Anda di halaman 1dari 139

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

I USIA 39 TAHUN
DENGAN OLIGOHIDRAMNION
DI RSUD CIMACAN

Disusun oleh:
SETITI SRI MULYANI
NIM : P17324215040

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN BANDUNG
2018
ASUHAN KEBIDAN PADA NY. I USIA 39 TAHUN
DENGAN OLIGOHIDRAMNION
DI RSUD CIMACAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan


Diploma III Kebidanan

Disusun oleh:
Setiti Sri Mulyani
NIM : P17324215040

PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN
KESEHATAN BANDUNG
2018
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
RIWAYAT HIDUP

Identitas
Nama : Setiti Sri Mulyani
Tempat/ Tanggal Lahir : Lamongan, 08 Februari 1996
Agama : Islam
Nama Ayah : Kasiyo
Nama Ibu : Supiyani
Alamat Rumah : Jl. Raya Semplak Pilar Gg. Swadaya 01 No. 45 Rt/
Rw 02/02 Kel. Semplak Kec. Bogor Barat
Pendidikan
1. TK : TK Al-Irsyad Semplak Bogor
2. SD : MI Semplak Pilar Bogor
3. SMP : SMP Taruna Andigha Bogor
4. SMA : SMA Kornita Bogor
5. Akademik : Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung Program Studi
Kebidanan Bogor, tahun 2015 s.d sekarang.

iii
POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG
PROGRAM STUDI KEBIDANAN BOGOR
Laporan tugas akhir, Mei 2018
Setiti Sri Mulyani NIM : P17324215040

Asuhan Kebidanan Pada Ny. I usia 39 tahun dengan Oligohidramnion di


RSUD Cimacan vii, VI BAB, 73 Halaman, 11 Lampiran, 1 Tabel, 1 Gambar

ABSTRAK
Oligohidramnion merupakan suatu keadaan dimana air ketuban kurang dari
normal yaitu 500 ml. Oligohidramnion mempunyai hubungan erat dengan
mortalitas dan morbiditas perinatal. Kurangnya cairan ketuban akan mengganggu
kehidupan janin, bahkan mengakibatkan kondisi gawat janin dan bisa
menyebabkan kematian janin. Di Jawa Barat berdasarkan laporan Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi sebanyak
4,09/1000 KH. Di Kabupaten Cianjur 2016 tercatat sebanyak 70 kasus kematian
diantaranya penyebab kematiannya adalah bayi berat lahir rendah 29%, asfiksia
27%, sepsis 15 %, kelainan kongenital 9%, lain-lain 20 %. Di RSUD Cimacan
terdapat 18 kasus kejadian oligohidramnion. Tujuan dari laporan tugas akhir ini
adalah agar penulis mampu memahami dan melaksanakan asuhan kebidanan pada
Ny. I 39 tahun dengan oligohidramnion di RSUD Cimacan.
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan tugas akhir ini adalah
laporan kasus dengan teknik manajemen kebidanan yang menggambarkan alur
pola pikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk
mengatasi masalah.
Data subjektif Ny. I berusia 39 datang ke rumah sakit mengeluh nyeri
diperut pada saat janin bergerak. Hari pertama haid terakhir tanggal 12-05-2017.
Data objektif pemeriksaan abdomen didapatkan data bahwa uterus lebih kecil dari
usia kehamilan, pada pemeriksaan Mc. Donald 26 cm, pada palpasi leopold I
teraba bokong. Leopold II teraba punggung sebelah kanan. Leopold III teraba
kepala. Pada pemeriksaan USG diperoleh hasil gravida 40-41 minggu, janin
tunggal hidup intrauterine, presentasi kepala, cairan ketuban 350 ml. Sehingga
ditegakkan diagnosa yaitu Ny. I 39 tahun G3P2A0 hamil 41 minggu dengan
oligohidramnion. Pentalaksanaan yaitu melakukan kolaborasi dengan dokter
Sp.OG untuk terminasi kehamilan dengan cara induksi dan dilahirkan
pervaginam.
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa yang ditegakkan dan dilakukan
sesuai kebutuhan, serta pembahasan kesesuaian dan kesenjangan antara teori dan
kenyataan yang telah diuraikan maka dapat mengambil kesimpulan bahwa asuhan
kebidanan pada Ny. I dengan oligohidramnion melalui pendekatan manajemen
kebidanan secara komprehensif dan secara umum telah dapat dilakukan. Saran
untuk klien dan keluarga diharapkan mengerti akan tanda bahaya ibu nifas yang
mungkin terjadi, serta klien diharapakan untuk mengikuti program keluarga
berencana karena memiliki resiko tinggi jika hamil lagi.

Kata kunci : Cairan Ketuban, Oligohidramnion, Pervaginam


Daftar Pustaka 32 (2004-2017)

iv
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah yang maha pengasih dan
penyayang, karena atas berkat rahmat-Nya penulis dapat menyusun laporan tugas
akhir yang berjudul “Asuhan Kebidan pada Ny. I Usia 39 tahun dengan
Oligohidramnion di RSUD Cimacan”.
Penulis menyadari kesulitan-kesulitan selama melakukan penyusunan
laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, namun atas
segala bantuan, bimbingan, arahan dan dukungan dar berbagai pihak akhirnya
penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. Selain itu, juga untuk
memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma
III Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan RI Bandung Program Studi
Kebidanan Bogor.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang tak
terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan baik moral
maupun material.
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Ir. H. Osman Syarif, MKM selaku Direktur Poltekkes Kementrian
Kesehatan RI Bandung.
2. Hj. Enung Harni Susilawati, S.Kp. MKM selaku Ketua Program Studi
Kebidanan Bogor.
3. Dr. H. Dharmawan S. Dahlan, MARS selaku direktur RSUD Cimacan.
4. Dini Agung, SST selaku Clinical Instructor ruangan bersalin RSUD Cimacan
5. Titi Nurhayati, MKM selaku dosen pembimbing yang telah banyak membantu
memberikan arahan, nasihat dan masukkan dalam penyusunan laporan tugas
akhir.
6. Seluruh staf dosen Program Studi Kebidanan Bogor Politeknik Kesehatan
Kemenkes Bandung yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama
penulis menyelesaikan pendidikan Diploma III Kebidanan Bogor.
7. Ny. I dan keluarga yang telah bekerja sama dan bersedia memberikan
informasi untuk menyusun laporan tugas akhir ini.

vi
8. Kedua orang tua, kakak-kakak yang sangat saya cintai terima kasih atas
dukungan, doa, semangat, dan kasih sayang yang tiada henti diberikan kepada
penulis dan tempat mencurahkan segala keluh kesah penulis.
9. Seluruh teman seperjuangan mahasiswi Program Studi Kebidanan Bogor
Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung angkatan 17 yang senantiasa
memberikan dukungan dan semangat untuk menyelesaikan laporan tugas akhir
ini.
Atas segala bantuannya, penulis hanya bisa memohon semoga bantuan
yang telah diberikan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal baik dan dibalas
dengan pahala yang setimpal.
Penulis menyadari sepenuhnya akan keterbatasan dan kekurangan yang
dimiliki sehingga Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan membantu dalam
penyempurnaan Laporan Tugas Akhir ini.
Akhir kata semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca, tenaga kesehatan pada umumnya dan tenaga kebidanan khususnya.

Bogor, Mei 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. i


LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iii
ABSTRAK........................................................................................................ iv
PERNYATAAN BEBAS PLAGIATISME ...................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah dan Lingkup Masalah ............................................ 3
C. Tujuan ................................................................................................ 3
D. Manfaat .............................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Dasar Kehamilan................................................................... 5
1. Definisi .......................................................................................... 5
2. Konsep kehamilan .......................................................................... 5
3. Tanda-tanda kehamilan................................................................... 6
B. Konsep Dasar Persalinan ................................................................... 7
1. Definisi .......................................................................................... 7
2. Jenis persalinan .............................................................................. 7
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan ................................. 8
4. Tanda-tanda inpartu ........................................................................ 8
5. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan .................................... 9
6. Tahapa persalinan .......................................................................... 10
7. Mekanisme persalinan ................................................................... 11

viii
C. Konsep Dasar Air Ketuban ............................................................... 15
1. Definisi ......................................................................................... 15
2. Anatomi dan fisiologi air ketuban .................................................. 16
3. Fungsi cairan ketuban .................................................................... 18
4. Volume cairan amnion................................................................... 19
D. Konsep Dasar Oligohidramnion ........................................................ 20
1. Definisi ......................................................................................... 20
2. Etiologi ......................................................................................... 21
3. Patofisiologi .................................................................................. 22
4. Gambaran klinis ............................................................................ 23
5. Diagnosis ...................................................................................... 24
6. Penatalaksanaan ............................................................................ 26
7. Induksi Persalinan ......................................................................... 27
8. Komplikasi .................................................................................... 33
9. Prognosis ....................................................................................... 35
E. Kewenangan bidan ........................................................................... 35
F. Aplikasi kasus pada klien dengan oligohidramnion ........................... 36
1. Subjektif ........................................................................................ 36
2. Objektif ......................................................................................... 37
3. Analisa .......................................................................................... 37
4. Penatalaksanaan ............................................................................ 37
BAB III METODOLOGI
A. Metode ............................................................................................ 39
B. Teknik pengumpulan data ................................................................ 39
BAB IV TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif .................................................................................. 41
B. Data Objektif ................................................................................... 44
C. Analisa ............................................................................................ 46
D. Penatalaksanaan ............................................................................... 46

ix
BAB V PEMBAHASAN
A. Data Subjektif .................................................................................. 63
B. Data Objektif ................................................................................... 64
C. Analisa ............................................................................................ 65
D. Penatalaksanaan ............................................................................... 65
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan ..................................................................................... 71
B. Saran ............................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Skor Bishop ........................................................................................ 31

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Mekanisme persalinan, permulaan persalinan .................................. 11


Gambar 2 : Fleksi kepala.................................................................................... 12
Gambar 3 : Putaran paksi dalam ......................................................................... 13
Gambar 4 : Ekstensi ........................................................................................... 14
Gambar 5 : Putaran paksi luar ............................................................................ 15
Gambar 6 : Pengukuran volume cairan amnion .................................................. 25

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Konsultasi


Lampiran 2 : Soap Post Natal Care
Lampiran 3 : Soap Bayi Baru Lahir
Lampiran 4 : Satuan Acara Penyuluhan ASI Eksklusif
Lampiran 5 : Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya Ibu Nifas
Lampiran 6 : Satuan Acara Penyuluhan Tanda Bahaya pada Bayi
Lampiran 8 : Satuan Acara Penyuluhan Gizi Ibu Nifas
Lampiran 9 : Satuan Acara Penyuluhan Teknik Menyusui
Lampiran 10 : Satuan Acara Penyuluhan Macam-macam Alat Kontrasepsi
Lampiran 11 : Lembar Observasi
Lampiran 12 : Lembar Partograf

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan dan persalinan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan
proses patologi tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi atau abnormal.
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.1
Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR)
merupakan indikator yang sangat sensitif terhadap upaya pelayanan kesehatan
terutama yang berhubungan dengan bayi baru lahir perinatal dan neonatal.
Angka Kematian Bayi adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian
bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu.2
Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) 2015 menunjukkan AKB
sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup.3 Di Jawa Barat berdasarkan laporan
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada tahun 2015 Angka Kematian Bayi
sebanyak 4,09/1000 kelahiran hidup.4 Di Kabupaten Cianjur 2016 tercatat
sebanyak 70 kasus kematian bayi dengan diantaranya penyebab kematiannya
adalah bayi berat lahir rendah 29%, asfiksia 27%, sepsis 15 % kelainan
kongenital 9%, lain-lain 20 %. Salah satu penyebab kematian terbesar pada
bayi adalah asfiksia, asfiksia merupakan salah satu komplikasi akibat
terjadinya oligohidramnion.9
Oligohidramnion merupakan suatu keadaan dimana air ketuban kurang
dari normal yaitu 500 ml yang mempunyai resiko terjadinya gawat janin
maupun infeksi.5 Terdapat insiden oligohidramnion sekitar 3,9 % dari seluruh
kehamilan, namun estimasi sekitar 12 % dari kehamilan usia 40 minggu atau
lebih. Di RSUD Cimacan terdapat 18 kasus kejadian oligohidramnion.5
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal

1
2

agenesis. Sebab oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan amnion


yang kurang baik, sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah dini. 6
Oligohidramnion mempunyai hubungan erat dengan mortalitas dan morbiditas
perinatal. Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan mengganggu kehidupan
janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin dan bisa menyebabkan
kematian janin. Efek lainnya janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan
pada saluran kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum
dilahirkan.1 Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi beresiko tak
segera bernafas secara spontan dan teratur. 1
Oligohidramnion dapat terjadi dimasa kehamilan trimester pertama dapat
menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan, seperti kerusakan
paru-paru, tungkai dan lengan. Oligohidramnion yang terjadi dipertengahan
masa kehamilan juga meningkatkan resiko keguguran, kelahiran prematur dan
kematian bayi dalam kandungan. Jika oligohidramnion terjadi di masa
kehamilan trimester terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan
pertumbuhan janin yang kurang baik. Disaat-saat akhir kehamilan,
oligohidramnion dapat meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan
kelahiran, termasuk kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen
kepada janin dan menyebabkan kematian janin.7
Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk
prognosisnya. Jika terjadi pada trimester II, 80-90% akan mengakibatkan
mortalitas. Bila terjadi pada kehamilan lanjut akan terjadi cacat bawaan, cacat
karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering. 1 Dengan demikian bila
bidan menghadapi kecurigaan terhadap oligohidramnion maka merujuk pasien
merupakan sikap yang paling tepat.30
Berdasarkan data diatas, penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan
tersebut dan memaparkan dalam sebuah laporan tugas akhir dengan judul
“Asuhan Kebidanan pada Ny. I usia 39 tahun Dengan Oligohidramnion Di
RSUD Cimacan”.
3

B. Rumusan Masalah
Bagaimana asuhan kebidanan pada Ny. I usia 39 tahun dengan
Oligohidramnion Di RSUD Cimacan

C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat memberikan asuhan kebidanan pada Ny. I usia 39 tahun dengan
Oligohidramnion Di RSUD Cimacan secara komprehensif dan
melaksanakan asuhan kebidanan dengan tepat
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai adalah mampu melakukan :
a) Mampu melakukan pengkajian data subyektif terhadap asuhan Ny. I usia
39 tahun dengan Oligohidramnion Di RSUD Cimacan
b) Mampu melakukan pengkajian data objektif terhadap Ny. I usia 39 tahun
dengan Oligohidramnion Di RSUD Cimacan
c) Mampu menginterprestasikan data dan menemukan diagnosa masalah
utama dan kebutuhan Ny. I usia 39 tahun dengan Oligohidramnion Di
RSUD Cimacan
d) Memberikan asuhan kebidanan pada Ny. I usia 39 tahun dengan
Oligohidramnion Di RSUD Cimacan
e) Mengkaji faktor pendukung dan penghambat dalam memberikan asuhan
pada Ny. I usia 39 tahun dengan Oligohidramnion Di RSUD Cimacan

D. Manfaat Kegiatan Asuhan Kebidanan


1. Bagi RSUD Cimacan
Sebagai masukan yang berguna untuk meningkatkan mutu kebidanan
terutama pada asuhan kebidanan dengan oligohidramnion, sehingga tercapai
kualitas pelayanan kesehatan yang maksimal.
4

2. Bagi klien dan keluarga


Diharapkan klien dan keluarga mengetahui informasi pengetahuan
tentang oligohidramnion sehingga mendapatkan asuhan yang tepat
berdasarkan manajemen penatalaksanaan oligohidramnion.
3. Bagi penulis
Penulis dapat mengetahui tindakan dan penanganan yang tepat pada
ibu dengan oligohidramnion.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Kehamilan


1. Definisi
Kehamilan merupakan masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai
lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9
bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan juga
dibagi menjadi 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai konsepsi sampai 3
bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, tiwulan ketiga
dari bulan ketujuh sampai 9 bulan. 8

2. Konsep kehamilan
Konsep kehamilan normal yaitu peningkatan tekanan terjadi setelah
folikel de graaf matang dengan mengeluarkan estrogen dan atas pengaruh
FSH yang menurun dan merangsang LH sehingga terjadi pula ruptur dengan
melemparkan ovum yang dibungkus oleh cumulus ooforus dan korona
radiate. Semakin meningkatnya estrogen akan mengakibatkan terjadinya
gerakan putar balik ovarium pada sumbunya dan fimbria tuba makin
mendekati ovarium yang kedua. Gerakan tersebut selalu dapat mengelilingi
ovarium. Dengan demikian, seluruh permukaan ovarium seolah-olah
tertutup oleh fimbria sehingga saat terjadi ovulasi, ovum selalu dapat
ditangkap oleh fimbria. Estrogen yang dikeluarkan oleh vilinya sehingga
menimbulkan aliran cairannya menuju uterus. 9
Karena pengaruh LH, komolus ooforus dan sel korona radiate ikut
mengeluarkan progesteron yang dapat meningkatkan gerak sepertiga dari
tuba sampai ismus, untuk mempercepat jalannya ovum. Ovum akan berada
pada tuba fallopi selama 80 jam, khususnya di ampula tuba, sebagai tempat
terluas dan kemungkinan akan terjadinya konsepsi. 9
Saat puncak masa subur, lendir serviks sangat jernih sehingga mudah
ditembus oleh spermatozoa. Dalam perjalanan menuju tuba, spermatozoa

5
6

mengalami kapasitasi dengan melepaskan sebagian pembungkus kepala


yang terdiri glikoprotein dan mampu melakukan tugas menembus ovum
melalui stomata yang telah siap. Hasil konsepsi meneruskan perjalanannya
dan masuk kavum uteri dalam bentuk blastostista serta masih memerlukan
kesiapan endometrium sekitar 90-150 jam.9

3. Tanda-tanda Kehamilan
Tanda-tanda kehamilan sebagai berikut :
a. Tanda mungkin hamil
1) Amenorrhea (berhentinya haid)
2) Mual dan muntah
3) Quickening adalah presepsi gerakan janin pertama, biasanya disadari
oleh wanita pada kehamilan 18-20 minggu.
4) Keluhan kencing
b. Tanda kemungkinan hamil
1) Tanda hegar yaitu petlunakan pada daerah isthmus uteri
2) Tanda goodell’s yaitu serviks terasa lebih lunak
3) Tanda chadwick yaitu dinding vagina mengalami warna kebiru-biruan
4) Tanda Mc Donald yaitu fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah
difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak atau tidaknya
jaringan isthmus.
5) Terjadi pembesaran perut
6) Teraba ballotement
c. Tanda pasti hamil
1) Teraba bagian-bagian janin
2) Teraba gerakan janin
3) Denyut jantung janin (DJJ) sudah dapat didengar
4) Pemeriksaan dengan USG terlihat kerangka janin.10
7

B. Konsep Dasar Persalinan


1. Definisi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal
dalam kehidupan. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses
pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37- 42
minggu), lahir dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. 11
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan
plasenta) yang telah cukup umur kehamilannya dan dapat hidup di luar
kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau dengan
kekuatan ibu sendiri.9

2. Jenis persalinan
Persalinan berdasarkan umur kehamilan yaitu:
a. Abortus : pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar
kandungan, berat janin
b. Partus Immaturus : partus dari hasil konsepsi pada kehamilan dibawah 28
minggu dengan berat janin kurang dari 1000 gram
c. Partus Prematurus : kelahiran hidup bayi dengan berat antara 1000 gram
sampai 2500 gram sebelum usia 37 minggu
d. Partus Maturus atau Aterm : persalinan pada kehamilan 37-42 minggu,
berat janin diatas 2500 gram.
e. Partus Postmaturus atau Postterm : persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari hari perkiraan lahir.11
Bentuk-bentuk persalinan menurut Manuaba (2010) yaitu:
a. Persalinan spontan : bila proses persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan : bila proses persalinan dibantu oleh tenaga dari luar
c. Persalinan anjuran (partus presipitatus).9
8

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan


Beberapa faktor yang berperan didalam sebuah proses persalinan meliputi :
a. Power (Kekuatan) Kekuatan atau tenaga yang mendorong janin keluar.
Kekuatan tersebut meliputi kontraksi dan tenaga meneran.
b. Passenger (Penumpang) Penumpang dalam persalinan adalah janin dan
plasenta. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai janin adalah ukuran
kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin, sedangkan yang
perlu diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar, dan luasnya.
c. Passage (Jalan lahir) Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir keras
dan jalan lahir lunak. Hal-hal yang perlu diperhatikan dari jalan keras
adalah ukuran dan bentuk tulang panggul, sedangkan pada jalan lahir
lunak adalah segmen bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot
dasar panggul, vagina dan introitus vagina. 13

4. Tanda-tanda inpartu
a. Tanda pendahuluan
1) Ligtening atau setting atau dropping, yaitu kepala turun memasuki
pintu atas panggul.
2) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri turun.
3) Sering buang air kecil atau sulit berkemih (polakisuria) karena
kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.
4) Perasaan nyeri di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi-
kontraksi lemah uterus, kadang-kadang disebut “false labor pains”.
5) Serviks menjadi lembek; mulai mendatar; dan sekresinya bertambah,
mungkin bercampur darah (bloody show).12
9

b. Tanda Pasti Persalinan meliputi:


1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat,sering, dan teratur.
2) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan-
robekan kecil pada serviks.
3) Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya.
4) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada
pembukaan.12

5. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan


a. Teori Penurunan Progesteron
Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen
dan progesterone menurun. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi
kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.1 Selanjutnya otot rahim
menjadi sensitif terhadap oksitosin. Penurunan kadar progesteron pada
tingkat tertentu menyebabkan otot rahim mulai kontraksi.9
b. Teori Oksitosin
Menjelang persalinan, terjadi peningkatan reseptor oksitosin dalam otot
rahim, sehingga mudah terangsang saat disuntikkan oksitosin dan
menimbulkan kontraksi. Diduga bahwa oksitosin dapat meningkatkan
pembentukan prostaglandin dan persalinan dapat berlangsung terus. 1
c. Teori Keregangan Otot Rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan
iskemia otot-otot uterus. Hal ini merupakan faktor yang dapat
mengganggu sirkulasi uteroplasenter sehingga plasenta mengalami
degenerasi.1 Otot rahim mempunyai kemampuan meregang sampai batas
tertentu. Apabila batas tersebut sudah terlewati, maka akan terjadi
kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai.1
d. Teori Prostaglandin
Prostaglandin sangat meningkat pada cairan amnion dan desidua dari
minggu ke-15 hingga aterm, dan kadarnya meningkat hingga ke waktu
1
partus. Diperkirakan terjadinya penurunan progesteron dapat memicu
10

interleukin-1 untuk dapat melakukan “hidrolisis gliserofosfolipid”,


sehingga terjadi pelepasan dari asam arakidonat menjadi prostaglandin,
PGE2 dan PGF2 alfa. Terbukti pula bahwa saat mulainya persalinan,
terdapat penimbunan dalam jumlah besar asam arakidonat dan
prostaglandin dalam cairan amnion. Di samping itu, terjadi pembentukan
prostasiklin dalam miometrium, desidua, dan korion leave. Prostaglandin
dapat melunakkan serviks dan merangsang kontraksi, bila diberikan
dalam bentuk infus, per os, atau secara intravaginal.9
e. Teori Janin
Terdapat hubungan hipofisis dan kelenjar suprarenal yang menghasilkan
sinyal kemudian diarahkan kepada maternal sebagai tanda bahwa janin
telah siap lahir. Namun mekanisme ini belum diketahui secara pasti.9
f. Teori Berkurangnya Nutrisi
Teori berkurangnya nutrisi pada janin diungkapkan oleh Hippocrates
2
untuk pertama kalinya. Hasil konsepsi akan segera dikeluarkan bila
nutrisi telah berkurang.14
g. Teori Plasenta Menjadi Tua
Plasenta yang semakin tua seiring dengan bertambahnya usia kehamilan
akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesteron sehingga
timbul kontraksi rahim. 14

6. Tahapan persalinan
Pada persalinan normal dibagi menjadi empat kala, antara lain:
a. Kala I adalah waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi
pembukaan lengkap 10 cm. Kala pembukaan dibagi menjadi 2 fase yaitu
fase laten, pembukaan serviks berlangsung lamban sampai pembukaan 3
cm, lamanya 7-8 jam dan fase aktif berlangsung 6 jam dan dibagi atas
subfase yaitu akselerasi, dilatasi maksimal dan deselerasi.
11

b. Kala 2 adalah kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan


his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
c. Kala 3 adalah waktu pelepasan dan pengeluaran plasenta
d. Kala 4 adalah mulai dari lahirnya plasenta, selama 1-2 jam.12

7. Mekanisme persalinan
Gambar 1. Mekanisme persalinan, permulaan persalinan

a. Engagement
Janin mengalami penurunan terus menerus dalam jalan lahir setelah
kehamilan trimester III, antara lain masuknya bagian terbesar kepala
janin ke dalam pintu atas panggul. Sumbu kepala janin dapat tegak lurus
dengan pintu atas panggiul (sinklitismus) atau miring/ membentuk sudut
dengan pintu atas panggul (asinklitismus anterior/ asinklitismus
posterior).15
Jika sutura sagitalis mendekati promontorium sakrum, maka akan
lebih banyak bagian dari tulang parietal anterior yang teraba oleh jari
pemeriksa, kondisi ini disebut asinklitismus antarior. Tetapi bila sutura
sagitalis terletak dekat simfisis, maka lebih banyak tulang parietal
posterior yang akan teraba dan kondisi ini disebut asinklitismus posterior.
Pada keadaan asinklitismus posterior yang ekstrim, disebut juga
kemiringan Litzmann, telinga posterior dapat diraba dengan mudah. 15
12

Kepala turun ke dalam rongga panggul akibat :


1) Tekanan langsung dari his dari daerah fundus ke arah daerah bokong
2) Tekanan dari cairan amnion
3) Kontraksi otot dengan perut dan diafragma (mengejan)
4) Badan janin terjadi ekstensi dan menegang atau lurus.
b. Fleksi
Sebelum persalinan mulai sudah terjadi flexi sebagian oleh karena
ini merupakan sikap alamiah janin dalam uterus. Tahanan terhadap
penurunan kepala menyebabkan bertambahnya flexi, occiput turun
mendahului sinsiput, ubun-ubun kecil lebih rendah daripada bregmatika,
dan dagu janin mendekati dadanya, biasanya terjadi di pintu atas
panggul, tetapi lebih sempurnaa setelah bagian terendah janin mencapai
dasar panggul. 15
Gambar 2. Fleksi kepala

c. Putaran paksi dalam


Putaran paksi dalam selalu disertai dengan turunnya kepala. Dalam
makin turunnya kepala janin dalam jalan lahir, kepala janin akan berputar
sedemikian rupa sehingga diameter terpanjang kepala janin akan
bersesuaian dengan diameter terpanjang rongga panggul, atau dengan
perkataan lain, diameter terkecil anteroposterior kepala janin akan
bersesuaian dengan diameter terkecil transversa pintu atas panggul dan
selanjutnya dengan diameter terkecil anteroposterior pintu bawah
13

panggul. Hal ini dimungkinkan karena terjadinya dalam kepala janin


mengalami gerakan seperti spiral atau seperti skrup pada waktu turun
dalam jalan lahir itu. Bahu tidak berputar bersama-sama dengan kepala
karena adanya leher yang tidak memaksa putaran kepala harus diikuti
putaran bahu janin. 15
Gambar 3. Putaran paksi dalam

d. Ekstensi
Setelah kepala mencapai vulva dan kepala janin dilahirkan dengan
melepaskan diri dari sikap kepala yang fleksi maksimal dengan jalan
menempuh gerakan ekstensi, maka berturut-turut dilahirkan oksiput,
bregma, dahi, hidung, mulut,dan akhirnya dagu. Pada saat ini sumbu
panjang bahu bersesuaian dengan diameter oblik panggul tengah. 15
14

Gambar 4. Ekstensi

e. Putaran paksi luar


Putaran paksi luar kepala janin pada hakekatnya mengikuti putaran
paksi dalam bahu janin, dimana kepala berputar kembali sesuai dengan
sumbu rotasi tubuh. Pada saat bahu ,memasuki rongga panggul, dengan
sumbu panjang bahu bersesuaian dengan diameter oblik atau transversa,
pada saat itu kepala janin terdapat di pintu panggul, dengan sumbu
terpanjang kepala bersesuaian dengan diameter anteroposterior pintu
bawah panggul. Pada saat kepala lahir, ia akan mengadakan putaran
paksi luar untuk menyesuaikan diri dengan bahu janin. Demikian pula
pada waktu bahu janin lahir,dengan sumbu panjang bahu bersesuaian
dengan diameter terpanjang pintu bawah panggul. 15
15

Gambar 5. Putaran paksi luar

f. Ekspulsi
Setelah bahu lahir, bagian tubuh lainnya alkan dikeluarkan dengan
mudah. Selanjutnya lahir badan (thorax, abdomen) dan lengan,
pinggul/trochanter depan dan belakang, tungkai dan kaki. 15

C. Konsep Dasar Air Ketuban


1. Definisi
Cairan amnion merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi
sekaligus menunjang pertumbuhan. Osmolalitas, kadar natrium, ureum,
kreatinin tidak berbeda dengan kadar pada serum ibu, artinya kadar dicairan
amnion merupakan hasil difusi dari ibunya. Cairan amnion mengandung
banyak sel janin (lanugo, vernik kaseosa). Fungsi cairan amnion yang juga
penting ialah menghambat bakteri karena mengandung zat seperti fosfat dan
seng.16
Cairan ketuban mempunyai peranan yang sangat penting bagi
perkembangan dan pertumbuhan janin. Kelainan jumlah cairan ketuban
dapat terjadi, dan seringkali merupakan pertanda yang paling awal terlihat
pada janin yang mengalami gangguan. Di pihak lain, kelainan jumlah cairan
ketuban dapat menimbulkan gangguan pada janin, seperti hipoplasia paru,
16

deformitas janin, kompresi tali pusat, pertumbuhan janin terhambat (PJT),


prematuritas, kelainan letak dan kematian janin. Oleh sebab itu, kelainan
jumlah amnion yang terjadi oleh sebab apapun akan meningkatkan
morbiditas dan mortalitas.1

2. Anatomi dan fisiologi air ketuban


Air ketuban merupakan ultrafiltrasi dari plasma maternal dan dibentuk
oleh sel amnionnya. Pada trimester II kehamilan, air ketuban dibentuk oleh
difusi ekstraseluler melalui kulit janin sehingga komposisinya mirip dengan
plasma janin. Selanjutnya, setelah trimester II, terjadi pembentukan zat
tanduk kulit janin dan menghalangi difusi plasma janin sehingga sebagian
besar air ketubannya dibentuk oleh :
a. Sel amnionnya
b. Air kencing janin
Ginjal janin mulai mengeluarkan urin sejak 12 minggu dan setelah
mencapai usia 18 minggu sudah dapat mengeluarkan urin sebanyak 7-14
cc/hari. Janin aterm mengeluarkan urin 27 cc/jam atau 650 cc dalam sehari.9
Menurut Manuaba, dkk (2010) komposisi yang membentuk air ketuban
adalah :
a. Bertambahnya air ketuban bukan merupakan kenaikan linier tetapi
bervariasi sebagai berikut :
1) Bertambah 10 cc, sampai usia 8 minggu
2) Bertambah 60 cc, sampai usia 21 minggu
3) Terjadi penurunan produksi sampai usia hamil 33 minggu
4) Pertambahan tetap sampai usia aterm dan mencapai jumlah sekitar
800-1500 cc
5) Melewati usia kehamilan 42 minggu, terjadi penurunan sekitar 150
cc/minggu sehingga terjadi oligohidramnion
17

b. Setelah usia kehamilan melebihi 12 minggu, yang ikut membentuk air


ketuban yaitu :
1) Ginjal janin sehingga dijumpai:
a) Urea
b) Kreatinin
c) Asam urat
2) Deskuamasi kulit janin
a) Rambut lanugo
b) Vernik kaseosa
3) Sekresi dari paru janin
4) Transudat dari permukaan amnion plasenta
Komposisinya mirip plasma maternal, komposisi umum air ketuban
yaitu:
a) Air sekitar 99%
b) Bahan sekitar organik 1%
c) Berat jenis 1007-1008 gram
5) Hormonal atau zat mirip hormon dalam air ketuban
a) Epidermal Growth Faktor (EGF) dan EGF Like Growth Faktor
dalam bentuk Transforming Growth Faktor alfa. Fungsi kedua
hormon ini ikut serta menumbuh-kembangkan paru janin dan
sistem gastrointestinalnya.
b) Parathyroid Hormone-related Protein (PTH-rP) dan endothelin-1
berfungsi untuk memberikan rangsangan pembentukan surfaktan
yang sangat bermanfaat saat bayi mulai bernapas diluar kandungan.
Air ketuban dapat digunakan untuk melakukan evaluasi tentang
kelainan kongenital janin, gangguan tumbuh kembang janin intrauteri,
kematangan paru, kemungkinan terjadi infeksi intrauteri, asfiksia janin
intrauteri-bercampur mekonium, cairan amnion diambil melalui
amniosentesis.9
18

c. Sirkulasi air ketuban janin


Sirkulasi air ketuban sangat penting artinya sehingga jumlahnya dapat
dipertahankan dengan tetap. Pengaturannya dilakukan oleh tiga
komponen penting sebagai berikut :
1) Produksi yang dihasilkan oleh sel amnion
2) Jumlah produksi air kencing
3) Jumlah air ketuban yang ditelan janin
Setelah trimester II sirkulasinya makin meningkat sesuai dengan tuanya
kehamilan sehingga mendekati aterm mencapai 500 cc/hari.9

3. Fungsi cairan ketuban


Cairan ketuban berfungsi memungkinkan janin bergerak bebas dan
perkembangan sistem otot rangka, membantu perkembangan traktus
digestivus, sebagai cairan dan makanan janin, memberikan tekanan
sehingga mencegah kehilangan cairan paru, penting untuk perkembangan
paru, melindungi janin dari trauma, mencegah kompresi tali pusat, menjaga
suhu janin, sebagai bakteriostatik mencegah infeksi, dan dalam proses
persalinan meratakan tekanan sewaktu kontraksi. 17
Air ketuban mengandung parathyroid hormone related protein (PTH-
rP) yang berfungsi untuk meningkatkan pembentukan paru dan surfaktan
paru sehingga mampu berkembang saat lahir dan berfungsi dalam
pertukaran CO2 dan O2.9
Kantung amnion atau kantung ketuban memberikan sebuah
lingkungan yang steril, dan mempertahankan suhu yang konstan bagi
perkembangan janin, mencegah pelekatan amnion pada embrio yang sedang
tumbuh, memungkinkan pertumbuhan janin yang simetris serta gerakan
janin yang bebas, berfungsi sebagai bantalan dan mengurangi gaya atau
kekuatan benturan pada janin.7
Pada kehamilan normal, cairan amnion memberikan ruang bagi janin
untuk tumbuh, bergerak, dan berkembang. Tanpa cairan amnion, uterus
akan berkontraksi dan menekan janin. Jika terjadi pengurangan volume
19

cairan amnion pada awal kehamilan, janin akan mengalami berbagai


kelainan seperti gangguan perkembangan anggota gerak, cacat dinding
perut, dan sindroma Potter, suatu sindrom dengan gambaran wajah berupa
kedua mata terpisah jauh, terdapat lipatan epikantus, pangkal hidung yang
lebar, telinga yang rendah dan dagu yang tertarik ke belakang.7
Pada pertengahan usia kehamilan, cairan amnion menjadi sangat
penting bagi perkembangan paru janin. Tidak cukupnya cairan amnion pada
pertengahan usia kehamilan akan menyebabkan terjadinya hipoplasia paru
yang dapat menyebabkan kematian.7
Selain itu cairan ini juga mempunyai peran protektif pada janin, cairan
ini mengandung agen-agen anti bakteria dan bekerja menghambat
pertumbuhan bakteri yang memiliki potensi patogen. .Selama proses
persalinan dan kelahiran cairan amnion terus bertindak sebagai medium
protektif pada janin untuk memantau dilatasi servik. Selain itu cairan
amnion juga berperan sebagai sarana komunikasi antara janin dan ibu.
Kematangan dan kesiapan janin untuk lahir dapat diketahui dari hormon
urin janin yang diekskresikan ke dalam cairan amnion.7
Cairan amnion juga dapat digunakan sebagai alat diagnostik untuk
melihat adanya kelainan-kelainan pada proses pertumbuhan dan
perkembangan janin dengan melakukan kultur sel. Jadi cairan amnion
memegang peranan yang cukup penting dalam proses kehamilan dan
persalinan.7

4. Volume cairan amnion


Air ketuban normal pada kehamilan 34-37 minggu adalah 1000cc,
aterm 800 cc, dan lebih dari 42 minggu 400cc.2 Pada keadaan normal,
volume cairan amnion meningkat hingga sekitar 1 liter atau lebih sedikit
pada 36 minggu, tetapi setelah itu berkurang. Pada postmatur mungkin
tersisa 100 hingga 200 ml atau kurang. Pada beberapa kasus yang jarang,
volume cairan amnion mungkin turun jauh dibawah batas normal dan
kadang-kadang berkuran hingga hanya beberapa ml cairan kental. 18
20

Volume cairan amnion meningkar dari sekitar 30 ml pada minggu ke


10 kehamilan sampai jumlah maksimum mencapai 1000 ml pada usia
gestasi 3-37 minggu. Setelah itu, vlume cairan amnion menurun sekitar 150
ml perminggu sehingga jika kehamilan memanjang sampai 42 minggu,
hanya sedikit sekali cairan tersisa nilai ini sangat bervariasi dari individu ke
individu. Pada pertengahan pertama kehamilan, volume cairan amnion
mendekati berat janin.19

D. Konsep dasar Oligohidramnion


1. Definisi
Oligohidramnion adalah air ketuban kurang dari 500 cc.
Oligohidramnion kurang baik untuk pertumbuhan janin karena pertumbuhan
dapat terganggu oleh perlekatan antara janin dan amnion atau karena janin
mengalami tekanan dinding rahim.5 Oligohidramnion di definisikan sebagai
volume cairan ketuban <200/<500 ml atau indeks cairan ketuban <5cm.9
Jika produksinya semakin berkurang, disebabkan beberapa hal
diantaranya: insufisiensi plasenta, kehamilan post term, gangguan organ
perkemihan-ginjal, janin terlalau banyak minum sehingga dapat
menimbulkan makin berkurangnya jumlah air ketuban intrauteri
“oligohidramnion” dengan kriteria :
a. Jumlah kurang dari 500 cc
b. Kental
c. Bercampur mekonium.9
Oligohidramnion jarang dijumpai, yang paling penting diperhatikan
adalah pada kehamilan serotinus. Pada keadaan ini, sejak usia kehamilan 39
minggu telah terjadi pengeluaran meconium sebanyak 14%. Semakin tua
kehamilan semakin tinggi pengeluaran meconium di dalam air ketubannya.
Usia kehamilan 42 minggu menjadi 30% dan diikuti dengan jumlah air
ketuban yang semakin berkurang. Air ketuban kurang dari 500 cc atau
indeks cairan amnion kurang dari 5 cm, terjadi pada 12% dari 511
kehamilan dengan usia kehamilan 41 minggu atau lebih.20
21

Oligohidramnion memengaruhi umbilicus sehingga menimbulkan


gangguan aliran darah menuju janin serta menimbulkan asfiksia intrauterine.
Air ketuban yang kental akan diaspirasi dan menambah kejadian asfiksia
neonatorum. Oligohidramnion akan menimbulkan tekanan fisik pada janin
sehingga terjadi deformitas tepat di tempat yang terkena tekanan langsung
dengan dinding uterus.9

2. Etiologi
Penyebab pasti terjadinya oligohidramnion masih belum diketahui.
Beberapa keadaan berhubungan dengan oligohidramnion hampir selalu
berhubungan dengan obsrtuksi saluran traktus urinarius janin atau renal
agenesis.6 Sebab oligohidramnion secara primer karena pertumbuhan
amnion yang kurang baik, sedangkan secara sekunder yaitu ketuban pecah
dini.21
Mayoritas wanita hamil yang mengalami tidak tau pasti apa
penyebabnya. Penyebab oligohydramnion yang telah terdeteksi adalah cacat
bawaan janin dan bocornya kantung/ membran cairan ketuban yang
mengelilingi janin dalam rahim. Sekitar 7% bayi dari wanita yang
mengalami oligohydramnion mengalami cacat bawaan, seperti gangguan
ginjal dan saluran kemih karena jumlah urin yang diproduksi janin
berkurang.6
Masalah kesehatan lain yang juga telah dihubungkan dengan
oligohidramnion adalah tekanan darah tinggi, diabetes, SLE, dan masalah
pada plasenta. Serangkaian pengobatan yang dilakukan untuk menangani
tekanan darah tinggi, yang dikenal dengan namaangiotensin-converting
enxyme inhibitor (misalnya captopril), dapat merusak ginjal janin dan
menyebabkan oligohydramnion parah dan kematian janin. 6
a. Jika dilihat dari segi Fetal, penyebabnya bisa karena :
1) Kromosom
2) Kongenital
3) Hambatan pertumbuhan janin dalam rahim
22

4) Kehamilan postterm
5) Premature ROM (Rupture of amniotic membranes)
b. Jika dilihat dari sisi Maternal, penyebabnya :
1) Dehidrasi
2) Insufisiensi uteroplasental
3) Preeklamsia
4) Diabetes
5) Hypoxia kronis
Menurut Sinclair (2009) oligohidramnion dapat disebabkan oleh:
a. Insufisiensi plasenta pada pertumbuhan janin terhambat. Berdasarkan
teori Benson, 2008 waktu paling aman untuk persalinan ialah 39-41
minggu. Setelah minggu ke 41, terdapat peningkatan mortalitas secara
tetap (misalnya insufisiensi plasenta).22
b. Obstruksi ginjal janin atau agenesis yang menyebabkan produksi urin
berkurang dan mencegah masuknya urin kedalam rongga amnion
sehingga menurunnya cairan ketuban.23
c. Kebocoran cairan yang kronis yang menyebabkan berkurangnya cairan
ketuban.23

3. Patofisiologi
Mekanisme atau patofisiologi terjadinya oligohidramnion dapat
dikaitkan dengan adanya sindroma potter dan fenotip pottern, dimana,
Sindroma Potter dan Fenotip Potter adalah suatu keadaan kompleks yang
berhubungan dengan gagal ginjal bawaan dan berhubungan dengan
oligohidramnion (cairan ketuban yang sedikit).8
Fenotip Potter digambarkan sebagai suatu keadaan khas pada bayi
baru lahir, dimana cairan ketubannya sangat sedikit atau tidak ada.
Oligohidramnion menyebabkan bayi tidak memiliki bantalan terhadap
dinding rahim. Tekanan dari dinding rahim menyebabkan gambaran wajah
yang khas (wajah Potter). Selain itu, karena ruang di dalam rahim sempit,
23

maka anggota gerak tubuh menjadi abnormal atau mengalami kontraktur


dan terpaku pada posisi abnormal.8
Oligohidramnion juga menyebabkan terhentinya perkembangan paru-
paru (paru-paru hipoplastik), sehingga pada saat lahir, paru-paru tidak
berfungsi sebagaimana mestinya. Pada sindroma Potter, kelainan yang
utama adalah gagal ginjal bawaan, baik karena kegagalan pembentukan
ginjal (agenesis ginjal bilateral) maupun karena penyakit lain pada ginjal
yang menyebabkan ginjal gagal berfungsi. 8
Dalam keadaan normal, ginjal membentuk cairan ketuban (sebagai air
kemih) dan tidak adanya cairan ketuban menyebabkan gambaran yang khas
dari sindroma Potter.8
Beberapa keadaan yang dapat menyebabkan oligohidramnion adalah
kelainan kongenital, Pertumbuhan Janin Terhambat (PJT), ketuban pecah,
kehamilan postterm, insufiensi plasenta dan obat-obatan (misalnya dari
golongan antiprostaglandin). Kelainan kongenital yang paling sering
menimbulkan oligohidramnion adalah kelainan sistem saluran kemih dan
kelainan kromosom.8
Pada insufisiensi plasenta oleh sebab apapun akan menyebabkan
hipoksia janin. Hipoksia janin yang berlangsung kronik akan memicu
mekanisme redistribusi darah. Salah satu dampaknya adalah terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal, produksi urin berkurang dan terjadi
oligohidramnion.8

4. Gambaran klinis
a. Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen.
b. Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan anak.
c. Sering berakhir dengan partus prematurus.
d. Bunyi jantung anak sudah terdengar mulai bulan kelima dan terdengar
lebih jelas.
e. Persalinan berlangsung cukup lama karena kurangnya cairan ketuban
yang mengakibatkan persalinan menjadi cukup lama.
24

f. Sewaktu his akan sakit sekali.


g. Bila ketuban pecah, air ketuban sedikit sekali bahkan tidak ada yang
keluar.24

5. Diagnosis
a. Anamnesis
1) Ibu merasa nyeri di perut pada setiap pergerakan janin.
2) Sewaktu his terasa sakit sekali.
b. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi : Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada
ballotemen.
2) Palpasi
a) molding : uterus mengelilingi janin
b) janin dapat diraba dengan mudah
c) Tidak ada efek pantul pada janin
c. Auskultasi : Bunyi jantung sudah terdengar mulai bulan kelima dan
terdengar lebih jelas.
d. Pemeriksaan penunjang
Menurut Manuaba (2010) untuk mendiagnosis oligohidramnion, dapat
mempergunakan ultrasonografi yang dapat menentukan:
1) Jika air ketuban kurang dari 500 cc.
2) Amniotic fluid index (AFI) kurang dari 5 cm.
3) AFI kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion
4) AFI kurang dari 1-2 cm disebut severe oligohidramnion. 9
25

Gambar 6. Pengukuran volume cairan amnion

Indeks cairan amnion (AFI) dihitung dengan membagi uterus


menjadi empat kuadran dan meletakan tranduser di perut ibu sepanjang
sumbu longitudinal. Dilakukan pengukuran garis tengah vertical kantong
cairan amnion yang paling besar di masing-masing kuadran dengan
tranduser diletakan tegak lurus terhadap lantai. Hasil pengukuran
dijumlah dan dicatat sebagai AFI. Nilai normal AFI untuk kehamilan
normal dari 16 hingga 42 minggu tercantum di apendiks B, “table acuan
ultrasound”. Indeks cairan amnion cukup andal untuk menentukan
normal atau meningkatnya cairan amnion, tetapi kurang akurat untuk
menentukan oligohidramnion. Bebrapa faktor mungkin mempengaruhi
26

indeks cairan amnion, termasuk ketinggian, dan pembatasan cairan ibu


atau dehidrasi.18
Prosedur pelaksanaan indeks cairan amnion (AFI)
1) Atur pada posisi telentang dan sedikit miring ke kiri
2) Identifikasi keempat kuadran pada abdomen ibu
3) Lakukan pemidaian dengan tranduser diletakan tegak lurus
longitudinal terhadap tulang belakang ibu
4) Ukur kedalaman vertical kantung jernih cairan amnion yang terbesar
pada masing-masing kuadran.25

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan konservatif
Penatalaksanaan pada ibu dengan oligohidramnion yaitu :
1) Tirah baring
2) Hidrasi dengan kecukupan cairan
3) Perbaikan nutrisi
4) Pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan janin)
5) Pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion
6) Amnioinfusion yaitu suatu prosedur melakukan infus larutan NaCl
fisiologis atau ringer laktat ke dalam kavum uteri untuk menambah
volume cairan amnion.24,26
b. Penatalaksanaan aktif
Oligohidramnion pada kehamilan aterm mungkin dilakukan
penanganan aktif dengan cara induksi persalinan. Induksi persalinan
adalah dimulainya kontraksi persalinan awitan spontan dengan tujuan
mempercepat persalinan. Induksi dapat diindikasikan untuk berbagai
alasan medis dan kebidanan.27 Oligohidramnion pada kehamilan aterm
mungkin dilakukan penanganan aktif dengan cara induksi persalinan atau
penanganan ekspektatif dengan cara hidrasi dan pemantauan janin, dan
atau USG reguler untuk menilai volume cairan amnion. Ketika kedua
pilihan tersedia, penanganan aktif adalah pendekatan yang umum
27

dilakukan pada wanita hamil aterm dengan atau tanpa faktor resiko pada
ibu atau fetus.28
Jika wanita mengalami oligohydramnion di saat-saat hampir
bersalin, dokter mungkin akan melakukan tindakan untuk memasukan
laruran salin melalui leher rahim kedalam rahim. Cara ini mungkin
mengurangi komplikasi selama persalinan dan kelahiran juga
menghindari persalinan lewat operasi caesar. Studi menunjukan bahwa
pendekatan ini sangat berarti pada saat dilakukan monitor terhadap
denyut jantung janin yang menunjukan adanya kesulitan. Beberapa studi
juga menganjurkan para wanita dengan oligohydramnion dapat
membantu meningkatkan jumlah cairan ketubannya dengan minum
banyak air. Juga banyak dokter menganjurkan untuk mengurangi
aktivitas fisik bahkan melakukan bedrest.26

7. Induksi Persalinan
a. Definisi
Induksi persalinan adalah upaya untuk melahirkan janin menjelang
aterm, dalam keadaan belum terdapat tanda-tanda persalinan atau belum
inpartu, dengan kemungkinan janin dapat hidup diluar kandungan.15
Akselerasi persalinan merupakan suatu tindakan untuk meningkatkan
frekuensi, lama dan kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan.
Sedangkan induksi yaitu suatu tindakan merangsang uterus untuk
memulai terjadinya persalinan. Induksi persalinan dilakukan sebelum
tanda dan gejala persalinan terjadi, sedangkan pada akselerasi tanda dan
gejala persalinan telah terjadi.11
b. Syarat Induksi Persalinan
1) Presentasi kepala
2) Kehamilan aterm
3) Tidak ada CPD
4) Serviks sudah matang yaitu portio teraba mulai mendatar dan sudah
mulai membuka
28

5) Memungkinkan untuk lahir pervaginam (manuaba)


6) Paritas.29
c. Indikasi
1) Usia kehamilan ≥41 minggu (Post term)
2) Ketuban pecah dini sebelum persalinan dan cukup bulan (≥37
minggu)
Penyakit pada ibu, seperti diabetes, hipertensi, penyakit
ginjal/jantung, autoimun (LES)
3) Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan :
preeklamsia/eklamsia, perdarahan antepartum pada usia gestasi sudah
cukup dan solusio plasenta
4) Chorioamnionitis
5) Fetus IUGR, oligohidramnion, IUFD.29
d. Kontraindikasi
1) Riwayat trauma pada uterus
2) Abnormalitas dari uterus, vagina atau panggul
3) Plasenta previa
4) Disproporsi kepala panggul
5) Gawat janin
6) Riwayat operasi sectio cesaria.29
e. Metode Induksi Persalinan
Induksi persalinan dapat dilakukan dengan cara pemecahan ketuban,
pemberian oksitosin, pemberian obat misoprostol, pemberian hormon
prostaglandin, pemasangan balon kateter. Keberhasilan induksi
persalinan bergantung kondisi serviks yang matang. Yang dimaksud
serviks yang matang yaitu lembut, anterior, penipisannya lebih dari 50%
dan dilatasi 2 cm atau lebih. Menurut Bishop ada 13 point scoring untuk
memperkirakan kemungkinan klien dilakukan induksi persalinan.
Sementara itu menurut American College of Obstetricians and
Gynecologists jika pelvic score mencapai 8 atau lebih induksi biasanya
berhasil. Di Indonesia, pelaksanaan induksi didasarkan pada scoring yang
29

sedikit berbeda. Ketentuan penilaian menurut Saifudin jika skor ≥ 6,


induksi cukup dilakukan dengan oksitosin. Sedangkan jika skor ≤ 5,
perlu dilakukan pematangan serviks terlebih dahulu dengan pemberian
prostaglandin atau pemasangan foley kateter.11
1) Pemecahan ketuban (Amniotomi)
Pemecahan ketuban dengan disengaja merupakan salah satu
bentuk induksi maupun akselerasi persalinan.25 Dengan keluarnya
sebagian air ketuban terjadi pemendekan otot rahim sehingga otot
rahim lebih efektif berkontraksi. Pemecahan air ketuban
menimbulkan pementukan prostaglandin yang akan merangsang
persalinan dengan meningkatkan konraksi uterus.11 Dapat
disimpulkan pemecahan air ketuban dapat menjadi salah satu
alternative induksi persalinan.
Pemecahan air ketuban harus dilakukan dengan
memperhitungkan banyak hal diantaranya ada tidaknya
polihidramnion, presentasi muka, tali pusat menumbung, plasenta
previa, adanya presentasi selain kepala.11
Selain itu air ketuban dan selaput ketuban merupakan suatu yang
berfungsi melindungi janin dalam rahim, perlindungan terhadap
infeksi dan perlindungan terhadap trauma. Pecahnya air ketuban
berisiko terjadinya infeksi intrauterine (korioamnionitis). Amniotomi
dini (pembukaan 2cm) cenderung mengakibatkan amnionitis lebih
lanjut, hiperstimulasi uterus dan gawat janin dibandingkan dengan
amniotomi pada akhir (pembukaan 5cm).25
2) Pemberian Oksitosin drip
Oksitosin adalah suatu peptida yang dilepaskan dari bagian
hipofisis posterior. Oksitosin meningkatkan kerja sel otot polos yang
diam dan memperlambat konduksi aktivitas elektrik sehingga
mendorong pngerahan serat-serat otot yang lebih banyak berkontraksi
dan akibatnya akan meningkatkan kekuatan dari kontraksi yang
lemah. Oksitosin harus digunakan secara hati-hati karena dapat
30

mengakibatkan gawat janin akibat hiperstimulasi uterus.11 Selain itu,


pada pemberian oksitosin dapat terjadi rupture uteri terlebih pada ibu
multipara. Penggunaan oksitosin pada ibu dengan seviks belum
matang akan menimbulkan kegagalan persalinan pervaginam. Pada
kondisi serviks yang belum matang dibutuhkan 12 sampai 18 jam
untuk mematangkan serviks sebelum tindakan pemberian oksitosin
drip dilakukan. Oleh karena itu ibu yang dilakukan induksi dengan
pemberian oksitosin drip, dilakukan pemeriksaan dan pengawasan
terhadap skor bishop, tekanan darah, denyut nadi, kontraksi uterus,
denyut jantung janin, kecepatan cairan infus oksitosin.11
Oksitosin mulai diberikan melalui infuse dekstrose atau garam
fisiologis dengan ketentuan sebagai berikut 2,5 unit oksitosin dalam
500 cc dekstrose atau garam fisiologis, pemberian mulai dari 10 tetes
permenit, tetsan dinaikan 10 tetes setiap 30 menit sampai kontraksi
adekuat. Kontraksi adekuat yang diharapkan adalah adanya 3 kali
kontraksi yang lamanya lebih dari 40 detik. Ketika kontraksi uterus
adekuat telah tercapai maka infuse dipertahankan sampai terjadi
kelahiran bayi.11
Pada ibu yang telah diberikan induksi persalinan dengan
ketentuan tersebut tidak tercapai kontraksi yang adekuat (3 kali
kontraksi dalam 10 menit dengan lama lebih dari 40 detik setelah
infuse mencapai 60 tetes permenit) maka konsentrasi oksitosin
dinaikkan menjadi 5 unit dalam 500 cc dekstrose atau garam
fisiologis. Tetesan dimulai dengan kecepatan 30 tetes permenit dan
dinaikkan 10 tetes setiap 30 menit. Apabila pada ketentuan tersebut
belum terdapat kontraksi yang adekuat maka pada ibu primipara,
maka konsentrasi oksitosin dinaikkan menjadi 10 unit dalam 500 cc
dekstrose atau garam fisiologis.
31

Apabila kontraksi adekuat yang diharapkan sesuai ketentuan


tidak terjadi maka tindakan seksio sesarea dilakukan. Pada ibu
multipara dan ibu bekas seksio sesarea tidak dianjurkan pemberian
oksitosin 10 unit dalam 500 cc dekstrose atau garam fisiologis. 11
Tabel 1. Skor Bishop
Tabel skor bishop
Skor 0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 ≥5
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% ≥ 80%
Station -3 -2 -1 +1 +2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Amat Lunak
Posisi os Posterior Posterior Anterior Anterior
3) Pemberian Prostaglandin
Angka kegagalan yang tinggi pada pemberian oksitosin untuk
induksi persalinan pada ibu dengan serviks tertutup dalam waktu lama
memicu upaya untuk mencari cara mematangkan serviks sebelum
induksi persalinan dilakukan.25 Prostaglandin sangat efektif untuk
pematangan serviks selama induksi persalinan. 11 Prostaglandin dapat
diberikan intravena, per oral, intra servikal, transvaginal.
Ada dua unsur prostaglandin yang sejak lama merupakan fokus
utama yang digunakan pada induksi persalinan yaitu prostaglandin E1
dan prostaglandin E2. Prostaglandin E1 dikenal dengan nama
Misoprostol atau Cytotec. Sedangkan prostaglandin E2 terdiri dari
Cervidil dan Prepidil. Respon terkait dosis pada pemberian
prostaglandin mencakup pematangan serviks, distress janin,
hiperstimulasi uterus, seksio sesarea untuk penanganan distress janin,
ikterik pada neonatus. Mengingat resiko pemberian prostaglandin,
maka sebelum pemberian prostaglandin dilakukan pemantauan denyut
nadi, tekanan darah, kontraksi uterus, pemeriksaan denyut jantung
janin. Pemantauan dilakukan dengan pengamatan partograf. 25
32

Misoprostol dapat diberikan per oral, sublingual atau


pervaginam. Tablet misoprostol dapat ditempatkan di forniks posterior
vagina.4 Misoprostol pervaginam diberikan dengan dosis 25 mcg dan
diberikan dosis ulang setelah 6 jam tidak ada his. Apabila tidak ada
reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, maka dosis dinaikkan menjadi
50 mcg setiap 6 jam. Misoprostol tidak dianjurkan melebihi 50 mcg
dan melebihi 4 dosisi atau 200 mcg. Misoprostol mempunyai resiko
meningkatkan kejadian ruptur uteri, oleh karena itu misoprostol hanya
digunakan pada pelayanan kesehatan yang lengkap. 25
4) Pemasangan Kateter Foley
Pemasangan kateter foley merupakan alternatif lain disamping
pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan induksi
persalinan saifudin. Pemasangan kateter foley tidak diperkenankan
pada kondisi riwayat perdarahan, ketuban pecah, pertumbuhan janin
terhambat atau adanya infeksi vagina. Pemasangan kateter foley
dilakukan dengan menggunakan forseps desinfeksi tingat tinggi
(DTT), dan dipastikan ujung kateter telah melewati ostium uteri
internium. Setelah pemasangan kateter foley, balon kateter
dikembungkan dengan pemberian 10 cc air. Ada perbedaan pengisian
balon kateter. Pemberian cairan atau udara untuk mengisi balon
kateter sebanyak 25 cc sampai 50 cc agar kateter tetap pada
tempatnya.17 Walaupun ada perbedaan jumlah cairan atau udara pada
pengisian balon kateter, tetapi yang terpenting adalah terjadinya
dilatasi serviks dan kontraksi uterus. Kateter foley didiamkan sampai
timbul kontraksi uterus atau sampai batas maksimal 12 jam.11
f. Akibat Pemberian Induksi
1) Aktifitas uterus yang buruk yaitu uterus yang tidak terkoordinasi
sehingga menyebabkan proses persalinan yang sulit.
2) Pola laju denyut jantung janin yang abnormal
3) Ruptur uterus.11
33

8. Komplikasi
Kurangnya cairan ketuban tentu saja akan mengganggu kehidupan
janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat janin. Seolah-olah janin
tumbuh dalam ”kamar sempit” yang membuatnya tidak bisa bergerak bebas.
Efek lainnya janin berkemungkinan memiliki cacat bawaan pada saluran
kemih, pertumbuhannya terhambat, bahkan meninggal sebelum dilahirkan.
Sesaat setelah dilahirkan pun, sangat mungkin bayi beresiko tak segera
bernafas secara spontan dan teratur.9
Bahaya lainnya akan terjadi bila ketuban lalu sobek dan airnya
merembes sebelum tiba waktu bersalin. Kondisi ini amat beresiko
menyebabkan terjadinya infeksi oleh kuman yang berasal dari bawah.9
Masalah-masalah yang dihubungkan dengan terlalu sedikitnya cairan
ketuban berbeda-beda tergantung dari usia kehamilan. Oligohydramnion
dapat terjadi di masa kehamilan trimester pertama atau pertengahan usia
kehamilan cenderung berakibat serius dibandingkan jika terjadi di masa
kehamilan trimester terakhir. Terlalu sedikitnya cairan ketuban dimasa awal
kehamilan dapat menekan organ-organ janin dan menyebabkan kecacatan,
seperti kerusakan paru-paru, tungkai dan lengan.9
Olygohydramnion yang terjadi dipertengahan masa kehamilan juga
meningkatka resiko keguguran, kelahiran prematur dan kematian bayi dalam
kandungan. Jika ologohydramnion terjadi di masa kehamilan trimester
terakhir, hal ini mungkin berhubungan dengan pertumbuhan janin yang
kurang baik. Disaat-saat akhir kehamilan, oligohydramnion dapat
meningkatkan resiko komplikasi persalinan dan kelahiran, termasuk
kerusakan pada ari-ari memutuskan saluran oksigen kepada janin dan
menyebabkan kematian janin.9
34

Menurut Manuaba, dkk. (2010) komplikasi oligohidramnion dapat


dijabarkan sebagai berikut:
a. Dari sudut maternal
1) Sebagian persalinannya dilakukannya dengan induksi
2) Persalinan dilakukan dengan tindakan secsio sesaria
Dengan demikian komplikasi maternal adalah trias komplikasi persalinan
dengan tindakan perdarahan, infeksi, dan perlukaan jalan lahir.
b. Komplikasi terhadap janinya
1) Oligohidramnionnya menyebabkan tekanan langsung terhadapat
janinnya:
a) Deformitas janin adalah:
(1) Leher terlalu menekuk-miring
(2) Bentuk tulang kepala janin tidak bulat
(3) Deformitas ekstermitas
(4) Talipes kaki terpelintir keluar
b) Kompresi tali pusat langsung sehingga dapat menimbulkan fetal
distress
c) Fetal distress menyebabkan makin terangsangnya nervus vagus
dengan dikeluarkannya mekonium semakin mengentalkan air
ketuban
(1) Oligohidramnion makin menekan dada sehingga saat lahir
terjadi kesulitan bernapas karena paru-paru mengalami
hipoplasia sampai atelektase paru
(2) Sirkulus yang sulit diatasinya ini akhirnya menyebabkan
kematian janin intrauterin.9
2) Amniotic band
Karena sedikitnya air ketuban, dapat menyebabkan terjadinya
hubungan langsung antara membran dengan janin sehingga dapat
menimbulkan gangguan tumbuh kembang janin intrauterin. Dapat
dijumpai ektermitas terputus oleh karena hubungan atau ikatan dengan
membrannya.9
35

9. Prognosis
Prognosis oligohidramnion tidak baik terutama untuk janin. Bila
terjadi kehamilan muda akan mengakibatkan gangguan bagi pertumbuhan
janin, bahkan bisa terjadi foetus papyreceous, yaitu picak seperti kertas
karena tekanan-tekanan. Bila terjadi pada kehamilan lanjut akan terjadi
cacat bawaan, cacat karena tekanan atau kulit menjadi tebal dan kering.
Selain itu, dapat mengakibatkan kelainan musculoskeletal (Sistem otot).6
Semakin awal oligohidramnion terjadi pada kehamilan, semakin buruk
prognosisnya. Jika terjadi pada trimester II, 80-90% akan mengakibatkan
mortalitas.1
Oligohidramnion yang berkaitan dengan PPROM pada janin kurang
dari 24 minggu dapat mengakibatkan terjadinya hipoplasia paru-paru. Ada
tiga kemungkinan yang akan terjadi, yaitu:
a. Kompresi toraks, mengakibatkan pengembangan dinding dada dan paru-
paru terhambat
b. Terbatasnya pernapasan janin menurunkan pengembangan paru-paru
c. Terganggunya produksi serta aliran cairan paru-paru berakibat pada
pertumbuhan dan perkembangan paru-paru.6

E. Kewenangan Bidan Dalam Penanganan Oligohidramnion


Dalam melaksanakan tugasnya, bidan memiliki kewenangan yang
menjadi pedoman dalam memberikan asuhan kebidanan khususnya dalam
kasus oligohidramnion. Oligohidramnion mempunyai hubungan erat dengan
mortalitas dan morbiditas perinatal. Kurangnya cairan ketuban akan
mengganggu kehidupan janin, bahkan dapat mengakibatkan kondisi gawat
janin dan bisa menyebabkan kematian janin. Dengan demikian bila bidan
menghadapi kecurigaan terhadap oligohidramnion maka merujuk pasien
merupakan sikap yang paling tepat.
36

Hal ini sesuai dengan kewenangan bidan yang terdapat pada UU No. 28
tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan pada pasal 19 ayat
(3) point (D) bahwa dalam memberikan pelayanan kesehatan ibu, bidan
berwenang melakukan : Penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan
perujukan.

F. Aplikasi Kasus Pada Klien Dengan Oligohidramnion


Metode pendokumentasian SOAP yang diaplikasikan pada klien dengan
oligohidramnion berdasarkan manajemen kebidanan adalah sebagai berikut:
1. Subjektif
Riwayat
a. Riwayat di masa lalu
1) Pasien yang mengalami hipertensi
2) Pasien yang mendapat pengobatan medis anti hipertensi
3) Pasien yang mengalami diabetes
4) Pasien yang mengalami Systemic lupus erythematosus (SLE)
5) Pasien dengan masalah pada plasenta
b. Riwayat menstruasi
1) Mengkaji hari pertama haid terakhir pasien (HPHT) dan taksiran
persalinan (TP)
2) Mengkaji usia kehamilan pasien
c. Keluhan dan riwayat kehamilan saat ini
Adapun :
1) Pada saat dilakukan palpasi ibu merasakan nyeri pada perut, dan ibu
juga akan merasa nyeri pada saat janin melakukan gerakan di dalam
rahim
2) Pada saat ada his akan terasa lebih nyeri
37

2. Objektif
a. Pemeriksaan fisik
Abdomen : Uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan tidak ada
ballotemen, pada saat palpasi bagian-bagian janin lebih mudah teraba dan
terasa nyeri. TFU tidak sesuai usia kehamilan, DJJ mudah ditemukan dan
terdengar sangat jelas.
b. Pemeriksaan penunjang
USG : cairan ketuban kurang dari 500 cc
1) Amniotic fluid index (AFI) kurang dari 5 cm
2) AFI kurang dari 3 cm disebut moderate oligohidramnion
3) AFI kurang dari 2-1 cm disebutnya severe oligohidramnion

3. Analisa
Diagnosa yang didapatkan dari hasil pemeriksaan adalah Ny...., ....tahun,
G.., P.., A.., hamil.... minggu inpartu. Janin tunggal/ kembar, hidup/ mati,
intra/ ekstra uterin, presentasi kepala/ bokong dengan...

4. Penatalaksanaan
Bila bidan dalam tugasnya menemukan pasien dengan oligohidramnion,
maka diharapkan segera melakukan konsultasi atau merujuk ke rumah sakit
atau dokter Sp.OG.
a. Konservatif
Menurut Rukiyah dan Yulianti (2010) penatalaksanaan pada ibu dengan
oligohidramnion yaitu tirah baring, hidrasi dengan kecukupan cairan,
perbaikan nutrisi, pemantauan kesejahteraan janin (hitung pergerakan
janin), pemeriksaan USG yang umum dari volume cairan amnion, dan
amnioinfusion yaitu suatu prosedur melakukan infus larutan NaCl
fisiologis atau ringer laktat ke dalam kavum uteri untuk menambah
volume cairan amnion.
38

b. Aktif
Oligohidramnion pada kehamilan aterm mungkin dilakukan penanganan
aktif dengan cara induksi persalinan. Induksi persalinan adalah
dimulainya kontraksi persalinan awitan spontan dengan tujuan
mempercepat persalinan. Induksi dapat diindikasikan untuk berbagai
alasan medis dan kebidanan. Induksi persalinan paling sering digunakan
dan jika gagal, dilakukan seksio sesarea.
BAB III
METODOLOGI

A. METODE
Metode yang digunakan dalam pembuatan laporan tugas akhir ini adalah
laporan kasus dengan teknik manajemen kebidanan yang menggambarkan alur
pola pikir dan bertindak bidan dalam pengambilan keputusan klinis untuk
mengatasi masalah. Laporan kasus dilakukan dengan cara meneliti suatu
permasalahan yang terdiri dari unit tunggal. Unit tunggal disini berarti satu
orang, sekelompok penduduk yang mengalami suatu masalah yang sama atau
sekelompok masyarakat disuatu daerah. Unit yang menjadi kasus tersebut
secara mendalam dianalisis baik dari segi yang berhubungan dengan kasus itu
sendiri, faktor – faktor yang memepengaruhi, kejadian – kejadian khusus yang
muncul sehubungan dengan kasus, maupun tindakan dan reaksi kasus terhadap
suatu perlakuan atau pemaparan tertentu.31
Manajemen kebidanan yaitu suatu proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan dan keterampilan dalam
rangkaian atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien. Metode pendokumentasian yang digunakan dalam asuhan
kebidanan adalah SOAP yang meliputi data Subjektif, data Objektif, Analisa
dan Penatalaksanaan.25

B. TEKNIK PENGUMPULAN DATA


Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Jenis Wawancara yang dikakukan penulis dalam penyusunan laporan
Tugas Akhir ini menggunakan teknik wawancara berfokus. Metode ini
dilakukan penulis saat melakukan pengkajian awal untuk mendapatkan data
subjektif yaitu identitas pasien, keluhan utama pasien, riwayat penyakit
seperti hipertensi, diabetes, pasien yang mengalami systemic lupus

39
40

erythematosus (SLE) dan pasien dengan masalah pada plasenta, riwayat


kehamilan, riwayat menstruasi, pasien dengan oligohidramnion dapat
ditanyakan tanda gejala dari oligohidramnion, apakah ada keluhan yang
dirasakan.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan melalui Abdomen : Uterus tampak lebih
kecil dari usia kehamilan dan tidak ada ballotemen, pada saat palpasi
bagian-bagian janin lebih mudah teraba dan terasa nyeri. TFU tidak sesuai
usia kehamilan, DJJ mudah ditemukan dan terdengar sangat jelas. Dan
pemeriksaan fisik penunjang berupa pemeriksaan yang mendukung sesuai
dengan kasus dalam hal ini adalah pemeriksaan USG.
3. Obsevasi
Pengamatan observatif adalah suatu prosedur yang berencana, yang
antara lain meliputi melihat, mendengar, dan mancatat sejumlah dan taraf
aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada hubungannya dengan
masalah yang sedang diteliti.
Pada pasien dengan oligohidramnion observasi yang dilakukan adalah
memantau kemajuan persalinan dan memantau kesejahteraan ibu dan janin,
dalam hal ini melalui kontraksi/ his dan denyut jantung janin (DJJ).
4. Studi dokumentasi
Studi dokumen atau teks merupakan jenis penelitian yang pada
umumnya berbasis dokumen. Dengan kata lain, penelitian ini
menitikberatkan pada analisis atau interpretasi bahan tertulis berdasarkan
konteksnya. Bahan yang diteliti dalam penyusunan laporan tugas akhir ini
diperoleh dari catatan medik Ny. I di RSUD Cimacan.
5. Studi literatur
Untuk memperoleh dukungan teoritis terhadap masalah kebidanan
yang dipilih, maka penulis banyak membaca buku yang mengandung
oligohidramnion, baik berupa buku teks (teori) maupun hasil penelitian
orang lain, majalah jurnal dan sebagainya.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

No. Rekam medik : 00.23.81.62


Nama Pengkaji : Setiti Sri Mulyani
Hari/Tanggal Pengkajian : Selasa, 27 Februari 2018
Waktu Pengkajian : Pukul 11.00 WIB
Tempat Pengkajian : Poliklinik Kebidanan RSUD Cimacan

A. DATA SUBJEKTIF
1. Identitas Klien
Istri Suami
Nama : Ny. I Tn. D
Usia : 39 tahun 44 tahun
Suku : Sunda Sunda
Agama : Islam Islam
Pendidikan : SMK SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga Wiraswasta
Alamat : Kp. Suka dingin 01/11 Kp. Suka dingin 01/11

2. Alasan Datang
Ibu datang untuk periksa, ibu rencana ingin USG atas anjuran bidan.
Dikarenakan ukuran perut ibu lebih kecil dari usia kehamilan.

3. Keluhan Utama
Sejak satu minggu terakhir ibu mengeluh nyeri diperut pada saat janin
bergerak. Saat ini pun ketika janin bergerak ibu merasa nyeri.

4. Riwayat Kehamilan
Ini merupakan kehamilan ketiga, tidak pernah keguguran. Gerakan Janin
dirasakan aktif lebih dari 10x/ hari, dan gerakan terakhir dirasa sekitar 5

41
42

menit yang lalu, ibu merasa nyeri saat bayi janin bergerak. HPHT pada
tanggal 12-05-2017, TP tanggal 19-02-2018. Satu tahun terakhir sejak ibu
tidak memakai kb, ibu mengatakan siklus haid sudah kembali teratur yaitu 1
bulan 1 kali (siklus haid 30 hari). Setiap bulan ibu periksa ke bidan. Selama
kehamilan ibu periksa sudah 10 kali. Ibu tidak pernah USG sebelumnya. Ibu
sudah disuntik imunisasi TT 1 kali, tidak pernah minum obat obatan selain
dari bidan dan jamu jamuan. Pada kehamilan ini tidak ada tanda-tanda
bahaya yang dirasakan. Merasa khawatir terhadap keadaan janin.

5. Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu


Usia Tempat Usia Berat Jenis Ket
No. Penolong
Anak Persalinan Kehamilan Bayi Kelamin
1 14 th Bidan 39 minggu Bidan 3100 gr Laki-laki Hidup
2 6 th Bidan 39 minggu Bidan 2800 gr Laki-laki Hidup
3 Hamil ini

6. Riwayat kesehatan ibu dan keluarga


Ibu tidak pernah merasakan nyeri di sebelah dada kiri tidak ada gejala
penyakit jantung, ibu tidak pernah merasakan sesak nafas, tidak ada gejala
penyakit ashma, ibu tidak pernah merasakan jika terdapat luka tidak
kunjung sembuh dan kering tidak ada gejala penyakit diabetes militus, ibu
tidak pernah merasakan pipis bernanah, pipis terasa panas tidak ada gejala
penyakit IMS, ibu tidak ada gejala tekanan darah tinggi.

7. Riwayat Psikososial ekonomi


a. Status Perkawinan
Ini merupakan pernikahan pertama bagi ibu dan suami sudah menikah
selama 17 tahun dan sah.
43

b. Respon Ibu dan keluarga terhadap kehamilan Ibu


Ibu merasa sangat senang dengan kehamilan ketiga ini karena ibu sudah
merencanakannya. Ibu pun merasa tenang menanti persalinan. Suami dan
keluarga memberi dukungan dan respon yang baik untuk kehamilan
ketiga ini.
c. Riwayat KB
Sebelumnya ibu menggunakan KB suntik 3 bulan selama 5 tahun.
d. Respon Keluarga
Ibu merasa sangat senang karena keluarga memberi dukungan dan respon
yang baik untuk kehamilan ini.
e. Pengambilan keputusan dalam keluarga
Ibu mengatakan selalu mendiskusikan segala hal dengan suami,
keputusan diambil secara bermusyawarah dengan suami.
f. Budaya dan kepercayaan
Tidak ada budaya apapun di sekitar keluarga dan lingkungan tempat
tinggal.

8. Pola kegiatan sehari-hari


a. Pola nutrisi
Sebelum hamil, ibu makan 2x sehari dengan menu nasi, sayur, telur.
Sekarang saat hamil makan 2 kali sehari menu nasi, sayur, ikan.
Makan terakhir pada pukul 07.30 WIB.
b. Pola hidrasi
Sebelum hamil minum ±5 gelas sehari. Sekarang saat hamil minum ±4
gelas sehari. Minum terakhir pukul 10.50 WIB.
c. Eliminasi
Selama hamil, intensitas buang air kecil meningkat ±7-9x sehari
berwarna kuning jernih tidak ada keluhan ketika buang air kecil.
Intensitas buang air besar tidak berubah, 1x sehari berawarna kuning
kehitaman, kadang terasa keras.
44

d. Beban kerja dan kegiatan sehari-hari


Ibu mengatakan bahwa kegiatan ibu sehari-hari adalah kegiatan ibu
rumah tangga seperti memasak, menyapu dan mengepel.
e. Pola istirahat tidur
Ibu tidur ±6 jam sehari dan ibu tidur siang 1 jam sehari

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Antropometri
a. BB sebelum hamil : 43 kg
b. BB : 51 kg
c. TB : 148 cm
𝐵𝐵 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 ℎ𝑎𝑚𝑖𝑙 (𝑘𝑔) 43
d. IMT : = 1,482 = 20,3 𝑘𝑔/𝑚2
𝑇𝐵 2(𝑀)

Termasuk kategori normal


Kenaikan BB yang dianjurkan berdasarkan IMT : 11-15 kg
Kenaikan BB : 8 kg
Lila : 23,5 cm
4. Tanda-tanda Vital
a. Tekanan darah : 130/80 mmHg
b. Nadi : 90 kali/ menit
c. Respirasi : 20 kali/ menit
d. Suhu : 36,6 0C
5. Pemeriksaan Fisik
a. Wajah : Tidak ada oedema pada wajah
b. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
c. Bibir dan Mulut : Bibir berwarna merah segar, tidak pucat. Lidah
dan gusi berwarna merah muda. Gigi tidak
carries.
d. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan limfe.
45

e. Payudara : Kedua payudara simetris, puting susu menonjol,


tidak ada massa atau benjolan, tidak ada nyeri
tekan, belum keluar kolostrum.
f. Abdomen : Inspeksi : Tidak ada bekas luka operasi, uterus
tampak lebih kecil dari usia kehamilan
Palpasi : terdapat nyeri tekan saat di palpasi, pada
saat di palpasi bagian janin mudah teraba.
Mc. Donald : 26 cm
Leopold I : TFU 4 jari dibawah Proseusus
Xifoideus, bagian fundus teraba bokong,
Leopold II : Teraba punggung kanan dan
ekstremitas kiri
Leopold III : Bagian terendah kepala dan sudah
tidak dapat digoyangkan
Leopold IV : Divergen.
Denyut jantung janin (DJJ) 138 x/menit, reguler.
Puntum maksimum terdengar sangat jelas di
bawah pusat sebelah kanan.
TBJ : (TFU -11)x 155 = 2325 gram.
g. Ekstremitas : Tangan kanan dan kiri : Kedua kuku kemerahan
dan tidak ada edema.
Kaki kanan dan kiri : Kedua kuku kemerahan,
tidak ada edema dan tidak
ada varises. Refleks
patella (+)/(+)
h. Genetalia : Vulva dan vagina tidak terdapat varises dan
pembengkakan, vagina tidak ada benjolan.
Pemeriksaan dalam : portio tebal lunak, tidak ada
pembukaan.
46

6. Data Penunjang
a. USG pada tanggal 27-02-2018 : gravida 40-41 minggu, janin tunggal,
hidup intrauterine, presentasi kepala.
Air ketuban sedikit (350 ml).

C. ANALISA
G3P2A0 usia kehamilan 41 minggu dengan Oligohidramnion, janin tunggal,
hidup intrauterine, presentasi kepala.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan janin saat ini baik,
namun jumlah air ketuban sedikit
2. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG, advice :
a. Terminasi kehamilan dengan induksi persalinan yaitu misoprostol 200
mcg pervaginam
b. Observasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan ibu dan janin
3. Mengantar Ibu ke ruang VK pukul 11.30 WIB
4. Informed consent tentang terminasi kehamilan dengan induksi persalinan.
Ibu dan keluarga bersedia
5. Memberikan misoprostol 200 mcg pervaginam pukul 11.45
6. Memberitahu ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB agar tidak
mempengaruhi his dan penurunan kepala
7. Meganjurkan ibu untuk makan dan minum
8. Menganjurkan ibu untuk lebih banyak miring ke kiri agar mempercepat
penurunan kepala
9. Merencanakan untuk evaluasi pukul 18.00
10. Memantau kemajuan persalinan dan kesejahteraan ibu dan janin
47

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 18.00 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Selasa/ 27 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan sudah merasa agak mulas namun mulas belum adekuat

B. DATA OBJEKTIF
1. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 88 kali/ menit
c. Respirasi : 22 kali/ menit
d. Suhu : 36,60C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : DJJ : 138 kali/ menit Reguler
His : 2x/10’/25”
Penurunan Kepala : 4/5
Kandung kemih : Penuh
b. Genetalia : Inspeksi : Belum ada pengeluaran lendir darah
maupun air-air
Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak, selaput
ketuban (+), Ø 1cm, hodge I.

C. ANALISA
G3P2A0 usia kehamilan 41 minggu Inpartu kala I fase laten dengan
oligohidramnion. Janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala.
48

D. PENATALAKSANAAN
1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa pembukaan 1cm.
2. Menganjurkan ibu untuk mengosongkan kandung kemih pada pukul 18.10
dan tidak menahan BAK agar tidak mempengaruhi his dan penurunan
kepala.
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas saat ada his dan tidak meneran.
4. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri agar mempercepat penurunan
kepala.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum.
6. Meminta keluarga untuk mendampingi ibu. Ibu didampingi oleh suami.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 22.00 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Selasa/ 27 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas sudah bertambah nyeri. Ibu sudah makan pukul 19.30
WIB ½ porsi nasi dan ayam, minum 1 gelas air putih pukul 21.45 WIB.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda- tanda vital
a. Tekanan Darah : 120/ 80 mmHg
b. Nadi : 88 kali/ menit
c. Respirasi : 22 kali/ menit
49

4. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : DJJ : 136 kali/ menit Ireguler
His : 3x/10’/30”
Penurunan Kepala : 4/5
Kandung kemih : kosong
b. Genetalia : Inspeksi: belum ada pengeluaran lendir darah,
terdapat pengeluaran air-air sedikit berwarna jernih
Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak, selaput
ketuban (+), Ø 2cm, hodge I.

C. ANALISA
G3P2A0 usia kehamilan 41 minggu Inpartu kala I fase laten dengan
oligohidramnion. Janin tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala. Keadaan
janin distress.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu sudah pembukaan 2 cm.
2. Melaporkan kondisi ibu ke dokter Sp.OG dan mendapat advice :
a. Lakukan Resisutasi intrauterine :
1) Perubahan posisi ibu, miring kiri
2) Oksigen 3 liter/ menit
3) Infus dengan cairan Ringer Laktat 60 tpm
b. Observasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
3. Melakukan resusitasi intrauterine :
a. Menganjurkan ibu untuk miring kiri
b. Melakukan pemasangan oksigen 3 liter/ menit pukul 22.00 WIB
c. Melakukan pemasangan infus RL kolf ke-1 di ekstermitas atas kanan 60
tpm pukul 22.05 WIB
4. Memberikan ibu minum sesuai keinginan ibu di sela his.
50

5. Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas saat ada his dan tidak meneran.
6. Memotivasi ibu agar tetap tenang dalam menjalani proses persalinan
7. Memantau kesejahteraan janin, DJJ : 135 x/m ireguler

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 02.00 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin kuat dan semakin sering, ibu merasa sangat
nyeri ketika mulas

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
b. Nadi : 89 kali/ menit
c. Respirasi : 22 kali/ menit
d. Abdomen : DJJ : 133 kali/ menit ireguler
His : 4x/10’/40” kuat
Penurunan Kepala : 3/5
Kandung kemih : kosong
e. Genetalia : Inspeksi: Terdapat pengeluaran lender darah
Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak, selaput
ketuban (+), Ø 4cm, hodge II, ubun-ubun kecil
(UUK) kanan depan, moulage 0.
51

C. ANALISA
G3P2A0 usia kehamilan 41 minggu Inpartu kala I fase aktif dengan
oligohidramnion. Janin tunggal, hidup intauterine, presentasi kepala. Keadaan
janin distress.

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu sudah pembukaan 4 cm.
2. Melaporkan kondisi ibu ke dokter Sp.OG dan mendapat advice :
a. Tetap melakukan resusitasi intrauterine
b. Jika kolf 1 dan 2 habis, lanjutkan infus RL kolf ke-3 20 tpm  jika
sudah dilakukan resusitasi intrauterine keadaan janin tetap distress
persiapkan untuk seksio cesarea.
c. Observasi kemajuan persalinan dan kesejahteraan janin
3. Melakukan resusitasi intrauterine  oksigen tetap 3 liter/ menit
4. Mengganti infus kolf ke-3 RL 20 tpm pukul 02.00
5. Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas saat ada his dan tidak meneran.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap miring ke kiri agar mempercepat penurunan
kepala.
7. Memotivasi dan mendampingi ibu agar tetap tenang dalam menjalani proses
persalinan
8. Memberi ibu minum disela his
9. Memantau kesejahteraan janin dengan mendengarkan denyut jantung janin
disela his, DJJ : 137 x/m reguler
52

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 06.00 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin kuat dan semakin sering. Ibu merasa keluar air-
air dari jalan lahir sedikit. Ibu masih terpasang oksigen 3 liter dan infus RL
kolf ke-3 20 tpm.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah : 130/ 80 mmHg
b. Nadi : 88 kali/ menit
c. Respirasi : 20 kali/ menit
d. Abdomen : DJJ : 141 kali/ menit reguler
His : 4x/10’/45” kuat
Penurunan Kepala : 2/5
Kandung kemih : kosong
e. Genetalia : Inspeksi: Terdapat pengeluaran lender darah
semakin banyak dan sedikit air-air berwarna jernih
Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak, selaput
ketuban (-), Ø 8cm, hodge III, ubun-ubun kecil
(UUK) depan, moulage 0.

C. ANALISA
G3P2A0 usia kehamilan 41 minggu Inpartu kala I fase aktif dengan
oligohidramnion. Janin tunggal, hidup intauterine, presentasi kepala.
53

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu sudah pembukaan 8 cm.
2. Melaporkan kondisi ibu ke dr. Sp.OG, advice :
a. Hentikan pemberian oksigen
3. Menganjurkan ibu untuk mengatur nafas saat ada his dan tidak meneran.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap miring ke kiri agar mempercepat penurunan
kepala.
5. Melakukan pelepasan oksigen pada pukul 07.00 WIB
6. Memantau kesejahteraan janin dengan mendengarkan denyut jantung janin
disela his, DJJ : 140 x/m reguler
7. Menyiapkan perlengakapan untuk ibu dan bayinya dan mengecek
kelengkapan partus set pukul 06:00 WIB

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 07.50 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan mulas semakin kuat dan sudah tidak tahan ingin meneran,
rasanya seperti ingin buang air besar. Ibu sudah tidak terpasang oksigen

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Kesakitan
2. Tanda- tanda vital
a. Tekanan Darah : 130/ 80 mmHg
b. Nadi : 87 kali/ menit
c. Respirasi : 21 kali/ menit
54

3. Pemeriksaan Fisik
a. Abdomen : DJJ : 141 kali/ menit Reguler
His : 4x/10’/45” kuat
Penurunan Kepala : 1/5
Kandung kemih : kosong
b. Genetalia : Inspeksi: Pengeluaran lender darah semakin
banyak, perineum menonjol, tekanan pada anus,
vulva membuka
Pemeriksaan dalam : Portio tidak teraba, selaput
Ketuban (-), Ø 10cm, hodge IV, UUK depan,
moulage 0.

C. ANALISA
Inpartu kala II, janin hidup

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa ibu sudah pembukaan lengkap dan
akan dipimpin persalinan. Ibu sudah boleh meneran
2. Mengobservasi his dan mengobservasi djj saat tidak ada his  Pukul 07.50
WIB his 4x 10 menit lamanya 45 detik. DJJ 144 kali/ menit.
3. Pastikan kandung kemih kosong  kandung kemih kosong
4. Mendekatkan partus set pukul 07:50 WIB
5. Mengajarkan ibu teknik meneran yaitu ibu meneran saat ada kontraksi
apabila tidak ada kontraksi ibu dianjurkan untuk beristirahat.
6. Membantu ibu memilih posisi yang nyaman, ibu memilih posisi setengah
duduk.
7. Memberikan ibu minum sesuai keinginan ibu di sela his.
8. Memimpin persalinan dengan teknik APN  Pukul 08:00 bayi lahir
spontan. Menangis kuat, tonus otot aktif, kulit kemerahan, jenis kelamin
perempuan
9. Mengecek ada tidaknya janin kedua
55

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 08.01 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa perutnya masih mulas

B. DATA OBJEKTIF
TFU 1 jari diatas pusat, uterus teraba keras, tidak ditemukan janin kedua. Tali
pusat menjulur didepan vulva. Kandung kemih kosong. Ibu masih terpasang
infus.

C. ANALISA
Inpartu Kala III

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa ari-ari belum lahir dan akan segera dilahirkan
2. Pukul 08.01 WIB  Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oksitosin dan
menyuntikan oksitosin 10 iu di 1/3 luar paha sebelah kanan ibu secara IM
3. Pukul 08.32 WIB  Menjepit dan memotong tali pusat
4. Melakukan IMD
5. Observasi tanda-tanda pelepasan plasenta dan melakukan PTT untuk
melahirkan plasenta setelah terlihat tanda pelepasan plasenta seperti, tali
pusar memanjang, ada semburan darah dan perut teraba globuler 
melahirkan plasenta dan memutar plasenta searah jarum jam di depan vulva
hingga seluruh bagian plasenta benar-benar terlepas dan lahir. Plasenta lahir
pukul 08:10 WIB.
6. Melakukan massase uterus selama 15 detik  Uterus teraba keras
56

7. Memeriksa kelengkapan plasenta  Plasenta lahir lengkap


8. Mengecek apakah ada robekan jalan lahir atau tidak  terdapat robekan di
mukosa vagina dan kulit perineum

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 08.11 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa lega ari-arinya sudah lahir, ibu mengatakan masih merasa mulas

B. DATA OBJEKTIF
1. Abdomen : TFU : 2 jari di bawah pusat
Uterus : Keras
Kontraksi : Baik
Kandung kemih : Kosong
2. Genetalia : Tampak darah mengalir ±50 cc, terdapat robekan di
mukosa vagina dan kulit perineum

C. ANALISA
Inpartu kala IV dengan laserasi derajat 1

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa ada robekan dan akan dilakukan penjahitan.
2. Melakukan penjahitan di mukosa vagina dan kulit perineum dengan teknik
1:1 tanpa anastesi.
3. Membersihkan tubuh ibu dari darah, mengangkat linen kotor dan
memindahkan ke plastik, memakaikan celana beserta pembalut pada ibu
untuk memantau perdarahan kala IV, serta mengganti kain bersih untuk ibu
4. Mengajarkan massage uterus kepada ibu dan keluarga.
57

5. Membersihkan alat-alat yang digunakan saat persalinan dan


mendekontaminasikannya ke dalam larutan klorin selama 10 menit,
kemudian dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air mengalir, lalu
dikeringkan dengan handuk.
6. Menganjurkan ibu untuk makan, minum, dan beristirahat karena persalinan
sudah selesai dengan lancar.
7. Melakukan pemantauan TTV  TD: 110/ 80mmHg N: 89 x/m R: 21x/m S:
36,8oC, kontraksi  kontraksi baik, kandung kemih  kandung kemih
kosong dan pengeluaran darah  ±30cc. Memantau selama 2 jam setelah
plasenta lahir. Pemantauan dilakukan setiap 15 menit pada 1 jam pertama,
dan setiap 30 menit pada 1 jam berikutnya. Data terlampir dalam partograf.
8. Melakukan pelepasan oksigen pukul 08.30 WIB

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 10.25 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu merasa perutnya masih terasa mulas. Pukul 10.00 WIB Ibu makan setengah
porsi nasi dengan abon dan minum ½ botol air putih. Tidak ada keluhan
mengenai makan dan minum. Setelah bersalin ibu belum BAK/BAB. Setelah
persalinan ibu belum istirahat tidur. Tidak ada pantangan tidur siang. Ibu sudah
mencoba berbaring kanan dan kiri, duduk tetapi belum turun ke kamar mandi.
Ibu belum menyusui bayinya. Dalam lingkungan sehari-hari ibu tidak memiliki
pantangan seperti, tidak boleh tidur siang, tidak boleh banyak gerak, tidak
boleh makan ikan.
58

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Emosional : Stabil
4. Tanda- tanda Vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 86x/menit
c. Respirasi : 20x/menit
d. Suhu : 36,80C
5. Pemeriksaaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : Kedua payudara simetris, kedua putting menonjol, tidak
ada retraksi atau dimpling, tidak ada benjolan dan nyeri
tekan, terdapat pengeluaran kolostrum
c. Abdomen : TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : Keras
Kandung kemih : Penuh
d. Genetalia : Tampak pengeluaran lokhea rubra dari vulva ±30 cc
berwarna merah segar dan berbau khas lokhea. Terdapat
luka laserasi di mukosa vagina, tidak ada hematoma dan
pendarahan tidak aktif.
e. Anus : Tidak ada hemmoroid
f. Ekstremitas : Tangan : terdapat infus pada tangan kanan. Kedua
tangan tidak odem.
Kaki : kedua kaki tidak oedem

C. ANALISA
P3A0 postpartum 2 jam dengan keadaan ibu baik
59

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga bahwa kondisi ibu
saat ini baik.
2. Menjelaskan kepada ibu bahwa mulas yang ibu rasakan adalah normal
karena rahim sedang dalam proses pengecilan sehingga menimbulkan
kontraksi.
3. Menyarankan ibu dan keluarga untuk tetap memantau kontraksi rahim dan
melakukan massage uterus sesuai dengan cara yang sudah diajarkan.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan mobilisasi seperti miring ke kiri,
miring ke kanan, turun dari tempat tidur dan berjalan-jalan. Ibu sudah
mencoba untuk miring ke kiri, kanan dan sudah mencoba untuk duduk.
5. Menganjurkan ibu untuk tidak menahan BAK dan BAB karena akan
menghambat kontraksi rahim. Mengantar ibu ke kamar mandi untuk BAK
6. Melakukan kolaborasi dengan dr. Sp.OG, advice :
a. Terapi oral yaitu Cefadroxil 3x500 mg, asam mefenamat 3x500 mg, SF
1x60 mg
b. Observasi selama 6 jam, jika keadaan baik boleh pulang
7. Memindahkan ibu ke ruang nifas pukul 12.00 WIB
8. Memberitahu ibu bahwa ibu akan diperiksa kembali pukul 14.25 WIB.

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang Nifas RSUD Cimacan
Waktu : 14.25 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu masih merasa mulas seperti sedang mendapat haid dan darah yang keluar
tidak terasa banyak. Ibu sudah istirahat. Ibu sudah BAK pukul 13.35 WIB.
BAK berwarna kuning bening tidak ada keluhan saat BAK dan belum BAB.
60

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda – tanda vital
a. Tekanan darah : 100/70 mmHg
b. Nadi : 85 kali/ menit
c. Respirasi : 20 kali/ menit
d. Suhu : 36,70C
4. Pemeriksaaan Fisik
a. Mata : konjungtiva merah muda, sklera putih.
b. Payudara : kedua payudara tampak bersih, terdapat pengeluaran
kolostrum
c. Abdomen : TFU : 2 jari di bawah pusat
Kontraksi : Keras
Kandung kemih : Kosong
d. Ekstremitas : Tangan : terdapat infus pada tangan kanan, tidak
Oedeme
Kaki : tidak odem
e. Genetalia : Tampak pengeluaran lokhea rubra ±10 cc berwarna merah
segar dan berbau khas lokhea. Terdapat luka laserasi di
mukosa vagina, tidak ada hematoma dan pendarahan tidak
aktif.

C. ANALISA
P3A0 postpartum 6 jam dengan keadaan ibu baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu saat ini baik.
2. Melakukan kolaborasi dengn dokter Sp. OG untuk memeriksa ibu, advice :
a. Keadaan ibu sehat dan diperbolehkan untuk pulang
b. Lakukan pelepasan infus
61

3. Melakukan pelepasan infus karena ibu diperbolehkan pulang pada pukul


14.30 WIB
4. Menjelaskan nutrisi kepada ibu dan keluarga dan menjelaskan untuk tidak
memantang apapun.
5. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan kebersihan diri, khususnya bagian
genetalia seperti membersihkan genetalia dengan sabun dan
membersihkannya dari daerah vuva terlebih dahulu, dari depan kebelakang,
baru kemudian membersihkan daerah anus. Mencuci tangan pakai sabun
setiap kali ia selesai membersihkan kemaluannya.
6. Mengingatkan ibu untuk tetap mengonsumsi obat yang sudah diberikan
sesuai dengan dosis yang sudah tertulis.
7. Mengajarkan senam nifas seperti pernapasan iga-iga, pergelangan kaki,
latihan kontraksi perut dan bokong
8. Mengajarkan posisi menyusui yang benar kepada ibu dengan cara
memposisikan bayi dimana kepala bayi disiku ibu dan bokong ditelapak
tangan ibu menghadapkan bayi ke arah payudara ibu, mengoleskan puting
terlebih dahulu dengan mengunakan ASI dibagian payudara yang berwarna
hitam, lalu dekatkan kepala bayi ke arah puting ibu, ketikaa bayi sudah
menemukan puting masukan semua yang hitam pada payudara ibu ke dalam
mulut bayi, jika merasa sudah selesai menyusui cabut pelan pelan mulut
bayi dengan cara menekan dagu atau memasukan kelingking ke ujung mulut
bayi hingga mulut bayi terbuka lalu cabut puting, oleskan lagi payudara
dengan ASI agar tidak lecet dan sedawakan bayi agar tidak gumoh.
9. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui sesering mungkin karena produksi
ASI akan semakin banyak bila sering menyusui.
10. Mengajarkan cara membangunkan bayi dengan lembut agar bayi bisa
disusui.
11. Mengingatkan ibu untuk tidur siang selama 1 jam dan istirahat yang cukup.
62

12. Mengingatkan tanda bahaya nifas seperti perdarahan lewat jalan lahir,
keluar cairan berbau dari jalan lahir, demam lebih dari 2 hari, payudara
bengkak, puting lecet, bengkak di muka , tangan atau kaki mungkin dengan
sakit kepala dan kejang-kejang, jika terdapat tanda bahaya nifas ibu segera
ke tenaga kesehatan.
13. Memberitahu ibu untuk kontrol 1 minggu lagi pada Selasa, 06 Maret 2018.
BAB V
PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas kesenjangan dan kesesuaian antara
teori dengan kenyataan yang ada dilapangan serta faktor penunjang dan
penghambat selama penulis melakukan asuhan pada Ny. I dengan
oligohidramnion, RSUD Cimacan.

A. DATA SUBJEKTIF
Untuk mendapatkan data subjektif, dilakukan pengkajian dengan teknik
wawancara kepada pasien dengan cara melakukan tanya jawab dengan pasien,
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.
Dari hasil pengkajian tanggal 27 Februari 2018, ditemukan bahwa Ny. I
usia 39 tahun hamil 9 bulan, hari pertama haid terakhir tanggal 12 Mei 2017
(taksiran persalinan tanggal 19 Februari 2018). Menurut perhitungan usia
kehamilan ibu dari tanggal hari pertama haid terakhir sampai pada tanggal
pengkajian menggunakan rumus Negel (+7 pada tanggal, - 3 pada bulan, +1
pada tahun) adalah 41 minggu. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam
Wiknjosastro (2006) umur kehamilan dapat ditentukan dengan Rumus Naegle
yaitu dihitung hari haid pertama ditambah 7 (tujuh) dan bulannya dikurang 3
(tiga) dan tahun ditambah 1 (satu).
Dari hasil anamnesa didapatkan usia ibu 39 tahun, usia ibu merupakan
salah satu faktor risiko yang berhubungan dengan kualitas kehamilan. Usia
yang paling aman atau bisa dikatakan waktu reproduksi sehat adalah antara
umur 20 tahun sampai umur 35 tahun. Hal ini sesuai yaitu umur ≥ 35 tahun
pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu (anemia, malaria,
tuberkulosa jantung, payah jantung, diabetes mellitus, HIV/AIDS,
toksoplasmosis, dan pre-eklamsi ringan) dan terjadi penurunan dari organ
reproduksi. Ibu mengaku ini merupakan kehamilan yang ketiga dan belum
pernah keguguran.

63
64

Ny. I mengaku tidak memiliki faktor resiko yang menyebabkan


oligohidramnion yaitu tidak mengalami dehidrasi, preeklamsia, diabetes dan
hypoxia kronis.9
Ibu datang ke Rumah sakit pada tanggal 27-02-2018 pukul 11.00 WIB
untuk periksa dan USG atas anjuran bidan dikarenakan ukuran perut ibu tidak
sesuai dengan kehamilan dan pada saat diperiksa oleh bidan bagian janin
mudah teraba. Pada saat dilakukan anamnesa didapatkan bahwa ibu mengeluh
merasa nyeri di perut saat bayinya bergerak. Hal ini sesuai bahwa gambaran
klinis dari oligohidramnion antara lain adalah ibu merasa nyeri di perut pada
setiap pergerakan anak.24 Pada saat ibu merasakan adanya kontraksi ibu merasa
nyeri sekali. Hal ini sesuai bahwa pada oligohidramnion sewaktu ada his akan
sakit sekali.1
Pada tanda persalinan kala II, Ibu mengeluh mulasnya terasa semakin
sering dan kuat, terasa seperti ibu ingin BAB dan keluar lendir darah semakin
banyak bercampur air-air dari kemaluan ibu. Hal ini sesuai bahwa tanda
terjadinya persalinan meliputi rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih
kuat, sering, dan teratur, keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak
karena robekan- robekan kecil pada serviks.12

B. DATA OBJEKTIF
Pada pengkajian data objektif yang didapatkan dari hasil pemeriksaan
fisik kepada Ny. I didapatkan bahwa keadaan umum baik. Dilihat dari
kesadaran ibu dapat diajak berkomunikasi dengan baik (composmentis).
Dilihat dari tanda-tanda vital ibu juga baik dan cenderung normal yaitu tekanan
darah 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, respirasi 20x/menit, suhu 36,6 oC.
Pada pemeriksaan abdomen dengan inspeksi uterus tampak lebih kecil
dari usia kehamilan dan pada saat diukur menggunakan cara Mc. Donald
didapatkan tinggi fundus uteri 26 cm. Pada saat dilakukan palpasi bagian janin
mudah teraba. Hal ini sesuai bahwa gambaran klinis dari oligohidramnion
antara lain uterus tampak lebih kecil dari usia kehamilan dan bagian janin
mudah teraba pada saat dilakukan pemeriksaan palpasi.24
65

Pada pemeriksaan genetalia, vulva vagina tidak terdapat varises,


pembengkakan dan vagina tidak ada benjolan. Pemeriksaan dalam : portio
tebal lunak, tidak ada pembukaan.
Pada pemeriksaan penunjang dilakukan pemeriksaan USG dan diperoleh
hasil bahwa cairan ketuban 350 ml, hal ini sesuai yaitu untuk mendiagnosis
oligohidramnion, dapat mempergunakan ultrasonografi yang dapat menentukan
jika air ketuban kurang dari 500 cc.9, 24

C. ANALISA
Berdasarkan pengkajian data subjektif, Ny. I usia 39 tahun hamil
(gravida) anak ketiga dan belum pernah keguguran (abortus). Hari pertama
haid terakhir (HPHT) : 12-05-2017. Data objektif yang diperoleh adalah
Pemeriksaan leopold : fundus teraba bokong, punggung teraba sebelah kanan,
bagian terendah teraba kepala. Pada pemeriksaan inspeksi didapatkan uterus
lebih kecil dari usia kehamilan, pemeriksaan Mc. Donald : 26 cm, pada saat
palpasi abdomen bagian janin mudah teraba, selain itu dari pemeriksaan
penunjang yaitu USG gravida 40-41 minggu, janin tunggal, hidup intrauterine,
presentasi kepala. Air ketuban sedikit (350 ml), maka dapat ditegakkan analisa
Ny. I usia 39 tahun, G3P2A0, hamil 41 minggu dengan oligohidramnion. Janin
tunggal, hidup intrauterine, presentasi kepala.

D. PENATALAKSANAAN
Berdasarkan analisa yang telah ditegakkan, pengkaji dapat membuat
rencana asuhan sesuai manajemen kebidanan untuk memenuhi kebutuhan klien
dan metalaksanakan tindakan-tindakan kebidanan sesuai dengan rencana
asuhan yang diberikan serta mengevaluasi hasil dari asuhan tersebut.
Berdasarkan analisa yang telah ditegakkan, penatalaksanaan yang
dilakukan adalah penatalaksanaan aktif karena usia kehamilan ibu sudah aterm
sehingga janin sudah siap untuk dilahirkan. Penatalaksanaan aktif yaitu
melakukan terminasi kehamilan dengan cara induksi dengan misoprostol 200
mcg dalam hal ini ¼ tab dan dilahirkan secara pervaginam dengan tetap
66

memantau kemajuan persalinan, memantau kesejahteraan ibu dan janin. Hal ini
sesuai yaitu Oligohidramnion pada kehamilan aterm mungkin dilakukan
penanganan aktif dengan cara induksi persalinan.15, 28
Pada Ny.I pemberian misoprostol pertama adalah 50 mcg. Pada hal ini
terdapat kesenjangan, menurut teori pemberian misoprostol pertama dengan
dosis 25 mcg dan diberikan dosis ulang setelah 6 jam tidak ada his. Apabila
tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberian 25 mcg, maka dosis dinaikkan
menjadi 50 mcg setiap 6 jam, dosis misoprostol tidak dianjurkan melebihi 4
atau 200 mcg.25 Sehingga tidak terjadi resiko peningkatan kejadian rupture
uteri akibat pemberian misoprostol melebihi dosis awal.
Pada Ny. I tidak dilakukan penilaian serviks dengan cara bishop,
sedangkan menurut teori sebelum dilakukannya induksi harus dilakukan
pemeriksaan dan pengawasan terhadap skor bishop. Sehingga tidak terjadi
kegagalan persalinan pervaginam serta tidak meningkatkan angka persalinan
perabdominam (seksio cesarea).11
Selama dilakukan induksi persalinan pemantauan kesejahteraan ibu dan
janin terus dilakukan, pada saat dilakukan observasi ditemukan adanya distress
janin DJJ : 136 x/m ireguler penatalaksanaan yang dilakukan adalah resusitasi
intrauterine yaitu dengan perubahan posisi ibu, pemberian oksigen dan
pemberian cairan infus. Hal ini sesuai bahwa tanggapan pertama ketika
terdeteksi atau dicurigai distres janin adalah resusitasi intrauterine yang akan
meningkatkan kondisi janin yaitu dengan perubahan posisi ibu, pemberian
oksigen, untuk memperbaiki hipotensi ibu segera berikan infus 1 L infus
RL.16,32
Pada saat ketuban pecah, didapatkan cairan ketuban yang keluar sedikit
±350 ml. Hal ini sesuai bahwa pada oligohidramnion apabila ketuban pecah,
air ketuban sedikit bahkan tidak ada. 26
Pada kala II berlangsung selama 30 menit. Hal ini sesuai yaitu proses
biasanya berlangsung rata-rata 1 ½ jam pada primi dan ½ jam pada multi.
Penatalaksanaan kala II persalinan pada Ny. I sudah dilakukan sesuai yaitu
Asuhan Persalinan Normal yang terdiri dari 60 langkah. 33
67

Pada kala III berlangsung selama 10 menit. Hal ini sesuai yaitu kala III
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. dan sudah dilakukan manajemen aktif
kala III, yang terdiri dari 3 langkah utama yaitu pemberian suntikan oksitosin
dalam 1 menit pertama setelah bayi lahir, melakukan penegangan tali pusat
terkendali, dan melakukan masase fundus uteri.33
Pada kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam
postpartum. Penatalaksanaan kala IV persalinan pada Ny. I sudah dilakukan
sesuai dengan teori, yaitu kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi
karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang harus dilakukan adalah kesadaran, tanda-tanda vital, kontraksi
rahim, perdarahan, kosongkan kandung kemih karena dapat mengganggu
kontraksi rahim, observasi dilakukan dengan interval 15 menit pada 1 jam
pertama, dan 30 menit pada 1 jam kedua dan bila keadaan baik, pasien
dipindahkan ke ruang inap bersama dengan bayinya. 33
Pada kasus ini lamanya persalinan yaitu 15 jam. Hal ini sebagaimana
yang dijelaskan yaitu salah satu gambaran klinis dari oligohidramnion
persalinan berlangsung dalam waktu yang cukup lama.24,26
Pada tanggal 28 Februari 2018, pukul 10.25 WIB dilakukan pengkajian
pada Ny. I post partum 2 jam, mengatakan senang dengan kelahiran bayinya.
Sudah makan setengah porsi nasi dengan abon dan minum ½ botol air putih.
Belum BAK dan BAB. Masih merasa mulas dan belum bisa beristirahat karena
ingin menyusui bayinya.
Pada pengkajian postpartum 2 jam didapatkan tanda-tanda vital dalam
batas normal yaitu tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86x/menit, respirasi
20x/menit, suhu 36,8oC. Pada pemeriksaan mata tidak ada kelainan,
pemeriksaan abdomen TFU 2 jari dibawah pusat, hal ini sesuai dengan teori
tinggi fundus uteri setelah bayi lahir adalah dua jari dibawah pusat.13
Kontraksi teraba keras, kandung kemih penuh. Pemeriksaan genetalia tampak
pengeluaran lochea Rubra sebanyak ± 30 ml. Hal ini sesuai bahwa lochea rubra
berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks
kaseosa, lanugo, mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan. 13
68

Penatalaksanaan postpartum 2 jam sesuai dengan teori, yaitu mencegah


perdarahan masa nifas karena atonia uteri, mendeteksi dan merawat penyebab
lain dari perdarahan, rujuk jika perdarahan berlanjut, pemberian ASI awal, dan
menjaga hubungan antara ibu dan bayi baru lahir. 13
Pada Ny. I sudah dilakukan ambulasi dini yaitu menganjurkan ibu untuk
mobilisasi ringan mulai dengan turun dari tempat tidur dan membantu ibu
turun untuk BAK dan mengganti pembalut setelah 2 jam persalinan. Menurut
teori, ambulasi dini atau mobilisasi ringan kebijaksanaan agar secepat mungkin
bidan membimbing ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan berjalan
secara bertahap. Keuntungan ambulasi dini ibu menjadi lebih sehat dan kuat,
dan tidak memiliki pengaruh yang buruk bagi ibu.25
Setelah bersalin Ny. I belum istirahat atau tidur sehingga asuhan yang
diberikan yaitu menganjurkan Ny. I istirahat saat bayinya tidur. Menurut teori,,
ibu menyusui dianjurkan untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan. Kurangnya istirahat dapat menyebabkan ketidakmampuan untuk
merawat bayi, mengurangi jumlah ASI yang diproduksi. 25
Pada postpartum 6 jam, Ny. I mengatakan sudah tidak ada keluhan,
sudah menyusui bayinya. Ibu sudah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
seperti istirahat, eliminasi, nutrisi, hidrasi dan personal hygiene.
Pemeriksaan postpartum 6 jam pada Ny. I sudah dilakukan sesuai dengan
teori, meliputi TTV, pemeriksaan fisik yang berfokus pada tinggi fundus uteri,
kontraksi, kandung kemih, lokia dan jumlah perdarahan. Dengan hasil TTV
dalam batas normal, pemeriksaan fisik tidak ada kelainan. Tinggi fundus uteri
2 jari dibawah pusat, kontraksi baik, kandung kemih kosong, Lochea rubra dan
jumlah perdarahan ±10 cc.13
Penatalaksanaan postpartum 6 jam pada Ny. I sudah dilakukan sesuai
dengan teori, yaitu mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,
mendeteksi dan merawat penyebab lain dari perdarahan, rujuk jika perdarahan
berlanjut, pemberian ASI awal, dan menjaga hubungan antara ibu dan bayi
baru lahir.13
69

Pada Ny. I sudah dilakukan asuhan persiapan pasien sebelum pulang


sesuai dengan teori yang diungkapkan, yaitu sebelum ibu pulang sebaiknya
rencana pemulangan sudah dipersiapkan dan perawat/bidan masih tetap
menyediakan waktu untuk penguatan dan evaluasi pengetahuan, keterampilan,
dan kondisi mental seluruh keluarga. Adapun persiapan yang dilakukan yaitu
sebagai berikut: Pastikan kondisi ibu siap untuk dibawa pulang, obat-obatan
yang akan dibawa pulang disiapkan dan diajari cara meminumnya, penjelasan
waktu kontrol kesehatannya, mengajari ibu tanda-tanda bahaya, mengajari ibu
proses fisiologis masa paska bersalin, kondisi bayi baik. Pastikan refleks isap
baik dan proses menyusui tidak ada masalah. Adanya dukungan positif bagi ibu
nifas untuk keberhasilan proses adaptasi dan menyusui, kapan harus
beristirahat dan jenis makanan apa yang boleh dimakan. Menjadwalkan
kunjungan ulang pada tanggal 06 Maret 2018 atau saat ada keluhan. Ny. I dan
bayinya pulang pukul 14.30 WIB.13
Pada asuhan bayi baru lahir penatalaksanaan yang dilakukan adalah
mengeringkan bayi, memotong tali pusat, pengkajian kondisi bayi seperti pada
menit pertama dan kelima setelah lahir dan melakukan inisiasi menyusu dini.
Hal ini sesuai yaitu asuhan bayi baru lahir adalah menjaga kehangatan bayi
salah satunya dengan cara mengeringkan bayi, memotong tali pusat dan
mengkaji kondisi bayi pada menit pertama dan kelima setelah lahir, serta
melakukan inisiasi menyusu dini.11
Pada pengkajian pada bayi usia 1 jam, Bayi Ny. I lahir spontan, menangis
kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan, jenis kelamin perempuan pukul
08:00 WIB. Bayi sudah BAB beberapa saat setelah lahir. Ibu melahirkan pada
usia kehamilan 41 minggu.
Penatalaksanaan yang dilakukan menurut teori adalah menjaga
kehangatan bayi, pemeriksaan fisik, pemberian vitamin K pada bayi baru
lahir.11 Pada bayi Ny. I dilakukan pemeriksaan fisik dan didapatkan berat
badan bayi 2600 gram, panjang bayi 49 cm, lingkar kepala 33cm, lingkar dada
31 cm. Hal ini sesuai bahwa salah satu ciri bayi normal memiliki berat badan
2500 - 4000 gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar kepala 33-35 cm, lingkar
70

dada 30-38 cm.11 sedangkan menurut hasil pemeriksaan tinggi fundus uteri Ny.
I di daaptkan hasil 26 cm sehingga taksiran berat janin ialah 2325 gram. Dan
pada pemeriksaan fisik bayi baru lahir didapatkan keadaan bayi baik tidak ada
kelainan kongenital. Pada bayi Ny. I diberikan vitamin K sesuai dengan teori. 11
Pada asuhan bayi 6 jam, Bayi Ny. I sudah menyusu sebanyak 2x lamanya
15 menit. Sudah BAK 1x berwarna kuning dan BAB 1x mekonium berwarna
coklat ke kuningan konsistensi lunak. Sudah tidur selama 3 jam.
Penatalaksanaan asuhan bayi 6 jam pada Ny. I sudah dilakukan sesuai
dengan teori, yaitu menjaga kehangatan bayi, melakukan perawatan tali pusat,
laktasi (dimulai dalam waktu 30 menit pertama), mengajarkan tanda-tanda
bahaya bayi pada ibu seperti pernafasan bayi tidak teratur, bayi berwarna
kuning, bayi berwarna pucat. Pada Bayi Ny. I juga dilakukan asuhan persiapan
sebelum pulang sesuai dengan teori yang diungkapkan, yaitu sebelum pulang
sebaiknya rencana pemulangan sudah dipersiapkan dan perawat/bidan masih
tetap menyediakan waktu untuk penguatan dan evaluasi pengetahuan,
keterampilan, dan kondisi mental seluruh keluarga. Adapun persiapan yang
dilakukan yaitu sebagai berikut: Pastikan kondisi bayi siap untuk dibawa
pulang, penjelasan perawatan tali pusat, penjelasan ASI eksklusif, penjelasan
teknik menyusui, penjelasan waktu kontrol kesehatannya, mengajari ibu tanda-
tanda bahaya, kondisi bayi baik. Pastikan refleks isap baik dan proses
menyusui tidak ada masalah, pastikan bayi telah BAK dan BAB.
Menjadwalkan kunjungan ulang pada tanggal 06 Maret 2018 atau saat ada
keluhan. Ny. I dan bayinya pulang pukul 14.30 WIB.13
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengkajian melalui anamnesa, pemeriksaan fisik,
diagnosa yang ditegakkan dan dilakukan rencana sesuai kebutuhan, serta
pembahasan kesesuaian serta kesenjangan antara teori dan kenyataan yang
telah diuraikan penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa asuhan kebidanan
pada ibu hamil dan bersalin dengan oligohidramnion melalui pendekatan
manajemen kebidanan secara komprehensif dan tepat, secara umum telah dapat
dilakukan.
1. Data subjektif
Pada kasus dapat diperoleh data subjektif pada Ny. I usia 39 tahun.
Merupakan kehamilan yang ke-3, tidak pernah keguguran, HPHT : 12-05-
2017 TP : 19-02-2018. Mengeluh sejak satu minggu terakhir nyeri diperut
pada saat janin bergerak. Saat ini pun ketika janin bergerak ibu merasa
nyeri.
2. Data objektif
Didapatkan bahwa keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tanda-
tanda vital dalam batas normal. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan data
bahwa uterus lebih kecil dari usia kehamilan, pada pemeriksaan Mc. Donald
26 cm, pada palpasi leopold I TFU teraba 4 jari dibawah PX, teraba bokong.
Leopold II teraba punggung sebelah kanan. Leopold III teraba kepala.
Pemeriksaan DJJ : 138 x/menit, teratur. Pada pemeriksaan genitalia terdapat
vulva dan vagina tidak ada varises dan benjolan, tidak ada pembukaan. Pada
pemeriksaan USG dan diperoleh hasil gravida 40-41 minggu, janin tunggal
hidup, presentasi kepala, cairan ketuban 350 ml.

71
72

3. Analisa
Berdasarkan pengkajian data subjektif dan data objektif maka dapat
ditegakkan diagnosa yaitu Ny. I usia 39 tahun G3P2A0 hamil 41 minggu
dengan Oligohidramnion. Janin tunggal hidup intrauterine presentasi kepala.
4. Penatalaksanaan
Melakukan kolaborasi dengan dr. SpOG untuk terminasi kehamilan dengan
cara induksi dan dilahirkan secara pervaginam dengan tetap memantau
kemajuan persalinan, memantau kesejahteraan ibu dan janin.
5. Faktor Pendukung
Dalam memberikan asuhan kepada klien, penulis mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak baik dari lahan praktik seperti dokter dan bidan
yang selalu memberikan kepercayaan, pengetahuan dan saran yang berarti
sehingga dapat terjalin kerjasama dalam memberikan asuhan yang sesuai
dengan program tetap rumah sakit. Sikap ibu, suami dan keluarga yang
kooperatif memudahkan penulis untuk menggali permasalahan melalui
pengkajian dan pemeriksaan fisik sehingga asuhan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan serta dapat diterima dengan baik oleh klien.
6. Faktor Penghambat
Dalam asuhan pada Ny. I dengan oligohidramnion, terdapat
penghambat yaitu tidak adanya prosedur tetap mengenai penatalaksanaan
oligohidramnion di Rumah Sakit Umum Daerah Cimacan. Sehingga tidak
adanya perlindungan hukum apabila terjadi hal yang tidak diinginkan
terhadap klien.
73

B. SARAN
1. Bagi RSUD Cimacan
Rumah sakit diharapkan memiliki prosedur tetap mengenai penatalaksanaan
oligohidramnion. Serta memiliki prosedur tetap untuk metode pemberian
induksi dalam hal ini pemberian misoprostol yang harus sesuai dengan dosis
awal, sehingga tidak terjadi resiko peningkatan kejadian ruptur uteri akibat
pemberian misoprostol melebihi dosis awal.
2. Bagi Klien dan keluarga
Klien dan keluarga diharapkan mengerti akan tanda bahaya ibu nifas yang
mungkin terjadi, serta klien diharapakan untuk mengikuti program keluarga
berencana karena memiliki resiko tinggi jika hamil lagi.
3. Bagi penulis
Penulis mengetahui tindakan dan penanganan yang tepat pada klien dengan
oligohidramnion sehingga tidak terjadi komplikasi berkelanjutan pada
oligohidramnion.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo: 2009.
2. World Health Organization (WHO). Maternal Mortality Rate. 2015.
(www.who.int/en/diakses 20 Maret 2018)
3. Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
4. Dinkes Jawa Barat. Profil kesehatan 2015. Bandung : Dinas Kesehatan
Provinsi Jawa Barat. (http://www.depkes.go.id diakses 31 Mei 2018)
5. Sastrawinata, S, dkk. Obstetri Patologi Ilmu Kesehatan Reporoduksi Edisi 2.
Jakarta: EGC : 2004.
6. Khumaira, M. Ilmu kebidanan. Yogyakarta: Citra Pustaka : 2004.
7. Oman, S Kathleen dkk. Alih bahasa Andry Hartono. Panduan Belajar
Keperawatan Emergency. Jakarta: EGC : 2012.
8. Prawirohardjo, S. Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo : 2009.
9. Manuaba, dkk. Ilmu kebidanan, penyakit kandungan, dan KB. Jakarta: EGC :
2010.
10. Hidayati, R. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis.
Jakarta: Salemba Medika : 2009.
11. Saifuddin, Abdul Bari. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2014.
12. Mochtar, Rustam. Sinopsis obstetric. Jakarta: EGC: 2013.
13. Sondakh, Jenny J.S. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Erlangga: 2013.
14. Asrinah, Shinta Siswoyo Putri, dkk. Konsep kebidanan. Yogyakarta: Graha
Ilmu: 2010.
15. Cunningham FG, Gant NF, dkk. Obstetri Williams Volume 1 Edisi 23. Jakarta:
EGC: 2013.
16. Prawirohardjo, S. Ilmu kebidanan. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo: 2012.
17. Bobak. Keperawatan maternitas. Jakarta: EGC: 2004.
18. Leveno, Kenneth J. dkk. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta: EGC: 2009.
19. Henderson, Christine. Konsep kebidanan. Jakarta: EGC: 2005.
20. Trisnawati, Fresca. Asuhan Kebidanan. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya: 2014.
21. Marmi., dkk. Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta : Pustaka Belajar: 2011.
22. Benson, Ralph C. dkk. Buku saku obstetric dan ginekologi. Jakarta: EGC:
2008.
23. Sinclair, Constance. Buku saku kebidanan. Jakarta: EGC: 2009.
24. Rukiyah, A. Y, dan L. Yulianti. Asuhan Kebidanan 4 Patologi Edisi Revisi.
Jakarta : TIM: 2010.
25. Varney, Helen. Buku ajar Asuhan kebidanan volume 1. Jakarta: EGC: 2006.
26. Hacker NF, Moore JG, Gambone JC. Essentials of obstetric and gynecology.
Edinburgh. Churchill Livingstone: 2004.
27. Cunningham, G. Obstetri William vol.1. Jakarta: EGC: 2006.
28. Al-Salami KS, Sada KA. Maternal hydration for increasing amniotic fluid
volume in oligohydramnion. Basrah Journal of Surgery. 2007: 59-62. (diakses
tanggal 09 Mei 2018)
29. Oxorn, Harry, Et Al. Ilmu Kebidanan Patologi & Fisiologi Persalinan.
Yogyakarta: Yayasan Essentia Medica (Yem): 2010.
30. Permenkes No. 28 Tahun 2017. Diakses tanggal 31 Mei 2018. Didapat :
http://bpps.kemkes.go.id.
31. Notoatmodjo, S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
2015.
32. Dr. Adi E. Dastur. Intrapartum fetal distress The Journal of Obstetrics and
Gynecology of India. March/April 2005 (diakses tanggal 02 juni 2018) didapat
dari http://medind.nic.in
33. JNPK-KR. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : JNPK-KR : 2014. h.92-96,
157-158.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Lampiran 2

SOAP PERKEMBANGAN 6 HARI POSTPARTUM


Tempat : Ruang Poli Kebidanan RSUD Cimacan
Tanggal : Selasa, 06 Maret 2018
Waktu : Pukul 11:00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan, Saat pagi ibu masih melakukan senam nifas
yang pernah diajarkan. Ibu mengatakan tidak ada tanda-tanda bahaya nifas seperti
yang pernah dijelaskan. Tidak ada keluhan pada luka jahitan. Ibu mengatakan
darah yang keluar sudah berwarna kuning kecoklatan. Sehari ibu makan 3x sehari
dengan lauk pauk dan sayuran. Minum ± 8x sehari. Dalam satu hari ibu BAB 2x
berwarna kekuningan tidak ada keluhan saat BAB dan BAK ±4x berwarna kuning
jernih tidak ada keluhan saat BAK.. Saat malam hari ibu sering terbangun karena
bayinya rewel, tidur ±6jam. Pada siang hari saat bayinya tertidur ibu ikut tidur
±1jam. Dalam sehari ibu menyusui bayinya > 12x dan ibu tetap menyusui dengan
bergantian pada payudara kanan dan kiri.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tanda- tanda vital
a. Tekanan darah : 110/70 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. Respirasi : 19x/menit
d. Suhu : 36,70C
4. Pemeriksaan Fisik
a. Payudara : Kedua payudara bersih, tidak ada lecet, tidak ada
pembengkakan, tidak ada nyeri tekan, pengeluaran ASI
banyak
b. Abdomen : TFU : 3 jari di atas simpisis
Kandung kemih : Kosong
Diastasi rekti : 2/5
c. Ekstremitas : Tidak oedema.
d. Genetalia : Tampak lokhea sanguilenta ±5cc, bau khas lokhea.
Jahitan terlihat bersih, utuh, masih basah namun tidak ada
tanda infeksi.

C. ANALISA
P3A0 postpartum 6 hari dengan keadaan ibu baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwaa ibu saat ini dalam keadaan
baik
2. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui sesering mungkin karena produksi ASI
akan semakin banyak bila sering menyusui
3. Mengingatkan ibu tentang Personal hygiene
4. Mengingatkan ibu tentang perawatan luka jahitan
5. Mengingatkan ibu tentang nutrisi
6. Mengingatan ibu tanda bahaya nifas
7. Menganjurkan kepada ibu segera ke tenaga kesehatan apabila ditemukan tanda-
tanda bahaya nifas
CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Rumah Ny. I
Tanggal : Rabu, 14 Maret 2018
Waktu : Pukul 16.00 WIB

A. DATA SUBJEKTIF
Ibu makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur dan buah, minum lebih dari
8 gelas air sehari. Ibu tidak pernah mengonsumsi jamu-jamuan kecuali obat yang
telah diberikan bidan. Ibu mengatakan darah yang keluar sudah berwarna putih
seperti keputihan. Tidak ada keluhan pada luka jahitan. Ibu BAK 5 kali sehari dan
BAB sekali sehari. Tidur siang 1-2 jam dan tidur malam 6-7 jam per hari. Ibu
sudah melakukan pekerjaan sehari-hari seperti biasa. Mandi dua kali sehari dan
mengganti pembalut 4 kali sehari atau jika ibu merasa diperlukan, dalam sehari ibu
menyusui bayinya >12x. Ibu tetap menyusui bergantian pada payudara kanan dan
kiri. Setelah ini ibu berencana ber KB dan tertarik dengan KB suntik 3 bulan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Tanda-Tanda vital
a. Tekanan darah : 110/80 mmHg
b. Nadi : 78 kali/menit
c. Suhu : 36,7oC
d. Respirasi : 20 kali/menit
3. Pemeriksaan Fisik
a. Mata : Konjungtiva merah muda, sklera putih
b. Payudara : Kedua payudara bersih, tidak ada lecet, tidak ada
pembengakakan, tidak ada nyeri tekan, pengeluaran ASI
banyak
c. Abdomen : Tinggi fundus uteri tidak teraba, tidak ada benjolan,
tidak ada nyeri tekan, diastasis 2/5, kandung kemih
kosong
d. Ekstremitas bawah : Kedua kaki tidak ada varices, tidak odema, tanda
homan negatif
e. Genitalia : Tampak pengeluaran lokhea alba 5 cc, tidak
berbau. Jahitan utuh kering.

C. ANALISA
P3A0 Postpartum 2 minggu dengan keadaan ibu baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu kepada ibu hasil pemeriksaan bahwaa ibu saat ini dalam keadaan
baik
2. Menjelaskan kepada ibu berbagai macam KB yaitu KB Pil, KB Suntik, KB
Implan (AKBK), KB IUD (AKDR)
3. Menganjurkan kepada ibu untuk memakai kb pada waktu 40 hari nifas.
4. Menjelaskan kepada ibu efek samping dan cara kerja KB suntik.
5. Memotivasi ibu untuk tetap menyusui sesering mungkin karena produksi ASI
akan semakin banyak bila sering menyusui
6. Mengingatkan ibu tentang Personal hygiene
7. Mengingatkan ibu tentang perawatan luka jahitan
8. Mengingatkan ibu tentang nutrisi
9. Mengingatkan ibu tanda bahaya nifas, dan jika terdapat tanda bahaya nifas, ibu
harus segera ke tenaga kesehatan
Lampiran 3

ASUHAN KEBIDANAN NEONATUS


Tempat : Ruang VK RSUD Cimacan
Waktu : 09.00 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
Bayi Ny. I lahir spontan, menangis kuat, tonus otot baik, warna kulit kemerahan,
jenis kelamin perempuan pukul 08:00 WIB. Bayi sudah BAB beberapa saat setelah
lahir. Ibu melahirkan pada usia kehamilan 41 minggu. Bayi tidak berhasil IMD.

B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tonus Otot : Aktif
d. Warna Kulit : Kemerahan
e. Menangis : Kuat
2. Tanda-tanda Vital
a. Respirasi : 46 kali/ menit
b. Denyut Jantung Bayi : 138 kali/ menit
c. Suhu : 36, 5oC
3. Antropometri
Berat badan lahir 2600 gram, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 33 cm,
lingkar dada 31 cm.
4. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala : Kepala tidak ada moulage, pembengkakan dan
cekungan
b. Telinga : Telinga simetris, daun telinga segera kembali ke
posisi semula saat di tekuk
c. Mata : Tampak simetris, tidak ada kelainan ataupun
tanda-tanda infeksi.
d. Hidung dan bibir : Bibir kemerahan, tidak ada celah di bagian bibir
dan platum, lidah bersih, gusi kemerahan. Tidak
ada pernafasan cuping hidung
e. Leher : Tidak ada pembengkakan, benjolan, atau
pembesaran kelenjar.
f. Dada : Kedua puting simetris, warna areola kehitaman
dan menonjol, tidak ada retraksi dada.
g. Ekstremitas Atas : simetris, pergerakan aktif, jumlah jari 10
h. Perut : Sedikit membuncit, teraba lembut, tidak ada
benjolan, ada penonjolan tali pusat saat menangis,
tali pusat tampak segar, tidak ada perdarahan.
i. Genetalia dan Anus : terdapat labia mayora menutupi labia minora,
terdapat lubang uretra bayi belum BAK, terdapat
anus bayi sudah BAB.
j. Punggung : Tidak ada benjolanan, cekungan dan celah
k. Ekstremitas Bawah : Simetris, pergerakan aktif, jumlah jari 10
l. Kulit : Terdapat sedikit lanugo, warna kulit kemerahan,
tidak ada bercak-bercak atau tanda lahir
5. Sistem Saraf
a. Reflek Gabella
Bayi menutup kedua matanya saat tangan penolong menyentuh kedua
alisnya dengan jari.
b. Reflek moro
Bayi terkejut, lengan direntangkan dalam posisi abduksi ekstensi dan tangan
terbuka diikuti dengan gerakan lengan adduksi dan fleksi saat penolong
membunyikan suara keras.
c. Reflek rooting
Bila pipi bayi disentuh, ia menolehkan kepalanya ke sisi yang disentuh itu
untuk mencari putting susu.
d. Refleks palmar
Bayi dapat menggegam jari penolong dengan baik.
e. Refleks suckhing
Belum terlihat karena bayi belum menyusu
f. Refleks swallowing
Belum terlihat karena bayi belum menyusu
g. Refleks plantar
Bila meletakkan sesuatu pada telapak kaki bayi, akan terbuka jari-jari kaki
bayi.
h. Refleks Babinski
Bila meletakkan sesuatu pada telapak kaki bayi, akan tertutup jari-jari kaki
bayi.

C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 1 jam keadaan baik
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bayinya dalam baik, normal tidak
ada kelainan, jenis kelamin perempuan, berat badan 2600 gram dan panjang
badan 49 cm.
2. Menjaga kehangatan bayi dengan memakaikan pakaian bayi lengkap. Bayi
sudah memakai pakaian lengkap
3. Memberitahu ibu bahwa bayinya akan disuntikkan vitamin K untuk mencegah
perdarahan otak. Ibu menyetujui
4. Menyuntikkan vitamin K 1 mg secara IM di paha kiri
5. Mengoleskan salep mata di mata sebelah kanan dan kiri.
6. Melakukan kolaborasi dengan dr. SpA, advice
a. Rooming in
b. Obsevasi selama 6 jam, jika keadaan baik boleh pulang

CATATAN PERKEMBANGAN
Tempat : Ruang Nifas RSUD Cimacan
Waktu : 14.25 WIB
Hari/ Tanggal Pengkajian : Rabu/ 28 Februari 2018

A. DATA SUBJEKTIF
By. Ny. I menyusu sebanyak 2x lamanya 15 menit. Sudah BAK 1x berwarna
kuning dan BAB 1x mekonium berwarna coklat ke kuningan konsistensi lunak.
Sudah tidur selama 3 jam.
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Composmentis
c. Tonus otot : Baik
d. Warna kulit : Kemerahan
2. Tanda-tanda vital :
a. Laju Nafas : 48 kali/ menit
b. Laju jantung : 138 kali/ menit
c. Suhu : 36,5 oC
3. Pemeriksaan Fisik
a. Dada : Dada tidak ada retraksi dinding dada.
b. Abdomen : Membuncit, teraba lembut, tali pusat segar dan
tidak terdapat perdarahan pada tali pusat. Ada
penonjolan tali pusat saat bayi menangis.
c. Eksterimitas atas : Kedua bahu dan tangan pergerakan aktif, kuku
merah muda.
d. Genitalia : Bersih, tidak terdapat pengeluaran cairan
e. Anus : Tidak terdapat pengeluaran kotoran
f. Ekstremitas Bawah : Kedua tungkai dan kaki bergerak aktif, kuku
merah muda.
4. Sistem Saraf
a. Refleks suckhing
Bayi sudah bisa menghisap puting susu saat menyentuh bibirnya.
b. Refleks swallowing
Bayi sudah dapat menelan ASI dengan baik saat sedang menyusu.

C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 jam keadaan bayi baik.
D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bayinya dalam keadaan baik
2. Melakukan kolaborasi dengan dokter Sp.A untuk memeriksa bayi, advice :
a. Keadaan bayi sehat dan diperbolehkan untuk pulang
3. Menjelaskan pada ibu tentang perawatan tali pusat
4. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI ekslusif untuk bayinya selama 6
bulan dan tidak memberikan makanan lain seperti madu atau pisang
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin
6. Memberitahu ibu untuk menjaga kebersihan bayinya dan tidak memberi bedak
pada lipatan lipatan tubuh bayi
7. Memberitahu ibu untuk menjaga kehangatan bayi dan mengganti kain bayi jika
basah
8. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayinya setiap pagi pada pukul 07:00
selama 30 menit dengan keadaaan bayi tidak memakai baju apapun
9. Memberitahu tanda bahaya bayi baru lahir seperti tidak mau menyusu, kejang,
demam suhu tubuh lebih dari 37,5 atau teraba dingin kurang dari 36,5, kulit
bayi terlihat kuning, bayi lemas, bayi merintih, bayi diare dan tinja berwarna
pucat, jika terdapat tanda bahaya bayi baru lahir segera ke tenaga kesehatan.
10. Memberitahu ibu untuk kontrol 1 minggu pada Selasa, 06 Maret 2018 untuk
disuntik imunisasi HB0.
SOAP PERKEMBANGAN NEONATUS 6 HARI
Hari/Tanggal : Selasa, 06 Maret 2018
Waktu : 11.00 WIB
Tempat : Poli Kebidanan RSUD Cimacan

A. DATA SUBJEKTIF
By. Ny I menyusu >12x sehari. BAK ±6x sehari dan BAB ±4x warna coklat
kekuningan, konsistensi lunak. Tali pusat sudah puput pada hari saat mandi pagi.
Ibu sudah mencoba untuk memandikan bayinya sendiri setiap pagi dan sore. Ibu
selalu mengganti baju bayinya jika dirasa bajunya basah atau kotor. Tidak ada
tanda bahaya bayi baru lahir yang dijelaskan oleh bidan. Tidur ±12 jam sehari.
Bayi di jemur setiap pagi hari sesuai yang dianjurkan.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. Tonus otot : Baik
4. Warna kulit : Kemerahan
5. Berat badan : 2700 gr
6. Tanda-tanda vital
a. Laju Nafas : 42x/menit
b. Laju jantung : 140x/menit
c. Suhu : 36 oC
7. Pemeriksaan Fisik
a. Telinga : Tidak ada cairan.
b. Mata : Tidak ada pus. Sclera putih konjungtiva merah
muda.
c. Hidung dan mulut : Tidak ada secret, bibir kemerahan, lidah bersih,
gusi kemerahan.
d. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.
e. Abdomen : Membuncit, teraba lembut, tali pusat sudah lepas.
Tidak ada tanda-tanda bahaya seperti kemerahan
atau pus.
f. Ekstremitas atas : Kedua bahu dan tangan bergerak aktif, kuku merah
muda.
g. Genitalia : Bersih tidak terdapat pengeluaran cairan
h. Ekstremitas bawah : Kedua tungkai dan kaki bergerak aktif, kuku
merah muda.
i. Kulit : Kemerahan tidak ada bekas bedak pada lipatan-
lipatan tubuh

C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 6 hari keadaan bayi baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayi saat ini baik
2. Memuji ibu bahwa bayinya mengalami kenaikan berat badan
3. Menyuntikan HB0 di paha kanan bayi
4. Memberitahu ibu mengenai imunisasi dasar
5. Mengingatan kembali ibu untuk memberikan susu eksklusif selama 6 bulan
tanpa makanan tambahan apapun
6. Mengingatkan ibu tanda bahaya bayi baru lahir. Jika terdapat salah satu tanda
bahaya bayi baru lahir ibu harus segera membawa bayinya ke tenaga kesehatan.
7. Menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap bulan untuk imunisasi
secara rutin dan dilihat pertumbuhan dan perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/Tanggal : Rabu, 14 Maret 2018
Waktu pengkajian : 16.00 WIB
Tempat pengkajian : Rumah Ny. I
Nama pengkaji : Setiti Sri Mulyani

A. DATA SUBJEKTIF
By. Ny I menyusu lebih dari 12x sehari. BAK ±6x sehari dan BAB ±4x berwarna
coklat kekuningan konsistensi lunak. Tidur ±12 jam sehari, tidak ada tanda bahaya
bayi baru lahir yang dijelaskan bidan. Ibu sudah mahir memandikan bayi sendiri
tanpa dibantu oleh keluarga, bayi mandi 2 kali sehari yaitu pagi dan malam. Ibu
selalu mengganti baju bayi jika dirasa baju basah ataupun kotor. Ibu menanyakan
jadwal bayinya di Imunisasi BCG.

B. DATA OBJEKTIF
1. Keadaan umum : Baik
2. Warna Kulit : Kemerahan
3. Tanda-tanda vital
a. Respirasi : 42 kali/menit
b. Denyut jantung bayi : 141 kali/menit
c. Suhu : 36,6oC
4. Pemeriksaaan Fisik
a. Mata : Tidak ada pus. Sclera putih konjungtiva merah
muda.
b. Hidung dan mulut : Tidak ada secret, bibir kemerahan, lidah bersih,
gusi kemerahan.
c. Dada : Tidak ada retraksi dinding dada.
d. Abdomen : Membuncit, teraba lembut, tidak ada penonjolan
saat bayi menangis. Tidak ada tanda-tanda bahaya
seperti kemerahan atau pus.
e. Ekstremitas atas : Kedua bahu dan tangan bergerak aktif, kuku merah
muda.
f. Genitalia : Bersih tidak terdapat pengeluaran cairan
g. Ekstremitas bawah : Kedua tungkai dan kaki bergerak aktif, kuku
merah muda.
h. Kulit : Kemerahan tidak ada bekas bedak pada lipatan-
lipatan tubuh

C. ANALISA
Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan usia 2 minggu keadaaan bayi baik

D. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa keadaan bayi saat ini baik
2. Memberitahu ibu mengenai imunisasi dasar
3. Mengingatan kembali ibu untuk memberikan susu esklusif selama 6 bulan
tanpa makanan tambahan apapun
4. Mengingatkan ibu tanda bahaya bayi baru lahir
5. Menganjurkan ibu untuk datang ke posyandu setiap bulan untuk imunisasi
secara rutin dan dilihat pertumbuhan dan perkembangan
6. Memberitahu ibu membawa bayinya untuk diimunisasi BCG dan Polio 1 di
posyandu ataupun di puskesmas ketika bayi sudah berumur 1 bulan yaitu
tanggal 28 Maret 2018 atau ketika ada tanda bahaya bayi baru lahir ibu harus
segera membawa bayinya ke tenaga kesehatan.
Lampiran 4

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : ASI Eksklusif


Penyuluh : Setiti Sri Mulyani
Hari, Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
Sasaran/ jumlah : Ny. I
Tempat : RSUD CIMACAN

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah memperoleh penyuluhan, diharapkan ibu hamil dapat memahami
pentingnya ASI Eksklusif bagi bayi dan dirinya sendiri.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang ASI Eksklusif, diharapkan ibu dapat:
a. Menyebutkan pengertian ASI Eksklusif.
b. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi bayi.
c. Menjelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi ibu.

B. Materi
Terlampir

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

D. Media
Lembar Balik (Buku KIA)
E. Evaluasi
1. Jelaskan pengertian ASI Eksklusif?
2. Jelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Bayi?
3. Jelaskan manfaat pemberian ASI Eksklusif bagi Ibu?

F. Daftar Pustaka
1. Bobak, dkk. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
2. Saleha, siti. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba
Medika
3. Suherni, dkk . Perawatan Masa Nifas. Yogyakarta : Fitramaya
4. Varney, Helen. 2004. Asuhan Kebidanan. Jakarta. EGC
MENGENAL ASI EKSLUSIF

A. Pengertian ASI Eksklusif


ASI Eksklusif adalah bahwa bayi hanya menerima ASI dari ibu, atau pengasuh
yang diminta memberikan ASI dari ibu, tanpa penambahan cairan atau makanan
padat lain, kecuali sirup yang berisi vitamin, suplemen mineral atau obat.
(WHO.2006)
ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi tanpa diberi makanan dan
minuman lain sejak dari lahir sampai usia 6 bulan, kecuali pemberian obat dan
vitamin. (DepKes.2003)

B. Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi


Pemberian ASI eksklusif pada bayi meliputi hal-hal berikut :
1. Setelah bayi dilahirkan segera diberikan ASI (dalam waktu ½ - 1 jam),
memberikan kolostrum (ASI yang keluar pada hari-hari pertama),
2. Tidak memberikan makanan atau minuman (seperti air kelapa, air tajin, air
teh, madu, pisang) kepada bayi sebelum diberikan ASI,
3. ASI diberikan sesuai kemauan bayi tanpa perlu dibatasi waktu dan
frekuensinya ( pagi, siang dan malam hari ) dan memberikan ASI saja
sampai bayi berusia 6 bulan.

C. Manfaat Pemberian ASI Ekslusif Bagi Bayi


1. ASI sebagai makanan yang bergizi bagi bayi
a. Komposisi ASI pada satu ibu akan berbeda dengan komposisi ASI pada
ibu yang lain, karena disesuaikan dengan kebutuhan bayinya sendiri
b. Komposisi ASI berbeda-beda dari hari ke hari
c. ASI merupakan makanan bayi yang paling sempurna, baik kualitas
maupun kuantitasnya
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh bayi
a. Bayi dapat membuat zat kekebalan tubuh sehingga mencapai kadar
protektif, yaitu saat usia 9 sampai 12 bulan
b. ASI dapat menigkatkan kekebalan tubuh bayi yang baru lahir, karena
mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari
berbagai penyakit infeksi dan alergi
3. ASI eksklusif dapat meningkatkan kecerdasan
a. Periode awal kehamilan s/d bayi berusia 12-18 bulan merupakan periode
pertumbuhpan otak yang cepat
b. Gizi yang diberikan merupakan faktor terpenting dalam proses
pertumbuahn otak
c. ASI eksklusif dapat menjamin tercapainya pengembangan potensi
kecerdasan anak secara optimal
d. Zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan otak bayi, yang terdapat
dalam ASI namun sangat sedikit pada susu sapi, yaitu taurin, laktosa dan
asam lemak ikatan panjang (DHA, AA, omega 3, omega 6)
4. ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak
dengan memberikan ASI Eksklusif maka akan mempererat hubungan antara
ibu dan anak.

D. Manfaat Pemberian ASI Eksklusif Bagi Ibu


1. Mencegah Perdarahan
Menyusui bayi segera setelah lahir dapat mendorong terjadinya kontraksi
rahim dan mencegah terjadinya perdarahan. Ini dapat membantu mempercepat
proses kembalinya rahim ke posisi semula.
2. Mengurangi Berat Badan
Menyusui juga dapat membantu ibu mengurangi berat badan. Sebagai
informasi ketika menyusui itu berarti sama dengan membakar kalori sebesar
200 hingga 500 kalori perhari. Jumlah kalori yang sama jika ibu berenang
selama beberapa jam atau naik sepeda selama satu jam.
3. Mengurangi Resiko Terkena Kanker Payudara dan Kanker Rahim
Menyusui dapat mengurangi resiko terkena kanker payudara. Diperkirakan
persentase pencegahannya mencapai 20%. Beberapa laporan juga
menyebutkan bahwa menyusui juga dapat membantu mengurangi resiko
terkena kanker indung telur dan kanker rahim.
4. Ungkapan Kasih Sayang
Menyusui juga merupakan ungkapan kasih sayang yang nyata dari ibu kepada
bayinya. Hubungan batin anatar ibu dan bayi akan terjalin erat karena saat
menyusui bayi menempel pada tubuh ibu. Bayi bisa mendengarkan detak
jantung ibu, merasakan kehangatan sentuhan kulit ibu dan dekapan ibu.
5. Praktis dan Ekonomis
Selain komposisinya yang sempurna, asi juga sangat praktis dan ekonomis.
Sekarang harga susu formula cenderung terus meningkat, memberi asi dapat
mengurangi biaya untuk susu formula yang cukup tinggi. Selain itu asi sangat
praktis, ibu tidak perlu repot mencuci dan merebus botol pada masa
pemberian asi ekslusif, sehingga bisa menambah waktu istirahat bagi ibu,
khususnya di malam hari.
6. Sebagai Alat Kontrasepsi
Pemberian asi secara ekslusif dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi.
Walaupun ini hanya berlaku selama 4 bulan setelah melahirkan, dan dengan
catatan harus bersifat ekslusif. Hisapan bayi pada payudara ibu merangsang
hormon prolaktin. Hormon prolaktin dapat menghambat terjadinya
pematangan sel telur sehingga menunda kesuburan.
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TANDA BAHAYA NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Masa Nifas
Sasaran : Ny. I
Tempat : RSUD CIMACAN
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
Penyuluh : Setiti Sri Mulyani

A. Tujuan
1. Tujuan Intrusksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, ibu dapat mengenali dan memahami tanda
bahaya pada masa nifas
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1. Mengetahui arti dari tanda bahaya masa nifas
2. Mengetahui macam-macam tanda bahaya nifas
3. Mengetahui upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas
B. Metode Penyampaian
Diskusi
C. Media
Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam Menjawab salam
(3 menit) b. Mempersilahkan ibu menjelaskan
yang ibu ketahui
2. Inti a. Menjelaskan pengertian tanda Mendengarkan dan
(10 menit) bahaya nifas memperhatikan
b. Menjelaskan macam-macam tanda
bahaya nifas
c. Menjelaskan upaya mencegah dan
mengatasi tanda bahaya nifas
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Bertanya
(3 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan
c. Menutup dengan mengucapkan
salam

F. Evaluasi
Dengan mengajukan pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian tanda bahaya nifas
2. Apa saja macam-macam tanda bahaya nifas ?
3. Apa saja upaya mencegah dan mengatasi tanda bahaya nifas ?
MATERI
TANDA-TANDA BAHAYA NIFAS

A. Pengertian
Masa nifas adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya
kembali alt-alat kandungan seperti sebelum hamil yang berlangsung selama 6
minggu. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian
ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas
terjadipada 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya disebabkan oleh
adanya komplikasi masa nifas. Komplikasi masa nifas adalah keadaan abnormal
pada masa nifas yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat
genetalia pada waktu persalinan dan nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan
merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan
darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab
kematian mordibitas ibu.
B. Tanda-tanda bahaya nifas
Tanda-tanda bahaya nifas adalah tanda bahaya yang diperlihatkan oleh ibu
setelah melahirkan, yang dapat menyebabkan komplikasi dan diwajibkan ibu
untuk segera dibawa oleh keluarga atau orang yang mengetahui kejadian itu ke
petugas kesehatan terdekat seperti ke bidan, perawat, dokter, Puskesmas, dan
Rumah Sakit.
Tanda-tanda bahaya ibu nifas yaitu :
1. Perdarahan per vaginam yang melebihi 500 ml setelah bersalin didefinisikan
sebagai peradrahan pascapersalinan.Perdarahan banyak dan terus-menerus
biasanya terjadi dalam minggu kedua sesduah persalinan. Perubahan darah ibu
nifas atau lockhea yaitu :
a. Merah kehitaman ( hari ke 1-3 )
b. Putih kemerahan ( hari ke 3-7 )
c. Kuning kecoklatan ( hari ke 7-14 )
d. Putih ( lebih dari 14 hari )
2. Demam. Suhu meningkat lebih dari 38oC dalam 10 hari pertama setelah
persalinan.
3. Cairan vagina yang berbau busuk.
4. Kelelahan yang berlebih.
5. Nyeri pada payudara, bengkak payudara dan puting susu yang pecah-pecah.
6. Nyeri atau panas ketika buang air kecil atau urin tidak keluar dengan lancar.
7. Sembelit atau hemoroid. Pencegahannya banyak makan buah-buahan yang
banyak mengandung serat seperti pepaya dan minum air yang banyak. Bila
ibu tetap tidak dapat buang air besar selma 3 hari. Maka segera bawa ibu ke
petugas kesehatan terdekat seperti bidan, perawat, dokter, Puskesmas, dan
Rumah Sakit.
8. Sakit kepala terus-menerus.
9. Bengkak pada wajah dan tangan.
10. Nyeri pada abdomen.
11. Produksi ASI kurang karena kesukaran dalam menyusui.
12. Kesedihan.
13. Merasa kurang mampu merawat bayi.
14. Rabun senja
C. Penanganan
1. Jagalah kebersihan alat kelamin.
2. Nutrisi ditingkatkan.
3. Segera rujuk ke tempat pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pengangan
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TANDA BAHAYA PADA BAYI BARU LAHIR

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Neonatal


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya pada Bayi Baru Lahir
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
Sasaran/Jumlah : Ny. I
Tempat : RSUD CIMACAN
Penyuluh : Setiti Sri Mulyani

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan pendidikan kesehatan, ibu diharapkan dapat mengetahui dan
mengerti tentang tanda bahaya bayi baru lahir.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan tentang senam nifas diharapkan ibu mampu :
Mengetahui tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
. B. Metode
Diskusi dan tanya jawab.
C. Media dan alat
Leaflet, Buku KIA
. D. Materi
Terlampir
. E. Kegiatan
No Tahapan/Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
1. Pembukaan/ 1 Menyampaikan tujuan Ibu menyetujui
menit mengenai pendidikan diadakan penyuluhan
kesehatan
2. Penyampaian Menjelaskan tanda-tanda Mendengarkan dan
Materi/ 7 menit bahaya bayi baru lahir menyimak

3. Penutup/ 2 Memberi kesempatan Mengajukan


menit kepada ibu untuk bertanya pertanyaan
Memberi salam
Menjawab salam
. F. Evaluasi
1. Sebutkan tanda-tanda bahaya bayi baru lahir?
MATERI
TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

Untuk mewaspadai kenalilahh tanda bahaya pada bayi baru lahir, yaitu :
1. Bayi tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang di minum. Ini
merupakan tanda bayi terkena infeksi berat.
2. Bayi kejang. Kejang pada bayi baru lahir kadang sulit dibedakan dengan gerakan
normal. Jika melihat gejala atau gerakan yang tidak biasa dan terjadi secara
berulang-ulang seperti menguap, mengunyah, menghisap, mata berkedip-kedip
kemungkinan bayi kejang.
3. Pusar kemerahan sampai dinding perut. Jika kemerahan sudah sampai di dinding
perut tandanya sudah infeksi berat.
4. Mata bayi bernanah banyak, dapat menyebabkan bayi menjadi buta.
5. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, jika perut dicubit akan kembali lagi dengan
lambat, bayi kekurangan cairan.
6. Kulit bayi terlihat kuning.
Lampiran 7

SATUAN ACARA PENYULUHAN


NUTRISI IBU NIFAS

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Nifas


Sub Pokok Bahasan : Nutrisi Masa Nifas
Sasaran : Ny. I
Tempat : RSUD CIMACAN
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
Penyuluh : Setiti Sri Mulyani

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, ibu nifas dapat memahami dan mulai
mengonsumsi nutrisi yang baik untuk ibu nifas.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan pembelajaran senam hamil, diharapkan ibu dapat:
a. Mengetahui arti dari nutrisi masa nifas
b. Mengetahui manfaat dari nutrisi masa nifas
c. Mengetahui jenis makanan yang baik untuk ibu nifas
B. Metode Penyampaian
1. Demonstrasi
2. Tanya jawab
C. Media
Leaflet
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
1. Pembukaan a. Salam pembuka Menjawab salam
(3 menit) b. Memberikan kesempatan kepada ibu
untuk menjelaskan yang telah ibu
ketahui
2. Inti a. Menyampaikan materi tentang Mendengarkan dan
(15 menit) pengertian nutrisi masa nifas memperhatikan
b. Menjelaskan tentang manfaat dari
nutrisi masa nifas
c. Menjelaskan jenis makanan yang
baik untuk masa nifas
d. Emberikan menu yang baik untuk
ibu nifas
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Ibu bertanya
(5 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil penyuluhan
c. Menutup dengan mengucap salam

F. Evaluasi
Dengan memberikan pertanyaan:
1. Jelaskan pengertian nutrisi masa nifas
2. Apa saja manfaat nutrisi masa nifas ?
3. Apa saja jenis makanan yang baik untuk masa nifas ?
MATERI
NUTRISI MASA NIFAS

A. Definisi Gizi Ibu Nifas


Secara etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza”, yang berarti
“makanan”. Gizi adalah zat makanan yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
pertumbuhan dan perkembangan. Masa nifas adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil. Masa nifas
berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Ambarwati,2010). Masa nifas atau
masa menyususi adalah masa yang sangat penting, karena setelah ibu melahirkan
akan memerlukan waktu untuk memulihkan kembali kondisinya dan
memepersiapkan ASI sebagai makanan pokok untuk bayinya. Gizi ibu nifas
adalah makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh
selama masa nifas.
B. Fungsi Gizi Ibu Nifas
Zat gizi ibu menyusui secara umum lebih tinggi daripada ibu hamil, karena
diperlukan untuk:
1. Mempertahankan kesehatan ibu.
2. Pemulihan kesehatan ibu.
3. Proses produksi ASI yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangan.
4. Sumber tenaga untuk beraktivitas selama pengasuhan bayi.
5. Mengganti jaringan yang rusak.
C. Bahan Makanan yang Dianjurkan Pada Ibu Nifas
1. Sumber kalori: beras, roti, kentang, bihun dan sebagainya.
2. Sumber protein: susu,telur,daging atau hati dan sebagainya.
3. Sumber vitamin dan mineral: sayuran yang berwarna hijau atau kuning, buah-
buahan yang dagingnya berwarna merah atau kuning.
4. Banyak minum terutama sari buah atau air perebus sayuran 4-6 gelas sehari,
bubur kacang hijau dan susu.
5. Mengkonsumsi tablet besi selama 40 hari.
D. Bahan Makanan yang Dibatasi pada Ibu Nifas
1. Kopi.
Karena kopi mengandung kafein. Kafein pada ibu menyususi tidak akan
terbuang secara sempurna, melainkan sebagiannya akan tersisa pada ASI yang
akan ditelan oleh bayi. Akibatnya bayi alan menjadi rewel dan sulit tidur,
dikarenakan bayi belum dapat mengeluarkan kafein secara sempurna seperti
orang dewasa.
2. Makanan yang Pedas.
Hal ini dikarenakan kandungan rasa pedas yang ada didalam makanan akan
terkonsumsi oleh bayi melalui ASI, yang akan menyebabkan perut bayi
menjadi panas (iritas) bahkan dapat menyebabkan bayi diare.
3. Bahan makanan yang dapat menimbulkan kembung misalnya: ubi, singkong,
kol, sawi, dan sebagainya.
4. Lemak Jenuh
Lemak jenuh harus dihindari karena terbukti dapat menghambat omega 3
yang dangat dibutuhkan untuk perkembangan otak bayi. Salah satu makanan
yang menganduklemak jenuh adalah gorengan.
5. Alkohol
Alkohol akan terbawa ke dalam ASI dan akan membuat byai menjadi
pusing,lemah,sulit bangun dan juga produksi ASI akan berkurang.
E. Bahan Makanan yang Dibutuhkan pada Ibu Nifas
Bahan Makanan Berat (gr) Ukuran Rumah Tangga
Beras 500 2,5 gelas
Nasi 200 5 ¼ gelas
Daging 75 3 potong
Tempe 125 5 potong
Sayuran 300 3 gelas
Buah Pepaya 200 1 potong
Susu 200 1 gelas
Gula Pasir 30 3 sendok makan
Minyak 40 4 sendok makan

Catatan:
1. 1 gelas isinya 200 ml air
2. 1 potong daging, ukuran 6 X 5 X 2 cm
3. 1 potong tempe, ukuran 4 X 6 X 1 cm
4. 1 potong pepaya, ukuran 5 X 15 cm

F. Contoh Menu Makanan Ibu Nifas Dalam 1 Hari


Pagi : Nasi, tempe goreng, telur, tumis kacang panjang dan wortel, susu.
Snack untuk pukul 10:00 WIB : 1 potong pepaya dan 1 cangkir teh manis
Siang : Nasi, semur daging,tahu goreng, sayur bayam, semangka,
Malam : Nasi, pepes ikan, perkedel, cah kangkung.
Lampiran 8

SATUAN ACARA PENYULUHAN


TEKNIK MENYUSUI

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Sub Pokok Bahasan : Teknik Menyusui
Sasaran : Ny. I
Tempat : RSUD CIMACAN
Hari/Tanggal : Rabu, 28 Februari 2018
Penyuluh : Setiti Sri Mulyani

A. Tujuan
1. Tujuan Intruksional Umum
Setelah dilakukan pembelajaran, ibu mengerti dan memahami tentang teknik
menyusui yang baik.
2. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah dilakukan pembelajaran, diharapkan ibu dapat melakukan :
1. Mengetahui arti teknik menyusui yang baik
2. Mengetahui persiapan memperlancar pengeluaran ASI
3. Menyebutkan posisi dan perlekatan menyusui bayi
4. Menyebutkan dan mempraktikan langkah menyusui bayi yang baik.
B. Metode Penyampaian
1. Demonstrasi
2. Tanya Jawab
C. Media
1. Bantal
D. Materi
Terlampir
E. Kegiatan
NO Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Ibu
1. Pembukaan a. Mengucapkan salam Menjawab salam
(3 menit) b. Mempersilahkan ibu untuk
menjelaskan yang ibu ketahui
2. Inti a. Menyampaikan materi tentang a. Mendengarkan
(12 menit) pengertian teknik menyusui dan
b. Menjelaskan persiapan memperhatikan
memperlancar pengeluaran ASI b. Melakukan teknik
c. Membimbing melakukan teknik menyusui
menyusui yang baik
3. Penutup a. Mempersilahkan ibu untuk bertanya Bertanya
(4 menit) bila ada yang belum dipahami Menjawab salam
b. Menyimpulkan hasil dari
penyuluhan
c. Menutup dengan mengucapkan
salam

F. Evaluasi
Dengan memberi pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian teknik menyusui
2. Apa saja persiapa memperlancar pengeluaran ASI ?
3. Apa saja posisi menyusui yang baik ?
G. Referensi
Dr.Nanis Sacharina Marzuki, Sp.A.2007.ASI Eksklusif.Jakarta:Bidakara
MATERI
TEKNIK MENYUSUI

A. Pengertian
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengen
perlekatan dan posisi ibu dan bayi yang benar.
B. Persiapan Memperlancar Pengeluaran ASI
1. Membersihkan putting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang
lepas tidak menumpuk.
2. Putting susu ditarik-tarik secara halus setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3. Bila putting belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan
oprasi.
C. Posisi dan Perlekatan Menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. cara menyusui yang tergolong biasa
dilakukan adalah duduk,berdiri atau berbaring.
D. Langkah-langkah Menyusui yang Benar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar
putting, duduk dan berbaring dengan santai.
1. Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi,
jangan hanya leher dan bahunya saja. Kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan
bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan putting susu. Satu
tangan ibu lagi membentuk huruf “C” untuk menyangga payudara.
2. Dekatkan badan bayi ke badan ibu, berikan rangsangan didaerah sudut bibir
bayi dengan putting atau dengan jari kelingking sampai mulut bayi terbuka.
3. Bila suda terbuka, segera dekatkan payudara pada mulut bayi. Sampai mulut
bayi menghisap daerah areolanya juga bukan hanya daerah putting susunya
saja.
4. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada
payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
E. Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan putting susu
menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI
selanjutnya atau bayi engga menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar
maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut:
1. Bayi tampak tenang.
2. Badan bayi menempel pada perut ibu
3. Dagu bayi menempel pada payudara ibu
4. Bayi Nampak menghisap kuat dengan irama perlahan
5. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
Lampiran 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : KB Suntik 3 Bulan


Penyuluh : Setiti Sri Mulyani
Hari, Tanggal : Selasa, 06 Maret 2018
Sasaran/ jumlah : Ny. I
Tempat : RSUD CIMACAN

A. Tujuan
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan pengunjung terutama wanita usia
subur dapat mengerti dan mengetahui tentang KB suntik KB 3 bulan.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, pengunjung terutama wanita usia subur
diharapkan mampu :
a. Menjelaskan Pengertian, Jenis, Mekanisme Kerja KB suntik 3 bulan.
b. Menyebutkan Manfaat dan Keterbatasan KB suntik 3 bulan.
c. Menyebutkan indikasi, kontraindikasi, kondisi-kondisi yang memerlukan
kehati-hatian KB suntik 3 bulan.
d. Menjelaskan Efek Samping dan Penatalaksanaannya KB suntik 3 bulan.
e. Menyebutkan Tanda-Tanda Peringatan KB suntik 3 bulan.

B. Materi
Terlampir

C. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
D. Media
Lembar Balik

E. Daftar Pustaka
1. Abdul Bari, Saifudin. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
2. Informasi Aspek Medis Alat Kontrasepsi Lingkaran Emas, Badan Koordinasi
Keluarga Berencana Nasional, Jakarta, September, 1992.
3. http://darahifalahma87.wordpress.com/2013/05/30/suntik-progestin/ diakses
pada tangga 13 Mei 2015 pukul 19.00 WIB.
4. http://ichachentil.blogspot.com/2010/05/kb.html diakses pada tanggal 13 Mei
2015 pukul 19.15 WIB.
5. http://liskanurjanah.blogspot.com/2012/09/kb-suntik.html diakses pada
tanggal 13 Mei 2015 pukul 19.45 WIB
MENGENAL KB SUNTIK 3 BULAN

1. Pengertian
Kontrasepsi suntik 3 bulan adalah kontrasepsi yang mengandung hormone
progesteron saja untuk mencegah kehamilan dengan menyuntikkan secara berkala
ke dalam tubuh wanita .

2. Jenis
Depo Medroxyprogesterone Asetat, Depo-Provera (DMPA) : 150 mg depot-
medroxyprogesterone acetate yang diberikan setiap 3 bulan

3. Mekanisme Kerja
a. Menekan ovulasi
b. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit,sehingga merupakan barier terhadap
spermatozoa.
c. Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari
ovum yang sudah dibuahi
d. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi

4. Manfaat
a. Manfaat Kontraseptif
1) Sangat efektif (0.3 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama
penggunaan1)
2) Cepat efektif (< 24 jam) jika dimulai pada hari ke 7 dari siklus haid
3) Metoda Jangka Waktu Menengah (Intermediate-term) perlindungan untuk
2 atau 3 bulan per satu kali injeksi)
4) Pemeriksaan panggul tidak diperlukan untuk memulai pemakaian
5) Tidak mengganggu hubungan seks
6) Tidak mempengaruhi pemberian ASI
7) Efek sampingnya sedikit
8) Klien tidak memerlukan suplai (pasokan) bahan
9) Bisa diberikan oleh petugas non-medis yang sudah terlatih
10) Tidak mengandung estrogen
b. Manfaat Nonkontraseptif
1) Bisa mengurangi nyeri haid
2) Bisa mengurangi perdarahan haid
3) Bisa memperbaiki anemia

5. Keterbatasan
a. Perubahan dalam pola perdarahan haid à Perdarahan/bercak tak beraturan
awal pada sebagian besar wanita
b. Penambahan berat badan (± 2 kg) merupakan hal biasa
c. Meskipun kehamilan tidak mungkin, namun jika terjadi, lebih besar
kemungkinannya berupa ektopik dibanding pada wanita bukan pemakai.
d. Pasokan ulang harus tersedia
e. Harus kembali lagi untuk ulangan injeksi setiap 3 bulan(DMPA)
f. Pemulihan kesuburan bisa tertunda selama 7-9 bulan (secara rata-rata) setelah
penghentian

6. Siapa Yang Boleh Menggunakan / Indikasi


a. Wanita dari semua usia subur atau paritas yang:
1) Menginginkan metoda yang efektif dan bisa dikembalikan lagi
2) Sedang dalam masa nifas dan sedang menyusui
3) Sedang menyusui (6 minggu atau lebih masa nifas)
4) Pasca aborsi
5) Perokok (dari semua umur, sebanyak apapun)
6) Tidak peduli dengan perdarahan atau amenorrhea yang tidak teratur
b. Wanita dari kelompok usia subur atau paritas manapun yang:
1) Mengalami nyeri haid dari yang sedang hingga yang hebat
2) Makan obat untuk epilepsi atau tuberculosis.
3) Tak bisa mengingat untuk makan pil setiap hari
4) Lebih menyukai metoda yang tidak berkaitan dengan hubungan seks
7. Siapa Yang Seharusnya Tidak Boleh Menggunakan
a. Sedang hamil (diketahui atau dicurigai)
b. Sedang mengalami perdarahan vaginal tanpa diketahui sebabnya (jika
adanya masalah serius dicurigai)
c. Mengalami kanker payudara

8. Kondisi-Kondisi Yang Memerlukan Kehatian-hatian


PICs Tidak dianjurkan kecuali metoda lain tidak tersedia atau tidak dapat diterima
jika seorang wanita:
a. Sedang menyusui (< 6 minggu pasca persalinan)
b. Mengalami sakit kuning (hepatitis virus simptomatik atau sirrhosis)
c. Menderita tekanan darah tinggi³ (180/110)
d. Menderita penyakit jantung iskhemik (sedang atau sebelum sekarang ini)
e. Pernah mengalami stroke
f. Menderita tumor hati (adenoma atau hepatoma)
g. Menderita diabetes (selama > 20 tahun)

9. Efek Samping dan Penatalaksanaannya


a. Amenorrhea
b. Perdarahan hebat atau tidak teratur
Perdarahan atau spotting adalah perdarahan banyak atau memanjang lebih
dari 8 hari atau 2 kali lebih banyak dari perdarahan yang biasanya dialami
pada siklus haid normal, atau perdarahan yang terjadi setelah tidak haid
(Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi, Jakarta, 2006 : MK-46).
Etiologi :
1) Perdarahan atau spotting terus berlanjut atau setelah tidak haid,
namun kemudian terjadi perdarahan maka perlu dicari penyebab
perdarahan, obati penyebab perdarahan dengan cara yang sesuai
2) Bisa juga karena penyakit radang panggul atau penyakit akibat
hubungan sexual.
3) Bisa juga karena kelainan genekologi dan perdarahannya biasanya
bersifat menetap.
4) Kadang-kadang perdarahan ringan atau spotting sering dijumpai pada
akseptor progestin yang sifatnya sementara.
Penatalaksanaan
1) Bila terjadi perdarahan atau spooting berikan informasi atau KIE
bahwa perdarahan ringan sering dijumpai pada akseptor suntik
progestin dan hal ini bukanlah masalah serius dan tak perlu
pengobatan. Menjelaskan bahwa spotting bisa hilang 2-3 x suntikan,
karena terjadi penyesuaian hormonal maka spotting sering terjadi.
Meyakinkan ibu bahwa hal ini bisa hilang dengan sendirinya kecuali
jika ada gejala lain / kelainan.
2) Bila klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin
melakukan suntikan maka dapat disarankan 2 pilihan pengobatan :
a) 1 Siklus pil kontrasepsi kombinasi (30-35 µg etinilestrodiol), ibu
profen (sampai 800 mg, 2x/hr untuk 5 hari), atau obat sejenis
lain. Jelaskan bahwa pemberian pil kontrasepsi kombinasi dapat
terjadi perdarahan.
b) Bila terjadi perdarahan banyak selama pemberian suntikan
ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kokntrasepsi
kombinasi/hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil
kontrasepsi hormonal, atau diberi 50 µg. Etinil estradiol atau
1,25 mg estrogen equin konjugasi untuk 14-21 hari.
c. Pertambahan atau kehilangan berat badan (perubahan nafsu
makan)

10. Tanda-Tanda Peringatan.


a. Masa haid yang tertunda setelah beberapa bulan siklus teratur
b. Nyeri perut bagian bawah yang hebat
c. Perdarahan hebat
d. Abses atau perdarahan pada tempat suntikan
e. Migraine (vaskuler), sakit kepala yang berat dan terus berulang atau
pandangan yang kabur
Lampiran 10
LEMBAR OBSERVASI
Tanggal Jam TD N S P DJJ His Keterangan
27-02-18 11.00 130/80 90 36,6 20 138 x/ - 11.45 diberikan misoprostol
menit ¼ tab pervaginam.
12.00 88 141 x/ -
menit
13.00 88 19 143 x/ -
menit
14.00 88 139 x/ -
menit
15.00 130/80 89 36,6 20 142 x/ 1x10’10’’
menit
16.00 89 137 x/ 1x10’10’’
menit
17.00 89 20 138 x/ 2x10’20’’
menit
18.00 130/ 80 89 36,7 20 141 x/ 2x10’25’’ Pembukaan 1 cm
menit
19.00 88 138 x/ 2x10’25’’
menit
20.00 87 18 139 x/ 2x10’30’’
menit
21.00 88 137 x/ 2x10’30’’
menit
22.00 130/80 87 36,7 20 136 x/ 3x10’30’’ Infus RL kosong 2 kolf 60
menit. tpm. Oksigen 3 liter.
Ireguler Pembukaan 2 cm.
23.00 86 134 x/ 3x10’30’’
menit
28-02-18 00.00 89 19 135 x/ 4x10’30’’
menit
01.00 89 137 x/ 4x10’40’’
menit
02.00 130/ 80 89 36,7 20 133 x/ 4x10’40’’ Infus RL kosong kolf ke-3 20
menit. tpm. Oksigen 3 liter.
Ireguler Pembukaan 4 cm. Memantau
DJJ : 137 x/ menit reguler.
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai