

pasif dengan kejadian ketuban pecah dini. Ibu hamil perokok pasif

memiliki risiko terkena ketuban pecah dini 0,11 kali lebih besar dari

pada ibu hamil tidak perokok pasif.

e. Hubungan Seksual.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Juwita (2007)

menunjukkan hasil bahwa coitus saat hamil dengan frekuensi lebih


18

dari 3 kali seminggu, posisi coitus yaitu suami diatas dan penetrasi

penis yang sangat dalam sebesar 37,50%, infeksi genitalia sebesar

37,50%, paritas (multipara) sebesar 37,59%, riwayat KPD sebesar

18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35 tahun merupakan faktor yang

mempengaruhi KPD.

Menurut Winkjosastro, 2006 bahwa frekuensi koitus pada

trimester III kehamilan yang lebih dari 3 kali seminggu diyakini

berperan pada terjadinya KPD. Hal itu berkaitan paparan hormon

prostaglandin didalam semen atau cairan sperma.Menurut Hamilton,

1995 bahwa Prostaglandin disekresi oleh banyak jaringan tubuh,

terutama pada kelenjar prostat pria dan endometrium wanita. Pada

wanita hormon tersebut mempengaruhi ovulasi, kontraksi tuba dan

uterus, meluruhkan endometrium, serta awal gejala aborsi persalinan.

Menurut Saifuddin, 2014 bahwa pada saat penurunan

progesteron, estrogen pada ibu hamil dan peningkatan prostaglandin dan

oksitosin dapat mengakibatkan terjadinya tanda-tanda persalinan.

2.1.5 Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah

keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban

berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih

merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan

ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran.

Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah
19

biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.Demam,

bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat

merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).

2.1.6 Diagnosis

Risiko infeksi intrauteri (korioamnionitis) meningkat seiring insiden

pecah ketuban, penting agar bidan menegakkan diagnosis yang akurat

tanpa meningkatkan risiko infeksi. Kebocoran cairan amnion harus

dibedakan dari inkontinensia urine, rabas vagina atau serviks, semen, atau

(jarang) rupture korion. Data berikut ini digunakan untuk menegakkan

diagnosis (Helen varney, 2008):

1. Riwayat

a. Jumlah cairan yang hilang : pecah ketuban awalnya menyebabkan

semburan cairan yang terus-menerus. Namun, pada beberapa kondisi

pecah ketuban, satu-satunya gejala yang diperhatikan wanita adalah

keluarnya sedikit cairan yang terus menerus (jernih, keruh, kuning,

atau hijau) dan perasaan basah pada celana dalamnya.

b. Ketidakmampuan mengendalikan kebocoran dengan latihan kegel :

membedakan PROM dari inkontinensia urine.

c. Waktu terjadi pecah ketuban.

d. Warna cairan: cairan amnion dapat jernih atau keruh : jika bercampur

meconium, cairan akan berwarna kuning atau hijau.

e. Bau cairan : cairan amnion memiliki bau apek yang khas, yang

membedakan dari urine.


20

f. Hubungan seksual terakhir : semen yang keluar dari vagina dapat

disalahartikan sebagai amnion.

2. Pemeriksaan fisik : lakukan palpasi abdomen untuk menemukan volume

cairan amnion. Apabila pecah ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan

mendeteksi berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan molase

uterus dan dinding abdomen disekitar janin dan penurunan kemampuan

balotemen dibandingkann temuan pada pemeriksaan sebelum pecah

ketuban. Ketuban yang pecah tidak menyebabkan perubahan yang seperti

ini dalam temuan abdomen.

3. Pemeriksaan spekulum steril

a. Inspeksi keberadaan tanda-tanda cairan di genetalia eksternal.

b. Lihat serviks untuk mengetahui aliran cairan dari orifisium.

c. Lihat adanya genangan cairan amnion di forniks vagina.

d. Jika tidak melihat ada cairan, minta ibu untuk mengejan (perasat

valsalva). Secara bergantian, beri tekanan pada fundus perlahan-lahan

atau naikkan dengan perlahan bagian presentasi pada abdomen untuk

memungkinkan cairan melewati bagian presentasi pada kasus

kebocoran berat sehingga dapat mengamati kebocoran cairan.

e. Observasi cairan yang keluar untuk melihat lanugo atau verniks

kaseosa jika usia kehamilan lebih dari minggu ke-32.

f. Visualisasi serviks untuk menentukan dilatasi. Jika pemeriksaan dalam

tidak akan dilakukan.


21

g. Visualisasi serviks untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau

ekstremitas janin.

4. Uji laboratorium

a. uji pakis positif : pemakisan (ferning), juga disebut percabangan halus

(arborization), pada kaca objek (slide) mikroskop yang disebabkan

keberadaan natrium klorida dan protein dalam cairan amnion. selama

pemeriksaan spekulum steril, gunakan lidi kapas steril untuk

mengumpulkan specimen, baik cairan dari forniks vagina posterior

maupun cairan yang keluar dari orifisium serviks, tetapi hati-hati agar

tidak menyentuh atau masuk ke orifisium karena lendir serviks juga

berbentuk pakis, walaupun dengan pola yang sedikit berbeda. Apus

spesimen pada kaca objek mikroskop dan biarkan seluruhnya kering

minimal selama 10 menit. Inspeksi kaca objek dibawah miksroskop

untuk memeriksa pola pakis.

b. Uji kertas nitrazin positif : kertas berwarna merah akan berubah

menjadi biru. Nilai pH vagina normal adalah 4,5 selama kehamilan,

terjadi peningkatan jumlah sekresi vagina akibat eksfoliasi epitelium

dan bakteri, sebagian besar lactobacillus, yang menyebabkan pH

vagian lebih asam, cairan amnion memiliki pH 7,0 sampai 7,5

(letakkan sehelai kertas nitrazin pada lebih spekulum setelah menarik

spekulum dari vagina).

Uji pakis lebih dapat dipercaya dari pada uji kertas nitrazin.Ini

karena sejumlah bahan selain cairan amnion memiliki pH yang lebih


22

alkali, termasuk lendir serviks, rabas vagina akibat vaginosis bacterial

atau infeksi trikomonas, darah, urine, semen.Oleh sebab itu, spesimen

yang diambil langsung dari orifisium serviks dan kemudian diapus

pada kertas nitrazin dapat mengakibatkan perubahan warna yang

positif-palsu.

Ultrasonografi untuk pemeriksaan oligohidramnion dapat

sangat membantu jika pemeriksaan sebelumnya tidak memberikan

gambaran jelas pecah ketuban. Namun, penyebab lain

oligohidramnion harus di singkirkan dan anda perlu ingat bahwa

wanita dapat mengalami pecah ketuban dan masih memiliki jumlah

cairan amnion yang normal, terutama jika ketuban hanya mengalami

kebocoran.

c. Spesimen untuk kultur streptokokus grup B (Group B Streptococcus,

GBS) : jika wanita di tapis untuk GBS antara minggu ke-35 dan ke-37

gestasi dan hasil kultur negatif dalam 5 minggu sebelum

didokumentasikan, set spesimen lainnya untuk kultur tidak diperlukan

dan antibiotik profilaksis tidak dianjurkan. Jika kultur GBS tidak

dilakukan atau hasilnya tidak diketahui dan kehamilan wanita telah

cukup bulan, pengumpulan specimen untuk kultur GBS tidak

diindikasikan, tetapi antibiotic profilaksis diberikan jika pecah ketuban

berlangsung 18 jam atau lebih sebelum pelahiran atau wanita memiliki

suhu tubuh ≥38°C. jika kehamilan wanita kurang dari minggu ke-37

gestasi dan kultur GBS juga belum pernah dilakukan atau hasilnya
23

belum diketahui, spesimen vagina dan rectum harus untuk diambil

kultus GBS, dan kecuali jika telah jelas bahwa persalinan dan

kelahiran prematurdapat dicegah, antibiotic mulai diberikan sampai

hasil poemeriksaan diketahui.

d. Pemeriksaan ultrasonografi USG

Pemeriksaan USG dapat berguna untuk melengkapi diagnosis untu

menilai indeks cairan amnion. Jika didapatkan volume cairan amnion

atau indeks cairan amnion yang berkurang tanpa adanya abnormalitas

ginjal janin dan tidak adanya pertumbuhan janin terhambat (PJT)

maka kecurigaan akan ketuban pecah sangatlah besar, walaupun

normalnya volume cairan ketuban tidak menyingkirkan diagnosis.

Selain itu USG dapat digunakan untuk menilai taksiran berat janin,

usia gestasi, dan presentasi janin, dan kelianan kongenital janin.

Semakin awal pemeriksaan dilakukan setelah terjadi pecah ketuban,

semakin mudah mendiagnosis pecah ketuban.Apabila pecah ketuban

telah berlalu lebih dari 6 sampai 12 jam.Banyak observasi diagnostik

yang menjadi tidak dapat dipercaya karena kurangnya cairan.

2.1.7 Penanganan Ketuban Pecah Dini

2.1.7.1 Penanganan Umum

a. Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.

b. Rujuk ke fasilitas yang memadai. (Buku saku pelayanan kesehatan Ibu di

fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, 2013)


24

2.1.7.2 Penanganan Khusus

A. Konservatif

1. Rawat di rumah sakit.

2. Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin bila tidak

tahan ampisilin dan metronidazol 2x500 mg selama 7 hari).

3. Jika umur kehamilan < 32 minggu, dirawat selama air ketuban masih

keluar atau sampai air ketuban tidak lagi keluar.

4. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada infeksi,

tes busa negative, beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi

dan kesejahteraan janin.

5. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

6. Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan

lakukan induksi, nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda

infeksi intrauterin).

7. Pada usia kehamilan 32-37 minggu, berikan steroid untuk memacu

kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin

dan spingomielin tiap minggu. Dosis betametason 12 mg sehari dosis

tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak

4 kali.

B. Aktif

1. Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal,

lakukan seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 µg – 50


25

µg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda

infeksi, berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.

2. Bila skor pelvic < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi.

Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea.

3. Bila skor pelvic > 5, induksi persalinan (Sarwono, 2014).

2.1.8 Komplikasi

Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia

kehamilan, dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan

premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin,

meningkatnya insiden seksio sesarea, atau gagalnya persalinan normal.

a. Persalinan prematur

Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode

laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90 % terjadi

dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28 – 34

minggu 50 % persalinan dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang dari 26

minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.

b. Infeksi

Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini.Pada

ibu dapat terjadi korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septicemia,

pneumonia dan omfalitis.Umumnya korioamnionitis terjadi sebelum

janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih

sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada


26

Ketubab Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode

laten.

c. Hipoksia dan asfiksia

Dengan pecahnya ketuban, terjadi oligohidramnion yang menekan tali

pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.Terdapat hubungan antara

terjadinya gawat janin dan derajat oligohidramnion, semakin sedikit air

ketuban, janin semakin gawat.

d. Sindrom deformitas janin

Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan

pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan kompresi muka dan

anggota badan janin, serta hipoplasi pulmonar (Sarwono, 2014).

2.1.9 Mekanisme KPD

Ketuban Pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena

pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput

ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban

rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraselular

matriks.Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban

pecah.

Degradasi kolage dimediasi oleh matriks metaloproteinase (MMP)

yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease.

Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1


27

mengarah pada degradasi proteolitik dari matriks ekstraseluler dan

membrane janin.Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang

persalinan.Pada penyakit periodontitis di mana terdapat peningkatan MMP,

cenderung terjadi Ketuban Pecah Dini.

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.Pada trimester

ketiga selaput ketuban mudah pecah.Melemahnya kekuatan selaput ketuban

ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim, dan gerakan

janin.Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput

ketuban.(Sarwono, 2014).

2.1.10 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Ketuban

Pecah Dini (KPD)

Asuhan kebidanan adalah pengambilan keputusan dan tindakan yang

dilakukan oleh bidan sesuai dengan wewenang dan ruang lingkup prakteknya

berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan.Mulai dari pengkajian, perumusan

diagnosa, atau masalah kebidanan, perencanaan, implementasi, pencatatan

asuhan kebidanan (Walsh 2008).

Sebagai pelaksana, bidan memberikan asuhan kebidanan dengan

menerapkan manajemen kebidanan secara langsung kepada ibu bersalin

dengan Ketuban Pecah Dini berdasarkan standart dan protokol.

Menurut Ratna (2012) langkah-langkah Asuhan Kebidanan pada Ketuban

Pecah Dini antara lain :

1. Observasi tanda-tanda vital, DJJ, HIS, kemajuan persalinan, deteksi dini

adanya komplikasi dan TTV.


28

2. Lakukan kolaborasi dengan dokter

3. Lakukan inform consent atas tindakan yang akan dilakukan

4. Hadirkan suami atau keluarga untuk memberikan dukungan moral.

5. Anjurkan ibu untuk berkemih jika kandung kemih terasa penuh

6. Observasi pengeluaran pervaginam

7. Jelaskan pada ibu tentang keadaan diri dan janinnya

8. Ajari ibu untuk menarik nafas panjang saat ada his, minta ibu untuk

tidak meneran sebelum pembukaan lengkap

9. Berikan dukungan moral pada ibu supaya tenang dalam menghadapi

persalinan

10. Berikan makanan dan minum yang cukup

11. Bantu ibu memilih posisi yang nyaman.

12. Saat pembukaan lengkap, jelaskan pada ibu untuk hanya meneran

apabila ada dorongan kuat untuk meneran

13. Atur posisi ibu saat melahirkan

14. Lakukan pencegahan laserasi

15. Lahirkan kepala bayi

16. Periksa tali pusat pada leher

17. Lahirkan bahu

18. Lahirkan sisa tubuh bayi

19. Keringkan dan beri rangsangan pada bayi

20. Potong tali pusat

21. Lakukan penatalaksanaan manajemen aktif kala III


29

22. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik

23. Beri suntikan oxytocin

24. Lakukan penegangan tali pusat terkendali

25. Lakukan massage fundus uteri

26. Observasi jumlah pendarahan pervaginam, laserasi jalan lahir, TFU,

kontraksi uterus, kandung kemih, keadaan umum ibu dan TTV.

27. Bersihkan tubuh ibu, serta ganti pakaian yang bersih.

28. Anjurkan ibu makan, minum dan istirahat

29. Isi partograf

30. Beri obat : Amoxilin 3 x 500 mg, Paracetamol 3 x 500 mg, Sulfas

Ferossus 3 x 350 mg.

2.2 Masa Nifas

2.2.1 Pengertian

Masa nifas (Postpartum/puerperium) berasal dari bahasa latin yaitu

dari kata ―puer‖ yang artinya bayi dan ―parous‖ yang arti melahirkan. Yaitu

masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan

kembali seperti pra hamil. Lama pada masa ini berkisar sekitar 6-8 minggu.

Masa nifas ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu :

a. Puerperium dini, yaitu masa kepulihan dimana ibu sudah diperbolehkan

mobilisasi jalan.

b. Puerperium intermedial, yaitu masa kepulihan menyeluruh alat-alat

genetalia yang lamanya sekitar 6-8 minggu.


30

c. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat

sempurna yang berlangsung sekitar 3 bulan. Tapi bila selama hamil

maupun bersalin ibu mempunyai komplikasi masa ini bisa berlangsung

lebih lama sampai tahunan (Sujiyantini, dkk, 2010 ).

2.2.2 Jadwal pelayanan Nifas

Menurut USAID-MCHIP (2012). Tatalaksana pelayanan nifas (PNC)

ditujukan pada ibu dan neonatus yang meliputi : pelayanan ibu nifas,

pelayanan neonatus, dan pelayanan KB pasca salin sesuai dengan Buku KIA.

Jadwal pelayanan Nifas :

a. Pertama, dilakukan pada 6 jam-48 jam

b. Kedua, dilakukan pada hari ke 3-7

c. Ketiga, dilakukan pada hari ke 8-28

d. Keempat, dilakukan pada hari ke 29–42

Menurut Saifuddin, A. 2009 kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali

untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir utuk mendeteksi dan

menangani masalah-masalah yang terjadi:

1. 6– 8 jam setelah persalinan

a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut.

c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga,

bagaimana mencegah perdarahan masa nifaskarena atonia uteri.

d. Pemberian ASI awal.


31

e. Melakukan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi baru lahir.

f. Menjaga bayi tetap sehat dengan mencegah hipotermi.

g. Jika petugas kesehatan menolong persalinan, ia harus tinggal dengan

ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama setelah kelahiran atau sampai

ibu dan bayi dalam keadaan stabil.

2. 6 hari setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak berbau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan meraat bayi sehari-hari.

3. 2 minggu setelah persalinan

a. Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilicus, tidak ada perdarahan dan tidak ada bau.

b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi/perdarahan abnormal.

c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makan, cairan dan istirahat.

d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyakit.

e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan meraat bayi sehari-hari.


32

4. 6 minggu setelah persalinan

a. Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayinya

alami

b. Memberikan konseling untuk berKB secara dini.

2.2.3 Standar pelayanan kebidanan

Standar14 : Penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan

Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi

paling sedikit selama 2 jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang

diperlukan. Disamping itu, bidan memberikan penjelasan tentang hal-hal yang

mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu untuk memulai

pemberian ASI.

Tujuannya adalah mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan

aman selama persalinan kala empat untuk memulihkan kesehatan ibu dan

bayi.Meningkatan asuhan sayang ibu dan sayang bayi. Memulai pemberian

ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya

ikatan batin antara ibu dan bayinya.

2.2.4 Dampak Ketuban Pecah Dini pada masa nifas

2.2.4.1 Pengertian Infeksi Masa Nifas

Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh

masuknya kuman kedalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas.

(ilmu kebidanan sarwono, hal : 689).


33

2.2.4.2 Penyebab

Nifas dapat disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam organ

kandungan maupun kuman dari luar yang sering menyebabkan infeksi.

Berdasarkan masuknya kuman ke dalam organ kandungan terbagi menjadi:

1. Ektogen (kuman datang dari luar)

2. Autogen (kuman dari tempat lain)

3. Endogen (kuman dari jalan lahir sendiri)

Selain itu, infeksi nifas dapat disebabkan oleh:

1. olyticus Aerobic

Streptococcus Haemolyticus Aerobic merupakan penyebab infeksi yang

paling berat. Infeksi ini bersifat eksogen (misal dari penderita lain, alat

yang tidak steril, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

2. Staphylococcus Aerus

Cara masuk Staphylococcus Aerus secara eksogen, merupakan penyebab

infeksi sedang. Sering ditemukan di rumah sakit dan dalam tenggorokan

orang-orang yang nampak sehat.

3. Escheria Coli

Escheria Coli berasal dari kandung kemih atau rektum. Escheria

Coli dapat menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan

endometrium. Kuman ini merupakan penyebab dari infeksi traktus

urinarius.
34

4. Clostridium Welchii

Clostridium Welchii bersifat anaerob dan jarang ditemukan akan tetapi

sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis

dan persalinan ditolong dukun

2.2.4.3 Cara terjadinya infeksi

1. Tangan pemeriksaan yang masuk kedalam vagina dengan sarung tangan

tidak sepenuhnya bebas dari kuman

2. Droplet Infection

3. Koitus pada akhir kehamilan dengan pecah ketuban

4. infeksi intra partum terjadi pada partus lama, ketuban sudah pecah lama,

pemeriksaan dalam berulang kali.

Tanda-tanda infeksi

1. Kenaikan suhu, disertai dengan leukosit dan takiradi

2. DJJ meningkat, air ketuban menjadi keruh dan berbau

3. Pada masa nifas disertai lokia berbau, warna lokia kuning ke hijau-

hijauan. (ilmu kebidanan sarwono, hal : 690)

2.2.4.4 Faktor Predisposisi

Semua keadaan yang dapat menurunkan daya tahan penderita seperti

perdarahan banyak, pre-eklamsia, juga infeksi lain seperti pneumonia,

penyakit jantung dan sebagainya. Partus lama, dengan ketuban pecah sebelum

waktunya. Tertinggalnya plasenta, selaput ketuban, dan bekuan darah. (ilmu

kebidanan, sarwono, hal : 691)


35

2.2.4.5 Penyakit/infeksi Pada Masa Nifas

1. Vulvitis

Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau luka perineum jaringan

sekitarnya membengkak, tepi luka menjadi merah dan bengkak, jahitan

mudah terlepas, dan luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan

pus.

2. Vaginitis

Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada luka vagina atau melalui

perineum. Permukaan makosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus,

dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus, penyebaran

dapat terjadi, tetapi pada umumnya infeksi tinggi terbatas.

3. Servisitis

Infeksi serviks juga terjadi, akan tetapi biasanya tidak menimbulkan

banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas dan langsung ke dasar

ligamentum latum dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke

parametrium.

4. Endometritis

Tanda-tanda gejala endrometritis

a. Demam

b. Lochea berbau

c. Involusi tidak sempurna


36

d. Kuman-kuman memasuki endometrium biasanya luka bekas

insersio plasenta.

5. Perioritis

Infeksi nifas dapat menyebar melalui pembuluh limfe didalam uterus

lansung mencapai peritoneum dan menyebabkan perotonitis, atau melalui

jaringan diantara kedua lembar ligamentum latum yang menyebabkan

parametritis (sellulitis pelvika).

a. Pelvio peritonitis

Hanya teralokasir dalam rongga pelvis.

Tanda dan gejala: Demam, nyeri perut bawah, nyeri VT, kavum

Douglas menonjol karena abses

b. Parotonitis umum

Tanda dan gejala: Perut kembung, pucat, muka cekung, suhu

meningkat, kulit dingin, nadi cepat dan kecil, mata cekung, nyeri perut

tekan.

2.3 Bayi Baru Lahir

2.3.1 Pengertian

Masa neonatal adalah masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28

hari) sesudah kelahiran. Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai

dengan usia 1 bulan sesudah lahir. Neonatus dini adalah bayi berusia 0-7

hari.Neonatus lanjut adalah bayi berusia 7-28 hari. (Muslihatun, 2010)


37

Menurut Dep. Kes. RI, (2005) Bayi baru lahir normal adalah bayi yang

lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir

2500 gram sampai 4000 gram.

2.3.2 Jadwal kunjungan neonates

Menurut USAID-MCHIP (2012).Jadwal kunjungan Neonatus:

a. Pertama, dilakukan pada 6 jam-48 jam

b. Kedua, dilakukan pada hari ke 3-7

c. Ketiga, dilakukan pada hari ke 8-28

2.3.3 Standar pelayanan kebidanan

Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir

Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan

spontan, mencegah asfiksia, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan

atau merujuk sesuai kebutuhan.Bidan juga harus mencegah atau menangani

hipotermi dan mencegah hipoglikemia dan infeksi.

Tujuannya adalah menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya

pernafasan serta mencegah hipotermi, hipoglikemi dan infeksi.Dan hasil yang

diharapkan adalah bayi baru lahir menemukan perawatan dengan segera dan

tepat.Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat untuk dapat memulai

pernafasan dengan baik.

Standar15 : Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas

Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah

sakit atau melakukan kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua
38

dan minggu ke enam setelah persalinan, untuk membantu proses

penatalaksanaan tali pusat yang benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau

rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan

penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan

bergizi, asuhan bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan KB.

Tujuannya adalah memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari

setelah persalinan dan memberikan penyuluhan ASI eksklusif.

2.3.4 Dampak Ketuban Pecah dini pada Bayi baru Lahir

2.3.4.1 Pengertian Sepsis Neonatorum

Sepsis neonatorum, sepsis neonatus dan septikemia neonatus

merupakan istilah yang telah digunakan untuk menggambarkan respons

sistemik terhadap infeksi pada bayi baru lahir. Sepsis neonatorum adalah

suatu bentuk penyakit yang digambarkan dengan adanya infeksi bakteri secara

sistemik pada bulan pertama kehidupan yang ditandai hasil kultur darah yang

positif. Definisi lainnya adalah sindroma klinis yang ditandai gejala sitemik

dan disertai bakteriemia yang terjadi dalam bulan pertama kehidupan.

2.3.4.2 Etiologi

Etiologi terjadinya sepsis pada neonatus adalah dari bakteri.virus,

jamur dan protozoa ( jarang ). Penyebab yang paling sering dari sepsis awitan

awal adalah Streptokokus grup B dan bakteri enterik yang didapat dari saluran

kelamin ibu.Sepsis awitan lanjut dapat disebabkan oleh SGB, virus herpes

simplek (HSV), enterovirus dan E.coli.Pada bayi dengan berat badan lahir
39

sangat rendah, Candida dan Stafilokokus koagulase-negatif (CONS),

merupakan patogen yang paling umum pada sepsis awitan lanjut.

2.3.4.3 Patogenesa

Terdapat perbedaan patogenesa antara sepsis neonatus yang early

onset/awitan awal dengan yang late onset/awitan lanjut.early onset didapat

secara transmisi vertikal dalam uterus atau intra partus,sedangkan late onset

biasanya secara transmisi horisontal dan intra partus.

1. Early onset / awitan awal

Hal yang paling penting faktor resiko terjadinya infeksi adalah pada saat

persalinan dimana keberadaan mikroorganisme dalam saluran genito

urinarius.Bakteri pada saluran genito urinarius naik secara asending dan

mencapai cairan amnion setelah terjadi ruptur pada membran prematur (

PROM ). Infeksi secara asending juga dapat terjadi pada saat kontak

dengan membran korioamnetik dalam uterus yang berdampak lahir

hidup atau mati beberapa jam setelah lahir. Altematif lain adalah pada

saat neonatus kontak dengan mikroorganisme selama melalui jalan lahir.

Ketika fetus menghisap/aspirasi cairan amnion yang terkontaminasi

mikroorganisme mencapai bagian bawah saluran sistem pemapasan dan

menyebabkan kerusakan sel epitel dari paru- paru.sebagai hasilnya

adalah pnemonia dan distres pemapasan yang terlihat pada beberapa jam

setelah kelahiran.
40

2. Late onset /awitan lanjut

Transmisi secara horisontal memegang peranan yang besar, kontak yang

erat dengan ibu yang menyusui,dan penularan transmisi secara

nosokomial, yang paling utama penyebab faktor resiko didapatkannya

nosokomial sepsis adalah penggunaan lama kateter plastik intravaskuler,

penggunaan prosedur invasif, pemakaian antibiotik, perawatan yang

lama di rumah sakit,kontaminasi dari peralatan laboratorium pendukung,

cairan intravena atau enteral, dan peralatan yang terkontaminasi.

Bagaimanapun, situasi yang meningkatkan paparan neonatus terhadap

mikroorganisme menghasilkan peningkatan yang tinggi terhadap infeksi

nosokomial dalam perawatan.Faktor resiko dari sepsis neonatus terdiri

faktor pejamu, sosio-ekonomi, riwayat persalinan, perawatan bayi baru

lahir, dan kesehatan serta keadaan gizi ibu, merupakan faktor-faktor

resiko terpenting pada sepsis neonatal. Dari laporan penelitian pada

sepsis neonatal yang terjadi segera setelah lahir,menunjukkan adanya

satu atau lebih faktor resiko pada riwayat kehamilan dan persalinan.

Faktor-faktor tersebut adalah

1) Kelahiran kurang bulan,

2) Berat badan lahir rendah,

3) Ketuban pecah dini

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Danny Indrawarman

(2012) dengan judul Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan

Terjadinya Sepsis Neonatorum Di Rsud Dr Moewardi. Berdasarkan


41

hasil penelitian yang dilakukan di RSUD dr. Moewardi Surakarta,

diperoleh data-data yang telah disajikan dalam bentuk gambar dan

tabel. Pada penelitian ini diteliti 231 neonatus, terdiri dari kasus

sebesar 77 neonatus dengan sepsis dan kontrol sebesar 154 neonatus

tanpa sepsis. Karakteristik neonatus pada penelitian ini terdiri dari 116

bayi (50.2%) berjenis kelamin laki-laki, 115 bayi (49.8%) perempuan,

KPD positif pada 131 bayi (56.7%), dan KPD negatif 100 bayi

(43.3%). Dari hasil penelitian didapatkan distribusi KPD dengan

terjadinya sepsis neonatorum sebagai berikut : 1. Kejadian sepsis yang

disertai dengan KPD dibandingkan dengan semua neonatus adalah

sebesar 72.7 % 2. Kejadian sepsis yang tidak disertai dengan KPD

dibandingkan dengan semua neonatus adalah sebesar 27.3 % Dalam

penelitian ini diperoleh hasil uji beda Chi-Square dengan nilai hitung

lebih besar dari tabel (12.070>3.84) dan p value (0.001)

1. Infeksi maternal peripartum,

2. Kelahiran aseptik,

3. Kelahiran traumatik,

4. Keadaan hipoksia
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

3.1 Kasus

3.1.1 Identitas Pasien

Ny. Y 27 tahun, agama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan ibu rumah

tangga, status perkawinan menikah, alamat kp. Susukan RT 09/05 Ds.

Gunung sari kec.Pagaden kab. Subang

3.1.2 Kronologi Kasus

Ny. Y tiba di RSUD Subang pada tanggal 19 Maret 2017 pukul 12.30 WIB

dengan rujukan bidan atas indikasi ketuban pecah dini. Ibu datang di antar

oleh bidan dan keluarga mengatakan ini kehamilan yang kedua, melahirkan

satu kali dan belum pernah keguguran.Ibu mengatakan sudah keluar air-air

sejak pukul 05.30 wib.

Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi:

82x/menit, respirasi: 21x/menit, dan suhu: 36,7oc. Dilakukan pemeriksaan

dalam dan diketahui pembukaan 2 cm, ketuban negative, penurunan hodge

1.Dilakukan penilaian his dengan hasil 2x/10 menit dan DJJ

137x/menit.Kemudian, dilakukan pengambilan darah untuk melakukan tes

laboratorium. Didapatkan diagnosa kerja ibu G2P1A0 usia kehamilan 38

minggu 6 hari inpartu kala 1 fase laten dengan ketuban pecah dini. Bidan

melakukan kolaborasi dengan dokter SPoG.Advice dokter yaitu diberikan

antibiotik dan dilakukan terminasi persalinan.

42
43

Pada pukul 14.00 WIB dilakukan skintest dan hasilnya tidak memiliki alergi

terhadap antibiotic, pukul 14.15 WIB dilakukan pemberian cefotaxime dan

metronidazole. Pada pukul 14.30 WIB dilakukan terminasi persalinan dengan

induksi oksitosin 5 IU dalam RL 500 ml.Bidan menganjurkan ibu untuk tetap

tenang dan melakukan pemantauan persalinan.

Pada tanggal 19 maret 2017 pukul 15.45 WIB ibu mengeluh merasakan mulas

yang semakin sering dan teratur, dan ada rasa dorongan untuk mengedan. TD

110/80 mmHg, His 4x/10 menit selama 55 detik, DJJ 138x/menit, portio tidak

teraba, ketuban negatif dan pembukaan 10 cm. Ny.G1P0A0 gravida 38 minggu

6 hari inpartu kala II dengan keadaan baik. Janin hidup tunggal intrauterine

presentasi kepala dengan keadaan baik. Lalu mendekatkan alat partus dan siap

memakai APD lengkap untuk mencegah terjadinya infeksi kepada ibu, ibu

dipimpin untuk meneran pada saat ada his yang ade kuat, kepala bayi 5-6 cm

di depan vulva lalu menahan perineum dengan tangan kanan yang telah

dilapisi kain sementara tangan kiri menahan puncak kepala bayi agar tidak

terjadi defleksi maksimal, mengecek apakah terdapat lilitan tali pusat pada

leher bayi, menunggu kepala melakukan putar paksi luar kemudian

meletakkan kedua tangan dikepala bayi secara biparietal lalu lakukan tarikan

perlahan kearah bawah untuk melahirkan bahu anterior dan lakukan tarikan

kearah atas untuk melahirkan bahu posterior, melakukan sanggah susur

hingga seluruh badan dan kaki bayi lahir.


44

Pada pukul 16.00 WIB bayi lahir spontan segera menangis warna kulit

kemerahan tonus otot aktif, klem tali pusat, potong tali pusat diantara 2 klem,

ikat tali pusat, keringkan bayi. Bayi tidak dilakukan IMD, Dilakukan

pengecekan bayi ke 2 dan penyuntikan oksitosin 10 IU pada 1/3 paha kiri

bagian luar, P2A0 inpartu kala III dengan keadaan baik. Uterus globuler dan

semburan darah tiba-tiba, ada tanda-tanda pelepasan plasenta dan Melakukan

PTT.

Pada pukul WIB 16.10 WIB plasenta lahir lengkap. Ibu merasa lemas dan

cape setelah melahirkan keadaan umum ibu baik TD: 120/80 mmHg, nadi:

81x/menit, respirasi: 22 x/menit S 36,6 °C TFU 2 jari dibawah pusat, keadaan

vesika urinaria kosong, perdarahan ±200 cc keadaan perineum ada luka

robekan jalan lahir grade II, P2A0 parturient kala IV dengan keadaan baik.

Bidan melakukan penjahitan pada luka perineum ibu, dan memberikan

kenyaman pada ibu dengan membersihkan badan ibu.

Pada pukul 16.10-18.10 wib dilakukan observasi kala IV selama 2 jam.

Dengan hasil keadaan ibu baik. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.

Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi.

3.1.3 Asuhan kebidanan pra-rujukan

Tanggal 19 maret 2017 pukul 05.30 WIB Ny. Y mengeluh keluar air-air dari

kemaluan, tidak disertai mules dan Ny. Y dibawa keluarga ke klinik A pada

Pukul 08.00 WIB, setelah di periksa oleh bidan diketahui pembukaan 2 cm


45

dan ketuban negatif. Tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo dan tes nitrazin

dengan alasan bahwa kertas lakmus tidak ada.

Ibu datang ke klinik dilakukan pemasangan infus dengan cairan RL 500 ml,

tidak mendapatkan obat antibiotik dan dilakukan percobaan persalinan

normal. Pada pukul 12.00 WIB dilakukan pemeriksaan dalam kembali dan

diketahui pembukaan tetap 2 cm. Bidan melakukan informed consent

persetujuan rujukan dikarenakan pembukaan tidak bertambah. Setelah

keluarga menyetujuinya, rujukan dilakukan dari klinik A ke RSUD Subang

atas persetujuan ibu dan suami, kemudian bidan memproses rujukan ke RSUD

Subang dengan keadaan pasien sudah di infus dan di rujuk dengan di

dampingi bidan, tempat rujukan mempunyai fasilitas lebih tinggi dari Klinik

A sehingga sudah sesuai, sarana transfortasi sudah tersedia yaitu mobil dari

pihak keluarga pasien, setelah itu pasien kemudian di rujuk dengan

didampingi bidan dan keluarga, pasien sudah terpasang infus RL 500 cc di

ekstremitas kanan atas dengan laju 12 tpm, ketika sampai di Rumah Sakit

bidan memberikan surat rujukan kepada pihak rumah sakit.

3.1.4 Riwayat Asuhan Kehamilan (ANC)

Berdasarkan pemaparan Ny. Y, kehamilan ini merupakan kehamilan ke-2.

HPHT : 20-06-2016 dan taksiran persalinan pada tanggal 27-03-20-17. Pada

kehamilan ini ibu melakukan imunisasi TT 2 kali. Ibu menyadari bahwa

dirinya hamil saat usia kehamilan baru menginjak 1 bulan karena ibu
46

mengalami telat menstruasi. Ibu sudah 10 kali memeriksakan kehamilannya di

BPM dan posyandu. Ibu belum pernah melakukan pemeriksaan USG, ibu

banyak mengkonsumsi tablet Fe >90 tablet. Ibu sebelumnya menggunakan

KB suntik 3 bulan selama 2 tahun, ibu tidak mempunyai riwayat alergi.

Golongan darah ibu B.

Ibu mengatakan selama kehamilan ibu melakukan kunjungan ANC sebanyak

9 kali, pada kunjungan pertama hingga kunjungan ke 9 tekanan darah ibu

dalam batas normal tetapi pada kunjungan ke 9 tekanan darah ibu rendah

90/70 mmHg dan tekanan darah paling tinggi 120/80 mmHg. Pada kunjungan

ke 6 ibu memeriksakan Hb dengan hasil Hb: 13,9 gr%. Dan ibu tidak pernah

memiliki keluhan selama kehamilan.

Ibu mengatakan tidak punya penyakit yang pernah/ sedang diderita seperti

PMS. Mengenai perilaku kesehatan, ibu mengatakan tidak mengkonsumsi

obat-obatan terlarang, alkohol dan tidak merokok, namun ibu megatakan

suaminya merupakan perokok aktif dalam sehari bisa menghabiskan 1

bungkus rorok banyaknya 12 batang rokok, sehingga ibu sebagai perokok

pasif menyebabkan ibu terpapar oleh asap rokok setiap hari karena suami

sering merokok di dalam rumah.

Mengenai aktivitas seksual terakhir hubungan malamnya sebelum keluar air-

air, dalam seminggu bisa 3 kali bisa lebih karena menurut pengakuan ibu

suaminya senang akan hal itu.


47

3.1.5 Perkembangan Masa Nifas

3.1.5.1 Asuhan Masa Nifasdi Rumah Sakit Umum Daerah Subang

Pada tanggal 19-03-2017 pukul 21.10 ibu dipindahkan dari ruang VK ke

ruang flamboyandan dilakukan pemeriksaan pada ibu dengan TD: 120/70

mmHg, nadi: 77x/menit, respirasi: 19 x/menit S 36,6 °C, TFU 2 jari dibawah

pusat, konsistensi uterus kuat, pengeluaran lochea rubra, luka perineum ada

masih basah, keadaan luka perineum baik tidak ada tanda-tanda infeksi.

Menganjurkan ibu untuk melakukan mobilisasi, menganjurkan ibu untuk

makan makanan yang tinggi protein, dan istirahat cukup setelah lelah

melahirkan.Pada pukul 02.00 wib memberikan ibu antibiotik yaitu cefotaxime

secara IV (bolus).

Pada tanggal 20-03-2017 pukul 09.00 WIB ibu dilakukan pemeriksaan dengan

hasil TD: 110/70 mmHg, nadi: 75x/menit, respirasi: 19 x/menit S 36,6 °C,

TFU 2 jari dibawah pusat, konsistensi uterus kuat, pengeluaran lochea rubra,

luka perineum ada masih basah, keadaan luka perineum baik tidak ada tanda-

tanda infeksi. Ibu diperbolehkan pulang dan disarankan untuk melakukan

kontrol ulang ke tenaga kesehatan terdekat.Memberikan penkes pulang.

3.1.5.2 Perkembangan Kunjungan Nifas ke-2 (KF 2)

Pada hari ke-7, ibu mengatakan dikunjungi oleh bidan pada hari ke-5 dan

hanya memeriksakan tekanan darah tanpa memberikan penkes ataupun

memberitahukan mengenai kunjungan berikutnya. Pada kunjungan ini


48

dilakukan pemeriksaan dengan hasil TD: 120/70 mmHg, nadi: 82x/menit,

respirasi: 21 x/menit, Suhu 36,6 °C, fundus sudah tidak teraba, pengeluaran

lochea sanguenolenta, luka perineum ada sudah kering, keadaan luka

perineum baik tidak ada tanda-tanda infeksi.

3.1.5.3 Perkembangan Kunjungan Nifas ke-3 (KF 3)

Pada hari ke-12, ibu mengaku tidak dikunjungi oleh bidan. Bidan mengaku

bahwa tidak melakukan pemeriksaan pada saat kunjungan nifas dikarenakan

sibuk dengan kegiatan program di Puskesmas. Pada kunjungan ini dilakukan

pemeriksaan dengan hasil TD: 120/80 mmHg, nadi: 80x/menit, respirasi: 18

x/menit, Suhu 36,5 °C, pengeluaran lochea alba, luka perineum ada sudah

kering, keadaan luka perineum baik tidak ada tanda-tanda infeksi.

3.1.5.4 Perkembangan Kunjungan nifas ke-4 (KF 4)

Pada minggu ke 6, tanda-tanda vital ibu dalam batas normal, keadaan umum

ibu baik,ibu sudah memeriksakan diri ke bidan, untuk melakukan

pemeriksaan luka jahitan dan berencana menggunakan KB. Ibu mengaku

dilakukan pemeriksaan tekanan darah, dan luka jahitan dengan hasil semua

dalam batas normal.Kemudian ibu memilih menggunakan KB suntik 3

bulan.Pada kunjungan ini dilakukan pemeriksaan dengan hasil dalam batas

normal.

3.1.6 Perkembangan Bayi Baru Lahir

3.1.6.1 Asuhan Pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah

Bayi Ny. Y lahir tanggal 19-03-2017 pukul 16.00 wib menangis spontan,

warna kulit kemerahan dengan jenis kelamin laki-laki, BB: 3200 gram, PB: 50
49

cm, ubun-ubun kecil mendatar, mollage tidak ada, caput succedanum tidak

ada, cepal haematom tidak ada, lingkar kepala34 cm dan lingkar dada 33 cm.

Bayi dibersihkan dan dilakukan pencegahan hipotermi dengan cara

memakaikan topi pada bayi. Bayi diberikan identitas pengenal berupa gelang

yang sudah diberikan keterangan nama orang tua, jenis kelamin, berat badan

serta alamat. Pada pukul 16.30 wib bayi dipindahkan ke ruang cempaka

(perinatologi) dan dilakukan pemberian salep matatetracycline serta vit K

sebanyak 1 mg. selama bayi di ruang cempaka, bayi diberikan susu formula.

Pada tanggal 20-03-2017 pukul 07.15 WIB bayi dimandikan dan diberikan

imunisasi HB0.Kemudian dilakukan pemeriksaan tanda tanda vital dengan

hasil suhu 36,6oC dan respirasi 44x/menit.Pada pukul 10.10 wib bayi

dipindahkan ke ruang flamboyan untuk dilakukan rawat gabung.

3.1.6.2 Perkembangan Kunjungan Neonatal ke-2 (KN 2)

Pada hari ke-7, ibu mengatakan bahwa bidan melakukan kunjungan pada hari

ke-5 untuk melakukan pemeriksaan fisik pada bayi tanpa memberikan

pendidikan kesehatan mengenai perawatan tali pusat, menjaga agar bayi

bersih, menjelaskan tanda bahaya, masalah dalam pemberian ASI, jadwal

kunjungan ulang, dll.

3.1.6.3 Perkembangan Kunjungan Neonatal ke-3 (KN 3)

Pada kunjungan ketiga bidan tidak melakukan kunjungan.


50

3.2 Pembahasan

3.2.1 Faktor predisposisi dan penyebab KPD

Diketahui bahwa ibu mempunyai riwayat hubungan seksual 1 hari yang lalu

dengan frekuensi kurang lebih 3 kali dalam seminggu pada trimester III dan

suami perokok aktif, sehingga Ny. Y sebagai perokok pasif.

Menurut Winkjosastro, 2006 bahwa frekuensi koitus pada trimester III

kehamilan yang lebih dari 3 kali seminggu diyakini berperan pada terjadinya

KPD. Hal itu berkaitan paparan hormon prostaglandin didalam semen atau

cairan sperma.Menurut Hamilton, 1995 bahwa Prostaglandin disekresi oleh

banyak jaringan tubuh, terutama pada kelenjar prostat pria dan endometrium

wanita. Pada wanita hormon tersebut mempengaruhi ovulasi, kontraksi tuba

dan uterus, meluruhkan endometrium, serta awal gejala aborsi persalinan.

Menurut Saifuddin, 2014 bahwa pada saat penurunan progesteron, estrogen

pada ibu hamil dan peningkatan prostaglandin dan oksitosin dapat

mengakibatkan terjadinya tanda-tanda persalinan.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Juwita (2007) menunjukkan hasil

bahwa coitus saat hamil dengan frekuensi lebih dari 3 kali seminggu,

posisi coitus yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam

sebesar 37,50%, infeksi genitalia sebesar 37,50%, paritas (multipara)

sebesar 37,59%, riwayat KPD sebesar 18,75% dan usia ibu yang lebih dari 35

tahun merupakan faktor yang mempengaruhi KPD.


51

Menurut Wardoyo, 1996 bahwa Perokok pasif adalah asap rokok yang di

hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok

merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih

berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret

kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama

di tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan

terhirup oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon

monoksida, empat kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin.

Menurut Pantikawati dan Saryono tahun 2010 bahwa penyakit akibat rokok

yaitu penyakit jantung, paru, kanker paru, arteriosclerosis, dan dampak

pada kehamilan (abortus, solusio plasenta, plasenta previa, insufisiensi

plasenta, kelahiran prematur, ketuban pecah dini, dan BBLR).

Menurut Laksmi, 2009 bahwa asap rokok menyebabkan terganggunya

penyampaian oksigen ke janin sehingga pertukaran gas menjadi

abnormal. Menurut Saifuddin, 2014 bahwa pertukaran gas menjadi abnormal

dapat menyebabkan terjadi perubahan biokimia yaitu berkurangnya

komponen kolagen seperti asam askorbik dan tembaga sehingga terjadi

abnormalitas pertumbuhan struktur kolagen selaput ketuban.

Pertumbuhan struktur kolagen yang abnormal dapat menyebabkan

kekuatan selaput ketuban inferior rapuh sehingga terjadi ketuban pecah

dini.
52

Menurut hasil penelitian Muntoha, Suhartono, Nur Endah W tahun 2013

dengan judul Hubungan antara Riwayat Paparan Asap Rokok dengan

Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD Dr. H. Soewondo

Kendal bahwa Hasil penelitian menggambarkan hubungan antara riwayat

paparan asap rokok dengan kejadian KPD pada ibu hamil menunjukkan

bahwa sebagian besar responden yang terpapar asap rokok mengalami KPD

yaitu sejumlah 24 responden atau 75% dengan p value0,00 atau< 0,05

sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan bermakna antara

riwayat paparan asap rokok dengan kejadian KPD.

Menurut penelitian Icha Dithyana tahun 2013 dengan judul hubungan ibu

hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini. Menunjukan

bahwa ibu hamil perokok pasif memiliki risiko untuk terkena ketuban

pecah dini 3,5 kali lebih besar daripada wanita tidak perokok pasif (OR

= 3,5; p = 0,02) dan menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna

ibu hamil perokok pasif dengan kejadian ketuban pecah dini.

Berdasarkan analisa dari kasus dan teori, faktor predisposisi dan penyebab

KPD pada Ny. Y karena riwayat hubungan seksual lebih dari 3 kali dalam

semingu dan perilaku suami sebagai perokok aktif dan Ny. Y sebagai perokok

pasif. Riwayat hubungan seksual karena hal itu berkaitan dengan paparan

hormon prostaglandin didalam semen atau cairan sperma dapat menyebabkan

ketuban pecah dini. Perilaku suami sebagai perokok aktif dan Ny. Y sebagai
53

perokok pasif, dampak dari asap rokok yang terhirup oleh perokok pasif

lima kali lebih banyak mengandung karbonmonoksida, empat kali lebih

banyak mengandung tar dan nikotin, asap rokok yang terpapar pada Ny.Y

menyebabkan terganggunya penyampaian oksigen ke janin sehingga

pertukaran gas menjadi abnormal, karena pertukaran gas menjadi abnormal

dapat menyebabkan terjadi perubahan biokimia yaitu berkurangnya

komponen kolagen seperti asam askorbik dan tembaga sehingga terjadi

abnormalitas pertumbuhan struktur kolagen selaput ketuban.

Pertumbuhan struktur kolagen yang abnormal dapat menyebabkan

kekuatan selaput ketuban inferior rapuh sehingga terjadi ketuban pecah

dini. Sehingga kasus predisposisi dan penyebab KPD sesuai dengan teori.

3.2.2 Asuhan pra-rujukan dan riwayat asuhan kehamilan (ANC)

3.2.2.1 Asuhan pra-rujukan di klinik A

Penatalaksanaan ketuban pecah dini (KPD) di klinik A diketahui bahwa

ketika penegakkan diagnosa bidan langsung melakukan pemeriksaan dalam

tanpa melakukan inspekulo dan petugas tidak melakukan pemeriksaan tes

kertas lakmus pada penatalaksanaan ketuban pecah dini., serta diketahui

bahwa ibu tidak diberikan antibiotik.

Menurut Depkes, 2013 bahwa Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis

didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-tiba.

Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum steril


54

untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang di

forniks posterior. Jika tidak ada, gerakkansedikit bagian terbawah janin, atau

minta ibu untuk mengedan/batuk. Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak

dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif (melahirkan bayi) karena

dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi. Setelah

melakukan inspekulo, Pastikan bahwa: Cairan tersebut adalah cairan amnion

dengan memperhatikan: Bau cairan ketuban yang khas, Tes Nitrazin: lihat

apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap diingat bahwa

darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu, Gambaran

pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati sekret servikovaginal yang

mengering Tidak ada tanda-tanda in partu Setelah menentukan diagnosis

ketuban pecah dini, perhatikan tanda-tanda karioamnionitis.

Penanganan Umum ketuban pecah dini yaitu, memberikan eritromisin 4x250

mg selama 10 hari dan rujuk ke fasilitas yang memadai. (Buku saku

pelayanan kesehatan Ibu di fasilitas kesehatan dasar dan rujukan, 2013)

Berdasarkan analisa dari kasus dan teori terjadi kesenjangan penanganan

Ketuban Pecah Dini di klinik Asaat penegakkan diagnosa bidan langsung

melakukan pemeriksaan dalam tanpa melakukan inspekulo, dan penanganan

tanpa memberikan antibitotik.

3.2.2.2 Riwayat Asuhan Kehamilan

Ibu melakukan pemeriksaan kehamilan sebanyak 9 kali. Selama pemeriksaan

kehamilan, dilakukan pemeriksaan laboraturium sebanyak 1 kali dengan hasil


55

Hb 13,9 gr%. Ibu mengaku sudah diimunisasi sebanyak 2 kali selama

kehamilan ini. Ibu mengaku mengkonsumsi tablet Fe setiap kali diberikan

oleh bidan dan menghabiskan lebih dari 90 tablet. Ibu tidak diberitahukan

mengenai fungsi dan manfaat menempelkan stiker P4K.Kualitas pelayanan

yang tidak maksimal dikarenakan tidak mendeteksi kelainan komplikasi pada

ibu.Pendidikan kesehatan yang diberikan selama pemeriksaan adalah jadwal

kunjungan, istirahat, manfaat fe dan tanda bahaya pada kehamilan.

Menurut (Depkes, 2010), pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan

oleh tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan

sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal. Dalam penerapannya

yaitu terdiri dari timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan

darah, nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas), ukur tinggi fundus uteri,

tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ), skrining status

imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan, pemberian tablet zat besi

minimal 90 tablet selama kehamilan, tes laboratorium (rutin dan khusus),

tatalaksana kasus, temu wicara (konseling) termasuk perencanaan persalinan

dan pencegahan komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Pada pengkajian antenatal care digunakan data sekunder dan dalam

pengkajiannya pengkaji menggunakan standar asuhan 10 T Depkes RI 2009.

Dari standar 10 T tersebut terdapat 3 standar yang belum sesuai standar yaitu

P4K.
56

3.2.3 Penatalaksanaan Asuhan Persalinan pada Ketuban Pecah Dini (KPD) di

Rumah Sakit Umum Daerah Subang

Diketahui bahwa petugas melakukan pemeriksaan dalam, kemudian dilakukan

pemeriksaan penunjang yaitu pemeriksaan laboratorium, untuk therapinya

diberikan antibiotik dan dilakukan induksi oksitosin, Bidan tidak melakukan

inspekulo dikarenakan sudah merasa yakin bahwa ketuban sudah pecah

karena pemeriksaan dalam.

Menurut Depkes, 2013 bahwa Diagnosis ketuban pecah dini ditegakkan

berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan inspekulo. Dari anamnesis

didapatkan penderita merasa keluar cairan yang banyak secara tiba-

tiba.Kemudian lakukan satu kali pemeriksaan inspekulo dengan spekulum

steril untuk melihat adanya cairan yang keluar dari serviks atau menggenang

di forniks posterior.Jika tidak ada, gerakkan sedikit bagian terbawah janin,

atau minta ibu untuk mengedan/batuk.Pemeriksaan dalam sebaiknya tidak

dilakukan kecuali akan dilakukan penanganan aktif (melahirkan bayi) karena

dapat mengurangi latensi dan meningkatkan kemungkinan infeksi.

Setelah melakukan inspekulo, Pastikan bahwa:Cairan tersebut adalah cairan

amnion dengan memperhatikan: Bau cairan ketuban yang khas, Tes Nitrazin:

lihat apakah kertas lakmus berubah dari merah menjadi biru. Harap diingat

bahwa darah, semen, dan infeksi dapat menyebabkan hasil positif palsu,

Gambaran pakis yang terlihat di mikroskop ketika mengamati

sekret servikovaginal yang mengering Tidak ada tanda-tanda in partu Setelah


57

menentukan diagnosis ketuban pecah dini, perhatikan tanda-tanda

karioamnionitis

Dalam kasus ini sebagian besar pelayanan yang diberikan sudah sesuai

dengan yang ditetapkan oleh Prosedur Tetap (PROTAP) RSUD Subang,

sedangkan kesenjangan yang terjadi adalah petugas tidak melakukan

pemeriksaaninspekulo dan pemeriksaan tes kertas lakmus untuk pemeriksan

penunjang. Setelah dikonfirmasi dengan petugas terkait tidak dilakukan

pemeriksaan kertas lakmus karena stock kertas lakmus habis di Rumah Sakit,

padahal melakukan pemeriksaan penunjang dengan tes kertas lakmus untuk

penegakkan diagnosa pada kasus KPD tercantum dalam Prosedur Tetap

(PROTAP) RSUD Subang. Bidan melakukan pemeriksaan dalam sebelum

inpartu dapat meningkatkan kemungkinan infeksi.

3.2.4 Kualitas dan kuantitas Asuhan Masa Nifas dan Asuhan Bayi Baru lahir

3.2.4.1 Asuhan Masa Nifas

Berdasarkan analisis data didapatkan bahwa ibu melakukan kunjungan nifas

sebanyak 3 kali, yaitu pada 6 jam postpartum, 5 hari postpartum, 30 hari

postpartum, namun pada saat kunjungan nifas bidan tidak pernah

memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas, cara perawatan luka perineum,

tidak memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan

perorangan, makanan bergizi serta tidak mendapatkan penjelasan mengenai

jadwal kunjungan ataupun pentingnya untuk melakukan kunjungan.


58

Menurut USAID-MCHIP (2012) bahwa pelayanan postnatal care menetapkan

frekuensi kunjungan postnatal care sebaiknya 4 (empat) kali selama masa

nifas, dengan ketentuan sebagai berikut : Pertama, dilakukan pada 6 jam-48

jam, Kedua, dilakukan pada hari ke 3-7, Ketiga, dilakukan pada hari ke 8-28,

dan Keempat, dilakukan pada hari ke 29–42.

Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) pada Standar15 tentang

Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas, Bidan memberikan pelayanan

selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan kunjungan

ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam setelah

persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang benar,

penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang mungkin

terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara

umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan bayi baru lahir,

pemberian ASI, imunisasi dan KB.Tujuannya adalah memberikan pelayanan

kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan

penyuluhan ASI eksklusif.

Berdasarkan kasus dan teori didapatkan bahwa baik secara kuantitas maupun

kualitas pemeriksaan postnatal care bidan memiliki kesenjangan, secara

kuantitas Ny. Y tidak mendapatkan jumlah kunjungan yang sesuai. Secara

kualitas Ny. Y tidak mendapatkan penjelasan mengenai tanda-tanda bahaya

nifassedangkanpada kasus ibu dengan riwayat ketuban pecah dini yang rentan

terjadinya infeksi, tidak memberikan penjelasan tentang kesehatan secara


59

umum, tidak memberitahu mengenai kebersihan perorangan seperti vulva

hygience yang baik, dan asupan nutrisi ibu untuk mengkonsumsi makanan

bergizi tidak diberitahu, sehingga pelayanan yang bidan berikan tidak sesuai

dengan standar.

3.2.4.2 Asuhan Bayi Baru lahir

Pada kasus ketuban pecah dini Ny. Y bayi lahir segera menangis tidak terjadi

Asfiksia pada bayi, dan bayi tidak dilakukan IMD. Pada saat di rumah sakit

bayi diberikan susu formula. Kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 2 kali

dan selama kunjungan tidak terdapat tanda-tanda sepsis neonatorum.

Menurut Pokok - Pokok Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang

Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif. IMD adalah suatu proses dimana bayi

begitu dilahirkan dari rahim ibu, tanpa dimandikan terlebih dahulu, segera

diletakkan tengkurap pada perut dan dada ibu dengan kulit bayi melekat atau

bersentuhan langsung pada kulit ibu. Proses ini dilakukan sekurangnya selama

1 jam dan/atau sampai dengan bayi berhasil meraih puting ibu untuk menyusu

langsung sesuai kebutuhannya atau lamanya menyusu saat IMD ditentukan

oleh bayi. IMD dapat dilakukan dalam semua jenis kelahiran baik normal

maupun dengan bantuan vakum atau operasi.Pelaksanaan IMD ini dapat tidak

dilaksanakan apabila terdapat indikasi medis dimana demi keselamatan ibu

dan bayi, tenaga kesehatan menetapkan tidak dapat dilaksanakan IMD. (Buku

Acuan, APN; JNPK-KR, 2014. hal 128)

Menurut USAID-MCHIP (2012) Jadwal kunjungan Neonatus :


60

a. Pertama, dilakukan pada 6 jam-48 jam

b. Kedua, dilakukan pada hari ke 3-7

c. Ketiga, dilakukan pada hari ke 8-28

Menurut Standar Pelayanan Kebidanan (SPK) pada Standar15 tentang

Pelayanan Bagi Ibu dan Bayi Pada Masa Nifas, Bidan memberikan

pelayanan selama masa nifas di puskesmas dan rumah sakit atau melakukan

kunjungan ke rumah pada hari ke-tiga, minggu ke dua dan minggu ke enam

setelah persalinan, untuk membantu proses penatalaksanaan tali pusat yang

benar, penemuan dini, penatalaksanaan atau rujukan komplikasi yang

mungkin terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang

kesehatan secara umum, kebersihan perorangan, makanan bergizi, asuhan

bayi baru lahir , pemberian ASI , imunisasi dan KB.

Riwayat ketuban pecah dini (KPD) berisiko tinggi mengalami infeksi atau

sepsis neonatorum, sehingga memberitahu ibu tanda-tanda bahaya pada

neonatus sangat penting, memberitahu tanda gejala pada neonatus seperti

letargi, kulit berubah warna keabu-abuan, gangguan perfusi, sianosis, pucat,

kulit bintik-bintik tidak rata, ruam, ikterik, suhu tidak stabil demam suhu >

37,5° C atau hipotermi suhu < 36,5° C, perubahan metabolik hipoglikemi

atau hiperglikemi, gejala gangguan kardiopulmonal gangguan pernapasan

(merintih, napas cuping hidung, retraksi, takipnu), apnu dalam 24 jam

pertama atau tiba-tiba, takikardi, atau hipotensi (biasanya timbul lambat),

Gejala gastrointestinal: toleransi minum yang buruk, muntah, diare,

kembung, apabila bayi mengalami gejala tersebut maka diduga bayi


61

mengalami sepsis, oleh karena itu seharusnya bidan lebih menekankan

untuk memberitahu pada ibu mengenai tanda bahaya pada neonatus tersebut

agar ibu mengetahui tanda-tanda bahaya neonatus terutama mengenai

infeksi neonatus yang menyebabkan sepsis neonatorum, agar ibu dapat

bertindak sedini mungkin jika mengalami tanda bahaya pada neonatus,

sehingga apabila bayi ibu mengalami tanda gejala pada neonatus tersebut

dapat segera terdeteksi dan dapat diberikan asuhan sedini mungkin oleh

tenaga kesehatan.

Terdapat kesenjangan antara teori dan praktik dimana kualitas dan

kuantitas yang dilakukan belum sesuai dengan teori.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Dari hasil analisa pengkajian mulai dari kehamilan, persalinan, nifas

sampai asuhan bayi baru lahir yang telah dilakukan dalam kegiatan untuk

melengkapi Laporan Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan bahwa Gambaran

Asuhan Kebidanan Pada Ny. Y G2P1A0 dengan Ketuban Pecah Dini Di RSUD

Subang Pada Tahun 2017 adalah sebagai berikut:

1. Faktor predisposisi Ketuban Pecah Dini pada Ny. Y adalah faktor

hubungan seksual dan ibu sebagai perokok pasif, mempunyai riwayat

hubungan seksual dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam seminggu

pada trimester III dan suami perokok aktif sehingga Ny.Y sebagai

perokok pasif.

2. Dalam penangan asuhan pra-rujukan di klinik A belum sesuai dengan

teori yang ada dikarenakan bidan tidak melakukan pemeriksaan tes

kertas lakmus, tidak memberikan antibiotic dan riwayat asuhan

kehamilan sebagian besar sudah sesuai dan mengikuti teori yang ada.

3. Penanganan Ketuban Pecah Dini pada Ny. Y di Rumah Sakit Umum

Daerah Subang sudah sesuai dengan Prosedur Tetap (PROTAP)

62
63

4. Rumah Sakit Umum Daerah Subang, karena untuk penegakkan

diagnosa petugas tidak melakukan pemeriksaan tes kertas lakmus pada

penatalaksanaan ketuban pecah dini, hasil konfirmasi bahwa tidak

dilakukan pemeriksaan tes kertas lakmus dikarenakan sudah merasa

yakin ketuban negative melalui pemeriksaan dalam.

5. Perawatan Masa Nifas dan Bayi Baru Lahir

A. Asuhan masa nifas pada Ny. Y tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

Asuhan yang diberikan baik secara kuantitas maupun kualitas

belum sesuai dengan standar karena bidan tidak pernah

memberitahu ibu tanda-tanda bahaya nifas padahal pada kasus ibu

dengan riwayat Ketuban Pecah dini yang rentan terjadinya infeksi,

tidak memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum,

tidak memberitahu mengenai kebersihan perorangan seperti vulva

hygience yang baik, dan asupan nutrisi ibu untuk mengkonsumsi

makanan bergizi tidak diberitahu, sehingga pelayanan yang bidan

berikan tidak sesuai dengan standar.

B. Asuhan bayi baru lahir pada By. Ny. Y tidak terdapat tanda-tanda

infeksi. Asuhan yang diberikan baik secara kuantitas maupun

kualitas belum sesuai standar karena pada saat bayi baru lahir

petugas tidak melakukan IMD, petugas memberikan susu formula

pada bayi, dan pada semua kunjungan bidan tidak memberikan

konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, merawat tali pusat
64

bayi, merawat bayi sehari-hari dan tidak memberitahu mengenai

tanda bahaya pada bayi baru lahir.

4.2 Saran

4.2.1 Bagi Lahan Praktik

Melalui penulisan ini hendaknya bidan melakukan upaya preventif

dengan memberikan penyuluhan ketika ibu hamil melakukan kunjungan

Antenatal Care mengenai tanda bahaya ketika hamil khususnya faktor risiko

pada ibu hamil terhadap Ketuban Pecah Dini, dapat mengidentifikasi faktor

predisposisi dari Ketuban pecah Dini sehingga komplikasi bagi janin dan ibu

dapat diminimalkan, dan menganjurkan kepada ibu dan suami untuk

menggunakan alat kontrasepsi kondom apabila melakukan hubungan seksual.

4.2.2 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberi masukan institusi

pendidikan dalam sistem pendidikan terutama untuk materi perkuliahan

sebagai pengembangan ilmu dan memberikan gambaran dan informasi bagi

penulisan selanjutnya.

4.2.3 Bagi Tenaga Kesehatan

Melalui penulisan ini hendaknya bidan dapat memberi asuhan sesuai

standar dan PROTAP yang sudah ditetapkan, serta selalu mendokumentasikan

semua tindakan yang telah dilakukan. Melalui penulisan ini hendaknya

Rumah Sakit dan klinik menyediakan peralatan dan bahan yang lengkap
65

DAFTAR REFERENSI

Dafitri, Andini. 2016. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin Dengan Ketuban Pecah

Dini (KPD) Di Ruang Vk Rsud Ciamis.Diakses pada tanggal 26 Juni 2017. Pukul

21.20 WIB.

Dewi, Vivian Nanny Lia. 2013. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta :

SalembaMedika.

Helen, Varney. (2007). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4, Volume 2.

Jakarta: EGC

Indrawan, Danny. 2012. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini Dengan Terjadinya

Sepsis Neonatorum Di Rsud Dr Moewardi. Diakses pada tanggal 05 Juli 2017 pukul

02.10 wib

Juwita AR. 2007. Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Ketuban Pecah Dini di

Rumah Bersalin TiyantiMaospati Jawa Barat Tahun 2007.

Kementrian Kesehatan RI. 2013. Buku saku pelayanan kesehatan Ibu di fasilitas

kesehatan dasar dan rujukan.

Kemenkes RI. 2012. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 33 Tahun 2012

Tentang Pemberian Air Susu Ibu Ekslusif.Jakarta : Menteri Kesehatan RI.

Leihitu, Femmy Yolanda. 2015. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian


Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin Di Rsud Sleman Yogyakarta.

Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan Keluarga berencana


Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC
66

MCHIP—USAID, 2013.Petunjuk Kerja Pelayanan Antenatal Terpadu, Persalinan,

dan Paska Persalinan Terpadu. Serang : MCHIP-USAID.

Nurendah W, Muntoha, Suhartono. 2013. Hubungan Antara Riwayat Paparan Asap

Rokok dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini pada Ibu Hamil di RSUD. Dr. H.

Soewondo Kendal. Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.

http://docplayer.info/37440909-Hubungan-antara-riwayat-paparan-asap-rokok-

dengan-kejadian-ketuban-pecah-dini-pada-ibu-hamil-di-rsud-dr-h-soewondo-

kendal.html. Diakses pada tanggal 14 Juni 2017.Pukul 02.30 WIB

Prawiharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka

Saifudin, Abdul Bari. 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Jakarta: Sagung Seto

Sari, Enderia. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Sepsis Pada
Neonatorum Di Rumah Sakit Moehammad Hoesin Palembang. Diakses pada tanggal
04 Juni 2017 pukul 23.40 WIB.

Sulistyarini, Sara.2015. Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif Dengan Kejadian
Ketuban Pecah Dini Di RSUD Kab.Karanganyar. UNS-Fak Kedokteran Program
Diploma IV Bidan Pendidik-R1114107-2015.

Sujiyantini, Muflidah, A Hidayat. 2010. Asuhan Patologi Kebidanan. Nuha Medika.


Jogjakarta.

Syafruddin.(2009). Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan dalam

Kebidanan. Jakarta: Trans Info Media


67

Tahir, suriani, dkk. Faktor determinan ketuban pecah dini di rsud syekh yusuf
kabupaten gowa.16 mei 2017.

http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/abdbde934df5c895d7deebd756ce04e1.pdf

Taufan, 2012.Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Wiknjosastro, H. 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : EGC


Lampiran 1: Hasil Wawancara
No Tujuan Pertanyaan Jawaban
wawancara

1. Mengetahui 1. Kapan terakhir kali Ny. Y : “saya terakhir kali


faktor ibu berhubungan hubungan malemnya
predisposisi seksual dengan suami sebelum keluar air-air
KPD ? sekitar habis isya sekitar
2. Berapa kali frekuensi jam 8an, kemudian pagi-
hubungan seksual paginya tiba-tiba keluar
dalam semingu ? air-air, dalam seminggu
3. Bagaimana posisi bisa 3 kali bisa lebih,
hubungan seksual ibu posisinya kadang suami
? diatas, kadang nungging ya
4. Apakah ada keluhan begitulah neng, tidak ada
atau tidak? Jika ya, keluhan sih meskipun perut
sebutkan ? besar juga ya kalo suami
yang minta gimana ya heee,
suami saya mah da meni
resep neng”
Tn. A : “iya terkahir
hubungan malemnya
sebelum keluar air-air, ya 3
kali seminggu kadang lebih,
ya gitu seringnya saya
diatas, tidak ada”

5. Berapa kali ibu mandi Ny Y : “ saya mandi, gosok


dalam sehari? gigi dan ganti pakaian 2x
6. Berapa kali ibu gosok dalam sehari, kadang kalo
gigi dalam sehari? gerah banget mah bisa 3x
7. Berapa kali ibu ganti mandi dalam sehari neng,
pakaian dalam sehari? celana dalam 2 kali ganti
8. Berpa kali ibu ganti cuma kalo basah atau
celana dalam, dalam lembab suka 3x ganti neng,
sehari ? soalnya suka gak nyaman,
9. Bagaimana cara kalo bersihin habis
membersihkan BAB/BAK suka dari depan
kemaluan habis BAB/ ke belakang, ya keputihan
BAK? kadang sih tapi jarang
10. Apakah ibu pernah warnanya bening kadang
mengalami keputih-putihan warnanya,
keputihan? tapi tidak gatal dan tidak
11. Apakah warna berbau”
keputihan yang ibu
alami?
12. Apakah suka gatal
dan berbau keputihan
yang ibu alami?
1. Apakah ibu Ny. Y : “ tidak atuh neng,
mempunyai riwayat saya tidak punya riwayat
kesehatan seperti penyakit kos kitu, alergi
PMS ? tidak punya,sehat
2. Apakah ibu punya alhamdulillah, tidak pernah
alergi ? konsumsi obat-obatan
3. Apakah ibu terlarang juga paling
mengkonsumsi obat- konsumsi obat dari bidan
obatan terlarang ? aja, tidak merokok juga, iya
4. Apakah ibu pernah suami saya merokok neng,
merokok ketika hamil sering banget merokok
? depan saya, dalem rumah
5. Apakah suami ibu juga suka merokok, tiap
merokok ? hari 1 bungkus banyaknya
6. Apakah suami ibu 12 batang rokok ada kali
suka merokok di neng habis.”
dalam rumah ?
Tn. A : “iya saya sering
7. Apakah suami ibu
merokok, iya suka dalem
sering merokok di
rumah, da gimana atuh
dekat ibu sehingga
neng susah berhentinya”
asapnya terpapar ke
ibu ?
8. Berapa banyak suami
merokok dalam sehari
?
2. Untuk 9. Kapan ibu datang ke Ny. Y :“datang ke klinik
mengetahui Klinik ? jam 8 tapibelumada mules,
pentalakasanaan 10. Kapan ibu pertama perut teh asa kararenceng,
KPD di Klinik A mulas-mulas ? keluar lendir darah mah
11. Kapan keluar lendir pas udah di klinik, terus
dan darah? keluar air-air jam setengah
12. Kapan keluar air-air ? enam, terus saya langsung
13. Apa yang dilakukan pergi ke klinik, pertama
bidan ketika ibu saya disuruh tidur terus
pertama datang diperiksapembukaan
keKlinik ? katanya baru pembukaan 2,
14. Apa saja yang bidan terus diperiksa tekanan
periksa ketika ibu darah, sama di dengerin
datang ke Klinik? detak jantung bayi, engga
15. Bagaimana keadaan dimasukin alat ke kemaluan
ketuban dan warnanya sih neng.”
apa?
Bd. H : “ ibu datang ke
16. Apakah bidan
klinik jam 8,
melakukan
mengeluhkeluar air airdari
pemeriksaan
jam 05.30, pas datang ke
inspekulo ? Jika tidak,
klinik udah rembes,
mengapa ?
langsung diperiksa udah
17. Apakah bidan
pembukaan 2 cm, keadaan
melakukan
ketuban sudah berkurang,
pemeriksaan kertas
selaput masih ada, tidak
tes lakmus? Jika
kering dan warnanya
tidak, mengapa ?
jernih, TD : 120/ 70 mmHg,
18. Apakah bidan
DJJ : 147x/ menit, tidak
mendokumentasikan
melakukan inspekulo dan
atas apa yang telah
tidak dilakukan tes kertas
dikerjakan? Jika ya,
lakmus soalnya langsung di
lihat buktinya.
PD dan udah yakin ini air
ketuban dan kebetulan pada
saat itu kertas lakmusnya
tidak tersedia, setelah itu
langsung konsul ke dokter
obgyn, karena aterm jadi
dipertahankan disini dan
setelah 4 jam KPD
pembukaan ganambah
dipasang infus atas advis
dokter kemudian
dilakukanrujukan”
4. Mengetahui 19. Mengapa petugas Bd. A: “iya tidak dilakukan
penatalaksanaan tidak memeriksa tes pemeriksaan penunjang tes
KPD di Rumah kertas lakmus ? kertas lakmus soalnya stock
Sakit kertas lakmus di VK nya
habis.”

5. Mengetahui 20. Apakah bidan Ny. Y : “ Iya waktu itu hari


kualitas bertanya (anamnesa) ke 5 setelahlahiranbubidan,
pemeriksaan pada ibu sebelum terus pas disana ditanya
postnatal care melakukan mengenai perdarahan,
oleh tenaga pemeriksaan fisik menyusui, produksi ASI
kesehatan 8-28 mengenai keadaan ibu sama ditanya keluhan dan
hari mengenai ibu, pada waktu itu tidak ada
perdarahan, keluhan sih semuanya
menyusui, produksi normal, tapi tidak
ASI dan keluhan yang menanyakan dan tidak
lainnya ? pernah memberitahu
21. Apakah bidan mengenai kesehatan secara
bertanya mengenai umum, kebersihan
istirahat, asupan perorangan tentang cara
nutrisi, kebersihan membersihkan genetalia
perorang tentang mah tidak pernah dikasih
bagaimana cara tau, makanan yang harus di
membersihkan bagian konsumsi juga tdk dikasih
genetalia? tau, iya diperiksa tekanan
22. Apakah bidan darah sama bidan, tekanan
memeriksa tekanan darah saya kemarin 110/80,
darah ?Jika ya berapa terus diperiksa payudara,
tekanan darah ibu? perut juga diperiksa
23. Apakah bidan katanya normal dan dilihat
memeriksa payudara jahitan bekas lahiran waktu
ibu? itu katanya bagus udah
24. Apakah bidan kering dan engga infeksi,
memeriksa perut ibu iya diperiksa katanya
khususnya kontraksi darahnya juga normal tidak
uterus dan TFU ? berbau dan tidak banyak,
25. Apakah bidan iya setelah selesai
memeriksa genetalia/ pemeriksaan bidan
perineum ibu untuk bertanya mengenai rencana
memeriksa jahitan? KB dan menganjurkan KB
26. Apakah bidan hari ke 42 setelah
memeriksa melahirkan di mana aja
perdarahan ibu ? boleh ke bidan gimana saya
27. Apakah bidan gitu kata bidan gak harus
bertanya mengenai ke rumah sakit lagi, tidak
rencana ibu untuk ber pernah sih memberitahu
KB ? mengenai tanda bahaya
28. Apakah bidan nifas”.
menganjurkan
kunjungan nifas lagi?
Jika ya, kapan ?
29. Apakah bidan
memberitahu tanda
bahaya masa nifas ?
6. Mengetahui 1. Kapan ibu kunjungan Ny. Y : “ Iya waktu itu hari
kualitas ke Rumah Bersalin ? ke 42 setelah lahiran kan
pemeriksaan 2. Apakah bidan disuruh KB sama bidan
postnatal care bertanya (anamnesa) yang waktu itu di rumah
oleh tenaga pada ibu sebelum sakit, terus saya datang
kesehatan 29-42 melakukan tindakan? keklinikA untuk ber-KB, iya
hari Apa saja yang bidan bertanya bagaimana
tanyakan? produksi ASI, lancar engga
3. Apakan bidan udah ditanya gitu aja sih,
bertanya mengenai terus diperiksa tekanan
alat kontrasepsi / KB darah, kebutulan kemaren
? itu tekanan darah saya
4. Apakah bidan 120/70, iya diperiksa berat
memeriksa tekanan badan jadi 59 kg, iya bidan
darah ? melakukan pemeriksaan
5. Apakah bidan genetalia, iya sebelum di
memeriksa berat KB bidan menawarkan
badan ibu? beberapa jenis KB ada
6. Apakah bidan IUD, suntik, implant, dan
memeriksa payudara ngasih tau kelebihan
ibu? kekurangannya, cuma saya
7. Apakah bidan pilih KB suntik 3 bulan
memeriksa genetalia/ saja, baru juga kemaren
perineum ibu untuk neng tidak ada keluhan
memeriksa tanda apa-apa”
infeksi ?
8. Apakah bidan
memberikan
konseling mengenai
jenis-jenis KB untuk
menjadi bahan
perbandingan ibu ber
KB ?
9. Apakah ibu sudah ber
KB ? Jika ya,
sebutkan jenis KB
tersebut dan keluhan
yang dirasakan.

6. Mengetahui 1. Apakah bidan Ny. Y : ― Iya bidan


kualitas bertanya (anamnesa) bertanya neng, gimana
pemeriksaan pada ibu sebelum nyusu nya banyak engga
neonatal care melakukan ASInya, iya bertanya
oleh tenaga pemeriksaan fisik bayinya BAB/ BAK berapa
kesehatan pada bayi mengenai kali, warnanya apa waktu
istirahat bayi, itu bayi saya BAK 7x/ hari
menyusu, asupan asi dan BAB 3x/ hari, iya
dan keluhan? mengukur berat badan bayi,
2. Apakah bidan iya bidan mengukur berat
bertanya mengenai badan bayi sama panjang
BAB/BAK bayi dan bayi hasilnya ini ada di
warnanya? buku KIA, BB 3200 gr, PB :
3. Apakah bidan 51,5 cm, S : 37° C. Ya
mengukur berat bayi, melihat tapi tidak terlalu
panjang bayi dan suhu memperhatikan keadaan
bayi? kepala bayi, iya saya
4. Apakah ibu memriksa memberi ASI untuk anak
kepala bayi? saya, ya ngasih tiap
5. Apakah bayi bayinya nangis, kalo tidur 2
mengkonsumsi selain jam dibangunin terus saya
ASI ? susui soalnya kata bidan
6. Apakah ibu rumah sakit kan gitu, iya
meberikan ASI saya membedong bayi terus
sesering mungkin dan dipakein topi, talipusat mah
setiap kali bayi engga bubuhi sama ramuan
menginginkannya? atau apa-apa neng,
7. Apakah ibu menjaga sekarang mah udah puput,
bayi agar suhu tetap iya neng bidan ngasih tau
hangat? Jika ya, buat ASI eksklusif 6 bulan
bagaimana caranya? sama jadwal imunisasi.”
8. Apakah ibu menjaga
Bd. H :“ Iya selalu kalo
agar tali pusat sudah
kunjungan neonatal care
puput?
ditanya gimana
9. Apakah ibu
menyusuinya, asupan
membubuhi tali pusat
nutrinya bayinya
denagn ramuan atau
bagaimana, terus BAB/BAK
bahan lain ?
berapa kali, pasti ngukur
10. Apakah bidan
berat badan bayi dan
memberitahu untuk
panjang bayi dan suhu bayi
selalu ASI eklsklusif?
tiap kunjungan pasti di ukur
11. Apakah bidan
terus kita dokumentasikan
memberitahu jadwal
di buku KIA pasien, iya
imunisasi ?
selalu kita kasih tau
mengenai pentingnya ASI
eksklusif dan jadwal
imunisasi dan pentingnya
imunisasi untuk bayi.
Lampiran 2: PROTAP Penanganan KPD di RSUD Subang

RSUD PENANGANAN KETUBAN PECAH DINI

KELAS B NO. DOKUMEN


NO. REVISI HALAMAN
KABUPATEN 061.1/1591-
1/2
SUBANG 05/RSUD

Ditetapkan :

Direktur RSUD kelas B Kabupaten

Subang

Tanggal terbit

SOP 27-01-2016

Dr. H. NUNUNG SYUHERI, MARS

Pembina Utama Muda

NIP : 19630212 198903 1 012

PENGERTIAN Melaksanakan tindakan penanganan ketuban pecah dini,

dalam mengatasi keadaan ibu lebih baik.

TUJUAN Sebagai pedoman langkah-langkah, dalam menangani

ketuban pecah dini.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah

Kelas B Kabupaten Subang Nomor 06.1/KEP-98-

06/1/2016 tentang Pelayanan Pasien Pada Rumah Sakit


Umum Daerah Kelas B Kabupatn Subang : Point Q

Pelayanan Pasien No.1.

PROSEDUR Anamnesa :

Pemeriksaan TPRS

Pemeriksaan penunjang

USG : menilai jumlah cairan ketuban, menentukan

usia kehamilan berat janin, letak janin, kesejahteraan

janin dan letak plasenta.

Pengelolaan

e. Konservatif

Dilaksanakan bila tidak ada penyulit (pada ibu

maupun bayi) dengan umur kehamilan 28-36

minggu,dirawat selama 2 hari, memakai cara :

1. Observasi kemungkinan adanya

amnionitis/tanda-tanda infeksi.

Ibu : Suhu > 380 C, takikardi, leukositosis.

Tanda-tanda intrauterine : nyeri pada rahim,

secret vagina purulen.

Janin : adanya takikardi janin.

2. Pengawasan timbulnya tanda persalinan

3. Pemberian antibiotic ( ampicilin 4 x 500 mg

atau eritromisisin 4 x 500 mg dan


Metronidazole 2 x 500 mg ) selama 3-5 hari

4. Ultrasonografi untuk menilai kesejahteraan

janin

5. Bila ada indikasi untuk melahirkan janin

dilakukan pematangan paru jani (

deksametason 5 mg tiap 12 jam IM sampai 4

dosis )

f. Aktif

1. Pengelolaan akhir pada KPSW dengan umur

kehamilan 20-28 minggu dan > 37 minggu

2. Adanya tanda-tanda infeksi

3. Timbulnya tanda-tanda persalinan

4. Gawat janin

5. Penyulit

- Infeksi/sepsis

- Kematian janin, karena infeksi atau

prematuritas

7. Unit terkait 1. Ruang Ponek

2. Ruang Nifas

Anda mungkin juga menyukai