Anda di halaman 1dari 189

PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP KENAKALAN

REMAJA PADA SISWA KELAS VIII


SMP NEGERI 02 SLAWI KABUPATEN TEGAL

SKRIPSI

disajikan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi

oleh

Atika Oktaviani Palupi


1511409011

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013

11iipi
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini dengan judul

Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan

jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Semarang, 22 Agustus 2013

Atika Oktaviani Palupi

1511409011

ii
PENGESAHAN

Skripsi yang berjudul Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja

pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal ini telah

dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Psikologi Fakultas

Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang pada tanggal 22 Agustus 2013.

Panitia Pengujian Skripsi:

Ketua Sekretaris

Drs. Sutaryono, M. Pd Liftiah, S.Psi.,M.Si


NIP.19570825 198303 1 015 NIP.19690415 199703 2 002

Penguji utama

Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A.


NIP. 19781007 200501 1 003

Penguji I Penguji II

Dr. Edy Purwanto, M.Si. Dyah Indah N., S.Psi., M.Psi.


NIP 19630121 198703 1 001 NIP 19771127 200912 2 005

iii
MOTTO DAN PERUNTUKAN

Motto

1. Karena sesungguhnya bersama kesulitan selalu ada kemudahan (Q.S Al-


Insyirah : 5)
2. Succes is not destination but a journey (Anonim)

PERUNTUKAN:

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk:

1. Kedua orang tuaku (Sudarno dan Juwanti)


Terimakasih untuk doa, cinta, kasih sayang dan
pengorbanannya.
2. Almamaterku
3. Teman-teman Psikologi UNNES angkatan 2009

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat limpahan rahmat, serta

hidayah-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Hubungan

antara Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri

02 Slawi.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, diantaranya:

1. Drs. Hardjono, M. Pd, Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Sutaryono, M.Pd. selaku ketua panitia sidang skripsi Fakultas Ilmu

Pendidikan Universitas Negeri Semarang.

3. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Semarang sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah

memberikan saran serta arahan.

4. Amri Hana Muhammad, S.Psi., M.A. selaku penguji utama skripsi yang telah

memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh

peneliti.

5. Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi. dosen pembimbing II yang telah

memberikan arahan, motivasi, dan masukan kepada penulis.

6. Semua dosen Psikologi yang telah memberikan banyak ilmu dan pelajaran

hidup yang berharga bagi penulis selama menempuh pendidikan.

v
7. Seluruh warga sekolah SMP Negeri 02 Slawi yang telah banyak membantu

serta berpartisipasi dalam penelitian.

8. Bapak, Mamah, kakak-kakak tercinta dan saudara-saudaraku, yang selalu

mendoakan serta mendukung penulis walaupun dalam keadaan apapun, hanya

dua kata yang selalu ingin aku ucapkan Maaf dan Terima Kasih.

9. Sahabat terdekat penulis, Anggi terimakasih untuk segala dukungan,

semangat, motivasi yang sudah diberikan selama ini.

10. Teman-teman Psikologi 2009 (khusunya Riris, Yusri, Risandi, Anis, Wulan)

terima kasih atas pengalaman dan perjuangan bersama kita selama menempuh

kuliah di Psikologi ini.

11. Teman-teman Cherry Kost Mbak Esti, Mbak Anna, Mbak Wulan, Fina,

Pangga, Fela, Ika, Fatimah terima kasih untuk suka duka dan kebersamaan

yang terjalin selama 1,5 tahun ini.

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, baik secara

langsung maupun tidak langsung yang telah membantu menyelesaikan skripsi.

Semoga kebaikan dan keikhlasan akan mendapatkan balasan dari Allah SWT.

Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih setulus hati kepada semua

pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini

memberikan manfaat dan kontribusi dalam bidang psikologi pada khususnya dan

semua pihak pada umumnya.

Semarang, 22 Agustus2013

Penulis

vi
ABSTRAK

Palupi, Atika Oktaviani. 2013. Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan


Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Skripsi, Jurusan Psikologi,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I Dr. Edy
Purwanto, M.Si., Pembimbing II Dyah Indah Noviyani, S.Psi., M.Psi.
Kata kunci: religiusitas, siswa SMP, kenakalan remaja

Salah satu masalah yang dihadapi pada masa remaja yaitu adanya masa
transisi yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Masa ini sering disebut
sebagai masa topan badai (strum and drang) yaitu masa yang penuh dengan
gejolak akibat pertentangan nilai-nilai. Masa transisi inilah yang menimbulkan
kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau yang biasa disebut
dengan istilah kenakalan remaja. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan
wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-
kanak maupun remaja. Untuk itu dibutuhkan keyakinan dan pengamalan yang
kuat terhadap ajaran-ajaran agama guna mengurangi perilaku-perilaku kenakalan
tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) pengaruh
religusitas terhadap kenakalan remaja; dan 2) seberapa besar sumbangan efektif
religiusitas terhadap kenakalan remaja.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional. Populasi
penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dengan sampel
berjumlah 70 siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total
sampling atau sampling jenuh yaitu teknik penentuan sampel bila anggota
populasi dijadikan sampel (Sugiyono 2010: 124). Data penelitian diambil
menggunakan angket kenakalan remaja dan skala religiusitas. Angket kenakalan
remaja terdiri dari 42 aitem yang memiliki koefisien validitas berkisar antara
0,103 0,860 dan koefisien reliabilitas sebesar 0,964. Skala religiusitas terdiri
dari 31 aitem yang memiliki koefisien validitas berkisar antara -0,169 - 0,792 dan
koefisien reliabilitas sebesar 0,889. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis regresi satu prediktor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara
religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi.
Nilai koefisien korelasi sebesar -0,771 dengan signifikansi sebesar 0,000 dimana
p<0,05. Hal ini berarti semakin tinggi religusitas maka semakin rendah perilaku
kenakalan remaja, sehingga hipotesis kerja yang diajukan diterima. Hasil uji
regresi diperoleh R-Square 0,594 yang berarti religiusitas berpengaruh terhadap
kenakalan remaja sebesar 59,4% dan sisanya sebesar 40,6% dipengaruhi oleh
variabel lain yang belum terungkap dalam penelitian ini. Kesimpulannya ada
pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP
Negeri 02 Slawi Kabupaten Tegal.

vii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i

PERNYATAAN ..................................................................................................ii

PENGESAHAN .................................................................................................iii

MOTTO DAN PERUNTUKAN ......................................................................... iv

KATA PENGANTAR ........................................................................................ v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ....................................................................................................viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 11

1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................... 11

1.4 Kontribusi Penelitian .............................................................................. 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 14

viii
2.1 Remaja ................................................................................................... 14

2.1.1 Pengertian Remaja.................................................................................. 14

2.1.2 Ciri-ciri Masa Remaja ............................................................................ 14

2.1.3 Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja .......................................... 18

2.2 Kenakalan Remaja.................................................................................. 20

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja ................................................................ 20

2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja ........................................... 23

2.2.3 Ciri-ciri Pokok Kenakalan Remaja ......................................................... 27

2.2.4 Jenis-jenis Kenakalan Remaja ................................................................ 28

2.2.5 Penanggulangan Kenakalan Remaja ...................................................... 31

2.2.6 Jurnal Buku Sanksi ................................................................................. 33

2.3 Religiusitas............................................................................................. 35

2.3.1 Pengertian Religiusitas ........................................................................... 35

2.3.2 Karakteristik Individu Yang Memiliki Religiusitas ................................. 37

2.3.3 Dimensi Religiusitas............................................................................... 40

2.4 Hubungan antara Religiusitas dengan Kenakalan Remaja ....................... 49

2.5 Kerangka Berpikir .................................................................................. 52

2.6 Hipotesis ................................................................................................ 52

BAB 3 METODE PENELITIAN ....................................................................... 53

3.1 Jenis Penelitian ....................................................................................... 53

3.2 Desain Penelitian .................................................................................... 53

3.3 Variabel Penelitian ................................................................................. 53

3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian............................................................... 54

ix
3.3.2 Definisi Operasional Variabel................................................................. 54

3.3.3 Hubungan Antar Variabel ....................................................................... 57

3.4 Populasi dan Sampel .............................................................................. 57

3.4.1 Populasi ................................................................................................. 57

3.4.2 Sampel ................................................................................................... 59

3.5 Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 59

3.5.1 Angket ................................................................................................... 59

3.5.2 Skala Psikologi ....................................................................................... 62

3.6 Validitas dan Reliabilitas ........................................................................ 65

3.6.1 Validitas Instrumen Penelitian ................................................................ 65

3.6.2 Validitas ................................................................................................ 72

3.6.3 Reliabilitas ............................................................................................. 72

3.7 Pelaksanaan Uji Coba ............................................................................ 73

3.8 Metode Analisis Data ............................................................................. 74

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 75

4.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................... 75

4.2 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 76

4.2.1 Persiapan Penelitian ............................................................................... 76

4.2.2 Penentuan Subjek Penelitian ................................................................... 76

4.2.3 Pengumpulan Data ................................................................................. 77

4.2.4 Pelaksanaan Skoring............................................................................... 77

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian....................................................................... 78

x
4.3.1 Gambaran Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi ...................................................................................................... 78

4.3.2 Gambaran Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ..... 88

4.4 Pengujian Hipotesis (Analisis Data Inferensial) ...................................... 95

4.4.1 Hasil Uji Asumsi .................................................................................... 95

4.4.2 Hasil Uji Hipotesis ................................................................................. 97

4.5 Pembahasan ......................................................................................... 101

4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Religiusitas dengan Kenakalan Remaja

pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ...................................... 101

4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Religiusitas dengan Kenakalan Remaja

pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ....................................... 109

4.6 Keterbatasan Penelitian ........................................................................ 114

BAB 5 PENUTUP ........................................................................................... 115

5.1 Simpulan .............................................................................................. 115

5.2 Saran .................................................................................................. 116

Daftar Pustaka ................................................................................................. 118

Lampiran ......................................................................................................... 121

xi
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kenakalan Remaja yang dilakukan Siswa Kelas VIII SMP Negri 02 Slawi

Tahun Ajaran 2012/2013 ........................................................................ 58

3.2 Rancangan Angket Kenakalan Remaja ................................................... 60

3.3 Skoring Angket Kenakalan Remaja ........................................................ 61

3.4 Penyebaran Angket Kenakalan Remaja .................................................. 61

3.5 Skoring Skala Religiusitas ...................................................................... 64

3.6 Blue Print Skala Religiusitas .................................................................. 64

3.7 Perubahan Pernyataaan Aitem Skala Religiuistas.................................... 66

3.8 Sebaran Aitem Uji Coba Angket Kenakalan Remaja pada Siswa Setelah

Uji Coba ................................................................................................ 68

3.9 Sebaran Baru Aitem Angket Kenakalan Remaja Penelitian..................... 68

3.10 Sebaran Aitem Uji Coba Skala Religiuistas Setelah Uji Coba ................. 69

3.11 Sebaran Baru Aitem Skala Religiusitas Penelitian .................................. 71

3.12 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik ................. 74

4.1 Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja ................................................... 79

4.2 Kriteria Kenakalan Remaja ..................................................................... 80

4.3 Gambaran Kenakalan Remaja................................................................. 80

4.4 Gambaran Terlambat Masuk Sekolah ..................................................... 82

4.5 Gambaran Membolos ............................................................................. 82

4.6 Gambaran Tidak Masuk Tanpa Keterangan ............................................ 83

4.7 Gambaran Merokok................................................................................ 83

xii
4.8 Gambaran Memakai Seragam Tidak Lengkap ........................................ 84

4.9 Gambaran Tidak Mengerjakan Tugas ..................................................... 85

4.10 Gambaran Mengompas/Memalak ........................................................... 85

4.11 Gambaran Berkata Tidak Sopan ............................................................. 86

4.12 Rangkuman Deskriptif Kenakalan Remaja pada SiSWA Kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi ...................................................................................... 86

4.13 Perbandingan Mean Empirik Tiap Indikator Kenakalan Remaja ............. 87

4.14 Statistik Deskriptif Religiusitas .............................................................. 88

4.15 Kriteria Religiusitas................................................................................ 89

4.16 Gambaran Religiusitas Siswa ................................................................. 90

4.17 Gambaran Keyakinan Siswa ................................................................... 91

4.18 Gambaran Praktek Agama Siswa ............................................................ 92

4.19 Gambaran Pengamalan Siswa ................................................................. 93

4.20 Gambaran Pengalaman Siswa ................................................................. 93

4.21 Rangkuman Deskriptif Religiusitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi ...................................................................................................... 94

4.22 Perbandingan Mean Empirik Tiap Aspek Religiusitas ............................ 95

4.23 Hasil Uji Normalitas ............................................................................... 96

4.24 Hasil Uji Linieritas ................................................................................. 97

4.25 Hasil Uji Korelasi Religiusitas dengan Kenakalan Remaja pada Siswa

Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi ............................................................ 98

4.26 Hasil Analisis Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja .......... 99

xiii
4.27 Hasil Analisis Besarnya Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan

Remaja ................................................................................................... 99

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................... 52

4.1 Gambaran Umum Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi ................................................................................... 81

4.2 Gambaran Umum Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi ................................................................................................... 90

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Instrumen Penelitian ................................................................................. 122

2. Tabulasi Data Skor Penelitian ................................................................... 139

3. Statistik Deskriptif ................................................................................... 149

4. Uji Validitas Instrumen ............................................................................. 152

5. Uji Reliabilitas Instrumen ......................................................................... 163

6. Uji Asumsi ............................................................................................... 165

7. Uji Hipotesis ............................................................................................. 167

8. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 169

9. Surat-Surat Penelitian ............................................................................... 171

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak ke masa dewasa.

Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang amat penting dalam kehidupan

seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian seseorang. Pada masa

transisi inilah yang menjadikan emosi remaja kurang stabil. Hall menyebut masa

ini sebagai masa topan badai (Strum and Drang) yaitu sebagai periode yang

berada dalam dua situasi: antara kegoncangan, penderitaan, asmara dan

pemberontakan dengan otoritas orang dewasa (Yusuf 2009: 185), dengan ciri-ciri

sering dan mulai timbul sikap untuk menentang dan melawan terutama dengan

orang-orang yang dekat, misalnya orang tua, guru dan sebagainya (Mulyono

1993: 16).

Masa transisi inilah yang memungkinkan remaja dapat menimbulkan masa

krisis yang biasanya ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku-perilaku

menyimpang. Perilaku menyimpang ini bisa menyimpang dari norma hukum,

norma agama dan norma yang dianut masyarakat atau dalam istilah psikologi

disebut dengan istilah kenakalan remaja atau juvenile delinquency.

Kartono (2011: 6) mengartikan juvenil delinquency sebagai suatu perlakuan

jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit

(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu

1
2

bentuk pengabaian sosial, sehingga dapat mengembangkan bentuk tingkah laku

yang menyimpang.

Beberapa riteratur dan penelitian yang terkait dengan kenakalan remaja

(Santrock: 2002, Maria: 2007, Kienhuis: 2009, Joanna dalam Ruby: 2009, dan

Willis dalam Sujoko 2011: 2) menjelaskan bahwa kenakalan-kenakalan yang

dilakukan oleh remaja di bawah usia 17 tahun sangat beragam, mulai dari

perbuatan yang bersifat amoral maupun anti sosial. Perbutaan tersebut dapat

berupa berkata jorok, mencuri, merusak, kabur dari rumah, indisipliner di sekolah,

membolos, membawa senjata tajam, merokok, berkelahi dan kebut-kebutan di

jalan sampai pada perbuatan yang sudah menjurus pada perbuatan kriminal atau

perbuatan yang melanggar hukum, seperti pembunuhan, perampokan,

pemerkosaan, seks bebas, pemakaian obat-obatan terlarang dan tindak kekerasan

lainnya yang sering diberitakan di media masa.

Sunarwiyati (dalam Purwandari 2011: 31) membagi kenakalan remaja

kedalam tiga tingkatan :

1. Kenakalan biasa seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,

pergi dari rumah tanpa pamit.

2. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti

mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.

3. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar

nikah, pergaulan bebas, pemerkosaan dan lain-lain.

Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal

dalam menjalani proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun
3

pada masa kanak-kanaknya. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan

wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-

kanak maupun remaja (http://auliatj.siswa-indonesia.net diunduh pada 08

September 2012).

Beberapa penelitian tentang perilaku kenakalan yang dilakukan oleh pelajar

menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Berdasarkan

data yang diungkap oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), kasus

penyalahgunaan narkoba terus meningkat di kalangan remaja. Dari 2,21% (4 juta

orang) pada tahun 2010 menjadi 2,8% (sekitar 5 juta orang) pada tahun 2011.

Yang berikutnya adalah seks bebas. Contoh kenakalan remaja dalam pergaulan

seks bebas akan bersangkutan dengan HIV/AIDS . Ketiga adalah tawuran antar

pelajar yang belakangan ini semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya

(www.Republika.co.id diunduh pada 08 September 2012).

Berita terbaru datang dari tawuran antara siswa Sekolah Menengah Atas

Negeri 6 dan SMAN 70 di bundaran Bulungan, Jakarta Selatan, Senin, 24

September 2012, yang menyebabkan seorang siswa SMA 6 tewas. (detik.com

diunduh 25 September 2012).

Bentuk lain dari kenakalan yang dilakukan remaja yaitu banyaknya remaja

yag kerap menyimpan gambar/video porno di telepon seluler mereka. Seperti yang

terjadi di Surabaya. Lembaga hotline pendidikan berbasis di Jatim

mengungkapkan bahwa 90 % pelajar di Surabaya menyimpan film atau gambar

porno di telepon seluler yang dimilikinya. Fakta ini terungkap dalam survei yang

dilakukan pada 26 Agustus hingga 12 September 2012. Hasilnya 92% pelajar


4

putri pernah melihat gambar dan menonton film porno di telepon seluler milik

mereka sedangkan untuk pelajar putra mencapai 97%. (m.merdeka.com diunduh

14 Februari 2013).

Kondisi kenakalan remaja juga terjadi di Bandung. Satpol PP dan Dinas

Pendidikan kota Bandung memergoki 8 pelajar bolos di warung internet (warnet)

dan game online di Jalan Solontongan dan Jalan Buabatu pada hari kamis

(06/09/12). Rincian pelajar bolos terjaring razia itu masing-masing tiga pelajar

dari SMK N 4 Bandung, dua pelajar dari SMA N 22 Bandung, satu pelajar dari

SMK N 1 Baleendah dan dua pelajar dari SMP Muhammadiyah.

(http://bandung.detik.com diunduh pada 14 Februari 2013).

Hal yang sama juga terjadi di Sukoharjo. Tim gabungan Pemkab

Sukoharjo, Sabtu (24/11/2012), menggelar razia pelajar yang membolos sekolah.

Sebanyak 41 pelajar terdiri atas seorang siswi dan 40 siswa ditangkap saat mereka

nongkrong di Alun-alun Satya Negara dan tempat rekreasi yang lain. Tim

gabungan juga menemukan botol minuman keras (miras) dan rokok saat pelajar

itu digiring ke Kantor Satpol PP Sukoharjo untuk dibina.

(http://www.wonogiripos.com diunduh pada 14 Februari 2013).

Fakta yang terjadi di lapangan juga menunjukkan hal yang sama.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan terhadap guru

Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 02 Slawi pada bulan Januari 2013,

didapatkan hasil bahwa:

Pertama, jenis pelanggaran yang hampir setiap hari dilakukan oleh

beberapa siswa di SMP tersebut diantaranya terlambat masuk sekolah, bolos


5

sekolah, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah,

memakai seragam tidak lengkap atau tidak sesuai, mengompas dan tidak

mengerjakan tugas.

Kedua, berdasarkan informasi dari guru pembimbing sebagian besar

kenakalan yang dilakukan oleh siswa-siswi SMP Negeri 02 Slawi dikarenakan

akibat permasalahan yang ada di dalam keluarga, seperti kebanyakan siswa-siswi

berasal dari golongan keluarga yang kurang mampu, sehingga kurang

terpenuhinya kebutuhan fisik maupun psikis dalam diri siswa tersebut.

Kebanyakan siswa berasal dari keluarga broken home ( tidak utuh) dan biasanya

siswa tinggal bukan dengan orang tuanya melainkan dengan nenek ataupun

saudaranya yang menyebabkan siswa-siswi kurang mendapatkan perhatian dan

kasih sayang dari orang tuanya.

Ketiga, Menurut pemaparan guru Bimbingan dan Konseling di SMP

tersebut, kebanyakan siswa laki-laki yang sering melakukan pelanggaran

dibanding dengan siswa perempuan. Bukan hanya itu saja, kenakalan yang

dilakukan juga disebabkan karena lemahnya tingkat pemahaman agama dalam diri

siswa tersebut, sehingga dalam berperilaku siswa kerap kali tidak dapat

mengendalikan emosinya. Hal ini disebabkan karena siswa tinggal di lingkungan

masyarakat yang mayoritas memiliki tingkat pemahaman agama yang rendah.

Keempat, menurut hasil pemaparan guru Bimbingan dan konseling salah

satu upaya untuk mengurangi tingkat kenakalan atau pelanggaran yang dilakukan

oleh sebagian siswa dengan diterapkannya suatu program yaitu program yang

berupa peningkatan religiusitas seperti diadakannya sholat dhuha berjamaah dan


6

kegiatan Tadarus Alquran bersama setiap pagi sebelum Kegiatan Belajar

Mengajar (KBM) dimulai, sholat dhuhur berjamaah dan kegiatan peningkatan

Baca Tulis Alquran (BTA) bagi siswa-siswi yang belum lancar dalam membaca

Alquran. Alasan diterapkannya program ini yaitu karena mayoritas siswa SMP

tersebut beragama islam/muslim. Sedangkan peningkatan religiusitas bagi siswa

yang beragama non muslim dilakukan di rumah mereka masing-masing dan guru

Bimbingan dan Konseling melakukan kunjungan rumah (home visit) untuk

memantau kegiatan mereka.

Banyak faktor yang menyebabkan kenakalan pada remaja. Menurut

Santrock (2003: 524) salah satu penyebab kenakalan pada remaja yaitu kegagalan

remaja untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku.

Menurutya beberapa anak gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang

sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan mereka telah

mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku

yang tidak dapat diterima. Namun remaja yang melakukan kenakalan tidak

mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal membedakan tingkah laku yang dapat

diterima dan yang tidak dapat diterima, atau mungkin sebenarnya mereka sudah

mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan kontrol

yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah

laku mereka.

Selanjutya Kartono (2007: 227) mengatakan bahwa pada umumnya

kenakalan merupakan kegagalan dari sistem pengontrol diri terhadap aksi-aksi

instinktif; juga menampilkan ketidakmampuan seseorang mengendalikan emosi-


7

emosi primitif untuk disalurkan pada perbuatan yang bermanfaat. Hal ini sesuai

dengan penelitian yang dilakukan oleh Faridh (2008: 9) yang berjudul Hubungan

antara Regulasi Emosi dengan Kecenderungan Kenakalan Remaja. Dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi negatif yang signifikan antara

regulasi emosi dengan kecenderungan kenakalan remaja.

Jensen (dalam Sarwono 2010: 255) mengatakan bahwa kenakalan remaja

disebabkan karena remaja lebih mementingkan faktor individu dibandingkan

dengan faktor lingkungan (Rational choice). Kenakalan yang dilakukannya adalah

atas pilihan, interest, dan motivasi atau kemauannya sendiri. Misalnya kenakalan

remaja disebabkan karena kurangnya iman dalam diri remaja itu sendiri.

Selain faktor-faktor tersebut, kenakalan remaja juga bisa dipengaruhi oleh

religiusitas remaja. Diasumsikan jika remaja memiliki religiusitas rendah maka

tingkat kenakalannya tinggi artinya dalam berperilaku tidak sesuai dengan ajaran

agama yang dianutnya dan sebaliknya semakin tinggi religiusitas maka semakin

rendah tingkat kenakalan pada remaja artinya dalam berperilaku sesuai dengan

ajaran agama yang dianutnya karena ia memandang agama sebagai tujuan utama

hidupnya sehingga ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam

perilakunya sehari-hari (Andisty & Ritandiyono 2008: 173). Hal tersebut dapat

dipahami karena agama mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan

bertanggungjawab atas perbuatannya. Selain itu agama mendorong pemeluknya

untuk berlomba-lomba dalam kebajikan.

Hal senada juga dikemukakan oleh Sudarsono (2008: 120) menurutnya

anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar disebabkan karena


8

lalai menunaikan perintah-perintah agama. Pendapat ini diperkuat oleh Sutoyo

(2009: 99), menurutnya individu melakukan suatu penyimpangan disebabkan

karena fitrah iman yang ada pada setiap individu tidak bisa berkembang dengan

sempurna atau imannya berkembang tetapi tidak bisa berfungsi dengan baik,

sehingga menyebabkan individu melakukan perbuatan-perbuatan yang bersifat

negatif atau menyimpang dari aturan-aturan yang berlaku di lingkungannya.

Remaja yang kadar keimanannya masih labil, akan mudah terjangkit

konflik batin dalam berhadapan dengan kondisi lingkungan yang menyajikan

berbagai hal yang menarik hati/keinginannya, tetapi kondisi ini bertentangan

dengan norma agama (Yusuf 2009: 144).

Agama adalah unsur terpenting dalam diri seseorang. Apabila keyakinan

beragama telah menjadi bagian integral dalam kepribadian seseorang, maka

keyakinanya itulah yang akan mengawasi segala tindakan, perkataan bahkan

perasaannya.

Menurut Desmita (2008: 208), dibandingkan dengan masa anak-anak

keyakinan agama remaja telah mengalami perkembangan yang cukup berarti.

Pada masa remaja, mereka mungkin berusaha mencari sebuah konsep yang lebih

mendalam tentang Tuhan dan eksistensi. Perkembangan pemahaman remaja

terhadap keyakinan agama ini sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitifnya.

Pendapat ini diperkuat oleh Seifert dan Hoffnung (dalam Desmita 2008:

208), menurutnya meskipun pada awal masa kanak-kanak ia telah diajarkan

agama oleh orang tua mereka, namun karena pada masa remaja mereka
9

mengalami kemajuan dalam perkembangan kognitif, mereka mungkin

mempertanyakan tentang kebenaran keyakinan agama mereka sendiri.

Jalaluddin (2002: 80) mengungkapkan bahwa usia remaja memang dikenal

sebagai usia rawan. Remaja memiliki karakteristik khusus dalam pertumbuhan

dan perkembangannya. Remaja memiliki sikap kritis terhadap lingkungan yang

sejalan dengan perkembangan intelektual yang dialaminya. Bila persoalan tersebut

gagal diselesaikan, maka para remaja cenderung untuk memilih jalan sendiri.

Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan remaja berada di

persimpangan jalan. Dalam situasi yang semacam ini, maka peluang munculnya

perilaku menyimpang terkuak lebar.

Penyelesaian yang mungkin dilakukan sangat tergantung dari kemampuan

memilih. Bila tingkat rasa bersalah dan berdosa yang lebih dominan, biasanya

remaja cenderung untuk mencari jalan pengampunan, sebaliknya bila perilaku

menyimpang dianggap sebagai pembenaran, maka keterlibatan mereka pada

perilaku menyimpang akan semkain besar. Tindakan ini akan mendorong mereka

terbiasa dengan pekerjaan tercela itu. Seperti yang diungkapkan oleh Jalaluddin

(2002: 75) bahwa tingkat religiusitas pada remaja akan berpegaruh terhadap

perilakunya. Apabila remaja memiliki tingkat religiusitas yang tinggi, maka

remaja akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya

remaja yang memiliki tingkat religiusitas rendah, mereka akan menunjukkan

perilaku ke arah hidup yang jauh dari religius pula. Hal ini berarti remaja

memiliki potensi untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan atau kenakalan-

kenakalan terhadap ajaran agama yang dianutnya.


10

Asumsi ini didukung oleh penelitian terdahulu yang berjudul Hubungan

antara Religiusitas dengan Kecenderungan Perilaku Masturbasi pada Remaja di

Yogyakarta. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan negatif antara religiusitas dengan perilaku masturbasi dimana

religiusitas memberikan sumbangan efektif sebesar 11,1% terhadap perilaku

masturbasi (Rafellino 2007: 19).

Penelitian lain yang berjudul Tingkah Laku Prososial Mahasiswa terhadap

Pengemis ditinjau dari Tingkat Religiusitas. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara religiusitas

dengan tingkah laku prososial mahasiswa terhadap pengemis dimana religiusitas

memberikan sumbangan efektif sebesar 23,62% (Rumengan 2010: 45).

Penelitian tersebut memberikan landasan bagi peneliti bahwa religiusitas

memiliki peranan penting dalam perilaku seseorang. Seseorang yang kurang

membekali dirinya dengan arahan dan bimbingan keagamaan dalam

kehidupannya, maka kondisi seperti ini akan menjadi salah satu pemicu

berkembangnya perilaku seseorang yang semakin meningkat dan akan berdampak

pada setiap pebuatannya, serta lebih memudahkan seseorang untuk melakukan

perbuatan yang dilarang agama.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk

mengkaji pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal.


11

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dalam

penelitian ini adalah:

1. Apakah ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal?

2. Berapa besar pengaruh (sumbangan efektif) religiusitas terhadap kenakalan

remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal?

3. Bagaimana gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi, Kabupaten Tegal?

4. Bagaimana gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi, Kabupaten Tegal?

1.3 Tujuan penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja pada

siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal.

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh (sumbangan efektif) religiusitas

terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi,

Kabupaten Tegal.

3. Untuk mengetahui gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi, Kabupaten Tegal.

4. Untuk mengetahui gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri

02 Slawi, Kabupaten Tegal.


12

1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian tentang Pengaruh Religiuistas terhadap Kenakalan Remaja pada

Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan dibidang ilmu

psikologi khusunya psikologi perkembangan, psikologi pendidikan, dan

psikologi sosial yang berkaitan dengan sejauhmana pengaruh religiusitas

terhadap kenakalan remaja.

2. Secara praktis

a. Bagi guru pembimbing (konselor)

Informasi tentang pengaruh religiusitas terhadap perilaku kenakalan remaja

dapat menjadi dasar dan bahan pertimbangan dalam pencegahan perilaku

kenakalan remaja dengan meningkatkan religiusitas yang ada dalam diri

siswa sehingga mereka mampu mengarahkan dan membentuk jiwa

keberagamaan yang mantap dan dinamis serta dapat mencegah terjadinya

perilaku kenakalan remaja.

b. Bagi sekolah

Sebagai bahan pertimbangan penyusun kebijakan penanganan pelanggaran

tata tertib sekolah dan mekanisme penanganan penyimpangan perilaku secara

khusus kenakalan remaja yang dapat mempengaruhi siswa-siswa lain.


13

c. Bagi siswa

Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya

peran agama (religiusitas) dalam kaitannya dengan kenakalan siswa.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja

2.1.1 Pengertian Remaja

Salah satu periode dalam rentang kehidupan individu adalah masa (fase)

remaja. Menurut Desmita (2008: 189) istilah remaja berasal dari bahasa latin

adolescere yang berarti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan

menjadi dewasa. Sedangkan menurut bahasa aslinya, remaja sering dikenal

dengan istilah adolescence. Menurut Piaget, Istilah adolescenceyang

dipergunakan saat ini mempunyai arti yang lebih luas mencakup kematangan

mental, emosional, sosial dan fisik.

Monks (2006: 262) mengatakan bahwa masa remaja berlangsung antara

usia 12 tahun sampai 21 tahun. Dengan pembagian 2-15 tahun: masa remaja awal,

1518 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa remaja akhir.

2.1.2 Ciri-Ciri Masa Remaja

Hurlock (1980: 207-209) menyebutkan ciri-ciri remaja yaitu sebagai

berikut:

1. Masa remaja dianggap sebagai periode penting

Pada periode remaja baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang

tetap penting. Ada periode yang penting karena akibat perkembangan fisik dan

psikologis yang kedua-duanya sama-sama penting. Terutama pada awal masa

remaja, perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya

14
15

perkembangan mental yang cepat pula dapat menimbulkan perlunya penyesuaian

dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.

2. Masa remaja dianggap sebagai periode peralihan.

Bila anak-anak beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa, anak-anak

harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan juga harus

mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap

yang sudah ditinggalkan.

Osterrieth mengatakan bahwa struktur psikis anak remaja berasal dari masa

kanak-kanak dan banyak ciri yang umumnya dianggap sebagai ciri khas masa

remaja sudah ada pada akhir masa kanak-kanak. Perubahan fisik yang terjadi

selama tahun awal masa remaja mempengaruhi tingkat perilaku individu dan

mengakibatkan diadakannya penilaian kembali penyesuaian nilai-nilai yang telah

bergeser, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak dan bukan orang dewasa.

3. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajr

dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja ketika perubahan fisik

terjadi dengan pesat perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Ada

lima perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu :

a. Meningginya emosi yang intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan

fisik dan psikologis yang terjadi.

b. Perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial

untuk dipesatkan menimbulkan masalah baru.


16

c. Dengan berubahnya minat dan pola perilaku maka nilai-nilai juga berubah,

apa yang dianggap pada masa kanak-kanak penting setelah hampir dewasa

tidak penting lagi.

d. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan, mereka

menginginkan untuk menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut dan

meragukan kemampuan mereka untuk dapat mengatasi tanggung jawab

tersebut.

4. Masa remaja sebagai usia bermasalah

Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi, baik oleh

anak laki-laki maupun anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu:

a. Sepanjang masa kanak-kanak masalah anak-anak sebagian diselesaikan oleh

orang tua dan guru-guru sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman

dalam menghadapi masalah.

b. Karena para remaja merasa diri mandiri sehingga mereka ingin mengatasi

masalahnya sendiri dan menolak bantuan.

5. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

Pada tahun-tahun awal masa remaja penyesuaian diri pada kelompok masih

tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan. Lambat laun mereka mulai

mendambakan identitas diri dan tidak puas lagi dngan menjadi sama dengan

teman-temannya. Seperti yang dijelaskan oleh Erickson : Identitas diri yang

dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya

dalam masyarakat. Apakah dia seorang anak atau apakah dia orang dewasa?

Apakah nanti akan menjadi seorang suami atau ayah? Apakah mampu percaya diri
17

sekalipun latar belakng ras, agama atau kebangsaanya membuat beberapa orang

merendahkannya? Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau gagal?

6. Masa remaja sebagai usia yang menimbulakan ketakutan

Majeres menunjukkan bahwa banyak anggapan popular tentang remaja

yang mempunyai arti yang bernilai, dan sayangnya banyak diantaranya yang

bersifat negatif. Anggapan stereotip budaya bahwa remaja adalah anak-anak yang

tidak rapih, yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak

menyebabkan orang dewasa yang harus membimbing dan mengawasi kehidupan

remaja, bersikap simpatik terhadap perilaku remaja yang normal. Stereotip

popular juga mempengaruhi konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya sendiri.

7. Masa remaja sebagai usia yang tidak realistik

Remaja cenderung memandang kahidupan melalui kaca berwarna merah

jambu. Ia melihat dirinya sendiri dan orang lain sebagaimana yang ia inginkan dan

bukan sebagaimana adanya terlebih dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak

realistik ini menyebabkan meningginya emsoi yang merupakan ciri dari awal

masa remaja, semakin tidak realistik cita-citanya semakin ia menjadi marah.

8. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah para remaja

menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk

memberikan kesan bahwa mereka sudah hampir dewasa, oleh karena itu remaja

mulai memusatkan diri pada perilaku yang dihubungkan dengan status dewasa.
18

2.1.3 Perkembangan Jiwa Beragama Pada Remaja

Menurut Starbuck (dalam Jalaluddin 2002: 74) perkembangan jiwa

beragama pada remaja ditandai oleh beberapa faktor perkembangan rohani dan

jasmaninya. Perkembangan itu adalah sebagai berikut :

a. Pertumbuhan pikiran dan mental

Ide dan dasar keyakinan beragama yang diterima remaja dari masa kanak-

kanaknya sudah tidak begitu menarik bagi mereka. Sifat kritis terhadap ajaran

agama mulai timbul. Selain masalah agama mereka pun sudah tertarik pada

masalah kebudayaan, sosial, ekonomi dan norma-norma kehidupan lainnya.

Menurut Hurlock (1980: 222) periode remaja memang disebut sebagai

periode keraguan religius. Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan keraguan religius tersebut adalah tanya-jawab

religius. Menurut Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) para remaja ingin

mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin

menerimanya begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi

agnostik atau atheis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai

sesuatu yang bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusan-

keputusan mereka sendiri.

Tingkat keyakinan dan ketaatan beragama pada remaja sebenarnya banyak

tergantung dari kemampuan mereka menyelesaikan keraguan dan konflik batin

yang terjadi dalam diri. Dalam mengatasi kegalauan batin ini para remaja

cenderung untuk bergabung dalam kelompok teman sebaya untuk berbagi rasa

dan pengalaman. Kemudian untuk memenuhi kebutuhan emosionalnya, para


19

remaja juga sudah menyenangi nilai-nilai etika dan estetika. Namun demikian

dalam kenyataannya apa yang dialami oleh remaja selalu berbeda dengan apa

yang mereka inginkan. Nilai-nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi

kekosongan batin mereka terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan harapan.

Sikap kritis terhadap lingkungan memang sejalan dengan perkembangan

intelektual yang dialami para remaja. Dalam situasi bingung dan konflik batin

menyebabkan remaja sulit untuk menentukan pilihan yang tepat. Dalam situasi

yang demikian itu, maka peluang munculnya perilaku menyimpang terbuka lebar

(Jalaluddin 2002: 82).

b. Perkembangan perasaan

Berbagai perasaan telah berkembang pada masa remaja. Perasaan sosial,

etis dan estetis mendorong remaja untuk menghayati peri kehidupan yang terbiasa

dalam lingkungannya. Kehidupan religius akan cenderung mendorong dirinya

lebih dekat ke arah hidup yang religius pula.

Menurut Jones (dalam Hurlock 1980: 222) perubahan minat religius selama

masa remaja lebih radikal daripada perubahan dalam minat akan pekerjaan.

Adanya perubahan minat akan agama pada remaja tidak mencerminkan kurangnya

keyakinan, melainkan suatu kekecewaan terhadap organisasi keagamaan dan

penggunaan keyainan serta khotbah dalam penyelesaian masalah sosial, politik

dan ekonomi.
20

c. Perkembangan moral

Perkembangan moral pada remaja bertitik tolak dari rasa berdosa dan usaha

untuk mencari proteksi. Tipe moral juga terlihat pada para remaja juga

mencakupi:

1) Self-directive, taat terhadap agama atau moral berdasarkan pertimbangan

pribadi.

2) Adaptive, mengikuti situasi lingkungan tanpa mengadakan kritik.

3) Submissive, merasakan adanya keraguan tehadap ajaran moral dan agama.

4) Unadjusted, belum meyakini akan kebenaran ajaran agama dan moral.

5) Deviant, menolak dasar dan hukum keagamaan serta tatanan moral

masyarakat.

d. Sikap dan minat

Sikap dan minat remaja terhadap masalah keagamaan boleh dikatakan

sangat kecil dan hal ini tergantung dari kebiasaan masa kecil serta lingkungan

agama yang mempengaruhi mereka.

2.2 Kenakalan Remaja

2.2.1 Pengertian Kenakalan Remaja

Secara etimologis kenakalan remaja (juvenile delinquency) dapat

dijabarkan bahwa juvenile yang berarti anak sedangkan delinquency berarti

kejahatan. Dengan demikian pengertian secara etimologis adalah kejahatan anak.

Jika menyangkut sebyek atau pelakunya, maka menjadi juvenile delinquency yang

berarti penjahat anak atau anak jahat (Sudarsono 2008: 10).


21

Kausar (2012: 487) mengatakan bahwa kata Juvenil merujuk pada anak

yang berusia di bawah 18 tahun dan delinquency adalah istilah yang

didefinisikan oleh hukum untuk perilaku kriminal yang sering menghasilkan

perilaku bermasalah yang ekstrim.

Kartono (2011: 6) mengartikan juvenil delinquency sebagai suatu perlakuan

jahat (dursila), atau kejahatan/kenakalan anak-anak muda, merupakan gejala sakit

(patologis) secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh satu

bentuk pengabaian sosial, sehingga dapat mengembangkan bentuk tingkah laku

yang menyimpang. Delinquency menurut Kartono (2011: 6) selalu mempunyai

konotasi serangan, pelanggaran, kejahatan dan keganasan yang dilakukan oleh

anak-anak muda dibawah usia 22 tahun.

Simanjuntak (dalam Sudarsono 2008: 10) memberi tinjauan secara

sosiokultural tentang arti juvenile delinquency, menurutnya suatu perbuatan

disebut delinkuen apabila perbuatan-perbuatan tersebut bertentangan dengan

norma-norma yang ada dalam masyarakat dimana ia hidup atau suatu perbuatan

yang anti sosial dimana di dalamnya terkandung unsur-unsur anti-normatif.

Menurut Santrock (2003: 518) kenakalan remaja (juvenile delinquency)

mengacu pada suatu rentang yang sangat luas, dari tingkah laku yang tidak dapat

diterima secara sosial misalnya bersikap berlebihan di sekolah sampai

pelanggaran status seperti melarikan diri hingga tindak kriminal misalnya

pencurian (Dryfoos dalam Santrock 2003: 519).


22

Sudarsono (2008: 11) mendefinisikan kenakalan remaja sebagai

perbuatan/kejahatan/pelanggaran yang dilakukan oleh anak remaja yang bersifat

melawan hukum, anti sosial, anti susila, dan menyalahi norma-norma agama.

Dalam arti luas, kenakalan remaja meliputi perbuatan-perbuatan anak

remaja yang bertentangan dengan kaidah-kaidah hukum tertulis, baik yang

terdapat dalam KUHP (pidana umum) maupun perundang-undangan diluar KUHP

(pidana khusus). Dapat pula terjadi perbuatan anak remaja tersebut bersifat anti

sosial yang menimbulkan keresahan masyarakat pada umumnya, akan tetapi tidak

tergolong detik pidana umum maupun pidana khusus. Ada pula perbuatan anak

remaja yang bersifat anti susila, yakni durhaka kepada kedua orang tua, sesaudara

saling bermusuhan. Disamping itu dapat dikatakan kenakalan remaja jika

perbuatan tersebut bertentangan dengan norma-norma agama yang dianutnya,

misalnya remaja muslim enggan berpuasa, padahal sudah tamyis bahkan sudah

baligh, remaja Kristen enggan melakukan sembahyang/kebaktian (Sudarsono

2008 : 12).

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

disimpulkan kenakalan remaja adalah semua perbuatan menyimpang atau

pelanggaran yang bersifat anti sosial, anti susila, pelanggaran status, melawan

hukum dan menyalahi norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku dalam

masyarakat yang dilakukan oleh remaja sehingga dapat merugikan dirinya sendiri

maupun orang lain dan lingkungan sekitarnya.


23

2.2.2 Faktor-Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Simadjuntak (1981: 289-290) menyebutkan faktor-faktor yang

menyebabkan kenakalan pada remaja menjadi dua klasifikasi, yaitu:

1. Faktor internal :

a. Cacad keturunan yang bersifat biologis-psikis.

b. Pembawaan negatif yang mengarah pada perbuatan nakal.

c. Ketidakseimbangan pemenuhan kebutuhan pokok dengan keinginan. Hal

ini menimbulkan frustasi dan ketegangan.

d. Lemahnya kontrol diri dan persepsi sosial.

e. Ketidakmampuan penyesuaian diri terhadap perubahan lingkungan yang

baik dan kreatif.

f. Tidak ada kegemaran, tidak memiliki hobi yang sehat.

2. Faktor eksternal :

a. Rasa cinta dari orang tua dan lingkungan.

b. Pendidikan yang kurang mampu menanamkan bertingkah laku sesuai

dengan alam sekitar yang diharapkan orang tua, sekolah dan masyarakat.

c. Menurunnya wibawa orang tua, guru dan pemimpin masyarakat.

d. Pengawasan yang kurang efektif dalam pembinaan yang berpengaruh

dalam domain efektif, konasi, konisi dari orang tua, masyarakat dan guru.

e. Kurangnya pemahaman terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah

dan masyarakat.

f. Kurangnya sarana penyaluran waktu senggang.


24

g. Ketidaktahuan keluarga dalam menangani masalah remaja baik dalam segi

pendekatan sosiologik, psikologik maupun pedagogik.

Santrock (2003: 522) menyebutkan ada beberapa hal yang menyebabkan

kenakalan pada remaja, yaitu :

a. Identitas

Erikson (Santrock 2003: 522) mengemukakan bahwa masa remaja berada

pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus diatasi. Ia percaya

bahwa perubahan biologis berupa pubertas menjadi awal dari perubahan yang

terjadi bersamaan dengan harapan sosial yang dimiliki keluarga, teman sebaya,

dan sekolah terhadap remaja. Perubahan biologis dan sosial memungkinkan

terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja yaitu terbentuknya

perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya dan tercapainya identitas peran,

kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan

gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntut dari remaja.

Erickson percaya bahwa kenakalan terutama ditandai dengan kegagalan

remaja dalam memenuhi bentuk integrasi yang kedua, yang melibatkan berbagai

aspek-aspek peran identitas. Bagi Erickson, kenakalan adalah suatu upaya untuk

membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif.

b. Kontrol diri

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk

mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak

gagal mengembangkan kontrol yang esensial yang sudah dimiliki orang lain

selama proses pertumbuhan. Kontrol diri yang rendah dalam merespon perbedaan
25

acapkali menjadi penyebabnya. Remaja terkadang terlalu emosional dalam

merespon suatu kejadian dan menolak kejadian tersebut sebagai sesuatu yang

terjadi.

Penelitian yang dilakukan oleh Feldman & Weinberger pada tahun 1994

menguatkan pendapat bahwa kontrol diri memainkan peranan penting dalam

kenakalan remaja (Santrock 2003: 524). Kebanyakan remaja yang melakukan

kenakalan tidak banyak memiliki kemampuan dalam berbagai kompetensi yang

dapat meningkatkan cara pandang terhadap dirinya sendiri.

c. Proses Keluarga

Orang tua yang memiliki remaja pelaku kenakalan biasanya tidak terlatih

untuk bersikap tidak mendukung tingkah laku anti sosial daripada orang tua yang

memiliki remaja yang tidak melakukan kenakalan. Pengawasan orang tua

terhadap remaja terutama penting dalam menentukan apakah remaja akan

melakukan kenakalan atau tidak. Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa

pengawasan orang tua terhadap keberadaan remaja adalah faktor keluarga yang

paling penting dalam meramalkan kenakalan remaja (Patterson & Stouthamer-

Loeber 1984 dalam Santrock 2003: 524).

d. Kelas sosial / komunitas

Walaupun kini kenakalan remaja tidak lagi terbatas hanya sebagai kelas

masalah sosial yang lebih rendah dibandingkan dimasa sebelumnya, beberapa ciri

kebudayaan kelas sosial yang lebih rendah cenderung memicu terjadinya

kenakalan (Jenkins & Bell dalam Santrock 2003: 525). Norma yang berlaku

diantara teman-teman sebaya dan geng dari kelas sosial yang lebih rendah adalah
26

antisosial dan berlawanan dengan tujuan dan norma masyarakat secara meluas

(McCord dalam Santrock 2003: 525).

Status dalam kelompok teman sebaya dapat ditentukan dari seberapa sering

seorang remaja melakukan tindakan anti sosial dan tetap tidak dipenjara. Karena

remaja yang dari kelas sosial yang lebih rendah memiliki kesempatan yang lebih

terbatas untuk mengembangkan ketrampilan yang diterima oleh masyarakat,

mereka mungkin saja merasa bahwa mereka bisa mendapatkan perhatian dan

status dengan cara melakukan tindakan antisosial. Menjadi tangguh dan

maskulin adalah contoh status yang tinggi bagi anak-anak dari kelas sosial

yang lebih rendah, dan status seperti ini sering ditentukan oleh keberhasilan

remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah

melakukan kenakalan.

Komunitas juga dapat berperan serta dalam munculnya kenakalan

(Chesney-Lind 1989; Figueira & McDonough 1992 dalam Santrock 2003: 525).

Masyarakat dengan tingkat kriminalitas yang tinggi memungkinkan remaja

mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh

hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Kualitas sekolah,

pendanaan pendidikandan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-

faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan.

Hal lain dijelaskan oleh Sutoyo (2009: 99-100) menurutnya kenakalan

remaja disebabkan karena fitrah iman yang ada pada individu tidak bisa

berkembang dengan sempurna, dan atau imannya berkembang tetapi tidak

berfungsi dengan baik. Sebab iman yang berkembang dengan sempurna tantu
27

mampu berfungsi sebagai pemberi arah, pendorong dan sekaligus pengendali bagi

fitrah jasmani, rohani dan nafs; yang pada akhirnya akan melahirkan

kecenderungan untuk berperilaku positif. Sedangkan menurut Sudarsono (2008:

120) mengatakan bahwa anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian

besar disebabkan karena meraka lalai menunaikan perintah-perintah agama antara

lain tidak mengikuti acara kebaktian, tidak mengikuti acara missa, tidak

menjalankan puasa dan tidak mengerjakan sholat.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kenakalan remaja disebabkan

oleh dua faktor, yaitu :

1. Faktor internal meliputi identitas, kontrol diri, proses keluarga, fitrah iman

yang belum berkembang sempurna dan agama.

2. Faktor eksternal meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua keluarga

maupun guru, kurangnya sarana penyaluran waktu senggang, pendidikan yang

kurang dan komunitas/lingkungan.

2.2.3 Ciri-Ciri Pokok Kenakalan Remaja

Menurut Gunarsa dan Gunarsa (1989: 19) beberapa ciri-ciri pokok dari

kenakalan remaja yaitu :

1. Kenakalan tersebut mempunyai tujuan yang a-sosial yakni dengan perbuatan

atau tingkah laku tersebut ia bertentangan dengan nilai atau norma sosial yang

ada di lingkungan hidupnya.

2. Kenakalan remaja merupakan kenakalan yang dilakukan oleh mereka yang

berumur antara 13-17 tahun dan belum menikah.


28

3. Kenakalan remaja dapat dilakukan oleh seorang remaja dan dapat dilakukan

bersama-sama dalam sekelompok remaja.

Secara umum dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri pokok dari kenakalan

remaja yaitu perbuatan tersebut bersifat melanggar hukum, bertentangan dengan

nilai atau norma dan dilakukan oleh seorang remaja maupun dilakukan bersama-

sama oleh sekelompok remaja.

2.2.4 Jenis-Jenis Kenakalan Remaja

Jensen (dalam Sarwono 2010: 256) membagi kenakalan menjadi empat

jenis, yaitu :

1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada orang lain, misalnya:

perkelahian, menyakiti teman seperti melakukan penganiayaan dan lain-lain.

2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi, misalnya: perusakan, pencurian,

pemerasan, menggunakan iuran sekolah (SPP) dan lain-lain.

3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain,

misalnya: menikmati karya pornografi, penyalahgunaan obat dan hubungan

seks bebas.

4. Kenakalan yang melawan status, misalnya: mengingkari status anak sebagai

pelajar dengan cara datang terlambat ke sekolah, membolos, tidak memakai

atribut sekolah dengan lengkap, berpakaian tidak sesuai dengan aturan

sekolah, berperilaku tidak sopan dengan orang tua dan guru, mencontek,

keluyuran setelah pulang sekolah dan pada malam hari tanpa tujuan yang

jelas, berbohong, menggunakan kendaraan bermotor tanpa memiliki surat ijin


29

mengemudi (SIM), mengingkari status orang tua dengan cara kabur/minggat

dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

Kenakalan remaja dapat digolongkan menjadi dua kelompok besar sesuai

kaitannya dengan norma hukum (Mulyono 1993: 22-24):

1. Kenakalan yang bersifat amoral dan anti sosial yang tidak diatur oleh undang-

undang sehingga tidak dapat dikategorikan sebagai pelanggaran hukum,

seperti membolos, berbohong atau memutar balikkan kenyataan dengan tujuan

menipu diri, berpakaian tidak pantas, memiliki dan membawa benda yang

membahayakan orang lain, meminum-minuman keras, menggunakan bahasa

yang tidak sopan dan tidak senonoh, kabur dari rumah, keluyuran atau pergi

sampai larut malam, dan bergaul dengan teman yang dapat menimbulkan

pengaruh negatif.

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaiannya sesuai

dengan undang-undang dan hukum, seperti berjudi, mencuri, menjambret,

merampok, merampas dengan atau tanpa kekerasan, menggelapkan barang,

penipuan dan pemalsuan, memiliki dan membawa senjata tajam yang dapat

membahayakan orang lain, pengguran kandungan, percobaan atau terlibat

pembunuhan dan penganiyaan.

Sunarwiyati (dalam Purwandari 2011: 31) membagi kenakalan remaja

kedalam tiga tingkatan :

4. Kenakalan biasa seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah,

pergi dari rumah tanpa pamit.


30

5. Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti

mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.

6. Kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar

nikah, pergaulan bebas, pemerkosaan dan lain-lain.

Secara keseluruhan dapat disimpulkan bentuk kenakalan remaja dibagi

menjadi tiga yaitu :

1. Kenakalan ringan/biasa, dimana kenakalan ini bersifat amoral dan anti sosial,

yaitu kenakalan yang melanggar aturan-aturan yang ada di sekitar lingkungan

tempat individu berada, misalnya lingkungan sekolah dan lingkungan

keluarga. Kenakalan ini tidak diatur oleh undang-undang dan tidak dapat

dikategorikan sebagai pelanggaran hukum, seperti membolos, suka keluyuran,

suka berkelahi, membawa benda yang tidak ada kaitannya dengan KBM,

berpakaian tidak sopan, berkata tidak sopan dan senonoh, dan meninggalkan

rumah tanpa izin orang tua dimana kenakalan ini merupakan kenakalan yang

melawan status.

2. Kenakalan sedang, yaitu jenis kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan

kejahatan dimana kenakalan ini diatur oleh hukum dan dapat merugikan

masyarakat, seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang

tua tanpa izin yang dapat menimbulkan korban fisik dan materi pada orang

lain.

3. Kenakalan berat/khusus, yaitu kenakalan yang melanggar hukum dan

mengarah kepada tindakan kriminal, seperti berjudi, mencuri, menjambret,

penipuan, penyalahgunaan narkoba, pemerkosaan, hubungan seks diluar


31

nikah, penggelapan barang dan terlibat pembunuhan serta penganiayaan.

Kenakalan ini merupakan kenakalan yang dapat menimbulkan korban fisik,

menimbulkan korban materi dan tidak menimbulkan korban di di pihak orang

lain.

Pada penelitian ini peneliti membatasi kenakalan remaja pada jenis

kenakalan ringan, yaitu perilaku pelanggaran tata tertib sekolah siswa SMP Negeri

02 Slawi, Kabupaten Tegal yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi dimana

perilaku tersebut meliputi terlambat masuk sekolah, membolos, tidak masuk

sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah, memakai seragam

tidak lengkap, tidak mengerjakan tugas, mengompas/memalak dan berkata tidak

sopan kepada guru.

2.2.5 Penanggulangan Kenakalan Remaja

Tindakan delinkuen anak remaja banyak menimbulkan kerugian materiil

dan kesengsaraan batin baik pada subyek pelaku sendiri maupun pada para

korbannya. Maka masyarakat dan pemerintah dipaksa untuk melakukan tindak-

tindak preventif dan penanggulangan secara kuratif (Kartono 2011: 95-97).

Tindakan preventif yang dilakukan berupa :

1. Meningkatkan kesejahteraan keluarga.

2. Perbaikan lingkungan, yaitu daerah slum, kampung-kampung miskin.

3. Mendirikan klinik bimbingan psikologis dan edukatif untuk memperbaiki

tingkah laku dan membantu remaja dari kesulitan mereka.

4. Menyediakan tempat rekreasi yang sehat bagi remaja.

5. Membentuk badan kesejahteraan bagi anak-anak.


32

6. Mengadakan panti asuhan.

7. Mengadakan lembaga freformatif untuk memberikan latihan korektif,

pengoreksian dan asistensi untuk hidup mandiri dan susial kepad anak-anak

dan para remaja yang membutuhkan.

8. Membuat badan supervise dan pengontrol terhadap kegiatan anak delinkuen,

disertai program yang korektif.

9. Mengadakan pengadilan anak.

10. Menyusun undang-undang khusus untuk anak dan remaja.

11. Mendirikan sekolah bagi anak gembel (miskin).

12. Mengadakan rumah tahanan khusus untuk anak dan remaja.

13. Menyelenggaran diskusi kelompok dan bimbingan kelompok untuk

membangun kontak manusiawi diantara para remaja delinkuen dengan

masyarakat luar.

14. Mendirikan tempat latihan untuk menyalurkan kreativitas para remaja

delinkuen dan yang nondelinkuen. Misalnya berupa latihan vokasional, latihan

hidup bermasyarakat, latihan persiapan untuk bertransmigrasi dan lain-lain.

15. Tindakan hukuman bagi anak remaja delinkuen antara lain berupa:

menghukum mereka sesuai dengan perbuatannya, sehingga dianggap adil, dan

bisa mengugah berfungsinya hati nurani sendiri untuk hidup susila dan

mandiri.

Selanjutnya tindakan kuratif bagi usaha penyembuhan anak delinkuen

antara lain berupa :


33

1. Menghilangkan sebab musabab timbulnya kejahatan remaja baik yang berupa

familial, sosial ekonomis dan kultural.

2. Melakukan perubahan lingkungan dengan jalan memberikan orang tua

angkat/asuh dan memberikan fasilitas yang diperlukan bagi perkembangan

jasmani dan rohani yang sehat bagi anak-anak remaja.

3. Memindahkan anak-anak nakal ke sekolah yang lebih baik, atau ke tengah

lingkungan sosial yang baik.

4. Memberikan latihan bagi para remaja untuk hidup teratur, tertib, berdisiplin.

5. Memanfaatkan waktu senggang untuk membiasakan diri bekerja, belajar dan

melakukan rekreasi sehat dengan disiplin tinggi.

6. Menggiatkan organisasi pemuda dengan program-program latihan vokasional

untuk mempersiapkan anak remaja delinkuen itu bagi pasaran kerja dan hidup

di tengah masyarakat.

7. Memperbanyak lembaga latihan kerja dengan program kegiatan

pembangunan.

8. Mendirikan klinik psikologi untuk meringankan dan memecahkan konflik

emosional dan gangguan kejiwaan lainnya. memberikan pengobatan medis

dan terapi psikoanalitis bagi mereka yang menderita gangguan kejiwaan.

Secara singkat dapat disimpulkan bahwa bentuk penanggulangan dari

kenakalan remaja dilakukan secara preventif dan kuratif.

2.2.6 Jurnal Buku Sanksi

Jurnal buku sanksi merupakan buku yang digunakan oleh guru bimbingan

dan konseling SMP N 02 Slawi untuk mencatat sejumlah aktivitas-aktivitas atau


34

kejadian-kejadian yang berkaitan dengan beberapa kasus atau pelanggaran yang

dilakukan oleh siswa-siswi SMP N 02 Slawi. Buku ini berisi sekumpulan catatan-

catatan mengenai permasalahan-permasalahan yang dialami oleh beberapa siswa-

siswa SMP N 02 Slawi. Buku ini terbagi menjadi dua, yaitu buku catatan

terlambat yang digunakan untuk mencatat siswa-siswa yang datang terlambat ke

sekolah dan buku catatan kasus yang digunakan untuk mencatat beberapa kasus

atau permasalahan yang dialami oleh beberapa siswa di sekolah.

SMP N 02 Slawi tidak menerapkan sistem poin untuk setiap pelanggaran-

pelanggaran yang dilakukan oleh siswa-siswa di SMP tersebut. Hal ini disebabkan

karena apabila sistem poin digunakan dikhawatirkan semua siswa akan

mendapatkan poin atas pelanggaran yang dilakukan. Menurut pemamaran guru

bimbingan dan konseling sendiri sistem poin sudah pernah diterapkan, namun

dengan diterapkannya sistem poin tersebut membuat siswa malas berangkat ke

sekolah karena mereka merasa terbebani dengan adanya penerapan poin tersebut

dan dampaknya hampir semua siswa mendapatkan poin atas pelanggran-

pelanggaran yang mereka lakukan. Karena tidak diterapkannya sistem poin di

sekolah ini, maka pihak sekolah tidak bisa mengklasifikiasikan atau

mengkategorisasikan jenis pelanggaran-pelanggaran atau kenakalan yang

dilakukan oleh beberapa siswa SMP N 02 Slawi.

Pihak SMP N 02 Slawi memberi batasan bagi siswa-siswa yang melakukan

tindak pelanggaran baik pelanggaran keterlambatan maupun pelanggaran kasus-

kasus lainnya yaitu maksimal tiga kali berturut-turut dalam satu minggu. Apabila

siswa telah melakukan pelanggaran dua kali dalam satu minggu, maka guru
35

pembimbing segera mengambil tindakan atas pelanggran tersebut dengan cara

melakukan pembinaan secara langsung kepada siswa yang melakukan

pelanggaran. Pembinaan ini dilakukan pada saat jam istirahat berlangsung dengan

cara memanggil siswa yang bersangkutan ke ruang bimbingan dan konseling

untuk mendapatkan pembinaan dari guru pembimbing. Dengan adanya pembinaan

ini diharapkan siswa dapat mengurangi bahkan merubah perilakunya sehingga

siswa tersebut tidak melakukan pelanggaran kembali. Apabila setelah diadakan

pembinaan secara langsung siswa tidak mengalami perubahan dan tetap

melakukan pelanggaran, maka penanganan dialihtangankan kepada Kepala

Sekolah. Namun apabila tindakan ini belum juga berhasil, pihak sekolah

memutuskan untuk memanggil orang tua atau wali murid ke sekolah.

2.3 Religiusitas

2.3.1 Pengertian Religiusitas

Secara etimologi, religiusitas berasal dari kata religi, religion (Inggris),

religie (Belanda), religio (Latin) dan ad-Dien (Arab). Menurut Drikarya (dalam

Widiyanta 2005: 80) kata Religi berasal dari bahasa latin religio yang akar

katanya religare yang berarti mengikat. Maksudnya adalah suatu kewajiban-

kewajiban atau aturan-aturan yang harus dilaksanakan, yang kesemuanya itu

berfungsi untuk mengikat dan mengukuhkan diri seseorang atau sekelompok

orang dalam hubungannya dengan Tuhan atau sesama manusia, serta alam

sekitarnya.

Secara esensial agama merupakan peraturan-peraturan dari Tuhan Yang

Maha Esa berdimensi vertikal dan horizontal yang mampu memberi dorongan
36

terhadap jiwa manusia yang berakal agar berpedoman menurut peraturan Tuhan

dengan kehendaknya sendiri, tanpa dipengaruhi untuk mencapai kebahagiaan

hidup di dunia dan kebahagiaan di akhirat kelak (Sudarsono 2008: 119).

Menurut Glock & Strak (dalam Ancok & Suroso 1995: 76) mendefinisikan

agama merupakan sistem simbol, sistem keyakinan, sistem nilai, dan sistem

perilaku yang terlambangkan yang semuanya itu berpusat pada persoalan-

persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi (ultimate meaning).

Religiusitas dan agama memang merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan. Menurut Mangunwidjaya (dalam Andisti & Ritandiyono 2008: 172)

bila dilihat dari kenampakannya, agama lebih menunjukkan kepada suatu

kelembagaan yang mengatur tata penyembahan manusia kepada Tuhan,

sedangkan religiusitas lebih menunjuk pada aspek yang ada di lubuk hati manusia.

Religiusitas lebih menunjuk kepada aspek kualitas dari manusia yang beragama.

Agama dan religiusitas saling mendukung dan saling melengkapi karena keduanya

merupakan konsekuensi logis dari kehidupan manusia yang mempunyai dua

kutub, yaitu kutub kehidupan pribadi dan kutub kebersamaannya di tengah

masyarakat.

Selanjutnya Ancok dan Suroso (1995: 76) mengemukakan bahwa

keberagamaan atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan

manusia. Aktivitas beragama bukan hanya terjadi ketika seseorang melakukan

perilaku ritual (beribadah) tapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong

oleh kekuatan supranatural, bukan hanya aktivitas yang tampak dan dapat dilihat

tetapi juga aktivitas yang tak tampak dan terjadi pada hati seseorang. Karena itu
37

keberagamaan seseorang akan meliputi berbagai macam sisi dan dimensi. Dengan

demikian dapat dikatakan bahwa agama adalah sistem yang berdimensi banyak.

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa religiusitas adalah suatu gambaran keadaan dalam diri

seseorang yang mendorongnya bertingkah laku (baik tingkah laku yang tampak

maupun tak tampak), bersikap, dan bertindak sesuai dengan ajaran-ajaran agama

yang dianutnya.

2.3.2 Karakteristik Individu yang Memiliki Religiusitas

Individu yang memiliki religiusitas tinggi akan tercermin dalam

perilakunya. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Glock dan Stark dalam dimensi

religiusitas, Ancok dan Suroso menjelaskan karakteristik individu yang memiliki

religiusitas berdasarkan dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan

Stark yang memiliki kesesuaian dengan islam, yaitu:

1. Memiliki ciri utama berupa keyakinan (aqidah) yang kuat. Aqidah ini

mengungkap masalah keyakinan manusia terhadap rukun iman (iman kepada

Allah, Malaikat, kitab-kitab, Nabi, hari pembalasan dan qadha dan qadhar).

Seorang muslim yang religius akan merasa yakin atau percaya terhadap

adanya Allah, melakukan hubungan sebaik-baiknya dengan Allah guna

mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat, mencintai dan

melaksanakan perintah Allah, serta menjauhi larangan-Nya, meyakini adanya

hal-hal yang dinaggap suci dan sakral, seperti kitab suci, tempat ibadah san

sebagainya.
38

2. Mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajarkan oleh

agamanya. Seorang muslim yang beribadah dengan baik menggunakan jam-

jam yang dimilikinya untuk beribadah kepada Allah dengan sholat, banyak

berdzikir, berdoa, rajin berpuasa dan zakat serta ibadah-ibadah lainnya.

3. Perilaku-perilaku yang ditunjukkan disesuaikan dan dimotivasi oleh ajaran-

ajaran agamanya seperti suka menolong, bekerjasama, berderma, menegakkan

keadilan dan kebenaran, berlaku jujur, memaafkan, menjaga lingkungan

hidup, menjaga amanat, memaafkan, mematuhi norma-norma islam dalam

perilaku seksual dan sebagainya.

4. Mengetahui dan memahami hal-hal yang pokok mengenai dasar-dasar

keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi terhadap ajaran agamanya,

seperti mengetahui tentang isi Al-quran, pokok-pokok ajaran yang harus

diimani dan dilaksanakan (rukun Iman dan rukun Islam), hukum-hukum

Islam, Sejarah Islam dan sebagainya. Dengan mengetahui hal-hal yang

berhubungan dengan agama yang dianut, seseorang akan lebih paham tentang

ajaran agama yang dipeluknya.

5. Merasakan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan

keajaiban yang datang dari Allah, seperti merasakan bahwa doanya

dikabulkan Allah, merasakan ketentraman karena menuhankan Allah,

tersentuh atau bergetar ketika menderang asma-asma Allah (seperti suara

adzan dan alunan ayat-ayat suci Al-Quran) dan perasaan syukur atas nikmat

yang dikaruniakan Allah.


39

Hawari (dalam Sutoyo 2009: 148-160) menyebutkan ciri seseorang yang

memiliki religiuistas tinggi yaitu:

1. Merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang

diperintahkan Allah atau melakukan sesuatu yang dilarang oleh-Nya. Ia akan

merasa malu ketika berbuat sesuatu yang tidak baik meskipun tak seorangpun

melihatnya. Selain itu Ia juga selalu ingat kepada Allah, perasaannya tenang

dan aman karena merasa dilindungi oleh Dzat yang maha perkasa lagi

Bijaksana.

2. Selalu merasa bahwa segala tingkah laku dan ucapannya ada yang

mengontrol. Oleh sebab itu mereka selalu berhati-hati dalam bertindak dan

berucap.

3. Melakukan pengamalan agama seperti yang dicontohkan oleh para Nabi,

karena hal tersebut dapat memberikan rasa tenang dan terlindungi bagi

pemeluknya.

4. Memiliki jiwa yang sehat sehingga mampu membedakan mana yang baik dan

buruk bagi dirinya.

5. Selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam kehidupannya, walaupun

aktivitas tersebut tidak mendatangkan keuntungan materi dalam kehidupan

dunianya. Hal ini dikarenakan ia memiliki kontrol diri yang baik sehingga

timbul kesadaran bahwa apapun yang ia lakukan pasti akan mendapatkan

balasan dari Allah.

6. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang tidak mungkin

dicapainya, karena ia menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya merupakan


40

kehendak Allah dan tidak mudah mengalami stress ketika mengalami

kegagalan serta tidak pula menyombongkan diri ketika sukses, karena ia

yakin bahwa kegagalan maupun kesuksesan pada dasarnya merupakan

ketentuan Allah.

Secara umum, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki

religiusitas yaitu memiliki keyakinan yang kuat akan adanya Allah sehingga ia

merasa resah dan gelisah manakala tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan

Allah dan sesuatu yang dilarang Allah serta merasa segala tingkah lakunya ada

yang mengontrol. Memiliki kesadaran bahwa ada batas-batas maksimal yang

tidak mungkin dicapainya karena ia menyadari bahwa hal tersebut sepenuhnya

merupakan takdir Allah. Mampu membedakan mana yang baik dan buruk bagi

dirinya dan selalu melakukan aktivitas-aktivitas positif dalam hidupnya.

2.3.3 Dimensi Religiusitas

Glock dan Stark (dalam Ancok & Suroso 1995: 77-78) membagi dimensi

atau aspek religiusitas menjadi lima, kelima aspek atau dimensi tersebut yaitu :

1. Dimensi keyakinan

Yaitu dimensi yang berisi pengharapan-pengharapan dimana orang religius

berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran

doktrin-doktrin tersebut. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan

dimana para penganut diharapkan akan taat. Walaupun demikian, isi dan ruang

lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya diantara agama-agama, tetapi sering

kali juga diantara tradisi-tradisi dalam agama yang sama.


41

2. Dimensi praktik agama

Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang

dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya.

Praktik-praktik keagamaan ini terdiri atas dua kelas penting, yaitu :

1) Ritual, mengacu kepada seperangkat ritus, tindakan keagamaan formal dan

praktek-praktek suci yang semua para pemeluk mengharapkan para

pemeluk melaksanakan.

2) Ketaatan. Ketaatan dan ritual bagaikan ikan dengan air, meski ada

perbedaan penting. Apabila aspek ritual dari komitmen sangat formal dan

khas publik, semua agama yang dikenal juga mempunyai perangkat

tindakan persembahan dan kontemplasi personal yang relatif spontan,

informal, dan khas pribadi.

3. Dimensi pengalaman

Dimensi ini berisikan dan memperhatikan fakta bahwa semua agama

mengandung pengharapan-pengharapan tertentu, meski tidak tepat jika dikatakan

bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai

pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan terakhir (kenyataan

terakhir bahwa ia akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supranatural).

Dimensi ini berkaitan dengan pengalaman keagamaan, perasaan-perasaan,

persepsi-persepsi, dan sensasi-sensasi yang dialami seseorang atau didefinisikan

oleh suatu kelompok keagamaan (atau suatu masyarakat) yang melihat

komunikasi, walaupun kecil, dalam suatu esesnsi ketuhanan, yaitu dengan tuhan,

kenyataan terakhir, dengan otoritas transedental.


42

4. Dimensi pengetahuan agama

Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama

paling tidak memiliki sejumlah minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar

keyakinan, ritus-ritus, kitab suci dan tradisi-tradisi. Dimensi pengetahuan dan

keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu

keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak

perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu

bersandar pada keyakinan. Lebih jauh, seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa

benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar

pengetahuan yang amat sedikit.

5. Dimensi pengamalan atau konsekuensi

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keagamaan, praktik,

pengalaman, dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Istilah kerja dalam

pengertian teologis digunakan disini. Walaupun agama banyak menggariskan

bagaimana pemeluknya seharusnya berfikir dan bertindak dalam kehidupan

sehari-hari, tidak sepenuhnya jelas sebatas mana konsekuensi-konsekuensi agama

merupakan bagian dari komitmen keagamaan atau semata-mata berasal dari

agama.

Berpandangan terhadap rumusan dimensi keberagamaan yang

dikemukakan oleh Glock & Stark, Ancok & Suroso (1995: 80) membagi dimensi

keberagamaan menjadi lima dimensi dalam tingkat tertentu yang memiliki

kesesuaian dengan Islam. Walaupun tak sepenuhnya sama, dimensi keyakinan

dapat disejajarkan dengan akidah, dimensi praktik agama disejajarkan dengan


43

syariah dan dimensi pengamalan disejajarkan dengan akhlak. Kelima dimensi

tersebut yaitu :

1. Dimensi Keyakinan atau akidah islam

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap

kebenaran ajaran-ajaran agamanya, terutama terhadap kebenaran ajaran-ajaran

yang bersifat fundamental dan dogmatik. Didalam keberislaman, isi dimensi

keimanan menyangkut keyakinan tentang Allah, para malaikat, Nabi/Rosul, kitab-

kitab Allah, surga dan neraka, serta qadha dan qadar.

2. Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan Muslim dalam

mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh

agamanya. Dalam keberislaman, dimensi ini menyangkut pelaksanaan sholat,

puasa, zakat, haji, membaca Al-Quran, doa, zikir, ibadah kurban, iktikaf di

masjid di bulan puasa dan sebagainya.

3. Dimensi pengamalan atau akhlak

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkatan Muslim berperilaku

dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi

dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Dalam keberislaman dimensi ini

meliputi perilaku suka menolong, bekerjasama, berderma, menyejahterakan dan

menumbuhkembangkan orang lain, menegakkan keadilan dan kebenaran, berlaku

jujur, memaafkan, menjaga lingkungan hidup, menjaga amanat, mematuhi norma-

norma islam dalam perilaku seksual, berjuang untuk hidup sukses menurut ukuran

Islam, dan sebagainya.


44

4. Dimensi pengetahuan atau ilmu

Dimensi ini menunjuk pada seberapa tingkat pengetahuan Muslim terhadap

ajaran-ajaran agamanya, terutama mengenai ajaran-ajaran pokok dari agamanya,

sebagaimana termuat dalam kitab sucinya. Dalam keberislaman, dimensi ini

menyangkut pengetahuan tentang isi Al-Quran, pokok-pokok ajaran yang harus

diimani dan dilaksanakan (rukun Islam dan rukun Iman), hukum-hukum Islam,

sejarah Islam dan sebagainya.

5. Dimensi pengalaman atau penghayatan

Dimensi ini menunjuk pada seberapa jauh tingkat Muslim dalam merasakan

dan mengalami perasaan-perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Dalam

keberislaman dimensi ini terwujud dalam perasaan dekat/akrab dengan Allah,

perasaan doa-doanya sering terkabul, perasaan tentram bahagia karena

menuhankan Allah, perasaan bertawakkal (pasrah diri secara positif) kepada

Allah, perasaan khusuk ketika melaksanakan sholat atau berdoa, perasaan tergetar

ketika mendengar adzan atau ayat-ayat Al-Quran, perasaan bersyukur kepada

Allah, perasaan mendapat peringatan atau pertolongan dari Allah.

Allport dan Fetzer (dalam Purnama 2011: 38) mengemukakan bahwa

religiusitas terdiri dari dua aspek, yaitu: 1) aspek intrinsik; menggunakan agama

sebagai alat-alat untuk mencapai sesuatu seperti untuk memperoleh kenyamanan,

keamanan, status dan dukungan sosial. 2) aspek ekstrinsik; melaksanakan agama

semata-mata tulus karena perintah Tuhan bukan karena kepentingan pribadi.

Masing-masing aspek terdiri dari 12 indikator, yaitu:


45

1. Pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experiences)

Dimensi ini merupakan persepsi individu terhadap sesuatu yang berkaitan

dengan dampak menjalankan agama (pengalaman spiritual) dalam kehidupan

sehari-hari. Secara terperinci dimensi ini berkaitan dengan pengalaman-

pengalaman, perasaan-perasaan, persepsi-persepsi dan sensasi-sensasi yang

dialami seseorang yang melihat komunikasi dalam suatu esensi ketuhanan yaitu

Tuhan, kenyataan terakhir dengan otoritas transedental.

2. Makna Beragama (meaning)

Meaning adalah pencarian makna dari kehidupan dan berbicara mengenai

pentingnya makna atau tujuan hidup sebagai bagian dari fungsi penting untuk

mengatasi hidup atau unsur kesejahteraan psikologis. Pencarian makna juga telah

didefinisikan sebagai salah satu fungsi kritis agama.

3. Nilai-nilai Beragama (values)

Values adalah pengaruh keimanan terhadap nilai-nilai hidup, seperti

mengerjakan tentang nilai cinta, saling menolong, saling melindungi dan

sebagainya. Nilai-nilai agama tersebut mengatur tata kehidupan manusia untuk

mencapai ketentraman, keselamatan dan kebahagiaan.

4. Keyakinan (beliefs)

Konsep belief merupakan sentral dari religiusitas. Dalam bahasa Indonesia

disebut keimanan. Yakni kebenaran yang diyakini dengan nilai dan diamalkan

dengan perbuatan. Keyakinan dan kecintaan kepada agama merupakan karakter

dasar dan ciri khas ekspresi kesadaran bawah sadar seseorang yang mengimani

ajaran agama tersebut.


46

5. Pengampunan (forgiveness)

Secara harfiah forgiveness adalah memaafkan, yakni suatu tindakan yang

bertujuan unttuk memberi maaf bagi orang yang melakukan kesalahan dan

berusaha keras untuk melihat orang itu dengan belas kasihan, kebajikan dan cinta.

6. Praktek Keberagamaan Individual (private religious practices)

Menurut Fetzer (1999 dalam Purnama 2011: 44) private religious practices

merupakan perilaku beragama dalam mempelajari agama meliputi ibadah,

mempelajari kitab suci, dan kegiatan-kegiatan lain untuk meningkatkan

religiusitasnya. Secara mendasar dimensi ini dapat dipahami untuk mengukur

tingkatan sejauh mana seseorang mengerjakan ritual agamanya. Dimensi ini

mencakup perilaku pemujaan, ketaatan dan hal-hal yang dilakukan orang untuk

menunjukkan komitmen terhadap ajaran agama yang dianutnya.

7. Pengaruh Beragama (religious/spiritual coping)

Fetzer menawarkan pola religious/spiritual coping yang merupakan coping

stress guna mengatasi kecemasan, kegelisahan dan stress. Hal ini dilakukan

dengan cara berdoa, beribadah untuk menghilangkan stress dan sebagainya.

8. Dukungan Agama (religious support)

Religious support adalah aspek hubungan sosial antar individu dengan

pemeluk agama sesamanya. Dalam islam hal semacam ini sering disebut dengan

Ukhwah Islamiyah. Agama mengandung otoritas dan kemampuan pengaruh untuk

mengatur kembali nilai-nilai dan sasaran yang ingin dicapai masyarakat.


47

9. Riwayat Beragama (spiritual religious/spiritual history)

Religious/spiritual history merupakan seberapa jauh individu berpartisipasi

untuk agama dalam hidupnya dan seberapa jauh agama mempengaruhi perjalanan

hidupnya. Wilcox (dalam Purnama 2011: 46) menyatakan sebagian orang

beranggapan bahwa agama sebagai suatu peninggalan masa lampau, sesuatu yang

bersifat kuno. Ditegaskan ide tentang agama memang sudah lama ada, namun

agama yang sejati selalu baru untuk setiap manusia yang bernafas. Dalam

pandangan psikologi sufi, menurut Wilcox, spiritual history terbangun dalam dua

kategori utama: spiritualitas dan materialis. Materialis mengatakan bahwa

perasaan jasmaniyah menggambarkan kebenaran, ditemukan dalam sel-sel kita

dan benda-benda di luar. Spiritualis mengatakan kebenaran ditemukan melalui

pikiran kita (yang merupakan produk dari sel-sel kita).

10. Komitmen Beragama (commitment)

Commitment adalah seberapa jauh individu mementingkan agamanya,

komitmen, serta berkontribusi kepada agamanya. Hidayat (dalam Purnama 2011:

47) melukiskan cara yang indah dalam menjalin komitmen agama. Menurutnya

agama ibarat pakaian. Hal ini dikarenakan, pertama, untuk menjaga kesehatan.

Mereka yang tinggal di daerah dingin sangat sadar akan fungsi kesehatan. Kedua,

untuk menjaga aurat. Salah satu aspek yang membedakan manusia dengan

binatang adalah manusia mengenal konsep aurat lalu mengenakan pakaian. Ketiga

orang yang berpakaian selalu mempertimbangkan aspek estetika atau seni agar

indah dipandang. Inilah tiga fungsi utama pakaian yang bisa dianalogikan dengan

agama.
48

11. Pengorganisasian Agama (organizationan religiousness)

Organizational religiousness merupakan konsep yang mengukur seberapa

jauh individu ikut serta dalam lembaga keagamaan yang ada di masyarakat dan

beraktivitas di dalamnya. Menurut Effendy (dalam Purnama 2011: 47) lembaga

keagamaan memiliki implikasi-implikasi yang sifatnya personal maupun

kelompok. Misalnya lembaga keagamaan yang ada di Indonesia yaitu

Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU).

12. Pilihan Terhadap Agama (religious preference)

Konsep religious preference bisa diartikan sebagai pijakan untuk

menentukan sejauh mana individu membuat pilihan dan memastikan agama yang

dianutnya. Contoh dari religious preference bagi umat islam adalah menjalankan

jihad. Kata jihad sering dimaknai sebagai perjuangan dan biasanya digunakan

dalam al-quran sebagai kata kerja: kaum Muslim didorong untuk berjuang dengan

sungguh-sungguh di jalan Allah.

Berdasarkan uraian diatas, maka dimensi religusitas yang akan dipakai

dalam penelitian ini terdiri dari empat dimensi yaitu keyakinan, praktek agama,

pengamalan dan pengalaman. Alasan digunakannya keempat dimensi tersebut

yaitu karena dimensi pengetahuan dianggap kurang dapat menggambarkan

religiusitas yang ada dalam diri individu. Seperti yang diungkapkan oleh Glock &

Stark (dalam Ancok dan Suroso 1995: 78) bahwasanya pengetahuan dan

keyakinan jelas berkaitan satu sama lain, karena pengetahuan mengenai suatu

keyakinan adalah syarat bagi penerimanya. Walaupun demikian, keyakinan tidak

perlu diikuti oleh syarat pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu
49

bersandar pada keyakinan. Lebih jauh seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa

benar-benar memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar

pengetahuan yang amat sedikit. Selain itu religiusitas dapat diekspresikan dengan

berbagai cara yang berbeda. Individu yang dapat terbilang religius pada suatu

aspek, bisa saja tidak terbilang religius pada aspek yang lain. Maka, religiusitas

disimpulkan sebagai suatu hal yang berkonsep multidimensional (banyak dimensi)

bukan unidemensional (satu dimensi).

2.4 Hubungan Antara Religiusitas dengan Kenakalan Remaja

pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi

Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip mengenai

penyimpangan dan ketidakwajaran. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya

teori-teori perkembangan yang membahas ketidakselarasan, gangguan emosi dan

gangguan perilaku sebagai akibat dari tekanan-tekanan yang dialami remaja

karena perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun akibat perubahan

lingkungan.

Menurut Hurlock (1980: 207) salah satu ciri dari masa remaja yaitu masa

remaja dianggap sebagai periode peralihan atau masa transisi. Dalam hal ini

peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi

sebelumnya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap berikutnya. Pada masa transisi inilah yang menjadikan

emosi remaja kurang stabil. Hall menyebut masa ini sebagai masa topan badai

(strum and drang) yeng mencerminkan kebudayaan modern yang penuh gejolak

akibat pertentangan nilai-nilai (Sarwono 2010: 29). Masa transisi inilah yang
50

memungkinkan dapat menimbulkan masa krisis yang biasanya ditandai dengan

kecenderungan munculnya perilaku-perilaku menyimpang atau dalam istilah

psikologi disebut dengan istilah kenakalan remaja (juvenile delinquency).

Kenakalan remaja juga bisa dipengaruhi oleh religiusitas remaja. Diasumsikan

jika remaja memiliki religiusitas rendah maka tingkat kenakalannya tinggi artinya

dalam berperilaku tidak sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya dan

sebaliknya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah tingkat kenakalan

pada remaja artinya dalam berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang

dianutnya karena ia memandang agama sebagai tujuan utama hidupnya sehingga

ia berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari

(Andisty dan Ritandiyono 2008: 173). Hal tersebut dapat dipahami karena agama

mendorong pemeluknya untuk berperilaku baik dan bertanggungjawab atas

perbuatannya. Selain itu agama mendorong pemeluknya untuk berlomba-lomba

dalam kebajikan. Seperti yang diungkapkan oleh Sudarsono (2008: 120).

Menurutnya anak-anak remaja yang melakukan kejahatan sebagian besar kurang

memahami norma-norma agama bahkan mungkin lalai menunaikan perintah-

perintah agama.

Selaras dengan jiwa remaja yang berada dalam transisi dari masa anak-anak

menuju kedewasaan, maka kesadaran beragama pada masa remaja berada dalam

keadaan peralihan dari kehidupan beragama anak-anak menuju kemantapan

agama.

Keadaan emosi remaja yang belum stabil juga akan mempengaruhi

keyakinan pada Tuhan dan pada kelakuan keberagamaannya, yang mungkin bisa
51

kuat atau lemah, giat atau menurun. Bahkan mengalami keraguan yang ditandai

oleh adanya konflik yang terdapat dalam dirinya atau dalam lingkungan

masyarakatnya. Gambaran remaja tentang Tuhan dengan sifat-sifat-Nya

merupakan bagian dari gambarannya terhadap alam dan lingkungannya serta

dipengaruhi oleh perasaan dan sifat dari remaja itu sendiri.

Menurut Hurlock (1980: 222) periode remaja memang disebut sebagai

periode keraguan religiusitas. Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) menjelaskan

bahwa yang dimaksud dengan keraguan religius terebut adalah tanya-jawab

religius. Menurut Wagner (dalam Hurlock 1980: 222) para remaja ingin

mempelajari agama berdasarkan pengertian intelektual dan tidak ingin menerima

begitu saja. Mereka meragukan agama bukan karena ingin menjadi agnostik atau

ateis, melainkan karena mereka ingin menerima agama sebagai sesuatu yang

bermakna. Mereka ingin mandiri dan bebas menentukan keputusan-keputusan

mereka sendiri.

Akan tetapi, tidak semua remaja memiliki emosi yang kurang stabil karena

pengetahuan tentang agama dapat mengendalikan emosi remaja dalam

berperilaku. Seperti yang dikatakan oleh Jalaluddin (2002: 75) bahwa tingkat

religiusitas pada diri remaja akan berpengaruh terhadap perilakunya. Jadi remaja

yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi mereka akan menunjukkan perilaku

ke arah hidup yang religius pula, sebaliknya remaja yang memiliki tingkat

religiusitas rendah, mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang jauh

dari religius pula.


52

2.5 Kerangka Berpikir

Dimensi
Keyakinan

Dimensi Religiusitas Kenakalan Remaja


Praktek Ciri-ciri Kenakalan Remaja
Agama (Gunarsa 1989)
1. Melanggar hukum dan
nilai-nilai moral
2. Bertujuan a-sosial
Dimensi 3. Dilakukan oleh remaja
Pengamalan berusia 13-17 tahun dan
belum menikah
4. Dilakukan secara
individu atau kelompok
Dimensi
Pengalaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir

2.6 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu Ada hubungan negatif

antara religiusitas dengan kenakalan remaja. Hal ini berarti semakin tinggi

tingkat religiusitas siswa, maka semakin rendah kemungkinan siswa untuk

melakukan tindak kenakalan, sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas

siswa, maka semakin tinggi kemungkinan siswa untuk melakukan tindak

kenakalan.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk dalam penelitian dengan pendekatan kuantitatif,

yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka)

yang diolah dengan metode statistika (Azwar 2011: 5). Data-data numerikal yang

dimaksud adalah data-data yang berupa angka-angka sebagai alat untuk

menemukan keterangan atau informasi mengenai apa yang ingin diketahui dalam

penelitian ini, kemudian hasil dari data numerikal tersebut dianalis dengan

menggunakan teknik statistik.

3.2 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain korelasional. Melalui pendekatan

korelasional, penelitian ini dapat memperoleh informasi mengenai taraf hubungan

yang terjadi, yaitu hubungan antara variabel bebas (X), yaitu Religiusitas dengan

variabel tergantung (Y), yaitu kenakalan remaja.

3.3 Variabel penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau aspek dari orang

maupun objek yang mempunyai variasi tertentu yang diterapkan oleh peneliti

untuk dpelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2009: 38). Menurut

Arikunto (2006: 118), variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik

perhatian suatu penelitian. Selanjutnya Azwar (2011: 59) juga menyatakan bahwa

53
54

variabel adalah konsep yang mengenai atribut atau sifat yang terdapat pada subjek

penelitian yang dapat bervariasi secara kuantitatif atau secara kualitatif.

3.3.1 Identifikasi variabel penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1) Variabel bebas (Variabel X)

Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen/ terikat (Sugiyono, 2009: 39). Menurut

Azwar (2011: 62) variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya

mempengaruhi variabel lain atau dapat dikatakan bahwa variabel bebas adalah

variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Variabel

bebas dalam penelitian ini adalah religiusitas.

2) Variabel terikat (variable Y)

Varibel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi

akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono 209: 39). Menurut Azwar

(2011: 62) variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk

mengetahui besarnya efekatau pengeruh variabel lain. Dalam penelitian ini

sebagai variabel terikat adalah kenakalan remaja.

3.3.2 Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang

dirumuskan berdasarkan karakteristik karakteristik variabel tersebut yang dapat

diamati (Azwar 2011: 74). Definisi operasional ini dilakukan untuk menghindari

kesalahpahaman mengenai data yang akan dikumpulkan dan untuk menghindari

kesesatan alat pengumpulan data.


55

1. Religiusitas

Religiusitas didefinisikan sebagai suatu keadaan gambaran dalam diri siswa

dan siswi kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi tahun ajaran 2012/2013 yang

mendorong mereka untuk bertingkah laku (baik yang tampak maupun tak tampak)

yang berupa penghayatan terhadap nilai-nilai agama yang dianutnya tidak hanya

secara ritual, tetapi juga terkandung keyakinan, pengalaman dan pengamalan

agama yang dianutnya. Religiusitas dalam penelitian ini tergambar dari derajat

skor skala religiusitas berdasarkan penggabungan beberapa dimensi religiusitas

yang dikemukakan oleh Ancok dan Suroso dengan berpandangan terhadap

dimensi religiusitas yang dikemukakan oleh Glock dan Stark serta dimensi

religiusitas yang dikemukakan oleh Allport dan Fetzer. Berdasarkan hasil

penggabungan beberapa dimensi tersebut, didapatkan empat dimensi yang

dianggap telah mewakili religiusitas. Keempat dimensi tersebut yaitu :

a. Dimensi keyakinan (akidah islam)

b. Dimensi peribadatan (praktek agama) atau syariah

c. Dimensi pengamalan (akhlak)

d. Dimensi pengalaman atau penghayatan.

Pada penelitian ini tidak melibatkan dimensi pengetahuan disebabkan

dimensi pengetahuan dianggap kurang dapat menggambarkan religiusitas yang

ada dalam diri individu. Seperti yang diungkapkan oleh Glock & Stark (dalam

Ancok dan Suroso 1995: 78) menurutnya keyakinan tidak perlu diikuti oleh syarat

pengetahuan, juga semua pengetahuan agama tidak selalu bersandar pada

keyakinan. Lebih jauh seseorang dapat berkeyakinan kuat tanpa benar-benar


56

memahami agamanya, atau kepercayaan bisa kuat atas dasar pengetahuan yang

amat sedikit.

Keempat dimensi tersebut diturunkan menjadi indikator-indikator yang

digunakan untuk membuat item skala religiusitas. Semakin tinggi skor skala

religiusitas maka semakin tinggi pula religiusitas yang ditunjukkan, semakin

rendah skor skala religiusitas maka semakin rendah pula religiusitas yang

ditunjukkan.

2. Kenakalan Remaja

Kenakalan remaja adalah perilaku atau tindakan yang dilakukan oleh siswa-

siswi kelas VIII SMP N 02 Slawi yang melanggar aturan-aturan dan tata tertib

sekolah yang dicatat dalam Jurnal Buku Sanksi sehingga dapat merugikan dirinya

sendiri yang tergambar dari derajat skor angket kenakalan remaja. Perilaku

kenakalan remaja yang akan diteliti dalam penelitian ini meliputi :

1. Terlambat masuk sekolah

2. Membolos

3. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan

4. Merokok dilingkungan sekolah

5. Memakai seragam tidak lengkap

6. Tidak mengerjakan tugas

7. Mengompas/memalak

8. Berkata tidak sopan kepada guru


57

Semakin tinggi skor angket perilaku kenakalan remaja maka semakin tinggi

pula perilaku kenakalan remaja, semakin rendah skor angket perilaku kenakalan

remaja maka semakin rendah pula perilaku kenakalan remaja yang dilakukan.

3.3.3 Hubungan Antar Variabel

Hubungan antar variabel adalah hal yang paling penting untuk dilihat

dalam suatu penelitian. Di dalam pengaruh hubungan variabel ini kita akan

melihat satu variabel dalam mempengaruhi variabel lain. Variabel penelitian ini

adalah kenakalan remaja sebagai variabel tergantung sedangkan religiusitas

sebagai variabel bebas. Kerangka hubungan antar variabel dapat dilihat sebagai

berikut:

Hubungan Antar Variabel Penelitian

Religiusitas (X) Kenakalan Remaja (Y)

3.4 Populasi dan Sampel

3.4.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2009: 80), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas; objek/ subjek yang mempunya kuantitas dan karakteristik tertentu

yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Azwar (2011: 77) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang

hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok

subjek ini harus memiliki ciri-ciri atau karakteristik-karakteristik bersama yang

membedakannya dari kelompok subjek yang lain. Ciri yang dimaksud tidak
58

terbatas hanya sebagai ciri lokasi akan tetapi dapat terdiri dari karakteristik

karakteristik individu.

Populasi yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII

yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi sebagai siswa yang memiliki perilaku

kenakalan remaja dengan cara melanggar tata tertib sekolah yang berjumlah 70

siswa dari 327 siswa. Peneliti memperoleh data dengan melihat jurnal buku sanksi

siswa kelas VIII Periode 2012/2013. Data ini diambil pada bulan Januari-Mei

2013.

Tabel 3.1 Kenakalan Remaja yang dilakukan siswa kelas VIII SMP N 02

Slawi Tahun Ajaran 2012/2012

VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII VIII


No Jenis Pelanggaran
A B C D E F G H I
1 Terlambat masuk sekolah 5 - 1 1 - - 1 - 1 9
2 Membolos 4 1 - 1 1 - 2 - 1 10
3 Alfa 2 - 2 1 - 1 - 1 - 7
4 Merokok - 3 2 - 2 - - 2 1 10
5 Memakai seragam tidak
3 1 - 2 3 1 2 2 1 15
lengkap
6 Tidak mengerjakan tugas 1 2 - 2 - - 1 2 1 9
7 Mengompas/ memalak - 1 - 1 2 - 1 - - 5
8 Berkata tidak sopan
- - 2 1 - 1 - 1 - 5
kepada guru
Total 70

Alasan populasi penelitian diambil dari kelas VIII karena menurut

pemaparan dari guru Bimbingan dan Konseling di SMP tersebut, jumlah

kenakalan siswa lebih banyak didominasi oleh siswa kelas VIII.

Pendapat ini diperkuat oleh Josselson (1980 dalam Desmita 2008: 212),

menurutnya kelas VIII berada pada sub-Tahap Differentiation yaitu tahap

perkembangan identitas pada usia 12-14 tahun dengan karakteristik bahwa mereka

berbeda secara psikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini sering membuat
59

mereka mempertanyakan dan menolak nilai-nilai dan nasehat-nasehat orang

tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasehat tersebut masuk akal

3.4.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2009: 81) Sampel adalah sebagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel adalah sebagian atau

wakil polupasi yang diteliti (Arikunto 2006: 131). Teknik pengambilan sampel

dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampling jenuh

yaitu teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel

(Sugiyono 2010: 124).

Melihat jumlah populasi yang sedikit, maka sampel yang akan diambil

dalam penelitian ini adalah keseluruhan dari jumlah populasi yaitu sebanyak 70

siswa.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti

untuk memperoleh data yang akan diteliti. Data merupakan faktor penting karena

dengan adanya data dapat ditarik kesimpulan untuk mengetahui hasil dari

penelitian yang telah dilakukan dan dapat ditarik kesimpulan dengan mudah.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk

memperoleh data adalah dengan menggunakan angket dan skala psikologi.

3.5.1 Angket

Angket atau kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan

untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang

pribadinya, atau hal hal yang ia ketahui (Arikunto 2006: 151). Angket yang
60

digunakan dalam penelitian ini yaitu angket kenakalan remaja yang akan

digunakan untuk mengukur variabel perilaku kenakalan remaja siswa kelas VIII

SMP N 02 Slawi. Angket kenakalan remaja terdari dari 8 indikator, yaitu sebagai

berikut :

1. Terlambat masuk sekolah

2. Membolos

3. Tidak masuk sekolah tanpa keterangan

4. Merokok dilingkungan sekolah

5. Memakai seragam tidak lengkap

6. Tidak mengerjakan tugas

7. Mengompas/memalak

8. Berkata tidak sopan kepada guru

Angket dalam penelitian ini terdiri atas pertanyaan yang mengungkap

frekuensi perilaku kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa SMP N 02 Slawi.

Berikut adalah rancangan item angket kenakalan remaja yang akan disusun :

Tabel 3.2 Rancangan Angket Kenakalan Remaja

No Indikator Pertanyaan Jumlah


1 Terlambat masuk sekolah 6 6
2 Membolos 6 6
3 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 6 6
4 Merokok dilingkungan sekolah 6 6
5 Memakai seragam tidak lengkap / tidak sesuai 6 6
aturan
6 Tidak mengerjakan tugas 6 6
7 Mengompas/ memalak 6 6
8 Berkata tidak sopan kepada guru 6 6
Total 48
61

Angket perilaku kenakalan remaja ini menggunakan empat alternatif

pilihan jawaban terhadap item yang berupa pertanyaan dengan kriteria jawaban

(a) dengan skor 0; (b) dengan skor 1; (c) dengan skor 2; dan (d) dengan skor 3.

Alternatif dari masing-masing indikator akan berbeda karena aspek-aspek tersebut

memiliki standar frekuensi yang berbeda-beda meskipun kriteria skoring pada

setiap kode jawaban sama. Berikut adalah kriteria skoring perilaku kenakalan

remaja.

Tabel 3.3 Skoring Angket Perilaku Kenakalan Remaja

Kode pilihan jawaban Skor


A 0
B 1
C 2
D 3

Tabel 3.4 Tabel Penyebaran Angket Kenakanalan Remaja

No Indikator Pertanyaan Jumlah


1 Terlambat masuk sekolah 6,9,20,26,33,39 6
2 Membolos 1,16,19,32,45,48 6
3 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 2,11,23,28,40,46 6
4 Merokok dilingkungan sekolah 5,10,17,21,34,43 6
5 Memakai seragam tidak lengkap / tidak 7,15,22,27,35,44
6
sesuai aturan
6 Tidak mengerjakan tugas 3,12,24,29,36,41 6
7 Mengompas/ memalak 4,14,25,31,38,48 6
8 Berkata tidak sopan kepada guru 8,13,18,30,37,42 6
62

3.5.2 Skala Psikologi

Menurut Azwar (2010: 3-4), karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi

yaitu :

1. Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung

mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator

perilaku dari atribut yang bersangkutan.

2. Dikarenakan atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-

indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk

item-item, maka skala psikologi selalu berisi banyak item.

3. Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah.

Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-

sungguh. Hanya saja jawaban berbeda akan diinterpretasikan berbeda pula.

Dalam metode skala ini variabel penelitian diklasifikasikan secara rinci

menjadi gejala-gejala dalam komponen-komponen yang nantinya akan dituliskan

dalam blue print. Penelitian ini menggunakan skala untuk mengungkap

religiusitas. Skala religiusitas disusun berdasarkan dimensi-dimensi religiusitas

yang dikemukakan oleh Glock dan Stark (Ancok & Suroso 1994: 77-78) yang

terbagi menjadi lima. Dimana kelima dimensi tersebut menurut Ancok dan Suroso

(1995: 80) memiliki kesesuaian dengan Islam. Kelima aspek atau dimensi tersebut

yaitu : dimensi keyakinan (akidah islam), dimensi praktik agama (syariah),

dimensi pengalaman (penghayatan), dimensi pengetahuan agama (ilmu) dan

dimensi pengamalan atau konsekuensi (akhlak). Kemudian kelima dimensi


63

tersebut diturunkan menjadi empat karena dimensi pengetahuan (ilmu) dianggap

tidak bisa menggambarkan tingkat religiusitas pada diri seseorang.

Pemberian skor pada skala religiusitas menggunakan empat alternatif

jawaban yang terbagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1. Jawaban yang menunjukkan tingkat kesetujuan dengan alternatif jawaban

Sangat Tidak Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S), Sangat Setuju

(SS). Dimensi yang menggunakan alternatif jawaban ini yaitu dimensi

keyakinan dan dimensi pengalaman.

2. Jawaban yang menunjukkan tingkat frekuensi kejadian dengan alternatif

jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), Sering (SR), Selalu

(S). Dimensi yang menggunakan alternatif jawaban ini yaitu dimensi

praktik agama dan dimensi pengamalan.

Dalam penelitian ini, peneliti menghilangkan skala Netral (N), berdasarkan

tiga alasan. Pertama, ketegori netral itu mempunyai arti ganda, bisa diartikan

belum dapat memutuskan atau memberi jawaban (menurut konsep aslinya).

Kategori jawaban yang ganda-arti (multi interpretable) ini tentu saja tak

diharapkan dalam suatu instrumen. Kedua, tersedianya jawaban yang ditengah itu

menimbulkan kecenderungan menjawab ketengah (central tendency effect),

terutama bagi individu yang ragu-ragu atas arah kecenderungan jawabannya, ke

arah setuju ataukah ke arah tidak-setuju. Ketiga maksud kategorisasi jawaban SS-

S-TS-STS adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden,

kearah setuju atau kearah tidak setuju. Jika disediakan kategori jawaban itu akan
64

menghilangkan banyak data penelitian sehingga mengurangi banyaknya informasi

yang dapat dijaring dari para responden (Hadi 1991: 20).

Berdasarkan keempat alternatif jawaban tersebut, maka skor diberikan pada

setiap item dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.5 Skoring Skala Religiusitas

Alternatif Jawaban
Dimensi Keyakinan dan Dimensi praktik agama Favourable Unfavourable
dimensi pengalaman dan dimensi pengamalan
STS : Sangat Tidak Setuju TP : Tidak Pernah 1 4
TS : Tidak Setuju KD : Kadang-Kadang 2 3
S : Setuju SR : Sering 3 2
SS : Sangat Setuju S : Selalu 4 1

Berikut adalah blue print skala Religiusitas yang akan disusun :

Tabel 3.6 Blue print Skala Religiusitas


Nomor Item
No Dimensi Indikator Jml
Favorable Unfavorable

1 Keyakinan 1. Yakin dengan adanya


(akidah) Allah
2. Yakin kepada para
malaikat
3. Yakin kepada
Nabi/Rosul 3,5,11,15,19, 2,7,9,13,17, 12
4. Yakin kepada Kitab- 23 21
Kitab Allah
5. Yakin akan adanya Surga
dan Neraka
6. Yakin akan adanya
qadha dan qadar
2 Pengalaman 1. merasa dekat/akrab
dengan Allah
2. merasa doa-doanya
sering terkabul
3. merasa tentram dan 1,8,12,14,18, 4,6,10,16,20, 12
bahagia kerena 22 24
menuhankan Allah
65

4. pasrah diri secara positif


5. perasaan bersyukur
kepada Allah
6. perasaan mendapat
peringatan atau
pertolongan dari
Allah
3 Praktek 1. Melakukan sholat
agama 2. Melakukan puasa
(syariah) 3. Melakukan zakat
4. Membaca Al-Quran 25,29,33,36, 27,31,35,38, 12
5. Melakukan zikir. 40,44 42,45
6. membaca doa
4 Pengamalan 1. suka menolong
(akhlak) 2. berlaku jujur
3. menjaga amanat orang
lain
4. menjaga lingkungan 28,30,32,37,4 26,34,39,41, 12
hidup 3,46 47,48
5. berderma
6. mematuhi norma-norma
islam dalam perilaku
seksual
memaafkan
Jumlah 24 24 48

3.6 Validitas dan Reliabilitas

3.6.1 Validitas Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan angket untuk mengukur kenakalan remaja pada

siswa dan skala psikologi untuk mengukur religiusitas pada siswa. Penelitian ini

menggunakan skala dan angket dengan jumlah total 96 item. Akan tetapi, dalam

pelaksanaannya, angket ini telah mengalami banyak pengembangan. Skala dan

angket awal diujicobakan pada kelompok kecil subjek, yaitu 4 orang subjek yang

kemudian peneliti mencoba melihat apakah terdapat kesulitan dalam penggunaan

kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat yang digunakan dalam

skala dan angket.


66

Berdasarkan uji coba awal yang dilakukan peneliti, peneliti menemukan

beberapa kata dan kalimat dalam skala religiusitas yang sulit dipahami oleh

subjek, seperti :

Tabel 3.7 Perubahan Pernyataan Aitem Skala Religiusitas

No Item Lama Item Baru


1 Meragukan keberadaan Malaikat Ragu terhadap adanya malaikat
adalah hal yang wajar sebab merupakan hal yang wajar, sebab
malaikat tidak dapat dilihat secara malaikat tidak dapat dilihat
kasat mata menggunakan mata secara langsung
2 Allah itu tidak terlihat, jadi saya Allah itu tidak terlihat, jadi saya tidak
tidak perlu mempercayai perlu percaya adanya Allah.
keberadaannya
3 Dengan melihat berbagai ciptaan Dengan melihat berbagai ciptaan Allah,
Allah, saya semakin meyakini saya semakin yakin bahwa Allah itu ada
keberadaan Allah
4 Orang-orang yang berperilaku Orang-orang yang berperilaku buruk
buruk tetapi memiliki kehidupan tetapi memiliki kehidupan bagus
bagus membuat saya semakin membuat saya semakin ragu terhadap
meragukan keberadaan Allah adanya Allah
5 Banyak kejadian di sekitar saya Banyak kejadian di sekitar saya yang
yang membuat saya semakin membuat saya semakin yakin bahwa
meyakini keberadaan Allah Allah itu ada

Skala dan angket kemudian direvisi kembali dengan tetap mempertahankan

format 96 item dengan perubahan pada item-item yang dianggap menyulitkan

subjek. Kemudian skala dan angket disusun dalam bentuk booklet dan

diujicobakan kepada 28 orang siswa. Pelaksanaan uji coba skala dimaksudkan

untuk mengujicobakan skala religiusitas dan angket kenakalan remaja yang


67

disebarkan langsung kepada subjek penelitian yang sebenarnya. Dalam penelitian

ini dilakuka uji coba murni yaitu mengujicobakan alat ukur terlebih dahulu kepada

uji coba yang mempunyai karakteristik sama dengan subjek penelitian.

Analisis validitas data uji coba skala religiusitas dan angket kenakalan

remaja pada siswa menggunakan teknik uji coba Product Moment dari Pearson,

sedangkan analisis reliabilitasnya menggunakan teknik Alpha Cronbach dengan

bantuan SPSS Veersi 17.0 For Windows.

Hasil uji coba yang menggunakan SPSS Versi 17.0 For Windows adalah

sebagai berikut:

1. Angket Kenakalan Remaja

Berdasarkan hasil uji coba yang dilakukan, dari 48 aitem terdapat 6 item

yang tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih

besar dari p>0,01. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari p<0,01

maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid terdapat pada nomor 7,

25, 30, 35, dan 38, 44.

Aitem yang dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan

sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan aitem

yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada angket kenakalan

remaja yang baru terdapat 42 aitem pertanyaan. Hasil uji coba dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini:


68

Tabel 3.8 Sebaran Aitem Uji Coba Angket Kenakalan Remaja pada Siswa

Setelah Uji Coba

No Indikator Pertanyaan Jml


1 Terlambat masuk sekolah 6, 9, 20, 26, 33, 39 6
2 Membolos 1, 16, 19, 32, 45, 48 6
3 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 2, 11, 23, 28, 40 ,46 6
4 Merokok dilingkungan sekolah 5, 10, 17 ,21, 34, 43 6
5 Memakai seragam tidak lengkap / tidak 7*, 15, 22, 27, 35*, 44*
6
sesuai aturan
6 Tidak mengerjakan tugas 3, 12, 24, 29, 36, 41 6
7 Mengompas/ memalak 4, 14, 25*, 31, 38*, 48 6
8 Berkata tidak sopan kepada guru 8, 13, 18, 30*, 37, 42 6
(*) merupakan item yang tidak valid

Penyeberan butir-butir aitem penelitian variabel kenakalan remaja dapat

dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.9 Sebaran Baru Aitem Angket Kenakalan Remaja Penelitian


No Indikator Pertanyaan Jml
1 Terlambat masuk sekolah 6, 8, 19, 24, 30, 34 6
2 Membolos 1, 15, 18, 29, 39, 42 6
3 Tidak masuk sekolah tanpa keterangan 2, 10 , 22, 26, 35, 40 6
4 Merokok dilingkungan sekolah 5, 9, 16, 20, 31, 38 6
5 Memakai seragam tidak lengkap / tidak sesuai 14, 21, 25
3
aturan
6 Tidak mengerjakan tugas 3, 11, 23, 27, 32, 36 6
7 Mengompas/ memalak 4, 13, 28, 41 4
8 Berkata tidak sopan kepada guru 7, 12, 17, 33, 37 5
Total 42
69

2. Skala Religiusitas

Berdasarkan hasil uji coba, diperoleh hasil bahwa skala religiusitas

yang terdiri dari 48 aitem terdapat 31 aitem yang valid dan 17 aitem yang

tidak valid. Aitem dinyatakan valid apabila signifikansi aitem tersebut lebih

besar dari p>0,01. Sebaliknya, apabila signifikansi aitem lebih kecil dari

p<0,01 maka aitem dinyatakan tidak valid. Aitem yang tidak valid terdapat

pada nomor 2,3,4,5,9,10,12,13,16,17,19,21,27,18,34 dan 41,46.

Aitem dinyatakan valid kemudian disusun kembali dan digunakan

sebagai alat pengambilan data pada penelitian yang sebenarnya, sedangkan

aitem yang dinyatakan tidak valid tersebut dibuang, sehingga pada skala

religiusitas yang bari terdapat 31 pernyataan. Aitem-aitem yang gugur dan

yang memenuhi syarat selengkapnya dapat dilihat pada hasil uji coba dalam

tabel di bawah ini:

Tabel 3.10 Sebaran Aitem Uji Coba Skala Religiusitas Setelah Uji Coba

Nomor Item
No Dimensi Indikator Jml
Favorable Unfavorable

1 Keyakinan 1. Yakin dengan


(akidah) adanya Allah
2. Yakin kepada
para malaikat
3. Yakin kepada
Nabi/Rosul
4. Yakin kepada 3*, 5*, 11, 15, 2* ,7 ,9* 12
Kitab-Kitab 19*, 23 ,13* ,17*
Allah ,21*
5. Yakin akan
adanya Surga
dan Neraka
6. Yakin akan
adanya qadha
dan qadar
70

2 Pengalaman 1. merasa
dekat/akrab
dengan Allah
2. merasa doa-
doanya sering
terkabul
3. merasa tentram 1 ,8, 12*,14 *4, 6, 10*, 12
dan bahagia ,18, 22 16*, 20,
kerena 24
menuhankan
Allah
4. pasrah diri
secara positif
5. perasaan
bersyukur
kepada Allah
6. perasaan
mendapat
peringatan atau
pertolongan dari
Allah
3 Praktek 1. Melakukan
agama sholat
(syariah) 2. Melakukan
puasa
3. Melakukan zakat 25, 29, 33, 36, 27*, 31, 35, 12
4. Membaca Al- 40, 44 38, 42, 45
Quran
5. Melakukan zikir.
6. membaca doa
4 Pengamalan 1. suka menolong
(akhlak) 2. berlaku jujur
3. menjaga amanat
orang lain
4. menjaga
lingkungan 28*, 30, 32, 37, 26, 34*, 39, 12
hidup 43, 46* 41*, 47, 48
5. berderma
6. mematuhi
norma-norma
islam dalam
perilaku seksual
7. memaafkan
Jumlah 24 24 48
Tanda (*) : nomor aitem yang tidak valid

Penyebaran butir-butir aitem penelitian religiusitas dapat dilihat dalam

tabel di bawah ini:


71

Tabel 3.11 Sebaran Baru Aitem Skala Religiusitas Penelitian

Nomor Item
No Dimensi Indikator Jml
Favorable Unfavorable

1 Keyakinan 1. Yakin dengan adanya Allah


(akidah) 2. Yakin kepada para malaikat
3. Yakin kepada Nabi/Rosul
4. Yakin kepada Kitab-Kitab 5, 7, 11 3, 4
Allah
5. Yakin akan adanya Surga
dan Neraka
6. Yakin akan adanya qadha
dan qadar
2 Pengalama 1. merasa dekat/akrab dengan
n Allah
2. merasa doa-doanya sering
terkabul
3. merasa tentram dan bahagia
kerena menuhankan Allah 1 ,4 ,6, 8, 2, 9,12 8
4. pasrah diri secara positif 10
5. perasaan bersyukur kepada
Allah
6. perasaan mendapat
peringatan atau pertolongan
dari Allah
3 Praktek 1. Melakukan sholat
agama 2. Melakukan puasa
(syariah) 3. Melakukan zakat 13, 15, 19, 17, 20, 23, 11
4. Membaca Al-Quran 21, 25, 28 26, 29
5. Melakukan zikir.
6. membaca doa
4 Pengamala 1. suka menolong
n 2. berlaku jujur
(akhlak) 3. menjaga amanat orang lain
4. menjaga lingkungan hidup 16, 18, 22, 14, 24, 30, 31 8
5. berderma 27
6. mematuhi norma-norma
islam dalam perilaku seksual
7. memaafkan
Jumlah 18 13 31
72

3.6.2 Validitas

Validitas adalah ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu

instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkan (Arikunto 2006: 168).

Validitas skala religiusitas dan angket kenakalan remaja dalam penelitian

ini akan diukur menggunakan pendekatan validitas konstrak karena mengukur

sejauh mana religiusitas dan angket kenakalan remaja mengungkap konsep

teoritik yang ingin diukur. Validitas konstruk mempersoalakan sejauh mana skor-

skor hasil pengukuran dengan instrumen yang dipersoalkan itu merefleksikan

konstruksi teoretis yang mendasari penyusunan alat ukur tersebut (Suryabrata

2005: 42)

Validitas konstrak tersebut akan dianalisis secara statistika. Adapun cara

pengukuran validitas tersebut adalah dengan menggunakan rumus korelasi

product moment, karena aitem yang digunakan dalam penelitian ini dihitung

dengan menggunakan korelasi antara skor aitem dan skor total aitem.

3.6.3 Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data, karena instrumen

tersebut sudah baik (Arikunto 2006: 178). Instrumen yang baik tidak akan bersifat

tendensius mengarah responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu.

Apabila datanya memang sesuai dengan kenyataan, maka berapa kali pun diambil

tetap saja hasilnya akan sama.


73

Reliabilitas skala religiusitas dan angket kenakalan remaja dalam penelitian

ini menggunakan reliabelitas internal karena hanya melakukan perhitungan

berdasarkan data dari instrumen saja. Menurut Azwar (2011: 42) pendekatan

reliabilitas konsistensi internal bertujuan untuk melihat konsistensi antaraitem

atau antarbagian dalam tes itu sendiri. Uji tingkat reliabilitas dalam penelitian ini

menggunakan rumus Alpha Cronbach.

Berdasarkan hasil pengujian melalui SPSS versi 17 diperoleh hasil untuk

reliabilitas skala religiusitas diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,889. Untuk

angket kenakalan remaja diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,964. Kedua

reliabilitas ini termasuk tinggi dan layak untuk digunakan dalam penelitian.

3.7 Pelaksanaan Uji Coba

Pelaksanaan uji coba dilakukan pada tanggal 2 Juni 2013 diberikan kepada

28 siswa, yaitu siswa SMP Negeri 41 Semarang. Pemilihan subjek uji coba ini

didasarkan pada kesamaan karakteristik populasi yang sebenarnya. Pelaksanaan

uji coba ini menggunakan instrumen penelitian dengan jumlah total 96 aitem.

Instrumen tersebut diisi dan dikembalikan saat itu juga, kemudian diolah untuk

mengetahui aitem yang valid. Instrumen awal diujicobakan pada kelompok subjek

yang kemudian peneliti mencoba melihat apakah terdapat kesulitan dalam

penggunaan kata-kata, bahasa atau pilihan jawaban yang kurang tepat dalam

instrumen penelitian. Setelah aitem diperbaiki kemudian dapat digunakan sebagai

instrumen untuk mengumpulkan data penelitian.


74

3.8 Metode Analisis Data

Teknik anlisis data pada penelitian ini dimulai dengan anlisis deskriptif

pada masing-masing variabel. Perhitungan anlisis deskriptif pada penelitian ini

menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.12 Penggolongan Kriteria Analisis Berdasarkan Mean Hipotetik


Interval Kategori
(M + 1,0 ) X Tinggi
(M 1,0 ) X < ( M + 1,0 ) Sedang
X < (M 1,0 ) Rendah

Keterangan:

M = Mean
= Standar Deviasi
X = Skor

Metode anlisis data yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini

anlisis regresi satu prediktor dengan bantuan SPSS versi 17.0 for Windows.

Alasan peneliti menggunakan anlisis regresi satu prediktor dikarenakan dalam

penelitian ini hanya menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat.

Rumus persamaan garis regresi adalah sebagai berikut:

Y = X + K

Keterangan:

Y = nilai yang diprediksi atau kriterium

X = nilai variabel prediktor

a = bilangan koefisien prediktor

K = bilangan konstan
BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Orientasi Kancah Penelitian

Orientasi kancah merupakan salah satu tahap sebelum penelitian dilakukan.

Peneliti perlu memahami kancah atau tempat penelitian. Orientasi kancah

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kesesuaian karakteristik subjek

penelitian dengan lokasi penelitian.

Penelitian tentang Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan remaja ini

dilaksanakan di SMP Negeri 02 Slawi yang berada di Jalan Dr. Cipto

Mangunkusumo No. 8 Dukuh Salam, Kecamatan Slawi, Kabupaten Tegal.

Peneliti memilih lokasi penelitian di SMP Negeri 02 Slawi berdasarkan studi

pendahuluan yang telah dilakukan. Ditemukan fakta bahwa siswa-siswa di SMP

tersebut kerap melakukan tindak kenakalan yang berupa pelanggaran terhadap tata

tertib atau aturan-aturan sekolah berdasarkan catatan yang ada di BK.

SMP Negeri 02 Slawi merupakan Sekolah Menengah Pertama yang berdiri

pada tahun 1981 dan mulai beroperasi pada tahun 1982 yang berada di bawah

pimpinan Bapak Budiono, S.Pd. Sekolah ini memiliki bangunan seluas 10.043 M2

dan memiliki 1 ruang Perpustakaan, 1 ruang LaboratoriumIPA, 1 Laboratotium

Komputer, 1 ruang Ketrampilan serta 1 ruang Kesenian.

Sedangkan untuk tenaga pendidiknya, SMP Negeri 02 Slawi memiliki

tenaga pendidik/ guru yang berjumlah 44 orang dengan jumlah PNS = 42 dan

75
76

GTT = 2 , staff tata usaha yang berjumlah 18 orang dengan jumlah PNS = 8, PTT

= 1 dan wiyata bhakti = 9.

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam empat tahap, yaitu persiapan

penelitian, penentuan subjek penelitian, pengumpulan data dan pelaksana skoring.

4.2.1 Persiapan Penelitian

Salah satu prosedur awal dalam melakukan penelitian adalah perijinan.

Perijinan ini dilakukan terhadap pihak-pihak terkait yang nantinya terlibat dalam

penelitian. Peneliti melakukan perijinan kepada pihak sekolah terkait yang akan

menjadi tempat penelitian. Pertama peneliti meminta surat ijin penelitian dari

Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang yang ditandatangani oleh

Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan dengan nomor 2751/UN37.1.1/PP/2013 yang

ditujukan kepada Kepala SMP Negeri 02 Slawi.

Peneliti tidak memiliki kesulitan yang cukup berarti selama proses

perijinan. Surat ijin masuk ke SMP Negeri 02 Slawi pada hari Sabtu tanggal 15

Juni 2013 dan langsung mendapatkan ijin untuk melakukan penelitian 2 hari

berikutnya, yaitu hari senin tanggal 17 Juni 2013.

4.2.2 Penentuan Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

yang melakukan tindak kenakalan maupun melanggar aturan tata tertib sekolah

yang tercatat dalam Jurnal Buku Sanksi yang berjumlah 70 siswa. Pengambilan

sampel dilakukan secara total sampling atau sampel jenuh yaitu teknik penentuan

sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel. Melihat jumlah populasi
77

yang sedikit maka sampel yang diambil dalam penelitan ini adalah keseluruhan

dari jumlah populasi yaitu sebanyak 70 siswa.

4.2.3 Pengumpulan Data

Penelitian ini dilaksanakan pada hari Senin-Kamis, yaitu pada tanggal 17

Juni 2013 sampai dengan 20 Juni 2013. Pengumpulan data menggunakan skala

religiusitas dan angket kenakalan remaja. Skala religiusitas memiliki empat

alternatif jawaban yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok jawaban

yang menunjukkan tingkat kesetujuan dengan alternatif jawaban Sangat Tidak

Setuju (STS), Tidak Setuju (TS), Setuju (S) dan Sangat Setuju (SS) serta

kelompok jawaban yang menunjukkan tingkat frekuensi kejadian dengan

alternatif jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-kadang (KD), Sering (S) dan

Selalu (S). Sedangkan angket kenakalan remaja memiliki empat alternatif jawaban

yaitu jawaban a, jawaban b, jawaban c dan jawaban d.

Setelah melalui pertimbangan item-item yang tidak valid dibuang dengan

alasan karena setiap aspek masih terwakili oleh item-item yang valid. Item-ietm

yang valid disusun kembali untuk keperluan penelitian dan anlisis hasil penelitian

kepada subjek yang sebenarnya, maka ditetapkan skala religiusitas berjumlah 31

item dan angket kenakalan remaja berjumlah 42 item dengan jumlah total item

untuk penelitian sebanyak 73 item.

4.2.4 Pelaksanaan Skoring

Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala dan angket yang

telah diisi responden kemudian dilakukan penyekoran. Langkah-langkah

penyekoran dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban


78

yang telah diisi oleh responden dengan rentang skor satu sampai empat pada skala

religiusitas dan rentang skor nol sampai tiga pada angket kenakalan remaja yang

selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah

melakukan olah data yaitu uji hipotesis.

4.3 Deskripsi Hasil Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian korelasional. Untuk menganalisis hasil

penelitian, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan

kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik.

Metode statistik digunakan untuk menghitung besarnya Mean Hipotetik (Mean

Teoritik), dan Standard Deviasi () dengan mendasarkan pada jumlah aitem, dan

skor maksimal serta skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban.

Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi model

distribusi normal (Azwar, 2010 : 108-109). Deskripsi ini dilakukan untuk

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan terlebih dahulu. Sesuai dengan

rumusan masalah pada bab 1, permasalahan yang ingin diungkap adalah pengaruh

religiusitas terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi.

4.3.1 Gambaran Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi.

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

kenakalan remaja yang disusun berdasarkan indikator. Gambaran kenakalan

remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dapat ditinjau secara umum

maupun spesifik (ditinjau berdasarkan indikator). Berikut ini merupakan


79

gambaran kenakalan remaja siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi yang ditinjau

secara umum dan spesifik.

4.3.1.1 Gambaran Umum Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi

Kenakalan remaja adalah perbuatan menyimpang atau pelanggaran yang

dilakukan oleh remaja terhadap aturan-aturan yang ada di sekolah, keluarga

maupun masyarakat yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain

yang ada di sekitarnya. Berikut ini statistik deskriptif kenakalan remaja dengan

bantuan SPSS versi 17.0 for windows:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Kenakalan Remaja 70 85 8 93 54.33 31.150 970.311

Valid N (listwise) 70

Gambaran kenakalan remaja dapat dilihat dari 8 indikaor dengan jumlah

aitem sebanyak 42 butir, skor tertinggi 3 dan skor terendah 0 pada masing-masing

aitem. Rentang minimumnya adalah 0 dan maksimumnya adalah 126 dengan

mean teoretis 63 dan standar deviasi 21. Berikut perhitungannya:

Jumlah aitem : 42

Rentang maksimum : (jumlah item x skor tertinggi) = 42 x 3 = 126

Rentang minimum : (jumlah item x skor terendah ) = 42 x 0 = 0

Mean Teoretis (M) : (skor tertinggi + skor terendah) : 2

: (126 + 0 ): 2 = 63
80

Standar Deviasi () : (skor tertinggi - skor terendah) : 6)

: (126 0) : 6) = 21

Tabel 4.2 Kriteria Kenakalan Remaja

Interval Skor Interval Kriteria


(M + 1,0() X 84 X Tinggi
(M 1,0 ) X < ( M + 1,0 ) 42 X < 84 Sedang
X < (M 1,0 ) X < 42 Rendah

Sesuai dengan kriteria kenakalan remaja diatas, maka siswa yang memiliki

skor 84 X berarti memiliki kenakalan remaja yang tinggi, skor 42 X < 84

berarti memiliki kenakalan remaja yang sedang dan skor X < 42 berarti memiliki

kenakalan remaja yang rendah

Tabel 4.3 Gambaran Kenakalan Remaja

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 84 X 30 42,85%
Sedang 42 X < 84 9 12,86%
Rendah X < 42 31 44,29%
Jumlah 70 100%
Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa

kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada dalam

kriteria tinggi sebanyak 30 siswa (42,85%), berada dalam kriteria sedang

sebanyak 9 siswa (12,86%) dan berada dalam kriteria rendah sebanyak 31 siswa

(44,29%). Kesimpulannya, uraian di atas menunjukkan bahwa kenakalan remaja

pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria rendah, yaitu

sebesar 44,29%. Gambaran kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri

02 Slawi dapat dilihat pada gambar di bawah ini:


81

Kenakalan Remaja Pada Siswa Kelas VIII SMP


Negeri 02 Slawi

50

40
Persentase (100%)

Tinggi
30
42.85% 44.29% Sedang
20
Rendah
10 12.86%

0
Tinggi Sedang Rendah

Gambar 4.1 Gambaran Umum Kenakalan Remaja


pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

4.3.1.2 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi Berdasarkan Tiap Indikator

Kenakalan remaja terdiri dari delapan indikator, yaitu terlambat masuk

sekolah, membolos, tidak masuk sekolah tanpa keterangan, merokok di

lingkungan sekolah, memakai seragam tidak lengkap, tdak mengerjakan tugas,

mengompas/memalak dan berkata tidak sopan kepada guru. Berikut ini

merupakan deskripsi kenakalan remaja ditinjau dari masing-masing indikator.

4.3.1.2.1 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator


Terlambat Masuk sekolah

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator terlambat masuk

sekolah dijelaskan sebagai berikut:


82

Tabel 4.4 Gambaran Terlambat Masuk Sekolah

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 12 X 24 34,29%
Sedang 6 X < 12 18 25,71%
Rendah X<6 28 40%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa sebagian

besar siswa memiliki kenakalan dilihat dari indikator terlambat masuk sekolah

yang tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang

tergolong kriteria tinggi berjumlah 34,29%, sedangkan 25,71% tergolong sedang

dan sisanya 40% tergolong rendah.

4.3.1.2.2 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator

Membolos

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator membolos dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.5 Gambaran Membolos

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 12 X 22 31,43%
Sedang 6 X < 12 17 24,28%
Rendah X<6 31 44,29%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memiliki kenakalan dilihat dari indikator membolos yang tergolong rendah. Hal

tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi

berjumlah 31,43%, sedangkan 24,28% tergolong dalam kriteria sedang dan

sisanya sebesar 44,29% masuk dalam kriteria rendah.


83

4.3.1.2.3 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator

Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator tidak masuk sekolah

tanpa keterangan dijelaskan sebagai berikut

Tabel 4.6 Gambaran Tidak Masuk Tanpa Keterangan

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 12 X 24 34,29%
Sedang 6 X < 12 18 25,71%
Rendah X<6 28 40%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memiliki kenakalan dilihat dari indikator tidak masuk tanpa keterangan yang

tergolong rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang

tergolong kriteria tinggi berjumlah 34,29%, sedangkan 25,71% tergolong dalam

kriteria sedang dan sisanya sebesar 40% masuk dalam kriteria rendah.

4.3.1.2.4 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator

Merokok

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator merokok dijelaskan

sebagai berikut:

Tabel 4.7 Gambaran Merokok

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 12 X 24 34,29%
Sedang 6 X < 12 7 10%
Rendah X<6 39 55,71%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memiliki kenakalan dilihat dari indikator merokok yang tergolong rendah. Hal
84

tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria tinggi

berjumlah 34,29%, sedangkan 10% tergolong dalam kriteria sedang dan sisanya

sebesar 55,71% masuk dalam kriteria rendah.

4.3.1.2.5 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator

Memakai Seragam Tidak Lengkap

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator memakai seragam tidak

lengkap dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.8 Gambaran Memakai Seragam Tidak Lengkap

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 6X 32 45,71%
Sedang 3X<6 22 31,43%
Rendah X<3 16 22,86%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memiliki kenakalan dilihat dari indikator memakai seragam tidak lengkap yang

tergolong tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang

tergolong kriteria tinggi berjumlah 45,71%, sedangkan 31,43% tergolong dalam

kriteria sedang dan sisanya sebesar 22,86% masuk dalam kriteria rendah

4.3.1.2.6 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja berdasarkan Indikator

Tidak Mengerjakan Tugas

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator tidak mengerjakan tugas

dijelaskan sebagai berikut:


85

Tabel 4.9 Gambaran Tidak Mengerjakan Tugas

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 12 X 28 40%
Sedang 6 X < 12 27 38,57%
Rendah X<6 15 21,43%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memiliki kenakalan dilihat dari indikator tidak mengerjakan tugas yang tergolong

tinggi. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria

tinggi berjumlah 40%, sedangkan 38,57% tergolong dalam kriteria sedang dan

sisanya sebesar 21,43% masuk dalam kriteria rendah.

4.3.1.2.7 Gambaran Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator

Mengompas/Memalak

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator mengompas/memalak

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.10 Gambaran Mengompas/Memalak

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 8X 16 22,86%
Sedang 4X<8 20 28,57%
Rendah X<4 34 48,57%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memiliki kenakalan dilihat dari indikator mengompas/memalak yang tergolong

rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria

tinggi berjumlah 22,86%, sedangkan 28,57% tergolong dalam kriteria sedang dan

sisanya sebesar 48,57% masuk dalam kriteria rendah.


86

4.3.1.2.8 Gambaran Spesifik Kenakalan Remaja Berdasarkan Indikator

Berkata Tidak Sopan

Gambaran kenakalan remaja ditinjau dari indikator mengompas/memalak

dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 4.11 Gambaran Berkata Tidak Sopan

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 10 X 14 20%
Sedang 5 X < 10 23 32,86%
Rendah X<5 33 47,14%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan tabel diatas, maka dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa

memiliki kenakalan dilihat dari indikator berkata tidak sopan yang tergolong

rendah. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase siswa yang tergolong kriteria

tinggi berjumlah 20%, sedangkan 32,86% tergolong dalam kriteria sedang dan

sisanya sebesar 47,14% masuk dalam kriteria rendah.

Penjelasan secara deskriptif mengenai kenakalan remaja pada siswa kelas

VIII di SMP Negeri 02 Slawi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat

disajikan secara ringkas pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.12 Rangkuman Deskriptif Kenakalan Remaja

pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

Kriteria
Indikator Kenakalan Remaja
Tinggi Sedang Rendah
Terlambat Masuk Sekolah 34,29% 25,71% 40%
Membolos 31,43% 24,28% 44,29%
Tidak Masuk Sekolah Tanpa Keterangan 34,29% 25,71% 40%
Merokok 34,29% 10% 55,71%
Memakai Seragam Tidak Lengkap 45,71% 31,43% 22,86%
Tidak Mengerjakan Tugas 40% 38,57% 21,43%
Mengompas/Memalak 22,86% 28,57% 48,57%
Berkata Tidak Sopan 20% 32,86% 47,14%
87

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa mayoritas kenakalan remaja

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi dan rendah

nemun lebih dominan berada dalam kriteria rendah.

Penjelasan kategorisasi kenakalan remaja tiap indikator di atas disusun

berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan

indikator mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel

kenakalan remaja dapat ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap

indikator. Untuk menentukan nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi

jumlah skor aitem pada tiap indikator dengan jumlah subjek. Adapun

perbandingan mean empirik tiap indikator dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13

Perbandingan Mean Empirik Tiap Indikator Kenakalan Remaja

Descriptive Statistics

Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance

Terlambat Masuk Sekolah 70 17 0 17 8.34 5.189 26.924

Membolos 70 16 0 16 7.46 5.542 30.716

Tidak Masuk Sekolah


70 17 0 17 8.07 4.950 24.502
Tanpa Keterangan

Merokok 70 18 0 18 6.04 6.630 43.955

Seragam Tidak Lengkap 70 9 0 9 4.91 2.696 7.268

Tidak Mengerjakan Tugas 70 17 1 18 10.03 4.527 20.492

Mengompas 70 12 0 12 4.07 3.613 13.053

Berkata Tidak sopan 70 14 0 14 5.40 4.395 19.316

Valid N (listwise) 70

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa indikator yang mempunyai

nilai mean empirik terbesar adalah indikator tidak mengerjakan tugas dengan
88

mean empirik sebesar 10,03 yang berarti indikator tidak mengerjakan tugas

mempunyai pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya kenakalan

remaja.

4.3.2 Gambaran Religiusitas pada Siswa kelas VIII Di SMP Negeri 02 Slawi

Salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala

religiusitas yang disusun berdasarkan indikator pada masing-masing aspek.

Gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dapat ditinjau

secara umum maupun spesifik (ditinjau berdasarkan aspek). Berikut ini

merupakan gambaran religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

yang dtinjau secara umum dan spesifik.

4.3.2.1 Gambaran Umum Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi

Religiuistas diartikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang

yang mendorongnya bertingkah laku baik tingkah laku yang tampak maupun

tingkah laku yang tak tampak, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama

yang dianutnya. Berikut ini statistik deskriptif religiusitas dengan bantuan SPSS

versi 17.0 for windows:

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Religiusitas

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Religiusitas 70 38 76 114 91.84 9.437 89.062

Valid N (listwise) 70
89

Gambaran religiusitas dapat dilihat dari 4 aspek dengan jumlah aitem

sebanyak 31 butir, skor tertinggi 4 skor terendah 1 pada masing-masing aitem.

Rentang maksimumnya adalah 124 dan rentang minimumnya adalah 31 dengan

mean teoretis 77,5 dan standar deviasi () 15,5. Berikut perhitungannya :

Jumlah aitem : 31

Skor tertinggi :4

Skor terendah :1

Rentang maksimum : 31 x 4 = 124

Rentang minimum : 31 x 1 = 31

Mean Teoretis (M) : (Skor tertinggi + skor terendah) : 2

: (124 + 31) : 2 = 77,5

Standar Deviasi () : (Skor tertinggi skor terendah) : 6

: (124 31) : 6 = 15,5

Tabel 4.15 Kriteria Religiusitas

Interval Skor Interval Kriteria


(M + 1,0 ) X 93 X Tinggi
(M 1,0 ) X < ( M + 1,0 ) 62 X < 93 Sedang
X < (M 1,0 ) X < 62 Rendah

Sesuai dengan kriteria religiusitas diatas, maka siswa yang memiliki skor

93 X berarti memiliki religiusitas yang tinggi, skor 62 X < 93 berarti memiliki

religiusitas yang sedang dan skor X < 62 berarti memiliki religiusitas yang

rendah.
90

abel 4.16 Gambaran Religiusitas Siswa

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 93 X 33 47,14%
Sedang 62 X < 93 37 52,86%
Rendah X < 62 0 0
Jumlah 70 100%

Berdasarkan kriteria pada tabel diatas, maka dapat diketahui bahwa

religiusitas pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria

tinggi sebanyak 33 siswa (47 %), berada dalam kriteria sedang sebanyak 37 siswa

(52,86%) dan berada dalam kriteria rendah sebanyak 0 siswa (0%).

Kesimpulannya uraian diatas menunjukkan bahwa religiusitas pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 52,86%.

Gambaran religiusitas pada siswa SMP N 02 Slawi dapat dilihat pada gambar

berikut :

Religiusitas pada Siswa Kelas VIII


SMP Negeri 02 Slawi

60

50
Persentase (100%)

40 Tinggi
30 52.86% Sedang
47.14%
Rendah
20

10
0%
0
Tinggi Sedang Rendah

Gambar 4.2 Gambaran Umum Religiusitas pada


Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi
91

4.3.2.2 Gambaran Spesifik Religiusitas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi

Religiusitas terdiri dari empat dimensi, yaitu dimensi keyakinan, dimensi

praktek agama, dimensi pengamalan daan dimensi pengalaman. Berikut ini

merupakan deskripsi religiusitas ditinjau dari masing-masing dimensi.

4.3.2.2.1 Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Keyakinan

Keyakinan menunjuk pada seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap

kebenaran ajaran agama-agamanya. Guna melihat gambaran keyakinan siswa

kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi digunakan 4 aitem yang menggambarkan

keyakinan siswa dari skala religiusitas. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di

bawah ini.

Tabel 4.17 Gambaran Keyakinan Siswa

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 12 X 40 57,14%
Sedang 8 X < 12 29 41,43%
Rendah X<8 1 1,43%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

keyakinan pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi sebanyak

40 siswa (57,14%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 29 siswa (41,43%) dan

berada dalam kriteria rendah sebanyak 1 orang (1,43%). Kesimpulannya, uraian di

atas menunjukkan bahwa keyakinan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 57,14%.

4.3.2.2.2 Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Praktek

Agama
92

Praktek agama menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam

mengerjakan kegiatan-kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh

agamanya. Guna melihat gambaran praktek agama pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi digunakan 11 aitem yang menggambarkan praktek agama siswa

dari skala religiusitas. Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.18 Gambaran Praktek Agama Siswa

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 33 X 25 35,71%
Sedang 22 X < 33 45 64,29%
Rendah X < 22 0 0%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

praktek agama pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi

sebanyak 25 siswa (35,71%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 45 siswa

(64,29%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kesimpulannya,

uraian di atas menunjukkan bahwa praktek agama pada siswa kelas VIII di SMP

negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 64,29%.

4.3.2.2.3 Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Pengamalan

Pengamalan menunjuk pada seberapa tingkatan Muslim berperilaku

dimotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya, yaitu bagaimana individu berelasi

dengan dunianya, terutama dengan manusia lain. Guna melihat gambaran

pengamalan pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi digunakan 8 aitem

yang menggambarkan pengamalan siswa dari skala religiusitas. Gambarannya

dapat dilihat pada tabel di bawah ini.


93

Tabel 4.19 Gambaran Pengamalan Siswa

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 24 X 27 38,57%
Sedang 16 X < 24 43 61,43%
Rendah X < 16 0 0%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengamalan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria

tinggi sebanyak 27 siswa (38,57%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 43

siswa (61,43%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah.

Kesimpulannya, uraian di atas menunjukkan bahwa pengamalan pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang, yaitu sebesar 61,43%.

4.3.2.2.4 Gambaran Spesifik Religiusitas Berdasarkan Dimensi Pengalaman

Pengalaman menunjuk pada seberapa jauh tingkat Muslim dalam

merasakan dan mengalami perasaan-perasaan serta pengalaman-pengalaman

religius. Guna melihat gambaran pengalaman pada siswa kelas VIII SMP Negeri

02 Slawi digunakan 8 aitem yang menggambarkan pengalaman siswa dari skala

religiusitas Gambarannya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.20 Gambaran Pengalaman Siswa

Kriteria Interval Subjek Persentase


Tinggi 24 X 61 87,14%
Sedang 16 X < 24 9 12,85%
Rendah X < 16 0 0%
Jumlah 70 100%

Berdasarkan kriteria pada tabel di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

pengalaman pada siswa SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kriteria tinggi
94

sebanyak 61 siswa (87,14%), berada dalam kriteria sedang sebanyak 9 siswa

(12,86%) dan tidak ada siswa yang berada dalam kriteria rendah. Kesimpulannya,

uraian di atas menunjukkan bahwa pengalaman pada siswa kelas VIII SMP negeri

02 Slawi berada pada kriteria tinggi, yaitu sebesar 87,14%.

Penjelasan secara deskriptif mengenai religiusitas siswa kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi sebagaimana yang telah dipaparkan di atas dapat disajikan secara

ringkas pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.21 Rangkuman Deskriptif Religiusitas Siswa Kelas VIII

SMP Negeri 02 Slawi

Kriteria
Aspek Religiusitas
Tinggi Sedang Rendah
Keyakinan 57,14% 41,43% 1,43%
Praktek Agama 35,71% 64,29% 0%
Pengamalan 38,57% 61,43% 0%
Pengalaman 87,14% 12,85% 0%

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa mayoritas religiusitas siswa

kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi berada dalam kategori tinggi sampai dengan

sedang.

Penjelasan kategorisasi religiusitas tiap aspek di atas disusun berdasarkan

kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan aspek mana yang

paling berpengaruh terhadap tinggi rendahnya variabel religiusitas dapat

ditentukan dengan membandingkan mean empirik tiap aspek. Untuk menentukan

nilai mean empirik dapat dicari dengan membagi jumlah skor aitem pada tiap

indikator dengan jumlah subjek. Adapun perbandingan mean empirik tiap

indikator dapat dilihat pada tabel berikut:


95

Tabel 4.22

Perbandingan Mean Empirik Tiap Aspek Religiusitas

Descriptive Statistics

Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance

keyakinan 70 9 7 16 12.04 2.067 4.273

pengalaman 70 12 19 31 26.21 2.653 7.040

praktek agama 70 18 24 42 31.10 4.505 20.294

pengamalan 70 15 16 31 22.49 3.930 15.442

Valid N (listwise) 70
Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa aspek yang mempunyai

nilai mean empirik terbesar adalah aspek praktek agama dengan mean empirik

sebesar 31,10 yang berarti aspek praktek agama mempunyai pengaruh terbesar

dalam mempengaruhi tinggi rendahnya kenakalan remaja

4.4 Pengujian Hipotesis (Analisis Data Inferensial)

4.4.1 Hasil Uji Asumsi


Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh religiusitas

terhadap kenakalan remaja. Simpulan yang dihasilkan harus dapat

dipertanggungjawabkan, sehingga hal penting yang perlu diperhatikan sebelum

memulai analisis data adalah memperhatikan data yang akan diolah dengan

memeriksa keabsahan sampel, yaitu menguji normalitas dan linieritas.

4.4.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data dilakukan untuk membuktikan apakah data yang

diperoleh berdistribusi normal atau tidak. Tujuan uji normalitas adalah untuk

menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas
96

atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang

baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji normalitas dalam

penelitian ini menggunakan teknik One-Sample Kolmogrov-Smirnov.

Tabel 4.23 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kenakalan Remaja

N 70 70
a
Normal Parameters Mean 91.84 54.33

Std. Deviation 9.437 31.150

Most Extreme Differences Absolute .123 .258

Positive .123 .135

Negative -.060 -.258

Kolmogorov-Smirnov Z 1.029 2.160

Asymp. Sig. (2-tailed) .241 .000

a. Test distribution is Normal.

Menentukan normal atau tidaknya sebaran data berdasarkan acuan jika p >

0,05 maka sebaran data dinyatakan normal dan jika p<0,05 maka sebaran data

dinyatakan tidak normal. Uji normalitas terhadap skala religiusitas diperoleh

koefisien K-S-Z sebesar 1.029 dengan nilai signifikansi 0,241 (p>0,05). Hasil

tersebut menunjukkan sebaran data pada skala religiusitas berdistribusi normal.

Sedangkan uji normalitas pada angket kenakalan remaja diperoleh koefisien K-S-

Z sebesar 2.160 dengan nilai signifikansi 0,000 (p<0,05). Hasil tersebut

menunjukkan sebaran data pada angket kenakalan remaja berdistribusi tidak

normal.
97

4.4.1.2 Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk menguji apakah pola sebaran variabel X dan

Y membentuk garis linier atau tidak. Untuk menguji linieritas tersebut, digunakan

SPSS Versi 17.0 For Windows. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier

atau tidaknya sebaran adalah jika p<0,05 maka sebaran dinyatakan linier, dan jika

p<0,05 maka sebaran dinyatakan tidak linier. Hasil uji coba linieritas disajikan

dalam tabel berikut:

Tabel 4.24 Hasil Uji Linieritas

Kenakalan Remaja * Religiusitas


Between Groups
Deviation Within Total
(Combined) Linearity from Groups
Linearity

Sum of Squares 57274.021 39755.601 17518.420 9677.422 66951.443


Df 29 1 28 40 69

1974.966 39755.601 625.658 241.936


Mean Square

F 8.163 164.323 2.586

.000 .000 .003


Sig

Berdasarkan tabel 4.23 diperoleh F sebesar 164.323 dengan p = 0.000.

dikarenakan p<0.05 maka pola hubungan antar variabel religiusitas dengan

kenakalan remaja pada siswa adalah linier.

4.4.2 Hasil Uji Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yaitu ada pengaruh religiusitas

terhadap kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

Kabupaten Tegal. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan


98

koefisien korelasi product moment dari Pearson kemudian dilanjutkan dengan uji

regresi dengan bantuan SPSS Versi 17.0 for windows.

Tabel 4.25 Hasil Uji Korelasi Religiusitas dengan Kenakalan Remaja

pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi


Correlations

Religiusitas Kenakalan Remaja


**
Religiusitas Pearson Correlation 1 -.771

Sig. (2-tailed) .000

N 70 70
**
Kenakalan Remaja Pearson Correlation -.771 1

Sig. (2-tailed) .000

N 70 70

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel diatas, diketahui koefisien korelasi religiusitas dengan

kenakalan remaja sebesar r = -0,771 dengan taraf signifikansi p = 0,000 dimana p

< 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi Ada hubungan

negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi diterima. Nilai koefisisen korelasi negatif, hal ini menunjukkan

bahwa hubungan yang terjadi adalah hubungan negatif. Kenaikan suatu variabel

akan menyebabkan penurunan suatu variabel yang lain, sedangkan penurunan

suatu variabel akan menyebabkan kenaikan suatu variabel lain. Artinya, tingginya

nilai religiusitas selalu diikuti dengan rendahnya kenakalan remaja pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Begitu pula sebaliknya, rendahnya nilai

religiusitas selalu diikuti dengan tingginya kenakalan remaja pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 02 Slawi.


99

Selanjutnya untuk mengetahui hasil uji pengaruh religiusitas terhadap

kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.26
Hasil Analisis Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja
b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 39755.601 1 39755.601 99.404 .000
Residual 27195.842 68 399.939
Total 66951.443 69
a. Predictors: (Constant), Religiusitas
b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa F hitung sebesar 99.404 dengan

taraf signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) lebih kecil dari 0,05

(0,000<0,05), maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi kenakalan

remaja. Hal ini menunjukkan ada pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja

pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Untuk mengetahui besarnya

pengaruh religiusitas terhadap kenakalan remaja dapat dilihat pada tabel dibawah

ini:

Tabel 4.27

Hasil Analisis Besarnya Pengaruh Religiusitas Terhadap Kenakalan Remaja


b
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F
Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
a
1 .771 .594 .588 19.99847 .594 99.404 1 68 .000
a. Predictors: (Constant), Religiusitas
b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja
100

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa nilai regresi antara variabel

religiusitas dan kenakalan remaja (R) sebesar 0,771, sedangkan koefisien

determinansinya (R Square) sebesar 0,594. Hasil ini menunjukkan bahwa 59,4%

kenakalan remaja pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi dipengaruhi oleh

religiusitas. Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap

dalam penelitian ini, seperti faktor internal yang meliputi identitas, kontrol diri

dan proses keluarga serta faktor eksternal yang meliputi pengawasan yang kurang

dari orang tua, kurangnya pendidikan, komunitas/kelas sosial, kurangnya

pemahaman terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

Sedangkan untuk persamaan garis regresinya, dapat dilihat pada tabel di

bawah ini:

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 287.929 23.552 12.225 .000

Religiusitas -2.543 .255 -.771 -9.970 .000

a. Dependent Variable: Kenakalan Remaja

Pada kolom Unstandardized Coefficients (B) diperoleh persamaan garis

regresi:

Y = 287.929 2.543 X

Dimana: Y : variabel kenakalan remaja

X : variabel religiusitas
101

a : konstanta sebesar 287.929 menyatakan bahwa jika koefisien variabel

religiusitas (X) dianggap nol, maka nilai variabel kenakalan remaja (Y)

sebesar 287.929

b : koefisien regresi sebesar -2.543 menyatakan bahwa setiap

pengurangan (karena tanda -) koefisien variabel religiusitas (X) sebesar 1,

maka akan terjadi penurunan atau pengurangan nilai kenakalan remaja

(Y) sebesar -2.543

Selain itu pada tabel coeffiisient terlihat bahwa pada kolom significance

adalah 0,000 (p<0,05), maka hipotesis alternative (Ha) yang diajukan diterima

atau koefisien regresi signifikan, hal ini berarti tingkat religiusitas benar-benar

berpengaruh secara signifikan terhadap kenakalan remaja.

4.5 Pembahasan

4.5.1 Pembahasan Analisis Deskriptif Religiusitas dengan Kenakalan

Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi

4.5.1.1 Analisa Deskripsi Kenakalan Remaja pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri

02 Slawi

Kenakalan remaja adalah semua perbuatan menyimpang atau pelanggaran

yang bersifat anti sosial, anti susila, pelanggaran status, melawan hukum dan

menyalahi norma-norma atau aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat yang

dilakukan oleh remaja sehingga dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang

lain dan lingkungan sekitarnya.

Secara umum kenakalan remaja dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu

kenakalan ringan/biasa, kenakalan sedang dan kenakalan berat/khusus. Kenakalan


102

ringan biasa yaitu kenakalan yang melanggar aturan-aturan yang ada di sekitar

lingkungan tempat individu berada, misalnya lingkungan sekolah atau lingkungan

keluarga. Kenakalan sedang yaitu kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan

kejahatan dimana kenakalan ini diatur oleh hukum dan dapat merugikan

masayarakat dan kenakalan berat yaitu kenakalan yang melanggar hukum dan

mengarah kepada tindakan kriminal.

Berdasarkan hasil penelitian, secara umum kenakalan remaja pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria tinggi dan rendah namun

lebih dominan berada pada kriteria rendah. Hal ini disebabkan karena sebagian

besar siswa masuk pada kriteria tinggi yaitu sebesar 31 siswa dan sebesar 30 siswa

masuk kriteria rendah serta sisanya 9 siswa masuk pada kriteria sedang. Adapun

berdasarkan perhitungan mean empiris kenakalan remaja diperoleh nilai 54,33

yang apabila diletakkan ke dalam ukuran mean hipotetik, maka hasilnya berada

pada kriteria sedang yaitu pada rentang 42 X < 84, namun lebih cenderung ke

arah rendah. Artinya bahwa sebagian besar siswa yaitu sebesar 44,29% siswa

mampu menaati segala aturan-aturan atau tata tertib yang sudah ditetapkan oleh

pihak sekolah.

Data yang diperoleh mengungkapkan hasil yang lebih rinci mengenai

kenakalan remaja dibagi dalam perilaku berbeda maka ditemukan bagaimana

siswa melakukan kenakalan remaja. Kenakalan remaja dalam penelitian ini

memiliki delapan indikator yaitu terlambat masuk sekolah, membolos, tidak

masuk sekolah tanpa keterangan, merokok di lingkungan sekolah, memakai


103

seragam tidak lengkap, tidak mengerjakan tugas, mengompas/memalak dan

berkata tidak sopan.

Indikator yang pertama yaitu terlambat masuk sekolah pada siswa berada

pada kriteria rendah yaitu sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu

menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan oleh sekolah. Mereka lebih

menitikberatkan perilaku disiplin sehingga mereka berusaha datang ke sekolah

tepat waktu.

Indikator yang kedua yaitu membolos. Membolos pada siswa juga berada

pada kriteria rendah yaitu sebesar 44,29%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas

siwa mampu mengikuti pelajaran dengan baik sampai selesai. Mereka merasa

nyaman dan senang dengan cara mengajar guru mereka, sehingga hal inilah yang

menyebabkan siswa merasa betah untuk mengikuti pelajaran tersebut sampai

selesai.

Indikator yang ketiga yaitu tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Tidak

jauh berbeda dengan kedua kenakalan remaja yang sudah dibahas, pada indikator

ini mayoritas siswa memiliki perilaku tidak masuk sekolah tanpa keterangan yang

cukup baik. Artinya mereka selalu memberikan keterangan kepada pihak sekolah

ketika mereka tidak masuk sekolah. Hal ini dibuktikan dari persentase tidak

masuk sekolah tanpa keterangan yang berada pada kategori rendah yaitu sebesar

40%.

Indikator yang keempat yaitu merokok di lingkungan sekolah. Merokok di

lingkungan sekolah pada siswa berada pada kriteria rendah yaitu dengan

persentase 55,71% . Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menjaga dirinya
104

dengan tidak melakukan hal-hal yang bisa merugikan dirinya dengan cara menaati

segala aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah salah satunya

dengan tidak merokok ketika mereka berada di lingkungan sekolah. Selain itu

mereka juga cukup menyadari akan bahaya rokok bagi kesehatan mereka.

Indikator yang kelima yaitu memakai seragam tidak lengkap. Berbeda

dengan indikator-indikator sebelumnya, memakai seragam tidak lengkap pada

siswa berada pada kriteria tinggi. Hal ini dibuktikan dari persentase yang

diperoleh sebesar 45,71%. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas siswa

cenderung menyepelekan aturan-aturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah.

Berdasarkan pengamatan peneliti hal ini juga bisa disebabkan karena seringnya

mereka menonton acara sinetron di televisi sehingga mereka mengikuti gaya

berpakaian yang tidak sesuai dengan aturan sekolah seperti memakai seragam

dengan ukuran yang cukup ketat dan memakai rok di atas lutut.

Indikator yang keenam yaitu tidak mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil

analisis deskripsi penelitian bahwa indikator yang keenam berada pada kriteria

tinggi, yaitu sebesar 40%. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian siswa kerap tidak

mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan analisa aitem yang

termasuk indikator tidak mengerjakan tugas, didapatkan kesimpulan bahwa

mayoritas siswa tidak mengerjakan tugas dikarenakan mereka lupa akan tugas

tersebut.

Indikator yang ketujuh yaitu mengompas/memalak. Berdasarkan hasil

analisis deskripsi penelitian bahwa indikator yang ketujuh berada pada kriteria
105

rendah yaitu dengan persentase 48,57%. Hal ini menunjukkan bahwa siswa

mampu mengendalikan dirinya untuk tidak merugikan orang lain.

Indikator yang kedelapan yaitu berkata tidak sopan. Berdasarkan hasil

analisis deskripsi penelitian bahwa indikator kedelapan berada pada kriteria

rendah yaitu sebesar 47,14%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam berbicara siswa

mampu menjaga ucapannya.

Tiap indikator mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya kenakalan

remaja. Berdasarkan perbandingan mean empiris tiap indikator kenakalan remaja,

indikator tidak mengerjakan tugas memiliki mean empiris terbesar. Hal ini berarti

siswa yang tidak mengerjakan tugas membuat tingkat kenakalan remaja menjadi

tinggi dan siswa yang mengerjakan tugas membuat tingkat kenakalan remaja

menjadi rendah.

Berdasarkan hasil dari analisis deskriptif, kenakalan remaja berada pada

kriteria rendah. Menurut pendapat peneliti, hal ini disebabkan karena salah satu

indikator kenakalan remaja, yaitu indikator merokok memiliki pengaruh besar

terhadap hasil penelitian. Berdasarkan analisis hasil perhitungannya diperoleh

hasil yang menunjukkan bahwa semua siswa perempuan yang menjadi sampel

dalam penelitian ini menjawab tidak pernah sebesar 31,42% untuk semua aitem-

aitem pada indikator merokok. Hal ini membuktikan bahwa kenakalan remaja

dilihat dari indikator merokok menyumbang pengaruh yang cukup besar terhadap

hasil penelitian sehingga menyebabkan kenakalan remaja pada siswa kelas VIII

termasuk dalam kriteria rendah.


106

Analisa lain mengenai penyebab rendahnya kenakalan remaja pada hasil

penelitian dikarenakan ada beberapa siswa yang bersikap faking good, mereka

berpura-pura baik dalam menjawab instrumen penelitian. Berdasarkan tanggapan

dari siswa tersebut, mayoritas siswa beranggapan bahwa hasil penelitian tersebut

akan dilaporkan kepada guru pembimbing sehingga dikhawatirkan hasilnya akan

mempengaruhi nilai akademik mereka. Hal inilah yang menyebabkan mereka

dalam menjawab instrumen penelitian tidak sesuai dengan keadaan yang ada

dalam diri mereka sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap hasil penelitian.

Berdasarkan penjelasan tersebut, kenakalan remaja pada siswa tergolong

rendah. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mampu menaati segala peraturan-

peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah.

4.5.1.2 Analisa Deskripsi Religiusitas pada Siswa Kelas VIII SMP negeri 02 Slawi

Religiusitas diartikan sebagai suatu keadaan yang ada dalam diri seseorang

yang mendorongnya bertingkah laku baik tingkah laku yang tampak maupun

tingkah laku yang tak tampak, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agama

yang dianutnya. Religiusitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan

skala religiusitas, semakin tinggi skor total yang diperoleh maka semakin tinggi

religiusitas pada subjek. Demikian sebaliknya, semakin rendah skor total yang

diperoleh, maka semakin rendah religiusitas yang ada pada diri subjek.

Hasil penelitian menunjukkan religiusitas siswa kelas VIII SMP Negeri 02

Slawi berada dalam kriteria sedang sebesar 33 siswa dan 37 siswa berada pada

kriteria tinggi, hal ini menunjukkan bahwa religiusitas pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 02 Slawi berada pada kriteria sedang. Adapun berdasarkan perhitungan


107

mean empiris religiusitas diperoleh nilai 91,84 yang apabila diletakkan ke dalam

ukuran mean teoritik, maka hasilnya juga berada pada kriteria sedang yaitu antara

rentang 62 X< 93. Hasil ini menunjukkan bahwa subjek sudah cukup baik dalam

memahami dan menerapkan ajaran agamanya, sehingga perilaku yang

dimunculkan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.

Gambaran religiusitas ditinjau secara spesifik melalui dimensi-dimensinya.

Dimensi yang pertama yaitu keyakinan. Dimensi keyakinan menunjuk pada

seberapa tingkat keyakinan muslim terhadap kebenaran ajaran agama-agamanya.

Terutama terhadap ajaran yang bersifat fundamental dan dogmatik. Berdasarkan

hasil analisis deskripsi dimensi keyakinan pada subjek berada pada kriteria tinggi

yaitu sebesar 57,14%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek meyakini dan

mempercayai hal-hal yang sifatnya fundamental dan dogma dalam agama. Sebisa

mungkin mereka menghindari perbuatan-perbutaan yang dilarang oleh agama.

Karena mereka percaya setiap perbuatannya akan dihubungkan dengan kehidupan

alam akhirat yang bersifat abadi. Begitu juga ketika mereka dihadapkan pada

fenomena kenakalan-kenakalan yang disebabkan oleh remaja, karena kenakalan

remaja adalah perbuatan yang melanggar perintah agama.

Dimensi yang kedua yaitu dimensi praktek agama. Dimensi praktek agama

menunjuk pada seberapa tingkat kepatuhan muslim dalam mengerjakan kegiatan-

kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan dianjurkan oleh agamanya. Berdasarkan

hasil analisis deskripsi dimensi praktek agama pada subjek berada pada kriteria

sedang yaitu sebesar 64,29%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek cukup mampu

mengerjakan kegiatan ritual sebagaimana disuruh dan diajarkan oleh agamanya.


108

Mereka juga cukup taat dalam melaksanakan perintah-perintah yang diwajibkan

oleh agamanya. Sehingga mereka cukup dapat mengendalikan perilaku mereka

dalam kehidupan sehari-hari, dengan cara menaati peraturan-peraturan yang ada

di lingkungan sekolah, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Dimensi yang ketiga yaitu dimensi pengamalan. Dimensi ini menunjuk

pada seberapa tingkatan muslim berperilaku dimotivasi oleh ajaran agamanya,

yaitu bagaimana individu berelasi dengan dunianya, terutama dengan manusia

lain. Berdasarkan hasil analisis deskripsi dimensi pengamalan pada subjek berada

pada kriteria sedang yaitu sebesar 61,43%. Hal ini menunjukkan bahwa subjek

cukup termotivasi oleh ajaran-ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari.

Mereka cukup mampu mengamalkan ajaran-ajaran agama yang telah

didapatkannya sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya tersebut.

Dimensi yang terakhir yaitu dimensi pengalaman. Dimensi ini menujuk

pada seberapa jauh tingkat muslim dalam merasakan dan mengalami perasaan-

perasaan dan pengalaman-pengalaman religius. Berdasarkan analisis deskripsi

penelitian dimensi pengalaman pada subjek berada pada kriteria tinggi yaitu

87,14%. Hal ini menunjukkan bahwa mereka cukup mampu merasakan

kedekatan/keakraban dengan Allah, mereka terkadang merasakan bahwa segala

doa-doa yang mereka panjatkan dikabulkan oleh Allah. Sebagian dari mereka juga

merasakan adanya pengalaman-pengalaman yang religius yang dapat

meningkatkan kadar keimanan mereka kepada Allah.

Tiap indikator mempunyai pengaruh terhadap tinggi rendahnya

religiusitas. Berdasarkan perbandingan mean empiris tiap dimensi religiusitas,


109

dimensi praktek agama memiliki mean empiris terbesar. Hal ini berarti siswa yang

melakukan praktek agama akan membuat tingkat religiusitas menjadi tinggi dan

mahasiswa yang tidak melakukan praktek agama akan membuat tingkat

religiusitas menjadi rendah.

4.5.2 Pembahasan Analisis Inferensial Religiusitas Dengan Kenakalan

Remaja Pada Siswa SMP Negeri 02 Slawi

Berdasarkan hasil uji korelasi penelitian diperoleh hasil yang menunjukkan

ada hubungan negatif antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa

kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi. Hasil korelasi antara religiusitas dengan

kenakalan remaja menunjukan bahwa hubungan antara religiusitas dengan

kenakalan remaja menunjukkan hubungan negatif yang signifikan. Artinya adalah

hubungan antara kedua variabel tidak linier atau tidak searah, jadi jika variabel X

tinggi maka variabel Y rendah yang dalam hal ini jika variabel religiusitas tinggi

maka variabel kenakalan remaja rendah atau jika variabel religiusitas rendah maka

variabel kenakalan remaja tinggi.

Hubungan yang signifikan tersebut didukung dengan adanya nilai regresi

antara variabel religiusitas dan kenakalan remaja (R) sebesar 59,4% kenakalan

remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi dipengaruhi oleh religiusitas.

Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum terungkap dalam

penelitian ini seperti faktor internal yang meliputi identitas, kontrol diri dan proses

keluarga serta faktor eksternal yang meliputi pengawasan yang kurang dari orang

tua, kurangnya pendidikan, komunitas/kelas sosial, kurangnya pemahaman

terhadap remaja dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. .


110

Berdasarkan koefisien korelasi dan nilai signifikansi yang telah dijelaskan

di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara religiusitas dengan kenakalan

remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri Slawi memiliki korelasi negatif. Siswa

yang memiliki religiusitas yang tinggi akan memiliki kenakalan remaja yang

rendah. Sebaliknya, siswa yang memiliki religiusitas rendah akan memiliki

kenakalan remaja yang tinggi.

Hasil tersebut sejalan dengan teori yang mendukung dalam penelitian ini

bahwa kenakalan remaja disebabkan karena sebagian besar remaja lalai

menunaikan perintah agama (Sudarsono 2008: 120).

Sejalan dengan teori tersebut, Daradjat (dalam Setya 2009: 43) berpendapat

bahwa tingkah laku menyimpang dapat terjadi karena tingkat religiusitas yang ada

dalam diri individu rendah. Senada dengan pendapat Darajdat, Jalaluddin (2002:

82) mengatakan bahwa nilai-nilai ajaran agama yang diharapkan dapat mengisi

kekosongan batin pada diri remaja terkadang tidak sepenuhnya sesuai dengan

harapan. Dalam situasi bingung dan konflik batin menyebabkan remaja sulit untuk

menentukan pilihan yang tepat, sehingga peluang munculnya perilaku

menyimpang terbuka lebar.

Kaitannya dengan perilaku menyimpang, hasil penelitian ini sejalan dengan

hasil penelitian yang berjudul Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas pada Dewasa

Awal (Andisty dan Ritandiyono 2008: 173). Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan

perilaku seks bebas. Artinya semakin tinggi religiusitas maka semakin rendah
111

perilaku seks bebasnya. Sebaliknya semakin rendah religiusitas maka semakin

tinggi perilaku seks bebasnya.

Penelitian lain yang juga sejalan dengan penelitian ini yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Christiawan (2007: 46) yang berjudul Hubungan antara

Religiusitas dengan Perilaku Agresif pada Remaja. Hasil penelitian tersebut

menunjukkan bahwa religiusitas berkorelasi negatif dengan perilaku agresif pada

remaja. Jadi semakin tinggi religiusitas seorang remaja maka semakin rendah

perilaku agresifnya dan begitu pula sebaliknya atau dapat dikatakan bahwa

perilaku agresif pada remaja akan semakin meningkat dengan sangat signifikan

berlawanan dengan religiusitasnya.

Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Djatmiko (2007) yang berjudul

Intensi Melakukan Hubungan Seksual Pranikah pada Mahasiswa ditinjau dari

Religiusitas. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan negatif

antara religiusitas dengan intensi melakukan hubungan seksual pranikah pada

mahasiswa dimana semakin tinggi religiusitas, maka semakin rendah intensi

melakukan hubungan seksual pranikah pada mahasiswa dan sebaliknya semakin

rendah religiusitas, maka semakin tinggi intensi melakukan hubungan seksual

pranikah pada mahasiswa. Berdasrakan ketiga hasil penelitian tersebut dapat

mendukung temuan penelitian ini, bahwa tingginya religiusitas yang ada dalam

diri siswa menunjukkan rendahnya kenakalan remaja pada diri siswa.

Individu dengan religiusitas tinggi akan mampu memandang, memahami

dan mengerti dirinya sendiri, baik yang berupa kelebihan maupun kekurangan

yang ada pada dirinya. Dengan ini individu mampu mengembangkan fitrah yang
112

ada pada dirinya, salah satunya fitrah keberagamaan. Dimana keberagamaan

bukan hanya sebagai kewajiban melainkan juga sebagai kebutuhan inidividu yang

tidak dapat terabaikan dan harus dipenuhi. Namun pada individu yang memiliki

religiusitas rendah, mereka tidak mampu mengembangkan fitrah yang ada pada

dirinya. Seperti yang diungkapkan oleh Sutoyo (2009: 99-100) yang menyatakan

bahwa individu yang melakukan kenakalan remaja disebabkan karena fitrah iman

yang ada pada diri individu tidak bisa berkembang dengan sempurna, dan atau

imannya berkembang tetapi tidak berfungsi dengan baik. Sebab iman yang

berkembang dengan sempurna tentu mampu berfungsi sebagai pemberi arah,

pendorong dan sekaligus pengendali bagi fitrah jasmani, rohani dan nafs; yang

pada akhirnya akan melahirkan kecenderungan untuk berperilaku positif.

Tingkat religiusitas itu sendiri meliputi keyakinan yang mengungkapkan

tentang keyakinan atau kepercayaan seseorang, melakukan ritual kegiatan

keagamaan sesuai ajaran agama, adanya pengalaman rohani yang diyakini akan

kebesaran Tuhan dan sejauhmana seseorang berperilaku sesuai dengan ajaran

agama yang dianutnya. Dengan semua sikap tersebut, tentunya remaja dapat

mengendalikan dirinya agar tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang

oleh ajaran-ajaran agamanya.

Menurut Jalaluddin (2002: 83) ajaran agama mampu menampilkan nilai-

nilai yang berkaitan dengan peradaban manusia secara utuh. Didalamnya terkemas

aspek kognitif, afektif dan psikomotorik secara berimbang. Pada aspek kognitif

nilai-nilai ajaran agama diharapkan dapat mendorong remaja untuk

mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal. Sedangkan pada


113

aspek afektif diharapkan nilai-nilai agama dapat memperteguh sikap dan perilaku

keagamaan. Demikian pula aspek psikomotor diharapkan akan mampu

menanamkan keterikatan dan keterampilan lakon keagamaan.

Andisty dan Ritandiyono (2008: 173) menyebutkan bahwa seseorang yang

memiliki tingkat religiusitas yang rendah, tidak menghayati ajaran agamanya

dengan baik sehingga dapat saja perilakunya tidak sesuai dengan ajaran

agamanya. Sebaliknya seseorang yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi

maka akan memandang agamanya sebagai tujuan utama hidupnya, sehingga ia

berusaha menginternalisasikan ajaran agamanya dalam perilakunya sehari-hari.

Hal tersebut dapat dipahami karena agama mendorong pemeluknya untuk

berperilaku baik dan bertanggungjawab atas perbuatannya.

Jalaluddin (2002: 75) menyatakan bahwa tingkat religiusitas pada diri

remaja akan berpengaruh terhadap perilakunya. Apabila remaja memiliki tingkat

religiusitas yang tinggi, maka mereka akan menunjukkan perilaku ke arah hidup

yang religius pula, sebaliknya remaja yang memiliki religiusitas rendah, mereka

akan menunjukkan perilaku ke arah hidup yang jauh dari religius pula. Hal ini

berarti remaja memiliki potensi untuk melakukan penyimpangan-penyimpangan

atau kenakalan-kenakalan terhadap ajaran agama yang dianutnya. Singkatnya

kenakalan remaja disebabkan karena rendahnya tingkat religiusitas yang ada pada

diri remaja tersebut. Remaja yang kerap melakukan tindak kenakalan disebabkan

karena remaja kurang memiliki pengalaman tentang ajaran-ajaran agamanya dan

kurangnya keyakinan yang kuat pada diri mereka akan keberadan Tuhan sehingga
114

perilaku yang dimunculkan tidak pernah disesuaikan dengan ajaran agama yang

dianutnya.

4.6 Keterbatasan Penelitian

Setiap penelitian memiliki keterbatasan masing-masing, hal ini dilakukan

untuk mengatasi ruang lingkup penelitian agar tidak meluas dan menjadi lebih

spesifik. Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu:

1. Instrumen penelitian melibatkan aitem-aitem yang berjumlah cukup

banyak sehingga diperkirakan ada beberapa subyek yang mengalami

kebosanan dalam melakukan pengisian skala sehingga pengisian skala

dilakukan secara sembarangan.

2. Adanya identitas responden yang disertakan dalam pengisian instrument

diduga memberi pengaruh terhadap kecenderungan responden untuk

bersikap faking good (berpura-pura baik) sehingga mempengaruhi hasil

penelitian.

3. Ada beberapa aitem yang bersifat ambigu, sehingga dimungkinkan akan

mempengaruhi hasil penelitian.

4. Skala religiusitas yang disusun oleh peneliti masih kurang lengkap karena

tidak memasukkan dimensi pengetahuan.


BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan, yaitu:

1. Terdapat pengaruh antara religiusitas dengan kenakalan remaja pada siswa

kelas VIII di SMP Negeri 02 Slawi.

2. Religiusitas memberikan sumbangan efektif terhadap kenakalan remaja

sebesar 59,4%. Sisanya 40,6% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum

terungkap dalam penelitian ini. Faktor lain tersebut antara lain faktor internal

yang meliputi identitas, kontrol diri dan proses keluarga serta faktor eksternal

yang meliputi pengawasan yang kurang dari orang tua, kurangnya pendidikan,

komunitas/kelas sosial, kurangnya pemahaman terhadap remaja dari

lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Kenakalan remaja pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada

kriteria rendah yaitu sebesar 31 siswa. Namun ada pula beberapa siswa yang

masuk pada kriteria tinggi yaitu 30 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa ada

beberapa siswa yang mampu mematuhi peraturan-peratutan atau tata tertib

yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah dan ada beberapa siswa yang tidak

mampu mematuhi peraturan-peraturan atau tata tertib yang sudah ditetapkan

oleh pihak sekolah. Kriteria tertinggi untuk kenakalan remaja terdapat pada

indikator tidak mengerjakan tugas.

115
116

4. Religiusitas pada siswa kelas VIII SMP Negeri 02 Slawi berada pada kriteria

sedang. Hal ini menunjukkan bahwa subjek sudah cukup baik dalam

memahami dan menerapkan ajaran agamanya, sehingga perilaku yang

dimunculkan sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya. Kriteria tertinggi

untuk religiusitas terdapat pada aspek praktek agama.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, maka penulis akan

mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Bagi sekolah yang memiliki tingkat kenakalan remaja yang tinggi atau

religiusitas rendah diharapkan dapat menyusun, menciptakan dan

menggalakan program, strategi dan kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan

religiusitas atau keagamaan siswa. Program yang disusun hendaknya tidak

dijadikan formalitas saja, namun harus diikuti dengan pelaksanaan dan

pengamalan dari program tersebut. Pelaksanaan program tersebut hendaknya

didukung oleh berbagai pihak dalam sekolah.

2. Bagi Guru

Hendaknya guru BK dapat terus memberikan perhatian khusus dan pembinaan

kepada siswa yang sering mengalami masalah pelanggaran tata tertib sekolah.

Dalam beraktivitas di lingkungan sekolah diharapkan dapat mengawasi siswa-

siswanya agar pelanggaran dapat diminimalkan.


117

3. Bagi Siswa

Diharapakan para siswa mampu membentengi diri mereka dari perilaku

kenakalan remaja dengan meningkatkan religiusitasnya dengan cara

meningkatkan keyakinan terhadap Allah, meningkatkan frekuensi ibadah,

meningkatkan penghayatan terhadap agama dan selalu bersikap sesuai dengan

ajaran agamanya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

a. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melaksanakan penelitian dengan

penelitian serupa hendaknya lebih memperhatikan kelemahan pada skala

yang disebar kepada subjek sebaiknya tidak mencantumkan nama subjek

(anonim) untuk menghindari kecenderungan faking good yang memberi

kesan ingin dinilai baik oleh orang lain serta lebih memperhatikan kalimat

yang sesuai untuk digunakan pada instrumen penelitian (aitem) agar

instrumen penelitian (aitem) tidak bersifat ambigu .

b. Melakukan penelitian dengan jumlah sampel lebih beragam dari segi umur

atau tingkatan jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena pada penelitian

ini peneliti hanya menggunakan sampel siswa SMP kelas VIII.

c. Peneliti menyarankan agar mengungkap dimensi religiusitas yang diduga

berpengaruh terhadap kenakalan remaja pada siswa. Dimensi yang tidak

terungkap dalam penelitian ini yang menurut peneliti penting dan

berhubungan dengan kenakalan remaja yaitu dimensi pengetahuan.


DAFTAR PUSTAKA

Ancok, Djamaludin dan Fuad Nashori Suroso. 1995. Psikologi Islam Solusi Islam
Atas Problem-Problem Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Andisti, Miftah A. dan Ritandiyono. 2008. Religiusitas dan Perilaku Seks Bebas
pada Dewasa Awal. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 2. Hlm. 170-176

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penlitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Azwar, Saifuddin. 2010. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

________________. 2011. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Christiawan, A. Devi. 2007. Hubungan antara Religiusitas dengan Perilaku


Agresif pada Remaja. Skripsi. Diterbitkan. Universitas Katolik
Soegijapranata.

Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT REMAJA


ROSDAKARYA.

Djatmiko, Antonius T.H. 2007. Intensi Melakukan Hubungan Seksual Pranikah


pada Mahasiswa ditinjau dari Religiusitas. Skripsi. Diterbitkan.
Universitas Katolik Soegijapranata.

Faridh, Ridhayati. 2008. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecenderungan


Kenakalan Remaja. Naskah Publikasi. Diterbitkan. Universitas Islam
Indonesia.

Gunarsa, Singgih D dan Singgih D. gunarsa. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta:


P.T. BPK Gunung Mulia.

Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir Untuk Istrumen Angket, Tes Dan Skala Nilai
Dengan BASICA. Yogyakarta: ANDI OFFSET.

Hurlock, Elizabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan Edisi kelima. Jakarta: ERLANGGA.

Jalaluddin. 2002. Psikologi Agama Edisi Revisi 2002. Jakarta: PT Rajagrafindo


Persada.

118
119

Kausar,A.et all. 2012. Personality Traits and Juvenil Delinquency in Punjab,


Pakistan. International Conference on Business, Economics, Management
and Behavioral Sciences Journal. Vol 7-8 Hlm. 487.

Kartono, Kartini. 2007. Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan). Bandung:


Mandar Maju.

______________. 2011. Patologi Sosial 2. Kenakalan Remaja. Jakarta: PT


RajaGrafindo Persada.

Monks dkk. 2006. Psikologi Perkembangan Pengantar Dalam Berbagai


Bagiannya. Yogyakarta: GADJAHMADA UNIVERSITY PRESS.

Mulyono, Y. Bambang. 1993. Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja Dan


Penanggulangannya. Yogyakarta: Kansius.

Purnama, Tata Septayuda. 2011. Hubungan Aspek Religiusitas dan Aspek


Dukungan Sosial terhadap Konsep Diri Selebriti di Kelompok Pengajian
Orbit Jakarta. Tesis Universitas Diponegoro.

Purwandari, Eny. 2011. Keluarga, Kontrol Sosial, dan "STRAIN" : Model


Kontinuitas Delinquency Remaja. Jurnal Humanitas. Vol.VIII No 01.
Hlm. 31

Rafelino,Riki. 2007. Hubungan antara Religiusitas dengan Kecenderungan


Perilaku Masturbasi pada Remaja di Yogyakarta. Naskah Publikasi.
Diterbitkan. Universitas Islam Indonesia.

Rumengan, Ludia Swastika. 2010. Tingkah Laku Prososial Mahasiswa Terhadap


Pengemis ditinjau dari Tingkat Religiusitas. Skripsi. Diterbitkan.
Universitas Katolik Soegijapranata.

Santrock, John W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta:


ERLANGGA.

Sarwono, Sarlito. W. 2010. Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta: Rajawali Pers.

Setya, Rizky Aditya Chandra. 2009. Perilaku Seksual Buruh Pabrik Yang Tinggal
di Tempat Kos ditinjau dari Religiusitas. Skripsi. Diterbitkan. Universitas
Katolik Soegijapranata.

Simadjuntak. 1981. Pengantar Kriminologi dan Patologi Sosial. Bandung:


Tarsito.

Sudarsono. 2008. Kenakalan Remaja. Jakarta : PT RINEKA CIPTA.


120

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung :


ALFABETA.

_______. 2010. Metode Penelitian (Pendekatakn Kuantitaif Kualitiatif Dan


R&D). Bandung: ALFABETA.

Sujoko. 2010. Hubungan antara Keluarga Broken Home, Pola Asuh Orang Tua
dan Interaksi Teman Sebaya dengan Kenakalan Remaja. Tesis Universitas
Setia Budi Surakarta.

Suryabrata, Sumadi. 2005. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Yogyakarta:


ANDI

Sutoyo, Anwar. 2009. Bimbingan dan Konseling Islami Teori & Praktik.
Semarang: CV. Widya Karya Semarang.

Widiyanta, Ari. 2005. Sikap Terhadap Lingkungan dan Religiusitas. Jurnal


Pemikiran dan Penelitian Psikologi. Vol. 1 No.2. Hlm. 80

Yusuf, Syamsu. 2009. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda
Karya.

http:// auliatj Siswa-Indonesia.net (accessed 08/09/2012)

http:// bandung detik.com (accessed 14/02/2013)

http:// detik.com (accessed 14/02/2013)

http:// m.merdeka.com (accessed 14/02/2013)

http:// Republika.co.id (accessed 08/09/2012)


121

LAMPIRAN
122

Lampiran 1:

Instrumen Penelitian
123

No:

SKALA PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2013
124

Dengan hormat,
Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan
sarjana di Jurusan Psikologi FIP UNNES, saya membutuhkan sejumlah data yang
hanya akan saya peroleh dengan adanya kerja sama dari anda dalam mengisi skala
ini.
Skala ini terdiri dari tiga bagian yaitu skala I dan skala II serta angket. Cara
menjawabnya akan dijelaskan pada petunjuk pengisian. Untuk itu saya
mengharapkan agar anda memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik. Bila
telah selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban anda agar tidak ada
pernyataan yang terlewati untuk dijawab.
Dalam mengisi skala dan angket ini, tidak ada jawaban yang benar dan
salah, karena setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Saya
mengharapkan jawaban yang paling sesuai dengan diri anda. Dengan demikian
sudilah kiranya anda memberikan jawaban sendiri, jujur, dan tanpa
mendiskusikannya dengan orang lain
Kesediaan anda untuk mengisi skala dan angket ini merupakan bantuan
yang amat besar bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu saya mengucapkan
banyak terima kasih.

Hormat Saya,

(Atika Oktaviani Palupi)


125

IDENTITAS DIRI

Silahkan anda mengisi identitas diri anda terlebih dahulu:


Nama/ Inisial :..
Jenis kelamin :..
Kelas : ..

PETUNJUK PENGISIAN SKALA I

Pada skala ini terdapat 24 pernyataan.Bacalah dan pahami baik-baik setiap


pernyataan. Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang
tersedia dikanan dari setiap pernyataan berdasarkan pada kondisi anda yang
sebenarnya. Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut pilihan
jawaban yang tersedia:
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Contoh Pengisian Skala:
No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya ragu terhadap keberadaan surga dan

neraka

Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya,
maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif
jawaban yang menurut anda sesuai.

Contoh Koreksi Jawaban


No Pernyataan SS S TS STS
1 Saya ragu terhadap keberadaan surga dan

neraka
126

No Pernyataan SS S TS STS
1 Dengan melaksanakan semua kewajiban yang

diperintahkan Allah membuat saya merasa


dekat dengan Allah
2 Saya merasa Allah tidak adil pada saya padahal
saya selalu menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya
3 Ragu terhadap adanya malaikat merupakan hal
yang wajar, sebab malaikat tidak dapat dilihat
menggunakan mata secara langsung
4 Ketika mendapatkan musibah yang berat, saya
berusaha dan memasrahkan hasilnya kepada Allah
5 Dengan melihat berbagai ciptaan Allah, saya
semakin yakin bahwa Allah itu ada
6 Dengan menaati segala perintah Allah, saya
merasa nyaman dan tenang
7 Saya yakin aka nada kehidupan di akhirat
setelah kehidupan dunia berakhir
8 Kesulitan-kesulitan dalam hidup yang sedang
saya hadapi membuat saya semakin
mendekatkan diri saya kepada Allah
9 Saya merasa musibah yang saya alami
merupakan bentuk ketidakadilan Allah pada
saya
10 Setiap kali mengingat Allah saya merasa
nyaman dan bahagia
11 Saya percaya bahwa segala sesuatu yang
terjadi pada diri saya merupakan takdir Allah
12 Saya merasa orang-orang yang sembuh dari
penyakitnya semata-mata karena usahanya
sendiri
127

13 Ketika waktu sholat tiba, saya segera


melaksanakannya
14 Pada saat ujian, saya mencontek jawaban dari
teman agar mendapatkan hasil yang maksimal
15 Saya melakukan sholat lima waktu dengan
khusuk
16 Ketika ada orang yang membutuhkan bantuan,
saya bersedia membantunya dengan ikhlas
17 Pada saat puasa, saya makan dan minum secara
sembunyi-sembunyi
18 Saya menyampaikan dengan baik semua pesan
atau amanat dari orang lain
19 Setelah melaksanakan sholat, saya
menyempatkan diri untuk berdzikir
20 Pada saat bermain bersama teman-teman, saya
lupa mengerjakan sholat
21 Seberat apapun pekerjaan yang saya lakukan,
saya tetap menjalankan puasa seharian penuh
22 Saya tidak berani mengambil hak orang lain
karena Allah selalu mengawasi saya
23 Saya membaca Alquran jika disuruh oleh orang
tua saya
24 Saya memarahi pengemis yang datang ke
rumah saya
25 Saya membayar zakat fitrah di bulan ramadhan
tepat waktu
26 Saya mengerjakan sholat jika ada yang
mengingatkan
27 Ketika sedang berduaan dengan lawan jenis,
saya tidak melakukan perbuatan yang dilarang
128

oleh agama
28 Setiap hari saya menyempatkan diri untuk
membaca Alquran
29 Saya lebih memilih untuk menyelesaikan tugas
atau pekerjaan terlebih dahulu meskipun sudah
tiba waktu sholat
30 Saya masih merasa kecewa pada orang-orang
yang telah menyakiti hati saya
31 Apabila di suatu tempat tidak ada tempat
sampah, saya terpaksa membuang sampah
sembarangan
129

PETUNJUK PENGISIAN SKALA II

Pada skala II ini terdapat 19 pernyataan. Bacalah dan pahami baik-baik


setiap pernyataan.Anda diminta untuk memilih salah satu alternatif jawaban yang
tersedia dikanan dari setiap pernyataan berdasarkan seberapa sering Anda
melaksanakannya. Berilah tanda () pada salah satu alternatif jawaban. Berikut
pilihan jawaban yang tersedia:
SL : Selalu
SR : Sering
KD : Kadang-kadang
TP : Tidak Pernah

Contoh Pengisian Skala:


No Pernyataan SL SR KD TP
1 Saya mengerjakan sholat jika ada yang

mengingatkan

Apabila anda ingin mengganti jawaban yang telah anda berikan sebelumnya,
maka berilah tanda (=) pada tanda () dan berikan tanda () pada alternatif
jawaban yang menurut anda sesuai.
Contoh Koreksi Jawaban
No Pernyataan SL SR KD TP
1 Saya mengerjakan sholat jika ada yang

mengingatkan
130

No Pernyataan SL SR KD TP
13 Ketika waktu sholat tiba, saya segera
melaksanakannya
14 Pada saat ujian, saya mencontek jawaban dari
teman agar mendapatkan hasil yang maksimal
15 Saya melakukan sholat lima waktu dengan khusuk
16 Ketika ada orang yang membutuhkan bantuan, saya
bersedia membantunya dengan ikhlas
17 Pada saat puasa, saya makan dan minum secara
sembunyi-sembunyi
18 Saya menyampaikan dengan baik semua pesan atau
amanat dari orang lain
19 Setelah melaksanakan sholat, saya menyempatkan
diri untuk berdzikir
20 Pada saat bermain bersama teman-teman, saya lupa
mengerjakan sholat
21 Seberat apapaun pekerjaan yang saya lakukan, saya
tetap menjalankan puasa seharian penuh
22 Saya tidak berani mengambil hak orang lain karena
Allah selalu mengawasi saya
23 Saya membaca Alquran jika disuruh oleh orang tua
saya
24 Saya memarahi pengemis yang datang ke rumah
saya
25 Saya membayar zakat fitrah di bulan ramadhan
tepat waktu
26 Saya mengerjakan sholat jika ada yang
mengingatkan
27 Ketika sedang berduaan dengan lawan jenis, saya
131

tidak melakukan perbuatan yang dilarang agama


28 Setiap hari saya menyempatkan diri untuk
membaca Alquran
29 Saya lebih memilih untuk menyelesaikan tugas atau
pekerjaan terlebih dahulu meskipun sudah tiba
waktu sholat
30 Saya masih merasa kecewa kepada orang-orang
yang telah menyakiti saya
31 Apabila disuatu tempat tidak ada tempat sampah,
saya terpaksa membuang sampah sembarangan
132

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

Berikut ini terdapat 42 pertanyaan yang harus anda jawab dengan jujur dan
sebenar-benarnya, sesuai dengan kondisi anda. Berikan pilihan anda dengan
memberi tanda silang (x) pada huruf pilihan anda.
1. Pertanyaan-pertanyaan pada halaman berikut menyangkut keadaan diri
anda selama bersekolah terhitung dari 3 bulan terakhir.
2. Bacalah pertanyaan-pertanyaan tersebut dan jawablah sesuai dengan
pendapat dan keadaan anda diri anda sendiri.
3. Cara menjawab dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang sesuai
menurut anda dengan memberi tanda silang (X) pada salah satu alternatif
jawaban yang tersedia, contohnya:
Pernahkah Anda tidak memakai topi saat mengikuti upacara bendera ?.
a. Tidak pernah c. 3-5 kali

b. 1-2 kali d. >5 kali

Bila anda tidak pernah melakukan hal tersebut maka berilah tan silang
pada huruf (a).
Bila anda melakukan hal tersebut maka berilah tanda silang pada
huruf (b), (c), atau (d) sesuai dengan frekwensi yang disebutkan.
4. Jawaban yang anda berikan tidak akan berpengaruh terhadap nilai
pelajaran anda serta dijamin kerahasiaannya.
5. Bila ada petunjuk ataupun kalimat yang kurang dipahami didalam angket
ini dapat anda tanyakan langsung pada peneliti
6. Teliti kembali pekerjaan anda, jangan sampai ada nomor yang terlewati.
7. Terimakasih atas bantuan dan kerjasama anda.

Good Luck,,,
133

1. Pernahkah kamu tidak mengikuti pelajaran karena tidak menyukai guru


mata pelajaran tersebut?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. b. 1-3 kali d. > 5 kali
2. Pernahkah kamu tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan
izin kepada pihak sekolah?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
3. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena menganggap
hukuman yang diberikan oleh guru mata pelajaran tersebut tidak terlalu
berat?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
4. Pernahkah kamu mengompas/memalak teman kamu karena kamu ingin
menunjukkan kekuasaan kamu di depan teman-temanmu?
a. Tidak pernah c. 3-4 kali
b. 1-3 kali d. > 4 kali
5. Apakah kamu pernah merokok di kantin sekolah?
a. Tidak pernah c. 2-3 kali
b. b. 1 kali d. > 3 kali
6. Apakah kamu pernah terlambat masuk sekolah karena malas bangun pagi?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
7. Apakah kamu pernah berkata tidak sopan kepada guru kamu karena kamu
menganggap itu adalah hal yang biasa?
a. Tidak pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
8. Apakah kamu pernah terlambat masuk sekolah karena menghindari mata
pelajaran pertama yang tidak kamu sukai?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
134

9. Pernahkah kamu merokok di WC sekolah?


a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
10. Apakah kamu pernah tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat
keterangan izin karena kamu tidak bisa membuatnya?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
11. Pernahkah kamu tidak mengerjakan tugas karena kamu lupa akan tugas
tersebut?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
12. Pernahkah kamu berkata tidak sopan kepada guru kamu karena kamu
merasa guru kamu pilih kasih terhadap kamu?
a. Tidak pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
13. Apakah kamu pernah mengompas/memalak teman kamu karena ajakan
dari teman-teman kamu?
a. Tidak pernah c. 3-4 kali
b. 1-3 kali d. > 4 kali
14. Pernahkah kamu tidak memakai topi saat upacara?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
15. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena takut bertemu
dengan guru mata pelajaran yang tidak kamu sukai?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
16. Pernahkah kamu merokok karena ajakan dari teman-teman kamu?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
17. Ketika kamu marah terhadap guru kamu, pernahkah kamu berkata tidak
sopan di depan guru kamu tersebut?
135

a. Tidak pernah c. 2-3 kali


b. 1 kali d. > 3 kali
18. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena merasa bosan
dengan gaya mengajar guru tersebut?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
19. Apakah kamu pernah terlambat masuk sekolah karena bangun kesiangan?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
20. Pernahkah kamu merokok di belakang kelas pada saat jam pelajaran
kosong?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
21. Apakah kamu pernah memakai seragam sekolah tidak sesuai dengan
aturan/ketentuan sekolah?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
22. Pernahkah kamu tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan
izin karena kamu malas membuatnya?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
23. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena tugas tersebut jarang
di cek oleh guru?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
24. Pernahkah kamu terlambat masuk sekolah karena menganggap
hukuman/sanksi yang diberikan tidak terlalu berat?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
25. Apakah kamu pernah tidak memasukan baju seragam kamu di sekolah?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
136

b. 1 kali d. > 3 kali


26. Apakah kamu pernah tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat
keterangan izin karena menganggap surat keterangan izin tidak penting?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
27. Pernahkah kamu tidak mengerjakan tugas karena tidak sempat menyalin
tugas teman kamu?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
28. Apakah kamu pernah mengompas/memalak teman kamu karena uang
sakumu terbatas?
a. Tidak pernah c. 3-4 kali
b. 1-3 kali d. > 4 kali
29. Pernahkah kamu tidak mengikuti pelajaran karena belum mengerjakan
tugas/PR dari guru?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
30. Pernahkah kamu terlambat masuk sekolah karena rumahmu jauh dari
sekolah?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
31. Pernahkah kamu merokok di lingkungan sekolah saat tidak ada guru yang
melihatnya?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
32. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena kamu tidak bisa
mengerjakannya?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
33. Apakah kamu pernah berkata tidak sopan kepada guru kamu karena kamu
merasa pernah dipermalukan oleh guru di depan teman-teman kamu?
137

a. Tidak pernah c. 2-3 kali


b. 1 kali d. > 3 kali
34. Pernahkah kamu terlambat masuk sekolah karena nongkrong di pinggir
jalan bersama teman-temanmu terlebih dahulu?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
35. Apakah kamu pernah tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat
keterangan izin karena tidak ada orang yang bisa membantu
membuatkannya?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
36. Apakah kamu pernah tidak mengerjakan tugas karena kamu malas untuk
mengerjakannya?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
37. Ketika kamu dimarahi guru kamu, pernahkah kamu membalasnya dengan
berkata tidak sopan kepada guru tersebut?
a. Tidak pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
38. Apakah kamu pernah ikut-ikutan merokok karena desakan dari teman-
teman kamu?
a. Tidak Pernah c. 2-3 kali
b. 1 kali d. > 3 kali
39. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena ingin nongkrong di
kantin?
a. Tidak pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
40. Pernahkah kamu tidak masuk sekolah tanpa memberikan surat keterangan
izin karena kamu tidak sempat untuk membuatnya?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 kali
138

41. Apakah kamu pernah mengompas/memalak teman kamu karena kamu


pernah mendapatkan perlakuan yang sama oleh kakak kelasmu dulu?
a. Tidak pernah c. 3-4 kali
b. 1-3 kali d. > 4 kali
42. Apakah kamu pernah tidak mengikuti pelajaran karena menghindari mata
pelajaran yang kamu anggap sulit?
a. Tidak Pernah c. 4-5 kali
b. 1-3 kali d. > 5 Kali
139

LAMPIRAN 2:
Tabulasi Data Skor Penelitian
140

Tabulasi Skala Religiusitas


Subjek No Item
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 2 4 3 2 2 4 1 2 3 3 4 2 2 3 2 3 91
2 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 3 2 4 3 2 3 2 3 2 4 4 3 1 2 4 3 4 96
3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 1 4 3 3 1 2 3 2 1 76
4 4 2 2 3 2 3 1 3 3 4 2 2 4 4 2 2 4 2 3 3 3 1 3 4 3 3 1 2 3 3 4 85
5 2 3 2 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 2 3 78
6 4 4 3 3 4 4 4 4 2 4 3 3 3 1 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 4 4 4 4 108
7 4 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 2 3 3 4 2 3 4 3 1 1 2 2 2 89
8 4 4 3 3 3 4 4 4 2 4 4 2 4 1 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 2 2 1 2 1 3 2 86
9 3 2 2 3 2 3 2 3 1 3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 3 3 2 3 2 1 2 3 2 2 76
10 3 3 3 2 3 4 4 4 1 4 3 2 2 3 2 2 3 3 2 1 3 3 3 3 4 3 1 2 4 3 2 85
11 4 4 3 3 4 4 2 4 4 4 4 1 4 3 2 4 3 4 4 3 4 4 1 4 4 3 4 4 3 2 3 104
12 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 4 2 1 3 4 2 4 2 2 3 2 80
13 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 1 4 1 4 4 3 4 3 4 4 4 2 4 4 4 1 2 3 2 3 103
14 4 3 1 3 4 4 1 2 3 4 4 3 4 2 2 3 3 2 2 3 1 3 3 4 4 2 1 2 3 3 2 85
15 3 4 1 2 4 4 2 3 4 3 3 4 2 3 1 2 4 2 1 4 1 1 4 4 1 4 1 1 4 2 2 81
16 4 3 1 4 3 3 3 1 3 4 4 3 4 2 3 2 1 2 2 1 1 4 3 4 4 2 2 1 3 1 2 80
17 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 3 88
18 3 4 1 3 3 4 2 3 3 4 3 3 2 3 2 2 3 3 2 2 4 1 2 3 3 4 3 2 2 3 3 85
19 4 1 2 4 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2 2 3 4 1 1 4 4 2 2 3 3 2 1 85
20 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 114
21 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 4 2 4 3 4 1 3 4 4 3 1 3 3 3 3 101
141

22 4 2 1 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 2 4 3 3 1 3 4 3 1 1 2 4 4 2 84
23 4 3 3 3 4 4 1 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 103
24 4 3 2 3 4 4 3 2 4 4 4 3 4 3 2 4 4 2 4 2 3 4 4 4 4 2 3 4 4 4 4 105
25 3 3 1 3 3 4 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 2 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 2 1 85
26 4 3 2 3 4 3 1 3 2 3 3 3 3 2 2 4 2 3 2 4 2 1 2 2 2 3 4 2 3 4 4 85
27 4 4 2 2 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 4 2 2 2 4 1 1 4 4 1 4 2 3 4 3 96
28 4 3 1 2 3 3 2 3 3 4 4 3 4 2 4 2 3 2 4 3 4 1 2 3 2 3 4 2 2 2 1 85
29 4 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 2 2 2 2 3 2 2 3 3 3 3 4 4 3 2 2 3 3 3 93
30 4 4 3 4 4 4 3 4 3 4 4 4 2 3 2 3 4 3 2 3 4 1 2 4 4 3 1 2 1 2 1 92
31 4 3 2 2 4 3 2 3 4 2 2 4 4 2 4 2 3 3 2 3 4 4 3 4 4 2 2 2 2 2 1 88
32 3 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 4 4 2 3 3 3 1 3 4 4 3 1 2 4 3 2 96
33 4 3 1 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 1 2 83
34 3 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 1 3 2 3 2 4 1 2 2 3 1 4 4 4 1 1 3 2 92
35 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 4 3 4 3 2 2 3 3 4 1 4 3 1 4 2 2 3 3 96
36 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 2 3 1 1 92
37 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 4 3 2 2 3 2 1 3 4 2 2 1 3 2 3 4 84
38 3 3 2 3 4 4 4 4 4 4 4 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 1 2 3 1 3 105
39 3 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 1 2 2 2 2 4 1 4 4 2 4 1 2 91
40 3 3 1 3 4 3 3 3 2 3 3 2 2 2 1 2 3 2 1 2 4 3 1 4 2 3 3 2 3 1 2 76
41 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 2 3 2 4 4 2 2 3 2 1 3 4 4 3 1 2 3 2 3 95
42 3 3 1 3 4 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 4 2 4 2 4 2 4 4 2 4 2 2 1 1 88
43 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 2 2 3 2 2 3 4 2 3 2 1 2 4 2 3 1 1 3 3 1 76
44 4 3 3 4 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 2 3 3 4 4 3 3 4 3 4 4 1 2 1 3 3 2 97
45 4 3 1 3 4 4 3 4 4 4 3 2 2 3 1 4 3 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 2 2 1 2 83
46 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4 3 2 3 2 4 4 4 1 2 3 4 3 4 4 4 2 1 3 4 3 99
142

47 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 2 4 2 4 4 2 1 2 3 1 1 4 4 3 1 2 4 2 3 93
48 4 4 4 4 4 4 3 2 4 3 4 2 4 4 2 4 3 2 4 4 4 2 1 4 3 4 1 3 3 2 1 97
49 4 3 2 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 1 4 4 2 1 2 4 4 3 4 4 4 1 2 3 4 3 95
50 4 4 2 3 4 4 2 3 3 4 4 3 3 3 2 4 4 3 3 3 4 1 3 4 4 3 4 2 3 4 4 101
51 4 4 3 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 2 4 4 3 2 3 3 4 3 4 4 4 4 2 4 4 3 105
52 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 1 4 4 4 1 4 4 1 4 100
53 3 3 2 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 4 4 4 3 4 3 2 4 2 4 4 4 1 4 4 1 4 96
54 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 2 2 3 2 2 3 2 1 2 3 4 4 4 2 1 2 1 83
55 4 3 2 4 4 4 2 4 3 4 4 3 4 4 3 2 3 4 3 1 3 1 4 1 4 4 3 2 1 1 1 90
56 4 3 2 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 2 2 2 4 3 1 3 3 4 1 3 4 3 3 2 1 1 4 87
57 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 106
58 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 3 2 4 3 3 3 2 2 3 4 3 2 3 2 2 1 84
59 3 3 2 2 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 1 4 4 3 4 106
60 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 1 2 4 4 1 4 4 1 4 2 4 3 3 97
61 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 2 1 3 3 3 4 4 3 4 2 3 1 3 95
62 4 3 2 4 3 4 2 4 3 4 2 3 3 3 2 4 2 4 2 1 3 4 3 4 4 3 4 3 3 2 2 94
63 4 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4 3 2 3 2 4 2 4 3 3 3 2 2 1 2 85
64 4 3 2 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3 4 4 3 1 4 1 3 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 105
65 4 3 2 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 1 4 4 4 4 111
66 4 3 2 4 4 3 4 3 3 3 4 3 2 3 4 3 3 4 2 1 3 4 3 4 4 3 4 2 3 1 2 95
67 4 3 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 4 3 4 2 2 4 4 3 4 4 4 4 2 3 3 3 101
68 3 2 2 3 4 2 2 3 2 3 3 1 2 2 2 2 3 3 2 1 3 3 3 4 4 2 2 3 3 1 2 77
69 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 3 4 2 4 4 2 4 3 3 1 2 100
70 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 3 2 3 3 2 3 4 4 1 3 81
143

Tabulasi Angket Kenakalan Remaja

No Item
Subjek
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
1 1 1 1 0 0 2 1 1 0 1 2 2 1 3 1 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 1 2 1
2 0 0 1 1 1 0 0 3 2 1 2 0 0 2 0 1 0 0 3 2 1 0 1 0 1 0 2 0 0 3 0 1 0 0 0
3 0 3 3 3 2 0 2 0 2 3 3 3 0 3 0 3 3 0 3 3 2 3 3 0 3 0 3 3 3 2 0 3 0 3 3
4 2 3 2 2 3 3 3 2 3 0 1 3 0 1 3 2 2 3 1 3 1 3 0 3 2 2 1 3 0 3 3 1 3 1 3
5 3 3 0 3 2 2 2 2 1 2 3 3 2 1 3 2 1 2 1 3 2 3 2 3 2 1 3 2 2 1 3 2 1 2 2
6 1 1 1 0 0 2 0 1 0 2 2 0 0 2 1 0 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 0 1 1 0 2 0 0 0
7 2 3 2 3 2 3 2 0 3 1 3 2 3 3 0 3 2 0 3 3 0 3 3 0 3 2 3 0 3 3 2 3 0 2 3
8 2 2 2 0 2 3 0 1 2 2 2 3 3 2 3 3 0 3 2 3 2 3 2 3 3 2 2 1 3 3 2 3 0 3 3
9 3 3 3 2 3 0 3 1 3 1 2 1 0 3 1 2 1 3 3 3 0 1 3 0 3 0 3 3 2 3 3 1 0 3 3
10 3 3 3 2 3 3 3 3 2 1 2 3 3 3 0 3 1 2 3 1 3 2 1 0 1 3 3 1 1 3 1 3 2 1 0
11 2 2 2 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 2 2 1 0 0 1 0 1 0 2 1 3 0 1 0 1 2 0 2 0 0 2
12 2 3 2 0 3 0 3 2 2 3 3 3 0 3 2 3 0 0 3 3 2 3 3 3 3 0 3 0 3 1 1 3 3 0 3
13 0 2 2 0 2 2 0 1 0 1 2 0 0 2 2 1 0 0 2 0 2 2 2 1 2 2 2 0 1 1 0 2 2 1 1
14 3 3 2 0 2 3 1 3 1 1 3 2 0 3 0 2 2 3 0 1 0 3 2 3 3 3 3 1 3 2 3 3 0 3 3
15 3 3 3 1 2 3 1 3 2 3 3 1 3 3 2 3 0 3 3 3 3 1 3 0 3 1 0 2 2 3 2 0 1 0 0
16 3 2 1 3 3 2 0 3 3 0 2 3 0 3 3 3 1 2 3 2 2 1 1 3 2 2 2 3 1 3 1 3 3 3 2
17 1 1 1 0 0 2 1 0 0 0 2 2 1 0 1 2 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 0 1 1 0 1 1 2 1
18 2 3 3 0 1 2 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 2 1 2 2 3 2 3 1 0 0 2 1 1 2 1 2 3 2
19 3 3 3 0 3 0 3 2 2 2 3 2 3 2 1 3 2 1 3 0 2 3 0 3 3 1 2 3 0 3 3 2 3 0 3
20 0 3 1 2 2 3 2 3 1 2 1 3 2 2 1 1 2 0 1 2 1 1 1 2 3 0 1 0 0 2 3 3 0 2 3
21 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
144

22 1 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 2 1 3 0 1 3 3 3 3 3 3 3 0
23 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 1 0 2 0 0 1
24 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0
25 3 2 1 1 3 2 0 2 2 1 3 3 1 3 1 3 0 3 3 2 3 2 1 3 3 1 2 3 1 3 0 3 2 3 1
26 0 3 3 2 2 3 1 2 1 2 3 2 1 3 0 3 1 0 3 2 3 2 3 2 3 0 2 1 2 3 3 3 0 2 3
27 0 2 2 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 1 1 0 0 0 2 0 2 0 2 0 0 0 0 0 0 1 0
28 1 2 1 2 3 1 0 2 3 2 3 0 3 3 0 3 1 1 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 3 2 3 2 2 1 2
29 1 2 2 0 3 3 0 2 2 2 3 0 1 2 1 1 0 1 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 0 3 0 3 2
30 2 1 0 0 1 0 0 0 2 1 2 2 0 0 2 1 2 0 0 0 0 0 1 2 0 0 1 2 1 2 0 1 1 0 0
31 3 3 1 3 2 3 2 3 3 3 3 2 2 0 3 2 1 2 3 3 2 1 3 2 3 3 2 1 2 2 2 2 1 1 0
32 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 2
33 3 3 1 3 1 2 1 3 1 2 1 3 3 3 2 1 3 2 3 0 1 0 3 2 0 3 3 0 2 3 2 2 3 3 2
34 3 2 3 0 3 3 0 2 0 3 3 0 3 3 1 2 3 1 2 3 3 1 3 0 3 0 3 3 2 1 2 3 1 2 3
35 2 0 0 2 0 0 1 3 0 1 0 3 1 0 2 0 0 0 1 0 1 0 1 0 0 1 2 2 1 1 0 0 3 0 2
36 1 1 1 0 2 1 1 1 1 1 1 2 0 1 1 2 1 1 1 1 0 1 0 1 2 1 0 1 0 0 1 0 1 0 1
37 1 3 2 3 2 0 3 0 2 3 3 3 0 3 1 2 2 3 1 2 0 2 3 3 3 3 3 3 1 2 1 3 0 3 3
38 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
39 1 3 3 0 0 0 0 1 0 0 3 0 1 1 1 3 0 0 1 1 1 1 3 0 1 1 0 0 1 0 1 3 0 1 3
40 3 2 3 3 2 3 2 1 2 0 0 3 2 3 0 3 2 3 2 1 2 3 1 3 2 3 1 3 2 2 2 2 0 3 3
41 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 2 1 0 1 0 2 2 1 1 0 0 1 1 1 2 0 2 0 0 2 0 2 0 0 1
42 1 2 2 2 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 1 2 1 3 0 1 3 3 3 3 3 3 3 0
43 3 2 3 0 3 3 2 1 3 1 3 2 3 0 3 2 3 3 1 3 3 2 3 1 0 2 3 3 1 0 3 0 1 3 2
44 0 1 1 0 1 1 2 0 1 1 2 2 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 2 1 2 0 1 1 0 1 0 0 1
45 3 2 2 3 1 3 1 0 3 1 3 3 2 0 1 3 2 3 1 2 3 1 2 1 2 3 3 0 0 2 3 2 3 3 2
46 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 3 0 0 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 0 0 0
145

47 2 0 2 0 0 0 2 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 2 0 0 0 0 2 0 1 0 2 0 1 0 0 1 0 1 0
48 0 1 0 0 0 2 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 2 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 0 1
49 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 2
50 1 1 0 0 0 1 0 2 0 0 1 0 3 1 0 0 2 0 0 0 1 0 2 0 3 0 2 2 0 0 0 1 0 0 0
51 3 3 3 1 0 2 2 1 0 1 2 3 2 3 2 0 3 2 1 0 2 1 2 1 1 2 1 1 1 2 0 3 3 2 3
52 0 2 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 2 1 2 1 2 1 0 1 0 0 1 2 2
53 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 2 0 0 2 0 1 0 3 0
54 3 3 2 3 0 3 3 3 0 3 3 2 0 3 2 0 2 3 3 0 2 0 3 3 3 3 3 0 2 3 0 3 3 0 3
55 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 2 0 0 2 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0
56 3 2 3 3 0 3 0 3 0 3 3 0 3 3 3 0 2 3 3 0 3 2 3 2 3 2 2 0 3 3 0 3 1 2 3
57 0 1 1 0 0 1 0 0 0 1 2 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
58 3 3 3 3 0 2 3 3 0 3 3 2 3 0 3 0 3 3 0 0 3 2 0 3 2 3 2 3 1 3 0 0 3 2 3
59 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 2 0 0 3 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 3 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
60 0 2 1 1 0 2 2 3 0 1 1 0 2 1 0 0 1 0 1 0 1 0 2 1 2 0 1 2 0 2 0 1 0 3 0
61 3 3 2 1 0 3 1 1 0 1 3 1 1 3 3 0 0 2 2 0 1 2 3 2 3 1 3 0 2 1 0 2 1 1 1
62 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 1
63 3 3 3 3 0 2 3 3 0 0 3 0 3 3 3 0 3 1 3 0 3 0 3 0 3 3 1 3 0 3 0 3 2 3 2
64 1 1 0 0 0 1 2 0 0 1 3 0 0 0 0 0 1 0 1 O 0 0 0 0 0 3 0 0 0 1 0 0 0 2 1
65 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0
66 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 O 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1
67 0 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
68 3 3 2 1 0 3 3 2 0 3 3 2 2 3 2 0 3 3 3 0 3 0 2 3 3 3 2 3 2 1 0 3 0 1 3
69 1 1 1 0 0 2 1 1 0 1 1 2 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 2 1 0 1 0 0 0 0 1 0 1
70 3 1 1 1 0 3 3 3 0 1 3 2 3 2 1 0 3 3 3 0 3 3 2 3 3 1 3 0 3 2 0 1 3 2 3
146

Tabulasi Angket Kenakalan Remaja

No Item
Subjek Total
36 37 38 39 40 41 42
1 2 1 2 1 1 1 1 57
2 3 0 2 1 2 0 3 39
3 3 0 3 2 3 0 3 84
4 3 0 3 0 3 2 3 85
5 1 0 3 3 2 2 3 86
6 2 0 0 0 0 0 1 35
7 3 2 3 0 3 0 3 87
8 3 0 3 3 2 0 1 87
9 3 3 1 3 3 3 0 85
10 3 0 3 2 3 0 2 85
11 2 0 1 1 1 0 0 35
12 2 3 3 0 3 2 3 87
13 2 1 2 0 2 0 1 48
14 2 0 3 3 3 0 3 84
15 3 1 0 2 0 1 1 77
16 3 1 0 3 1 3 2 87
17 2 1 1 1 1 0 1 45
18 2 2 3 3 2 3 3 87
19 2 0 3 3 3 2 2 87
20 3 1 2 0 2 0 2 66
21 1 0 0 0 1 0 0 11
147

22 0 2 3 3 0 1 2 93
23 1 0 0 0 1 0 0 15
24 1 0 0 0 0 0 0 9
25 3 1 2 3 1 1 3 84
26 3 1 3 3 2 1 3 85
27 0 0 0 0 1 0 0 19
28 3 1 3 2 3 2 0 85
29 2 0 1 0 2 0 1 60
30 1 2 0 0 0 2 0 32
31 3 0 2 3 0 1 3 86
32 1 0 0 0 1 0 2 19
33 1 2 3 3 2 3 3 87
34 3 3 3 0 3 3 3 88
35 2 2 0 0 3 0 2 39
36 1 0 1 0 0 0 0 32
37 3 0 3 0 3 0 3 84
38 0 0 0 0 1 0 0 17
39 2 1 3 2 3 2 0 48
40 2 1 2 0 3 2 3 85
41 0 1 1 1 1 0 0 29
42 0 2 3 3 0 1 2 93
43 3 3 2 2 1 3 3 88
44 2 1 0 0 1 1 1 31
45 3 0 3 2 3 3 3 86
46 0 0 0 0 0 0 0 12
148

47 0 1 0 0 1 0 1 22
48 0 0 0 0 1 0 0 17
49 0 0 0 0 2 0 1 17
50 0 0 0 0 0 0 0 23
51 3 2 0 3 2 3 3 75
52 0 1 0 1 1 1 1 29
53 1 0 0 1 0 1 0 22
54 1 3 0 3 0 3 3 85
55 2 0 0 1 1 0 1 17
56 2 3 0 1 2 1 3 84
57 0 0 0 0 0 0 0 10
58 3 0 0 3 3 3 3 85
59 1 0 0 0 0 0 0 16
60 1 3 0 0 2 0 2 41
61 2 0 0 2 1 0 3 61
62 1 1 0 1 0 2 1 13
63 3 2 0 3 3 3 3 85
64 0 0 0 1 0 0 0 19
65 1 0 0 0 0 0 0 9
66 1 1 0 0 1 0 1 21
67 1 1 0 2 0 0 0 8
68 2 3 0 1 3 2 3 84
69 1 0 0 0 0 0 0 25
70 3 3 0 2 3 3 3 85
149

LAMPIRAN 3:
Statistik Deskriptif
150

1. Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja Secara Umum

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Kenakalan Remaja 70 85 8 93 54.33 31.150 970.311

Valid N (listwise) 70

2. Statistik Deskriptif Kenakalan Remaja Secara Spesifik

Descriptive Statistics

Std.
N Range Minimum Maximum Mean Deviation Variance

Terlambat Masuk Sekolah 70 17 0 17 8.34 5.189 26.924

Membolos 70 16 0 16 7.46 5.542 30.716

Tidak Masuk Sekolah


70 17 0 17 8.07 4.950 24.502
Tanpa Keterangan

Merokok 70 18 0 18 6.04 6.630 43.955

Seragam Tidak Lengkap 70 9 0 9 4.91 2.696 7.268

Tidak Mengerjakan Tugas 70 17 1 18 10.03 4.527 20.492

Mengompas 70 12 0 12 4.07 3.613 13.053

Berkata Tidak sopan 70 14 0 14 5.40 4.395 19.316

Valid N (listwise) 70

3. Statistik Deskriptif Reeligiusitas Secara Umum

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

Religiusitas 70 38 76 114 91.84 9.437 89.062

Valid N (listwise) 70
151

4. Statitik Deskriptif Kenakalan Remaja Secara Spesifik

Descriptive Statistics

N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Variance

keyakinan 70 9 7 16 12.04 2.067 4.273

pengalaman 70 12 19 31 26.21 2.653 7.040

praktek
70 18 24 42 31.10 4.505 20.294
agama

pengamalan 70 15 16 31 22.49 3.930 15.442

Valid N
70
(listwise)
152

LAMPIRAN 4:
Uji Validitas
153

Validitas Skala Religiusitas

Correlations

Total

VAR00001 Pearson Correlation .611**

Sig. (2-tailed) .001

N 28

VAR00002 Pearson Correlation .213

Sig. (2-tailed) .277

N 28

VAR00003 Pearson Correlation .340

Sig. (2-tailed) .077

N 28

VAR00004 Pearson Correlation .340

Sig. (2-tailed) .077

N 28

VAR00005 Pearson Correlation .219

Sig. (2-tailed) .264

N 28
**
VAR00006 Pearson Correlation .525

Sig. (2-tailed) .004

N 28
*
VAR00007 Pearson Correlation .379

Sig. (2-tailed) .047

N 28
**
VAR00008 Pearson Correlation .510

Sig. (2-tailed) .006

N 28

VAR00009 Pearson Correlation .294

Sig. (2-tailed) .129

N 28

VAR00010 Pearson Correlation .329


154

Sig. (2-tailed) .087

N 28
*
VAR00011 Pearson Correlation .424

Sig. (2-tailed) .025

N 28

VAR00012 Pearson Correlation -.041

Sig. (2-tailed) .834

N 28

VAR00013 Pearson Correlation .141

Sig. (2-tailed) .474

N 28
**
VAR00014 Pearson Correlation .536

Sig. (2-tailed) .003

N 28
*
VAR00015 Pearson Correlation .455

Sig. (2-tailed) .015

N 28

VAR00016 Pearson Correlation .102

Sig. (2-tailed) .607

N 28

VAR00017 Pearson Correlation .367

Sig. (2-tailed) .055

N 28
**
VAR00018 Pearson Correlation .582

Sig. (2-tailed) .001

N 28

VAR00019 Pearson Correlation -.169

Sig. (2-tailed) .390

N 28
*
VAR00020 Pearson Correlation .433

Sig. (2-tailed) .021

N 28
155

VAR00021 Pearson Correlation -.013

Sig. (2-tailed) .946

N 28
*
VAR00022 Pearson Correlation .432

Sig. (2-tailed) .022

N 28
*
VAR00023 Pearson Correlation .417

Sig. (2-tailed) .027

N 28
*
VAR00024 Pearson Correlation .447

Sig. (2-tailed) .017

N 28
**
VAR00025 Pearson Correlation .528

Sig. (2-tailed) .004

N 28
**
VAR00026 Pearson Correlation .637

Sig. (2-tailed) .000

N 28

VAR00027 Pearson Correlation .196

Sig. (2-tailed) .318

N 28

VAR00028 Pearson Correlation .107

Sig. (2-tailed) .589

N 28
**
VAR00029 Pearson Correlation .792

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00030 Pearson Correlation .485

Sig. (2-tailed) .009

N 28
*
VAR00031 Pearson Correlation .463

Sig. (2-tailed) .013


156

N 28
*
VAR00032 Pearson Correlation .379

Sig. (2-tailed) .047

N 28
**
VAR00033 Pearson Correlation .543

Sig. (2-tailed) .003

N 28

VAR00034 Pearson Correlation .259

Sig. (2-tailed) .182

N 28
**
VAR00035 Pearson Correlation .515

Sig. (2-tailed) .005

N 28
*
VAR00036 Pearson Correlation .407

Sig. (2-tailed) .031

N 28
*
VAR00037 Pearson Correlation .392

Sig. (2-tailed) .039

N 28
**
VAR00038 Pearson Correlation .601

Sig. (2-tailed) .001

N 28
*
VAR00039 Pearson Correlation .428

Sig. (2-tailed) .023

N 28
*
VAR00040 Pearson Correlation .407

Sig. (2-tailed) .032

N 28

VAR00041 Pearson Correlation .187

Sig. (2-tailed) .340

N 28
*
VAR00042 Pearson Correlation .423
157

Sig. (2-tailed) .025

N 28
*
VAR00043 Pearson Correlation .409

Sig. (2-tailed) .031

N 28
**
VAR00044 Pearson Correlation .570

Sig. (2-tailed) .002

N 28
**
VAR00045 Pearson Correlation .517

Sig. (2-tailed) .005

N 28

VAR00046 Pearson Correlation .239

Sig. (2-tailed) .221

N 28
*
VAR00047 Pearson Correlation .404

Sig. (2-tailed) .033

N 28
*
VAR00048 Pearson Correlation .464

Sig. (2-tailed) .013

N 28

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 28

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-


tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-


tailed).
158

Validitas Angket Kenakalan Remaja

Correlations

total
**
VAR00001 Pearson Correlation .543

Sig. (2-tailed) .003

N 28
**
VAR00002 Pearson Correlation .743

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00003 Pearson Correlation .731

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00004 Pearson Correlation .645

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00005 Pearson Correlation .567

Sig. (2-tailed) .002

N 28
**
VAR00006 Pearson Correlation .545

Sig. (2-tailed) .003

N 28

VAR00007 Pearson Correlation .150

Sig. (2-tailed) .445

N 28
**
VAR00008 Pearson Correlation .543

Sig. (2-tailed) .003

N 28
**
VAR00009 Pearson Correlation .695

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00010 Pearson Correlation .673
159

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00011 Pearson Correlation .605

Sig. (2-tailed) .001

N 28
**
VAR00012 Pearson Correlation .587

Sig. (2-tailed) .001

N 28
**
VAR00013 Pearson Correlation .717

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00014 Pearson Correlation .702

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00015 Pearson Correlation .691

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00016 Pearson Correlation .743

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00017 Pearson Correlation .666

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00018 Pearson Correlation .717

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00019 Pearson Correlation .708

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00020 Pearson Correlation .497

Sig. (2-tailed) .007

N 28
160

**
VAR00021 Pearson Correlation .826

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00022 Pearson Correlation .567

Sig. (2-tailed) .002

N 28
**
VAR00023 Pearson Correlation .703

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00024 Pearson Correlation .669

Sig. (2-tailed) .000

N 28

VAR00025 Pearson Correlation .125

Sig. (2-tailed) .527

N 28
**
VAR00026 Pearson Correlation .649

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00027 Pearson Correlation .634

Sig. (2-tailed) .000

N 28
*
VAR00028 Pearson Correlation .464

Sig. (2-tailed) .013

N 28
*
VAR00029 Pearson Correlation .470

Sig. (2-tailed) .012

N 28

VAR00030 Pearson Correlation .314

Sig. (2-tailed) .103

N 28
**
VAR00031 Pearson Correlation .773

Sig. (2-tailed) .000


161

N 28
**
VAR00032 Pearson Correlation .860

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00033 Pearson Correlation .680

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00034 Pearson Correlation .668

Sig. (2-tailed) .000

N 28

VAR00035 Pearson Correlation .262

Sig. (2-tailed) .178

N 28
**
VAR00036 Pearson Correlation .737

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00037 Pearson Correlation .619

Sig. (2-tailed) .000

N 28

VAR00038 Pearson Correlation .196

Sig. (2-tailed) .319

N 28
**
VAR00039 Pearson Correlation .767

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00040 Pearson Correlation .512

Sig. (2-tailed) .005

N 28
*
VAR00041 Pearson Correlation .382

Sig. (2-tailed) .045

N 28
**
VAR00042 Pearson Correlation .492
162

Sig. (2-tailed) .008

N 28
**
VAR00043 Pearson Correlation .703

Sig. (2-tailed) .000

N 28

VAR00044 Pearson Correlation .267

Sig. (2-tailed) .169

N 28
**
VAR00045 Pearson Correlation .745

Sig. (2-tailed) .000

N 28
**
VAR00046 Pearson Correlation .492

Sig. (2-tailed) .008

N 28
**
VAR00047 Pearson Correlation .488

Sig. (2-tailed) .008

N 28
**
VAR00048 Pearson Correlation .769

Sig. (2-tailed) .000

N 28

total Pearson Correlation 1

Sig. (2-tailed)

N 28

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-


tailed).

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-


tailed).
163

LAMPIRAN 5:
Uji Reliabilitas
164

1. Reliabilitas Skala Religiusitas

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 28 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 28 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.889 31

2. Reliabilitas Angket Kenakalan Remaja

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 28 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 28 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.964 42
165

LAMPIRAN 6:
Hasil Uji Asumsi
166

Hasil Uji Asumsi


1. Hasil Uji Normalitas

NPar Tests
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Religiusitas Kenakalan Remaja

N 70 70
a
Normal Parameters Mean 91.84 54.33

Std. Deviation 9.437 31.150

Most Extreme Differences Absolute .123 .258

Positive .123 .135

Negative -.060 -.258

Kolmogorov-Smirnov Z 1.029 2.160

Asymp. Sig. (2-tailed) .241 .000

a. Test distribution is Normal.

2. Hasil Uji Linieritas

Kenakalan Remaja * Religiusitas


Between Groups
Deviation Within Total
(Combined) Linearity from Groups
Linearity

Sum of Squares 57274.021 39755.601 17518.420 9677.422 66951.443


Df 29 1 28 40 69

1974.966 39755.601 625.658 241.936


Mean Square

F 8.163 164.323 2.586

.000 .000 .003


Sig
167

LAMPIRAN 7:
Uji Hipotesis
168

1. Hasil Uji Korelasi


Correlations

Kenakalan Remaja Religiusitas


Pearson Correlation Kenakalan Remaja 1.000 -.771
Religiusitas -.771 1.000
Sig. (1-tailed) Kenakalan Remaja . .000
Religiusitas .000 .
N Kenakalan Remaja 70 70
Religiusitas 70 70

2. Hasil Analisis Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja

b
ANOVA
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
a
1 Regression 39755.601 1 39755.601 99.404 .000
Residual 27195.842 68 399.939
Total 66951.443 69
a. Predictors: (Constant), Religiusitas
b. Dependent Variable: Kenakalan Remaja

3. Hasil Analisis Besarnya Pengaruh Religiusitas terhadap Kenakalan Remaja

b
Model Summary
Change Statistics
Adjusted R Std. Error of R Square Sig. F
Model R R Square Square the Estimate Change F Change df1 df2 Change
a
1 .771 .594 .588 19.99847 .594 99.404 1 68 .000

4. Persamaan Garis Regresi

a
Coefficients

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients

Model B Std. Error Beta t Sig.

1 (Constant) 287.929 23.552 12.225 .000

Religiusitas -2.543 .255 -.771 -9.970 .000

a. Dependent Variable: Kenakalan Remaja


169

LAMPIRAN 8:

Dokumentasi Penelitian
170

Menjelaskan Petunjuk Pengerjaan Mengawasi siswa mengerjakan instrumen

Membantu siswa mengisi instrumen Mengawasi siswa mengisi instrumen

Membantu siswa mengisi instrumen


171

LAMPIRAN 9
SURAT SURAT PENELITIAN
172
173

Anda mungkin juga menyukai