Anda di halaman 1dari 115

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

P DENGAN
SOLUSIO PLASENTA DI RSUD CIBINONG

Disusun oleh :
Dwi Destyawati
NIM. P17324214031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR 2017
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. P DENGAN
SOLUSIO PLASENTA DI RSUD CIBINONG

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :
Dwi Destyawati
NIM. P17324214031

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR 2017
RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Dwi Destyawati

Tempat/tanggal lahir : Cirebon, 02Desember 1995

Agama : Islam

Status perkawinan : Belum menikah

Golongan Darah :A

Nama ayah : Hj. Rusdiman

Nama ibu : Hj. Rusiah

Alamat rumah : GG. Siap Rt 04 Rw 06 Desa Jungjang Kecamatan

Arjawinangun Kabupaten Cirebon

No. Telepon : 085624920597

B. Riwayat Pendidikan

1. TK Islam wathoniah(2001-2002)
2. SDNegeri1 Jungjang (2002-2008)
3. SMPNegeri1 Arjawinangun (2008-2011)
4. SMA Negeri1 Arjawinangun (2011-2014)
5. Poltekkes Kemenkes Bandung Program Studi Kebidanan Bogor (2014-2017)

iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR LAPORAN TUGAS AKHIR,
JUNI 2017

Dwi Destyawati
NIM : P17324214031

Asuhan Kebidanan pada Ny. P dengan Solusio Plasenta di RSUD Cibinong

6 bab, 75 halaman,4 lampiran, 2 gambar

ABSTRAK

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta dari


implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum
janin lahir. Berdasarkan data di RSUD Cibinong pada tahun 2016 tercatat ibu
yang mengalami solusio plasenta yaitu sebanyak 2 orang dari 99 kasus
perdarahan.Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah untuk
mengaplikasikan asuhan kebidanan dengan solusio plasenta di RSUD Cibinong.
Metode yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini adalah
studi kasus. Bentuk pendokumentasiannya adalah SOAP (Subjektif, Objektif,
Analisa dan Penatalaksanaan), sedangkan teknik pengumpulan data diperoleh
melalui wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
studi dokumentasi, dan studi literatur.
Hasil pengkajian data subjektif, Ny. P mengeluh nyeri perut pada bagian atas
disertai mulas yang terus menerus semakin kuat, keluar gumpalan darah berwana
kehitaman sejak pukul 04.30 WIB, belum keluar air-air dan ingin meneran. pada
hasil pemeriksaan terdapat tegang pada perut ketika dipalpasi, DJJ 120 x/menit
irreguler (12,10,8), teraba dingin pada bagian ekstremitas, terdapat pengeluaran
gumpalan darah berwarna kehitaman kurang lebih 200 cc Dan analisa yang
ditegakkan adalah Ny. P G3P2A0 usia kehamilan 37 minggu 5 hari inpartu kala I
fase aktif dengan Solusio Plasenta dan fetal distres. Penatalaksanaan yang
dilakukan berdasarkan advice dokter adalah melakukan pemasangan oksigen 3
liter, pemasangan infus RL 500 cc 20 tpm, pengambilan darah lengkap,
melakukan CTG, ceftriaxone 5 cc melalui iv, dan observasi kesejahteraan ibu dan
janin serta observasi kemajuan persalinan di ruang IGD PONEK RSUD Cibinong.
Saran untuk klien dan keluarga agar memahami tanda bahaya dalam
kehamilan dan merencanakan metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk
menunda kehamilan.

Kata Kunci : Solusio Plasenta, Fetal Distress

v
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
LAPORAN TUGAS AKHIR, JUNI 2017

Dwi Destyawati
NIM : P17324214031

Midwifery care to Mrs. P with Solusio Placenta at RSUD Cibinong


6 chapters, 75 pages, 4 attachments, 2 pictures

ABSTRACT

The placenta solution is the partial or complete removal of placenta from normal
implantation (uterine corpus) after 20 weeks of pregnancy and before the fetus is born. Based
on data in RSUD Cibinong in 2016, a mother was included that had placenta as many as 2
people in 99 cases of bleeding. The purpose of this Final Report is to adjust obstetric care for
placenta abortion in RSUD Cibinong.
The method used in compiling this final report is case study. The form of documentation is
SOAP (Subjective, Objective, Analysis and Management), while data collection techniques
are obtained through interviews, observation, physical research and research,
documentation study and literature study
The result of subjective data assessment, Ny. P complained of abdominal pain at the top,
accompanied by continuous heartburn, stronger, blood clot, blackish colored since 4.30 pm,
not yet out of water and want meanan. On the research results, belly tension is stretched in
the stomach, 120 x/min irregular DJJ, cold felt on the extremities, blood clot color exposure
blackish about 200 cc. And the analyzed analysis is Ny. P G3P2A0 37 weeks pregnancy 5
days inpartu kala I active phase with placental solutions and fetal distress. Management
performed on the advice of doctors is the installation of 3 liters of oxygen, infusion of RL 500
cc 20 rpm, full blood collection, CTG, ceftriaxone 5 cc to iv, and observation of maternal and
fetal well-being as well as observation of progress in The birth room IGD PONEK RSUD
Cibinong.
Suggestions for customers and families to understand the signs of contraception used to
postpone pregnancy.

Keywords: Solusio Placenta, Fetal Distress.

V
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT.karena atas berkat, rahmat,
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul
“Asuhan Kebidanan pada Ny. P dengan Solusio Plasenta di RSUD Cibinong”.
Shalawat dan salam senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW,
parasahabat, keluarga serta seluruh umat-Nya.
Tujuan penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu syarat
dalam menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan di Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik KesehatanKemenkes Bandung.
Selama proses pembuatan laporan tugas akhir ini penulis menyadari masih
banyak kekurangan dan keterbatasan pengetahuan serta kemampuan, sehingga
penulis mengalami berbagai hambatan, tantangan, dan kesulitan selama
penyusunan laporan tugas akhir, sehingga penulis merasa masih banyak
kekurangan. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan laporan tugas akhir ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan berperan banyak dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis tujukan kepada :
1. DR. Ir. H. Osman Syarief, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI Bandung.
2. Dr. Hj. Camalia Wilayat Sumaryana, M.KM selaku Direkur RSUD Cibinong.
beserta staf PONEK RSUD Cibinong yang selalu memberikan bimbingan dan
pengetahuan yang bermanfaat.
3. Hj. Ns. Enung Harni Susilawati, S.Kp, M.KM selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.
4. Ni Gusti Made Ayu AB, M.Keb selaku dosen pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan, masukan dan nasehat-nasehat dalam penulisan
Laporan Tugas Akhir ini. Dan selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan motivasi dan dukungannya.

vii
5. Kepada Ny. P dan keluarga yang dapat bekerjasama dengan sangat baik, dan
menjadikan Asuhan pada Ny. P sebagai bahan Laporan Tugas Akhir.
6. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dukungan terbesar secara
moril, materil dan spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
tugas akhir ini.
7. Serta teman-teman mahasiswi Program Studi Kebidanan Bogor angkatan XVI
yang telah memberikan dukungan dan perhatiannya.
Semoga laporan tugas akhir ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi pembaca. Seluruh isi laporan tugas akhir ini
sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Bogor, Juni 2017

Penulis

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN ................................................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................................iii
RIWAYAT HIDUP................................................................................................................. iv
ABSTRAK................................................................................................................................... v
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME .................................................. vi
KATA PENGANTAR........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................................... x
BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup .................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ............................................................................................................. 3
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................................... 3
BAB II ........................................................................................................................................... 5
TINJAUAN TEORI................................................................................................................. 5
A. Solusio Plasenta ............................................................................................................... 5
B. Asfiksia ............................................................................................................................. 16
C. Preeklampsia ................................................................................................................... 25
D. Aplikasi Manajemen Asuhan Kebidanan Dengan Solusio Plasenta ............... 33
BAB III ....................................................................................................................................... 37
METODOLOGI...................................................................................................................... 37
A. Metode .............................................................................................................................. 37
B. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................................... 38
BAB IV ....................................................................................................................................... 40
TINJAUAN KASUS .............................................................................................................. 40
BAB V ......................................................................................................................................... 68
PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 68
A. Data Subjektif ................................................................................................................. 68
B. Data Objektif................................................................................................................... 69
C. Analisa .............................................................................................................................. 70
D. Penatalaksanaan ............................................................................................................. 71
BAB VI ....................................................................................................................................... 73
PENUTUP ................................................................................................................................. 73
A. Kesimpulan...................................................................................................................... 73
B. Saran .................................................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 ................................................................................................................................... 5
Gambar 2.2 ................................................................................................................................... 9

ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar konsultasi
Lampiran 2 Partograf
Lampiran 3 SAP tentang Asi Eksklusif
Lampiran 4 SAP tentang Tanda Bahaya Pada Ibu
Nifas Lampiran 5 SAP tentang Perawatan Tali Pusat
Lampiran 6 SAP tentang Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih

x
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) memperkirakan diseluruh dunia
terdapat kematian ibu sebesar 500.000 jiwa per tahun. Kematian tersebut
terjadi terutama di negara berkembang sebesar 99%. Sebenarnya kematian ibu
dan bayi mempunyai peluang besar untuk dicegah dengan meningkatnya
1
kerja sama antara pemerintah, swasta dan badan-badan sosial lainnya. Angka
Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011, 81 % diakibatkan karena komplikasi
selama kehamilan, persalinan, dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian
ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklampsia. (WHO, 2012)

Berdasarkan laporan dari fasilitas kesehatan, pada tahun 2008 penyebab


AKI di provinsi Jawa Barat yaitu 58,79% perdarahan, 17,99% lain-lain,
13,60% eklamsia, 9,62% infeksi. Penyebab kematian utama pada ibu di
Kabupaten Bogor pada tahun 2011 adalah perdarahan 33,7%, preeklamsia
32
32,47% dan infeksi 1,3%, dan sisanya terjadi atas penyebab lain.
Berdasarkan data di RSUD Cibinong angka kematian ibu dari bulan
januari-bulan november 2016 sebanyak 11 kasus sedangkan angka kematian
neonatal 0-28 hari dari bulan januari-juni 2016 sebanyak 55 kasus
Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya
perdarahan. Perdarahan dapat terjadi pada setiap usia kehamilan. pada
kehamilan muda sering dikaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early
pregnancy loss. Perdarahan yang terjadi pada umur kehamilan yang lebih tua
2
terutama setelah melewati trimester III disebut perdarahan antepartum.

Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada triwulan terakhir dari


kehamilan. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan tua adalah
kehamilan 28 minggu tanpa melihat berat janin, mengingat kemungkinan

1
2

hidup janin diluar uterus. jenis perdarahan antepartum salah satunya solusio
4
plasenta.
Perdarahan adalah penyebab langsung kematian ibu salah satu penyebab
perdarahan yang menyebabkan kematian ibu adalah solusio plasenta.
berdasarkan data RSUD Cibinong pada tahun 2016 dari 99 kasus perdarahan
2,02% diantaranya merupakan kasus solusio plasenta.
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan
1
desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir. Terdapat
beberapa istilah untuk solusio plasenta yaitu abruption placentae, ablation
placentio separation of the normally implanted placenta (pelepasan dini uri
yang implantasinya normal).Bila terjadi pada kehamilan dibawah 20 minggu
gejala kliniknya serupa dengan abortus iminens. Secara definitive
diagnosisnya baru bisa ditegakkan setelah partus jika terdapat hematoma pada
permukaan maternal plasenta.
Solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya dari pada plasenta previa
bagi ibu hamil dan janinnya. Pada perdarahan tersembunyi (concealed
hemorrhage) yang luas dimana perdarahan retroplasenta yang banyak dapat
mengurangi sirkulasi utero plasenta dan menyebabkan hipoksia janin.
Disamping itu, pembentukan hematoma retroplasenta yang luas bisa
menyebabkan koagulopati konsumsi yang fetal bagi ibu.

B. Rumusan Masalah dan Ruang Lingkup


1. Rumusan masalah
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini adalah “Bagaimana menerapkan
asuhan kebidanan pada ibu bersalinan dengan solusio plasenta.
2. Ruang Lingkup
Lingkup masalah asuhan kebidanan dalam penulisan laporan tugas akhir
ini dibatasi pada asuhan kebidanan intranatal pada Ny. P dengan solusio
plasenta di Ruang Bersalin, Rumah sakit umum daerah Cibinong, kabupaten
3

Bogor tanggal 15 Maret 2017 dengan menggunakan manajemen kebidanan


dengan pendokumentasian SOAP.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari studi kasus ini adalah untuk memperoleh
pengetahuan dan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil dengan
solusio plasenta.
2. Tujuan Khusus
1. Diperolehnya data subjektif pada Ny. P dengan solusio plasenta di RSUD
Cibinong.
2. Diperolehnya data objektif pada Ny. P dengan solusio plasenta di RSUD
Cibinong.
3. Dirumuskannya analisa pada Ny. P dengan solusio plasenta di RSUD
Cibinong.
4. Dibuatnya penatalaksanaan pada Ny. P dengan solusio plasenta di RSUD
Cibinong.
5. Diketahuinya faktor pendorong dan penghambat dalam melakukan
asuhan kepada Ny. P dengan solusio plasenta di RSUD Cibinong.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi pusat layanan kesehatan
Di harapkan dapat memberikan kontribusi dalam memberikan asuhan
kebidanan persalinan pada ibu dengan solusio plasenta dan dapat menjadi
masukan yang berguna khususnya bagi Rumah Sakit Umum Daerah
Cibinong Kabupaten Bogor, dalam upaya meningkatkan serta memberikan
asuhan kebidanan yang sesuai untuk mengurangi komplikasi baik yang
terjadi pada ibu dan bayi.
2. Bagi klien dan keluarga
Diharapkan klien dan keluarga merasa nyaman dengan asuhan kebidanan
yang diberikan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Cibonong Kabupaten
Bogor umumnya dan asuhan kebidanan yang diberikan oleh penulis
4

khususnya. Selain itu, klien dan keluarga dapat mengetahui secara dini
mengenai kehamilan dan persalinan pada ibu dengan solusio plasenta untuk
mengurangi komplikasi dengan rutin memeriksakan kehamilannya kepada
petugas kesehatan terdekat terutama bidan sehingga klien dan keluarga
dapat mengambil keputusan tepat apa saja hal-hal yang dapat dilakukan
3. Bagi profesi bidan
Diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran mengenai
asuhan kebidanan persalinan pada ibu dengan solusio plasenta yang sesuai
dengan tugas dan wewenang bidan yang dapat diterapkan dalam rumah
sakit, sebagai aplikasi penerapan ilmu yang di peroleh selama belajar di
Program Studi Kebidanan Bogor Poltekkes Kememkes Bandung.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Solusio Plasenta
1. Definisi
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan
maternal plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan
1
desidua endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.
Solusio plasenta dalam bahasa inggris disebut concealed hemorrhage
atau perdarahan tersembunyi dalam bahasa indonesia, pada solusio plasenta
darah tersimpan dalam kavum uteri. hal ini disebabkan oleh lepasnya
plasenta. plasenta dapat terlepas secara komplit (20% kasus) maupun
3
inkomplit (80% kasus).
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau keseluruhan plasenta
dari implantasi normalnya (korpus uteri) setelah kehamilan 20 minggu dan
4
sebelum janin lahir.

Gambar 2.1 solusio plasenta


sumber : tanto,chris,dkk.2014

5
6

2. Etiologi
Tabel -1 faktor risiko untuk solusio plasenta
Faktor Risiko
Riwayat solusio plasenta
Ketuban Pecah preterm/korioamnionitis
Preeklampsia
Hipertensi kronik
Merokok
Pemakaian kokain
Mioma di belakang plasenta
Plasenta sirkumvalata
Sumber : Sarwono 2013
Penyebab primer belum diketahui pasti, namun ada beberapa faktor yang
menjadi predisposisi
1) Faktor kardio-reno-vaskular
Glomerulonefritis kronik, hipertensi esensial, sindroma preeklampsia
dan eklampsia. pada penelitian di parkland ditemukan bahwa terdapat
hipertensi pada separuh kasus solusio plasenta berat, dan separuh dari
wanita yang hipertensi tersebut mempunyai penyakit hipertensi kronik,
4
sisanya hipertensi yang disebabkan oleh kehamilan.
2) Faktor trauma
(a) dekompresi uterus pada hidramnion dan gemeli
(b) tarikan pada tali pusat yang pendek akibat pergerakan janin yang
banyak atau bebas, versi luar atau tindakan pertolongan persalinan
4
(c) trauma langsung, seperti jatuh, kena tentang, dan lain-lain.
3) Faktor paritas ibu
Lebih banyak dijumpai pada multipara daripada primipara. beberapa
penelitian menerangkan bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang
4
baik keadaan endrometrium.
7

4) Faktor usia
4
Makin tua usia ibu, makin tinggi frekuensi hipertensi menahun. .
5) Leiomioma uteri (uterine leiomyoma)
Leiomioma uteri dapat menyebabkan solusio plasenta apabila plasenta
4
berimplantasi di atas bagian yang mengandung leiomioma.
6) Faktor pemggunaan kokain
Penggunaan kokain mengakibatkan peninggian tekanan darah atau
peningkatan pelepasan katekolamin yang bertanggung jawab atas
terjadinya vasospasme pembuluh darah uterus dan berakibat terlepasnya
4
plasenta. namun, hipotesis ini belum terbukti secara definitif.
7) Faktor kebiasaan merokok
Ibu yang merokok juga merupakan penyebab peningkatan kasus
solusio plasenta sampai dengan 25% yaitu pada ibu yang merokok ≥ 1
bungkus perhari, ini dapat diterangkan sebagi berikut, pada ibu yang
perokok plasenta menjadi tipis, diameter lebih luas, dan terdapat
4
beberapa abnormalitas pada mikrosirkulasinya.
8) Riwayat solusio plasenta sebelumnya
Bahwa resiko berulangnya kejadian ini pada kehamilan berikutnya
jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki
4
riwayat solusio plasenta.
9) Pengaruh lain
Seperti anemia, malnutrisi/defisiensi gizi, tekanan uterus pada vena
kava inferior dikarenakan pembesaran ukuran uterus oleh adanya
4
kehamilan, dan lain-lain.

3. Klasifikasi
Trijatmo rachimhadhi membagi solusio plasenta menurut derajat
pelepasan plasenta. Solusio plasenta totalis (plasenta terlepas seluruhnya),
solusio plasenta partialis (plasenta terlepas sebagian), ruptura sinus
marginalis.
8

Pritchard JA membagi solusio plasenta menurut bentuk perdarahan,


solusio plasenta dengan perdarahan keluar, solusio plasenta dengan
perdarahan tersembunyi yang membentuk hematoma (retroplacenter),
solusio plasenta yang perdarahannya masuk ke daman kantong amnion.
4
(sebagian kecil pinggir plasenta yang terlepas).
Plasenta dapat terlepas dari pinggirnya saja (rupture sinus marginalis),
dapat pula terlepas lebih luas (solusio plasenta parsialis), atau bisa seluruh
permukaan maternal plasenta terlepas (solusio plasenta totalis). Perdarahan
yang terjadi dalam banyak kejadian akan merembes antara plasenta dan
myometrium untuk seterusnya menyelinap dibawah selaput ketuban dan
akhirnya memperoleh jalan ke kanalis servikalis dan keluar melalui vagina
(revealed hemorrhage) akan tetapi ada kalanya walaupun jarang
2
perdarahan tersebut tidak keluar melalui vagina (concealed hemorrhage).
a. Bagian plasenta sekitar perdarahan masih melekat pada dinding Rahim
2
b. Selaput ketuban masih melekat pada dinding Rahim.
c. Perdarahan masuk ke dalam kantong ketuban setelah selaput ketuban
2
pecah karenanya.
d. Bagian terbawah janin, umumnya kepala, menempel ketat pada segmen
2
bawah rahim.
Solusio plasenta di bagi kedalam berat ringannya gambaran klinik
sesuai dengan luasnya permukaan plasenta yang terlepas yaitu:
1. Plasenta tingkat ringan
Luas plasenta yang terlepas tidak sampai 25% atau ada yang
menyebutkan kurang dari 1/6 bagian. jumlah darah yang keluar
biasanya kurang dari 250 ml berwarna kecoklatan. komplikasi pada ibu
dan janin belum ada. hal 504 pada keadaan yang sangat ringan tidak ada
gejala kecuali hematoma yang berukuran beberapa sentimeter terdapat
pada permukaan maternal plasenta, rasa nyeri pada perut masih ringan
dan darah yang keluar masih sedikit, tanda-tanda vital dan keadaan
umum ibu ataupun janin masih baik, pada saat palpasi sedikit terasa
9

nyeri local pada tempat terbentuknya hematoma dan perut sedikit


tegang tapi bagian-bagian janin masih dapat dikenal.
2. Plasenta tingkat sedang
Luas plasenta yang terlepas telah melebihi 25% tetapi belum
separuhnya (50%). Jumlah darah yang keluar lebih dari 250 ml tetapi
belum mencapai 1.000 ml berwarna kehitaman. tanda dan gejala pada
tingkat sedang sudah jelas seperti rasa nyeri pada perut terus menerus,
denyut jantung janin biasanya telah menunjukan gawat janin,
perdarahan tampak keluar lebih banyak, takikardia, hipotensi, kulit
dingin dan berkeringat, oluguria mulai ada, nyeri dan tegang pada perut
ketika dipalpasi, sulit menentukan bagian-bagian janin ketika leopold,
rasa nyeri datangnya akut kemudian menetap tidak bersifat hilang
2
timbul seperti pada his yang normal.
3. Plasenta tingkat berat
Luas plasenta yang terlepas telah melibihi 50%. jumlah darah yang
keluar mencapi 1.000 ml atau lebih. tanda gejala pada tingkat berat ini
diantaranya keadaan umum penderita buruk disertai syok, perut sangat
nyeri dan tegang serta keras seperti papan disertai perdarahan berwarna
hitam, rahim kelihatan membulat dan kulit diatasnya kencang dan
mengkilat, denyut jantung janin tidak terdengar, hipofibrinogenemia
2
dan oliguria.

Gambar 2.2 macam-macam solusio plasenta


sumber : marternity,dainty,dkk. 2014
10

4. Patofisiologi
Sesungguhnya solusio plasenta merupakan hasil akhir dari suatu
proses yang bermula dari suatu kaadaan yang mampu memisahkan vili-vili
korialis plasenta dari tempat implantasinya pada desidua basalis sehingga
terjadi perdarahan. Oleh karena itu patofisiologinya bergantung pada
etiologi. Pada trauma abdomen etiologinya jelas karena robeknya
2
pembuluh darah di desidua.
Dalam banyak kejadian perdarahan berasal dari kematian sel atau
apoktosis yang disebabkan oleh iskemia dan hipoksia. Semua penyakit ibu
yang dapat menyebabkan pembentukan thrombosis dalam pembuluh darah
desidua atau dalam vascular vili dapat berujung kepada iskemia dan
hipoksia setempat yang menyebabkan kematian sejumlah sel yang
mengakibatkan perdarahan sebagai hasil akhir. Perdarahan tersebut
menyebabkan desidua basalis terlepas kecuali selapisan tipis yang tetap
melekat pada myometrium. Dengan demikian, pada tingkat permulaan
sekali dari proses terdiri atas pembentukan hematom yang bisa
menyebabkan pelapasan yang lebih luas, kompresi dan kerusakan pada
bagian plasenta sekelilingnya yang berdekatan. Pada awalnya mungkin
belum ada gejala kecuali terdapat hematom pada bagian belakang plasenta
yang baru lahir. Dalam beberapa kejadian pembentukan hematom
retroplasenta disebabkan oleh putusnya arteria spiralis dalam desidua
hematoma retroplasenta mempengaruhi penyampaian nutrisi dan oksigen
dari sirkulasi maternan atau plasenta ke sirkulasi janin. Hematoma yang
terbentuk dengan cepat meluas dan melepaskan plasenta lebih luas atau
banyak sampai kepinggir sehingga darah yang keluar merembes antara
selaput ketuban dan myometrium untuk selanjutnya keluar melalui serviks
ke vagina (revealed hemorrhage). Perdarahan tidak bisa berhenti Karena
uterus yang lagi mengandung tidak mampu berkontraksi untuk menjepit
pembuluh arteria spiralis yang terputus. Walaupun jarang terdapat
perdarahan tinggal terperangkap didalam uterus (choncealed
2
hemorrhage).
11

5. Komplikasi
koagulopati konsumtif, nekrosis tubulus dan korteks ginjal, dan atonia
3
uteri yang menyebabkan perdarahan post partum.
a. Syok perdarahan
Perdarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir
tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persaliann segera.
bila persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari
perdarahan post partum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk
menghentikan perdarahan pada kala III. pada solusio plasenta berat
keadaan syok sering tidak sesuai dengan jumlah perdarahan yang
2
terlihat.
b. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada
penderita solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh hipovolemia
karna perdarahan terjadi. biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang
mendadak, yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan
2
yang baik.
c. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah biasanya disebabkan oleh
2
hipofibrinogenemia.
d. Apoplexi uteroplacenta (uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot
rahim dan dibawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum
latum. perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan
warna uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasanya disebut
2
uterus convelaire.
Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain, fetal distress,
gangguan pertumbuhan atau perkembangan, hipoksia, anemia,
4
kematian.
12

6. Diagnosis
1) Anamnesis
a) perasaan sakit yang tiba-tiba diperut
b) perdarahan pervaginam yang sifatnya dapat hebat terdiri dari darah
segar dan bekuan darah yang berwarna kehitaman
c) pergerakan janin mulai hebat kemudian pelan dan akhirnya berhenti
d) kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata berkunang-kunang
4
e) kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal yang lain.
2) Inspeksi
a) pasien gelisah, sering mengerang karena kesakitan
b) pucat, sianosis, dan berkeringat dingin
4
c) terlihat darah keluar pervaginam (tidak selalu).
3) Palpasi
a) tinggi fundus uteri (TFU) tidak sesuai dengan tuanya kehamilan
b) uterus tegang dan keras seperti papan yag disebut uterus in bois
(wooden uterus) baik waktu his maupun diluar his
c) nyeri tekan ditempat plasenta terlepas
4
d) bagian janin sulit dikenali, karena perut (uterus) tegang.
4) Auskultasi
Sulit dilakukan karena uterus tegang, bila DJJ terdengar biasanya
diatas 140, kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang bila
4
plasenta ang terlepas lebih dari 1/3 bagian.
5) Pemeriksaan dalam
a) Serviks dapat telah terbuka atau masih tertutup
b) Jika sudah terbuka maka plasenta dapat teraba menonjol dan tegang
c) Apabila plasenta sudah pecah dan sudah terlepas seluruhnya, plasenta
ini akan turun kebawah dan teraba pada pemeriksaan, disebut
4
prolapsus plasenta.
13

6) Pemeriksaan umum
Tekanan darh semula mungkin tinggi karena pasien sebelumnya
menderita penyakit vaskuler, tetapi akan turun dan pasien jatuh dalam
4
keadaan syok, nadi cepat dan kecil.
7) Pemeriksaan laboratorium
a) Urine albumin (+), pada pemeriksaan sedimen dapat ditemukan
silinder dan leoukosit
b) Darah HB menurun, periksa golongan darah, lakukan cross match
test karena pada solusio plasenta sering terjadi kelainan pembekuan
4
darah hipofibrinogenemia.
8) Pemeriksaan plasenta
Plasenta biasanya tampak tipis dan cekung dibagian plasenta yang
terlepas (kreater) dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya
4
menempel dibelakang plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
9) Pemeriksaan USG
Pada pemeriksaan USG yang dapat ditemukan anatara lain terlihat
daerah terlepasnya plasenta, janin dan kandung kemih ibu, darah, serta
4
tepian plasenta.

7. Penatalaksanaan
semua pasien yang menderita solusio plasenta harus dirawat inap
dirumah sakit yang berfasilitas cukup. ketika masuk segera dilakukan
2
pemeriksaan darah lengkap termasuk kadar HB dan golongan darah.
pasien dengan kecurigaan solusio plasenta dirujuk ke spesialis obstetri
dan ginekologi. pilihan metode kelahiran pada kasus ini bergantung
kepada kondisi ibu serta janin. partus pervaginam dilakukan pada
kondisi, derajat pemisahan plasenta sedikit serta hasil CTG reassuring,
3
derajat pemisahan plasenta luas tetapi janin sudah meninggal.
1) Solusio plasenta tingkat ringan
Bila usia kehamilan kurang 36 minggu dan bila ada perbaikan
(perdarahan berhenti, perut sakit, uterus tidak tegang, janin hidup,
14

dengan tirah baring dan observasi ketat, kemudian tunggu persalinan


4
spontan.
Bila ada perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala plasenta
makin lama makin jelas, pada pemantauan dengan USG daerah
solusio plasenta bertambah luas), maka kehamilan harus segera
diakhiri. bila janin hidup, lakukan sectio caesarea, bila janin mati
lakukan amniotomi kemudian infus oksitosin untuk mempercepat
4
persalian
2) Solusio plasenta sedang dan berat
Apabila tanda dan gejala klinis solusio plasenta jelas ditemukan,
penanganan dirumah sakit meliputi transfusi darah, amniotomi, infus
oksitosin dan jika perlu SC. apabila diagnosis solusio plasenta dapat
ditegakkan berarti perdarahan telah terjadi sekuarang-kuranagnya
1.000 ml, maka transfusi darah harus segera diberikan, amniotomi
4
akan merangsang persalinan dan mengurangi tekanan intrauterin.
Dengan melakukan persalinan secepatnya dan transfusi darah
kelaian pembekuan darah dapat dicegah, persalian diharapkan dalam 6
jam sejak berlangsungnya solusio plasenta, tetapi jika tidak
memungkin, walaupun sudah dilakukan amniotomi dan infus
4
oksitosin, maka salah satunya cara adalah SC.
Apoplexi uteroplacenta tidak merupakan indikasi histerektomi.
tetapi jika perdarahan tidak dapat dikendalikan setelah SC maka
4
histerektomi perlu dilakukan.
1) Terapi spesifik
a. Atasi syok
a) Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam
15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama
b) Berikan tranfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor
5
pembekuan akibat koagulopati.
b. Atasi anemia
15

a) Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia


karena diamping mengandung butir-butir darah merah, juga
mengandung unsur pembekuan darah.
b) Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien
5
masih dalam kondisi anemia berat, berikan packed cell.
2) Tindakan obstetrik
a. Seksio Cesarea
a) SC dilakukan apabila
(1) Janin hidup dan pembukaan belum lengkap
(2) Janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak
dapat dilaksanakan dengan segera
(3) Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan
persalian pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang
singkat.
a) Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan
penanggulangan awal (stabilisasi dan tatalaksana
komplikasi) dan segera lahirkan bayi karena operasi
merupakan satu-satunya cara efektif untuk menghentikan
perdarhan
b) Hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus
c) Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan
5
(koagulopati).
b. Partus Pervaginam
a) Partus pervaginam dilakukan apabila:
(1) Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian
terendah didasar panggul
(2) Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm
(a) Amniotomi bila ketuban belum pecah kemudian percepat
kala II dengan ekstraksi forseps atau vakum
16

(b) Lakukan amniotomi bila ketuban belum pecah kemudian


akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam dekstrose 5% atau
RL, tetesan diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus
(c) Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan
membaik dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah
trombosit sangat rendah (perbaikan baru terjadi dalam 2-4
5
hari kemudian)

B. Asfiksia
1. Pengertian
Asfiksia neonatorum merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir
yang mengalami gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah
lahir, sehingga bayi tidak dapat memasukan oksigen dan tidak dapat
6
mengeluarkan zat asam arang dari tubuhnya.
Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
7
dengan segera, secara spontan dan teratur setelah lahir.
Sebagian kecil bayi tidak mampu bernafas efektif secara spontan saat
lahir. Hal ini paling sering disebabkan oleh asfiksia yang muncul dengan
berbagai tingkatan, tetapi dapat juga disebabkan oleh hal lain. Asfiksia tidak
mudah didefinisikan. Asfiksia disebabkan oleh pertukaran gas yang tidak
adekuat sehingga menyebabkan hipoksemia dan asidosis campuran akibat
pembentukan asam laktat dan penumpukan karbondioksida.beberapa tanda
klinis dapat dinilai dengan skor Apgar, seperti apnea/bradipnea, sianosis dan
8
gangguan neurologis yang akan tampak bergantung pada beratnya asfiksia.

2. Etiologi
Menurut Depkes RI, 2008, penyebab terjadinya asfiksia sedang ada tiga
faktor yaitu:
1. Faktor ibu
Factor ibu yang meliputi preeklamsia dan eklamsia, perdarahan
abnormal yang disebabkan karena plasenta previa atau solusio plasenta,
17

partus lama atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat
(malaria,sifilis,TBC,HIV), kehamilan post matur, usia ibu kurang dari
9
20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
Ibu yang mengalami preeklamsia sebagian besar bayinya asfiksia.
Penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan gangguan fungsi
plasenta. Kondisi ini memicu vasokontriksi pembuluh darah sehingga
mengakibatkan suplai darah ke plasenta menjadi berkurang. Hal ini
mengakibatkan terjadinya hipoksia pada janin. Akibat lanjut dari
hipoksia janin adalah gangguan pertukaran gas anatar oksigen dan
10
karbondioksida sehingga terjadi asfiksia neonatorum.
2. Faktor bayi
Factor bayi yang meliputi bayi prematur (sebelum 37 minggu
kehamilan), persalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia
bahu, ektraksi vakum, forsef), kelainan kongenital, air ketuban
9
bercampur mekonium (warna kehijauan).
3. Faktor tali pusat
Faktor tali pusat yang terdiri dari lilitan tali pusat, tali pusat pendek,
9
simpul tali pusat, dan prolapsus tali pusat.

3. Pembagian Serta Tanda dan Gejala


a. Asfiksia berat (nilai APGAR 0-3)
Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asiadosis, sehingga
memerlukan perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan
gejala yang muncul pada asfiksia berat adalah sebagai berikut :
1) Frekuensi jantung kecil, yaitu <40 kali per menit.
2) Tidak ada usaha nafas
3) Tonus otot lemah bahkan hampir tidak ada
4) Bayi tidak dapat memberikan reaksi jika diberikan rangsangan
5) Bayi tampak pucat bahkan sampai berwarna kelabu
6) Terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah
6
persalinan.
18

b. Asfiksia sedang (nilai APGAR 4-6)


Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah sebagai
berikut :
1) Frekuensi jantung menurun menjadi 60-80 kali permenit
2) Usaha nafas lambat
3) Tonus otot biasanya dalam keadaan baik
4) Bayi masih bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan
5) Bayi tampak sianosis
6) Tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses
6
persalinan.
c. Asfiksia ringan (nilai APGAR 7-10)
Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah
sebagai berikut:
1) Takipnea dengan nafas lebih dari 60 kali per menit
2) Bayi tampak sianosis
3) Adanya retraksi sela iga
4) Bayi merintih (grunting)
5) Adanya pernapasan cuping hidung
6) Bayi kurang aktivitas
7) Dari pemeriksaan auskultasi diperoleh hasil ronchi, rales, dan
6
wheezing positif.

4. Faktor Predisposisi
Menurut Towel, asfiksia bisa disebabkan oleh beberapa faktor yakni
faktor ibu, plasenta, fetus dan neonates :
a. Ibu
Apabila ibu mengalami hipoksia, maka janin juga akan mengalami
hipoksia yang dapat berkelanjutan menjadi asfiksia dan komplikasi
6
lain.
19

b. Plasenta
Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi
6
plasenta, misalnya solusio plasenta, perdarahan plasenta dan lain-lain.
c. Fetus
Kompresi umbilicus akan dapat mengakibatkan terganggunya aliran
darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran
6
gas antara ibu dan janin.
d. Neonates
Depresi pusat pernapasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena
beberapa hal berikut:
1) Pemakaian anastesi yang berlebihan pada ibu
2) Trauma yang terjadi selama persalinan
6
3) Kelainan kongenital pada bayi.

5. Diagnosa
Untuk dapat menegakkan gawat janin dapat ditetapkan dengan
melakukan pemeriksaan sebagai berikut :
1) Denyut jantung janin.
Frekeunsi denyut jantung janin normal antara 120 – 160 kali per
menit; selama his frekeunsi ini biasanya turun, tetapi di luar his kembali
lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung
umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekeunsi turun
sampai di bawah 100 per menit di luar his, dan lebih-lebih jika tidak
teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. Di beberapa klinik
elektrokardiograf janin digunakan untuk terus-menerus mengawasi
11
keadaan denyut jantung dalam persalinan.
2) Mekonium di dalam air ketuban.
Mekonium pada presentasi-sunsang tidak ada artinya, akan tetapi pada
presentasi – kepala mungkin menunjukkan gangguan oksigenisasi dan
harus menimbulkan kewaspadaan. Adanya mekonium dalam air ketuban
20

pada presentasi-kepala dapat merupakan indikasi untuk mengakhiri


11
persalinan bila hal itu dapat dilakukan dengan mudah.
3) Pemeriksaan pH darah janin.
Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat servik dibuat
sayatan kecil pada kulit kepala janin, dan diambil contoh darah janin.
Darah ini diperiksa pH-nya. Adanya asidosis menyebabkan turunnya pH.
Apabila pH itu turun sampai di bawah 7,2 hal itu dianggap sebagai tanda
11
bahaya oleh beberapa penulis.
Diagnosis gawat-jaanin sangat penting untuk daapaat menyelamatkaan
dan dengan demikian membatasi morbiditas dan mortalitas perinatal. Selain
itu kelahiran bayi yang telah menunjukkan tanda-tanda gawat janin mungkin
disertai dengan asfiksia neonatorum, sehingga perlu diadakan persiapan
11
untuk menghadapi keadaan tersebut.

7. Penanganan
Bayi baru lahir dalam apnu primer dapat memulai pola pernapasan
biasa, walaupun mungkin tidak teratur dan mungkin tidak efektif, tanpa
intervensi khusus. Bayi baru lahir dalam apnu sekunder tidak akan bernapas
sendiri. Pernapasan buatan atau tindakan ventilasi dengan tekanan positif
(VTP) dan oksigen diperlukan untuk membantu bayi memulai pernapasan
12
pada bayi baru lahir dengan apnu sekunder.
Apabila kita dapat membedakan bayi dengan membedakan apnu primer
dari bayi dengan apnu sekunder, maka kita dengan mudah dapat
membedakan bayi ynag hanya memerlukan rangsangan sederhana dan
pemberian oksigen dengan bayi-bayi yang memerlukan pernafasan buatan
dengan teknan positif (VTP). Akan tetapi secara klinik apabila bayi lahir
dengan dalam keadaan apnu, sulit dibedakan apabila bayi itu mengalami
apnu primer atau sekunder. Hal ini berarti bahwa mengahadapi bayi yang
dilahirkan dengan apnu, kita harus beranggapan bahwa kita berhadapapan
12
dengan bayi apnu sekunder dan harus segera melakukan resusitasi.
21

Menganggap bahwa seorang bayi menderita apnu primer dan


memberikan stimulasi yang kurang efektif hanya akan memperlambat
pemberian oksigen dan meningkatkan resiko kerusakan otak. Sangat penting
untuk disadari bahwa pada bayi yang mengalami apnu sekunder, semakin
lama kita menunda upaya pernapasan buatan, semakin lama bayi memulai
pernapasan spontan. Penundaan dalam melakukan upaya pernapasan buatan,
walaupun singkat, dapat berakibat keterlambatan pernapasan yang spontan
dan teratur. Perhatikanlah bahwa semakin lama bayi berada dalam apnu
12
sekunder, semakin besar kemungkinan terjadinya kerusakan otak.
Penyebab apa pun yang merupakan latar belakang depresi ini, segera
sesudah tali pusat dijepit, bayi yang mengalami depresi dan tidak mampu
melalui pernapasan spontan yang memadai akan mengalami hipoksia yang
semakin berat dan secara progresif menjadi asfiksia. Resusitasi yang efektif
dapat merangsang pernapasan awal dan mencegah asfiksia progresif.
Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang adekuat, pemberian oksigen
dan curah jantung yang cukup untuk menyalurkan oksigen kepada otak,
12
jantung dan alat – alat vital lainnya.
a. Penanganan Umum
1) Keringkan bayi, ganti kain yang basah dengan pakaian hangat-kering
2) Jika belum dilakukan, segera klem dan potong tali pusat.
3) Letakkan bayi di tempat yang keras dan hangat (di bawah radiant
heater) untuk melakukan resusitasi
4) Kerjakan pedoman pencegahan PI dalam melakukan tindakan
12
perawatan dan resusitasi.

C. Resusitasi
Perlunya resusitasi harus ditentukan sebelum akhir menit pertama
kehidupan. Indicator terpenting bahwa diperlukan resusitasi ialah kegagalan
nafas setelah bayi lahir
a. Peralatan resusitasi
1) Selalu harus dicek dalam keadaan baik dan siap pakai
22

2) Sungkup no.1 untuk bayi cukup bulan, dan no. 0 untuk bayi kurang
bulan.
3) Cek fungsi balon dengan cengkraman sungkup di telapak tangan
4) tangan lain memeras balon, jika terasa di tekanan di telapak, maka
ventilasi cukup
5) remasan dilepas dan balon inflasi kembali, maka balon berfungsi baik,
b. Membuka jalan nafas
1) Posisi bayi
a) Terlentang
b) Kepala lurus dan sedikit tengadah /ekstensi (posisi mencium bau),
c) Bayi diselimuti, kecuali muka dan dada.
2) Bersihkan jalan nafas dengan mengisap mulut dan hidung. Jika terdapat
darah atau meconium di mulut atau hidung, isap segera untuk
menghindari aspirasi.
Catatan: jangan mengisap terlalu dalam di tenggorokan, karena dapat
mengakibatkan turunnya frekuensi denyut jantung bayi atau bayi berhenti
bernafas.
3) Tetap jaga kehangatan tubuh bayi
4) Nilai kembali keadaan bayi:
a) Jika bayi mulai menangis atau bernafas lanjutkan dnegan asuhan bayi
baru lahir.
b) Jika bayi tetepa tidak bernafas lanjutkan dengan ventilasi.
c. Ventilasi bayi baru lahir
1) Cek kembali posisi bayi (kepala sedikit ekstensi)
2) Posisi sungkup dan cek pelekatannya
a) Pasang sungkup di wajah, menutupi pipi, mulut, dan hidung
b) Rapatkan perlekatan sungkup dengan wajah
c) Cek perlekatan dengan dua kali ventilasi dan amati pengembangan
dada.
23

3) Ventilasi bayi jika bayi pelekatan baik dan terjadi pengembangan dada.
Pertahankan frekuensi (sekitar 40x/menit) dan tekanan (amati dada
mudah naik dan turun)
a) jika dada naik maka kemungkinan tekanan adekuat.
b) Jika dada tidak naik :
1. cek kembali dan koreksi posisi bayi
2. reposisi sungkup untuk perlekatan lebih baik
3. remas balon lebih kuat untuk meningkatkan tekanan
4. isap ulang mulut dan hidung untuk mukus, darah, atau meconium.
4) Pertimbangkan pemberian nalokson (setelah TTV baik) jika ibu
mendapat petidin atau morfin sebelum melahirkan.
Nalokson merupakan antidotum mengatasi depresi pernafasan bayi
baru lahir jika bayi mendapatkan petidin atau morfin.
Catatan: jangan memebrikan nalokson pada bayi dari ibu yang di duga
menyalahguanakan obat narkotika.
5) Jika terjadi tanda-tanda depresi pernafasan, segera lakukan resusitasi:
a) Setelah tanda vital baik, beri nalokson 0,1 mg/kg BB IV
b) Nalokson dapat diberikan IM setelah resusitasi berhasil dan sirkulasi
perifer baik. Dosis ulangan diperlukan untuk menghindari kambuh.
6) Jika tidak ada tanda depresi pernafasan, tetapi petidin atau morfin
diberikan dalam 4 jam persalinan, amati tanda depresi yang mungkin
terjadi.
7) Lakukan ventilasi selama 1 menit, berhenti, dan nilai apakah terjadi
napas spontan.
a) jika pernafasan normal (frekuensi 30-60 x/ menit), tidak ada tarikan
dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak
diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
b) Jika bayi belum bernafas atau nafas lemah, lanjutkan ventilasi sampai
setelah spontan terjadi.
8) Jika bayi mulai menangis, hentikan ventilasi dan amati nafas selama 5
menit setelah tangis berhenti:
24

a) Jika pernafasan normal (frekuensi 30-60 x/ menit), tidak ada tarikan


dinding dada dan suara merintih dalam 1 menit, resusitasi tidak
diperlukan. Lanjutkan dengan asuhan awal bayi baru lahir.
b) Jika frekuensi < 30 x / menit, lanjutkan ventilasi
c) Jika terjadi tarikan dinding dada yang kuat, ventilasi dengan oksigen,
jika tersedia. Rujuk ke kamar bayi atau tempat pelayanan yang dituju.
9) Jika nafas belum teratur setelah 20 menit ventilasi
a) Rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan yang dituju
b) Selama dirujuk jaga bayi tetap hangat dan berikan ventilasi jika
diperlukan
c) Jika tidak ada usaha bernafas, megap-megap atau tidak ada nafas
setelah 20 menit ventilasi, hentikan ventilasi, bayi baru lahir mati.
13
Berikan dukungan psikologis kepada keluarga.
d. Asuhan Pascaresusiasi yang berhasill
1) Hindadri kehilangan panas:
a) lakukan kontak kulit di dada ibu (metode kanguru), dan sellimuti bayi.
b) Letakkan di bawah radiant heater, jika tersedia.
2) Periksa bayi dan hitung nafas dalam semenit
a) jika bayi sianosis (biru) atau sukar bernafas (frekuensi < 30 atau > 60
x per menit, tarikan dinding dada ke dalam atau merintih) beri oksigen
lewat kateter hidung atau nasal prong.
3) Ukur suhu aksiler
a) jika suhu 36°C atau lebih, teruskan etode kanguru dan mulai
pemberian ASI.
b) Jika suhu < 36°C , lakukan penanganan hipotermia
4) Mendorong ibu mulai menyusui : bayi yang mendapat hipoglkemia
a) jika kekuatan mengisap baik, proses penyembuhan optimal.
b) Jika mengisap kurang baik, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat
pelayanan yang di tuju.
25

5) Lakukan pemantauan yang sering dalam 24 jam pertama. Jika sukar


bernafas kambuh, rujuk ke kamar bayi atau ke tempat pelayanan ang di
13
tuju.

D. Preeklamsia
1. Pengertian
Preeklamsia adalah keadaan dimana hipertensi disertai dengan
proteinuria, edema atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah
minggu ke 20 atau kadang-kadang timbul lebih awal bila terdapat perubahan
14
hidatidiformis yang luas pada vili dan korialis.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas
preeklamsia ringan, preeklamsia berat, eklamsia serta superimposed
hipertensi (ibu hamil yang sebelumnya kehamilannya sudah memiliki
hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan). Tanda dan gejala
yang terjadi serta tatalaksana yang dilakukan masing-masing penyakit diatas
4
tidak sama.
Kesimpulannya, preeklampsia mengacu pada kelompok gangguan
hipertensi terkait kehamilan. Preeklampsia ringan secara historis ditandai
dengan hipertensi dengan tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan atau
diastolik ≥ 90 mmHg, dipisahkan oleh periode 4- sampai 6 jam, dan
proteinuria dengan dipstick urin ≥ 1+ atau ≥ 300 mg per 24 jam, setelah
kehamilan 20 minggu. Tanda dan gejala dapat bertahan hingga 6-12 minggu
pascapersalinan. Kriteria diagnostik penyakit ini telah direvisi selama
dekade terakhir, sehingga edema tidak lagi diperlukan dan bahkan
proteinuria tanpa tingkat kreatinin yang memburuk kurang mendapat
14
perhatian dibandingkan dugaan sebelumnya.

2. Etiologi
Hingga saat ini penyebab preeklamsia belum dapat di pastikan. Ada
banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara
faktor-faktor yang ditemukan sering kali sudah ditentukan mana yang sebab
26

dan mana yang akibat. Dan sampai saat ini, apa yang menjadi penyebab
preeklampsia dan eklampsia belum diketahui, telah banyak teori yang
mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut, akan tetapi tidak
15
ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan.
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. secara
teoritik urutan gejala yang timbul pada preeklamsia ialah edema, hipertensi,
dan terakhir proteinuria. jadi bila gejala ini timbul tidak dalam urutan diatas,
4
dapat dianggap bukan preeklamsia.

3. Klasifikasi
Pembagian preeklampsia dibagi dalam golongan ringan dan berat,
berikut ini adalah penggolongannya:
Preeklampsia ringan adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan
atau edema setelah umur kehamilan 20 minggu atau segera setelah
kehamilan. Gejala ini dapat timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu
pada penyakit trofoblas, penyebab preeklampsia ringan belum diketahui
secara jelas, penyakit ini dianggap sebagai “maladaptation syndrome”
16
akibat vasospasme general dengan segala akibatnya.
Gejala preeklampsia ringan meliputi:
1. Kenaikan tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan
darah diastolik 90-110 mmHg
2. Proteinuria secara kuantitatif >0,3 gr/l dalam 24 jam
3. Edema pada pretibial, dinding abdomen, lumbosakral, wajah atau tangan
4. Tidak disertai dengan gangguan fungsi organ
Preeklampsia Berat Preeklampsia Berat adalah suatu komplikasi
kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg atau
lebih disertai proteinuria dan atau edema pada kehamilan 20 minggu atau
16
lebih.
Gejala klinis preeklampsia berat meliputi:
1. Tekanan darah sistolik >160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110
mmHg
27

2. Trombosit 3 gr/ liter/24 jam) atau positif 3 atau 4, pada pemeriksaan


kuantitatif bisa disertai dengan Oliguria (urine < 400 ml/24 jam)
3. Keluhan serebral, gangguan pengelihatan
4. Nyeri abdomen
5. Gangguan fungsi hati
16
6. Gangguan perkembangan Intrauterine.

4. Faktor Predisposisi
Setiap wanita hamil memiliki risiko untuk mengalami penyakit akibat
kehamilan, sedangkan wanita yang tidak hamil tidak memiliki risiko
tersebut. Menurut Sarwono (2006), faktor yang berhubungan dengan
terjadinya preeklampsia yaitu faktor usia dan paritas. Sedangkan
berdasarkan penelitian Rozikhan RS. Soewando Kendal pada tahun 2007
beberapa faktor yang memiliki hubungan dengan terjadinya preeklampsia
adalah faktor pengetahuan, usia, paritas, riwayat preeklampsia, genetik dan
pemeriksaan kehamilan (ANC). Walaupun penyebab preeklampsia belum
dapat dipastikan, namun beberapa faktor berikut ini memiliki hubungan
17
dengan terjadinya preeklampsia.
a. Umur
Usia sangat memengaruhi kehamilan, usia yang baik untuk hamil
berkisar antara 20-35 tahun. Pada usia tersebut alat reproduksi wanita
telah berkembang dan berfungsi secara maksimal. Sebaliknya pada
wanita dengan usia dibawah 20 tahun atau diatas 35 tahun kurang baik
untuk hamil. Karena kehamilan pada usia ini memiliki ini memiliki
resiko tinggi, seperti terjadinya keguguran atau kegagalan persalinan,
bahkan bisa menyebabkan kematian. Wanita yang usianya lebih tua
memiliki tingkat risiko komplikasi melahirkan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan yang lebih muda. Bagi wanita yang berusia diatas
35 tahun, selain fisik mulai melemah, juga kemungkinan munculnya
berbagai risiko gangguan kesehatan, seperti darah tinggi, diabetes, dan
18
berbagai penyakit lainnya termasuk preeklampsia.
28

b. Usia Kehamilan
Preeklampsia biasanya muncul setelah usia kehamilan 20 minggu.
Gejalanya adalah kenaikan tekanan darah. Jika terjadi di bawah 20
minggu, masih dikategorikan hipertensi kronis. Sebagian besar kasus
preeklampsia terjadi pada usia kehamilna > 37 minggu dan makin tua
19
kehamilan makin berisiko untuk terjadinya preeklampsia.
c. Pekerjaan
Ibu yang bekerja ketika hamil meningkatkan risiko terjadinya
preeklampsia. Wanita hamil yang bekerja perlu menggurangi stress
akibat kerja yang mereka alami. Kondisi di tempat kerja sangat rawan
memicu stress yang dapat mengakibatkan tekanan darah tinggi.
Preeklampsia terjadi jika tekanan darah wanita hamil naik sangat tinggi.
Akibatnya dapat terjadi komplikasi seperti terhambatnya aliran darah
serta memicu terjadinya eklampsia. Jika itu terjadi, ibu hamil dapat
20
mengalami kekejangan yang sangat berbahaya.
d. Paritas
Paritas merupakan jumlah persalinan yang pernah dialami ibu.
Banyaknya anak yang pernah dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi
kesehatan ibu.
Preeklampsia sering terjadi dalam kehamilan anak yang pertama,
apalagi berusia lebih dari 35 tahun dan jarang terjadi pada kehamilan
berikutnya, kecuali pada ibu yang mempunyai kelebihan berat badan,
diabetes mellitus dan hipertensi esensial atau kehamilan kembar. Kasus
preeklampsia yang paling banyak terjadi pada ibu yang melahirkan anak
pertama, dimana persalinan yang pertama biasanya mempunyai risiko
21
relatif tinggi dan akan menurun pada paritas 2 dan 3.
e. Riwayat Hipertensi
Wanita yang lebih tua, yang memperlihatkan peningkatan insiden
hipertensi kronik seiring dengan pertambahan usia, berisiko lebih besar
mengalami preeklampsia pada hipertensi kronik. Dengan demikian,
22
wanita di kedua ujung usia reproduksi dianggap lebih rentan.
29

f. Pendidikan
Tingkat pendidikan sangat memengaruhi bagaimana seseorang untuk
bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang
yang berpendidikan tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh
karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima
gagasan baru (Notoatmodjo,2003). Pendidikan yang rendah merupakan
salah satu masalah yang berpengaruh terhadap kunjungan ANC pada ibu
hamil. Demikian halnya dengan ibu yang berpendidikan tinggi akan
memeriksakan kehamilannya secara teratur demi menjaga keadaan
23
kesehatan dirinya dan anak dalam kandungannya.

5. Diagnosis
Diagnosis preeklamsi dapat ditegakan dari gambaran klinis, pemeriksaan
laboratorium dan riwayat. Dari hasil diagnosis, pre-eklamsia dapat
diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:
a. Preeklamsi ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Preeklampsia ringan ditandai dengan gejala meningkatnya tekanan
darah yang mendadak (sebelum hamil tekanan darah normal) ≥ 140/90
mmHg dan adanya protein urine (diketahui dari pemeriksaan
laboratorium kencing) +1 dan terjadi pada usia kehamilan di atas 20
24
minggu.
2) Oedema (pembengkakan) terutama tampak pada tungkai, muka
disebabkan ada penumpukan cairan yang berlebihan di sela-sela
25
jaringan tubuh.
b. Pre-eklamsi berat, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih. Menurut Destiana (2010),
apabila sudah terjadi keadaan preeklampsia berat (tekanan darah di
atas 160/110 mmHg) ibu bisa merasakan sakit kepala, nyeri ulu hati
atau penglihatan kabur.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter dalam 24 jam atau kualitatif +2 +3
3) Oligouria, yaitu jumkah urine < 500cc per 24 jam.
30

4) Adanya gangguan serebral, gangguan penglihatan, dan rasa nyeri di


epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.
6) Trombositopenia.
7) Gangguan fungsi hati.
8) Pertumbuhan janin terhambat.
26
9) Selain itu juga akan menemukan takikardia, takipnea, edema paru.

6. Patofisiologi
Dalam perjalanannya faktor-faktor di atas tidak berdiri sendiri, tetapi
kadang saling berkaitan dengan titik temunya pada invasi trofoblas dan
27
terjadinya iskemia plasenta.
Pada preeklamsia ada dua tahap perubahan yang mendasari
patogenesanya. Tahap pertama adalah: hipoksia plasenta yang terjadi karena
berkurangnya aliran darah dalam arteri spiralis. Hal ini terjadi karena
kegagalan invasi sel trofoblas pada dinding arteri spiralis pada awal
kehamilan dan awal trimester kedua kehamilan sehingga arteri spiralis tidak
dapat melebar dengan sempurna dengan akibat penurunan aliran darah
27
dalam ruangan intervilus diplasenta sehingga terjadilah hipoksia plasenta.
Hipoksia plasenta yang berkelanjutan ini akan membebaskan zat-zat
toksis seperti sitokin, radikal bebas dalam bentuk lipid peroksidase dalam
sirkulasi darah ibu, dan akan menyebabkan terjadinya stres oksidatif yaitu
suatu keadaan di mana radikal bebas jumlahnya lebih dominan
27
dibandingkan antioksidan.
Stres oksidatif pada tahap berikutnya bersama dengan zat toksis yang
beredar dapat merangsang terjadinya kerusakan pada sel endotel pembuluh
darah yang disebut disfungsi endotel yang dapat terjadi pada seluruh
permukaan endotel pembuluh darah pada organ-organ penderita
27
preeklampsia.
Pada disfungsi endotel terjadi ketidakseimbangan produksi zat-zat yang
bertindak sebagai vasodilator seperti prostasiklin dan nitrat oksida,
31

dibandingkan dengan vasokonstriktor seperti endotelium I, tromboksan, dan


angiotensin II sehingga akan terjadi vasokonstriksi yang luas dan terjadilah
27
hipertensi.

7. Komplikasi Preeklampsia
Komplikasi ibu dengan preeklampsia meliputi : cerebral vascular
accident, kardiopulmonari edema, retardasi pertumbuhan, kematian janin
28
intra uterine yang disebabkan oleh hipoksia dan premature. Komplikasi
preeklampsia yang lain adalah Ablatio retinae, gagal ginjal, perdarahan otak,
29
gagal jantung dan edema paru.

8. Penatalaksanaan Medis
a. Preeklamsi ringan
1) Istirahat di tempat tidur masih merupakan terapi utama untuk
penanganan preeklamsia.
2) Tidak perlu segera diberikan obat anti hipertensi atau obat lainnya,
tidak perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman
140-150/90-100 mmHg).
3) Pemberian luminal 1-2 x 30mg per hari bila tidak bisa tidur.
4) Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1x80mg per hari.
5) Bila tekanan darah tidak turun dianjurkan dirawat dan diberikan obat
anti hipertensi : metildopa 3x125mg per hari (maksimal 150 mg
perhari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg perhari, atau nifedipin retard 2-3
x 20 mg per hari.
6) Diet rendah garam dan diuretika tidak perlu.
7) Indikasi rawat jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah
rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali
berturut-turut, atau pasien menunjukkan preeklamsi berat.
8) Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai
preeklamsia berat.
9) Jika ada perbaikan lanjutkan rawat jalan.
32

10) Pengakhiran kehamilan ditunggu sampai usia kehamilan 40 minggu,


kecuali ditemukan pertumbuhan janin terlambat, gawat janin, solusio
plasenta, eklamsia, atau indikasi terminasi kehamilan lainnya.
11) Persalinan dalam preeklamsia ringan dapat dilakukan spontan atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala
4
2. b. Preeklamsi berat
1) Preeklamsi berat >37 minggu
2) Penderita di rawat inap
a) Istirahat.
b) Berikan diet rendah garam dan tinggi protein.
c) berikan suntikan magnesium sulfat 8g IM (4 g bokong kanan dan 4 g
bokong kiri
d) syarat pemberian MgSO4
(1) Refleks patella (+) diurese 100 cc dalam 4 jam yang lalu, respirasi
16 per menit dan harus tersedia antidotum
4
(2) infus dekstrosa 5% dan ringer laktat.

3) Persalinan dengan preeklamsia


a) Pada preeklampsia berat, persalinan harus terjadi dalam 24 jam.
b) Jika tetap diutamakan pervaginam, induksi di pertimbangkan jika
belum inpartu, pemetangan serviks dapat di lakukan dengan
misoprostol 20mcg pervaginam setiap 6 jam, jika tidak ada
kemajuan segera lakukan SC
c) Persingkat kala II dengan vakum atau forceps menurut Angsar D.M,
2010.
1. Indikasi mutlak persalinan dengan ekstraksi forsep adalah
a. Indikasi ibu : eklamsia, preeklamsia ,bu dengan penyakit jantung,
paru – paru, dan lain – lain
b. Indikasi janin : gawat janin
c. Indikasi waktu : kala II memanjang.
2. Syarat ekstraksi forsep
33

a. Janin harus dapat lahir pervaginam (tidak adat disproporsi


sevalopelvik)
b. Pembukaan serviks lengkap.
c. Kepala janin sudah cakap (mencapai letak = sudah terjadi
engagment)
d. Kepala janin harus dapat dipegang oleh forsep.
e. Janin hidup.
f. Ketuban sudah pecah atau dipecah.
3. Post partum dengan preeklamsia
a. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali terjadi perdaran
akibat atonia uteri.
b. Anti konvulsan diteruskan sampai 24 jam postpartum atau kejang
yang terakhir
c. Teruskan terapi hipertensi jika tekanan diastolik masih > 90
mmHg
31
d. Lakukan pemantauan jumlah urin.

E. Aplikasi Manejemen Asuhan kebidanan dengan Solusio


Plasenta 1. Data Subjektif
a. Umur
faktor yang menyebabkan solusio plasenta Lebih banyak dijumpai
pada multipara daripada primipara. beberapa penelitian menerangkan
bahwa makin tinggi paritas ibu makin kurang baik keadaan
4
endrometrium.
b. Keluhan utama
Pada ibu dengan solusio plasenta terdapat nyeri pada perut terus
2
menerus,perdarahan tampak keluar banyak berwarna kehitaman.
c. Riwayat kehamilan
Pada ibu dengan solusio plasenta biasanya terdapat riwayat solusio
2
plasenta hipertensi kronik dan preeklampsia pada kehamilan yang lalu.
34

d. Riwayat kesehatan ibu


Pada ibu dengan solusio plasenta biasanya terdapat riwayat darah
2
tinggi dan perokok

2. Data Objektif
a. Pemeriksaan umum
1) Untuk mengetahui keadaan umum ibu apakah normal atau tidak
Pada solusio plasenta tingkat ringan KU dan TTV ibu dan janin
masih baik, pada solusio plasenta tingkat sedang DJJ telah
menunjukan gawat janin, pada solusio plasenta tingkat berat DJJ
tidak terdengar bahkan ibu syok
2) Terdapat Takikardi pada nadi
Pada solusio plasenta tinggkat ringan perut sedikit tegang bagian-
bagian janin masih dapat dikenal, pada solusio plasenta tinggkat
ringan nyeri dan tegang pada saat dipalpasi, sulit menentukan
bagian-bagian janin ketika leopold, pada solusio plasenta tinggkat
berat fundus uteri lebih tinggi dari seharusnya.
3) Genitalia pada solusio plasenta tingkat ringan warna darah
kecoklatan jumlah darah kurang dari 250 ml pada solusio plasenta
tinggkat sedang perdarhan tampak keluar banyak jumlah darah
keluar lebih dari 250 ml, pada solusio plasenta tingkat berat
pengeluaran darah berwarna kehitaman jumlah darah yang keluar
2
telah mencapai 1000 ml

3. Analisa
G...P...A... usia... UK... minggu dengan solusio plasenta keadaan janin
fetal distress.
35

4. Penatalaksanaan
a. Terapi spesifik
1) Atasi syok
a) Infus larutan NS/RL untuk restorasi cairan, berikan 500 ml dalam
15 menit pertama dan 2 L dalam 2 jam pertama.
b) Berikan tranfusi dengan darah segar untuk memperbaiki faktor
pembekuan akibat koagulopati.
2) Atasi anemia
a) Darah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia
karena diamping mengandung butir-butir darah merah, juga
mengandung unsur pembekuan darah.
b) Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik tetapi pasien
masih dalam kondisi anemia berat, berikan packed cell.
b. Tindakan obstetrik
1) Seksio sesarea
SC dilakukan apabila
a) janin hidup dan pembukaan belum lengkap
b) janin hidup, gawat janin tetapi persalinan pervaginam tidak dapat
dilaksanakan dengan segera
c) janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalian
pervaginam dapat berlangsung dalam waktu yang singkat.
d) persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan penanggulangan
awal (stabilisasi dan tatalaksana komplikasi) dan segera lahirkan
bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk
menghentikan perdarhan
e) hematoma miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus.
f) observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan (koagulopati).5
2) Partus pervaginam
Partus pervaginam dilakukan apabila:
a) janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah
didasar panggul
36

b) janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm


c) amniotomi bila ketuban belum pecah kemudian percepat kala II
dengan ekstraksi forseps atau vakum
d) akukan amniotomi bila ketuban belum pecah kemudian akselerasi
dengan 5 unit oksitosin dalam dekstrose 5% atau RL, tetesan
diatur sesuai dengan kondisi kontraksi uterus

e) setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik


dalam waktu 24 jam, kecuali bila jumlah trombosit sangat rendah
(perbaikan baru terjadi dalam 2-4 hari kemudian.
BAB III
METODOLOGI

A. Metode
Dalam penulisan laporan tugas akhir ini, metode yang digunakan adalah
metode studi kasus. Metode yang dilakukan sebagai upaya pendekatan
manajemen kebidanan yaitu salah satu proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasi pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian atau tahapan
yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus dari klien. Studi
kasus adalah metode dengan memusatkan diri secara intensif terhadap suatu
objek tertentu, dengan mempelajari sebagai suatu kasus.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode yang bersifat mengumpulkan
suatu peristiwa atau gejala yang saat ini dialami pasien tertuju pada proses
pemecahan masalah melalui manajemen kebidanan yang meliputi tahap
pengkajian, interpretasi data, antisipasi masalah, tindakan segera atau
kolaborasi, rencana manajemen, pelaksanaan dan evaluasi.
Metode pendokumentasian yang penulis gunakan ialah dalam bentuk
SOAP. Metode ini membantu mengungkapkan suatu kasus atau kejadian
berdasarkan teori yang ditetapkan pada keadaan yang sebenarnya.
Pendokumentasian SOAP terdiri dari:
1. S (Subjektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang datanya berhasil diperoleh dari
hasil anamnesa (wawancara) pada Ny.P 43 tahun G3P2A0 dengan solusio
plasenta

2. O (Objektif)
Menggambarkan pendokumentasian yang diperoleh dari hasil
pemeriksaan fisik klien, hasil laboratorium dan hasil tes diagnostik yang
menjadi data fokus untuk mendukung pemberian asuhan.

37
38

3. A (Analisa)
Menggambarkan suatu identifikasi dari hasil data subjektif dan data
objektif yang didapat.

4. P (Penatalaksanaan)
Menggambarkan pendokumentasian tindakan yang diberikan kepada
klien sesuai dengan analisa. pada asuhan kebidanan Ny. P 43 tahun G3P2A0
dengan solusio plasenta.

B. Teknik Pengumpulan Data


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data pada penyusunan Laporan
Tugas Akhir ini adalah :
1. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan
data sebanyak mungkin yang ditujukan kepada klien dan keluarga yang
terlibat dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini secara lisan dari seseorang
atau sasaran penelitian, atau bercakap-cakap, berhadapan muka dengan
orang tersebut. Jadi data tersebut diperoleh langsung melalui suatu
pertemuan atau percakapan. pada LTA ini hal tersebut dilakukan pada Ny. P
43 tahun untuk mencari data mengenai biodata,keluhan klien, riwayat
kehamilan dan persalinan saat ini, riwayat kehamilan persalinan dan nifas
yang lalu, riwayat kesehatan klien dan keluarga, pola aktivitas, riwayat
psikososial,dan riwayat kontrasepsi.

2. Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan penunjang


Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang merupakan suatu
rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh data objektif klien
yang sebenarnya, yang dilakukan secara sistematis dan teliti sehingga
didapatkan hasil yang akurat. Pemeriksaan penunjang
39

3. Observasi
Observasi adalah prosedur yang berencana, yang antara lain meliputi
melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti. Observasi yaitu metode
pengumpulan data tentang perilaku manusia, dilakukan tanpa melakukan
interview kepada klien. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
sistematik terhadap gejala tampak yang dilaksanakan baik secara langsung
maupun tidak langsung yang ditujukan terhadap kondisi, reaksi dan tingkah
laku pasien yang ditangkap oleh panca indra. pada LTA ini hal tersebut
dilakukan pada Ny. P 43 tahun untuk mengamati mengenai kesejahteraan
ibu dan janin seperti keadaan umum, tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik
berupa detak jantung janin, HIS, perdarahan, dan kemajuan persalinan.

4. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu cara pengumpulan data secara tertulis dengan
cara mencari informasi dan memelajari catatan medis pasien dengan
mencatat data yang ada dan sudah didokumentasikan dalam catatan medis
pasien. Dilakukan dengan mecari informasi data yang ada dan mencatat data
yang berhubungan dengan perdarahan karena solusio plasenta melalui status
Ny. P maupun rekam medisnya.

5. Studi Literatur
Studi literatur adalah pengumpulan data yang diperoleh dari berbagai
informasi baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang telah
dikemukakan oleh berbagai ahli. Pengumpulan data yang diperoleh dari
berbagai informasi, baik berupa teori, generalisasi, maupun konsep yang
telah dikemukakan oleh berbagai ahli.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Hari/Tanggal : Rabu, 15 Maret 2017


Pukul : 08.10 WIB
Tempat : RSUD CIBINONG
Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
1. Identitas
Istri Suami
Nama : Ny. P Tn. H
Usia : 43 tahun 46 tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pekerjaan : IRT Buruh
Pendidikan : SD SMA
Alamat : Lajung rt 02/rw 05
2. Keluhan Utama
Ibu mengeluh nyeri perut pada bagian atas disertai mulas yang terus
menerus semakin kuat, keluar gumpalan darah berwana kehitaman sejak
pukul 04.30 WIB, belum keluar air-air dan ingin meneran.
3. Riwayat kehamilan saat ini
Ibu mengaku HPHT tanggal 25 juni 2016, TP tanggal 01 april 2017 saat
ini usia kehamilannya berdasarkan perhitungan ibu adalah 9 bulan.
gerakan janin masih dirasakan aktif. ANC dilakukan ibu secara rutin
selama kehamilan. ANC dilakukan sebanyak 8 kali.
4. Riwayat persalinan saat ini
Ibu datang kebidan pukul 05.00 wib dengan keluhan mules mules sejak
pukul 04.30 disertai keluar darah kehitaman dari daerah kemaluan sudah
mengganti diapers 2 kali, pada saat dibidan ibu dilakukan pemeriksaan

40
41

tanda-tanda vital (tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 82 x/menit,


0
respirasi20 x/menit suhu 36,7 c) keadaan janin (DJJ 120 x/menit ireguler)
dan pemeriksaan dalam (tampak pengeluaran gumpalan darah berwarna
kehitaman, portio tebal lunak pembukaan 4 cm ketuban positif teraba ubun
ubun kecil kanan depan hodge II molase 0) kemudian ibu dirujuk bidan ke
RSUD Cibinong dengan diagnosa DJJ ireguler. ibu mengaku mulesnya
terus menerus semakin kuat dan ingin meneran.
5. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu.
Anak pertama ibu lahir pada tahun 1992 jenis kelamin laki-laki lahir
spontan ditolong oleh paraji tidak ada penyulit berat lahir 3200 gram.
kemudian anak kedua ibu lahir pada tahun 2000 jenis kelamin perempuan
lahir spontan ditolong oleh paraji tidak ada penyulit berat lahir 2800 gram.
6. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga
Ibu tidak mempunyai penyakit darah tinggi, tidak ada keluarga yang
merokok dirumah.
7. Pola aktivitas
a. Pola nutrisi
Selama hamil ibu makan 3 kali sehari dengan lauk tempe, tahu,
daging ayam, ikan-ikanan,sayur mayur dan buah buahan seperti pepaya
pisang, jeruk, melon, apel. Minum sehari lebih dari 8 gelas air
putih/hari. terakhir ibu makan pukul 06.00 wib dengan bubur ayamdan
1 gelas teh manis
b. Pola eliminasi
Selama hamil ibu buang air kecil dirasakan sering lebih dari 6 kali
dan buang air besar 1 kali sehari. terakhir buang air kecil pukul 03.00
wib dan belum buang air besar
c. Pola istirahat
Selama hamil ibu tidur pada saat malam hari pukul 21.00-04.30 wib
(kurang lebih 7 jam) dan tidur siang 2 jam.
d. Aktifitas
42

Selama hamil ibu melakukan pekerjaan rumah tangga, seperti


mencuci, dan membereskan rumah serta mengurus cucu yang baru
berusia 40 hari. satu hari yang lalu ibu membantu acara syukuran
aqiqah cucunya.
8. Riwayat psikososial
Ibu dan keluarga cemas dengan kondisi ibu dan janinnya
9. Riwayat kontrasepsi
Ibu mengatakan menggunakan kb pil dan kb suntik secara bergantian
dengan jarak 2-3 tahun sampai dengan tahun 2015. Ibu berhenti
menggunakan kb karena merasa sudah tua dan tidak akan hamil lagi.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Tampak kesakitan
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 98x/menit
Respirasi :20 x/menit
o
Suhu : 36,3 C
2. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat Badan sekarang : 73 kg
b. Berat Badan Sebelum Hamil : 68 kg
c. Tinggi Badan : 160 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih,
b. Abdomen : Tidak ada bekas operasi, tegang pada perut ketika
dipalpasi, TFU 28 cm, Fundus bokong, teraba
punggung kanan (Puka). Bagian terendah janin teraba
bulat, keras dan melenting divergent 2/5 kandung
43

kemih penuh his 4 kali dalam 10 menit lamanya 40


detik DJJ 120 x/menit irreguler ( 12,10,8 ) .
c. Genetalia : Terdapat pengeluaran darah beserta gumpalan berwarna
merah kehitaman kurang lebih 200 ml portio tipis lunak
pembukaan 7 cm hodge II UUK kiri depan ketuban utuh.

d. Ekstermitas : Teraba dingin, Kuku merah muda tidak terdapat oedema


dan varices.

C. Analisa
Ny.P usia 43 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari, inpartu kala 1 fase
aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal distress.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
Melakukan imform consent
08.10 Melakukan pemasangan oksigen 3 liter
Colaborasi dengan dokter
08.15 Melakukan pemasangan infus RL 500 cc 20 tpm
08.25 Melakukan pengambilan darah untuk pemeriksaan lab

08.30 Melakukan pemasangan kateter dawer urine 100 cc

08.45 Melakukan pemeriksaan CTG Non reaktif
09.05 Melakukan observasi keadaan ibu dan janin serta kemajuan
persalinann dan TTV melalui partograf
09.10 Melakukan skin test ceftriaxone 0,1 cc
09.25 Melakukan inject ceftriaxone secara iv
09.45 Memindahkan ibu keruang Vk
44

Catatan Perkembangan
Pukul 10.15

A. Data Subjektif
Ibu mengeluh mulesnya semakin bertambah kuat dan ingin meneran, ibu
minum 1/2 gelas teh manis hangat.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Tampak kesakitan
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV
Tekanan Darah : 120/70 mmHg
Nadi : 105x/menit
Respirasi : 22 x/ menit
4. Pemeriksaan Fisik
Abdomen : DJJ 171 x/menit kandung kemih kosong His 4 x 10 menit
50 detik.
Genitalia : Tampak pengeluaran darah kehitaman pembukaan lengkap
(10 cm) Ubun-Ubun Kecil (UUK) hodge 3 molase 0
ketuban hijau terpasang kateter 50 cc.
ektermitas : Terpasang infus ditangan sebelah kanan dengan cairan RL
250 cc 20 tpm.

C. Analisa
Inpartu kala II janin tunggal hidup dengan fetal distress.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
10.15 Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan akan di
pimpin persalinan
10.16 Membantu ibu memilih posisi yang nyaman
45

10.17 Mendekatkan alat partus


Melepaskan selang kateter
10.17 Memimpin persalinan, kepala turun sampe hodge 4 bayi lahir
spontan tidak menangis tonus otot lemah jenis kelamin
perempuan pukul 10.30 WIB.

Melakukan pemotongan tali pusat bayi tidak dilakukan
IMD Meletakkan bayi ditempat datar hangat kering
Memberikan rangsangan taktil dengan tetap menjaga
kehangatan bayi
Melakukan isap lendir
Setelah melakukan JAIKA bayi menangis merintih
Memakaikan heatbox pada bayi dengan tekanan o2 0,3 liter
Memasangkan oksimeter spo2 monitor
10.30 Memeriksa janin kedua , tidak terdapat janin kedua
Memastikan oksigen tetap terpasang pada ibu

Catatan Perkembangan
Pukul 10.31 WIB

A. Data Subjektif
Ibu senang bayainya telah lahir, ibu khawatir bayinya tidak menangis, ibu
masih merasa mules.

B. Data Objektif
TFU Sepusat uterus teraba keras bundar kandung kemih kosong tampak
pengeluaran darah kehitaman dan tali pusat menjulur di depan vulva.

C. Analisa
Inpartu Kala III.
46

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
10.30 Memberitahu ibu akan disuntik oksitosin
10.31 Menyuntikakn oksitosin 10 iu di sepertiga paha luar secara IM
Menjepit dan memotong tali pusat
Melakukan penegangan tali pusat terkendali
10.36 Mengeluarkan plasenta secara dorsocranial, plasenta lahir spontan
pukul 10.36
Melakukan masase fundus uteri 15 detik
Melakukan cek kelengkapan plasenta → lengkap, palsenta tampak
tipis,terdapat cekungan dibagian maternal dan terdapat darah beku
dibelakang plasenta
10.37 Memeriksa laserasi pada jalan lahir → terdapat laserasi pada
mukosa vagina, kulit perineum dan otot perineum

Catatan Perkembangan
pukul 10.37 WIB

A. Data Subjektif
Ibu senang plasentanya sudah lahir.

B. Data Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV
a. Tekanan Darah : 140/80 mmHg
b. Nadi : 84 x/menit
c. Respirasi : 22 x/menit
0
d. Suhu : 36,3 C
47

4. Pemeriksaan Fisik
TFU 3 jari bawah pusat teraba keras dan globuler kandung kemih
kosong, terdapat luka jalan lahir pada mukosa vagina, kulit perineum dan
otot perineum serta terdapat pengeluaran darah 50 cc

C. Analisa
Inpartu kala IV dengan laserasi derajat II.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
10.38 Memberitahu ibu akan dilakukan penjahitan
Mengencerkan lidokain 20 mg dengan perbandingan 1:1 aquabides
2 ml
Menyuntikkan lidokain
10.40 Melakukan penjahitan dengan teknik satu-satu dan jelujur

Memeriksa kontraksi uterus uterus globuler kontraksi baik
Memeriksa perdarahan, perdarahan kurang lebih 50 cc

10.42 Melakukan pemeriksaaan TTV tekanan darah 140/80 mmhg, nadi
0
82 x/menit respirasi 21 x/menit suhu 36,8 c
Membersihkan ibu dan merapikan alat dekontaminasi sterilisasi
Memberitahu ibu untuk mobilisasi miring kanan kiri
10.47 Melengkapi patograf

Catatan Perkembangan
Pukul 12.47 WIB

A. Data Subjektif
Ibu sudah bisa miring kanan kiri dan duduk, makan terakhir pukul 12.00
dengan menu ayam goreng sayur sop dan tempe, ibu belum BAK.
48

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 160/80 mmHg
b. Nadi : 83 x/menit
c. Respirasi : 22 x/menit
d. Suhu : 36,40C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
b. payudara : Simetris, tampak bersih, kedua putting meonjol,
kolostrum sudah keluar
c. Abdomen : TFU 4 jari di bawah pusat, kontraksi keras atau
globuler, kandung kemih kosong
d. Genitalia : Tampak luka jahitan perineum, Lochea rubra,
warna merah kehitaman, pengeluaran darah ±10
CC.

C. Analisa
P3A0post partum 2 jam dengan preeklampsia ringan.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
12.45 Memberitahu hasil pemeriksaan
Kolaborasi dengan dokter spog
Memberitahu ibu akan di pasang kateter
Melakukan pemasangan kateter urine 100 cc
12.50 Mengganti cairan RL dengan MGSO4 40 % 4 gr dalam cairan
NaCl 100 cc 28 tpm
13.05 Melakukan observasi Tekanan darah, tekanan darah
49

150/80mmHg
13.10 Memberikan obat oral Dopamet 250 mg dan nifedipine 10 mg
13.25 Melakukan observasi Tekanan darah, tekanan darah 130/80
mmHg
13.30 Mengganti cairan MGSO4 40 % 4 gr dalam cairan NaCl 100 cc
dengan cairan RL
Mengantar ibu ke ruang nifas (Anggrek 2)

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Rabu, 15 Maret 2017
Waktu : Pukul 16.45 WIB
Tempat : Anggrek 2 RSUD Cibinong
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Sudah bisa duduk dan berjalan,Sudah makan nasi dengan sup ayam 1
porsi, teh manis 1 gelas dan ½ botol air putih 300 cc. Tidak ada pantangan
makan dan minum atau budaya dan kepercayaan setelah melahirkan. Sudah
mengganti pembalut 1 kali sejak melahirkan.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 130/70 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit
c. Respirasi : 21 x/menit
0
d. Suhu : 36,8 C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata :Konjungtiva merah muda, sclera putih
50

b. payudara : Simetris, tampak bersih, kedua putting meonjol,


kolostrum sudah keluar
c. Abdomen : TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi keras atau
globuler, kandung kemih kosong
d. Genitalia : Lochea rubra, warna merah kehitaman, pengeluaran
darah ±35cc.

C. Analisa
P3A0 post partum 6 jam keadaan ibu baik

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
16.50 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Menjelaskan proses involusi uterus kepada ibu
Memberitahukan ibu pentingnya mobilisasi bagi ibu nifas
16.52 Menganjurkan ibu untuk mengganti pembalut 3 x/hari atau pada
saat ibu sudah tidak merasa nyaman
Memberitahukan ibu untuk menjaga kebersihan diri pada bagian
payudara dengan mengganti pakaian dalam 1x/hari
Menganjurkan ibu untuk istirahat
16.55 Advice dokter ibu diberikan obat hemafort 250 mg 3x1/hari,
cefadroxil 500 mg 3x1/hari, Fe 60 mg 1x1/hari, vit A 200.000 iu
1x1/hari.
51

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 16 Maret 2017
Waktu : Pukul 16.45 WIB
Tempat : Anggrek 2 RSUD Cibinong
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Tidak ada keluhan, Sudah makan 1x dengan nasi, ayam sayur , minum 3 gelas
air putih,tidak ada pantangan. Sudah mandi 1x, sudah mengganti pembalut 1x,ibu
sudah minum obat Hemafort 250 mg 3x1/hari, Cefadroxil 500 mg 3x1/hari, Fe 60
mg 1x1/hari, Vit A 200.000 iu 1x1/hari, ibu sudah diperiksa dokter tadi pagi dan
dokter memperbolehkan ibu untuk pulang hari ini.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 130/70 mmHg
b. Nadi : 82 x/menit
c. Respirasi : 21 x/menit
0
d. Suhu : 36,8 C
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih.
b. payudara : Simetris, tampak bersih, kedua putting meNonjol,
kolostrum sudah keluar.
c. Abdomen : TFU 3 jari di bawah pusat, kontraksi keras atau
globuler, kandung kemih kosong.
d. Genitalia : Lochea rubra, warna merah kehitaman, pengeluaran
darah ±35 cc.
52

C. Analisa
P3A0 post partum 1 hari.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
16.55 Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu
Memberitahukan ibu vulva hygine yang benar
Memberitahukan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
Memberitahukan ibu agar istirahat (tidur) disaat bayi tertidur
Melakukan konseling mengenai nutrisi, eliminasi,pemberian ASI
Mengajari ibu mengenai tanda bahaya nifas
17.00 Memberitahukan ibu bahwa sudah diperbolehkan pulang
17.05 Mengingatkan ibu untuk meminum obat 3x1/harihemafort 250
mg, 3x1/hari cefadroxil 500 mg, 1x1/hari fe 60 mg, 1x1/hari vit
A 200.000 iu
Menjadwalkan kunjungan ulang tanggal 21/03/2017

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 21 Maret
Waktu : Pukul 13.00 WIB
Tempat : RSUD Cibinong
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Tidak ada keluhan, makan 3 kali sehari dengan daging telur sayur serta
buah-buahan, minum lebih dari 8 gelas sehari, menyusui bayinya tiap 2 jam
sekali, bayi menyusu kuat, menjemur bayi setiap pagi hari, BAK 5 kali sehari
BAB 1 kali sehari.
53

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 130/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Respirasi : 20 x/menit
0
d. Suhu : 36,5 c
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
b. payudara : Simetris, tampak bersih, kedua putting meonjol,
terdapat pengeluaran ASI
c. Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong
d. Genitalia : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada
pengeluaran cairan berbau, terdapat lokhea
sanguelenta berwarna kecoklatan, terdapat luka
perineum tampak kering bersih dan tidak berbau

C. Analisa
P3A0 post partum 6 hari keadaan ibu baik.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
13.20 Memberitahu hasil pemeriksaankepada ibu
13.25 Memberikan obat sesuai advice dokter, cefadroxil 2 x 500 mg,
laratadine 2 x 10 ml/gram, maltover 1x/hari (malam)
Melakukan konseling tentang nutrisi pada ibu nifas
Melakukan konseling tentang tanda bahaya ibu nifas
Memberitahukan ibu untuk tetap menyusui bayinya
setiap 2 jam
54

Menganjurkan ibu untuk istirahat tidur ketika bayi tertidur


13.30 Menjadwalkan kunjungan nifas tanggal 29 Maret 2017

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 29 Maret 2017
Waktu : Pukul 13.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. P
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Makan 3-4 x/hari dengan nasi, telur dan sayur, tidak ada pantangan
makan.Minum 8-9 gelas/hari dengan air putih, tidak ada pantangan
minum.BAB 1x/hari tidak ada keluhan, BAK 5-6 x/harI, Mengganti pembalut
4x/hari.. Sudah bisa melakukan pekerjaan rumah yang ringan seperti mencuci
piring dan menyapu, pekerjaan rumah lainnya,Menyusui bayi nya setiap 2
jam, bayi menyusu kuat.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan Darah : 120/70 mmHg
b. Nadi : 80 x/menit
c. Respirasi : 20 x/menit
0
d. Suhu : 36,5 c
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sclera putih
b. payudara : Simetris, tampak bersih, kedua putting meonjol,
terdapat pengeluaran ASI
c. Abdomen : TFU tidak teraba, kandung kemih kosong
55

d. Genitalia : vulva vagina tidak ada kelainan, tidak ada


pengeluaran cairan berbau, terdapat lokhea
sanguelenta berwarna kecoklatan, terdapat luka
perineum tampak kering bersih dan tidak berbau

C. Analisa
P3A0 post partum 2 minggu keadaan ibu baik.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
13.25 Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
keadaan ibu baik.
Mengingatkan ibu kembali mengenai kebutuhan nutrisi,
istirahat dan kebersihan kemaluannya.
Mengingatkan ibu kembali mengenai teknik menyusui yang
benar dan mengingatkan untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali
13.30 Mengingatkan ibu tanda bahaya masa nifas seperti pusing yang
hebat, demam, keluar cairan berbau dari vagina, bengkak di
wajah, tangan atau kaki, sakit kepala, kejang, nyeri atau panas
di daerah tungkai, payudara terasa panas dan bengkak, puting
lecet, depresi dan segera datang ke fasilitas kesehatan.
Melakukan penyuluhan tentang metode kontrasepsi. Setelah
dilakukan penyuluhan ibu mengerti dan ibu masih memilih kb
pil.
56

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


Hari/Tanggal : Rabu, 15 Maret 2017
Pukul : 10.30 WIB
Tempat : VK RSUD CIBINONG
Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Bayi lahir pukul 10.30 WIB jenis kelamin perempuan

B. Data Objektif
Bayi lahir spontan tidak menangis kuat warna kulit kebiruan tonus otot tidak
bergerak aktif napas megap-megap

C. Analisa
Neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan dengan asfiksia

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
10.30 Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa bayi membutuhkan
penangan segera
10.31 Melakukan pemotongan tali pusat
Meletakkan bayi ditempat datar hangat kering
Memberikan rangsangan taktil dengan tetap menjaga kehangatan
bayi
Melakukan isap lendir
Setelah melakukan JAIKA bayi menangis merintih
10.32 Memakaikan heatbox pada bayidengan tekanan o2 0,3 liter
10.33 Memasangkan oksimeter spo2 monitor
Melakukan observasi : spo2 99%, laju jantung 161 x/menit,
0
respirasi 54 x/menit, suhu 36,2 c.
57

Catatan Perkembangan
Pukul : 11.30 WIB

A. Data Subjektif
Bayi menangis merintih tonus otot baik.

B. Data Objektif
A. pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Lemah
b. tanda-tanda vital : Denyut jantung bayi 160 x/menit, Napas
0
72x/menit, suhu 36,7 c, spo2 98%
c. Antopometri : Lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 30 cm,
berat badan 2550 gram, panjang badan 48
cm
B. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Terpasang headbox Ubun-ubun datar,
tidak ada cekungan atau bagian yang
cembung
b. Mata : Mata simetris, konjungtiva merah muda,
sclera putih, refleks glabella ada (kedua
kelopak mata bergerak ketika diberikan
rangsangan sentuhan)
c. Hidung : Bersih, tidak ada napas cuping hidung
d. Mulut : Bibir kemerahan, tidak ada labioskizis,
labiopalatoskizis
e. Telinga : Simetris dengan sudut mata, daun telinga
elastis, lubang telinga bersih.
f. Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe dan tidak ada
massa
g. Bahu lengan dan : Bahu dan tangan simetris, jumlah jari
58

tangan lengkap, pergerakan aktif, tonus otot


baik, refleks palmar grap ada (bayi
mencoba menggenggam)
h. Dada : Dada simetris, putting menonjol, terdapat
retraksi dinding dada.
i. Abdomen : Bentuk perut membuncit, tali pusat
bersih, tidak ada perdarahan tali pusat,
tidak ada tanda-tanda infeksi seperti
(kemerahan dan berbau).
j. Genitalia : Tampak bersih, labia mayora menutupi
labia minora, terdapat lubang uretra dan
terdapat lubang vagina
k. Anus : Terdapat anus.
l. Punggung : Tidak ada benjolan atau cekungan
m. Kaki : Jumlah jari lengkap, tonus otot aktif,
pergerakan aktif, refleks Babinski ada
(telapak kaki bayi ketika diberi
rangsangan bergerak kearah depan),
refleks platar ada (jari-jari berusaha
untuk menggenggam ketika diberi
rangsangan), refleks moro ada (bayi
kaget ketika diberi rangsangan suara atau
getaran).
n. Kulit : Warna kulit kemerahan
o. APGAR : 5/9 (Appearance0, Pulse2, Grimace1, Activity1,
Respiration1)

C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam dengan asfiksia
sedang
59

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
11.35 Memberitahu hasil pemeriksaaan
Imform consent
11.36 Menyuntikkan vit k 0,5 cc di 1/3 paha kiri secara IM
Memberikan salf mata tetrasiklin 1 %
Menjaga kehangatan bayi
Melakukan observasi keadaan bayi : spo2 98%, laju jantung 148
0
x/menit, respirasi 50 x/menit, suhu 36,4 c
11.40 Mengantarkan bayi keruang Dahlia (Perinatologi)

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 15 Maret 2017
Waktu : Pukul 12.30 WIB
Tempat : Dahlia (Perinatologi) RSUD Cibinong
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Bayi masih menangis lemah tonus otot baik, bayi sudah BAB

B. Data Objektif
1. pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. tanda-tanda vital : Denyut jantung bayi 145 x/menit, Napas
0
70x/menit, suhu 36,6 c, spo2 98%
c. Dada :terdapat retraksi dinding dada

C. Analisa
Neonatus cukup bulan kecil masa kehamilan 2 jam dengan keadaan baik
60

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
12.35 Memberitahu hasil pemeriksaan
12.36 Meletakkan bayi kedalam inkubator
Memakaikan headbox pada bayi
Memasang saturasi
Melakukan observasi : spo 2 98 % laju jantung 152 x/menit
0
respirasi 48 x/menit suhu 36,9 c
12.40 Mengganti diapers bayi terdapat mekonium
Menjaga kehangatan bayi

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 15 Maret 2017
Waktu : Pukul 16.30 WIB
Tempat : Dahlia (Perinatologi) RSUD Cibinong
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Bayi menangis kuat tonus otot aktif, bayi sudah menyusu

B. Data Objektif
1. pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. tanda-tanda vital : Denyut jantung bayi 148 x/menit, Napas
50x/menit, suhu 36,90c.
c. Dada : tidak terdapat retraksi dinding dada

C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan. 6 jam dengan keadaan baik
61

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
16.35 Memberitahu hasil pemeriksaan
Mengajarkan ibu teknik menyusui yang benar
Menganjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dengan ASI
16.40 Mengganti diapers bayi tampak urine 15 cc
Melakukan observasi : laju jantung 148 x/menit, respirasi 51
0
x/menit, suhu 36,9 c.
Tetap menjaga kehangatan bayi

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Kamis, 16 Maret 2017
Waktu : Pukul 14.00 WIB
Tempat : Dahlia (Perinatologi) RSUD Cibinong
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
bayi menangis kuat tonus otot baik,bayi sudah menyusu 4 kali, BAK 3 kali
BAB 1 kali.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : tampak proposional, tonus otot baik,warna
kulit kemerahan
b. tanda-tanda vital : laju jantung 145 x/menit, respirasi
0
47x/menit, suhu 36,8 c\
c. Dada : tidak ada retraksi dinding dada

C. Analisa
62

Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 hari dengan keadaan
baik.
D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
14.10 Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
keadaan bayinya baik
14.15 Mengingatkan kembali ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam
sekali atau apabila bayi menangis dan mengingatkan ibu cara
dan posisi menyusui yang benar
Mengingatkan ibu untuk melakukan pemberian ASI esklusif
pada bayi yaitu memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan dan mengajarkan cara menyusui yang baik dan benar.
14.20 Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir
seperti bayi tidak dapat menyusu, napas cepat lebih dari
60x/menit, merintih, tarikan dinding dada kebawah, kulit
kebiruan, kejang. Ibu mengerti dan apabila terjadi tanda bahaya
pada bayi, ibu dan keluarga untuk segera memberitahu bidan
atau fasilitas kesehatan
14.30 Memberitahu ibu tentang perawatan tali pusat
Memberitahukan ibu bahwa sudah diperbolehkan pulang
Menjadwalkan kunjungan ulang tanggal 21-03-2017

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 21 Maret 2017
Waktu : Pukul 13.00 WIB
Tempat : Poli Kandungan RSUD Cibinong
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayi bergerak aktif, bayi menyusu kuat.Ibu hari ini sudah
menyusui bayinya sebanyak 7-8 kali.Bayi sudah BAK 5-6 kali dan BAB 2
63

kali, bayi sudah dilakukan imunisasi HB0 pada hari senin taggal 20 maret
2017 dibidan, tidak ada keluhan.
B. Data Objektif
1. pemeriksaan umum
a. Keadaan Umum : tampak proposional
b. tanda-tanda vital : Denyut jantung bayi 143 x/menit, Napas 45
0
x/menit, suhu 36,7 c
c. Antopometri : berat badan 2600 gram, panjang badan 48
cm
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Ubun-ubun datar, tidak ada cekungan
atau bagian yang cembung
b. Mata : Mata simetris, konjungtiva merah muda,
sclera putih, refleks glabella ada (kedua
kelopak mata bergerak ketika diberikan
rangsangan sentuhan)
c. Hidung : Bersih, tidak ada napas cuping hidung
d. Mulut : Bibir kemerahan, tidak ada labioskizis,
labiopalatoskizis
e. Telinga : Simetris dengan sudut mata, daun telinga
elastis, lubang telinga bersih.
f. Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe dan tidak ada
massa
g. Bahu lengan dan : Bahu dan tangan simetris, jumlah jari
tangan lengkap, pergerakan aktif, tonus otot
baik, refleks palmar grap ada (bayi
mencoba menggenggam)
h. Dada : Dada simetris, putting menonjol, tidak
terdapat retraksi dada.
i. Abdomen : Bentuk perut membuncit, tali pusat sudah
64

puput, tidak ada tanda-tanda infeksi pada


pusar
j. Genitalia : Tampak bersih, labia mayora menutupi
labia minora, terdapat lubang uretra dan
terdapat lubang vagina
k. Anus : Terdapat anus.
l. Punggung : Tidak ada benjolan atau cekungan
m. Kaki : Jumlah jari lengkap, tonus otot aktif,
pergerakan aktif, refleks Babinski ada
(telapak kaki bayi ketika diberi
rangsangan bergerak kearah depan),
refleks platar ada (jari-jari berusaha
untuk menggenggam ketika diberi
rangsangan), refleks moro ada (bayi
kaget ketika diberi rangsangan suara atau
getaran).
n. Kulit : Warna kulit kemerahan

C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari dengan keadaan
baik.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
13.10 Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
keadaan bayinya baik
Mengingatkan ibu untuk melakukan pemberian ASI esklusif
pada bayi yaitu memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan dan mengajarkan cara menyusui yang baik dan benar.
13.20 Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir
seperti bayi tidak dapat menyusu, napas cepat lebih dari
65

60x/menit, merintih, tarikan dinding dada kebawah, kulit


kebiruan, kejang. Ibu mengerti dan apabila terjadi tanda
bahaya pada bayi, ibu dan keluarga untuk segera memberitahu
bidan atau fasilitas kesehatan
13.25 Memberikan penyuluhan tentang imunisasi dasar kepada ibu

Catatan Perkembangan
Hari/Tanggal Pemeriksaan : Selasa, 29 Maret 2017
Waktu : Pukul 13.00 WIB
Tempat : Rumah Ny. P
Nama Pengkaji : Dwi Destyawati

A. Data Subjektif
Ibu mengatakan bayi bergerak aktif, bayi menyusu kuat.Ibu hari ini sudah
menyusui bayinya sebanyak 7-8 kali.Bayi sudah BAK 5-6 kali dan BAB 2
kali, tidak ada keluhan.

B. Data Objektif
1. Pemeriksaan umum
b. Keadaan Umum : Baik
c. tanda-tanda vital : Denyut jantung bayi 148 x/menit, Napas
0
45x/menit, suhu 36,7 c
d. Antopometri : berat badan 2700 gram, panjang badan 48
3. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Ubun-ubun datar, tidak ada
cekungan atau bagian yang cembung
b. Mata : Mata simetris, konjungtiva merah muda,
sclera putih, refleks glabella ada (kedua
kelopak mata bergerak ketika diberikan
rangsangan sentuhan)
c. Hidung : Bersih, tidak ada napas cuping hidung
66

d. Mulut : Bibir kemerahan, tidak ada labioskizis,


labiopalatoskizis
e. Telinga : Simetris dengan sudut mata, daun telinga
elastis, lubang telinga bersih.
f. Leher : Tidak ada pembengkakan pada kelenjar
tiroid dan kelenjar limfe dan tidak ada
massa
g. Bahu lengan dan : Bahu dan tangan simetris, jumlah jari
tangan lengkap, pergerakan aktif, tonus otot
baik, refleks palmar grap ada (bayi
mencoba menggenggam)
h. Dada : Dada simetris, putting menonjol, tidak
terdapat retraksi dada.
i. Abdomen : Bentuk perut membuncit, tidak ada
tanda-tanda infeksi seperti (kemerahan
dan berbau).
j. Genitalia : Tampak bersih, labia mayora menutupi
labia minora, terdapat lubang uretra dan
terdapat lubang vagina
k. Anus : Terdapat anus.
l. Punggung : Tidak ada benjolan atau cekungan
m. Kaki : Jumlah jari lengkap, tonus otot aktif,
pergerakan aktif, refleks Babinski ada
(telapak kaki bayi ketika diberi
rangsangan bergerak kearah depan),
refleks platar ada (jari-jari berusaha
untuk menggenggam ketika diberi
rangsangan), refleks moro ada (bayi
kaget ketika diberi rangsangan suara atau
getaran).
n. Kulit : Warna kulit kemerahan
67

C. Analisa
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan 2 minggu dengan keadaan
baik.

D. Penatalaksanaan
Pukul Kegiatan
13.10 Memberitahu hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa
keadaan bayinya baik
Mengingatkan ibu untuk melakukan pemberian ASI esklusif
pada bayi yaitu memberikan ASI saja sampai bayi berusia 6
bulan dan mengajarkan cara menyusui yang baik dan benar.
13.20 Mengingatkan kembali ibu tentang tanda bahaya bayi baru lahir
seperti bayi tidak dapat menyusu, napas cepat lebih dari
60x/menit, merintih, tarikan dinding dada kebawah, kulit
kebiruan, kejang. Ibu mengerti dan apabila terjadi tanda bahaya
pada bayi, ibu dan keluarga untuk segera memberitahu bidan
atau fasilitas kesehatan
Memberikan penyuluhan tentang imunisasi dasar kepada ibu
13.30 Mengingatkan ibu untuk membawa bayinya ke posyandu
ataupun ke puskesmas untuk imunisasi pada saat usia bayi 1
bulan untuk imunisasi BCG dan polio 1
BAB V
PEMBAHASAN

A. Data Subjektif
Berdasarkan data subjektif pada kasus Ny. P usia 43 tahun G3P2A0
dengan solusio plasenta, ibu datang dengan rujukan dari bidan dengan
diagnosa perdarahan dan DJJ ireguler. ibu mengeluh mules-mules sejak pukul
04.30 WIB, nyeri perut bagian bawah disertai keluar gumpalan darah
berwarna kehitaman tetapi belum keluar air-air, nyeri perut terus menerus.
Menurut teori, tanda dan gejala pada solusio plasenta antara lain adalah rasa
nyeri pada perut terus menerus, perdarahan tampak keluar lebih banyak
2
berwarna kehitaman.
Dilihat dari identitas, ibu berusia 43 tahun dan kini ibu melahirkan anak
ketiga. menerut teori, faktor resiko solusio plasenta salah satunya adalah usia
3
ibu yang tua dan multiparitas.
Berdasarkan hasil anamnesa yang di peroleh pada 2-6 jam postpartum di
dapatkan data ibu masih merasakan lemas setelah melahirkan. Pada kasus ini
tidak ditemukan tanda-tanda perdarahan postpartum.
Berdasarkan data yang diperoleh pada hari pertama di dapatkan data ibu
dalam keadaan baik dan tidak ada keluhan setelah diperiksa dokter ibu
diperbolehkan untuk pulang.. pada kasus ini tidak ditemukan tanda-tanda
komplikasi yang terjadi pada saat masa nifas.
Berdasarkan data yang diperoleh By Ny. P lahir spontan tidak menangis,
tonus otot lemah, warna kulit kebiruan. Menurut teori, Asfiksia neonatorum
merupakan suatu keadaan pada bayi baru lahir yang mengalami gagal
bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, sehingga bayi tidak
dapat memasukan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat asam arang dari
29
tubuhnya.
menurut teori , Factor ibu yang meliputi preeklamsia dan eklamsia,
perdarahan abnormal yang disebabkan karena plasenta previa atau solusio

68
69

plasenta, partus lama atau partus macet, demam selama persalinan, infeksi
berat (malaria,sifilis,TBC,HIV), kehamilan post matur, usia ibu kurang dari
10
20 tahun atau lebih dari 35 tahun. pada kasus ini faktor ibu mengalami
solusio plasenta yang dapat menyebabkan gangguan pertukaran gas (oksigen
6
dan zat asam arang).
Berdasarkan data yang diperoleh pada 1 jam - 2 jam pertama, Bayi
menangis merintih tonus otot baik, terakhir bayi sudah BAB. menurut teori,
tanda dan gejala pada bayi asfiksia yang sering muncul adalah salah satunya
6
bayi tamapk menangis merintih.

B. Data Objektif
Berdasarkan data objektif yang didapatkan melalui hasil pemeriksaan fisik
keadaan umum ibu tampak kesakitan. terdapat tegang pada perut ketika
dipalpasi, bagian-bagian janin masih teraba, DJJ 120x/menit ireguler his 4 x
dalam 10 menit lamanya 40 detik, terdapat pengeluaran darah kehitaman pada
jalan lahir sebanyak 200 ml, bagian ekstremitas teraba dingin. Menerut teori,
tanda dan gejala pada solusio plasenta sudah jelas seperti rasa nyeri pada
perut terus menerus, denyut jantung janin biasanya telah menunjukan gawat
janin, perdarahan tampak keluar lebih banyak kurang dari 250 ml, takikardia,
2
kulit dingin dan berkeringat, nyeri dan tegang pada perut ketika dipalpasi.
pada kala II tampak perburukan pada keadaan ibu dan janin diman pada
kasus ini didapat adanya takikardi pada nadi ibu 105x/menit dan DJJ
171x/menit,tampak pengeluaran darah berwarna kehitaman 100 ml, pada
Kasus ini total perdarahan pada ibu adalah > 300 ml. pembukaan sudah
lengkap kepala janin sudah berada di hodge III. berdasarkan teori, bila ada
perburukan (perdarahan berlangsung terus, gejala plasenta makin lama makin
jelas) maka kehamilan harus segera diakhiri. (marternity.2014) pada kasus ini
solusio plasenta menunjukan bahwa kondisi janin mengalami gawat janin.
Menurut teori, komplikasi yang akan terjadi pada janin salah satunya
4
terjadinya fetal distress.
70

pada kala III didapatkan pemeriksaan fisik plasenta lahir spontan, lengkap,
plasenta tampak tipis,terdapat cekungan dibagian maternal dan terdapat darah
beku dibelakang plasenta. menurut teori, tanda solusio plasenta pada plasenta
biasanya, plasenta tampak tipis dan cekung dibagian yang terlepas (kreater)
dan terdapat koagulum atau darah beku yang biasanya menempel dibelakang
4
plasenta, yang disebut hematoma retroplacenter.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada 2 jam postpartum di
dapatkan bahwa keadaan umum ibu baik, tekanan darah ibu 160/80 mmHg.
berdasarkan teori, Preeklampsia ringan ditandai dengan gejala meningkatnya
24
tekanan darah yang mendadak ≥ 140/90 mmHg.
Bayi lahir spontan tidak menangis kuat warna kulit kebiruan tonus otot tidak
bergerak aktif napas megap-megap Berdasarkan hasil pemeriksaan yang
dilakukan keadaan umum bayi lemah, tanda tanda vital bayi spo2 99%, laju
0
jantung 161 x/menit, respirasi 54 x/menit, suhu 36,5 c, APGAR 4-6.. menurut
teori, Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernafas
7
dengan segera, secara spontan dan teratur setelah lahir. pada pemeriksaan fisik
terlihat frekuensi jantung >100x permenit, tonus otot kurang baik atau baik,
refleks iritabilitas tidak ada. ini merupakan ciri pada asfiksia sedang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang diperoleh pada 1 jam keadaan umum
0
bayi lemah Denyut jantung bayi 160 x/menit, Napas 72 x/menit, suhu 36,7 c,
spo2 98% pada pemeriksaan fisik terdapat retraksi dinding dada
Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan pada 2 jam keadaan umum
0
bayi baik Denyut jantung bayi 145 x/menit, Napas 70 x/menit, suhu 36,6 c,
spo2 98% pada pemeriksaan fisik terdapat retraksi dinding dada.

C. Analisa
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang telah diperoleh pada kasus ini
dapat ditegakkan Inpartu Kala II adanya komplikasi yang terjadi pada ibu
yaitu terjadi solusio plasenta. Analisa selanjutnya setelah pembukaan lengkap
maka berubah menjadi Inpartu Kala II dengan solusio plasenta keadaan janin
fetal distress. pada kasus ini ibu mengalami solusio plasenta sedang.
71

Dari data subjektif dan objektif yang diperoleh,pada post partum 2 jam
yaitu Ny. P 43 tahun P3A0 post partum 2 jam dengan preeklampsia ringan.
Pada post partum 6 jam sampai 2 minggu yaitu Ny. P 43 tahun P 3A0 keadaan
ibu baik.
Berdasarkan data subjektif dan data objektif diperoleh pada bayi baru lahir
keadaan umum tonus otot lemah dan didapt analis neonatus cukup bulan
sesuai masa kehamilan dengan asfiksia dan berubah menjadi By. Ny.P
Neonatus Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan dengan baik.

D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus ini, pemasangan oksigen 3
liter pada ibu dikarenakan detak janin ireguler hal ini dilakukan agar suplai
oksigen kejanin tetap tercukupi, kemudian advice dokter: pemasangan infus
RL 500 cc 20 tpm hal ini dilakukan untuk memperbaiki keadaan umum ibu
dan untuk mencegah terjadinya syok, melakukan pengambilan darah hal ini
dilakukan untuk melihat kadar HB ibu, melakukan pemasangan kateter dawer
didapatkan urine 100 cc hal ini dilakukan karena kandung kemih ibu penuh,
melakukan pemeriksaan CTG hal ini dilakukan untuk memantau
kesejahteraan janin. Berdasarkan penatalaksanaan yng dilakukan ada
kesesuaian dengan teori yang diuraikan bahwa penanganan ketika masuk
segera dilakukan infus RL untuk stabilisasi keadaan ibu dan pemeriksaan
2
darah lengkap termasuk HB.
pada pukul 10.15 WIB penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus ini
adalah dengan persalinan normal. berdasarkan penatalaksanaan yang
dilakukan ada kesesuain dengan teori bahwa metode kelahiran pada kasus ini
bergantung kepada kondisi ibu serta janin. partus pervaginam dilakukan pada
3
kondisi, derajat pemisahan plasenta sedikit serta hasil CTG reassuring.
Berdasarkan data subjektif dan objektif penatalaksanaan yang dilakukan
pada 2 jam postpartum melakukan penangan sesuai advice dokter dan protap
rsud cibinong. Melakukan pemasangan kateter didapat urine 100 cc hal ini
dilakukan sebagai syarat untuk diberikannya MGSO4,, Mengganti cairan RL
72

dengan MGSO4 40 % 4 gr dalam cairan NaCl 100 cc 28 tpm hal ini


dilakukan untuk meneurunkan tekanan darah ibu , Memberikan obat oral
Dopamet 250 mg dan nifedipine 10 mg, Mengganti cairan MGSO4 40 % 4 gr
dalam cairan NaCl 100 cc dengan cairan RL sesuai advice dokter. menurut
teori penatalaksanaan yang pada preeklampsia ringan adalah istirahat
ditempat tidur, memeriksa tekanan darah tiap 4 jam, tidak perlu diberikan
obat anti hipertensi atau obat lainnya. pada kasus ini didapatkan ketidak
sesuain dengan teori.
berdasarkan hasil subjektif dan objektif penatalaksanaan yang dilakukan
pada jam pertam, dilakukannya tindakan awal resusitasi yaitu JAIKA
keadaan bayi menangis merintih tonus otot lemah. menurut teori, penanganan
umum yang dilakukan yang pertama keringkan bayi, ganti kain yang basah
dengan pakaian hangat-kering, letakkan bayi ditempat yang keras dan
10
hangat. Resusitasi yang efektif dapat merangsang pernapasan awal dan
mencegah asfiksia progresif. Resusitasi bertujuan memberikan ventilasi yang
adekuat, pemberian oksigen dan curah jantung yang cukup untuk
10
menyalurkan oksigen kepada otak, jantung dan alat – alat vital lainnya.
penatalaksanaan selanjutnya Memakaikan heatbox pada bayi dengan
tekanan o2 0,3 liter ,untuk membantu pernapasan bayi kemudian

Memasangkan oksimeter spo2 monitor untuk terus memantau TTV bayi


pasca asfiksia. menurut teori, asuhan pasca resusitasi adalah hindari
kehilangan panas dengan kontak kulit dengan dada ibu dan selimuti bayi,
periksa bayi dan hitung nafas dalam semenit jika bayi sianosisatau sukar
bernafas (frekuensi <30 atau >60 kali/menit, tarikan dinding dada kedalam
atau merintih) berikan oksigen lewat kateter hidung atau nasal prong. pada
kasus ini tidak ditemukan kesenjangan dan sesuai dengan teori.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan kebidanan pada Ny. P usia 43 tahun dengan
solusio plasenta berupa pengumpulan data subjektif, pemeriksaan fisik dan
data penunjang untuk memperoleh data objektif, menentukan analisa untuk
mengetahui masalah yang terjadi pada pasien serta penatalaksanaan yang telah
diberikan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Data Subjektif
Berdasarkan data anamnesa Ny. P 43 tahun mulai mengeluh mules-mules
sejak pukul 04.30 WIB beserta keluar darah berwarna kehitaman tetapi
belum keluar air-air dari kemaluanya. Pukul 05.00 WIB ibu dibawah
keluarga kebidan untuk memeriksakan kehamilannya setelah dilakukan
pemeriksaan oleh bidan ibu dirujuk ke RSUD Cibonong atas diagnosa
perdarahan dan DJJ ireguler. ibu datang ke RSUD Cibinong mengeluh
mulesnya terus menerus yang semakin lama semakin kuat disertai
perdarahan
2. Data Objektif
Berdasarkan pemeriksaan di dapatkan tegang pada perut ketika dipalpasi,
TFU ibu 28 cm, difundus teraba bokong, punggung kanan, bagian terendah
kepala, DJJ 120 x/menit ireguler.kontraksi kuat 4x dalam 10 menit lamanya
40 detik. pada pemeriksaan genetalia tampak pengeluaran darah berwarna
kehitaman sebanyak 200 ml pembukaan 7 cm.
Berdasarkan hasil pemeriksaan di dapatkan pada kala II bahwa keadaan
umum ibu tampak kesakitan terdapat takikardi 105x/menit Pada pemeriksaan
genetalia pembukaan sudah lengkap (10 cm) dan ibu siap untuk dipimpin
persalinan. Pukul 10.30 WIB bayi lahir spontan, tidak menangis, tonus otot
lemah, jenis kelamin perempuan. Pada kala III plasenta
lahir lengkap, plasenta tampak tipis, terdapat cekungan

73
74

dibagian maternal dan terdapat darah beku dibelakang plasenta dan


berlangsung selama 5 menit, terdapat laserasi pada perineum, perdarahan ±
100 cc.
3. Analisa
Dari data subjektif dan objektif yang diperoleh, maka dapat ditegakkan
analisa persalinanya Ny.P usia 43 tahun G3P2A0 hamil 37 minggu 5 hari,
inpartu kala 1 fase aktif dengan solusio plasenta dengan keadaan janin fetal
distress, selanjutnya inpartu kala II janin tunggal hidup dengan fetal disterss
4. Penatalaksanaan
Berdasarkan data subjektif dan objektif yang didapatkan pada kasus
solusio plasenta ini penatalaksanaan yang dilakukan yaitu pemberian
oksigen 3 liter, melakukan infus RL 500 cc 20 tpm, melakukan pengambilan
darah, diberikannya inject ceftriaxone dan dilakukannya CTG. pada kasus
ini dilakukannya persalinan pervaginam.
5. Faktor Penunjang dan Penghambat
Faktor penunjang yang didapat adalah kemudahan informasi dan data
yang dibutukan penulis baik dari Ny. P maupun dari pihak keluarga dan
penulis tidak menemukan hambatan yang bermakna sehingga asuhan dapat
dilakukan dengan baik.
B. Saran
Saran yang diberikan ditujukan untuk
: 1. Lahan Praktik
Mempertahankan kualitas agar masyarakat tetap mempercayai kinerja
dari RSUD Cibinong yang telah sesuai standar.
2. Bidan
Bidan dapat mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh dari berbagai
pengalaman untuk memberikan asuhan kebidanan yang sesuai dengan
kewenangannya.
3. Klien dan Keluarga
Klien dan keluarga mampu memahami tentang tanda bahaya pada
kehamilan, masa nifas, bayi baru lahir, pemberian ASI ekslusif dan
75

merencanakan metode kontrasepsi yang akan digunakan untuk menunda


kehamilannya. Sebaiknya menggunakan KB jangka panjang seperti IUD
atau MOW.
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, Sarwono. 2013. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo
2. Tanto, Chris, dkk. 2014. Kapeta Selekta Kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius
3. Maternity, Dainty, dkk. 2014. Asuhan Kebidanan Patologis. Tanggerang
Selatan: Binarupa Aksara Publisher
4. Indriyani.2011. Buku Ajar Kebidanan. Jakarta. Trans Info Medika
5. Dewi, Vivian Nanny Lia. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: Salemba Medika
6. Rachman, M. 2000. Penatalaksanaan dalam Ilmu Kebidanan dan Bayi Baru
Lahir. Jakarta: Salemba
7. Drew, David. 2009. Resusitasi Bayi Baru Lahir. Jakarta:EGC
8. Depkes RI. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal. JNPK-KR:
Jakarta.
9. Saifuddin, AB. 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono
10. Aminullah, A. 2002. Asfiksia Neonatorum Dalam Kebidanan. Jakarta: Bina
Pustaka Sarwono Prawirahardjo
11. Saifuddin, Abdul Bari, dkk. 2009. Buku Acuan Nasional Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirahardjo
12. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatal Esensial. 2011. Jakarta:
Kementrian Kesehatan
13. Turner, Judi. 2010. Diagnosis and management of pre-eclampsia: an update.
International Journal of Women’s Health, Vol 2 No.327
14. Chapman, V, 2006. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran. Jakarta:
EGC.
15. Rukiyah, Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : TIM
16. Winkjosastro, H., 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
17. Gunawan S, 2010. Reproduksi Kehamilan dan Persalinan: CV Graha.
18. Dollar, 2008. Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan Kejadian
Preeklamsia atau Eklamsia di RSUD dr. Pirngadi Medan Tahun 2006-
2007. Skripsi FKM USU
19. Newburn, M. 2003. Bekerja Saat Hamil Perbesar Resiko Preeklampsia
20. Geoffrey, 1994. Weigh Gain in Pregnancy, Fundamental of Obstetrics and
th
Gynecology, 6 edition.
21. Cunningham, Gary, dkk. 2006. Obstetric William Vol 1 eds 21. Jakarta: ECG
22. Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka
Cipta: Jakarta.
23. Wibisono , 2009. Solusi Sehat Seputar Kehamilan. Jakarta : Agromedia.
24. Bandiyah, 2010. Kehamilan, Persalinan, Gangguan Kehamilan. Jakarta :
Nuha Medika
25. Destiana, 2010. Hamil Nyaman dan Aman di Atas 30 Tahun. Yogyakarta:
Media Pressindo.
26. Roeshadi, H., 2006. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka
Kematian Ibu pada Penderita Preeklamsia dan Eklamsia, Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatra Utara.
27. Maryunani, Anik. 2012 .Asuhan Kegawat Daruratan Dalam Kebidanan.
Jakarta: Trans Info Media
28. Vivian, Nanny, dkk. 2011. Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika
29. Moegni, Endy. 2013.Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
Kesehatan Dasar dan Rujukan
30. POGI. 2016. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Diagnosis dan Tata
Laksana Preeklampsia
31. Profil Kesehatan Jawa Barat 2012
Lampiran 3
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Topik : Penyuluhan Kesehatan pada Ibu Nifas


Subtopik : ASI Eksklusif
Hari/ tanggal : Kamis, 16 Maret 2017
Sasaran : Ny. P
Tempat : RSUD Cibinong
Penyuluh : Dwi Destyawati

I. Tujuan Umum
Setelah memperoleh penyuluhan, diharapkan ibu hamil dapat memahami
pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi dan dirinya sendiri.

II. Tujuan Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif, diharapkan ibu dapat:
1. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif.
2. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi.
3. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu.

III. Materi
Terlampir.

IV. Metode
1. Ceramah
2. Tanya
Jawab V. Media
1. Lembar Balik
VI. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian ASI Eksklusif?
2. Jelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Bayi?
3. Jelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Ibu?

VII. Daftar Pustaka


Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Saleha, siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika
Suherni, dkk . Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
Varney, Helen. 2004. Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC
ASI EKSKLUSIF

A. Pengertian ASI Eksklusif


ASI Eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau
pengasuh yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau
makanan padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau
obat. (WHO.2006)
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa diberi makanan
dan minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat
dan
vitamin. (DepKes.2003)

B. Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi


Pemberian ASI eksklusif pada bayi meliputi hal-hal berikut :
1. Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu ½ - 1 jam),
memberikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama),
2. Tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air tajin, air
teh, madu, pisang) kepada bayi sebelum diberikan ASI,
3. ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan
frekuensinya ( pagi, siang dan malam hari ) dan memberikan ASI saja sampai
bayi berusia 6 bulan.

C. Manfaat Pemberian ASI Ekslusif Bagi Bayi


1. ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi
a. Komposisi ASI pada satu ibu akan berbeda dengan komposisi ASI pada ibu
yang lain, karena disesuaikan dengan kebutuhan bayinya sendiri
b. Komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari
c. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas maupun
kuantitasnya
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
a. Bayi dapat membuat zat kekebalan tubuh sehingga mencapai kadar
protektif, yaitu saat usia 9 sampai 12 bulan
b. ASI dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru lahir, karena
mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai
penyakit infeksi dan alergi
3. ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan
a. Periode awal kehamilan s/d bayi berusia 12-18 bulan merupakan periode
pertumbuhan otak yang cepat
b. Gizi yang diberikan merupakan faktor terpenting dalam proses
pertumbuahn otak
c. ASI eksklusif dapat menjamin tercapainya pengembangan potensi
kecerdasan anak secara optimal
d. Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi, yang terdapat
dalam ASI namun sangat sedikit pada susu sapi, yaitu taurin, laktosa dan
asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega 3, omega 6)
4. ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak
a. Dengan memberikan ASI Eksklusif maka akan mempererat hubungan
antara ibu dan anak.

D. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Ibu


1. Mencegah Perdarahan
Menyusui bayi segera setelah lahir dapat mendorong terjadinya kontraksi
rahim dan mencegah terjadinya perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat
proses kembalinya rahim ke posisi semula.
2. Mengurangi Berat Badan
Menyusui juga dapat membantu ibu mengurangi berat badan. Sebagai
informasi ketika menyusui itu berarti sama dengan membakar kalori sebesar
200 hingga 500 kalori perhari. Jumlah kalori yang sama jika ibu berenang
selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam.
3. Mengurangi Resiko Terkena Kanker Payudara dan Kanker Rahim
Menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara. Diperkirakan
persentase pencegahannya mencapai 20%. Beberapa laporan juga
menyebutkan bahwa menyusui juga dapat membantu mengurangi resiko
terkena kanker indung telur dan kanker rahim.
4. Ungkapan Kasih Sayang
Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang yang nyata dari ibu kepada
bayinya. Hubungan batin anatar ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat
menyusui bayi menempel pada tubuh ibu. Bayi bisa mendengarkan detak
jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu.
5. Praktis dan Ekonomis
Selain komposisinya yang sempurna, asi juga sangat praktis dan ekonomis.
Sekarang harga susu formula cenderung terus meningkat, memberi asi dapat
mengurangi biaya untuk susu formula yang cukup tinggi. Selain itu asi sangat
praktis, ibu tidak perlu repot mencuci dan merebus botol pada masa
pemberian asi ekslusif, sehingga bisa menambah waktu istirahat bagi ibu,
khususnya di malam hari.
6. Sebagai Alat Kontrasepsi
Pemberian asi secara ekslusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi.
Walaupun ini hanya berlaku selama 4 bulan setelah melahirkan, dan dengan
catatan harus bersifat ekslusif. Hisapan bayi pada payudara ibu merangsang
hormon prolaktin. Hormon prolaktin dapat menghambat terjadinya
pematangan sel telur sehingga menunda kesuburan.
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TANDA BAHAYA NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas

Subpokok Bahasan : Tanda Bahaya pada Ibu Nifas

Hari tanggal : Senin, 21 Juni 2016

Sasaran : Ny.U

Tempat : Puskesmas Tanah Sareal

Penyuluh : Ghoziyah

I. Tujuan

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan peserta dapat mengetahui tanda bahaya
pada ibu nifas.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah melakukan penyuluhan, diharapkan peserta mampu :
1. Menjelaskan konsep nifas.
2. Mampu mengenali tanda-tanda bahaya ibu nifas.
3. Menegtahui penyebab infeksi pasca persalinan pada ibu nifas.
4. Menjelaskan penanganan tanda bahaya nifas.

II. Materi
Terlampir.

III. Metode
1. Konseling
2. Tanya Jawab
IV. Media
1. Buku KIA

V. Evaluasi
1. Sebutkan pengertian tanda bahaya ibu nifas ?
2. Sebutkan tanda-tanda bahaya pada ibu nifas ?
3. Jelaskan dua tanda bahaya nifas !
4. Jelaskan apa yang harus segera dilakukan jika terjadi tanda-tanda bahaya
pada ibu nifas ?

VI. Daftar pustaka


Gunawan, Nardho. 1994. Pedoman Penanganan Pertolongan Persalinan dan
Nifas bagi Petugas Puskesmas. Jakarta : Departemen Kesehatan RI
Bahiyatun.2009. Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta : EGC
Materi

TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

A. Pengertian

Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk


pulihnya kembali alt-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung
selama 6 minggu. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar
60% kematian ibu terjadi setelah melahirkandan hampir 50% dari kematian
pada masa nifas terjadipada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya
disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Komplikasi masa nifas
adalah keadaan abnormal pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya
kuman-kuman ke dalam alat genetalia pada waktu persalinan dan nifas.
Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu,
namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka
infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian mordibitas ibu.

B. Penyebab

Beberapa bakteri dapat meneyebabkan infeksi pascapersalinan. Misalnya


bakteri aerob dan anaerob, contohnya streptococcus haemolyyticus
aerobicus, stapylococcus aereus, escherichia coli, clostridium welchii.
Kuman-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah:
1. Streptococcus haemolyyticus aerobicus
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan
dari penderita lain, alat-alat yangtidak suci hama, tangan penolong, dan
sebagainya.
2. Stapylococcus aereus
Masuk secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
3. Escherichia coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan
infeksi terbatas.
4. clostridium welchi
Kuman anaerobik yang sangat berbahaya, sering ditemukan pada abortus
kriminalis dan partus yang ditolongdukun dari luar rumah sakit

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi angka kematian


ibu (AKI). Infeksi alat genital merupakan komplikasi masa nifas. Infeksi
yang meluas ke saluran urinari payudara dan pemebedahan merupakan
penyebab terajdinya AKI tinggi. Gejala umum infeksi dapat dilihat dari suhu
pembengkakan takikardia dan malaise. Gejala lokalnya berupa uterus
lembek., kemerahan, rasa anyeri pada payudara, atau adanya disuria.

Tanda-tanda bahaya nifas

Tanda-tanda bahaya nifas adalah tanda bahaya yang diperlihatkan oleh ibu
setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan komplikasi dan diwajibkan ibu
untuk segera dibawa oleh keluarga atau orang yang mengetahui kejadian itu ke
petugas kesehatan terdekat seperti ke bidan, perawat, dokter, Puskesmas, dan
Rumah Sakit.

Tanda-tanda bahaya ibu nifas yaitu :

1. Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin


didefinisikan sebagai peradrahan pascapersalinan.Perdarahan banyak dan
terus-menerusbiasanya terjadi dalam minggu kedua sesduah persalinan.
Perubahan darah ibu nifas atau lockhea yaitu :
a. Merah kehitaman ( hari ke 1-3 )
b. Putih kemerahan ( hari ke 3-7 )
c. Kuning kecoklatan ( hari ke 7-14 )
d. Putih ( lebih dari 14 hari )
Bila warna lockhea tidak mengalami perubahan tetap.
2. Demam.
o
Suhu meningkat lebih dari 38 C dalam 10 hari pertama setelah persalinan.
3. Cairan vagina yang berbau busuk.
4. Kelelahan yang berlebih.
5. Nyeri pada payudara, bengkak payudara dan puting susu yang pecah-
pecah.
6. Nyeri atau panas ketika buang air kecil atau urin tidak keluar dengan
lancar.
7. Sembelit atau hemoroid.
Pencegahannya banyak makan buah-buahan yang banyak mengandung
serat seperti pepaya dan minum air yang banyak. Bila ibu tetap tidak dapat
buang air besar selma 3 hari. Maka segera bawa ibu ke petugas kesehatan
terdekat seperti bidan, perawat, dokter, Puskesmas, dan Rumah Sakit.
8. Sakit kepala terus-menerus.
9. Bengkak pada wajah dan tangan.
10. Nyeri pada abdomen.
11. Produksi ASI kurang karena kesukaran dalam menyusui.
12. Kesedihan.
13. Merasa kurang mampu merawat bayi.
14. Rabun senja.

Penanganan
1. Jagalah kebersihan alat kelamin.
2. Nutrisi ditingkatkan.
3. Segera rujuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan
pengangan
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Perawatan Bayi Baru Lahir ( BBL )

Sub Pokok Bahasan : Perawatan Tali Pusat

Hari/Tanggal : Kamis, 16 Maret 2017

Sasaran : Ny. P

Tempat : RSUD Cibinong

Penyuluh : Dwi Destyawati

I. Tujuan

A. Tujuan Instruksinoal Umum


Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu dan keluarga bayi, diharapkan
dapat melakukan perawatan tali pusat dengan benar secara mandiri di
rumah.

B. Tujuan Instruksional Khusus


Setelah dilakukan penyuluhan, peserta diharapkan mampu:
1. Mengetahui tentang pentingnya Perawatan Tali Pusat.
2. Memperagakan cara merawat tali pusat dengan benar.
3. Menyebutkan hal apa saja yang harus diperhatikan dalam perawatan
tali pusat.
4. Mengetahui tanda-tanda infeksi pada tali pusat

II. Materi
1. Pengertian tali pusat
2. Cara merawat tali pusat
3. Tanda-tanda infeksi pada tali pusat
III. Metode
1. Konseling
2. Tanya jawab

IV. Evaluasi
1. Bagaimana cara membersihkan tali pusat?
2. Dapatkan ibu dan keluarga membersihkan tali pusat secara mandiri?
3. Hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam perawatan tali pusat?
4. Apa saja tanda-tanda tali pusat yang terinfeksi ?

V. Daftar Pustaka
Fajar Gumilar Ahmad. 2013. Perawatan Tali Pusat funiculus umbilicus.
Cimahi
Sodikin. 2011. Buku Saku Perawatan Tali Pusat. Jakarta. EGC
Olalababies. 2013. Ciri-Ciri Tali Pusat Yang Terinfeksi. Jakarta
Materi

PERAWATAN TALI PUSAT

A. Pengertian Tali Pusat Bayi


Tali pusat ( Funiculus umbilicalis ) adalah saluran kehidupan bagi janin
selama dalam kandungan, dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah
yang selama 9 bulan 10 hari menyuplai zat-zat gizi dan oksigen janin.Tetapi
begitu bayi lahir, saluran ini sudah tidak diperlukan lagi sehingga harus
dipotong dan diikat atau dijepit.

B. Cara Membersihkan Tali Pusat


1. Cuci tangan bersih
2. Gunakan handscoon
3. Ambil kapas bulat atau kapas yang sudah dicelupkan kedalam air matang,
lalu bersihkan sisa tali pusar, terutama bagian pangkalnya (yang
menempel pada perut).
4. Lakukan dengan hati-hati, apalagi bila pusar bayi masih berwarna merah.
5. Gunakan jepitan khusus dari plastik untuk memegang ujung tali pusarnya,
agar lebih mudah dalam membersihkan dan melilitkan perbannya.
6. Ambil kasa kering lalu bungkus sisa tali pusat. Usahakan agar seluruh
permukaan hingga ke pangkalnya tertutup perban.
7. Lilitkan perban/kasa sedemikian rupa agar bungkusan tidak terlepas.
Pastikan tidak terlalu ketat, agar bayi tidak kesakitan.
8. Gunakan kain kasa untuk mengikat perban agar tetap pada tempatnya.

C. Arah Pembersihan Tali Pusat Bayi


Pembersihan tali pusat bayi yang telah dipotong yaitu : dari bagian tali pusat
yang dipotong ke arah pusar dengan gerakan satu arah. Indikasinya agar
bagian yang dipotong tidak terkena kotoran dari pusar.
D. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan
1. Jangan membungkus putung tali pusat atau perut bayi atau menoleskan
cairan atau bahan apapun ke puntung tali pusat.
2. Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan
sabun segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain
bersih.
3. Teknik Perawatan Tali Pusat Bayi. Dalam perawatan maupun pemotongan
tali pusat bayi itu menggunakan teknik steril. Artinya, dalam setiap
pelaksanaan perawatan dan pemotongan tali pusat bayi itu menggunakan
alat- alat yang steril. Dan dalam setiap proses perawatan itu dianjurkan
untuk sealalu memakai hanscoon.
4. Penggunaan Popok pada bayi. Saat tali pusat dipotong, maka harus
diperhatikan penggunaan popok bayi tersebut. Sebaiknya popok
dipakaikan dibawah pusar. Alasannya adalah agar pusarnya tidak
lembab, karena apabila lembab akan beresiko timbulnya infeksi.

E. Tanda-Tanda Tali Pusat Bayi yang Terinfeksi


1. Bernanah
Kondisi ini bisa muncul jika kurang benar dalam merawatnya,seperti
kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila saat
pemotongan tali pusat bayi menggunakan benda yang tidak steril
sehingga kuman mudah tumbuh dan berkembangbiak.
2. Bau Tidak Sedap
Bau tidak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat
terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernanah dan berlendir.Selain itu juga
ditandai dengan kemerahan di sekitar pusar.
3. Tidak Banyak Menangis
Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menangis sebaliknya banyak
tidur.Gejala ini ditandai dengan bayi malas minum,demam dan yang
paling parah sampai terjadi kejang.
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Keluarga Berencana

Subpokok Bahasan : Metode Kontrasepsi Efektif Terpilih

Hari tanggal : Selasa, 29 Maret 2017

Sasaran : Ny.P

Tempat : Rumah Ny.P

Penyuluh : Dwi Destyawati

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah dilakukan penyuluhan, klien dapat memahami macam-macam alat
atau metode kontrasepsi efektif terpilih
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyuluhan, diharapkan klien mampu :
1. Menjelaskan pengertian dan tujuan KB
2. Menyebutkan alat-alat KB atau metode kontrasepsi efektif terpilih
3. Menyebutkan keuntungan dan kerugian alat-alat kontrasepsi
4. Menyebutkan efek samping dari masing-masing metode kontrasepsi
C. Materi
Terlampir
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
E. Media
-
F. Evaluasi
1. Jelaskan tentang pengertian KB
2. Jelaskan manfaat KB
3. Jelaskan macam-macam alat KB atau metode kontrasepsi efektif
terpilih
4. Jelaskan keuntungan dan kerugian alat-alat kontrasepsi
5. Jelaskan efek samping dari masing-masing metode kontrasepsi

G. Daftar pustaka
Manuaba, 2004. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana untuk Pendidikan Bidan. EGC : Jakarta.
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kontrasepsi. YPB-SP : Jakarta.
KELUARGA BERENCANA

A. Pengertian
Keluarga berencana (KB) adalah salah satu usaha untuk mencapai
kesejahteraan dengan memberikan nasehat perkawinan, pengobatan,
kemandulan dan penjarangan kehamilan.

B. Manfaat
1. Untuk ibu :
a. Perbaikan mental dan sosial ibu
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial ibu
2. Untuk anak yang akan dilahirkan :
a. Dapat tumbuh secara wajar
b. Mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup
3. Untuk anak yang lain :
a. Memberikan kesempatan untuk perkembangan fisiknya
b. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik
c. Perkembangan mentalnya lebih sempurna
4. Untuk ayah
a. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memberikan kesempatan untuk memperbaiki mental dan sosialnya
5. Seluruh keluarga
a. Meningkatkan kesehatan fisik dan mental setiap anggota keluarga
b. Membentuk keluarga yang direncenakan
C. Macam-macam alat KB atau metode kontrasepsi efektif terpilih
1. IUD
Jenis-jenisnya yaitu : CUT-380A, Nova T dll
Keuntungan menggunakan KB ini adalah :
a. Sebagai montrasepsi yang efektifitasnya tinggi
b. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan
c. Metode jangka panjang
d. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
e. Pulih kesuburanya setelah AKDR dicabut berlangsung baik
f. Dapat digunakan sampai menopause

a. Haid lebih lama dan banyak


b. Perdarahan (spoting) antar menstruasi
c. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
d. Tali benang AKDR dapat menimbulkan perlukaan portio uteri dan dapat
mengganggu hubungan seksual
e. Tidak baik digunakan pada wanita dengan IMS atau perempuan yang sering
berganti pasangan
f. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai
AKDR
g. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

2. Suntik
Keuntungan dari kontrasepsi ini adalah :
a. Pemberian sederhana setiap 8 sampai 12 minggu
b. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
c. Tidak berpengaruh pada ASI
d. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai pre menopause
e. Dapat diberikan pasca persalinan, pasca keguguran atau pasca menstruasi

a. Perdarahan yang tidak menentu


b. Terjadinya amenorhoe (tidak datang bulan) berkepanjangan
c. Masih terjadinya kemungkinan terjadinya kehamilan

3. Implant
Keuntungan dari kontrasepsi ini adalah :
a. Perlindungan jangka panjang
b. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
c. Tidak menggangu kegiatan senggama
d. Tidak mengganggu ASI
e. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan
f. Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan
kebutuhan Kerugian dari kontrasepsi ini adalah :
a. Menimbulkan gangguan menstruasi, yaitu tidak mendapatkan menstruasi
dan terjadi perdarahan yang tidak teratur
b. Berat badan bertambah
c. Menimbulkan jerawat dan ketegangan payudara
d. Liang senggama terasa kering

4. MOW
Keuntungan dari kontrasepsi ini adalah :
a. Sangat efektif
b. Permanen
c. Tidak mempengaruhi proses menyusui
d. Tidak tergantung pada faktor senggama
e. Baik pada klien apabila kehamilan akan menjadi risiko kesehatan yang
serius
f. Pembedahan sederhana dapat dilakukan dengan anestesi lokal
g. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
h. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual

a. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode kontrasepsi ini (tidak dapat


dipulihkan kembali), kecuali dengan operasi rekanalisasi
b. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka panjang setelah tindakan
c. Klien dapat menyesal dikemudian hari

Anda mungkin juga menyukai