Anda di halaman 1dari 140

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY.

N
USIA 21 TAHUN DENGAN LETAK SUNGSANG
DI RSUD SEKARWANGI
SUKABUMI

DISUSUN OLEH :

FITRIANI BAEHAKI

NIM :P17324215005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N
USIA 21 TAHUN DENGAN LETAK SUNGSANG
DI RSUD SEKARWANGI
SUKABUMI

LAPORAN TUGAS AKHIR


Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyeelesaikan pendidikan
Diploma III Kebidanan

DISUSUN OLEH :

FITRIANI BAEHAKI

NIM :P17324215005

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
2018

i
LEMBAR PERSETUJUAN

Yang bertandatangan di bahwah ini menyatakan bahwa :


Laporan Tugas Akhir dengan judul

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N


DENGAN LETAK SUNGSANG
DI RSUD SEKARWANGI

Disusun oleh :
Fitriani Baehaki
NIM : P17324215005
Telah diperiksa dan di setujui oleh dosen pembimbing

Pembimbing

Elin Supliyani, M.Keb


NIP . 198003112002122003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kebidanan Bogor
Poltekkes Kemenkes Bandung

Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, S.Kp, M.KM


NIP. 196504291988032002

ii
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN PADA NY. N
DENGAN LETAK SUNGSANG
DI RSUD SEKARWANGI

Disusun Oleh:

Fitriani Baehaki

NIM : P17324215005
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Pada tanggal 31 Mei 2018

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Penguji I Penguji II Penguji III

Dedes Fitria, M.keb Ni Gusti Made Ayu A.B, M.Keb Elin Supliyani, M.Keb
NIP. 198008092001122001 NIP. 197403271993022001 NIP. 198003112002122003

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kebidanan Bogor
Poltekkes Kemenkes Bandung

Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, S.Kp, M.KM


NIP. 196504291988032002

iii
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri
Nama : Fitriani Baehaki
NIM : P17324215005
Tempat/tanggal lahir : Bogor, 28 Mei 1997
Agama : Islam
Status Perkawinan : BelumMenikah
Golongan Darah : AB
Nama Ayah : Cecep Baehaki
Nama Ibu : Nyai Nursiyah
Alamat Rumah : Tapos Udik Rt 01/02, Tenjolaya Bogor
Barat
No. Telepon :083811744822
Email :baehakifitriani@gmail.com
B. Riwayat pendidikan
1. SDN Tapos 04 (2003-2009)
2. SMP IT Maj’maul Bahrain (2009-2012)
3. SMAN 1 Tenjolaya (2012-2015)
4. Poltekkes Kemenkes Bandung Program Studi Kebidanan Bogor
(2015-2018)

iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR

Fitriani Baehaki
NIM : P17324215005

Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. N usia 21 tahun G1P0A0 Hamil 37


minggu dengan Letak Sungsang di RSUD Sekarwangi
xiii, 6 bab, 85 halaman, 7 lampiran, 1 gambar, 4 tabel

ABSTRAK

Kematian bayi dan balita merupakan masalah besar di negara berkembang.


Angka kematian Bayi di Indonesia sebesar 27 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini
dapat disebabkanoleh bebrapa komplikasi saat kehamilan dan persalinan. Tujuan
penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk mengaplikasikan asuhan
kebidanan persalinan.
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah
studi kasus. Bentuk pendokumentasiannya adalah SOAP sedangkan teknik
pengumpulan data diperoleh melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik,
studi dokumentasi, dan studi kepustakaan.
Hasil pengkajian diperoleh data subjektif Ny.N hamil anak pertama HPHT
01-07-2017 HPL 08-04-2018, mengeluh mules semakin kuat dan sering, merasa
ingin BAB dan meneran. Data objektif keadaan umum baik, abdomen TFU 28
cm, 3 jari dibawah Px, di fundus teraba kepala, punggung kanan, bagian terendah
bokong, sudah tidak dapat digoyangkan. His 4x10 menit/45 detik, DJJ : 136
x/menit. Analisa yang dapat ditegakkan yaitu G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu
kala II dengan letak sungsang. Penatalaksanaannya adalah dapat melakukan
pertolongan persalinan dengan teknik bracht. Pukul 09.30 WIB bayi lahir.
Penatalaksanaan dilanjutkan dengan nifas, dan bayi baru lahir.
Kesimpulan hasil asuhan yang di dapat tidak ada komplikasi dari persalinan
letak sungsang pada ibu dan bayi, sehingga ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
Saran yang diberika kepada Ny.N adalah agar menjaga kesehatan dan melakukan
control ulang sesuai jadwal atau ada keluhan. Saran untuk profesi agar dapat lebih
mendeteksi dini dalam segala hal.

Kata kunci : Persalinan, sungsang, nifas, bayi baru lahir


Daftar pustaka : 26 Sumber (2005-2007)

v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Fitriani Baehaki

NIM : P17324215005

Program : DIII Kebidanan Bogor

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Laporan Tugas Akhir ini benar-


benar hasil karya penulis dan tidak melakukan plagiatisme hasil karya orang lain,
semua berdasarkan referensi yang tertulis di dalam daftar pustaka. Apabila di
kemudian hari ada yang mengklaim karya ini sebagai karyanya, maka kami
sanggup mempertanggungjawabkan dan bersedia menanggung segala akibatnya.

Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk bisa


dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bogor, Juni 2018

Penulis,

Fitriani Baehaki

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. karena atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Asuhan Kebidanan Intranatal pada Ny. N dengan Letak Sungsang di
RSUD Sekarwangi”. Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW. para sahabat, keluarga serta seluruh umat-Nya.

Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan di Program studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

Selama proses pembuatan Laporan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan, sehingga
penulis mengalami berbagai hambatan, tantanga, dan kesulitan selama
penyusunan Laporan Tugas Akhir, sehingga penulis merasa masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-


besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan banyak dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan
kepada :

1. DR. Ir. H. Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementrian Kesehatan RI Bandung.
2. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, Skp, M. KM selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor Polteknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
3. Bidan Depi dan Bidan Hesti selaku CI Ponek RSUD Sekarwangi yang selalu
memberikan bimbingan dan pengetahuan yang bermanfaat.
4. Elin Supliyani, M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan, masukan dan nasehat-nasehat dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini.
5. Ni Nyoman Sasnitiari, M.Keb selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi dan dukungannya.
6. Dedes Fitria, M.Keb selaku wali tingkat kelas III A yang selalu memberikan
motivasi dan dukungannya.

vii
7. KepadaNy. N dan keluarga yang dapat bekerjasama dengan sangat baik, dan
menjadikan Asuhan pada Ny. N sebagai bahan Laporan Tingkat Akhir.
8. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan terbesar secara
moril, materil dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini.
9. Serta teman-teman mahasiswi Program Studi Kebidanan Bogor angkatan
XVII yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapa tmemberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Seluruh isi Laporan Tugas Akhir ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................... i


LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP ................................................................................. iii
ABSTRAK............................................................................................... iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ............................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................. vi
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
C. Tujuan Umum ............................................................................... 3
Tujuan Khusus .............................................................................. 3
Manfaat Penulisan ......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Persalinan .............................................................. 5
1. Pengertian.............................................................................. 5
2. Klasifikasi ............................................................................. 5
3. Etiologi.................................................................................. 6
4. Faktor Risiko ......................................................................... 7
5. Faktor Predisposisi ................................................................ 8
6. Patofisiologi .......................................................................... 9
7. Komplikasi ............................................................................ 10
8. Deteks iDini........................................................................... 10
9. Mekanisme Persalian Sungsang ............................................. 12
10. Penatalaksanaan Persalinan Bokong Murni ............................ 13
11. Tanda Dan Gejala Persalinan ................................................. 14
12. Tahapan Persalinan ................................................................ 15

ix
B. Konsep Dasar Post Partum
1. Pengertian.............................................................................. 27
2. Perubahan Masa Nifaas.......................................................... 27
3. Kebutuhan Dasar Masa Nifas ................................................. 30
4. Asuhan Masa Nifas ................................................................ 34
C. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR
1. Pengertian.............................................................................. 35
2. Asuhan Bayi Baru Lahir ........................................................ 35
3. Perubahan Bayi Baru Lahir .................................................... 40
D. Aplikasi Manejemen Kebidanan pada Kasus Letak Sungsang ...... 41
BAB III METODELOGI
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Asuhan Persalinan ........................................................................ 46
B. Asuhan Nifas ................................................................................ 53
C. Asuhan Bayi Baru Lahir ............................................................... 63
BAB V PEMBAHASAN
A. Asuhan Persalinan ........................................................................ 73
B. Asuhan Nifas ................................................................................ 78
C. Asuhan Bayi Baru Lahir ............................................................... 82
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 84
B. Saran ............................................................................................ 85
DAFTAR PUSTAKA

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Derajat Laserasi Perineum ........................................................ 26

Tabel 2 :Involusi uterus............................................................................ 28

Tabel 3 :Pengeluaran lochea selama masa involusi ................................... 29

Tabel 4 : Frekuensi Kunjungan Nifas ...................................................... 35

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Partograf

Lampiran 2 : Protap Rumah Sakit

Lampiran 3 : Lembar Bimbingan

Lampiran 4 : Personal Hygiene pada Masa Nifas

Lampiran 5: Tanda Bahaya Nifas

Lampiran 6: Perawatan Luka jahitan

Lampiran 7: Kontrasepsi

Lampiran 8: Teknik Menyusui

Lampiran 9: Perawatan Tali Pusat

Lampiran 10: Asi Ekslusif

xii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian ibu, bayi dan anak balita di Indonesia masih cukup
tinggi. Angka Kematian Bayi (AKB) diindonesia pada tahun 2015
sebanyak 27 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan Angka Kematian Ibu
sebanyak 305 per 100.000 kelahiran hidup. Sustainable Development
Goals (SDGs) 2015-2030 berkomitmen untuk menurunkan AKI dan AKB.
yaitu dengan target penurunan AKI sebesar 70 per 100.000 kelahiran
hidup (KH) dan AKB 12 per 1.000 KH.1,2,3
AKB di Jawa Barat pada tahun 2016 sebesar 3,93 per 1000 kelahiran
hidupdiantaranya disebabkan karena bayi berat lahir rendah 29%, sepsis
15 %kelainan kongenital 9%, lain – lain 20 %, serta asfiksia 27% yang
salah satunya disebakan oleh malpresentasi.Malpresentasi dapat
menimbulkan penyebab kematian bayi termasuk diantaranya yaitu letak
sungsang. Sebab sering ditemuikejadian seperti trauma lahir, asfiksia
hingga kematian perinatal.3
Morbiditas dan mortalitas ibu serta janin dapat disebabkan oleh
kelainan malprsentasi atau malposisi, persalinan sungsang itu sendiri
menjadi salah satu faktor penyumbang dari angka morbiditas dan
mortalitas ibu serta bayi. Persalinan sungsang adalah persalinan pada bayi
dengan presentasi bokong dimana bayi letaknya sesuai dengan sumbu ibu
posisi kepala bayi berada di fundus uteri dan bagian terbawah janin yaitu
bokong.4
Faktor penyebab terjadinya letak sungsang yaitu prematuritas, plasenta
previa, multiparitas, kehamilan kembar, kelainan bentuk kepala,
polihidramnion, oligohidramnion dan abnormalitas struktur uterus.
Persalinan sungsang sebetulnya dapat di deteksi sedini mungkin pada saat
kehamilan dengan melakukan pemeriksaan kehamilan (ANC) dengan rutin

1
2

yaitu pada pemeriksaan palpasi abdomen, dan pemeriksaan penunjang


Ultrasonography.2,5
Persalinan sungsang dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi yang
terjadi pada ibu maupun janin. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi
pada ibu yaitu partus lama yang dapat menyebabkan perdarahan jalan
lahir. Perdarahan merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi pada
ibu. Sedangkan komplikasi yang dapat terjadi pada bayi yaitu tali pusat
menumbung dan aspirasi air ketuban sehingga dapat menyebabkan resiko
terjadinya aspiksia, selain itu komplikasi yang dapat terjadi saat persalinan
yaitu tidak dapat lahirnya kepala atau terjadinya kemacetan pada saat
kepala lahir (After Coming Head) yang akhirnya dapat menyebabkan
kematian bayi. 6
Berdasarkan data yang di diperoleh di RSUD Sekarwangi pada satu
tahun terakhir yaitu tahun 2017 terdapat sekitar 2371 kelahiran. Pada dua
bulan terakhir yaitu bulan Januari - Februari 2018 jumlah kelahiran
terdapat 360 jiwa, diantaranya 28,8 % lahir spontan dan 71,1% persalinan
dengan SC. Pada persalinan spontan terdapat 93,2% kasus dengan
presentasi kepala dan 6,6% presentasi bokong. Pada persalinan Seksio
Sesarea (SC) terdapat 82% lahir dengan bagian terendah kepala dan 18%
dengan letak bokong.
Meskipun angka kejadian persalinan sungsang secara normal di RSUD
Sekarwangi hanya beberapa kasus, akan tetapi jika tidak tertangani dengan
baik akan menyebabkan risiko atau komplikasi pada ibu dan bayi. Risiko
yang dapat terjadi pada ibu yaitu perdarahan, robekan jalan lahir, infeksi.
Sedangakan pada bayi, praktur, BBLR, Aspiksia. 6
Berdasarkan komplikasi yang di sebabkan oleh persalinan sungsang
maka penulis tertarik untuk melakukan “Asuhan Kebidanan Persalinan
pada Ny. N dengan Letak Sungsang“ di Ruang Bersalin Rumah Sakit
Umum Daerah Sekarwangi, Kabupaten Sekarwangi.
3

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat diambil rumusan
masalah yaitu “ Bagaimana Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. S 21
tahun dengan Persalinan Letak Sungsang di RSUD Sekarwangi.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar penulis mampu melaksanakan asuhan kebidanan persalinan pada
klien dengan letak sungsang, melalui pendekatan secara komprehensif
dan melaksanankan kebidanan dengan cepat.
2. Tujuan Khusus
a. Diperoleh data subjektif Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny. N
Usia 21 tahun dengan Letak sungsang
b. Diperoleh data ojektif
c. Diperoleh Analis dengan Asuhan Kebidanan Persalinan pada Ny.
N Usia 21 tahun dengan Letak sungsang
d. Dibuat rencana asuhan sesuai dengan manajemen kebidanan untuk
memenuhi kebutuhan klien dan menatalaksanakan tindakan–
tindakan kebidanan sesuai dengan rencana asuhan yang diberikan
serta mengevaluasi hasil dari asuhan tersebut.
e. Diperoleh faktor pendukung dan penghambat Asuhan Kebidanan
Persalinan pada Ny. N Usia 21 tahun dengan Letak sungsang.
D. Manfaat
1. Untuk Pusat Pelayanan Kesehatan
Dapat memberikan konstribusi mengenai pelaksanaan asuhan
persalinanpada klien dengan letak sungsang, dengan cepat dan sesuai
dengan standarpelayanan serta kemampuan yang dimiliki oleh petugas
kesehatan yang telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
diperlukan untukpenanganan kasus tersebut.
4

2. Untuk klien dan keluarga


Ibu bisa mendapatkan asuhan persalinan dengan letak sungsang
dengan tepat dan aman, mendapatkan pengetahuan mengenai risiko
yang mungkin terjadi pada ibu yang mengalami persalinan dengan
letak sungsang dan bisa mendapatkan informasi mengenai metode
keluarga berencana yang efektif bagi ibu.
3. Untuk profesi
Dapat memberikan masukan informasi mengenai pelaksanaan asuhan
persalinan pada klien dengan letak sungsang, dengan cepat dan dengan
standar pelayanan serta kemampuan yang dimiliki oleh petugas
kesehatan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Persalinan Sungang

1. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi
belakang kepala yang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi
dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat. 7
Presentasi bokong atau letak sungsang merupakan letak memanjang
dengan kepala janin di fundus dan bokong di bagian bawah kavum
uteri.6,8
Dari penguraian diatas dapat disimpulkan bahwa, persalinan
sungsang adalah proses pengeluaran hasil konsepsi dengan letak
memanjang yaitu kepala janin di fundus dan bokong di bagian bawah
kavum uteri.
2. Klasifikasi
Berdasarkan bagian terbawah janin presentasi bokong dapat dibagi
menjadi :
Gambar 1.1 Klasifikasi Presentasi Bokong

Sumber : Sastrawinata, 2005 9

5
6

1. Bokong murni (frank breech)


Kedua kaki terangkat keatas sehingga pada pemeriksaan dalam
hanya teraba bokong. 10
2. Bokong kaki sempurna (complete breech)
Disamping bokong dapat di raba kedua kaki.
3. Bokong kaki tidak sempurna (Incomplet Breech)
Salah satu atau kedua pinggul tidak difleksikan dan satu atau kedua
kaki atau lutut berada dibawah bokong.11
4. Flooting breech
Satu atau kedua kaki menjadi bagian presentasi karena baik pinggul
atau lutut tidak sepenuhnya fleksi. Bedanya dengan Complete
Breech kaki lebih rendah dari bokong. 5
3. Etiologi
Sering kali tidak ada penyebab yang bisa diidentifikasi, tetapi
berbagai kondisi berikut ini mendorong terjadinya persentasi bokong
adalah: 11
a. Tungkai ekstensi
Versi serfalik spontan dapat terhambat jika tungkai janin mengalami
ekstensi dan membelit punggung.
b. Persalinan prematur
Presentasi bokong relative banyak terjadi sebelum usia gestasi 34
minggu sehingga presentasi bokong lebih sering terjadi pada
persalinan premature.
c. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran
janin yang menyebabkan salah satu janin atau lebih memiliki
presentasi bokong.
d. Hidrosefalus
Peningkata ukuran kepala janin lebih cenderung terakomodasi
didalam fundus.
e. Abnormalitas uterus
7

Distorsi rongga uterus oleh septum atau jaringan fibroid dapat


menyebabkan presentasi bokong.
f. Plasenta previa
Karena menghalangi turunya kepala di dalam pintu atas panggul.
Namun sebagian penulis meyakini bahwa hal ini dapat menyebabkan
presentasi bokong, tetapi sebagian lain tidak menyutujui hal tersebut.
4. Faktor Risiko
Faktor risiko dari presentasi bokong :8
1. Prematuritas
Karena air ketuban masih banyak dan kepala anak mudah bergerak.
2. Plasenta previa
Letak plasenta yang berada di bawah menghalangi turunya kepala
kedalam pintu atas panggul.
3. Multiparitas
Frekuensi presentasi bokong lebih banyak pada multipara
dibandingkan primigravida. Angka paritas yang tinggi biasanya
disertai dengan relaksasi uterus.
4. Kehamilan kembar
Kehamilan kembar membatasi ruang yang tersedia untuk perputaran
janin sehingga dapat menyebabkan salah satu janin atau lebih
memiliki presentasi bokong.
5. Kelainan bentuk kepala
Seperti hidrosefalus, anensefalus karena kepala kurang sesuai
dengan bentuk pintu atas panggul.
6. Polihidramnion, Oligohidramnion
Cairan amnion yang terlalu banyak atau terlalu sedikit dapat
menyebabkan presentasi bokong.
7. Abnormalitas struktur uterus
Bentuk uterus yang abnormal dan distorsi rongga uterus oleh septum
atau jaringan fibroid dapat menyebabkan presentasi bokong.
8

5. Faktor Predisposisi
Faktor Predisposisi presentasi sungsang terbagi menjadi 2 jenis : 6
a. Dari sudut ibu
1. Keadaan rahim (rahim arkuatus, septum pada rahim, uterus
dupleks, mioma bersama kehamilan)
2. Keadaan jalan lahir (kesempitan panggul, deformitas tulang
panggul, terdapat tumor menghalangi jalan lahir dan perputaran
keposisi kepala).
3. Keadaan plasenta (plasenta letak rendah, plasenta previa).
b. Dari sudut janin
1. Tali pusat pendek atau lilitan tali pusat.
Kondisi pusat yang melilit leher bayi dalam kandungan atau
yang disebut juga dengan nuchal cord adalah kondisi yang sangat
sering di temukan dan dipikirkan terjadi pada 1 dari 3 kehamilan.
Kondisi ini jarang berbahaya dan tidak berkaitan dengan efek
samping jangka panjang paska persalinan.
Lilitan tali pusat bia bermacam-macam jenisnya, ada yang
memlilit hanya 1 kali, 2 kali ataupun lebih dari 2 kali, ada yang
lilitan terikat dan tidak terikat. Pada lilitan yang hanya 1 kali dan
tidak terikat, lilitan dapat lepas dengan sendirinya. Lilitan tali
pusat bukanlah indikasi dilakukan persalinan dengan sesar (SC).
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu yaitu persalinan
lama: merupakan persalinan yang berjalan yang berjalan lebih
dari 24 jam untuk privimigravida atau 18 jam untuk multigravida.
Sedangkan pada bayi dapat terjadinya hipoksia yang
menyebabkan terjadinya aspiksia, dimana bayi tidak dapat segera
bernafas secara spontan dan teratur setelah lahir.
2. Hidrosefalus atau anensefalus.
3. Kehamilan kembar.
4. Hidramnion atau oligohidramnion.
5. Prematuritas.
9

6. Patofisiologi
Letak janin dalam uterus bergantung pada proses adaptasi janin
terhadap ruangan dalam uterus. Pada kehamilan sampai kurang lebih 32
minggu, jumlah air ketuban relatif lebih banyak, sehingga
memungkinkan janin bergerak dengan leluasa. Dengan demikian janin
dapat menempatkan diri dalam presentasi kepala, letak sungsang atau
letak lintang. 13
Pada kehamilan triwulan terakhir janin tumbuh dengan cepat dan
jumlah air ketuban relatif berkurang. Bokong dengan kedua tungkai
terlipat lebih besar daripada kepala, maka bokong dipaksa untuk
menempati ruang yang lebih luas di fundus uteri, sedangkan kepala
berada ruangan yang lebih kecil di segmen bawah uterus. Dengan
demikian dapat dimengerti mengapa pada kehamilan belum cukup bulan,
frekuensi letak sungsang lebih tinggi, sedangkan pada kehamilan cukup
bulan, janin sebagian besar ditemukan dalam presentasi kepala.
Presentasi bokong yang menetap dapat disebabkan oleh abnormalitas dari
bayi, volume cairan amnion, lokasi plasenta, kelainan uterus, tonus otot
uterus yang lemah dan prematuritas.8, 13
7. Komplikasi
Komplikasi persalinan dengan presentasi bokong. 6
a. Komplikasi pada ibu
1) Perdarahan
2) Robekan jalan lahir
b. Komplikasi pada bayi
1) Asfiksia
Dapat disebabkan oleh :
(a) Kemacetan persalinan kepala (After coming head)
(b) Kompresi tali pusat terlalu lama
(c) Tali pusat menumbung
(d) Aspirasi air ketuban.
10

2) Trauma persalinan
(a) Dislokasi-Fraktura persendian, tulang ekstremitas
(b) Ruptur organ dalam : hati, ginjal
(c) Dislokasi persendian tulang leher : fraktura dasar kepala,
fraktura tulang kepala, kerusakan pada mata, hidung atau
telinga, kerusakan pada jaringan otak.
3) Infeksi
(a) Persalinan berlangsung lama
(b) Ketuban pecah pada pembukaan kecil
(c) Manipulasi dengan pemeriksaan dalam.
8. Deteksi Dini
a. Pemeriksaan abdomen
Palpasi
Pemeriksaan abdominal : 14
1. Leopold I : kepala janin yang teraba keras, bulat dan dapat
diraba dengan ballotement sudah menempati bagian fundus
uteri.
2. Leopold II : menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi
abdomen dan bagian-bagian kecil janin berada pada sisi yang
lain.
3. Leopold III :bila enggagement sudah melewati pintu atas
panggul, bokong janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas
panggul teraba bulat, lunak dan tidak melenting.
4. Leopold IV : menunjukkan posisi bokong yang mapan dibawah
simfisis. Ibu dapat mengeluh adanya ketidaknyamanan pada
rusuknya, terutama dimalam hari, akibat tekanan kepala pada
diafragma.
Auskultasi
Jika bokong belum melewati gelang pelvis, jantung janin
terdengar paling jelas dia atas umbilikus. Jika tungkai terekstensi,
11

bokong janin akan turun kedalam pelvis dengan mudah. Jantung


janin kenudian dapat terdengar di bagian yang lebih rendah. 6

b. Pemeriksaan vagina
Bokong teraba lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya
sutura yang terpalpasi, walaupun terkadang sakrum dapat disalah
artikan dengan caput sucsedanum. Anus dapat teraba dan mekonium
segar terdapat di jari pemeriksa biasanya merupakan diagnostik. Jika
tungkai terekstensi, genetalia eksternal sangat jelas teraba, tetapi
harus diingat bahwa genetalia tersebut mengalami edema. Vulva
yang mengalami edema dapat disalah artikan dengan skrotum.
Jika kaki teraba, bidan harus membedakannya dengan tangan.
Jari-jari kaki semuanya sama panjang, jari-jari kaki lebih pendek dari
pada jari-jari tangan dan ibu jari kaki tidak dapat direntangkan dari
jari kaki lainnya. Kaki berada pada sudut 90° dari tungkai, dan lutut
tidak memiliki kesamaan dengan tangan. 15
c. USG
Untuk memastikan apabila masih terdapat keraguan pada
pemeriksaan palpasi, dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi.
Pemeriksaan yang hanya menunjukkan adanya presentasi bokong
saja belum cukup untuk membuat perkiraan besarnya risiko guna
pengambilan keputusan cara persalinan yang hendak dipilih.
Peranan ultrasonografi penting dalam diagnosis dan penilaian
resiko pada presentasi bokong. Taksiran berat janin, penilaian
volume air ketuban, konfirmasi letak plasenta, jenis presentasi
bokong, keadaan hiperekstensi kepala, kelainan kongenital, dan
kesejahteraan janin dapat diperiksa menggunakan ultrasonografi.
Gambaran ultrasonografi tentang ekstremitas bawah dapat
memberikan informasi tentang jenis presentasi bokong.
12

Hiperekstensi kepala janin merupakan kontra indikasi untuk


persalinan vaginal. Kepala akan sulit dilahirkan sehingga beresiko
menimbulkan cedera medulla spinalis leher. 2
9. Mekanisme Persalian Sungsang
Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis.
Padapresentasi kepala, apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian
janinlainnya relatif mudah dilahirkan. Tidak demikian halnya pada
presentasi bokong. Hal ini menjadi persalinan pervaginal pada presentasi
bokong yang lebih beresiko. Pemahaman tentang mekanisme
persalinannya akan membantu dalam memberikan upaya pertolongan
persalinan yang berhasil.
Pada persalinan letak sungsang, bokong akan memasuki panggul
(engagement dan descent) dengan diameter bitrokanter dalam posisi
oblik. Pinggul janin bagian depan (anterior) mengalami penurunan lebih
cepat dibanding pinggul belakangnya (posterior). Dengan demikian,
pinggul depan akan mencapai pintu tengah panggul terlebih dahulu.
Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang yang
mendorong kebawah akan menghasilakn putaran paksi dalam yang
membawa sakrum ke arah transversal (pukul 3 atau 9), sehingga posisi
diameter bitrokanter dipintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi
dalam. Perineum akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan
akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu, tubuh janin mengalami putaran
paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul bawah
menekan perineum. Dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi
diameter bitrokanter anteroposterior, diikuti putaran paksi luar. Putaran
paksi luar akan membuat posisi diameter bitrokanter dari anteroposterior
menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh lain dengan bantuan
(manual aid).14
13

Menurut Varney (2008) ada beberapa persiapan untuk kelahiran


bokong:
a. Pemeriksaan abdomen yang hati-hati atau jika perlu USG untuk
menentukan jenis presentasi bokong dan menyingkirkan kecurigaan
terjadinya hiperekstensi kepala, hidrosefalus, atau bokong-kaki, atau
bokong-lutut.
b. Dilatasi serviks lengkap.
c. Kosongkan kandung kemih ibu.
d. Persiapan episiotomi jika memang diperlukan.
e. Kaji efektifitas upaya mengejan pada ibu.
f. Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir.
g. Posisikan pasien dalam posisi litotomi dengan penyangga kaki untuk
memberikan ruang yang adekuat di bawah panggul ibu yang
dibutuhkan untuk persalinan.
h. Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan
sebaiknya juga hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
i. Lakukan pemasangan infus intravena.16,17
10. Penatalaksanaan Persalinan Bokong Murni
Persalinan spontan (spontaneous breech) yaitu janin dilahirkan
dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim disebut cara
bracht. Setelah semua persiapan dilakukan, maka persalinan dapat
dimulai. Berikut prosedur melahirkan bokong, kaki, dan kepala secara
spontan (bracht): 9
a. Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya (tanpa intervensi
apapun) hingga bokong tampak di vulva.
b. Pastikan bahwa pembukaan sudah lengkap sebelum
memperkenankan ibu mengejan.
c. Perhatikan hingga bokong membuka vulva.
d. Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis
dengan introitus yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak
diperlukan). Gunakan anastesi lokal sebelumnya.
14

e. Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak dikendorkan.


Perhatikan hingga tampak tulang belikat (scapula) janin mulai
tampak di vulva. Awas : jangan melakukan tarikan atau tindakan apa
pun pada tahap ini.
f. Dengan lembut peganglah bokong dengan kedua ibu jari penolong
sejajar sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang
belakang pinggul janin.
g. Tanpa melakukan tarikan, angkatlah kaki, bokong, dan badan janin
dengan kedua tangan penolong disesuaikan dengan sumbu panggul
ibu sehingga berturut-turut lahir perut, dada, bahu dan lengan, dagu,
mulut dan seluruh kepala.
11. Tanda dan Gejala persalinan
a. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan
teratur.
b. Keluar lendir bercampur darah (bloody show) yang lebih banyak
karen robekan kecil pada serviks.
c. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan
membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi
pada 12% wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai
persalinan secara spontan dalam 24 jam.
d. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah
ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks
antara nulipara dan multipara.
a) Nulipara
Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60% dan
pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan,
biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100%,
kemudian terjadi pembukaan.
b) Multipara
Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal
persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada
15

multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan


penipisan.
Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks
(frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit). 18
12. Tahapan Persalinan
Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks membuka dari
0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala pembukaan. Kala II disebut
juga dengan kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan
mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III atau
disebut juga kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan.
Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala
tersebut diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum.
a. Asuhan persalinan kala I
Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah
karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari
pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena
pergeseranpergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.
Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus dan
pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10 cm).
1. Perubahan fisiologis kala I
a) Uterus
Saat mulai persalinan, jaringan dari miometrium
berkontraksi dan berelaksasi seperti otot pada umumnya.
Pada saat retraksi, ia tidak akan kembali ke ukuran semula
tetapi berubah ke ukuran yang lebih pendek secara
progresif. Dengan perubahan bentuk otot uterus pada proses
kontraksi, relaksasi, dan retraksi, maka kavum uterus lama
kelamaan menjadi semakin mengecil.
Proses ini merupakan salah satu faktor yang
menyebabkan janin turun ke pelviks. Kontraksi uterus mulai
dari fundus dan terus melebar sampai ke bawah abdomen
16

dengan dominasi tarikan ke arah fundus. Kontraksi uterus


berakhir dengan masa yang terpanjang dan sangat kuat pada
fundus.
b) Serviks
Sebelum proses persalinan, serviks mempersiapkan
kelahiran dengan berubah menjadi lembut. Saat persalinan
mendekat, serviks mulai menipis dan membuka.
Berhubungan dengan kemajuan pemendekan dan penipisan
serviks. Seiring bertambah efektifnya kontraksi, serviks
akan mengalami perubahan bentuk menjadi lebih tipis.
Hal ini disebabkan oleh kontraksi uterus yang bersifat
fundal dominan sehingga seolah-olah serviks tertarik ke atas
dan lama kelamaan menjadi tipis. Setelah servik dalam
kondisi menipis penuh, maka tahap berikutnya adalah
pembukaan. Serviks membuka disebabkan daya tarikan otot
uterus ke atas secara terus-menerus saat uterus berkontraksi.
Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan
fase aktif.
a) Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung
lambat dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan
penipisan dan pembukaan secara bertahap sampai
pembukaan 3 cm, berlangsung dalam 7-8 jam.
b) Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung
selama 6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.
(1) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,
pembukaan menjadi 3-4 cm.
(2) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2
jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.
(3) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2
jam pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.
17

Fase diatas dijumpai pada primigravida. Pada


multigravida tahapannya sama namun waktunya lebih cepat
untuk setiap fasenya. Pada primigravida berlangsung kira-
kira 13 jam, sedangkan pada multigravida kira-kira 7 jam.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara
primigravida dan multigravida. Pada primigravida ostium
uteri internum akan membuka lebih dahulu sehingga serviks
akan mendatar dan menipis, kemudian ostium uteri
eksternum membuka. Namun pada multigravida, ostium
uteri internum dan ekstrenum serta penipisan dan
pendataran serviks terjadi dalam waktu yang sama.
c) Ketuban
Ketuban akan pecah dengan sendirinya ketika
pembukaan hampir atau sudah lengkap. Tidak jarang
ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan sudah lengkap.
Bila ketuban telah pecah sebelum pembukaan 5 cm, disebut
Ketuban Pecah Dini (KPD).13
2. Perubahan psikologis pada kala
1) Kala I fase laten
Pada awal persalinan, kadang pasien belum cukup
yakin bahwa ia akan benar-benar melahirkan meskipun
tanda persalinan sudah cukup jelas. Pada tahap ini penting
bagi orang terdekat dan bidan untuk menyakinkan dan
memberikan support mental terhdap kemajuan
perkembangan persalinan. Seiring dengan kemajuan proses
persalinan dan intensitas rasa sakit akibat his yang
meningkat, pasien akan mulai merasakan putus asa dan
lelah. Pasien akan senang setiap kali dilakukan pemeriksaan
dalam dan berharap bahwa hasil pemeriksaan
mengindikasikan bahwa proses persalinan akan segera
berakhir. 13
18

2) Kala I fase aktif


Memasuki kala I fase aktif, sebagian besar pasien akan
mengalami penurunan stamina dan sudah tidak mampu lagi
untuk turun dari tempat tidur, terutama pada primigravida.
Pada fase ini pasien sangat tidak suka jika diajak bicara atau
diberi nasehat mengenai apa yang seharusnya dilakukan. Ia
lebih fokus untuk berjuang mengendalikan rasa sakit dan
keinginan untuk meneran. Jika tidak dapat mengendalikan
rasa sakit dengan pengaturan nafas dengan benar, maka ia
akan mulai menangis atau bahkan berteriak-teriak dan
mungkin akan meluapkan kemarahan kepada suami atau
orang terdekatnya. Perhatian terhadap orang-orang
disekitarnya akan sangat sedikit berpengaruh, sehingga jika
ada keluarga atau teman yang datang untuk memberikan
dukungan mental, sama sekali tidak akan bermanfaat dan
mungkin justru akan sangat menganggunya. 13
3) Kala I akhir
Menjelang kala II pasien sudah dapat mengatasi
kembali rasa sakit akibat his dan keperacayaan dirinya mulai
tumbuh. Pada fase ini ia akan kembali bersemangat untuk
menghadapi persalinannya. Ia akan fokus dengan instruksi
yang diberikan oleh bidan. Pada fase ini ia sangat
membutuhkan dukungan mental untuk tahap persalinannya
berikutnya dan apresiasi terhadap keberhasilannya dalam
melewati tahap-tahap sebelumnya. 13
3. Partograf
Partograf adalah alat bantu yang digunakan selama
persalinan. tujuan utama penggunaan partograf adalah untuk
mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dan
mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal
atau tidak. Jika digunakan secara tepat dan konsisten, partograf
19

akan membantu penolong persalinan untuk mencatat kemajuan


persalinan, kondisi ibu dan janin, asuhan yang diberikan selama
persalianan dan kelahiran, serta menggunakan informasi yang
tercatat, sehingga secara dini mengidentifikasi adanya penyulit
persalinan dan membuat keputusan yang sesuai dan tepat waktu.
Pencatatan pada partograf dimulai saat kalanI fase aktif ketika
pembukaan serviks 4 cm.14
b. Asuhan persalinan kala II
Kontraksi uterus menjadi lebih kuat dan lebih cepat yaitu setiap
2 menit sekali dengan durasi >40 detik, dan intensitas semakin lama
semakin kuat. Karena biasanya pada tahap ini kepala janin sudah
masuk dalam ruang panggul, maka pada his dirasakan adanya
tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara refleks
menimbulkan rasa ingin meneran. Pasien merasakan adanya tekanan
pada rektum dan merasa seperti ingin BAB. 13
a. Perubahan fisiologis
Kala dua persalinan dimulai ketika pembukaan serviks
sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala
dua dikenal juga sebagai kala pengeluaran. Tanda dan gejala
bahwa kala dua persalinan sudah dekat adalah :
1) Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
2) Perineum menonjol
3) Ibu kemungkinan merasa ingin buang air besar karena
meningkatnya tekanan pada rektum atau vaginanya
4) Vulva vagina, dan spingter anus membuka
5) Jumlah pengeluaran lendir dan darah serta air ketuban
meningkat.19
20

b. Asuhan Sayang Ibu


1) Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang aman, berdasarkan
temuan, dan turut meningkatkan angka kelangsungan hidup
ibu.
2) Asuhan sayang ibu membantu pasien merasa nyaman dan
aman selama proses persalinan yaitu dengan menghargai
kebiasaan budaya, praktik keagamaan dan kepercayaan,
serta melibatkan pasien dan keluarga sebagai pembuat
keputusan, secara emosional sifatnya mendukung. Asuhan
sayang ibu melindungi hak-hak pasien untuk mendapatkan
privasi dan menggunakan sentuhan hanya seperlunya.
3) Asuhan sayang ibu menghormati kenyataan bahwa
kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah, maka
intervensi dan pengobatan yang tidak perlu untuk proses
alamiah ini harus dihindari.
4) Asuhan sayang ibu berpusat pada pasien dan bukan pada
petugas kesehatan. Selalu melihat dahulu pada cara
pengobatan yang sederhana dan non intervensi sebelum
berpaling ke teknologi. Studi yang telah dilakukan di
beberapa pusat kesehatan utama dan di pusat sarana
persalinan telah menunjukkan bahwa intervensi bergantung
pada falsafah pengasuhan dan bukan pada risiko medisnya.
Intervensi yang meningkat tidak akan memperbaiki hasil,
bahkan bisa memperburuk keadaan.
5) Asuhan sayang ibu menjamin bahwa pasien dan
keluarganya diberitahu tentang apa yang sedang terjadi dan
apa yang ia diharapkan. Sama seperti pada kala I, selama
kala II bidan harus menjelaskan apa yang akan dilakukan
serta alasannya sebelum melakukan tindakan, dan
menjelaskan hasil pemeriksaan yang dilakukannya. 20
21

c. Posisi meneran
Persalinan dan kelahiran merupakan suatu peristiwa yang
normal, tanpa disadari dan mau tidak mau harus berlangsung.
Untuk membantu ibu tetap tenang dan rileks sebagai bidan tidak
oleh memaksakan pemilihan posisi ibu. Sebaliknya peran bidan
adalah untuk mendukung ibu dalam pemilihan posisi apapun
yang dipilihnya. Seperti berikut duduk atau setengah duduk,
merangkak, berjongkok atau berdiri, berbaring miring kiri. 20
d. Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan untuk membuka selaput
ketuban (amnion) dengan jalan membuat robekan kecil yang
kemudian akan melebar secara spontan akibat gaya berat cairan
dan adanya tekanan didalam rongga amnion. Tindakan ini hanya
dilakukan pada saat pembukaan lengkap atau hampir lengkap
agar penyelesaian proses persalinan berlangsung sebagaimana
mestinya. Cairan amnion berfungsi sebagai pelindung bagi bayi
dari tekanan kontraksi uterus. 13
Amniotomi sering dilakukan dengan maksud untuk
menentukan kondisi cairan ketuban, bercampur dara, meconium
atau jernih. Amniotomi juga dilakukan untuk mempersingkat
persalinan.
e. Episiotomi
Episiotomi adalah suatu tindakan insisi pada perineum yang
menyebabkan terpotongnya selaput lendir vagina, cincin selaput
dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia
perineum dan kulit sebelah depan perineum. 13
Teknik episiotomi diantaranya adalah episiotomi medialis
(dari ujung bawah itroitus vagina sampai batas atas otot-otot
sfingter ani), episiotomi mediolateralis (dari bagian belakang
introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping),
episiotomi lateralis (dilakukan ke arah lateral). Indikasi untuk
22

melakukan episiotomi dapat timbul dari pihak ibu maupun pihak


janin.
1) Indikasi Janin
(a) Sewaktu melahirkan janin prematur. Tujuannya untuk
mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada
kepala janin.
(b) Sewaktu melahirkan janin letak sungsang.
(c) Melahirkan janin dengan cunam, ekstrasi vakum dan
janin besar.
2) Indikasi Ibu
Apabila terjadi peregangan perineum yang berlebihan
sehingga ditakuti akan terjadi robekan perineum, bila pada
primipara, persalinan sungsang, persalinan dengan cunam,
ekstrasi vakum, dan anak besar. 13
c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dan fundus uteri berada
diatas pusat. Berapa saat kemudian, uterus berkontraksi kembali
untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta akan
lepas dalam 6 sampai 15 menit setelah bayi lahir dan keluar secara
spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.
a. Perubahan fisiologis pada kala III
Setelah bayi lahir, uterus masih mengadakan kontraksi yang
mengakibatkan penciutan permukaan kavum uteri tempat
implantasi plasenta. Oleh karena tempat implantasi plasenta
menjadi semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah, maka plasenta akan menekuk, menebal kemudian
dilepaskan dari dinding uterus. Setelah lepas, plasenta kana
turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas vagina. 21
Tanda-tanda pelepasan plasenta :
1) Perubahan dinding dan bentuk fundus
23

Setelah bayi lahir dan sebelum miometrium mulai


berkontraksi, uterus berbentuk bulat penuh dan tinggi
fundus turun hingga dibawah pusat. Setelah uterus
berkontraksi dan plasenta terdorong kebawah, uterus
menjadi bulat dan fundus berada diatas pusat.
2) Tali pusat memanjang
Tali pusat terlihat memanjang atau menjulur melalui vulva
dan vagina.
3) Semburan darah tiba-tiba
Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu
mendorong plasenta keluar dan dibantu gaya gravitasi.
Semburan darah yang tiba-tiba menandakan bahwa darah
yang terkumpul di antara tempat melekatnya plasenta dan
permukaan maternal plasenta, keluar melalui tepi plasenta
yang terlepas.21
b. Manajemen aktif kala III
Tujuan manajemen aktif kala III adalah untuk menghasilkan
kontraksi uterus yang lebih efektif seingga dapat
memeperpendek waktu kala III persalianan dan mengurangi
kehilangan darah diandingkan dengan penatalaksanaan
fisiologis. Manajemen aktif kala III terdiri dari :
1) Pemberian suntikan oksitosin
Langkah pertama sebelum melakukan penyuntikan
oksitosin yaitu melakukan pengecekan janin kedua
alasannya karena oksitosin menyebabkan uterus
berkontraksi yang akan menurunkan pasokan oksigen
kepada bayi. Selambat lambatnya dalam waktu 2 menit
setelah bayi lahir segera suntikkan oksitosin 10 unit secara
IM (intramuscular). 21
24

2) Penegangan tali pusat terkendali


Pertama-tama yang dilakukan adalah memindahkan
klem kedua yang telah dijepit sewaktu kala II persalinan
pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva, alasannya dengan
memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah
avulsi. Setelah itu melakukan dorso kranial, melakukan
penegangan tali pusat terkendali sambil melihat tanda-tanda
pelepasan plasenta.
Jika sudah terdapat tanda-tanda pelepasan plasenta
tetap tegangkan tali pusat ke arah awah mengikuti jalan
lahir dengan alasan dapat mencegah kehilangan darah yang
tidak perlu. Jika pada saat plasenta terlihat di introitus
vagina, teruskan melahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Lakukan penarikan secara lembut dan perlahan-lahan untuk
melahirkan selaput ketuban. 21
3) Masase uterus
Segera setelah kelahiran plasenta, lakukan pemijatan
fundus uteri dengan meletakkan telapak tangan pada fundus
uteri, kemudian menjelaskan kepada ibu tentang
kemungkinan ibu akan merasakan ketidaknyaman.
Kemudian menggerakkan tangan secara memutar pada
fundus uteri sehingga uterus berkontraksi selama 15 detik.
Periksa kelengkapan plasenta dan selaputnya untuk
memastikan keduanya lengkap. Periksa uterus setelah satu
hingga dua menit untuk memastikan bahwa uterus
berkontraksi dengan baik. 21
d. Asuhan Kala IV
Dua jam setelah persalinan merupakan saat yang paling kritis
bagi pasien dan bayinya. Tubuh pasien melakukan adaptasi yang luar
biasa setelah kelahiran bayinya agar kondisi tubuh kembali stabil,
25

sedangkan bayi melakukan adapatsi terhadap perubahan lingkungan


hidupnya diluar uterus.
a. Perubahan fisiologis kala IV
1) Tanda-tanda Vital
Dalam dua jam pertama setelah persalinan, tekanan darah,
nadi, pernapasan akan berangsur kembali normal. Suhu
pasien biasanya akan mengalami sedikit peningkatan, masih
diawah 380 C, hal ini disebabkan oleh kurangnya cairan dan
kelelahan. Jika intake cairan baik, maka suhu akan
berangsur normal kembali setelah dua jam.
2) Sistem perkemihan
Selama 2-4 jam pasca persalinan kandung kemih masih
dalam keadaan hipotonik akiat adanya alostaksis, sehingga
sering dijumpai kandung kemih dalam keadaan penuh dan
mengalami pembesaran. Kondisi ini dapat diringankan
dengan selalu mengusahakan kandung kemih kosong
selama persalinan untuk mencegah terjadinya trauma.
Setelah melahirkan, kandung kemih sebaiknya tetap kosong
guna mencegah uterus berubah posisi dan mengalami
atonia.
3) Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan bayi yang bergerak
maju. Pada hari ke 5 pasca melahirkan perineum sudah
mendapatkan kembali bagian tonusnya sekalipun tetap lebih
kendur dibanding keadaan sebelum hamil. Penilaian
robekan perineum terbagi menjadi 4 yaitu:
26

Tabel 1.1 Derajat Laserasi Perineum


Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4
Mukosa Mukosa Mukosa Vagina Mukosa Vagina
Vagina Vagina Komisura Komisura
Komisura Komisura posterior posterior
posterior posterior Kulit perineum Kulit perineum
Kulit Kulit Otot perineum Otot perineum
perineum perineum Otot Sfingter Ani Otot Sfingter Ani
Otot
perineum
Tidak perlu Jahit Penolong APN Penolong APN
dijahit jika menggunakan tidak dibekali tidak dibekali
tidak ada teknik keterampilan keterampilan
perdarahan penjahitan untuk resparasi untuk resparasi
dan aposisi laserasi perineum laserasi perineum
luka baik. derajat tiga atau derajat tiga atau
empat. Segera empat. Segera
rujuk ke fasilitas rujuk ke fasilitas
rujukan. rujukan.
Sumber: Saleha, 2009 22
b. Pemantauan kala IV
1) Tanda-tanda vital Tekanan darah dan nadi selama satu jam
pertama dilakukan pemantauan setiap 15 menit dan pada
satu jam kedua setiap 30 menit sekali. Untuk pengukuran
suhu dan respirasi dilakukan pemantauan respirasi dan suhu
setiap jam selama dua jam pertama pasca persalinan.
2) Kontraksi uterus Pemantauan kontraksi uterus dilakukan
setiap 15 menit selama satu jam pertama dan setiap 30
menit selama satu jam kedua. Pemantauan ini dilakukan
bersamaan dengan masase fundus uterus secara sirkular.
3) Lokia Lokia dapat dipantau bersamaan dengan masase
uterus. Jika uterus berkontraksi dengan baik makan aliran
lokia tidak akan terlihat banyak, namun jika saat uterus
berkontraksi terlihat lokia yang keluar lebih banyak maka
diperlukan suatu pengkajain lebih lanjut.
4) Kandung kemih Pada kala IV bidan memastikan bahwa
kandung kemih selalu dalam keadaan kosong setiap 15
menit sekali dalam satu jam pertama pascapersalinan dan
setiap 30 menit sekali pada satu jam kedua. Ini sangat
27

penting untuk dilakukan untuk mencegah beberapa penyulit


seperti atonia dan infeksi saluran kemih.
5) Perineum Setelah pengkajian derajat robekan, perineum
kembali dikaji dengan melihat adanya edema, memar, dan
pembentukan hematom yang dilakukan bersamaan saat
mengkaji lokia. Pengkajian ini termasuk juga untuk
mengetahui apakah terjadi hemoroid atau tidak.

B. Konsep Dasar Post Partum


1. Pengertian
Masa Nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan
berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.
Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. 2
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu. 22
2. Perubahan Masa Nifas
1. Sistem reproduksi
a. Uterus
Involusi uteri merupakan pengecilan yang normal dari suatu
organ setelah organ tersebut memenuhi fungsinya, misalnya
pengecilan uterus setelah melahirkan. Involusi uteri adalah
mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke
bentuk asal, bentuk perubahan uterus pasca persalinan yaitu:
Tabel 1.2 Involusi Uterus

Involusi Tinggi Fundus Berat Fundus


Bayi lahir Sepusat 1000 gr
Plasenta lahir 2 jari bawah pusat 750 gr
7 hari (1 mgg) Pertengahan pusat – symphysis 500 gr
14 hari (2 mgg) Tak teraba diatas symphibis 350 gr
28

42 hari (6 mgg) Bertambah kecil 50 gr


56 hari (8 mgg) Normal 30 gr

Sumber: Saleha,200922
b. Diastasis
Penentuan jumlah diastasis rekti digunakan sebagai alat objektif
untuk mengevaluasi tonus otot abdomen. Diastasis adalah
derajat pemisahan otot rektus abdomen (rektus abdominis).
Pemisahan ini diukur menggunakan lebar jari ketika otot
abdomen kontraksi dan relaksasi. Nilai normal diastasis rekti
2/5. Nilai 2 saat otot abdomen berkontraksi, nilai 5 saat otot
abdomen relaksasi.
c. Lochea
Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan
vagina dalam masa nifas. Macam-macam lochea:
Tabel 1.3 Pengeluaran lochea selama masa involusi
Lokhea Waktu Warna Ciri-ciri
Rubra 1-3 hari Merah Terdiri dari sel desidua,
kehitaman verniks caseosa, rambut
lanugo, sisa mekonium
dan sisa darah

Sanguilenta 3-7 hari Putih Sisa darah bercampur


bercampur lender
merah
Serosa 7-14 hari Kekuningan/ Lebih sedikit darah dan
kecoklatan lebih banyak serum,
juga terdiri dari leukosit
dan robekan laserasi
plasenta
Alba >14 hari Putih Mengandung leukosit,
selaput lendir serviks
dan serabut jaringan
yang mati
Sumber: Saleha, 200922
29

d. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah
persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki oleh 2 hingga 3 jari
tangan, setelah 6 minggu persalinan serviks menutup.
e. Payudara
Terjadinya penurunan kadar progesteron secara tepat dengan
peningkatan hormon prolaktin setelah persalinan. ASI kolostrum
sudah ada saat persalinan produksi ASI terjadi pada hari ke-2
atau hari ke-3 setelah persalinan dimana ASI yang keluar
berwarna kekuningan yang biasa dikenal dnegan sebutan
kolostrum, serta pada umumnya payudara menjadi besar dan
keras sebagai tanda mulainya proses laktasi.
2. Sistem perkemihan
Buang air kecil sulit selam a24 jam pertama, kemungkinan
terdapat spasine sfingter dan edema leher buli-buli sesudah bagian
ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan. Urine dalam jumlah besar akan dihasilkan dalam waktu
12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan kadar
hormon estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami
penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis.
Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.
3. Sistem gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali
normal. Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan
namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau
dua hari, gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering
kosong. Jika sebelum melahrkan doberikan enema. Rasa sakit di
daerah perineum dapat menghalangi keinginan untuk BAB.22
30

3. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


Dalam masa nifas alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih seperti keadaan sebelum hamil. Untuk membantu
mempercepat proses penyembuhanpada masa nifas, maka ibu nifas
membutuhkan diet yang cukup kalori dan protein, membutuhkan istirahat
yang cukup, dan sebagainya.23
Kebutuhan dasar masa nifas adalah sebagai berikut:
1. Nutrisi dan Cairan
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan
meningkat 25%, karena berguna untuk proses kesembuhan karena
sehabis melahirkan dan untuk memprosuksi ASI yang cukup untuk
menyehatkan bayi semua itu akan meningkat sebanyak tiga kali dari
kebutuhan biasa.
Nutrisi yang dikonsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan
cukup kalori. Wanita dewasa memerlukan 2.200 k kalori. Ibu
menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita dewasa lalau
+ 700 k kalori pada 6 bulan pertama kemudian +500 k kalori pada
bulan selanjutnya.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi
cukup dan teratur serta harus mengandung sumber tenaga,
pembangun dan pengatur/ pelindung. Sumber tenga didapatkan dari
karbohidrat, sumber pembangun dari protein, sumber pengatur dan
pelindung yaitu mineral, vitamin dan air.22
2. Ambulasi
Sebagian besar pasien dapat melakukan ambulasi segera setelah
persalinan usai. Aktivitas dapat dilakukan secara bertahap,
memberikan jarak antara aktivitas dan istirahat.dalam 2 jam setlah
bersalin ibu sudah bisa melakukan mobilisasi dan dilakukan secara
perlahan-lahan dan bertahap. Dapat dilakukan dengan miring kanan
atau kiri terlebih dahulu, kemudian duduk dan berangsur-angsur
31

untuk berdiri dan berjalan. Manfaat dari mobilisasi dini atau early
mobilisation yaitu:
a. Melancarkan pengeluaran lochea dan mengurangi infeksi
pueperium
b. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
c. Mempercepat involusi alat kandungan
d. Fungsi usus, sirkulasi, paru-paru dan perkemihan lebih baik
e. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme
f. Memungkinkan untuk mengajarkan perawatan bayi pada ibu
g. Mencegah trombosis pada pembuluh tungkai.7

3. Istirahat
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat tidur yang
dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1 jam pada
siang hari. Ibu dianjurkan untuk beristirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan. Dan ibu disarankan untuk kembali
melakukan kegiatan rumah tangga secara bertahap karena kurangnya
istirahat pada ibu nifas akan mempengaruhi jumlah ASI yang di
produksi, memperlambat proses involusi uterus, memperbanyak
perdarahan dan menyebabkan ketidakmampuan untuk merawat
bayinya sendiri.7

4. Eliminasi
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam post partum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau sekali
berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan katerisasi. Akan
tetapi, jika ternyata kandung kemih penuh, tidak perlu menunggu 8
jam untuk katerisasi. Berikut ini sebab terjadinya retensio urin pada
ibu post partum adalah sebagai berikut :
a. Berkurangnya tekanan intra abdominal.
32

b. Otot-otot perut masih lemah.


c. Edema dan uretra.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif. Ibu post partum
diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari kedua
post partum. Jika hari ketiga belum juga BAB, maka perlu diberi
obat pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian
obat pencahar masih belum bisa BAB, maka dilakukan klisma
(huknah).
5. Perawatan payudara
Menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan BH
yang menyokong payudara. Apabila putting susu lecet, oleskan
dengan kolostrum/ ASI sekitar putting susu setelah menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet. 20
6. Kebersihan diri
Kebersihan diri ibu membantu mengurangi sumber infeksi dan
meningkatkan perasaan nyaman pada ibu. Ibu dianjurkan untuk
mnejaga kebersihan diri dengan cara mandi yang teratur minimal 2
kali sehari, mengganti pakaian dan alas tempat tidur serta lingkungan
dimana ibu tinggal. Merawat perineum dengan baik yaitu dengan
membersihkan perineum dari arah depan kebelakang dengan
menggunakan air bersih dan menjaga sekitar kewanitaan tidak
lembab. Sehingga mengurangi terjadinya infeksi. 7
7. Tanda Bahaya Nifas
a) Perdarahan lewat jalan lahir
b) Keluar cairan berbau dari jalan lahir
c) Bengkak diwajah, tangan dan kaki atau sakit kepala dan kejang-
kejang.
d) Demam lebih dari 2 hari.
e) Payudara bengkak, merah disertai rasa sakit.
f) Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi). 7
8. Hubungan pernikahan
33

Secara fisik aman untuk berhubunagn suami istri ketika darah


merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke
dalam vagina dan tidak merasakan nyeri. Tetapi banyak budaya yang
menunda hubungan suami istri sampai 40 hari atau 6 minggu.
Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan
9. Keluarga Berencana (KB)
KB Pasca persalinan adalah pemanfaatan atau penggunaan alat
kontrasepsi langsung sesudah melahirkan sampai 6 minggu/42 hari
sesudah melahirkan. Prinsip pemilihan metode kontrasepsi yang
digunakan tidak mengganggu produksi ASI. 7

1. Metode kontrasepsi jangka panjang:


a. Metode Operasi Wanita (MOW), metode Operasi Pria (MOP)
Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)/spiral, jangka waktu
penggunaan bisa sampai 10 tahun.
b. Implan (alat kontrasepsi bawah kulit), jangka waktu
penggunaan 3 tahun.
2. Metode kontrasepsi jangka pendek
a. Suntik, terdapat 2 jenis suntikan yaitu suntikan 1 bulan dan
suntikan 3 bulan. Untuk ibu menyusui, tidak disarankan
menggunakan suntikan 1 bulan, karena akan mengganggu
produksi ASI
b. Pil KB.
4. Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas dibutuhkan dalam periode ini karena merupakan
masa kritis baik ibu maupun bayinya. diperkirakan bahwa 60% kematian
ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Tujuan asuhan masa nifas :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologik.
34

2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,


mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada
bayinya dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

Tabel 1.4 Frekuensi Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam 1. Mencegah perdarahan masa nifas karen
setelah atonia uteri
persalinan 2. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan : rujuk bila perdarahan
berlanjut
3. Memberikan konseling oada ibu atau
salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
4. Pemberian ASI awal
5. Melakukan hubungan antara ibu dan
bayi baru lahir
6. Menjaga bayi agar tetap sehat dengan
cara mencegah hipotermia
Jika petugas kesehatan menolong
persalinan, ia harus hinggal dengan ibu dan
bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah
kelahiran, atau samoai ibu dan bayi dalam
keadaan stabil.
2 6 hari setelah 1.
persalinan
3 2 minggu Sama seperti diatas (6 hari setelah
setelah persalinan)
persalinan
4 6 minggu 1. Menanyakan ibu tentang penyulit-
setelah penyulit yang ia atau bayi alami.
persalinan 2. Memberikan konseling untuk KB secara
dini.
Sumber: Saifudin,20119
35

C. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir


1. Pengertian
Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus dan merupakan
individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intrauterin ke kehidupan ekstrauterin.Bayi baru lahir normal adalah bayi
yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dan berat badannya 2500-
4000 gram.24
2. Asuhan Bayi Baru Lahir
Terdapat minimal tiga kali kunjungan ulang bayi baru lahir :
a. Pada usia 6-48 jam (kunjungan neonatal 1)
b. Pada usia 3-6 hari (kunjungan neonatal 2)
c. Pada usia 7-28 hari (kunjungan neonatal 3)
Penatalaksanaan Awal Bayi Baru Lahir
a) Penatalaksanaan awal dimulai sejak proses persalinan hingga
kelahiran bayi, yang dikenal sebagai asuhan esensial neonatal,
meliputi :
(1) Persalinan bersih dan aman.
(2) Inisiasi pernapasan spontan.
(3) Menjaga bayi agar tetap hangat.
(4) Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
(5) Pencegahan infeksi.
(6) Penilaian awal.
(7) Mencegah kehilangan panas tubuh.
(8) Rangsangan taktil.
(9) Merawat tali pusat.
(10) Memulai pemberian ASI.
b) Penilaian Awal pada Bayi Baru Lahir
(1) Menangis kuat atau bernapas tanpa kesulitan.
(2) Warna kulit (merah muda, pucat atau kebiruan).
(3) Gerakan, posisi ekstremitas atau tonus otot bayi.
36

(4) Usia kehamilan saat melahirkan cukup bulan atau tidak.


(5) Terdapat meconium pada air ketuban atau tidak. 24
c) Ciri-ciri Bayi Baru Lahir Normal
(1) Lahir aterm antara 37-42 minggu
(2) Berat badan 2500-4000 gram
(3) Panjang badan 48-52 cm
(4) Lingkar dada 30-38 cm
(5) Lingkar kepala 33-35 cm
(6) Frekuensi denyut jantung 120-160x/menit
(7) Pernafasan 40-60 kali/menit
(8) Kulit kemerahan dan licin
(9) Rambut lanugo tidak terlihat dan rambut kepala sudah sempurna
(10) Kuku agak panjang dan lemas
(11) Gerak aktif
(12) Bayi lahir langsung menangis kuat
d) Rekomendasi memandikan bayi baru lahir :
(1) Tunggu minimal 6 jam sebelum memandikan bayi.
(2) Lakukan setelah temperature suhu bayi stabil (36.50C-37.50C
(3) Mandikan dalam ruangan yang hangat dan tidak banyak
hembusan angin.
(4) Mandikan secara cepat dengan menggunakan air hangat, segera
keringkan dengan handuk bersih, kering dan hangat. Dan segera
kenakan pakaian.
(5) Tempatkan bayi didekat ibunya dan diberi ASI sedini
mungkin.25
Asuhan pada Bayi usia 3-6 hari.
Prinsip Asuhan BBL. Sebelum memberikan asuhan pada bayi baru
lahir, sebaiknya bidan mengkaji hal-hal berikut:
a) Apakah bayi dilahirkan oleh ibu yang mengalami komplikasi dalam
persalinan ?
37

b) Apakah bayi mempunyai kondisi atau masalah yang harus ditangani


?
c) Apakah kondisi ibu memungkinkan merawat bayi secara penuh,
sebagian, atau tidak sama sekali ?
Pada hari kedua sampai keenam ada hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam asuhan pda bayi, yaitu sebagai berikut :
1) Kebersihan kulit
Kebersihan kulit bayi perlu benar-benar dijaga. Bagian-bagian
seperti wajah, bokong, dan tali pusat perlu dibersihkan secara
teratur. orang tua maupun orang lain yang ingin memegang bayi
diharuskan untuk mencucui tangan terlebih dahulu.
2) Keamanan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjga keamanan bayi
adalah dengan tetap menjaganya, jangan sekali pun
meninggalkan bayi tanpa ada yang menunggu. Selain itu juga
perlu dihindari untuk memberikan apapun ke mulut bayi selain
ASI, karena bayi bisa tersedak.
3. Tanda-tanda bahaya.
a. Pernapasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit.
b. Terlalu hangat (>380C) atau terlalu dingin (<360C)
c. Kulit bayi kering (terutama 24 jam pertama), biru, pucat atau
mear.
d. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan
mengantuk berlebihan.
e. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau dan
berdarah. Terdapat tanda-tanda infeksi seperti suhu tubuh
meningkat, merah, bengkak, bau busuk, keluar cairan dan
pernapasan sulit.
f. Tidak BAB dalam 3 hari, tidak BAK dalam 24 jam. Feses
lembek atau cair, sering berwarna hijau tua dan terdaoat
lendir atau darah.
38

g. Mengigil, rewel, lemas, mengantuk, kejang.


h. Penyuluhan pada ibu dan keluarga sebelum bayi pulang. 5
4. Perawatan tali pusat
Telah dilaksanakan beberapa uji klinis untuk membandingkan
cara perawatan tali pusat agar tidak terjadi peningkatan infeksi,
yaitu dengan membiarkan tali pusat terbuka dan membersihkan
hanya dengan air bersih. Bidan hendaknya menasihati ibu agar
tidak membubuhkan apa pun pada adaerah sekitar tali pusat
karena dapat mengakibatkan infeksi.
5. Pemberian ASI
Pemberian ASI sebaiknya dilakukan sesering mungkin. Dan
menasihati ibu untuk tidak memberikan bayi makanan apapun
selain ASI sampai usia bayi 6 bulan
6. Jaga kehangatan bayi
Berikan bayi kepada ibunya secepat mungkin. Kontak antara ibu
dengan kulit bayi sangat penting dalam rangka menghangatkan
serta mempertahankan panas tubuh bayi. Apabila suhu bayi
menurun < 36.50C segera hangatkan bayi dengan teknik metode
kangguru. Perawatan dengan metode kangguru merupakan cara
efektf untuk memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar
yaitu kehangatan, keselamatan, kasih saying, ASI, perlindugan
dari infeksi dan stimulasi.
7. Imunisasi
Imunisasi merupakan cara atau transfer antibody secara pasif.
Imunisasi berfungsi untuk meningkatkan kekebalan seseorang
secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak bayi
terpajan pada yang serupa tidak terjadi sakit. Tujuan imunisasi
adalah mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang,
dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok
masyarakat (populasi). Beberapa jenis imunisasi dasar16. jenis
39

imunisasi dasar yaitu BCG (Bacille Calmette Guerin), Hepatitis,


DPT, Polio, dan Campak. 25
Rencana Asuhan Bayi Pada Usia 1-6 Minggu
Keluarga diberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
bayi yang meliputi hal-hal berikut:
a. Tampat tidur yang tepat. Tempat tidur harus hangat, diletakkan
didekat tempat tidur ibu,
b. Memandikan bayi. Bayi harus tetap dijaga kebersihannya
dengan menyekanya lembut dan juga membersihkan bagian
lipatan kulitnya.
c. Mengenakan pakaian. Pertahankan suhu tubuh bayi hangat,
pakaian bayi seharusnya yang menyerap keringat, mengganti
pakaian bila lembab dan kotor.
d. Perawatan tali pusat. Perawatan dilakukan dengan tidak
membubuhkan apa pun pada tali pusat bayi. Menjaga tali pusat
bayi untuk tetap kering.
e. Perawatan hidung. Kotoran bayi akan membuat hidung bayi
tersumbat dan sulit bernapas. Hindari memasukkan gumpalan
kapas pada hidung bayi.
f. Perawatan mata dan telinga. Telinga harus dibersihkan setiap
kali sehabis mandi.
g. Pemantauan berat bayi. Bayi yang sehat akan mengalami
penambahan berat badan setiap bulannya. Bayi membutuhkan
perawatan intensif pada saat 6 minggu kelahiran guna
menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. 25
3. Perubahan Bayi Baru
1. Sistem Pernapasan.
Paru bayi cukup bulan mengandung sekitar 20 ml
cairan/kg.udara harus diganti dengan cairan yang mengisi traktus
respiratorius sampai alveoli. Pada kelahiran pervaginam normal,
sejumlah cairan keluar dari trakea dan paru bayi.Pola pernapasan
40

tertentu menjadi karakteristik bayi baru lahir normal yang cukup


bulan.Setelah pernapasan mulai berfungsi, napas bayi menjadi
dangkal dan tidak teratur, 30-60 kali per menit.
2. Sistem Kardiovaskuler.
Napas pertama yang dilakukan bayi baru lahir menyebabkan
paru mengembang dan menurunkan resistensi vaskuler pulmoner,
sehingga darah paru mengalir.Tekanan arteri pulmoner menurun,
menyebabkan tekanan atrium kanan menurun.Perubahan tekanan ini
menyebabkan foramen ovale menutup.Frekuensi denyut jantung bayi
rata-rata 140 -160 kali per menit saat lahir.
3. Sistem Peredaran Darah.
Setelah lahir, darah haru melewati paru untuk mengambil
oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna
menghantarkan oksigen ke jaringan.Terjadi dua perubahan besar
yang membuat sirkulasi yang pada baru lahir diluar rahum, yaitu
penutupan foramen ovale pada atrium jantung dan penutuoan duktus
arteriosus antara arteri paru dan aorta.
4. Sistem Pencernaan
Bayi baru lahir cukup bulan mampu menelan, mencerna,
memetabolisme dan mengabsorpsi protein dan karbohidrat
sederhana, serta mengonsumsi lemak.Kapasitas lambung bervariasi
dari 30-90 ml, bergantung pada ukuran bayi.
5. Sistem Reproduksi.
a. Perempuan. Saat lahir, ovarium bayi berisi beribu-ribu sel
germinal primitive. Sel-sel ini mengandung komplemen lengkap
ova yang matur karena tidak terbentuk oogonia lagi setelah bayi
cukup bulan lahir. Peningkatan kadar estrogen selama masa
hamil, yang diikuti dengan penurunan setelah bayi lahir,
mengakibatkan pengeluaran suatu cairan mukoid atau kadang-
kadang pengeluaran bercak darah melalui vagina
(pseudomenstruasi). Genetalia eksterna biasanya edema disertai
41

pigmentasi yang lebih banyak. Pada bayi baru lahir cukup bulan,
labia mayora dan minora menutupi vestibulum. Pada bayi
kurang bulan, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan
terbuka.
b. Laki-laki. Pada bayi baru lahir normal testis sudah turun ke
skrotum, prepusium ketat pada ujung penis, terdapat rugae yang
melapisi kantung skrotum. Pembengkakan jaringan payudara
pada bayi baru lahir perempuan maupun laki-laki disebabkan
oleh peningkatan estrogen selama hamil.

6. Sistem Integumen.
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih
belum matang. Bayi cukup bulan memiliki kulit kemerahan beberapa jam
setelah lahir, setelah itu warna kulit memucat menjadi warna kulit
normal.24
D. Aplikasi Manajemen Kebidanan pada Kasus Letak Sungsang
1. Data subjektif
a. Anamnesis
Menanyakan usia dan kehamilan ke berapa untuk mengetahui faktor
resiko terjadinya letak sungsang. Kehamilan terasa penuh di bagian
atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Mengeluh
ketidaknyamanan dibawah rusuknaya, terutama dimalam hari, akibat
tekanan kepala pada diafragma.17
b. Apakah ada riwayat sungsang pada kehamilan sebelumnya.
2. Data objektif
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan abdominal : 17
1) Leopold I : kepala janin yang teraba keras, bulat dan dapat
dirabadengan ballotement sudah menempati bagian fundus uteri.
2) Leopold II : menunjukkan punggung sudah berada pada satu sisi
abdomen dan bagian-bagian kecil janin berada pada sisi yang lain.
42

3) Leopold III :bila enggagement sudah melewati pintu atas panggul,


bokong janin masih dapat digerakkan diatas pintu atas panggul
teraba bulat, lunak dan tidak melenting
4) Leopold IV : menunjukkan posisi bokong yang mapan dibawah
simfisis.
5) Djj : suara jantung janin biasanya terdengar paling keras pada
daerah sedikit di atas umbilikal.
6) USG : untuk memastikan perkiraan untuk mengidentifikasi adanya
anomali janin.

Pemeriksaan dalam : 17
1) Pada presentasi bokong murni, kedua tuberositas iskiadika,
sakrummaupun anus biasanya teraba, dan setelah terjadi penurunan
lebihlanjut, genetalia eksterna dapat dikenali.
2) Pada presentasi bokong sempurna, kaki dapat diraba
setelahbokong.
3) Presentasi kaki, letak salah satu atau kedua kaki lebih rendah dari
pada bokong.
3. Analisa
Setelah mendapatkan data subjektif dan objektif kemudian menentukan
masalah potensial yang memerlukan tindakan, selanjutnya disimpulkan
dengan pernyataan :
Ny. ... usia ... tahun, G...P...A.., hamil ... minggu inpartu kala ... fase
laten,janin tunggal hidup dengan persalinan letak sungsang.
4. Penatalaksanaan
a. Penanganan letak sungsang prosedur-prosedur yang dapat dilakukan
pada persalinan letak sungsang dengan presentasi bokong sempurna
atau bokong dengan ekstraksi kaki, dengan langkah-langkah sebagai
berikut :8,15
1) Jika bokong telah mencapai vagina dan pembukaan lengkap,
anjurkan ibu untuk mengedan bersamaan dengan his.
43

2) Jika perineum sangat kaku lakukan episiotomi


3) Biarkan bokong turun sampai skapula terlihat.
4) Pegang bokong dengan hati-hati, jangan lakukan penarikan.
5) Jika kaki tidak lahir spontan, lahirkan satu kaki dengan cara :
a) Tekan belakang lutut
b) Genggam tumit dan lahirkan bayi
c) Ulangi untuk melahirkan kaki yang lain
d) Pegang pinggul bayi tetapi jangan tarik dan lahirkan lengan
dengan teknik bracht

b. Perawatan pasca persalinan sungsang


1) Isap lendir dan mulut bayi
2) Klem dan potong tali pusat
3) Berikan oksitosin 10 iu IM dam 1 menit sesudah bayi lahir
4) Lanjutkan penanganan aktif kala III
5) Periksa keadaan pasien dengan baik.
6) Lakukan penjahitan robekan servik atau episiotomi.
c. Persalinan diakhiri dengan sectio caesarea bila
1) Persalinan pervaginam diperkirakan sukar dan berbahaya
2) Tali pusat menumbung pada primi/ multigravida
3) Didapatkan distosia
4) Umur kehamilan : prematur (berat badan : 2000), post date (umur
kehamilan 42 minggu)
5) Riwayat persalinan yang lalu : riwayat persalinan buruk, nilai
sosial janin tinggi
6) Komplikasi kehamilan dan persalinan : hipertensi pada persalinan
dan ketuban pecah dini.
d. Hal-hal yang harus dilakukan sebelum melakukan pertolongan
persalinan pervaginam, yaitu :
1) Pemeriksaan abdominal yang hati-hati, jika perlu USG
2) Dilatasi serviks lengkap
44

3) Eliminasi setiap pertanyaan mengenai keadekuatan pelvis


4) Pengosongan kandung kemih\
5) Pemotongan episiotomi jika hal itu perlu dilakukan
6) Persiapan untuk upaya resusitasi bayi baru lahir dalam skala
lengkap
7) Wanita sebaiknya berada pada posisi litotomi dengan penyangga
kaki ditepi tempat tidur.
8) Dokter tempat berkonsultasi seharusnya telah diberi tahu dan
sebaiknya juga hadir atau segera datang jika dibutuhkan.
BAB III
METODOLOGI
A. Metode
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, metode yang digunakan
adalah dengan pendekatan manajemen kebidanan, dalam bentuk laporan
kasus. Metode yang dilakukan sebagai upaya pendekatan manajemen
kebidanan yaitu salah satu proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan berdasarkan
teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan yang
logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus dari klien. Studi
kasus adalah metode dengan memusatkan diri secara intensif terhadap
suatu objek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus. Pada kasus
Ny. N 21 tahun G1P0A0 H 37 minggu Inpartu kala II, janin tunggal hidup
dengan letak sungsang
Manajemen kebidanan adalah suatu metode yang
bersifatmengumpulkan suatu peristiwa atau gejala yang saat ini dialami
pasien tertujupada proses pemecahan masalah melalui manajemen
kebidanan yang meliputitahap pengkajian, interpretasi data, antisipasi
masalah, tindakan segera ataukolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan
dan evaluasi.
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalm bentuk
SOAP.Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian
berdasarkanteori yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Pendokumentasian SOAP terdiri dari:
1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh
dari hasil anamnesa pada Ny. N (wawancara).
2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik
yang menjadi data fokus untuk mendukung pemberian asuhan.

45
46

3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data
objektif yang didapat.
4. P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan analisa.
B. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data sebanyak mungkin yang ditujukan kepada klien, keluarga dan
tenaga kesehatan yang terlibat dalam penulisan Laporan Akhir ini
secara lisan dari seseorang atau sasaran penelitian, atau bercakap-
cakap, berhadapan muka dengan orang tersebut. Jadi data tersebut
diperoleh langsung melalui suatu pertemuan atau percakapan. Data ini
berhubungan dengan sudut pandang pasien, ekspresi pasien mengenai
kekhawatiran dan keluhan yang dicatat sebagai kutipan langsung atau
ringkasan yang berhubungan langsung dengan diagnosis yang akan
disusun.
2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh data objektif
klien yang sebenarnya, yang dilakukan secara sistematis dan teliti
sehingga didapatkan hasil yang akurat. Pemeriksaan fisik pada
Laporan Tugas Akhir meliputi pemeriksaan fisik fokus pada
pemeriksaan fisik kehamilan, pemeriksaan fisik dilakukan secara
headtotoe.
Pemeriksaan laboratorium merupakan bagian skrining rutin
yangbervariasi berdasarkan usia klien, status risikonya (misal bila jika
terpajanpenyakit menular seksual atau tuberkulosis). Nilai
47

laboratorium yangdiperoleh bervariasi dari satu laboratorium ke


laboratorium lain. Olehkarena itu setiap laboratorium menerbitkan
tentang nilai untuk setiap ujidilakukan di dalam laboratorium tersebut.
Pemeriksaan laboratorium padaLaporan Tugas Akhir ini meliputi
pemeriksaan darah rutin seperti :hemoglobin bertujuan untuk
mendeteksi anemia, leukosit yang dapatmendeteksi adanya infeksi dan
penyebabnya yang disebabkan oleh bakteriatau virus serta dapat
melihat kekebalan tubuh dan potensi alergi,trombosit, dan hematokrit.
3. Observasi
Observasi adalah prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Observasi yaitu metode
pengumpulan data tentang perilaku manusia, dilakukan tanpa
melakukan interview kepada klien. Obserasi pada Laporan Tugas
Akhir ini meliputi observasi kesejahteraan ibu dan janin serta
kemajuan persalinan yang meliputi pemantauan keadaan umum,
tanda-tanda vital, DJJ, his, danpembukaan servik.
4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis dengan
cara mencari informasi dan memelajari catatan medis pasien dengan
mencatat data yang ada dan sudah didokumentasikan dalam catatan
medis pasien. Dilakukan dengan mecari informasi data yang ada dan
mencatat data yangberhubungan dengan gangguan kesehatan
reproduksi melalui status pasienmaupun rekam medis. Studi
dokumentasi pada Laporan tugas Akhir ini dengan mencari informasi
dengan cara anamnesa dan mencari informasimelalui catatan medis
pasien dengan mencatat data yang ada dan sudahdidokumentasikan
dalam catatan madis pasien tersebut.
48

5. Studi Literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli. Pengumpulan data yang diperoleh
dari berbagai informasi, baik berupa teori, generalisasi, maupun
konsep yang telah dikemukakan oleh berbagai ahli. Teori pada
Laporan Tugas Akhir ini diambil dari 26 literatur.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 21 Maret 2018


Waktu Pengkajian : 09.00 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD SEKARWANGI (R. VK)
Pengkaji : Fitriani Baehaki

A. Data Subjektif
1. Identitas
Nama : Ny. N Tn. Y
Usia : 21 tahun 24 tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMA SMA
Pekerjaan : Guru PAUD Karyawan Swasta
Alamat : Parakan Salak- Parung Kuda

2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh perutnya mulas sangat kuat dan sudah ingin meneran
seperti ingin BAB, sudah tidak kuat untuk berjalan.
3. Riwayat persalinan sekarang
Ibu datang ke RSUD Sekarwangi jam 09.00 WIB dari Puskesmas X
dengan rujukan persalinan sungsang diantar oleh bidan.Sebelumnya ibu
datang ke PKM pada jam 05.30 WIB karena perutnya terasa mulas
sejak pukul 01.00 WIB. Mulas bertambah sering dan sudah keluar
lendir bercampur darah. Saat dilakukan pemeriksaan pembukaan 2 cm.
Jam 08.30 ketuban pecah, setelah di periksa pembukaan 8 cm. Ibu
diberitahu letak sungsang sehingga harus dirujuk. Sebelum di rujuk ibu
dipasang infus.

49
50

4. Riwayat Kehamilan Sekarang


Ini merupakan kehamilan pertamanya.HPHT : 01-07-2017, HTP : 08-
04-2018. Belum pernah keguguran.Gerakan janin aktif, ibu rutin
memeriksakan kehamilannya ke posyandu dan ke bidan, ibu rutin
mengonsumsi tablet penambah darah dan vitamin yang diberikan oleh
bidan. Ibu sudah mendapat suntik TT 2 kali. Ibu tidak mengkonsumsi
jamu dan obat – obatan selain yang diberikan oleh bidan. Selama
melakukan pemeriksaan kehamilan bidan mengatakan hasil baik, letak
kepala. Terlampir pada buku KIA ibu pernah melakukan pemeriksaan
USG saat usia kehamilan kurang lebih 6 bulan hasil baik dan letak
kepala. Selama hamil dilihat dari buku KIA ibu sudah 10 kali
melakukan pemeriksaan. Pada pemeriksaan terakhir tgl 14 Maret 2018
ibu belum diketahui sungsang dan hasilnya normal. Ibu sebelumnya
belum pernah melakukan pemeriksaan labolatorium.
5. Riwayat bio, psiko - sosial dan ekonomi
a. Biologi
Makan terakhir nasi dan sayur jam 06.30 WIB, minum terakhir jam
09.00 1 gelas air putih. BAB terakhir jam 08.00 WIB. BAK
terakhir 08.00 WIB. Semalam ibu kurang tidur karena mulas.
b. Psikologi
Ibu sangat senang dengan kelahiran anaknya, namun ibu merasa
cemas karena sungsang. Ini merupakan kehamilan yang telah
direncanakan. Suami dan keluarga sangat mendukung.

B. Data Objektif
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-tanda vital
a) Tekanan Darah: 110/70 mmHg
b) Nadi : 82x/menit
c) Respirasi : 20x/menit
51

d) Suhu : 36,6oc
4. Pemeriksaan Fisik
a) Abdomen
Tidak terdapat bekas luka operasi. Mc 28 cm, TBJ 2635 gr, TFU 2
jari dibawah px, teraba kepala di fundus, punggung teraba sebelah
kanan, bagian terendah teraba bokong.Kandung kemih kosong.,
His 4x10’/45” kuat teratur, DJJ136 x/menit,teratur.
b) Ekstremitas
Tangan kanan terpasang infus RL sisa 400 ml, Kaki kanan dan kiri
kuku tidak pucat.
c) Genetalia
Vulva tidak terdapat varises dan pembengkakan, terdapat
pengeluaran lendir bercampur darah, terdapat pengeluaran air-air
bercampur mekonium. Pemeriksaan dalam: portio tidak teraba,
pembukaan 10cm, ketuban negatif, presentasi bokong, teraba
sakrum depan. HodgeIII+.
C. Analisa
Ny. N, 21 tahun G1P0A0 hamil 37minggu inpartu kala II, janin tunggal
hidup dengan letak sungsang
D. Penatalaksanaan
Jam 09.00 WIB 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluargabahwa ibu sudah pembukaan lengkap
2. Melekukan kolaborasi dengan dokter via telepon.
Advice : persalinan pervaginam. (Bidan RS)
3. Memposisikan ibu posisi litotomi di tempat tidur
ginekologi.
4. Mengajarkan ibu teknik relaksasi saat ada mulas. ibu
dapat mengikuti anjuran.
5. Mendekatkan partus set di dekat tempat tidur ibu.
Memakaikan alas bokong, memakai handscoon dan
menyiapkan kain untuk bayi.
52

6. Memimpin ibu meneran


7. Menganjurkan ibu untuk merangkul kedua kakinya
kearah perut dan membuka lebar daerah
kemaluannya ketika terdapat his. Ibu bisa
melakukannya dengan benar
8. Memberikan minum pada ibu saat his menghilang.
Ibu meminum 2 teguk teh manis saat tidak ada his.

jam 09.10 WIB 1. Menganjurkan ibu mengedan disaat timbul his dan
vulva membuka, menyuntikan anastesi lidokain dan
melakukan episiotomi saat perineum tanpak kaku
dengan teknik mediolateral.
2. Membantu kelahiran bayi dengan teknik bracht.
Ketika bokong lahir, melonggarkan tali pusat pada
waktu tali pusat tanpak lahir dan tampak sangat
teregang, tali pusat dilonggarkan,
3. Setelah terlihat scapula dan oksiput dilakukan cek
lilitan tali pusat. Terdapat 1 lilitan tali pusat dan
melonggarkan tali pusat. Bokong dicengkam secara
bracht, dengan cara kedua ibu jari penolongsejajar
sumbu panjang paha, sedangkan jari jari lain
memegang panggul.
4. Setelah itu dilakukan hiperlordosis.
Jam 09.30 WIB 1. Bayi lahir spontan, langsung menangis, tonus otot
baik, jenis kelamin perempuan.
2. Menghisap lendir dan mengeringkan bayi serta
mengganti kain bayi.
3. Memeriksa adanya janin kedua.
53

Catatan Perkembangan
Waktu pengkajian : Jam 09.31 WIB

A. Data Subjektif
Ibu merasa senang atas kelahiran bayinya ibu sudah merasakan mulas
kembali.
B. Data Objektif
TFU1 jari diatas pusat, teraba keras. Tidak ada janin ke 2. Kandung kemih
kosong. Genitalia : Tali pusat menjulur didepan vulva, terdapat
pengeluaran darah.
C. Analisa
Inpartu kala III
D. Penatalaksanaan
Jam09.31 WIB 1. Memberitahu ibu bahwa akan segera melahirkan ari-
ari.
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntikan Oksitosin
10 IU. Oksitosin disuntikkan di 1/3 paha luar secara
IM.
Jam09.32 WIB 1. Menjepit dan memotong tali pusat
Jam 09.35 WIB 1. Melakukan PTT dengan cara dorso kranial. Belum
terlihat tanda pelepasan plasenta
2. Melakukan PTT kembali saat ada his. Sudah terlihat
tanda-tanda pelepasan plasenta. Semburan darah, tali
pusat menjulur di depan vulva dan fundus uteri
mengalami kontraksi kembali.
Jam09.38 WIB 1. Melahirkan plasenta. Plasenta lahir spontan
2. Melakukan massase uterus selama 15 detik. Uterus
berkontraksi dengan baik.

Jam 09. 42 WIB


3. Memberikan oksitosin 20 IU drip RL 500 ml
dipasang kecepatan 60 tpm.
4. Memeriksa kelengkapan plasenta. Plasenta lahir
54

lengkap, kotiledon dan selaput ketuban utuh.


5. Memeriksa robekan jalan lahir.

Catatan Perkembangan
Waktu pengkajian : Jam 09.43 WIB

A. Data Subjektif
Ibu merasa senang karena bayi dan ari- arinya sudah lahir. Ibu haus merasa
ingin minum.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Pemeriksaan Fisik
Abdomen kandung kemih kosong, TFU : 2 jari dibawah pusat,
kontraksi baik, terus keras dan globuler. Genetalia terdapat
pengeluaran darah ± 150 ml, terdapat robekan jalan lahir mengenai
mukosa vagina, otot vagina, otot perineum dan kulit perineum.
C. Analisa
Inpartu kala IV dengan luka episiotomi derajat 2
D. Penatalaksanaan
Jam 09.44 WIB 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa terdapat
robekan dijalan lahir.
2. Memberitahukan ibu bahwa akan di lakukan
penjahitan
3. Menyuntikan lidokain 1 % sebanyak 4 ml
4. Mengecek reaksi lidokain
Jam 09.47 WIB 1. Melakukan penjahitan pada bagian otot dengan
teknik jelujur sebanyak 4 jahitan dan bagian kulit
dengan teknik subkutis.
2. Memastikan kembali tidak ada perdarahan yang aktif
55

3. Memberitahukan ibu bahwa penjahitan lukanya telah


selesai.
4. Memberitahu ibu cara perawatan luka yang baik dan
tidak usah khawatir akan jahitannya terlepas saat
BAB dan BAK
Jam 10.00 WIB 1. Membersihkan ibu,tempat, alat dan diri penolong
2. Mendekontaminasi alat.
3. Melakukan pemantauan tanda-tanda vital, perdarahan,
kontraksi, kandung kemih selama 2 jam. 1 jam
pertama setiap 15 menit, 1 jam kedua setiap 30 menit.
Terlampir partograf
4. Memberitahukan ibu tanda bahaya masa nifas kepada
ibu seperti perdarahan, nyeri kepala yang hebat, mual
atu nyeri ulu ati, penglihatan kabur, kaki bengkak,
suhu tinggi, dan perdarahan banyak.
5. Melakukan pengambilan spesimen darah untuk
pemeriksaan labolatorium.
56

Asuhan Kebidanan Nifas (PNC)

Hari/Tanggal :Rabu, 21 Maret 2018


Waktu pengkajian : 11 .30 WIB
Tempat pengkajian : RSUD SEKARWANGI (R.VK)
Nama pengkaji : Fitriani Baehaki

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan darah yang keluar sebanyak setengah pembalut. Ibu sudah
minum segelas air teh hangat dan sudah makan dengan nasi, tempe dan
telur. Ibu belum BAB dan BAK. Ibu belum tidur setelah melahirkan. Ibu
sudah dapat menyusui bayinya
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
1) Tekanan darah : 100/70 mmHg
2) Nadi : 80x/menit
3) Respirasi :20x/menit
4) Suhu : 36,6oC
4. Pemeriksaan Fisik
Wajah tidak ada oedema, tidak ada cloasma, tidak pucat. Matasclera
putih, konjungtiva merah muda. Payudara bentuk dan ukuran simetris,
tidak ada nyeri tekan dan benjolan, tidak ada pembekakan puting
menonjol, sudah keluar kolostrum. Abdomen TFU: 2 jari dibawah
pusat, kontraksi baik keras dan globuler, kandung kemih kosong.
Eksteremitas terpasang infusan RL 500 ml 20 tpm di lengan sebelah
kanan ibu, kuku tidak pucat, tidak terdapat oedema di kaki. Genetalia
tampak ada pengeluaran Loche Rubra berwarna merah keitaman,
sebanyak ± 15cc, tampak jahitan masih basah dan utuh. Anus tidak ada
hemoroid.
57

5. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium :
Pemeriksaan Hasil Normal
Hemoglobin 11.4 gr/dl 12 -14 gr/dl
Hematokrit 41.0 % 37 – 47 %
Eritrosit 4.58 103/L 4.2 -5.4 103/uL
Leukosit 4.80 /ul 4.8 -10. 8 103/uL
Trombosit 201 103/L 150 -450 103/uL

C. Analisa
P1A0 postpartum 2 jam normal .

D. Penatalaksanaan
Jam11.30 WIB 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan
keluarga
2. Menjelaskan kepada ibu untuk tidak menahan BAK
dan BAB jangan karena khawatir takut jahitanya
lepas. Dan mengingatkan kembali hygien dan cara
perawatan luka.
3. Menganjurkan ibu untuk mobilisasi ringan, mulaidari
miring kanan kiri, turun dari tempat tidur dan berjalan
secara bertahap.
Jam 11.37 WIB 1. Menganjurkan ibu makan, minum dan istirahat yang
cukup bila ibu sudah ada keinginan. Ibu sudah makan
dengan nasi, tempe dan telur, minum 1 gelas teh
hangat. Ibu belum bisa istirahat
2. Memberikan obat sesuai dengan advice dokter
Amoxcilin 3 x 500 mg, asam mefenamat 3 x 500 mg
dan penambah darah 1 x 60 mg.
Jam12.00 WIB 1. Memantau tanda – tanda vital, kontraksi, perdarahan
dan keadaan bayi.
58

2. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda bahaya masa


nifas. (perdarahan setelah melahirkan, kaki bengkak,
suhu tubuh meningkat, sakit kepala dan penglihatan
kabur, subinvolusi, tromboflebitis dan depresi setelah
persalinan).

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 21 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 15.30 WIB

A. Data Subjektif
Ibu merasa tenaga sudah pulih, sudah mampu miring kanan kiri, duduk dan
sudah dapat kekamar mandi untuk BAK. Ibu sudah berhasi menyusui
bayinya, sudah tidur kurang lebih 1 jam, namun masih merasa linu dan nyeri
pada luka jahitannya. Ibu merasa darah yang keluar dari kemaluanya sedikit.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah : 110/70 mmHg
b) Nadi : 82x/menit
c) Respirasi : 23x/menit
d) Suhu : 36,6oC
4. Pemeriksaan Fisik
Mata sclera putih, konjungtiva merah muda. Payudara tidak ada nyeri
tekan, puting menonjol dan sudah keluar kolostrum. Abdomen kandung
kemih kosong, TFU : 2 jari bawah pusat, kontraksi baik. Genetalia
tampak pengeluaran lochea Rubra berwarna merah kehitaman, berbau
khas, sebanyak ± 15 cc.
59

C. Analisa
P1A0postpartum 6 jam normal
D. Penatalaksana
Jam15.35 WIB 1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil
pemeriksaan.
2. Memberitahukan kepada ibu dan keluarga ibu
akan dipindahkan ke ruang nifas

Jam 15.40 WIB 3. Membantu itu ibu untuk tetap melakukan


mobilisasi ringan. Ibu sudah bisa berdiri dan
duduk.
4. Mengitkan kembali kepada ibu cara perawatan
luka perineum dengan cara mencuci
kemaluannya dengan air bersih biasa dan air
mengalir jangan menggunakan air hangat.
5. Melakuakan KIE kepada ibu tentang kebutuhan
masa nifas
Jam 15.50 WIB 6. Tetap memantau tanda-tanda vital, kontraksi,
perdarahan dan keadaan bayinya.
7. Mengingatkan kembali kepada ibu tentang
tanda-tanda bahaya nifas.
60

Catatan perkembangan
Hari/Tgl pengkajian : Kamis, 22 Maret 2018
Tempat Pengkajian : R. Raden Dewi Sartika
Waktu pengkajian : Jam 11.30 WIB
A. Data subjektif
Ibu sedang menyusui bayinya, ibu mengeluh kepalanya sedikit pusing karna
semalam kurang tidur, namun ibu senang karena hari ini ibu sudah di
perbolehkan untuk pulang kerumah dengan bayinya oleh dokter.

B. Data objektif
1. KeadaanUmum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda- tanda vital
a) Tekanandarah : 110/70 mmHg
b) Nadi : 80x/menit
c) Respirasi : 18x/menit
d) Suhu : 36.6oC
4. Pemeriksaan Fisik
Mata conjungtiva merah muda, sclera putih. Payudarakedua payudara
bersih, kedua payudara tidak ada lecet dan pembengkakan, tidak ada
nyeri tekan pengeluaran ASI sudah ada. Abdomen TFU
pertengahanpusat-simpisis, kontraksi keras, globuler, kandungkemih
kosong. Genetaliapengeluaran merah kehitaman lokhearubra
±10cc.Darahberbaukhaslokhea.tanpak luka jahitan masih terlihat basah
dan utuh. Ekstremitas tidak ada oedema dan varrises.

C. Analisa
P1A0 Postpartum 1hari dengan keadaan normal
61

D. Penatalaksanaan
Jam 1. Memberitahuhasilpemeriksaankepadaibudankeluargabahwa
11.40 WIB keadaan ibu baik.
2. Melakukan KIE kepada ibu tentang ibu nifas mengenai
kebutuhan nutrisi, istiraha dan hygien.
3. Memberitahukan ibu dan keluarga tidak ada pantangan
untuk makanan, agar dapat membantu proses penyembuhan
luka dan memperbanyak produksi asi dan porsi makanan
lebih diperbanyak dari porsi saat hamil.
4. Mengajarkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan ibu
dirumah, contohnya untukmembersihkan daerah
kewanitaannya dengan sabun, kemudian dibilas dengan air
mengalir sampai yakin tidak ada sisa sabun di vulva, lalu
dikeringkan.

Jam 1. Menjelaskankepadaibubahwaibutidakperlukhawatirdengank
12.00 WIB ondisi ibu sekarang ini.
2. Mengajarkan ibu cara perawatan bayi, tali pusat bayi dan
cara memandikan
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya dengan sering,
minimal 2 jam sekali dan jika bayi sedang tertidur
dibangunkan.
4. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya jika cuacanya
mendukung minimal 1 hari
5. Memberitahukan ibu tanda bahaya nifas seperti, pandangan
kabur, mata berkunag, pusing semakin hebat, demam, mual
dan muntah-muntah. Ibu mengerti

Jam 12.05 1. Memberikan obat kepada ibu sesuai anjuran dokter


a) amoxcilin 500 mg 3 x 1 : jumlah 12 tablet
b) Asam Mefenamat 500 mg 3 x 1 :jumlah 12 tablet
c) Biosanbe 1 x 1: jumlah 6 tablet
62

2. Menjadwalkan kunjungan ulang 1 minggu ke puskesmas


ataupun bidan terdekat.

Catatan Perkembangan Rabu, 28 Maret 2018


Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 28 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 16.00 WIB
Tempat Pengkajian : Rumah Ny.N
Pengkaji : Fitriani Baehaki
A. Data Subjektif
Ibu mengeluh pusing sejak 2 hari yang lalu. Ibu belum minumobat atau
minuman apapun untuk mengatasi keluhannya. Ibu masihmengonsumsi tablet
penambah darah yang diberikan oleh bidan rumah sakit.Ibu tidak mengalami
tanda bahaya nifas. Ibu makan 3x sehari dengan nasi dan telur dan sayur, ibu
tidak mengonsumsi buah karena tidak diperbolehkan oleh ibu mertuanya,
minum 8-10 gelas air putih sehari. BAB 1 kali sehari, BAK 3-4kali sehari,
darah yang keluar sedikit berwarna kecoklatan, ganti pembalut 2-3 kali
sehari. Ibu tidur 5- 6 jam perhari karena banyinya sering terbangun malam
ingin menyusu. Pada siang hari ibu tidak tidur siang karena tidak
diperbolehkan olehmertuanya. Ibu melakukan pekerjaan rumah dibantu oleh
keluarga. Dalamsehari ibu menyusui bayinya lebih dari 10 kali.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda-tanda Vital
a) Tekanan Darah : 100/70 mmHg
b) Nadi : 82x/menit
c) Suhu : 36,6oC
d) Respirasi : 20x/menit
4. Pemeriksaan Fisik.
63

Mata sclera putih, konjungtiva merah muda. Payudara bentuk dan ukuran
simetris, puting menonjol, tidak adanyeri tekan, tidak ada massa
abnormal, kolostrum sudah keluar. Abdomen kandung kemih kosong,
TFU pertengahan antara pusatdan syimfisis, distasi rekti 2/5. Ekstremitas
tidak ada varises, tanda homan negatif. Genetalia tampak pengeluaran
lochea sanguelenta berwarna coklat kekuningan, berbau khas
lochea,jahitan utuh dan kering
C. Analisa
Postpartum 7 hari, ibu dengan keadaan normal

D. Penatalaksanaan
Jam 16.05 WIB 1. Memberitahu kepada ibu dan keluarga hasil
pemeriksaanbahwa ibu dalam keadaan baik. Ibu
mengerti
2. Memberitahu ibu dan keluarga untuk tidak ada
pantangan masa nifas. Bu dan keluarga mengerti
3. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa
mengonsumsibuah baik untuk mempercepat
penyembuhan luka, memperlancar pengeluaran ASI
dan memperlancar buang air besar. Ibu dankeluarga
mengerti dan akan mengonsumsi buah.
4. Menjelaskan kepada ibu dan keluarga bahwa
istirahat yang cukup minimal 6-7 jam pada malam
hari dan tidur siang 1-2 jam baik untuk kesehatan
ibu, tidur yang kurang menyebabkan ibu pusing dan
pengeluaran asi berkurang. Ibu dan keluarga
mengerti dan akan menjaga pola istirahat ibu.
Jam 16.30 WIB 5. Memberitahukan ibu untuk tidur disaat bayinya
tidur. Ibu mengerti
6. Mengingatkan kembali ibu untuk menjaga
kebersihan genitalia dan luka jahitannya. Ibu masih
64

mengingat cara membersihkan genitalia dan luka


jahitannya.
7. Mengingatkan kembali tanda bahaya masa nifas. Ibu
masihmengingat tanda bahaya masa nifas

Catatan Perkembangan
Hari / Tgl Pengkajian : Kamis, 05 April 2018
Waktu Pengkajian : Jam 09.00 WIB
Tempat Pengkajiam : Rumah Ny. N
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan sudah tidak ada keluhan yang dirasakan. Sehari ibu
makan 3 x sehari dengan menu nasi, lauk pauk, sayur. Minum ± 10 gelas
sehari dan ibu sudah diperbolehkan makan buah-buahan dan sudah di
perbolehkan untuk tidur siang. Ibu mengatakan masih keluar darah sedikit
berwarna putih, dalam satu hari ibu BAB 1x dan BAK ±3 - 4x dalam
sehari tidak ada keluhan. Istirahat tidur malam 7-8 sehari. Ibu menyusui
bayinya setiap 2 jam dan setiap bayinya menangis, menyusu kuat lamanya
lebih dari 10 menit. Setelah ini ibu berencana alat kontrasepsi setelah 40
hari ibu sudah merencanakan kontrasepsi yang akan ibu gunakan yaitu KB
Suntik 3 bulan.
B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tanda-Tanda Vital
a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 78 x/menit
c. Resfirasi : 20 x/ menit
d. Suhu : 35,4 OC
4. Pemeriksaan Fisik
Mata, konjungtiva merah muda , sklera putih. Payudara, produksi ASI
lancar,tidak ada pembengkakan, tidak ada kemerahan di kedua
65

payudara. AbdomenTFU sudah tidak teraba, diastasis rekti 2/3.


Genetalia, vulva vagina tidak ada keluhan, bersih, jahitanluka
perineum sudah kering, pengeluaran darah berwarna putih, lochea
alba.

C. ANALISA
P1A0 postpartum 2 minggu dengan keadaan normal.

D. PENATALAKSANAAN
Jam 09.05 WIB 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
bahwa keadaan ibu baik.
2. Memberikan pujian atas apa yang telah ibu lakukan
dan meminta ibu untukmempertahankan atau
meningkatkannya. ibu mengerti.
3. Memberitahu ibu macam-macam alat kontrasepsi
beserta efek sampingnya.(SAP Terlampir).

Jam09.20 WIB 4. Menganjurkan ibu untuk tidak melakukan hubungan


seksual sebelum menggunakan metode KB. Ibu
mengerti.
5. Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya
pada masa nifas. Ibu bisa mengulang kembali apa
saja tanda bahaya pada masa nifas.
6. Mengingatkan kembali ibu untuk pemkaian alat
kontrasepsi segera setelah 40 hari. (ibu sudah
menggunakan KB suntik 3 bulan pada tanggal 2 Mei
2018 )
66

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (BBL)


Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 21 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 10.30 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD SEKARWANGI (R.VK)
Pengkaji : Fitriani Baehaki
A. Data Subjektif
Bayi belum berhasil IMD, sudah dapat BAB dan BAK.Bayi lahir cukup
bulan, 37 minggu. Lahir secara normal pervaginam pada tanggal 21Maret
2018 jam 09.30 WIB.
B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tonus Otot : Aktif
4. Kulit : Bersih, warna kemerahan
5. Tanda-tanda Vital
a) Laju Nafas : 46x/menit
b) Laju Jantung : 146x/menit
c) Suhu : 36,6oC
6. Antopometri
a) Berat Badan : 2700 gr
b) Panjang Badan : 48 cm
c) Lingkar Kepala : 30 cm
d) Lingkar Dada : 30 cm
7. Pemeriksaan Fisik
a) Kepala : Rambut hitam, fontanel mendatar, tidak ada moulage,
tidak ada caput sucsaedenum dan cepal hematom.
b) Telinga : Simetris, daun telinga elastis, terdapat lubang pada kedua
telinga, tidak ada pengeluaran cairan abnormal.
c) Mata : Simetris, tidak ada kelainan dan pus pada mata. Tidak ada
tanda-tanda infeksi.
67

d) Hidung : Simetris, terdapat 2 lubang pada hidung, terdapat septum


ditengah, tidak ada pernapasan cuping hidung.
e) Mulut : Simetris, bibir kemerahan, tidak ada kelainan labioskizis
dan labiopalataoskizis. Lidah bersih, gusi kemerahan.
f) Leher : Tidak ada pembengkakan, tidak ada massa abnormal.
g) Dada : Putting simetris, areola berwarna gelap, tidak ada retraksi
dinding dada, bunyi nafas dan jantung normal.
h) Abdomen : Sedikit membuncit, tali pusat bersih, tidak ada tanda
infeksi, terdapat bunyi bising usus.
i) Ekstremitas Atas : Simetris, pergerakan aktif, jari lengkap, tidak
ada polidaktili dan sindaktili.
j) Ekstremitas Bawah : Simetris, pergerakan aktif, jari lengkap, tidak
ada polidaktili dan sindaktili, terdapat tanda pada kaki kiri.
k) Punggung : Tidak ada kelainan tulang punggung, tidak ada
cekungan.
l) Kulit : Tampak kemerahan, terdapat verniks casiosa, terdapat
sedikit lanugo, tidak ada bercak mongol.
m) Genetalia : labia mayora menutupi labia minora. Tanpak lubang
uretra.
n) Anus : Terdapat lubang pada anus, bayi sudah BAB

8. Sistem Saraf
a) Refleks Glabella positif, bayi menutup mata saat disentuh bagian
dahi.
b) Refleks Rooting positif, bayi mencari sentuhan ketika disentuh
bagian sudut bibir.
c) Refleks Sucking positif, bayi menghisap kuat saat menyusu.
d) Refleks Swallowing positif, bayi menelan ASI dan tidak
dimuntahkan.
e) Refleks Moro positif, bayi melakukan gerakan memeluk saat kain
alas digeser.
68

f) Refleks Babinski positif, jari-jari mengembang ketika diberi


sentuhan.
g) Refleks Plantar positif, jari-jari fleksi ketika disentuh sepanjang
tumit hingga jari.
C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam keadaan bayi
baik.
D. Penatalaksanaan
Jam 10.30 WIB 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
keadaan bayinya baik.
2. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntikkan
Vit.K Neo K 1mg dan diberikan salf mata
oxytetrasiclin 1%
3. Menyuntikan Vit.K Neo K dosis 1 mg pada paha kiri
secara IM.
Jam 10.31 WIB 3. Memberikan salep mata oxcytetrasiclin 1% kepada
bayi.
4. Tetap menjanga kehangatan bayi.
5. Merencanakan akan diberikan imunisasi HB0 1jam
kemudian.

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pengkajian : Rabu, 21 Maret 2018
Waktu Pengkajian : 15.30 WIB
Tempat Pengkajian : RSUD Sekarwangi

A. Data Subjektif
Bayi Ny. N sudah menyusu 2 kali. Sudah BAK 1x, BAB 1x mekonium.
Sudah tidur ± 4 jam. Bayi menangis kuat dan aktif. Bayi sudh diberikan
imunisasi HB0 jam 14.15 WIB.
69

B. Data Objektif
Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital, Laju
jantung50x/menit, Laju nafas 140x/menit, Suhu 36,6oc. Kulit warna
kemerahan, Tali pusat bersih dan kering, Permukaan kuku kemerahan,
Genetali dan anus bersih.
C. Analisa
Neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan usia 6 jam keadaan bayi
baik.

D. Penatalaksanaan
Jam 15.40 WIB 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
keadaan bayi baik.
2. Menjelaskan kepada ibu untuk menyususi bayinya
sesering mungkin, minimal setiap 2 jam sekali.
3. Menjelaskan kepada ibu untuk memberikan ASI
Eksklusif kepada bayi sampai usia 6 bulan.

Jam 15.50 WIB 4. Menjelaskan kepada ibu untuk menjaga kebersihan


dan kehangatan bayi, dengan cara mengganti baju
bayi saat kotor atau basah,menyelimuti dan
memakaikan topi,pakaian kering dan bersih,.
5. Memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi baru lahir
(perdarahan di tali pusat, kuning pada bayi, keluar
pus dari mata, dll). Ibu mengerti.
70

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Kamis, 22Maret 2018
Waktu : 11:30WIB
Tempat : RSUD Sekarwangi
A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayinya aktif menyusu kurang lebih 12 kali perhari, BAB
bayinya berwarna kehitaman, BAK ±5 kali perhari, bayi dimandikan setiap
ibu selalu membersihkan tali pusat sesuai yang dianjurkan. saat ini tidak ada
keluhan.
B. Data Objektif
Keadaan umum baik, Kesadaran composmentis. Tanda-tanda vital,Laju
nafas 42 kali/menit, Laju jantung 132 kali/menit, suhu 36,8 oc. Warna kulit
kemerahan, Tali pusat bersih tidak ada tanda infeksi, genetalia dan anus
bersih.
C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 hari keadaan bayi baik
D. Penatalaksanaan
Jam11.30 WIB 1. Memberitahu hasil pemeriksaaan saat ini bayinya
dalam keadaaan baik
2. Mengingatkan ibu kembali untuk memberikan ASI
ekslusif untuk bayinya selama 6 bulan dan tidak
memberikan makanan lain seperti madu atau pisang
3. Mengingatkan ibu untuk sering menyusui bayinya
paling lambat setiap 2 jam sekali.
4. Mengajarkan ibu teknik menyusui yang baik dan benar.
Jam11.35 WIB 5. Memberitahu ibu cara perawatan tali pusat
6. Mengingatkan ibu untuk menjemur bayinya pada pagi
hari kurang lebih 30 menit sekali setiap hari
7. Mengingatkan kepada ibu tanda bahaya baryi baru lahir
8. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi dan
mengganti kain bayi yang basah
71

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Maret 2018
Waktu : 16.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. N

A. Data Subjektif
By. Ny N menyusu kurang lebih 12x sehari. BAK ±6x sehari dan BAB ±4x
warna coklat kekuningan, konsistensi lunak. Tali pusat sudah puput pada
hari ke 5 saat mandi pagi. Tidur ±12 jam sehari. Bayi di jemur setiap pagi
hari sesuai yang dianjurkan saat ini tidak ada keluhan.
B. Data Objektif
Keadaan umum : baik, Kesadaran composmentis, Warna kulit kemerahan.
Tanda-tanda vital , Laju Nafas 48x/menit, Laju jantung 140x/menit, Suhu 37
o
C. Warna kulit kemerahan, mata tidak ada terdapat tanda-tanda ikterik,
Abdomen tidak ada tanda-tanda infeksi, tali pusat sudah puput, genetalia
bersih dan kering. Kuku kemerahan.
C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 minggu keadaan bayi
baik.
D. Penatalaksanaan
Jam16.00 WIB 1. Memberitahu kepada keluaga bahwa keadaan baik baik
2. Mengingatkan kembali kepada ibu agar memberikan ASI
esklusif untuk bayinya selama 6 bulan dan tidak
memberikan makanan lain seperti madu atu pisang
Jam 16.05 WIB 3. Mengingatkan ibu tanda bahaya bayi baru lahir
4. Mengingatkan ibu untuk menjaga kehangatan dan
kebersihan bayi
5. Mengingatkan ibu untuk selalu menjemur bayinya di
pagi hari
72

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal : Kamis, 05 April 2018
Waktu pengkajian : 09.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny. N

A. Data Subjektif
By. Ny.Y menyusu lebih dari 12x sehari. BAK ±6x sehari dan BAB ±4x
berwarna coklat kekuningan konsistensi lunak. Tidur ±12 jam sehari. Saat
ini tidak ada keluhan.
B. Data Objektif
Keadaan umum baik, kesadaran composmentis, warna kulit kemerahan.
Tanda-tanda vital, respirasi40 kali/menit, laju jantung135 kali/menit, suhu
36,7oc. Mata tidak ada tanda-tamda ikterik, kulit kemerahan, tidak ada tanda
ikterik, abdomen dan tali pusat tidak ada tanda infeksi, genetalia dan anus
kering dan bersih, permukaan kuku kemerahan.
C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu keadaaan bayi
baik
D. Penatalaksanaan
Jam 09.00 WIB 1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa
keadaan bayin saat ini baik
2. Memberitahukan ibu bahwa bayinya mengalami
kenaikan berat badansebanyak 500 gram
3. Memberitahu ibu mengenai macam -macam imunisasi
dasar
Jam 09.05 WIB 4. Mengingatan kembali ibu untuk memberikan susu
esklusif selama 6 bulan tanpa makanan tambahan apapun
5. Menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap
bulan untuk imunisasi secara rutin dan dilihat
pertumbuhan dan perkembangan
6. Memberitahu ibu membawa bayinya untuk diimunisasi
73

BCG dan Polio 1 di posyandu, bidan ataupun di


puskesmas ketika bayi sudah berumur 1 bulan yaitu
tanggal 21April 2018
BAB V

PEMBAHASAN

Dalam bab ini, penulis akan membahas beberapa hal yang berkaitan dengan
penatalaksanaan Asuhan Kebidanan pada Ny. N usia 21 tahun dengan letak
sungsang di RSUD Sekarwangi. Dalam pelaksanaan asuhan kebidanan penulis
menggunakan manajemen kebidanan dengan pendokumentasian SOAP sehingga
penulis mampu memahami dan menerapkan manajemen kebidanan secara
optimal.

A. Persalinan
1. Subjektif
Ibu mengeluh perutnya mulas sejak pukul 02.30 WIB. Gerakan janin
dirasakan aktif. Sudah keluar lendir bercampur darah. Sudah keluar air-
air berwarna jernih sejak pukul 08.30 WIB. Mulas bertambah sering dan
kuat, merasa ingin BABdan meneran. Ibu sudah tidak kuat untuk
berjalan. Hal tersebut merupakan tanda dan gejala persalinan. 18
Ibu datang ke RSUD Sekarwangi jam 09.00 WIB dari Puskesmas X
dengan rujukan persalinan sungsang diantar oleh bidan. Sebelumnya ibu
datang ke PKM pada jam 05.30 karena perutnya terasa mulas dan sudah
keluar lendir bercampur darah. Saat dilakukan pemeriksaan pembukaan 2
cm. Jam 08.30 ketuban pecah, setelah di periksa pembukaan 8 cm. Ibu
diberitahu letak sungsang sehingga harus dirujuk. Sebelum di rujuk ibu
dipasang infus.Dalam hal ini bidan telah melakukan tugasnya sesuai
dengan sesuai dengan kewenangan yaitu merujuk pasien ke dokter.
Ini merupakan kehamilan pertamanya. HPHT : 01-07-2017, HTP :
08-04-2018. Belum pernah keguguran. Dengan menggunakan rumus
neagle dapat diketahui usia kehamilan dengan HPHT 01-07-2017 yaitu
37 minggu. Dalam hal ini dengan tujuan ANC yaitu memantau kemajuan
kehamilan, untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi
salah satunya dengan melakukan kunjungan kehamilan paling sedikit
sebanyak 4 kali ke petugas kesehatan. Satu kali kunjungan pada trimester

74
75

pertama, satu kali kunjungan pada trimester kedua, dua kalikunjungan


pada trimester ketiga. Ibu sudah memeriksakan kehamilannya sebanyak
10 kali kebidan, sudah dilakukan suntik TT sebanyak 2 kali namun
belum pernah melakukan pemeriksaan Lab. Berdasarkan standar asuhan
ANC terdiri dari 10 T yang salah satunya pemeriksaan labolatorium yang
meliputi pemeriksaan golongan darah, hemoglobin darah, dan
pemeriksaan spesifik daerah endemis/ epidemi (malaria, HIV dll).
Pemeriksaan lab dilakukan satu kali pada trimester pertama dan satu kali
pada trimester ke tiga.26
Sekitar pukul 08.30 WIB Ibu merasa keluar air-air mengalir dari
kemaluannya berwarna jernih, dan ibu merasa mulasnya semakin sering,
lama, dan kuat. Menurut teori ini hal ini bisa terjadi karena bayi dengan
letak sungsang akan merusak lapisan ketuban karena posisi janin
memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian
bawah kavum uteri sehingga ketuban sering pecah. Teori lain
menyebutkan letak sungsang dapat memungkinkan ketegangan rahim
meningkat sehingga membuat selaput ketuban pecah.hal ini merupakan
tanda akan dimulainya proses persalinan.18
2. Objektif
Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda vital, keadaan umum
ibubaik, kesadaran composmentis, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi
82x/menit,respirasi 20x/menit, suhu 36,7ºC. Hasil tekanan darah, nadi
respirasi dalambatas normal.Pada pemeriksaan palpasi abdomen pada Ny.
N diperoleh leopold Iteraba bagian bulat, keras, melenting. Leopold II
teraba tahanan keras dan memanjang pada bagian kanan dan bagian kiri
bagian-bagian kecil janin.Leopold III teraba bagian bulat, lunak, tidak
dapat digoyangkan. Hal ini sesuaidengan teori bahwa presentasi bokong
(sungsang) dimana Presentasi janindalam uterus terutama bokong janin
lebih dulu memasuki rongga panggul,terletak memanjang dengan kepala
di fundus uteri dan bokong berada di bawahkavum uteri. 14
76

Saat pemeriksaan abdomen yaitu pemeriksaan auskultasi bunyi


jantungjanin terdengar di kuadran kiri atas di atas umbilikus. Hal ini
sesuai dengan teori dimana Jika bokong belum melewati gelang pelvis,
jantung janin akan turun kedalam pelvis dengan mudah. Jantung janin
kemudian dapat terdengar di bagian yang lebih rendah.6
Kemudian pada saat pemeriksaan genetalia tidak ada kelainan, teraba
sakrum dan tubero ossis ischii, terdapat pengeluaran mekonium segar.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fraser yaitu Bokong teraba
lunak dan tidak teratur dengan tidak adanya sutura yang terpalpasi,
walaupun terkadang sakrum dapat disalah artikan dengan caput
sucsedanum. Anus dapat teraba dan mekonium segar terdapat di jari
pemeriksa biasanya merupakan diagnostik.6,15
Pada pukul 09.00 WIB pemeriksaan abdomen: His 4 kali dalam 10
menit, lamanya 45 kali perdetik, kuat. DJJ 136 kali/menit, kuat, teratur,
punctum maksimum di bagian kanan bawah, kandung kemih kosong.
Genetalia: tampak pengeluaran lendir bercampur darah semakin banyak,
air ketuban bercampur mekonium, perineum menonjol, vulva dan anus
membuka. Tidak ada massa di dinding vagina, portio tidak teraba,
pembukaan 10 cm, selaput ketuban tidak teraba, teraba sakrum di depan,
tidak teraba bagian kecil janin ataupun tali pusat, hodge III+. Kala II
dimulai dari pembukaan lengkap (10cm) sampai bayilahir. 13
Pada kala III atau Setelah bayi lahir pada pemeriksaan abdomen:
tidak ada janin kedua, uterus teraba keras dan bundar, kandung kemih
kosong dan pada pemeriksaan genetalia: tampak tali pusat memanjang
didepan vulva, terdapat pengeluaran darah merah segar + 10cc. kala III
dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta. Pada kala IV
setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan TFU 1 jari dibawah pusat,
uterus teraba keras, kandung kemih kosong. Pada pemeriksaan genetalia
terdapat pengeluaran darah dan terdapat luka episiotomi derajat 2
mengenai mukosa vagina, kulit perineum,otot perineum. 13
77

3. Analisa
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif maka
penulis dapat merumuskan diagnosa kebidanan yaitu Ny. N usia 21 tahun
G1P0A0 hamil 37 minggu inpartu. Janin tunggal hidup peresentasi
bokong. Keadaan ibu dan janin baik
4. Penatalaksanaan
Pada kala II, berkolaborasi dengan dokter, advice : tolong persalinan
pervaginam oleh bidan. Dipimpin persalinan dengan teknik bracht. Ketika
timbul his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha.
Pada waktu bokong mulai membuka vulva dilakukan episiotomy untuk
mengurangi trauma pada kepala, setelah bokong lahir, bokong dicengkam
secara bracht, dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar sumbu panjang
paha, sedangkan jari jari lain memegang panggul. Menganjurkan ibu
untuk mengejan setiap ada his, Pada waktu tali pusat lahir dan tampak
sangat teregang, tali pusat dikendorkan, setelah terlihat scapula dan
oksiput dilakukan pengecekan lilitan tali pusat dan terdapat lilitan satu
lilitan dan dikendorkan. Setelah itu dilakukan hiperlordosis maksimal.9
Pukul 09.30 WIB bayi lahir spontan, langsung menangis, tonus otot
baik, jenis kelamin perempuan dengan teknik bracht. Hal ini sesuai
dengan teori yaitu Persalinan spontan (spontaneus breech). Janin
dilahirkan dengan kekuatan dan tenaga ibu sendiri. Cara ini lazim
digunakan disebut cara Bracht. menurut teori persalinan dengan teknik
bracht dilakukan dengan langkah-langkah sebagi berikut : Ibu tidur dalam
posisi litotomi, sedangkan penolong berdiri didepan vulva. Ketika timbul
his ibu disuruh mengejan dengan merangkul kedua pangkal paha. Pada
waktu bokong mulai membuka vulva (crowning) disuntikan 2 sampai 5
unit oksitosin intra muskulus. Pemberian oksitosin ini ialah untuk
merangsang kontraksi rahim sehingga fase cepat dapat diselesaikan dalam
dua his berikutnya.
Episiotomi dikerjakan pada saat bokong membuka vulva.
Segerasetelah bokong lahir, bokong dicengkam secara bracht, yaitu kedua
78

ibu jaripenolong sejajar sumbu panjang paha, sedangkan jari jari lain
memegangpanggul.Pada setiap his ibu disuruh mengejan. Pada waktu tali
pusat lahir dantampak sangat teregang, tali pusat dikendorkan lebih
dahulu. Kemudian penolong melakukan hiperlordosis pada badan janin
guna mengikuti gerakan rotasi anterior yaitu punggung janin didekatkan
ke perut ibu. Penolong hanya mengikuti gerakan ini tanpa melakukan
tarikan, sehingga gerakan tersebut hanya disesuaikan dengan gaya berat
badan janin.
Namun pada kasus ini pada saat bokong mulai membuka vulva
(crowning) tidak disuntikan 2 sampai 5 unit oksitosin intra muskulus saat
bokong mulai membuka vulva (crowning), karena pada kasus ini his nya
kuat sehingga tidak perlu dilakukan penyuntikan oksitosin 5 iu secara IM
untuk memperkuat his persalinan.15
Setelah bayi lahir (kala III persalinan) dan sudah dilakukan
pemeriksaan janin kedua di berikan injeksi oksitosin 10 unitsecara IM
agar uterus berkontraksi dengan kuat dan efektif sehingga dapat
membantu pelepasan plasenta serta untuk mencegah terjadinya
perdarahan, karena salah satu resiko persalinan letak sungsang dapat
menyebabkan terjadinya perdarahan, karena salah satu resiko atau
komplikasi yang dapat terjadi pada persalianan sungsang yaitu
perdarahan, laserasi jalan lahir dan infeksi. Hal ini sesuai dengan teori
Manuaba tantang komplikasi kelahiran sungsang.
Namun pada kasus ini setelah plasenta lahir diberikan drip oksitosin
20 UI dalam RL 500 ml dengan keceptan 60 tpm di berikan sebagai
profilaksis terjadinya perdarahan. Hal sesuai dengan protap RS
Pada kala IV persalinan dilakukan penjahitan luka jalan lahir dengan
anestesi lokal lidokain 1 % dan teknik yang dipakai adalah jelujur dan
subkutis. Hal ini dilakukan bertujuan untuk menyatukan kembali jaringan
tubuh dan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan
hemostasis). Pemberian anestesi lokal lidokain 1 % sesuai dengan teori
yaitu standar untuk antesia local adalah 1 % lidokain tanpa epinefrin. Jika
79

lidokai 1 % tidak tersedia, gunakan lidokain 2 % yang dilarutkan dengan


air steril atau normal salin dengan perbandingan 1 : 1 ( contoh : larutkan 5
ml lidokain 2 % dengan 5 ml air steril atau normal salin untuk membuat
larutan lidokain 1 %).26
Pukul 11.35 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter. Advice
:Terapi oral antibiotik amoxicillin 3 x 500 mgAsam mefenamat 3 x 500
mg.
Tanggal 22 Maret 2018 pukul 13.00 WIB berdasarkan advice dokter
ibudiperbolehkan pulang karena keadaanibu sudah baik dan
memungkinkan untuk pulang.
Amoxicillin merupakan antibiotika yang termasuk kedalam
golonganpenisilin. Obat ini tidak membunuh bakteri secara langsung
tetapi dengan caramencegah bakteri membentuk semacam lapisan yang
melekat di sekujurtubuhnya. Berikut adalah kondisi dimana amoxicillin
lazim digunakan:Untuk mengobati infeksi pada saluran pernapasan,
infeksi saluran kemih (ISK) : pielonefritis, sistitis, urethritis, gonore.
infeksi kulit dan jaringan lunak : luka, selulitis, furunkulosis, pioderma
Dosis pemberian obat ini pada orang dewasa adalah 250 mg setiap 8
jam, 500 mg setaip 8 jam, 500 mg setiap 12 jam. Asam mefenamat
merupakan salah satu jenis obat anti inflamasi nonsteroid, obat ini
berfungsi meredakan rasa sakit tingkat ringan hingga menegah, serta
mengurangin inflamasi atau peradangan. Anti inflamasi ini bekerja
menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja enzim
cyclooxygenase.
B. Nifas
1. Subjektif
Pada nifas dua jam ibu merasa lelah dan ingin tidur, sudah bisa
miring kiri dan kanan, belum berani untuk berdiri. Sudah menyusui
bayinya dan sudah makan satu porsi nasi dan minum satu gelas teh manis.
Perdarahan yang keluar tidak banyak, ibu tidak merasakan pusing. Sesuai
dengan teori dalam buku Siti Saleha 24 jam pertama setelah plasenta lahir
80

sering terdapat masalah. Oleh karena itu, dengan teratur harus melakukan
pemantauan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, tekanan darah dan
suhu.16
Pada nifas enam jam ibu merasa senang bayinya lahir dengan
selamat, sudah tidak merasa lelah, sudah istirahat selama satu jam. Ibu
sudah BAK dan belum BAB, bayi ibu dapat menyusu dengan baik. Pada
nifas dua-enam jam ini juga terlihat psikologis ibu sesuai dengan teori
yang dinyatakan oleh Siti Saleha yang menyatakan bahwa ibu sedang
dalam fase dependen (taking in period) karena pada beberapa jam atau
beberapa hari setelah melahirkan, seorang wanita akan mengesampingkan
semua tanggung jawab sehari-hari dan bergantung kepada orang lain
sebagai respon terhadap kebutuhan mereka akan istirahat dan makan. 16
Pada nifas hari ke tujuh ibu merasa senang karena dapat merawat
bayinya dengan baik. Ibu rutin minum zat besi yang diberikan dari RS
dan tidak minum obat-obatan maupun jamu-jamuan lainnya hal ini sesuai
dengan teori Sarwono bahwa ibu harus mengkonsumsi tablet zat besi
setidaknya 40 hari pasca salin. Ibu tidak mengalami sakit kepala yang
hebat, jantung berdebar-debar, maupun edema pada muka, tangan dan
kaki. Hal ini sesuai dengan teori pada buku Walyani.19
Ibu makan dua sampai tiga kali sehari dengan menu seimbang dan
minum 10 gelas sehari, terdapat pantangan di keluarga yaitu pantang
makan buah- buahan dan pantang tidur siang. BAB satu kali sehari dan
BAK enam kali sehari, tidak ada keluhan. Istirahat lima jam sehari, ibu
tidak sempat tidur siang karna tidak di perbolehkan. Pekerjaan rumah
dibantu keluarga, menyusui bayinya lebih dari sepuluh kali sehari, bayi
menyusu kuat dan tidak ada keluhan mandi dua kali sehari dan mengganti
pembalut dua-tiga kali sehari. Hal ini sesuai dengan teori Sarwono
tentang kebutuhan dasar ibu nifas yaitu tentang kebersihan diri menggant i
pembalut minimal dua kali sehari, nutrisi memperbanyak makanan yang
mengandung protein.
81

Pada nifas dua minggu ibu tidak memiliki keluhan apapun. Istirahat
tujuh sampai delapan jam sehari. Ibu berencana menggunakan KB suntik
tiga bulan setelah 40 hari masa nifas nanti. Hal ini sudah sesuai dengan
teori Sarwono tentang kebutuhan dasar ibu nifas istirahat dan keluarga
berencana.
2. Objektif
Pada nifas dua jam tekanan darah 100/70 mmHg, nadi 80 kali/menit
respirasi 20 kali/menit suhu 36,6 C. konjungtiva merah muda. TFU dua
jari dibawah pusat, uterus globuler, kandung kemih kosong. Luka jalan
lahir derajat dua, perdarahan tidak aktif dan jahitan utuh, lochea rubra 15
cc. Hal ini sudah sesuai dengan teori Saleha bahwa tinggi fundus setelah
plasenta lahir ialah dau jari dibawah pusat dan lochea normal pada saat
satu sampai tiga hari ialah berwarna merah kehitaman.16
Pada nifas enam jam tekanan darah 110/70 mmHg nadi 82 kali/menit
respirasi 23 kali/menit suhu 36,6 C. konjungtiva tidak pucat, kedua
putting susu menonjol, payudara tampak penuh, kolostrum sudah keluar.
TFU 2 jari dibawah pusat, uterus teraba keras dan bundar, kandung kemih
kosong. Genitalia terdapat luka jalan lahir dan jahitan utuh, lochea rubra
15 cc. Hal ini sesuai dengan teori Saifudin bahwa tujuan pemeriksaan
pada enam jam setelah persalinan yaitu mencegah perdarahan masa nifas.7
Pada nifas tujuh hari keadaan umum ibu baik, tekanan darah 100/70
mmHg, nadi 82 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, suhu 36,6 C. Putting
payudara tidak lecet, tidak nyeri tekan. TFU pertengahan simfisis pusat,
kandung kemih kosong. Kedua tangan dan kaki tidak edema dan tidak
varises, tanda human negative, vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada
tanda-tanda infeksi, lochea sanguilenta. Hal ini sesuai dengan teori Saleha
TFU pada hari ketujuh ialah pertengahan pusat-symphisis dan lochea pada
hari ketujuh ialah sanguilenta.22
Pada nifas 14 hari keadaan umum baik, tekanan darah 120/80 mmhg,
respirasi 20 kali/menit, nadi 78 kali/menit, suhu 36,6 ◦c, TFU sudah tidak
teraba, diastasis rekti 2/3, kandung kemih kosong, vulva vagina tidak ada
82

kelainan lochea alba. Hal ini sesuai dengan teori Saleha bahwa pada 14
hari persalinan tinggi fundus harus sudah tidak teraba dan lochea sudah
alba (berwarna putih).22
3. Analisa
Berdasarkan dari data subjektif dan data objektif yang di dapatkan dapat
ditegakan analisa post partum 2 jam, 6 jam, 1 minggu dan 2 minggu.
4. Penatalaksanaa
Berdasarkan analisa maka asuhan yang diberkan kepada ibu pada
nifas dua jam memberitahu hasil pemeriksaan baik, memberitahu ibu
untuk tidak menahan eliminasi, memberitahu ibu untuk menyusui bayinya
sesering mungkin dan mengajari cara menyusui yang baik, memberitahu
ibu untuk menjaga kehangatan bayi, memberitahu ibu untuk mobilisasi
sedini mungkin, memberitahu ibu tentang nutrisi, memberitahu ibu tentang
tanda bahaya, dan melakukan observasi.
Pada nifas enam jam memberitahu ibu untuk belajar berjalan,
memberitahu ibu tentang cara perawatan yang baik, persiapan pindah
ruangan, megingatkan kembali tanda bahaya nifas. Hal ini sesuai dengan
teori Prawiroharjo bahwa kebutuhan dasar nifas ialah istirahat, mobilisasi
dan nutrisi, kebersihan diri, perawatan payudara dan hubungan pernikahan.
Menurut teori Saifudin tujuan asuhan enam jam yaitu mencegah
perdarahan masa nifas, pemberian ASI awal, melakukan hubungan bayi
dan ibu, menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia 14,20
Pada nifas satu hari memberitahu tentang perawatan bayi di rumah,
tentang perawatan luka dan kebutuhan masa nifas di rumah. Advis dokter
pasien pulang
Pada nifas satu minggu memberitahu hasil pemeriksaan baik,
mengingatkan ibu tentang nutrisi, istirahat, personal hygiene, menyusui
dan tanda bahaya nifas.
Pada nifas dua minggu memberitahu ibu untuk melakukan KB
setelah 40 hari masa nifas, hal ini sesuai dengan teori Sarwono bahwa
kebutuhan ibu nifas antara lain keluarga berencana 6.
83

C. Bayi Baru Lahir


1. Subjektif
Pada asuhan satu jam, ibu merasa senang bayinya lahir dengan sehat
dan selamat, tidak ada penyulit dan tidak ada perdarahan. Bayi lahir
normal, spontan langsung menangis. Bayi sudah BAK dan mengeluarkan
mekonium berwarna hijau kehitaman. Hal ini sesuai dengan teori Sari
Wahyuni bahwa defekasi pertama berwarna hijau kehitaman.
Pada enam jam bayi ibu sudah dapat menyusi dengan baik dan sudah
BAK sebanyak satu kali dan BAB satu kali.Pada kunjungan delapan hari
bayi ibu tidak ada keluhan. Tali pusat sudah lepas, bayi ibu menyusu
dengan kuat, bayi menyusu kurang lebih dua belas kali perharinya. Pada
kunjungan dua minggu bayi tidak ada keluhan, BAB kurang lebih empat
kali berwarna kecoklatan. Hal ini sesuai dengan teori Sari Wahyuni
bahwa defekasi hari ke 6
2. Objektif
Pada satu jam bayi dalam keadaan umum baik, suhu 36,6 C,
pernafasan 46x/menit, laju jantung 146x/menit, lingkar kepala 30 cm,
lingkar dada 30 cm, BB/PB 2700 gr/49 cm. Hal ini sesuai dengan teori
Vivian bahwa cirri-ciri bayi baru lahir normal adalah berat badan 2500-
4000 gram, PB 48-52cm, Lingkar dada 30-38cm, lingkar kepala 33-
35cm, frekuensi denyut jantung 120-160X/menit. Pemeriksaan fisik
dilakukan secara sistematis secara head to toe, hal ini sesuai dengan teori
Vivian yang melakukan kajian pemeriksaan fisik secara keseluruhan24.
Pada pemeriksaan fisik enam jam keadaan umum baik, laju jantung
140x/menit respirasi 50x/menit suhu 36,6 C. kulit kemerahan, tali pusat
tampak bersih dan kering, permukaan kuku merah, vagina dan anus
bersih. 25
Pada pemeriksaan satu minggu laju jantung 124x/menit respirasi 48
kali/menit suhu 37 C. BB 2700 gram. Tali pusat sudah lepas, tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan berbau. Bayi ibu menyusui
lebih dari 10 kali, kuat. Hal ini sesuai dengan teori Saifuddin bahwa
84

asuhan pada bayi dua sampai enam hari ialah menyusui bayinya sesering
mungkin, bayi tidak mengalamii tanda-tanda bahaya seperti suhu diatas
38 derajat celcius, kulit bayi pucat, rewel, lemah, sering muntah, tali pusat
merah, pernafasan sulit, BAB lembek dan lain-lain.25
Pada pemeriksaan dua minggu, keadaan umum baik, laju jantung
134x/menit respirasi 33x/menit suhu 36,7 C. Kulit tidak kuning.
3. Analisa
Berdasarkan dari data subjektif dan objektif dapat ditegakan analisa
dengan Bayi baru lahir
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan analisa maka asuhan yang diberkan kepada bayi baru
lahir satu jam, memberitahu keluarga hasil pemeriksaan baik,
memberitahu keluarga bayinya akan diberi salep mata dan vitamin K dan
Hbo satu jam kemudian, menjaga kehangatan bayi, menganjurkan ibu
untuk menyusui bayinya, memastikan tali pusat tidak terjadi perdarahan,
Pada enam jam memberitahu ibu cara merawat tali pusat,
memberitahu ibu tanda bahaya pada bayi. Hal ini sesuai dengan teori
wahyuni bahwa asuhan dua sampai enam hari ialah mengenai nutrisi,
eleminasi, istirahat, tanda-tanda bahaya.22
Asuhan yang diberikan saat satu minggu yaitu konseling tentang
ASI, personal hygiene, imunisasi dan tanda bahaya pada bayi baru lahir.
Hal ini sesuai dengan teori Saleha bahwa asuhan dua sampai enam hari
ialah mengenai nutrisi, eleminasi, istirahat, tanda-tanda bahaya dan
penyuluhan kepada ibu sebelum bayi pulang.
Asuhan yang diberikan pada dua minggu setelah bayi lahir yaitu
memberitahu ibu bayinya dalam kondisi baik, mengingatkan ibu kembali
pada saat bayinya berusia satu bulan untuk imunisasi BCG. Hal ini sesuai
dengan teori Saleha tentang asuhan pada bayi satu sampai enam minggu9.
85

D. Faktor penunjang
1. Faktor pendukung
Klien sangat kooperatif dan terbuka sehingga memudahkan penulis
dalam memberikan asuhan. Adanya kerjasama yang baik dengan dokter
SpOG, bidan maupun perawat dalam memberikan asuhan kebidanan
intranatal pada Ny. N 21 tahun G1P0A0 hamil 37 minggu dengan letak
sungsang, sehingga pengkaji mendapatkan ilmu dan pengalaman yang
baru. Pada saat bayi lahir, bayi langsung menangis spontan sehingga tidak
diperlukan tindakan khusus lainnya. Adanya prosedur tetap yang lengkap
mengenai berbagai macam penatalaksanaan pada kasus letak sungsang,
sehingga memudahkan pengkaji dalam melakukan asuhan. Tenaga
kesehatan yang kompeten dan profesional dalam memberikan asuhan
yang tepat kepada Ny. N 21 tahun G1P0A0 hamil 37 minggu dengan letak
susngsang, sehingga ibu mendapakan asuhan yang tepat dan sesuai.
2. Faktor penghambat
Pada saat asuhan post natal care (PNC) ditemukan pantangan pantangan
yang masih berlaku di keluarga seperti pantang untuk tidur siang dan
makan buah-buahan, sedangkan menurut teori Elisabet dan Saleha tentang
macam – macam kebutuhan ibu nifas adalah kebutuhan nutrisi, kebutuhan
istiraha, kebutuhan hygien dan lain sebagainya. Kurangnya koordinasi
yang baik dengan bidan di puskesmas sehingga sulit untuk menggali dan
menemukan data-data saat pasien di observasi di puskesmas. Jarak
kunjungan rumah jauh sehingga berbenturan dengan jadwal dinas.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan Asuhan Kebidanan pada Ny. N G1P0A0 37 minggu di


RSUD Sekarwangi sebagai berikut:

1. Data subjektif yang diperoleh pada pengkajian awal yaitu mulas semakin
kuat dan sering, merasa ingin BAB dan meneran, ibu sudah tidak kuat
untuk berjalan lagi.
2. Data objektif yang diperoleh pada pengkajian awal yaitu TFU: 28
cm,Palpasi TFU: 2 jari dibawah px, fundus teraba bulat melenting,
kananteraba bagian punggung dan kiri teraba bagian terkecil janin, bagian
terendah bokong. presentasi bokong. Denyut jantung janin (DJJ):
136x/menit teratur.Kandung kemih kosong.
3. Analisa yang ditegakkan pada pengkajian awal yaitu Ny N 21 tahun
G1P0A0 hamil 37 minggu janin tunggal hidup dengan letak sungsang.
4. Penatalaksanaan awal yang dilakukan ialah membantu melakukan
pertolongan persalinan dengan teknik brach. Pada tanggal 21 Maret 2018
pukul 09.30 WIB bayi lahir.
5. Faftor penunjang
a. Faktor pendukung
1) Klien sangat kooperatif dan terbuka sehingga memudahkan penulis
dalam memberikan asuhan.
2) Adanya kerjasama yang baik dengan dokter SpOG, bidan maupun
perawat dalam memberikan asuhan kebidanan intranatal pada Ny.
N 21 tahun G1P0A0 hamil 37 minggu dengan letak sungsang
3) Pada saat bayi lahir, bayi langsung menangis spontan sehingga
tidak diperlukan tindakan khusus lainnya.
4) Adanya prosedur tetap yang lengkap mengenai berbagai macam
penatalaksanaan pada kasus letak sungsang

86
87

5) Tenaga kesehatan yang kompeten dan profesional dalam


memberikan asuhan yang tepat kepada Ny. N 21 tahun G1P0A0
hamil 37 minggu dengan letak sungsang.
b. Faktor penghambat
1) Pada saat asuhan Post Natal Care (PNC) ditemukan pantangan
pantangan yang masih berlaku dikeluarga seperti pantang untuk
tidur siang dan makan buah-buahan.
2) Kurangnya koordinasi yang baik dengan bidan di puiskesmas
sehingga sulit untuk menggali dan menemukan data-data saat
pasien di observasi di puskesmas.
3) Jarak kunjungan rumah jauh sehingga berbenturan dengan jadwal
dinas.

Dengan diterapkan asuhan kebidanan pada ibu bersalin, nifas dan bayi
baru lahir diharapkan asuhan yang diberikan dapat bermanfaat dan
terlaksana dengan baik dan tepat sehingga kelainan maupun komplikasi
dapat terdeteksi sedini mungkin dan petugas kesehatan khususnya bidan
dapat segera memberikan tindakan dengan baik dan tepat.

B. Saran
1. Bagi pusat layanan kesehatan
Lebih terjalinnya koordinasi dan komunikasi yang baik antara pihak
Puskesmas dan pengkaji sehingga mempermudah pengkaji menemukan
data-data saat pasien di observasi di Puskesmas.
2. Klien dan keluarga
Agar lebih meningkatkan pengetahuan tentang pentinya tidur siang dan
pemenuhan nutrisi ibu nifas. Sehingga berkurangnya pantangan yang
tidak bermanfaat bagi ibu nifs.
DAFTAR PUSTAKA

1. WHO. Global Health Observatory (GHO) Data Maternal Mortality; 2015.


2. UNICEF Indonesia. Ringkasan Kajian. UNICEF; 2012
3. Kemenkes.Profil Kesehatan Indonesia; 2015.(Diakses tanggal 24 Februari
2018). Didapat dari www.kemkes.go.id.
4. Saifuddin, AB. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009.
5. Fraser, Diane. Myles Buku Ajar Bidan. Jakarta : EGC ; 2009
6. Manuaba, Gede IB. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan KB.
Jakarta: EGC; 2010.
7. Siwi,E dan Purwoastuti,E. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru
Lahir.Yogyakarta: PUSTAKABARUPRESS; 2015
8. Saifuddin, AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011
9. Sastrawinata. Obstetri Patologi. Jakarta: EGC; 2005
10. Mochtar R. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2012
11. Dutton, dkk. Rujukan Cepat Kebidanan. Jakarta: EGC; 2012
12. Tanto, Liwang, Hanifati, & Pradipta. Kapita selekta kedokteran edisi IV
jilid I . Jakarta: Media Aesculapius; 2014
13. Sulistyawati,A.Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba
Medika; 2010.
14. Saifuddin, AB, dkk. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Jakarta: PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2013.
15. Setjalilakusuma, Listya, Angsar MD. Ilmu Bedah Kebidanan. Jakarta : PT
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2011.
16. Edozien C. Leroy. Manajemen Unit Persalinan. Jakarta: EGC; 2014
17. Cunningham, F. G . Pregnancy Hypertension. New York: The McGraw-
Hill Companies; 2014.
18. Mardani.Bagaimanakah Respon Dan Koping Petugas Kesehatan Selama
Menghadapi Proses Persalinan Secara Normal; 2014.(Diakses tanggal 24
Februari 2018).Didapat dariwww.eprintis.ums.ac.id
19. Sumarah. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Yogyakarta. Fitramaya;
2009.
20. Prawirohardjo, S. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka
Prawirohardjo; 2010
21. Bahiyatun. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC;
2009.
22. Saleha. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas, Jakarta: Salemba Medika;
2009.
23. Walyani. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka baru
press; 2015.
24. Sujiyanti dkk. Asuhan Kebidanan II (Persalinan).Yogyakarta:Rohima
Press; 2011.
25. Wahyuni,Sari. Asuhan Neonatus, Bayi & Balita Penuntun Belajar Praktik
Klinik.Jakarta:EGC;2012
26.
Lampitan 1
lampiran 3
Lampiran 4
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERSONAL HYGIENE PADA IBU NIFAS

Sub PokokBahasan : Personal Hygiene pada Masa Nifas


Hari/Tanggal : Kamis, 22 Maret 2018
Sasaran/Jumlah : Ny. N
Tempat : RSUD Sekarwangi
Penyuluh : Fitriani Baehaki

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah memperoleh penyuluhan, diharapkan ibu nifas dapat memahami
tentang kebersihan dan perawatan diri pada ibu nifas, sehingga dapat
mempersiapkan diri dengan baik.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang perawatan diri (personal hygiene)
pada ibu nifas, diharapkan ibu-ibu dapat :
a. Menjelaskan perawatan diri pada masa nifas.
b. Menjelaskan manfaat perawatan diri pada masa nifas.
c. Menjelaskan teknik perawatan diri sendiri secara mandiri pada masa
nifas.
B. Metode
Diskusi
C. Media
Buku KIA
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
No Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
1. Penyampaian Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan
Materi/ 3 menit personal hygiene menyimak
Menjelaskan manfaat
perawatan diri pada masa
nifas.
Menjelaskan teknik
perawatan masa nifas

F. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud perawatan diri pada masa nifas?
2. Apa tujuan dari perawatan diri pada masa nifas?
G. Referensi
Saleha.2009. Asuhan kebidanan pada Masa Nifas. Makasar :Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul Hidayat, S.Kp dan Musrifatul Uliyah, S.Kp. 2004.
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC
MATERI
PERSONAL HYGIENE PADA IBU NIFAS

A. Pengertian Masa Nifas


Masa nifas atau puerperium adalah masase telah plasenta lahir dan ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung
selama kira-kira 6 minggu.
Masa nifas adalah masase sudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta
selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti
sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 mingg uatau 40 hari.
B. Pengertian Perawatan Diri (Personal Hygiene)
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseoang adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis.
C. Tujuan melakukan Personal Hygiene
1. Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2. Memelihara kebersihan diri seseorang
3. Memperbaiki personal hyiene yang kurang
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
6. Meningkatkan rasa percaya diri
D. Kebutuhan Personal Hygiene padaIbu
Kebersihan diri
Beberapa langkah penting dalam perawatan kebersihan diri ibu post partum,
antara lain:
1. Jaga kebersihan seluruh tubuh untuk mencegah infeksi dan alergi kulit
pada bayi. Kulit ibu yang kotor karena keringat atau debu dapat
menyebabkan kulit bayi megalami alergi melalui sentuhan kulit ibu dan
bayi
2. Membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu
mengerti untuk membersihkan daerah vulva terlebih dahulu, dari depan
kebelakang, baru kemudian membersihkan daerah anus
3. Mengganti pembalut setiap kali darah sudah penuh atau minimal 2 kali
dalam sehari. Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien.
Kadang hal ini terlewat untuk disampaikan kepada pasien. Masih adanya
luka terbuka di dalam rahim dan vagina sebagai satu-satunya port de entre
kuman penyebab infeksi rahim maka ibu harus senantiasa menjaga suasana
keasaman dan kebersihan vagina dengan baik
4. Mencuci tangan dengan sabun dan air setiap kali ia selesai membersihkan
daerah kemaluannya
5. Jika mempunyai luka episiotomi, hindari untuk menyentuh daerah luka.
Ini yang kadang diperhatikan oleh pasien dan tenaga kesehatan. Karena
rasa ingin tahunya, tidak jarang pasien berusaha menyentuh luka bekas
jahitan di perineum tanpa memerhatikan efek yang dapat ditimbulkan dari
tindakannya ini.

Perawatanperineum :

1. Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4-6 jam. Posisikan pembalut
dengan baik sehingga tidak bergeser
2. Lepaskan pembalut dari arah depan kebelakang untuk menghindari
penyebaran bakteri dari anus ke vagina
3. Alirkan dan bilas dengan air hangat / cairan antiseptic pada area perineum
setelah defekasi. Keringkan dengan kain pembalut atau handuk dengan
cara ditepuk-tepuk, dan dari arah depan kebelakang
4. Jangan dipegang sampai area tersebut pulih
5. Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan merupakan tanda
penyembuhan. Namun untuk meredakan rasa tidak enak atasi dengan
mandi berendam air hangat
6. Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuuk mengurangi
tekanan pada darah tersebut
Lakukan latihan kegel sesering mungkin guna merangsang peredaran darah di
sekitar perineum. Dengan demikian, akan mempercepat penyembuhan dan
memperbaikifungsiotot-otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasa kanapa pun
saat pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah persalinan dan
pulih secara bertahap dalam beberapa minggu.
Lampiran 5
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TANDA BAHAYA NIFAS

Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Masa Nifas


Sasaran : Ny. N
Tempat : RSUD Sekarwangi
Hari/Tanggal : Rabu, 21Maret 2018
Penyuluh : Fitriani Baehaki
A. Tujuan
1. Tujuan Intrusksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, ibu dapat mengenali dan memahami tanda
bahaya pada masa nifas.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1. Mengetahui arti dari tanda bahaya masa nifas
2. Mengetahui macam-macam tanda bahaya nifas
3. Mengetahui upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas
B. Metode Penyampaian
Diskusi
C. Media
Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu KegiatanPenyuluh KegiatanIbu
1. Inti a. Menjelaskan pengertian Mendengarkan dan
(5menit) tanda bahaya nifas memperhatikan
b. Menjelaskan macam-
macam tanda bahaya
nifas
c. Menjelaskan upaya
mencegah dan mengatasi
tanda bahaya nifas

F. Evaluasi
Dengan mengajukan pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian tanda bahaya nifas
2. Apa saja macam–macam tanda bahaya nifas ?
3. Apa saja upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas ?
MATERI
TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

A. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alat-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60%
kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada
masa nifas terjadi pada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Komplikasi masa nifas adalah
keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-
kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Selama ini
perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun
dengan meningkatnya persediaan darah dan system rujukan, maka infeksi
menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian mordibitas ibu.
B. Tanda-tanda bahaya nifas
Tanda-tanda bahaya nifas adalah tanda bahaya yang diperlihatkan oleh ibu
setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan komplikasi dan diwajibkan ibu
untuk segera dibawa oleh keluarga atau orang yang mengetahui kejadian itu
kepetugas kesehatan terdekat seperti kebidan, perawat, dokter, Puskesmas,
dan Rumah Sakit.
Tanda-tanda bahaya ibu nifas yaitu :
1. Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin
didefinisikan sebagai peradarahan pascapersalinan. Perdarahan banyak dan
terus-menerus biasanya terjadi dalam minggu kedua sesudah persalinan.
Perubahan darah ibu nifas atau lockhea yaitu :
a. Merah kehitaman ( hari ke 1-3 )
b. Putih kemerahan ( hari ke 3-7 )
c. Kuning kecoklatan ( hari ke 7-14 )
d. Putih ( lebih dari 14 hari )
2. Demam. Suhu meningkat lebih dari 38oC dalam 10 hari pertama setelah
persalinan.
3. Cairan vagina yang berbau busuk.
4. Kelelahan yang berlebih.
5. Nyeri pada payudara, bengkak payudara dan putting susu yang pecah-
pecah.
6. Nyeri atau panas ketika buang air kecil atau urin tidak keluar dengan
lancar.
7. Sembelit atau hemoroid. Pencegahannya banyak makan buah-buahan yang
banyak mengandung serat seperti papaya dan minum air yang banyak. Bila
ibu tetap tidak dapat buang air besar selama 3 hari. Maka segera bawa ibu
kepetugas kesehatan terdekat seperti bidan, perawat, dokter, Puskesmas,
dan Rumah Sakit.
8. Sakit kepala terus-menerus.
9. Bengkak pada wajah dan tangan.
10. Nyeri pada abdomen.
11. Produksi ASI kurang karena kesukaran dalam menyusui.
12. Kesedihan.
13. Merasa kurang mampu merawat bayi.
14. Rabun senja
C. Penanganan
1. Jagalah kebersihan alat kelamin.
2. Nutrisi ditingkatkan.
3. Segera rujuk ketempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengangan
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan dalam Masa Niifas


Sub Pokok Bahasan : Perawatan Luka Jahitan Perineum
Hari/ Tanggal : Rabu, 21 Maret 2018
Waktu : 10.00 WIB
Sasaran : Ny. N
Penyuluh : Fitriani Baehaki
Tempat : RSUD Sekarwangi

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah diberi penjelasan tentang perawatan luka perineum,
diharapkan ibu dapat memahami pentingnya perawatan luka jahitan
perineum dan dapat melakukannya secara mandiri, sehingga resiko infeksi
dapat terhindari

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan ibu nifas mampu:
1. Menentukan bagaimana cara perawatan luka perineum
2. Menjelaskan tujuan melakukan perawatan luka perineum
3. Menjelaskan waktu yang tepat untuk melakukan perawatan luka
4. Menjelaskan tahapan cara perawatan luka
5. Menjelaskan faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka jahitan
perineum

C. Materi
Terlampir
D. Metode
Ceramahdantanyajawab
E. Alatdan Media
Leaflet
F. KegiatanPenyuluhan
Tahap/ Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
No
Waktu
a. Menjelaskan bagaimana a. Memperhatikan
cara melakukan pemateri dan menyimak
perawatan luka materi yang
perineum disampaikan.
b. Menjelaskan tujuan b. Bertanya tentang materi
perawatan luka yang tidak dimengerti.
perineum
Penyampaian c. Menjelaskan waktu yang
1. Materi (4 tepat untuk melakukan
Menit) perawatan luka
d. Menjelaskan tahapan
cara perawatan luka
e. Menjelaskan faktor yang
mempengaruhi
penyembuhan luka
jahitan perineum

G. Evaluasi
1. Apa saja tujuan dari perawatan luka jahitan perineum?
2. Kapan saja waktu untuk perawatan perineum?
3. Bagaiman penatalaksanaan perawatan luka perineum?
H. Daftar Pustaka
Hamilton, Persis Mary, 2002, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas,
Jakarta: EGC
Harsono, 2014. Luka Jahitan Perineum. www.harsonosites.com. Diunduh
tanggal 22 Juni 2014. 09.13 WIB
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
MATERI PENYULUHAN
PERAWATAN LUKA JAHITAN PERINEUM

1. Pengertian Perawatan Luka Jahitan Perineum


Perawatan luka jahitan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk
menyehatkan daerah kemaluan terutama perineum yaitu antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu dalam masa nifas agar terhindar dari infeksi.

2. Perawatan Luka Jahitan Perineum


Perawatan Luka Perineum menurut APN (2009, adalah sebagai berikut
a. Menjaga agar perineum selalu bersih dan kering
b. Menghindari pemberian obat tradisional
c. Menghindari pemakaian air panas untuk berendam
d. Mencuci luka dan perineum dengan air dan sabun 3-4 kali sehari control
ulang maksimal seminggu setelah persalinan untuk pemeriksaan
penyembuhan luka

3. Tujuan Perawatan Luka Jahitan Perineum


Menurut Ambawati (2011), tujuan perawatan perineum adalah:
a. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah vulva, perineum, maupun di
dalam uterus
b. Untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum)
c. Untuk kebersihan perineum dan vulva
d. Untuk mencegah infeksi seperti diuraikan diatas bahwa saat persalinan
vulva merupakan pintu gerbang masuknya kuman-kuman. Bila daerah
vulva dan perineum tidak bersih, mudah terjadi infeksi pada jahitan
perineum saluran vagina dan uterus.

4. Waktu Perawatan Perineum


Waktu perawatan perineum adalah
a. Saat Mandi
Pada saat mandi, ibu post partum melepas pembalut. Setelah terbuka maka
akan kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung
pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut.
b. Setelah Buang Air Kecil
Pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni
pada rectum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum
untuk itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Setelah Buang Air Besar
Pada saat buang air besar, dilakukan pembersihan sisa-sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dan anus ke
perineum.

5. Cara Perawatan Luka Jahitan Perineum


a. Mencuci tangan
b. Buang pembalut yang sudah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke
rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantung plastic
c. Berkemih dan BAB ke toilet
d. Semprotkan air dari bagian depan lalu kebelakang dengan air
e. Keringkan perineum denggan menggunakan tissue atau kain bersih dari
depan kebelakang
f. Pasang pembalut dari depan kebelakang
g. Cuci tangan kembali

6. Faktor yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka Jahitan Perineum


Menurut Krisnawati (2007) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi
penyembuhan luka jahitan perineum:
a. Mobilisasi Dini
Mobilisasi dini atau gerakan sesegera mungkin bias mencegah aliran darah
terhambat. Hambatan aliran darah bias menyebabkan terjadinya thrombosis
vena dalam (deep vein thrombosis) dan menyebabkan infeksi.
b. Vulva hygiene
Vulva hygiene merupakan perawatan diri pada organ eksterna untuk
membersihkan area perineal dan pengeluaran lochea untuk meminimalisir
infeksi.
c. Gizi
Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses
penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan sangat
membutuhkan protein.
d. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana dalam perawatan perineum akan sangat
mempengaruhi penyembuhan perineum misalnya kemampuan ibu dalam
hal menyediakan antiseptic.
e. Budaya dan Keyakinan
Misalnya kebiasaan makan telur, ikan dan daging ayam akan
mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat bermanfaat dalam
penyembuhan luka.
Lampiran 7
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : KB Suntik 3 Bulan


Penyuluh : Fitriani Baehaki
Hari, Tanggal : Kamis, 05 April 2018
Sasaran/ jumlah : Ny. N
Tempat : RSUD Sekarwangi

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan pengunjung terutama wanita usia
subur dapat mengerti dan mengetahui tentang KB suntik KB 3 bulan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, pengunjung terutama wanita usia subur
diharapkan mampu :
a. Menjelaskan Pengertian, Jenis, Mekanisme Kerja KB suntik 3 bulan.
b. Menyebutkan Manfaat dan Keterbatasan KB suntik 3 bulan.
c. Menyebutkan indikasi, kontraindikasi, kondisi-kondisi yang
memerlukan kehati-hatian KB suntik 3 bulan.
d. Menjelaskan Efek Samping dan Penatalaksanaannya KB suntik 3
bulan.
e. Menyebutkan Tanda-Tanda Peringatan KB suntik 3 bulan.

B. Materi
Terlampir

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
Lembar Balik
E. Daftar Pustaka
1. Abdul Bari, Saifudin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
2. Informasi Aspek Medis Alat Kontrasepsi Lingkaran Emas, Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Jakarta, September, 1992.
3. http://darahifalahma87.wordpress.com/2013/05/30/suntik-
progestin/ diakses pada tangga 13 Mei 2015 pukul 19.00 WIB.
4. http://ichachentil.blogspot.com/2010/05/kb.html diakses pada tanggal 13
Mei 2015 pukul 19.15 WIB.
5. http://liskanurjanah.blogspot.com/2012/09/kb-suntik.html diakses pada
tanggal 13 Mei 2015 pukul 19.45 WIB
MATERI
MENGENAL KB SUNTIK 3 BULAN

1. Pengertian
Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang mengandung hormone
progesteron saja untuk mencegah kehamilan dengan menyuntikkan secara
berkala ke dalam tubuh wanita .

2. Jenis
Depo Medroxyprogesterone Asetat, Depo-Provera (DMPA) : 150 mg depot-
medroxyprogesterone acetate yang diberikan setiap 3 bulan

3. Mekanisme Kerja
a. Menekan ovulasi
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit,sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa.
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang sudah dibuahi
d. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi

4. Manfaat
a. Manfaat Kontraseptif
1) Sangat efektif (0.3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
penggunaan1)
2) Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid
3) Metoda Jangka Waktu Menengah (Intermediate-term) perlindungan
untuk 2 atau 3 bulan per satu kali injeksi)
4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian
5) Tidak mengganggu hubungan seks
6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI
7) Efek sampingnya sedikit
8) Klien tidak memerlukan suplai (pasokan) bahan
9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih
10) Tidak mengandung estrogen
b. Manfaat Nonkontraseptif
1) Bisa mengurangi nyeri haid
2) Bisa mengurangi perdarahan haid
3) Bisa memperbaiki anemia

5. Keterbatasan
a. Perubahan dalam pola perdarahan haid à Perdarahan/bercak tak beraturan
awal pada sebagian besar wanita
b. Penambahan berat badan (± 2 kg) merupakan hal biasa
c. Meskipun kehamilan tidak mungkin, namun jika terjadi, lebih besar
kemungkinannya berupa ektopik dibanding pada wanita bukan pemakai.
d. Pasokan ulang harus tersedia
e. Harus kembali lagi untuk ulangan injeksi setiap 3 bulan(DMPA)
f. Pemulihan kesuburan bisa tertunda selama 7-9 bulan (secara rata-rata)
setelah penghentian

6. Siapa Yang Boleh Menggunakan / Indikasi


a. Wanita dari semua usia subur atau paritas yang:
1) Menginginkan metoda yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
2) Sedang dalam masa nifas dan sedang menyusui
3) Sedang menyusui (6 minggu atau lebih masa nifas)
4) Pasca aborsi
5) Perokok (dari semua umur, sebanyak apapun)
6) Tidak peduli dengan perdarahan atau amenorrhea yang tidak teratur
b. Wanita dari kelompok usia subur atau paritas manapun yang:
1) Mengalami nyeri haid dari yang sedang hingga yang hebat
2) Makan obat untuk epilepsi atau tuberculosis.
3) Tak bisa mengingat untuk makan pil setiap hari
4) Lebih menyukai metoda yang tidak berkaitan dengan hubungan seks
7. Siapa Yang Seharusnya Tidak Boleh Menggunakan
a. Sedang hamil (diketahui atau dicurigai)
b. Sedang mengalami perdarahan vaginal tanpa diketahui sebabnya (jika
adanya masalah serius dicurigai)
c. Mengalami kanker payudara

8. Kondisi-Kondisi Yang Memerlukan Kehatian-hatian


PICs Tidak dianjurkan kecuali metoda lain tidak tersedia atau tidak dapat
diterima jika seorang wanita:
a. Sedang menyusui (< 6 minggu pasca persalinan)
b. Mengalami sakit kuning (hepatitis virus simptomatik atau sirrhosis)
c. Menderita tekanan darah tinggi³ (180/110)
d. Menderita penyakit jantung iskhemik (sedang atau sebelum sekarang
ini)
e. Pernah mengalami stroke
f. Menderita tumor hati (adenoma atau hepatoma)
g. Menderita diabetes (selama > 20 tahun)

9. Efek Samping dan Penatalaksanaannya


a. Amenorrhea
b. Perdarahan hebat atau tidak teratur
Perdarahan atau spotting adalah perdarahan banyak atau memanjang
lebih dari 8 hari atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan yang biasanya
dialami pada siklus haid normal, atau perdarahan yang terjadi setelah
tidak haid (Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, 2006
: MK-46). Etiologi :
1) Perdarahan atau spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid,
namun kemudian terjadi perdarahan maka perlu dicari penyebab
perdarahan, obati penyebab perdarahan dengan cara yang sesuai
2) Bisa juga karena penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan sexual.
3) Bisa juga karena kelainan genekologi dan perdarahannya biasanya
bersifat menetap.
4) Kadang-kadang perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai
pada akseptor progestin yang sifatnya sementara.
Penatalaksanaan
1) Bila terjadi perdarahan atau spooting berikan informasi atau KIE
bahwa perdarahan ringan sering dijumpai pada akseptor suntik
progestin dan hal ini bukanlah masalah serius dan tak perlu
pengobatan. Menjelaskan bahwa spotting bisa hilang 2-3 x
suntikan, karena terjadi penyesuaian hormonal maka spotting
sering terjadi. Meyakinkan ibu bahwa hal ini bisa hilang dengan
sendirinya kecuali jika ada gejala lain / kelainan.
2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin
melakukan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan
pengobatan :
a) 1 Siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestrodiol),
ibu profen (sampai 800 mg, 2x/hr untuk 5 hari), atau obat
sejenis lain. Jelaskan bahwa pemberian pil kontrasepsi
kombinasi dapat terjadi perdarahan.
b) Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan
ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kokntrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus
pil kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg. Etinil estradiol
atau 1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu
makan)

10. Tanda-Tanda Peringatan.


a. Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur
b. Nyeri perut bagian bawah yang hebat
c. Perdarahan hebat
d. Abses atau perdarahan pada tempat suntikan
e. Migraine (vaskuler), sakit kepala yang berat dan terus berulang atau
pandangan yang kabur
Lampiran 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN


ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas


Sub Pokok Bahasan Teknik Menyusui
Sasaran : Ny. N
Tempat : RS Sekarwangi dan rumah Ny. N
Hari/Tanggal : Maret 2018
Penyuluh : Fitriani Baehaki

A. Tujuan
1. Tujuan Intrusksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, ibu dapat mengenali dan teknik menyusui
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1.Mengetahui tentang teknik menyusui
B. Metode Penyampaian
Diskusi
C. Media
Buku KIA dan Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
No Tahapan/W KegiatanPenyuluhan KegiatanIbu
aktu
1 Penyampaia a. Menjelaskan ASI Mendengarkan dan
n eksklusif, menyimak
Materi/ b. Menjelaskan teknik
15menit menyusui

F. Evaluasi
Dengan mengajukan pertanyaan :
1. Menjelaskan teknik menyusui
2. Menjelaskan posisi menyusui
3. Menjelaskan langkah-langkah menyusui yang benar
G. Daftar Pustaka
Dr.Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A.2007.ASI Eksklusif.Jakarta:Bidakara
Atikah Proverawati, dkk. 2010. PANDUAN MEMILIH KONTRASEPSI.
Yogyakarta: Nuha Medika
MATERI
TEKNIK MENYUSUI

A. Pengertian
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengen
perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar.
B. Persiapan Memperlancar Pengeluaran ASI
1. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas
tidak menumpuk.
2. Putting susu ditarik-tarik secara halus setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3. Bila putting belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan
oprasi.
C. Posisi dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah duduk,berdiri atau berbaring.
D. Langkah-langkah Menyusui yang Benar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar
putting, duduk dan berbaring dengan santai.
1. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu. Satu
tangan ibu lagi membentuk huruf “C” untuk menyangga payudara.
2. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, berikan rangsangan didaerah sudut bibir bayi
dengan putting atau dengan jari kelingking sampai mulut bayi terbuka.
3. Bila suda terbuka, segera dekatkan payudara pada mulut bayi. Sampai mulut
bayi menghisap daerah areolanya juga bukan hanya daerah putting susunya saja.
4. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara
ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
E. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi engga menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar
maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
4. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
5. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Lampiran 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Sub Pokok Bahasan : Perawatan Tali Pusat

Hari/Tanggal :Maret 2018

Waktu : 5 menit

Sasaran : Ny. N

Tempat : RSUD Sekarwangi

A. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi, diharapkan dapat
melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara mandiri di rumah.

B. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu:
1. Mengetahui tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat.
2. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar.
3. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan tali
pusat.
4. Mengetahui tanda-tanda infeksi pada tali pusat

C. Materi
1. Pengertian tali pusat
2. Cara merawat tali pusat
3. Tanda-tanda infeksi pada tali pusat

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. Media atau Alat
1. Memperagakan teknik
F. Kegiatan
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1`. Pelaksanaan Menjelaskan materi - Menyimak dan
7 menit penyuluhan secara mendegarkan
berurutan dan teratur.
Materi :
1. Pengertian tali pusat
2. Cara merawat tali pusat
3. Tanda-tanda infeksi pada
tali pusat

G. Evaluasi
1. Bagaimana cara membersihkan tali pusat?
2. Dapatkan ibu dan keluarga membersihkan tali pusat secara mandiri?
3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat?
4. Apa saja tanda-tanda tali pusat yang terinfeksi ?

H. Daftar Pustaka
1. Fajar Gumilar Ahmad. 2013. Perawatan Tali Pusat funiculus umbilicus.
Cimahi
2. Sodikin. 2011. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta. EGC
3. Olalababies. 2013. Ciri-Ciri Tali Pusat Yang Terinfeksi. Jakarta
MATERI
PERAWATAN TALI PUSAT

A. Pengertian Tali Pusat Bayi


Tali pusat ( Funiculus umbilicalis ) adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen janin.Tetapi
begitu bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.

B. Cara Membersihkan Tali Pusat


1. Cuci tangan bersih
2. Gunakan handscoon
3. Ambil kapas bulat atau kapas yang sudah dicelupkan kedalam air
matang, lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang
menempel pada perut).
4. Lakukan dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna merah.
5. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk memegang ujung tali
pusarnya, agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan
perbannya.
6. Ambil kasa kering lalu bungkus sisa tali pusat. Usahakan agar seluruh
permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban.
7. Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas.
Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.
8. Gunakan kain kasa untuk mengikat perban agar tetap pada tempatnya.

C. Arah Pembersihan Tali Pusat Bayi


Pembersihan tali pusat bayi yang telah dipotong yaitu : dari bagian tali pusat
yang dipotong ke arah pusar dengan gerakan satu arah. Indikasinya agar
bagian yang dipotong tidak terkena kotoran dari pusar.

D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan


1. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau menoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
2. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
3. Teknik Perawatan Tali Pusat Bayi. Dalam perawatan maupun
pemotongan tali pusat bayi itu menggunakan teknik steril. Artinya, dalam
setiap pelaksanaan perawatan dan pemotongan tali pusat bayi itu
menggunakan alat- alat yang steril. Dan dalam setiap proses perawatan
itu dianjurkan untuk sealalu memakai hanscoon.
4. Penggunaan Popok pada bayi. Saat tali pusat dipotong, maka harus
diperhatikan penggunaan popok bayi tersebut. Sebaiknya popok
dipakaikan dibawah pusar. Alasannya adalah agar pusarnya tidak
lembab, karena apabila lembab akan beresiko timbulnya infeksi.

E. Tanda-Tanda Tali Pusat Bayi yang Terinfeksi


1. Bernanah
Kondisi ini bisa muncul jika kurang benar dalam merawatnya,seperti
kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat
pemotongan tali pusat bayi menggunakan benda yang tidak steril
sehingga kuman mudah tumbuh dan berkembangbiak.
2. Bau Tidak Sedap
Bau tidak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat
terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernanah dan berlendir.Selain itu juga
ditandai dengan kemerahan di sekitar pusar.
3. Tidak Banyak Menangis
Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menangis sebaliknya banyak
tidur.Gejala ini ditandai dengan bayi malas minum,demam dan yang
paling parah sampai terjadi kejang.
Lampiran 10
SATUAN ACARA PENYULUHAN
ASUHAN KEBIDANAN NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas


Sub Pokok Bahasan : ASI Eksklusi
Sasaran : Ny. N
Tempat : RS Sekarwangi dan rumah Ny. N
Hari/Tanggal : Maret 2018
Penyuluh : Fitriani Baehaki

D. Tujuan
1. Tujuan Intrusksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, ibu dapat mengenali dan memahami ASI
eksklusif.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1.Mengetahui tentang ASI eksklusif
E. Metode Penyampaian
Diskusi
F. Media
Buku KIA dan Leaflet
H. Materi
Terlampir

I. Kegiatan
No Tahapan/W KegiatanPenyuluhan KegiatanIbu
aktu
1 Penyampaia a. Menjelaskan ASI Mendengarkan dan
n eksklusif, menyimak
Materi/
15menit

J. Evaluasi
Dengan mengajukan pertanyaan :
1. Menjelaskan ASI eksklusif,
K. Daftar Pustaka
Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan
Dr.Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A.2007.ASI Eksklusif.Jakarta:Bidakara
MATERI
ASI EKSKLUSIF

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa tambahan cairan atau
makanan lain kecuali vitamin, mineral dan obat. Keuntungan ASI :
1. Lebih mudah dan praktis dalam pemberiannya
2. Komposisi seimbang sesuai kebutuhan bayi.
3. Streil
4. Memperbaiki pencernaan bayi
5. Kolostrum mengandung Vitamin A, protein dan zat kekebalan yang penting untuk
bayi.
6. Zat gizi yang terkanung sudah cukup untuk tumbuh kembang bayi, misalnya omega
3 untuk pertumbuhan otak.
7. Mempererat hubungan kasih sayang ibu dan anak.
8. Menjaragkan kehamilan.
ASI dapat disimpan beberapa saat dengan syarat sebagai berikut:
Metode Penyimpanan Waktu Penyimpanan Maksimal
Suhu kamar/udara bebas/terbuka 6-8 jam

Lemari pendingin 4oC 24 jam

Lemari pendingin atau pembeku 2bulan

Manfaat ASI
Keuntungan menyusui meningkat seiring lama menyusu eksklusif hingga enam
bulan. Setelah itu, dengan tambahan makanan pendamping ASI pada usia enam bulan,
keuntungan menyusui meningkat seiring dengan meningkatnya lama pemberian ASI
sampai dua tahun. a.Manfaat ASI untuk Bayi
ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah
dicerna, memiliki komposisi, zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan pencernaan bayi, dan dapat juga melindungi infeksi gastrointestinal. ASI
tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi. ASI
juga mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6 bulan
pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme. ASI dapat meningkatkan kesehatan dan
kecerdasan bayi serta meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan anak (bonding).
b. Manfaat ASI untuk ibu
Dengan menyusui, rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian rahim keukuran sebelum hamil serta mempercepat berhentinya
pendarahan post partum. Dengan menyusui kesuburan ibu akan menjadi berkurang
untuk beberpa bulan dan dapat menjarangkan kehamilan. ASI juga dapat
mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang (Gupte,
2004).
Komposisi Gizi dalam ASI Biasa (Matur)
1. Protein
ASI mengandung whey protein dan casein. Casein adalah protein yang sukar
dicerna dan whey protein adalah protein yang membantu meneybabkan isi
pencernaan bayi menjadi lebih lembut atau mudah dicerna oleh usu bayi. Rasio
whey-casein yang tinggipada ASI membnatu pencernaan bayi dengan pembentukan
hasilakhir pencernaan bayi yang lebih kembut dan mengurangi waktu pengosongan
gaster bayi.

2. Lemak
Lemak ASI lebih mudah dicerna karena sudah dalam bentuk emulsi. Salah satu
keunggulan lemak ASI adalah kandungan asam lemak esensial, docosahexaenic acid
(DHA) dan arachonic acid (AA) yang berperan penting dalam pertumbuhan otak
sejak trimester I kehamilan sampai 1 tahun usia anak.
3. Vitamin
Vitamin A adalah salah satu vitamin penting yang tinggi kadarnya dalam kolostrum
dan menurun pada ASI biasa. ASI adalah sumber vitamin A yang baik dengan
konsentrasi sekitar 200 IU/dl. Vitamin yang larut dalam lemak lainnya adalah
vitamin D, E, dan K. Vitamin yang larut dalam air, Vitamin C, asam nicotinic, B12,
B1 (tiamin), B2 (riboflavin), B6 (pridoksin) sangat dipengaruhi oleh makanan ibu,
namun untuk ibu dengan status gizi normal, tidak perlu diberi suplemen.
4. Zat anti infeksi
ASI sering disebut juga “darahputih” yang mengnadung enzim, immunoglobulin,
dan leukosit. Lekosit terdiri atas fagosit 90% dan limfosit 10% yang meskipun
sedikit tetap dapat memberikan efek protektif yang signifikan terhadap bayi.
Immunoglobukin meruapakan protein yang dihasilkan oleh sel plasma sebagai
respon terhadap adanya imunogen atau antgen (zat yang menstimulasi tubuh untuk
memproduksi antibodi).

Anda mungkin juga menyukai