Anda di halaman 1dari 361

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU R

DI KLINIK UMUM DAN BERSALIN RAMLAH PARJIB 2


KOTA SAMARINDA

( Laporan Tugas Akhir )

Disusun Oleh :

Nama : Elin Bettrillia Armanto


NIM : P07224219012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2022
ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA IBU R
DI KLINIK UMUM DAN BERSALIN RAMLAH PARJIB 2
KOTA SAMARINDA

( Diajukan untuk menyelesaikan Pendidikan Program Studi D-III Kebidanan


Samarinda Politeknik Kesehatan Kemenkes Kalimantan Timur )

Disusun Oleh :

Nama : Elin Bettrillia Armanto


NIM : P07224219012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN PRODI D-III KEBIDANAN
TAHUN 2022
HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

NAMA : Elin Bettrillia Armanto


NIM : P07224219012
JURUSAN : Kebidanan
PROGRAM STUDI : D-III Kebidanan Samarinda

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan plagiat dalam proses penulisan Proposal
Laporan Tugas Akhir saya yang berjudul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu R
Di Klinik Umum Dan Bersalin Ramlah Parjib 2 Samarinda Tahun 2022”.

Apabila suatu saat nanti saya terbukti melakukan plagiat, maka saya akan bersedia
menerima sanksi yang telah ditetapkan. Demikian surat pernyataan ini saya buat
sebenar-benarnya dalam keadaan sadar, sehat jasmani dan rohani, dan tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Samarinda, Agustus 2022

Elin Bettrillia Armanto


NIM. P07224219012
iii
iv
ABSTRAK

Nama : Elin Bettrillia Armanto


NIM : P07224219012
Pembimbing 1 : Harmi Ulbandriyah S.Tr.Keb.,Bd
Pembimbing 2 : Harmiawati, S.Tr.Keb.,M.Keb
Judul LTA : Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu R
di Klinik Umum dan Bersalin Ramlah Parjib 2 Kota Samarinda
Jumlah Halaman : 271 halaman

Latar Belakang Angka Kematian Ibu di kota Samarinda saat ini masih masih terbilang
cukup besar. Terdapat 156 Kasus AKI dari jumlah 13.428 Kelahiran hidup Dan 55
kasus kematian bayi (AKB) dari jumlah 1.175 Kelahiran hidup.
Tujuan Memberikan asuhan kebidanan secara komprehensif dengan menggunakan pola
pikir ilmiah melalui pendekatan manajemen kebidanan menurut 7 langkah Varney untuk
membantu mengurangi Angka Kematian Ibu dan Bayi. Subjek kasus adalah ibu hamil
yaitu Ibu R usia 21 tahun GIP0000 usia kehamilan saat ini 39 minggu dengan faktor
resiko rendah yaitu 2 skor awal kehamilan menurut Kartu Skor Pudji Rochjati (KSPR).
Metode Jenis karangan ilmiah studi kasus dengan menggunakan konsep dasar
manajemen Varney.
Hasil Penelitian Pada asuhan kehamilan diberikan asuhan sesuai standar pelayanan
yaitu 14 T. Karena usia kehamilan yang sudah melewati hari perkiraan lahir sehingga
dilakukan induksi persalinan dengan diberikan 25MU misoprostol melalui vagina untuk
pematangan serviks, lalu setelah 6 jam kemudian diberikan induksi cairan RL drip
oxytocin 5IU 4TPM melalui intravena, sambil memantau keadaan ibu dan kesejahteraan
janin, 30 menit kemudian tetesan infus di naikan menjadi 8 tetes permenit, sehingga
pada kala I persalinan berlangsung selama 5 jam 5 menit, Kala II persalinan
berlangsung selama 18 menit dan terdapat penyulit persalinan yaitu ada dua lilitan tali
pusat pada leher janin, Pada Kala III persalinan berlangsung selama 10 menit dan tidak
terdapat masalah, dan pada Kala IV Persalinan semua berlangsung selama 2 jam
postpartum. Pada asuhan bayi baru lahir tidak terdapat kelainan. Pada kunjungan nifas
dilakukan kunjungan sebanyak 4 kali, terdapat penyulit pada masa nifas yaitu ibu
mengalai puting susu lecet. Pada kunjungan neonatus dilakukan sebanyak 3 kali dan
terdapat penyulit yaitu munculnya biang keringat pada bagian lipatan tubuh neonatus.
Pelayanan kontrasepsi ibu memilih Metode Kontrasepsi Suntik Progestine untuk
menjarangkan kehamilan.
Kesimpulan Dalam pemberian asuhan kebidanan yang dimulai sejak kehamilan hingga
pelayanan kontrasepsi (Continuity of Care) telah sesuai dengan teori dengan melakukan
pendekatan menggunakan manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
Kata Kunci : Kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, pelayanan
kontrasepsi.

v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Elin Bettrillia Armanto


Tempat, Tanggal lahir : Sekolaq Darat, 08 Juli 2001
NIM : P07224219012
Jurusan Program Studi : D-III Kebidanan Samarinda
Institusi : Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan
Kalimantar Timur
Alamat : Jl. Labu Putih 4 Blok B No. 653, Perumnas
Bengkuring, Kel. Sempaja Timur Kec. Samarinda
Utara

Riwayat Pendidikan :
1. TK Anggrek Putih Sendawar ( 2014-2014 ).
2. Sekolah Dasar Negeri 001 Sekolaq Darat ( 2014-2014 ).
3. Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Sendawar ( 2014-2016 ).
4. Sekolah Menengah Kejurusan Kesehatan Samarinda Jurusan Asisten Keperawatan
( 2016 - 2019 ).
5. Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur Program Studi D-
III Kebidanan Samarinda ( 2019-Sekarang )

vi
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat

dan Rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang

berjudul “ Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu R Di Klinik Umum Dan Bersalin

Ramlah Parjib 2 Samarinda Tahun 2022 “. Laporan tugas akhir ini disusun sebagai

salah satu syarat untuk menyelesaikan tahapan jenjang Pendidikan Diploma III

Kebidanan di Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

Dan dengan ini penulis juga ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan

terima kasih dengan hati yang tulus kepada :

1. H. Supriadi B, S.Kp., M.Kep selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Kalimantan Timur.

2. Inda Corniawati, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

3. Dr, Dini Indo Virawati,MPH selaku Ketua Prodi D-III Kebidanan Samarinda

Kebidanan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Kalimantan Timur.

4. Dwi Hendriani, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis.

5. Inda Corniawati, M.Keb selaku Penguji Utama yang telah bersedia menjadi penguji

utama dalam proses ujian seminar proposal dan seminar laporan tugas akhir.

6. Harmi Ulbandriyah, S.Tr.Keb.,Bd selaku Pembimbing I yang telah meluangkan

waktunya untuk membimbing penulis selama proses penyusunan Proposal Laporan

Tugas Akhir ini.

vii
7. Hj. Ramlah, S.ST., MKM selaku pemilik dari Klinik Ramlah Parjib 1,2 dan 3 yang

telah mengizinkan penulis untuk menyusun Laporan Tugas Akhir ini di Klinik

Ramlah Parjib 2.

8. Harmiawati, S.Tr.Keb.,M.Keb selaku Pembimbing II dari Klinik Ramlah Parjib 2,

yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan banyak

sekali saran yang sangat bermanfaat bagi penulis.

9. Ibu R Dan Keluarga, yang telah bersedia menjadi responden dan klien dalam proses

penulisan Proposal Laporan Tugas Akhir ini dan telah bersedia untuk meluangkan

waktu dan berpartisipasi secara kooperatif dalam menerima Asuhan Kebidanan

Continuity Of Care.

10. Orang tua, pasangan, rekan, dan semua pihak yang telah terlibat dalam proses

penyusunan Laporan Tugas Akhir ini atas bantuan dan dukungan, baik secara

emosional, teori dan materi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa ini masih jauh dari sempurna oleh karena

itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan dari

Laporan Tugas Akhir ini. Selain itu penulis juga berharap Laporan Tugas Akhir ini

dapat bermanfaat bagi pembaca sebagaimana mestinya.

Samarinda, Agustus 2022

Penulis

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
HALAMAN PERNYATAAN.................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................. iv
ABSTRAK................................................................................................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................................ vi
KATA PENGANTAR.............................................................................................. vii
DAFTAR ISI............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL..................................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH.................................................................................... 4
C. TUJUAN............................................................................................................. 5
1. Tujuan Umum.............................................................................................. 5
2. Tujuan Khusus............................................................................................. 5
D. Manfaat............................................................................................................... 6
1. Manfaat Teoritis........................................................................................... 6
2. Manfaat Praktis............................................................................................ 6
E. Ruang Lingkup.................................................................................................... 7
F. Sistematika Penulisan......................................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 8
A. KONSEP DASAR TEORI.................................................................................. 8
1. Konsep Dasar Teori Kehamilan................................................................... 8
2. Konsep Dasar Teori Persalinan.................................................................... 30
3. Konsep Dasar Teori Bayi Baru Lahir........................................................... 56
4. Konsep Dasar Teori Nifas............................................................................ 62
5. Konsep Dasar Teori Neonatus..................................................................... 69

ix
6. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi................................................................. 71
B. KONSEP DASAR MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN.......................... 77
1. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan Normal... 77
2. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Persalinan Normal.... 94
3. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir........ 115
4. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Nifas Normal............ 127
5. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Neonatus Normal...... 141
6. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Calon Akseptor
Kontrasepsi................................................................................................... 149
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................... 154
A. Jenis Karangan Ilmiah......................................................................................... 154
B. Lokasi dan Waktu............................................................................................... 154
C. Subjek Kasus....................................................................................................... 155
D. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data............................................................. 155
E. Instrumen............................................................................................................ 156
F. Kerangka Kerja................................................................................................... 156
G. Etika.................................................................................................................... 157
H. Keterbatasan........................................................................................................ 159
BAB IV TINJAUAN KASUS.................................................................................. 160
A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan............................................... 160
B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Persalinan................................................ 177
C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir...................................... 196
D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.............................................. 202
E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Neonatus.................................................. 223
F. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Pada Calon Akseptor KB........................ 235
BAB V PEMBAHASAN.......................................................................................... 241
A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan..................................................................... 241
B. Asuhan Kebidanan Pada Persalinan...................................................................... 246
C. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir............................................................. 251
D. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas.................................................................... 252
E. Asuhan Kebidanan Pada Masa Neonatus.............................................................. 254

x
F. Asuhan Kebidanan Pada Calon Akseptor Alat Kontrasepsi.................................. 256
BAB VI PENUTUP.................................................................................................. 258
A. KESIMPULAN..................................................................................................... 258
B. SARAN.................................................................................................................. 261
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................... 263
LAMPIRAN

xi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 : Pembesaran Uterus Sesuai Usia Kehamilan

Tabel 2.2 : 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Tabel 2.3 : Penapisan Ibu Bersalin

Tabel 2.4 : Apgar Score

Tabel 2.5 : Involusi Uterus Masa Nifas

Tabel 2.6 : Klasifikasi Lochea

xii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 : Ballard Score

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Studi Pendahuluan

Lampiran 2 : Lembar Penjelasan Tindakan

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Klien

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Bimbingan

Lampiran 5 : Lembar Supervisi Bimbingan

Lampiran 6 : Kartu Skor Pudji Rochjati

Lampiran 7 : Penapisan Persalinan Normal

Lampiran 8 : Partograf

Lampiran 9 : SAP dan Leaflet

Lampiran 10 : Dokumentasi

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Setiap hari di seluruh Dunia pada Tahun 2019, sekitar 810 wanita

meninggal karena berbagai komplikasi selama kehamilan maupun persalinan

seperti aborsi tidak aman, infeksi, tekanan darah tinggi (pre-eklamsia dan

eklamsia), dan komplikasi saat persalinan. Jumlah Kematian bayi baru lahir

diseluruh dunia mencapai 47% hal ini mengakibatkan 2,4 juta nyawa hilang setiap

tahun (WHO, 2019).

Menurut data dari Kementerian Kesehatan pada tahun 2020 jumlah AKI dan

AKB di Indonesia mencapai angka 4.625 jiwa. Jumlah ini menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2019. Penyebab utama dari

meningkatnya angka kematian ibu pada tahun 2020 adalah perdarahan, hipertensi

dalam kehamilan dan gangguan sistem peredaran darah. Pada tahun 2020 AKB di

Indonesia mencapai 28.158 kasus diantaranya terjadi pada masa neonatus usia 0 -

28 hari, pada usia 29 hari - 11 bulan dan terjadi pada usia 12 - 59 bulan. Penyebab

utama dari kematian neonatal terbanyak adalah kondisi berat badan lahir rendah

(BBLR), asfiksia, infeksi, kelainan kongenital, tetanus neonatorum dan lainnya

(Profil Kesehatan Indonesia, 2020).

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kalimantan Timur tahun 2021, bahwa

AKI di Kalimantan Timur masih berkisar rata-rata 100 sampai 156 per 1.000

1
2

kelahiran hidup, sedangkan AKB mencapai 20 sampai 30 per 100 kelahiran

hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, 2021).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Profil Dinas Kesehatan Kota

Samarinda mencatat pada tahun 2021, Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian

Bayi (AKB) di kota Samarinda saat ini masih masih terbilang cukup besar.

Terdapat 156 Kasus AKI dari jumlah 13.428 Kelahiran hidup. Dan AKB di kota

Samarinda terdapat 55 kasus kematian bayi dari jumlah 1.175 Kelahiran hidup.

Penyebab utama terjadinya AKI di kota Samarinda yang paling banyak disebabkan

oleh Perdarahan pasca persalinan dan ada juga faktor lainnya yang tidak dilaporkan.

Sementara untuk kematian bayi paling banyak disebabkan oleh kasus Berat Bayi

Lahir Rendah (BBLR) dan juga faktor lainnya yang tidak dilaporkan (Profil Dinas

Kesehatan Kota Samarinda, 2021).

Di Kecamatan Sungai Pinang khususnya di wilayah kerja puskesmas

Remaja selama tahun 2021 tidak terdapat Angka Kematian Ibu yang tercatat dari

total 636 kasus kelahiran hidup, dan terdapat 1 kasus AKB (Angka Kematian Bayi)

636 kasus kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Samarinda, 2021).

Klinik Umum Dan Bersalin Ramlah Parjib 2 dibawah pimpinan ibu Bidan

Hj. Ramlah, S. ST adalah salah satu klinik yang berkualitas dan merupakan salah

satu klinik yang telah menerapkan sistem Asuhan Kebidanan Continuity Of Care

sehingga penulis tertarik untuk menjadikan Klinik Umum Dan Bersalin Ramlah

Parjib 2 Sebagai lahan penelitian untuk studi kasus penulis. Di Klinik Umum Dan

Bersalin Ramlah Parjib 2 berdasarkan dari data yang diperoleh pada tahun 2021
3

tidak terdapat AKI dan AKB dari total 158 persalinan (Buku data persalinan KBRP

2, 2021).

Pasien atas nama Ibu R usia 21 Tahun dengan GIP0000 Usia Kehamilan 39

Minggu Janin Tunggal Hidup Intrauterine. Ini merupakan kehamilan pertama ibu,

Dalam kehamilan ini ibu rajin memeriksakan kehamilannya kepada dokter dan

bidan selama hamil ibu pernah mengalami mual dan muntah pada trimester pertama

kehamilan, namun mual dan muntah tersebut tidak parah, dan tidak sampai

mengganggu aktivitas ibu. Ibu tidak memiliki penyakit yang bersifat menurun

ataupun menular dan ibu tidak sedang menderita penyakit yang dapat mengganggu

atau membahayakan kehamilannya.

Ibu pertama kali menstruasi pada saat usia 12 tahun, lama haid biasanya

sekitar 4-6 hari, biasa mengganti pembalut 3-4 kali sehari, HPHT : 05 Agustus

2021 dan Tafsiran persalinan : 11 Mei 2022.

Sebelum hamil ibu tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun, dan

selama kehamilan ibu tidak memiliki kebiasaan merokok, atau minum-minuman

keras.

Ibu tinggal di lingkungan yang cukup bagus, aman dan nyaman, pernikahan

ibu sah, dan ini merupakan pernikahan pertamanya. Di dalam keluarga ibu juga

mendapat dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya sehingga ibu dapat

merasa aman dan nyaman, dan di dalam adat dan keagamaan ibu selama hamil

tidak ada kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu.

Saat dilakukan pemeriksaan fisik awal, tidak terdapat hal yang dapat

mempengaruhi kesehatan ibu, didapatkan semua hasil dari kenaikan berat badan
4

yang sesuai, lingkar panggul normal, dan pembesaran uterus sesuai dengan usia

kehamilan.

Ibu juga telah melakukan pemeriksaan labolatorium dan didapatkan hasil

pemeriksaan Hemoglobin senilai 12,5% gr/dl, Anti HIV Non Reaktif, HbsAg

Negatif, Syphillis Ab Negatif, Protein Urin Negatif, Glukosa Urin Negatif.

Berdasarkan Skor Pudji Rohayati Ibu Memiliki skor 2 dan termasuk KRR

(Kehamilan Resiko Rendah) sehingga penulis memutuskan untuk menjadikan ibu R

sebagai objek penelitian dalam proses penyusunan Laporan Tugas Akhir.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penelitian ini akan

diberikan judul “Asuhan Kebidanan Komprehensif pada Ibu R GIP0000 Usia

Kehamilan 39 minggu, Janin Tunggal Hidup Intrauterine di Klinik Umum Dan

Bersalin Ramlah Parjib 2 kota Samarinda tahun 2022” sebagai salah satu syarat

untuk menyelesaikan jenjang pendidikan Diploma-III Kebidanan Samarinda di

Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang yang telah dikemukakan oleh penulis diatas,

maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan kehamilan pada Ibu R ?

2. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan persalinan pada Ibu R?

3. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir ?

4. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan masa nifas pada Ibu R?

5. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pada neonatus ?


5

6. Bagaimana gambaran penatalaksanaan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi

pada Ibu R?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan kebidanan komprehensif secara berkesinabungan

(Continuity of Care) pada kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas,

dan pelayanan kontrasepsi dengan menggunakan pola pikir ilmiah melalui

pendekatan manajemen kebidanan menurut Varney.

2. Tujuan Khusus

a. Memberikan asuhan kebidanan kehamilan pada Ibu R melalui pendekatan

manajemen 7 langkah Varney.

b. Memberikan asuhan kebidanan persalinan pada Ibu R melalui pendekatan

manajemen 7 langkah Varney.

c. Memberikan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir melalui pendekatan

manajemen 7 langkah Varney.

d. Memberikan asuhan kebidanan masa nifas pada Ibu R melalui pendekatan

manajemen 7 langkah Varney.

e. Memberikan asuhan kebidanan neonatus melalui pendekatan manajemen 7

langkah Varney.

f. Memberikan asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi pada Ibu R melalui

pendekatan manajemen 7 langkah Varney.


6

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Dengan pelaksanaan asuhan kebidanan berkesinambungan (Continuity

Of Care), diharapkan ilmu kebidanan semakin berkembang sesuai dengan

pendekatan manajemen kebidanan dan evidence based dalam praktik kebidanan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Penulis

Penulis dapat mempraktikkan teori yang telah didapatkan

dilapangan dalam memberikan asuhan kebidanan secara

berkesinambungan (Continuity Of Care) dalam rangka memenuhi tugas

akhir jenjang pendidikan D-III Kebidanan Samarinda Politeknik Kesehatan

Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur.

b. Bagi Klien

Klien mendapatkan asuhan kebidanan berkesinambungan dan

sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

c. Bagi Lahan Praktik

Dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam menerapkan asuhan

kebidanan secara komprehensif di lahan praktik.

d. Bagi Profesi Kebidanan

Dapat dijadikan masukan dalam meningkatkan kesehatan ibu dan

anak sesuai dengan program pemerintah sebagai upaya untuk menurunkan

Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi sehingga dapat

meningkatkan asuhan kebidanan secara lebih baik.


7

E. Ruang Lingkup

Pelaksanaan studi kasus ini meliputi asuhan kebidanan

berkesinambungan (continuity of care) dimana dimulai dari asuhan kebidanan

pada masa kehamilan Trimester III, persalinan, bayi baru lahir, masa nifas,

pada neonatus dan pelayanan kontrasepsi dengan cara memberikan pelayanan

secara komprehensif sesuai dengan pola pikir ilmiah melalui pendekatan 7

langkah Varney.

F. Sistematika Penulisan

1. Bagian Awal

Terdiri dari halaman sampul, halaman judul, halaman persetujuan,

halaman pengesahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar

lampiran.

2. Bagian Inti

a. Bab I Pendahuluan terdapat latar belakang, rumusan masalah, tujuan,

manfaat, ruang lingkup, dan sistematika penulisan.

b. Bab II Tinjauan Pustaka terdiri dari konsep dasar teori dan konsep

dasar manajemen asuhan kebidanan.

c. Bab III Metode Laporan kasus terdiri dari jenis karangan ilmiah,

lokasi dan waktu, subjek kasus, teknik pengumpulan dan analisis

data, instrumen, kerangka kerja, serta etika.

3. Bagian Akhir

Terdiri dari daftar pustaka dan lampiran.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR TEORI

1. Konsep Dasar Teori Kehamilan

a. Pengertian

Menurut federasi obstetrik ginekologi Internasional, kehamilan di

definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum

dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (Yulistiana, 2015).

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai

lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9

bulan 7 hari) (Varney, 2016).

Kehamilan trimester III merupakan kehamilan dengan usia 28-40

minggu dimana merupakan waktu mempersiapkan kelahiran dan

kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian pada kehadiran

bayi, sehingga disebut juga sebagai periode penantian (Prawirohardjo,

2014).

b. Pengertian Primigravida

Primigravida adalah ibu yang hamil untuk pertama kalinya.

(Padila, 2015). Pada Primigravida, karena ini merupakan pengalaman

pertamanya biasanya ibu akan mengalami perasaan yang tidak menentu,

dan saat usia kehamilan sudah mencapai > 28 Minggu ibu akan mengalami

kecemasan berlebihan seiring dengan berjalannya waktu mendekati waktu

8
9

persalinan (Septaningtia,2015).

c. Kehamilan Post Date

Kehamilan postdate adalah suatu kehamilan yang berlangsung

melebihi 40 minggu ditambah satu atau lebih hari (setiap waktu yang

melebihi tanggal perkiraan lahir) dan biasanya berakhir antara 40 dan 42

minggu (Nokar, 2020).

Penyebab dari kehamilan post date adalah faktor hormonal, dimana

hormon progesteron tidak menurun walaupun usia kehamilan sudah

mencapai 40 minggu sehingga menghambat sensitivitas rahim terhadap

oksitosin, sedangkan oksitosin merupakan sebuah komponen utama dalam

memicu adanya kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Oleh sebab itu

serviks menjadi kurang merespon untuk membuka dan menipis sehingga

kehailan menjadi lebih lama atau melewati 40 minggu ( Nokar,2020).

Pada primigravida resiko terjadinya kehamilan post date lebih

tinggi 5 kali lipat daripada multigravida, dan faktor resiko seperti dari

genetik juga berpengaruh pada kehamilan post date. Jika seorang ibu hamil

lahir melewati hari perkiraan lahir maka kemungkinan akan melahirkan di

lewat hari perkiraan lahir sekitar 49% dan jika seorang suami atau ayah

lahir melewati hari perkiraan lahir maka faktor resiko yang terjadi sekitar

23% (Wang, et.al,2014). Keluhan yang mungkin terjadi pada ibu hamil

yang mengalami kehamilan postdate yaitu cemas karena usia kehamilan

yang sudah melewati hari perkiraan lahir (Saifuddin, 2014).


10

Dapat dinyatakan kehamilan postdate jika saat dilakukan

pengkajian didapatkan telah melewati 36 minggu sejak test kehamilann

positif, melewati 32 minggu sejak denyut jantung janin pertama kali

terdengar, melewati 24 minggu sejak gerak janin pertama kali dirasakan

dan telah melewati 22 minggu saat pertama kali denyut jantung janin di

dengarkan melalui lennec (Saifuddin, 2014).

Komplikasi yang dapat terjadi akibat dari kehamilan postdate

seperti perubahan pada plasenta, peningkatan berat janin, postmature,

gawat janin, morbidiilitas atau mortalitas pada ibu dan janin (Saifuddin,

2014).

d. Perubahan Fisiologis pada ibu hamil trimester III

Menurut Prawirohardjo (2014), perubahan fisiologis yang terjadi

pada wanita hamil antara lain:

1) Sistem Reproduksi
Ukuran uterus membesar akibat dari hipertrofi dan hiperplasia

otot polos rahim, berat uterus naik dari 30 gram menjadi 1000 gram,

isthmus rahim hipertrofi dan serviks uteribertambah vaskularisasi dan

bertambah lunak. Pada akhir kehamilan sering terjadi kontraksi uterus

yang disebut his palsu (braxton hicks). Pada masa kehamilan juga

Tinggi Fundus Uteri akan meningkat sesuai dengan usia kehamilan,

yaitu :
11

Tabel 2.1 Perubahan Uterus sesuai usia kehamilan


Usia Tinggi Fundus Uteri
Kehamilan
12 Minggu Tfu dapat teraba 1-2 jari diatas simpisis
16 Minggu Tfu dapat teraba diantara simpisis-pusat
20 Minggu Tfu dapat teraba 3 jari dibawah pusat
24 Minggu Tfu setinggi pusat atau sekitar 24-25 cm diatas
simpisis.
28 Minggu TFU 3 jari diatas pusat atau sekitar 26,7cm diatas
simpisis
32 Minggu TFU dipertengahan processus xipoideus dan pusat
atau sekitar 29,5-30cm diatas simpisis.
36 Minggu TFU 3 jari dibawah processus xipoideus atau sekitar
32cm diatas simpisis.
40 Minggu TFU dipertengahan antara processus xipoideus dan
pusata
2) Sistem Sirkulasi atau sekitar 37,7cm diatas simpisis.
Darah

Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak

akhir trimester pertama. Pompa jantung akan meningkat setelah

kehamilan tiga bulan dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir

kehamilan. Tekanan darah cenderung turun pada trimester kedua dan

akan naik lagi seperti pada prahamil. Nadi biasanya naik, nilai rata-

rata 84 kali per menit.

3) Sistem pernapasan

Adanya usus yang tertekan ke arah diafragma akibat

pembesaran uterus, akan menekan paru-paru sehingga wanita hamil

akan cenderung mengeluh sesak dan napas pendek. Kapasitas vital

paru sedikit meningkat selama kehamilan.

4) Sistem Pencernaan

Pada saat memasuki trimester ketiga dalam kehamilan, tonus

otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas usus menurun


12

dan makanan akan lebih lama ada dalam saluran makanan

menyebabkan konstipasi atau obstipasi.

5) Sistem Integumen

Pada daerah kulit tertentu, terdapat hiperpigmentasi jaringan

seperti pada muka, payudara (puting dan areola), perut dan vulva.

6) Metabolisme

Tingkat metabolik basal pada wanita hamil meningkat hingga

15-20% terutama pada trimester akhir. Terjadi gangguan

keseimbangan asam basa, kebutuhan protein dan kalori meningkat.

Wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan bertambah, sering

buang air kecil dan kadang dijumpai glukosuria, serta berat badan ibu

hamil akan meningkat.

7) Payudara

Selama kehamilan, payudara bertambah besar, tegang dan

berat. Dapat terjadi noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli;

bayangan vena-vena lebih membiru.

8) Traktus digestivus.

Ibu hamil dapat mengalami nyeri ulu hati dan regurgitasi karena

terjadi tekanan ke atas uterus. Sedangkan pelebaran pembuluh darah

pada rectum, bisa terjadi

9) Traktus urinarius.

Bila kepala janin mulai turun ke PAP, maka ibu hamil akan

kembali mengeluh sering kencing.


13

10) Sistem muskulus skeletal.

Membesarnya uterus sendi pelvik pada saat hamil sedikit

bergerak untuk mengkompensasi perubahan bahu lebih tertarik ke

belakang, lebih melengkung, sendi tulang belakang lebih lentur

sehingga mengakibatnya nyeri punggung .

11) Metabolisme

Perubahan metabolisme seperti terjadi kenaikan metabolisme

basal sebesar 15-20% dari semula, terutama pada trimester ketiga,

penurunan keseimbangan asam basa dari 155 mEq per liter menjadi

145 mEq per liter akibat hemodelusi darah dan kebutuhan mineral

yang diperlukan janin.

12) Perubahan Kardiovaskuler.

Volume darah total ibu hamil meningkat 30-50%, yaitu

kombinasi antara plasma 75% dan sel darah merah 33% dari nilai

sebelum hamil. Peningkatan volume darah mengalami puncaknya pada

pertengahan kehamilan dan berakhir pada usia kehamilan 32 minggu,

setelah itu relative stabil Postur dan posisi ibu hamil mempengaruhi

tekanan arteri dan tekanan vena. Posisi terlentang pada akhir

kehamilan, uterus yang besar dan berat dapat menekan aliran balik

vena sehingga pengisian dan curah jantung menurun. Terdapat

penurunan tekanan darah normal pada ibu hamil yaitu tekanan sistolik

menurun 8 hingga 10 poin, sedangkan tekanan diastolic mengalami

penurunan sekitar 12 poin. Pada kehamilan juga terjadi peningkatan


14

aliran darah ke kulit sehingga memungkinkan penyebaran panas yang

dihasilkan dari metabolisme.

e. Perubahan Psikologis Ibu Hamil

Pada seorang primigravida perubahan psikologis yang paling

sering terjadi adalah sebuah kekhawatiran, kecemasan, dan ketakutan baik

selama masa kehamilan, saat menghadapi persalinan, maupun setelah

persalinan,. Kecemasan yang dirasakan umumnya berkisar mulai dari

khawatir tidak bisa menjaga kehamilan sehingga janin tidak bisa tumbuh

sempurna, khawatir keguguran, takut sakit saat melahirkan, takut bila nanti

dijahit, dan ketakutan jika terjadi komplikasi pada saat persalinan yang

dapat menimbulkan kematian, kekhawatiran ini sangat sering muncul pada

ibu primigravida (Prawirohardjo, 2014).

Memasuki usia kehamilan trimester ke III primigravida ibu akan

mengalami perubahan psikologis yang lebih dari pada biasanya, ditahap ini

ibu akan merasa sangat khawatir, takut akan kehidupan dirinya, bayinya,

kelainan pada bayinya, persalinan, nyeri persalinan, dan ibu tidak pernah

tahu kapan ia akan melahirkan. Dan pada masa ini juga ibu akan merasa

bahwa dirinya aneh dan jelek, menjadi lebih ketergantungan, malas dan

mudah tersinggung serta merasa menyulitkan. Namun di satu sisi ibu juga

akan merasa sedih akan berpisah dari bayinya dan kehilangan perhatian

khusus yang akan diterimanya selama hamil, disinilah ibu memerlukan

ketenangan, dukungan dari suami, bidan dan keluarga (Walyani, 2015).


15

Pada ibu Primigravida juga akan mengalami sebuah gangguan tidur

yang diakibatkan gelisah atau perasaan tidak senang, kurang tidur, atau

sama sekali tidak bisa tidur. Hal ini berhubungan dengan kecemasan dan

kegelisahan yang dirasakan oleh ibu. Gejala-gejala insomnia dari ibu hamil

dapat dilihat dari sulit tidur, tidak bisa memejamkan mata, dan selalu

terbangun dini hari ( Prawiroharjdo,2014)

f. Ketidaknyamanan Pada Ibu Hamil Trimester III

Menurut Varney (2016) Pada kehamilan trimester III juga terjadi

ketidaknyamanan seperti :

1) Peningkatan frekuensi berkemih (nonpatologis) dan konstipasi.

Peningkatan frekuensi berkemih pada trimester ketiga sering

dialami oleh primigravida. Hal ini biasa terjadi karena efek dari

lightening atau kontraksi palsu. Karena pada saat terjadi lightening

bagian presentasi janin akan menurun masuk ke dalam panggul dan

menimbulkan tekanan langsung pada kandung kemih, sehingga

merangsang keinginan untuk berkemih.

Konstipasi diduga akibat penurunan peristaltik yang

disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi

penurunan jumlah progesterone. Akibat pembesaran uterus atau

bagian presentasi menyebabkan pergeseran dan tekanan pada usus dan

penurunan motilitas pada saluran gastrointestinal. Dan bisa juga

akibat efek mengkonsumsi zat besi, Konstipasi ini dapat memacu

hemoroid.
16

2) Edema devenden dan Varises

Kedua hal ini disebabkan oleh gangguan sirkulasi vena dan

meningkatnya tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah.

Perubahan ini akibat penekanan uterus yang membesar pada vena

panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri dan penekanan pada

vena kava inferior saat berbaring.

3) Nyeri Ligemen

Nyeri ligamentum teres uteri diduga akibat peregangan dan

penekanan berat uterus yang meningkat pesat pada ligament.

Ketidaknyamanan ini merupakan salah satu yang harus ditoleransi

oleh ibu hamil. Nyeri punggung bawah tepatnya pada lumbosakral

yang diakibatkan terjadinya pergeseran pusat gravitasi dan postur

tubuh ibu hamil, yang semakin berat seiring semakin membesarnya

uterus. Pengaruh sikap tubuh lordosis, membungkuk berlebihan, jalan

tanpa istirahat, mengangkat beban berat terutama dalam kondisi lelah.

g. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester Ketiga

Menurut Prawirohardjo (2014) tanda-tanda bahaya kehamilan

adalah tanda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya yang dapat

terjadi selama kehamilan atau periode antenatal, yang apabila tidak

terdeteksi bisa menyebabkan kematian ibu atau janin, apalagi pada

primigravida yang belum memiliki riwayat kehamilan sebelumnya,

sehingga sangat perlu di kaji sedini mungkin, berikut beberapa tanda

bahaya pada kehamilan adalah :


17

1) Perdarahan

Penyebab perdarahan yang mungkin terjadi seperti plasenta

previa dan solutio plasenta.

2) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah

sakit kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Sakit

kepala yang hebat dalam kahamilan adalah gejala dari preeklamsi.

3) Penglihatan kabur

Perubahan penglihatan mungkin disertai sakit kepala yang

hebat dan mungkin menandakan preeklamsi. Selain itu penglihatan

adalah gejala yang sering ditemukan pada preeklamsi berat dan

merupakan petunjuk akan terjadi eklamsi, tanda inilah yang perlu

dideteksi sejak dini untuk mencegah terjadinya komplikasi yang

mengancam keselamatan ibu dan janin.

4) Gerak Bayi Berkurang

Memantau gerakan janin merupakan salah satu indikator

kesejahteraan janin. Pada trimester III, gerakan janin sudah bisa

dirasakan ibu dan total gerakan janin pada trimester III mencapai 20

kali perhari. Jika janin tidur maka gerakannya akan melemah dan janin

harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam periode 3 jam.

5) Bengkak

Oedema adalah penimbunan cairan secara umum dan

berlebihan dalam jaringan tubuh, biasanya dapat diketahui dari


18

kenaikan berat badan yang berlebihan serta pembengkakan kaki, jari

tangan dan muka. Oedema merupakan salah satu tanda trias adanya

preeklamsi. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam

kehamilan masih dapat dianggap normal, tetapi bila kenaikan 1 kg

seminggu beberapa kali, hal ini perlu diwaspadai, karena dapat

menimbulkan preeklamsi.

6) Demam

Ibu hamil yang menderita demam > 38° C dalam kehamilan

merupakan suatu masalah dan dapat membahayakan kandungan.

Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam kehamilan yaitu

masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil

yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala suatu

penyakit.

7) Air ketuban pecah sebelum waktunya

Ketuban pecah sebelum waktunya atau ketuban pecah dini

adalah ketuban yang pecah sebelum ada pembukaan pada servik. Bila

keadaan ini terjadi dapat mengakibatkan infeksi yang dapat

membahayakan ibu dan janin.

8) Ibu muntah terus – menerus dan tidak mau makan

Mual biasanya terjadi pada pagi hari, gejala ini akan hilang

sedikit demi sedikit di akhir trimester pertama. Akan tetapi ada

kalanya keluhan ini makin bertambah berat sehingga mengganggu

aktivitas sehari-hari dan keadaan umum ibu buruk, keluhan ini disebut
19

Hyperemesis Gravidarum. Keadaan mual dan muntah yang terus –

menerus merupakan keadaan yang berbahaya dalam kehamilan, karena

akan mengganggu pertumbuhan janin dan memperburuk keadaan ibu

dan janin.

h. Standar Asuhan Kebidanan Dalam Kehamilan

Pelayanan Antenatal Care (ANC) menurut Rukiyah (2014),

pelayanan yang memenuhi standar dalam pelayanan kebidanan ada 14 T,

yaitu :

1) Ukur Tinggi badan

Mengukur tinggi badan pada saat melakukan pemeriksaan

kehamilan penting dilakukan, karena jika ibu memiliki tinggi badan

<145cm dicurigai memiliki kesempitan panggul yang dapat

mempengaruhi proses persalinan.

2) Timbang berat badan

Pertambahan berat badan bila lebih dari 15 kg selama

kehamilan dapat di indikasikan bahwa ibu mengalami preeklampsia

berat, diabetes melitus atau janin mengalami makrosomia

3) Ukur tekanan darah

Tanda vital yang terdiri dari tekanan darah perlu diperhatikan

jika lebih dari 140/90 mmHg karena dapat menjadi tanda dan gejala

dari pre eklampsia dan eklampsia jika tidak segera ditangani.


20

4) Ukur tinggi fundus uteri

Tujuan untuk mengetahui perkiraan ukuran tubuh bayi,

kecepatan perkembangan janin, serta posisi janin di dalam rahim saat

memasuki trimester kedua kehamilan. Pada kondisi normal,

ukuran tinggi fundus uteri tidak akan jauh berbeda dari usia kehamilan,

pada kehamilan trimester ketiga biasanya TFU mencapai pertengahan

antara prosesus xipoideus dan pusat.

5) Pemberian imunisasi TT lengkap

Imunisasi TT adalah pemberian imunisasi toksin kuman

tetanus yang telah dilemahkan lalu diberikan kepada wanita usia subur

dan ibu hamil sebagai usaha untuk memberikan perlindungan terhadap

penyakit tetanus neonatorum karena antibodi dihasilkan dan

diturunkan pada janin melalui plasenta.

Pemberian imunisasi TT pertama diberikan pada awal masa

sebelum kehamilan sampai usia 16 minggu, sedangkan imunisasi TT

yang kedua diberikan setelah 4 minggu kemudian lalu TT ketiga

diberikan 6 bulan setelah TT Kedua, TT keempat diberikan 1 tahun

setelah TT Ketiga, dan TT kelima diberikan 1 tahun setelah TT

keempat.

6) Pemberian tablet zat besi minimum 90 tablet selama hamil

Tablet zat besi (Fe) penting untuk ibu hamil karena memiliki

beberapa fungsi seperti menambah asupan nutrisi pada janin.


21

Mencegah anemia defisiensi zat besi. Mencegah pendarahan saat masa

persalinan.

7) Tes terhadap penyakit seksual menular

Penyakit menular seksual (PMS) yang terjadi pada ibu hamil

tidak hanya berbahaya bagi sang ibu, tetapi juga bisa

mengganggu janin. PMS bisa menyebabkan janin tidak berkembang,

lahir cacat, gugur, atau lahir prematur.

8) Temu wicara dan konseling dalam rangka rujukan.

Tujuan dalam tahap rangka temu wicara ini sendiri sebagai

rangka dalam pencegahan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan

terhadap ibu.

9) Tes protein urine

Tujuan dari pemeriksaan protein urin sendiri untuk mendeteksi

adanya tanda-tanda pre eklamsia dan eklamsia sehingga dapat

mencegah terjadinya eklamsia pada ibu hamil.

10) Tes urine glukosa

Tujuan utama tes ini untuk mengetahui apakah

wanita hamil tersebut menderita diabetes gestasional, yakni kondisi

naiknya kadar glukosa darah.

11) Tes Hemoglobin

Fungsi dari pemeriksaan kadar hemoglobin adalah untuk

mengetahui apakah ibu mengalami kekurangan darah atau tidak agar

dapat mencegah ibu dan janin mengalami komplikasi. Pada kehamilan


22

trimester III terjadi hemodilusi dan dikatakan anemia jika

kadar hemoglobin <11 gr/dL .

12) Senam hamil

Pada primigravida, tujuan utama dari program senam hamil

adalah membantu ibu untuk latihan relaksasi yang dilakukan oleh ibu

yang mengalami kehamilan sejak 23 minggu sampai dengan masa

kelahiran.

13) Pemberian obat malaria

Manfaat pemberian obat malaria pada ibu hamil sebagai upaya

pencegahan penyakit malaria pada ibu hamil, karena infeksi ini dapat

meningkatkan kejadian morbiditas dan mortalitas ibu maupun janin.

14) Pemberian obat gondok

Penyakit ini dapat menimbulkan beberapa risiko

gangguan pada kehamilan yang tidak boleh dianggap remeh.

Gangguan tersebut di antaranya adalah : Berat lahir bayi rendah.

Berisiko kelahiran prematur.

i. Pengkajian Yang Perlu diperhatikan pada kehamilan Primigravida

Pada primigravida ada beberapa pengkajian yang harus di lakukan

adalah pengkajian data subjektif secara menyeluruh mulai dari Keluhan

utama / alasan berkunjung. Riwayat obstetri dan riwayat ginekologi,

Riwayat menstruasi, Riwayat kehamilan sekarang, Pola makan dan minum,

Riwayat perkawinan, Pola fungsional kesehatan, Riwayat kontrasepsi,

Riwayat kesehatan sekarang, Riwayat alergi.dan pola Kebiasaan serta yang


23

harus ditekankan adalah Keadaan psikososial dan spiritual, dan persiapan

persalinan (Buku Praktikum Asuhan Kebidanan Kehamilan,2016).

Di dalam Buku Praktikum Asuhan Kebidanan Kehamuilan (2016),

Pada pemeriksaan fisik juga, harus dilakukan secara lengkap mengingat ini

merupakan kehamilan pertama ibu, sehingga hal yang sangat penting

dilakukan adalah melakukan pemeriksaan lingkar panggul, karena

pemeriksaan ini menunjang apakah ibu bisa melahirkan secara spontan

atau tidak. Nilai lingkar panggul normal sendiri terbagi menjadi 3 macam,

yaitu :

1) Distansia Spinarum minimal 23-26 cm.

2) Distansia Kristarum minimal 28-30cm

3) Konjugata Eksterna minimal 18-20cm.

Pada primigravida pengkajian psikologis merupakan hal yang

harus dilakukan oleh seorang bidan, karena biasanya pada primigravida

akan mengalami berbagai kecemasan yang akan lebih berlebih daripada

ibu dengan multigravida, dalam pengkajian psikologis, seorang bidan

dapat menanyakan riwayat pernikahan ibu, bagaimana keadaan sosial ibu,

bagaimana keadaaan spiritual ibu dan tidak lupa bidan harus menanyakan

riwayat adat istiadat dalam lingkungan keseharian ibu (Sri, 2016).

Pengkajian ini tidak boleh dilewatkan karena dalam pengkajian ini

seorang bidan akan membantu mendeteksi tanda bahaya kehamilan dan

kemungkinan terjadinya komplikasi saat persalinan yang diakibatkan oleh

gangguan psikologis ibu ( Heni & Sri, 2016).


24

j. Standar Indeks Massa Tubuh (IMT)

Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI)

merupakan alat atau cara sederhana untuk memantau status gizi orang

dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat

badan (Supariasa, 2016).

Indeks Massa Tubuh di definisikan sebagai berat badan seseorang

dalam kilogram dibagi tinggi badan dalam meter (kg/m2 ) (Irianto, 2017).

Pada saat ini Indeks Massa Tubuh (IMT) menjadi salah satu faktor

dalam penentuan dan penilaian gizi ibu hamil ( Anggraeny dan

Ariestiningsih, 2017). Perempuan yang memiliki IMT < 18,5 sebelum

hamil akan mengurangi kemampuan untuk memenuhi kebutuhan saat

hamil, status gizi yang tidak adekuat baik sebelum hamil maupun saat

hamil dapat mempengaruhi asupan nutrisi janin yang berefek pada

pertumbuhan janin dengan adanya gangguan pertumbuhan yang

mengakibatkan terjadinya risiko melahirkan bayi dengan berat badan

rendah. Sedangkan bagi ibu yang memiliki IMT > 18,5 sebelum hamil

akan memiliki risiko terjadi diabetes militus gestasional, penyumbatan

pembuluh darah, persalinan dengan operasi sesar, preeklampsia,

keguguran, kelahiran prematur, melahirkan bayi dengan kelainan bawaan,

melahirkan bayi makrosomia atau bayi (Allert dan Nataliana, 2019).

Bagi ibu yang memiliki berat badan normal atau IMT 18,5-24,9

kg/m2 sebelum hamil, disarankan untuk menaikkan berat badan 11,3-15,9

kilogram selama hamil. Untuk ibu yang memiliki berat badan di atas
25

normal atau IMT 25-29,9 kg/m2, disarankan untuk menaikkan berat badan

6,8-11,3 kilogram (Cunningham, 2014).

Pada masa kehamilan, ibu yang memiliki IMT normal sebelum

hamil, disarankan untuk menaikkan berat badan sebesar 11,3-15,9

kilogram selama hamil (Mochtar, 2014).

Tabel 2.2 Indeks Massa Tubuh

Kategori Indeks Massa Tubuh

Kurus Kekurangan berat badan tingkat < 17,0


berat
Kekurangan berat badan tingkat 17,0 - <18,5
ringan
Normal 18,5-25,0
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat >25,0-27,0
ringan
Kelebihan berat badan tingkat >27,0
berat

k. Standar Kunjungan Antenatal Care (ANC)

Menurut Kemenkes RI (2020) Kunjungan ibu hamil adalah kontak

ibu hamil dengan tenaga profesional untuk mendapatkan pelayanan

Antenatalatal Care (ANC) sesuai standar yang ditetapkan. Standar

kunjungan ibu hamil minimal 6 kali selama kehamilan untuk mendapatkan

pelayanan ANC sesuai standar yang ditetapkan dengan syarat, kunjungan

pertama dan kedua (K1 dan K2), dilakukan dalam trimester pertama saat

usia kehamilan mulai dari minggu pertama kehamilan sampai dengan 13

minggu kehamilan. Kunjungan ketiga (K3), dilakukan satu kali dalam

trimester kedua diantara usia kehamilan 14-28 minggu, Kunjungan


26

keempat, kelima, dan keenam (K4, K5, dan K6), dilakukan dalam trimester

ketiga di antara usia kehamilan 28-40 minggu.

l. Skrining Deteksi Dini Resiko Ibu Hamil

Kartu Skor Poedji Rochjati (KSPR) adalah kartu skor yang

digunakan sebagai alat skrining antenatal berbasis keluarga untuk

menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya mempermudah

pengenalan kondisi untuk mencegah terjadi komplikasi obstetrik pada saat

persalinan. KSPR disusun dengan format kombinasi antara checklist dari

kondisi ibu hamil / faktor risiko dengan sistem skor. Kartu skor ini

dikembangkan sebagai suatu teknologi sederhana, mudah, dapat diterima

dan cepat digunakan oleh tenaga non profesional. Fungsi dari KSPR

adalah :

1) Melakukan skrining deteksi dini ibu hamil risiko tinggi.

2) Memantau kondisi ibu dan janin selama kehamilan.

3) Memberi pedoman penyuluhan untuk persalinan aman berencana

(Komunikasi Informasi Edukasi/KIE).

4) Mencatat dan melaporkan keadaan kehamilan, persalinan, nifas.

5) Validasi data mengenai perawatan ibu selama kehamilan, persalinan,

nifas dengan kondisi ibu dan bayinya.

Skor dengan nilai 2, 4, dan 8 merupakan bobot risiko dari tiap

faktor risiko. Sedangkan jumlah skor setiap kontak merupakan

perkiraan besar risiko persalinan dengan perencanaan pencegahan.

Kelompok risiko dibagi menjadi 3 yaitu:


27

1) Kehamilan Risiko Rendah (KRR) : Skor 2 (hijau)

2) Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) : Skor 6-10 (kuning)

3) Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) : Skor ≥ 12 (merah)

Terdapat 20 faktor risiko yang dibagi menjadi 3 kelompok

faktor risiko pada penilaian KSPR yaitu :

1) Kelompok Faktor Risiko I (Ada Potensi Gawat Obstetrik)1.

a) Primi muda : terlalu muda, hamil pertama usia 16 tahun atau

kurang

b) Primi Tua : terlalu tua, hamil usia ≥ 35 tahun.

c) Primi Tua Sekunder : jarak anak terkecil >10 tahun

d) Anak terkecil < 2 tahun : terlalu cepat memiliki anak lagi.

e) Grande multi : terlalu banyak memiliki anak, anak ≥ 46.

Umur ibu ≥ 35 tahun : terlalu tua.

f) Tinggi badan ≤ 145 cm : terlalu pendek, belum pernah

melahirkan normal dengan bayi cukup bulan dan hidup,

curiga panggul sempit.

g) Pernah gagal kehamilan.

h) Persalinan yang lalu dengan tindakan

i) Bekas operasi sesar

2) Kelompok Faktor Risiko II

a) Penyakit ibu : anemia, malaria, TBC paru, payah jantung,

dan penyakit lain.

b) Preeklampsia ringan
28

c) Hamil kembar

d) Hidramnion : air ketuban terlalu banyak

e) IUFD (Intra Uterine Fetal Death) : bayi mati dalam

kandungan.

f) Hamil serotinus : hamil lebih bulan (≥ 42 minggu belum

melahirkan)

g) Letak sungsang

h) Letak Lintang

3) Kelompok Faktor Risiko III

a) Perdarahan Antepartum : dapat berupa solusio plasenta,

plasenta previa, atau vasa previa.

b) Preeklampsia berat/eklampsia.

m. Kelas Ibu Hamil

Kelas ibu hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan

jumlah peserta masimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar

bersama, diskusi dan tukar pengalaman, tentang kesehatan ibu dan anak

(KIA) secara menyeluruh dan sistematis serta dapat dilaksankan secara

terjadwal dan berkesinambungan. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh

bidan/tenaga kesehatan dengan menggunakan paket kelas ibu hamil, yang

terdiri atas buku KIA, lembar balik (flip chart), pedoman pelaksanaan

kelas ibu hamil, pegangan fasilitator kelas ibu hamil, dan buku senam ibu

hamil. (Kemenkes RI, 2014). Tujuan kelas ibu hamil adalah untuk

meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar


29

memahami tentang pemeriksaan kehamilan agar ibu dan janin sehat,

persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi sehat, pencegahan

penyakit fisik dan jiwa, gangguan gizi dan komplikasi kehamilan,

persalinan dan nifas, serta bayi sehat, perawatan bayi baru lahir agar

tumbuh kembang optimal, serta aktivitas fisik ibu hamil (Kemenkes RI,

2014). Beberapa keuntungan kelas ibu hamil antara lain (Kemenkes RI,

2014). Materi diberikan secara menyeluruh dan terencana sesuai dengan

pedoman kelas ibu hamil yang memuat mengenai pemeriksaan kehamilan

agar ibu dan janin sehat, persalinan aman, nifas nyaman, ibu selamat, bayi

sehat, pencegah penyakit, komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar

ibu dan bayi sehat, perawatan bayi baru lahir agar tumbuh kembang

optimal serta aktifitas fisik ibu hamil.

n. Kewenangan Bidan

Kewenangan bidan, menurut UU Kebidanan No.4 Th 2019 meliputi

pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan

reproduksi dan keluarga berencana, pelaksanaan tugas atas pelimpahan

wewenang, dan pelaksanaan tugas dalam keterbatasan tertentu. Dilakukan

di tempat Praktik Mandiri Bidan dan atau di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

lainnya. harus dilakukan sesuai dengan kompetensi dan kewenangan serta

mematuhi kode etik, standar profesi, standar pelayanan dan standar

prosedur operasional.
30

2. Konsep Dasar Teori Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban

keluar dari uterus ibu. Persalianan dianggap normal jika prosesnya terjadi

pada usia kehamilan cukup bulan (diantara 37-42 minggu) tanpa disertai

adanya penyulit. Proses persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang

teratur dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)

dan berakhirnya dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Kumalasari,

2015).

Lamanya kala I pada primigravida dapat mencapai 12 Jam, lebih

lama dari pada pasien multigravida yang hanya membutuhkan 8 jam.

pada,hal ini terjadi karena mekanisme pembukaan serviks/leher rahim yang

berbeda antara keduanya. Persalinan di mulai sejak uterus berkontraksi dan

menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Sondakh, 2015)..

b. Jenis-Jenis Persalinan

Menurut Kusumawardani (2019) jenis-jenis persalinan dibagi

menjadi tiga, diantaranya adalah :

1) Persalinan spontan, adalah suatu proses persalinan secara langsung

menggunakan kekuatan ibu sendiri.

2) Persalinan buatan adalah suatu proses persalinan yang berlangsung

dengan bantuan atau pertolongan dari luar, seperti: ekstraksi forceps

(vakum) atau dilakukan operasi section caesaerea.


31

3) Persalinan anjuran adalah persalinan yang terjadi ketika bayi sudah

cukup mampu bertahan hidup diluar rahim atau siap dilahirkan. Tetapi,

dapat muncul kesulitan dalam proses persalinan, sehingga

membutuhkan bantuan rangsangan dengan pemberian pitocin atau

prostaglandin.

c. Persalinan pada ibu dengan kehamilan postdate

Untuk penatalaksanaan pada kehamilan postdate dapat dilakukan

dengan pengelolaan secara aktif , yaitu dengan melakukan persalinan

melalui proses induksi persalinan di antara 41-42 minggu usia kehamilan

agar dapat memperkecil risiko pada ibu dan janin, dimana selama

dilaksanakan pengelolaan secara aktif keadaan ibu dan kesejahteraan janin

terus di pantau dengan ketat (Saifuddin,2014).

d. Perubahan Fisiologis Saat Persalinan

Menurut Dwi Lestari (2015) terdapat beberapa perubahan fisiologis

yang terjadi saat menjelang proses persalinan, beberapa hal tersebut

adalah :

1) Metabolisme, Peningkatan metabolisme terjadi karena peningkatan

metabolisme yang terus-menerus berlanjut sampai kala dua disertai

upaya meneran pada ibu menambah aktivitas otot-otot rangka untuk

memperbesar peningkatan metabolisme.

2) Tekanan darah, tekanan darah dapat meningkat 15 sampai 25 mmHg

selama kontraksi kala dua. Upaya meneran pada ibu juga

mempengaruhi tekanan darah, menyebabkan tekanan darah meningat


32

kemudian menurun dan pada akhirnya berada sedikit di atas normal.

Rata-rata peningkatan tekanan darah 10 mmHg di antara kontraksi

ketika wanta meneran merupakan hal yang normal.

3) Denyut nadi, frekuensi denyut nadi ibu bervariasi pada tiap kali upaya

meneran. Secara keseluruhan, frekuensi nadi meningkat selama kala

dua persalinan disertai takikardi yang nyata ketika mencapai puncak

pada saat pelahiran.

4) Suhu, peningkatan suhu tertinggi terjadi pada saat pelahiran dan

segera setelahnya. Peningkatan normal adalah 1 sampai 2 derajat F

(0,5 samapai 1 derajat C).

5) Pernafasan, pernafasan sama seperti pada saat kala satu persalinan.

6) Perubahan gastrointestinal, penurunan motilitas lambung dan absorbs

yang hebat berlanjut sampai kala dua. Biasanya mual dan muntah pada

transisi mereda selama kala dua persalinan, tetapi dapat terus ada pada

beberapa wanita. Normalnya muntah terjadi hanya sekali. Muntah

secara konstan dan menetap selama persalinan merupakan hal yang

abnormal dan mungkin merupakan indikasi komplikasi obstetric,

seperti rupture uterus atau toksomia.

e. Lima Benang Merah Dalam Persalinan

Menurut Lima aspek dasar lima benang merah yang penting dan

saling terkait dalam asuhan persalinan menurut JNPK-KR (2017), adalah :


33

1) Membuat keputusan klinik

Membuat keputusan merupakan proses yang menentukan

untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang

diperlukan oleh pasien.Keputusan ini harus akurat, komprehensif dan

aman, baik bagi pasien dan keluarganya maupun petugas yang

memberikan pertolongan.

2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi

Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya,

kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan

sayang ibu adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga

selama proses persalinan dan kelahiran bayi.

3) Pencegahan infeksi

Tindakan pencegahan infeksi (PI) tidak terpisah dari

komponen komponen lain dalam asuhan selama persalinan dan

kelahiran bayi. Tindakan ini harus diterapkan dalam setiap aspek

asuhan untuk melindungi ibu, bayi baru lahir,keluarga, penolong

persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi

karena bakteri, virus dan jamur. Dilakukan pula upaya untuk

menurunkan risiko penularan penyakit-penyakit berbahaya yang

hingga kini belum ditemukan pengobatannya, seperti HIV/AIDS dan

Hepatitis.
34

4) Pencatatan/dokumentasi

Pencatatan adalah bagian penting dari proses pembuatan

keputusan klinik karena memungkinkan penolong persalinan untuk

terus memperhatikan asuhan yang diberikan selama proses persalinan

dan kelahiran bayi. Catat semua asuhan yang diberikan kepada ibu

atau bayinya. Hal yang penting diingat yaitu identitas ibu, hasil

pemeriksaan,diagnosis, dan obat – obatan yang diberikan dan

partograf adalah bagian terpenting dari proses pencatatan selama

persalinan.

5) Rujukan

Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas

rujukan ataufasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan

mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir. Meskipun

sebagian besar ibu akan menjalani persalinan normal namun sekitar

10-15% diantaranya akan mengalami masalah selama proses

persalinan dan kelahiran bayi sehingga perlu dirujuk ke fasilitas

kesehatan rujukan. (JNPK-KR, 2017).

f. Fisiologis Persalinan

Selama kehamilan, didalam tubuh perempuan terdapat dua hormon

yang dominan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon esterogen

berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta memudahkan

penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

prostaglandin, dan mekanis. Sedangkan, hormon progesteron berfungsi


35

untuk menurunkan sensitivitas otot rahim, menghambat rangsangan dari

luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin dan mekanis serta

menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi (Sondakh, 2015).

Menurut Saiffuddin (2014) Penyebab terjadinya persalinan

dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

1) Teori Keregangan, Otot rahim mempunyai kemampuan meregang

dalam batas tertentu. Setelah batas waktu tersebut terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai. Keadaan uterus terus membesar

dan menjadi tegang yang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus.

2) Teori Penurunan Progesteron, Proses penuaan plasenta terjadi mulai

umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat

sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.

Produksi progesteron mengalami penurunan sehingga otot rahim lebih

sensitivitas terhadap oksitosin. Akibatnya, otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

3) Teori Oksitosin Internal, Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis

pars posterior. Perubahan keseimbangan esterogen dan progesteron

dapat mengubah sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi

kontraksi Braxton Hicks. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat

tuanya usia kehamilan menyebabkan oksitosin meningkatkan aktifitas

sehingga persalinan dimulai.

Menurut Varney (2016), tahapan dalam proses persalinan yang

akan dilalui oleh seorang ibu, antara lain:


36

1) Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang

teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatannya) hingga serviks

membuka lengkap (10 cm) pada primigravida lama kala 1 berkisar

sekitar 12 Jam, namun pada primigravida jika persalinan kala 1

lebih dari 24 jam maka dikatakan kala 1 memanjang.

Tanda-tanda persalinan:

a) Terjadi his persalinan

Sifat dari his palsu terdiri dari kontraksi uterus yang

sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan pada serviks.

Pada primigravida kontraksi palsu ini dapat terjadi berhari-

hari bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan sejati.

His persalinan mempunyai sifat nyeri karena

disebabkan oleh anoxia dari sel-sel otot waktu kontraksi,

perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari

penderita yang ditentukan oleh keadaan jiwanya. Lamanya

kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75 detik. Kekuatan

kontraksi menimbulkan naiknya tekanan intrauterine sampai

35 mmHg. Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam

10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit.

b) Terjadinya pengeluaran lendir bercampur darah

Lightening yang mulai dikira-kira dua minggu

sebelum persalinan yaitu saat penurunan bagian persentasi

bayi ke dalam pelvis minor. Wanita sering disebut lightening


37

sebagai tanda bagian terendah sudah turun, namun hal ini

menimbulkan rasa tidak nyaman akibat tekanan bagian

persentasi di area pelvis minor.

Bloodshow paling sering terlihat sebagai rabas lender

bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dari

perdarahan murni. Hal ini merupakan tanda persalinan yang akan

terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48 jam.

Penipisan dan pembukaan serviks dan pecahnya kantong

ketuban, proses membukanya servik sebagai akibat his dibagi

dalam 2 fase, yaitu:

a) Fase laten (stadium saat tubuh ibu mulai menuju persalinan

atau dimulai sejak awal berkontraksi yang menyebabkan

penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap):

berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat

sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

b) Fase aktif dibagi dalam 3 fase, yaitu : Fase akselerasi dalam

waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. Fase dilatasi

maksimal dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat

cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm. Fase deselerasi, pembukaan

menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9

menjadi lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai

pembukaan 4cm disebut ketuban pecah dini.


38

2) Kala II Persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah

lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II juga

disebut sebagai kala pengeluaran bayi. Gejala dan tanda kala dua

persalinan yaitu Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan

pada rectum dan atau vaginanya, perineum menonjol, vulva-

vagina dan sfingter ani membuka dan meningkatnya pengeluaran

lendir bercampur darah. Pada primigravida dikatakan kala 2

memanjang jika lama persalinan lebih dari 2 jam.

3) Kala III Persalinan Persalinan kala tiga dimulai setelah lahirnya

bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban.

Biasanya plasenta lepas dalam 6-15 menit setelah bayi lahir dan

keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri.

Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah. Tanda

lepasnya yaitu pertama adanya perubahan bentuk dan tinggi

fundus, Kedua, tali pusat memanjang. Tali pusat terlihat menjulur

keluar vulva (tanda Ahfeld) dan ketiga, semburan darah mendadak

dan singkat. Darah yang terkumpul di belakang.

4) Kala IV Persalinan Mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2

jam. Dalam kala itu diamati, apakah terjadi perdarahan

postpartum.
39

g. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

Menurut Moudy E (2016), Dalam proses persalinan terdapat

beberapa 5 faktor yang dapat mempengaruhi perjalanan atau proses

persalinan tersebut, 5 faktor tersebut biasanya disingkat sebagai 5P, yaitu:

1) Power (Kekuatan), adalah kekuatan yang mendorong janin keluar dari

dalam rahim, kekuatan tersebut adalah His ( kontraksi otot rahim ),

kontraksi otot dinding perut, kontraksi dengan diafragma pelvis atau

kekuatan mengejan dari ibu sendiri.

2) Passenger (Janin dan Plasenta), Faktor janin, yang meliputi sikap

janin, letak, presentasi, bagian terbawah, dan posisi janin.

a) Sikap (Habitus), Menunjukan hubungan bagian-bagian janin

dengan sumbu janin, biasanya terhadap tulang punggungnya.

Janin umumnya berada dalam sikap fleksi, dimana kepala, tulang

punggung, dan kaki dalam keadaan fleksi, lengan bersilang di

dada.

b) Letak janin, Adalah keadaan dimana sumbu janin berada

berhadapan dengan sumbu ibu, misalnya Letak Lintang, yaitu

sumbu janin tegak lurus pada sumbu ibu. Letak, membujur, yaitu

sumbu janin sejajar dengan sumbu ibu, ini bisa berupa letak

kepala atau letak sungsang.

c) Presentasi, Dipakai untuk menentukan bagian janin yang ada di

bagian bawah rahim, yang dijumpai ketika palpasi atau


40

pemeriksaan dalam. Misalnya presentasi kepala, presentasi

bokong, presentasi bahu, dan lain-lain..

d) Posisi janin, Untuk menetapkan arah bagian terbawah janin

apakah sebelah kanan, kiri, depan, belakang terhadap sumbu ibu

(material-pelvis). Misalnya pada letak belakang kepala (LBK)

ubun-ubun kecil (UUK) kiri depan, UUK kanan belakang.

3) Passage (Jalan Lahir), Yang paling penting dan menentukan proses

persalinan adalah pelvis minor, yang terdiri dari susunan tulang yang

kokoh dihubungkan oleh persendian dan jaringan ikat yang kuat. Jalan

lahir adalah pelvis minor atau panggul kecil. Panggul ini terdiri dari

Pintu Atas Panggul (PAP), bidang terluas panggul, bidang sempit

panggul, dan Pintu Bawah Panggul (PBP).

4) Psychology (Psikis), Dalam persalinan keadaan psikis ibu akan sangat

berpengaruh daya kerja otot-otot. Jika seorang ibu menghadapi

persalinan dengan rasa tenang dan sabar, maka persalinan akan terasa

mudah, tetapi jika ibu menghadapi persalinan dengan rasa takut dan

cemas, maka hal tersebut akan menghalangi proses persalinan.

5) Penolong, Dalam proses persalinan ibu tidak mengerti apa yang

dinamakan dorongan ingin mengejan asli atau yang palsu. Untuk itu,

seorang bidan dapat membantunya mengenali hal tersebut. Dan dalam

tahap ini, bidan sebagai penolong bertugas untuk membantu ibu secara

penuh, mulai dari menenangkan ibu, mengajarkan ibu cara meneran

yang benar, dan sampai dengan proses persalinan ibu selesai.


41

h. Mekanisme Persalinan

Menurut Hilda (2014) Mekanisme persalinan normal terbagi dalam

beberapa tahap yaitu dimulai dari gerakan kepala janin di dasar panggul

yang diikuti dengan lahirnya seluruh anggota badan bayi :

1) Engagement (penguncian)

Pada minggu – minggu akhir kehamilan atau pada saat

persalinan dimulai kepala masuk lewat PAP, umumnya dengan

presentasi biparietal (diameter lebar yang paling panjang berkisar 8,5

– 9,5 cm) atau 70% pada panggul ginekoid. Masuknya kepada pada

primi terjadi pada bulan terakhir kehamilan. Kepala masuk panggul

dengan sumbu kepala janin tegak lurus dengan pintu atas panggul

(sinklitismus) atau miring/membentuk sudut dengan pintu atas panggul.

2) Desent (Penurunan kepala)

Terjadi selama proses persalinan karena daya dorong dari

kontraksi uterus yang efektif, posisi, serta kekuatan menean dari

pasien

3) Fleksi

Terjadi fleksi penuh/semprna sumpu panjang kepala sejajar

sumbu panggul sehingga membantu penurunan kepala senjutnya.

Fleksi : kepala janin fleksi, dagu menempel ke toraks, posisi kepala

berubah dari diameter oksipito – frontalis (puncak kepala) menjadi

diameter suboksipito bregmatikus (belakang kepala). Dengan majunya

kepala maka fleksi bertambah sehingga ukuran kepala yang melalui


42

jalan lahir lebih kecil (diameter suboksipito – bregmatika

menggantikan suboksipito – frontalis). Fleksi terjadi karena anak

didorong maju, sebaliknya juga mendapat tahanan dari PAP, serviks,

dinding panggul/dasar panggul.

4) Internal Rotation (Putaran paksi dalam)

Rotasi interna (putaran paksi dalam) selalu disertai turunnya

kepala, putaran ubun-ubun kecil ke arah depan (kebawah simfisis

pubis), membawa kepala melewati distansia interspinarum dengan

diameter biparietalis. Perputaran kepala (penunjuk) dari samping ke

depan atau kearah posterior (jarang) disebabkan; his selaku

tenaga/gaya pemutar; ada dasar penggul beserta otot-otot dasar

panggul selaku tahanan. Bila tidak terjadi putaran paksi dalam

umumnya kepala tidak turun lagi dan persalinan diakhiri dengan

tindakan vakum ekstraksi.

Pemutaran bagian depan anak sehingga bagian terendah

memutar ke depan ke bawah simfisis. Putar paksi dalam terbagi

menjadi tiga macam jenis putaran yaitu :

a) Mutlak perlu terjadi, karena untuk menyesuaikan dengan bentuk

jalan lahir.

b) Terjadi dengan sendirinya, selalu bersamaan dengan majunya

kepala.

c) Tidak terjadi sebelum sampai Hodge III


43

Sebab-sebab putaran paksi dalam : Pada letak fleksi bagian

belakang kepala merupakan bagian terendah; Bag terendah

mencari tahanan paling sedikit, yaitu di depan atas (terdapat

hiatus genitalis); Ukuran terbesar pada bidang tengah panggul

diameter anteroposterior.

5) Extension

Dengan kontraksi perut yang benar dan adekuat kepala makin

turun dan menyebabkan perincum distensi. Pada saat ini puncak

kepala berada di simfisis dan dalam keadaan begini kontraksi perut

ibu yang kuat mendorong kepala ekspulsi dan melewati introitus

vaginae.

Defleksi dari kepalaa sehingga pada kepala terdapat 2 kekuatan

yang bekerja yaitu yang mendesak kepala ke bawah dan tahanan dasar

panggul yang menolak ke atas resultantenya kekuatan ke depan atas

Pusat pemutaran.

6) External Rotation (Restitution)

Setelah seluruh kepala sudah lahir terjadi putaran kepala ke

posisi pada saat engagement. Dengan demikian bahu depan dan

belakang dilahirkan lebih dahulu dan diikuti dada, perut, bokong dan

seluruh tungkai.
44

7) Ekspulsi

Setelah putaran paksi luar bahu depan dibawah simfisis

menjadi hipomoklion kelahiran bahu belakang, bahu depan menyusul

lahir, diikuti seluruh badan anak : badan (toraks, abdomen) dan lengan,

pinggul/tronkanter depan dan belakang, tungkai dan kaki.

i. 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

Menurut Nurjasmi, dkk (2016) penatalksanaan Asuhan Persalinan

Normal tergabung menjadi 60 Langkah, yaitu :

Tabel 2.2 60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

No. Jenis Tindakan


1. Mengenali gejala dan tanda kala II
a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.
b) Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada
rektum dan vagina.
c) Perineum menonjol.
d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka

2. Menyiapkan pertolongan persalinan


Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial
siap digunakan. Mematahkan ampul oxitosin 10 unit dan
menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus
set.
3. Memakai alat perlindungan diri seperti memakai celemek
plastik,topi, masker, kacamata, sepatu tertutup.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku,
mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang
mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali
pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua
pemeriksaandalam.
6. Memasukkan oksitosin kedalam tabung suntik (dengan
menggunakan sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkan
kembali di partus set/wadah DTT atau atau steril tanpa
mengontaminasi tabung suntik.
7. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik
Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-
hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau
45

kasa yangdibasahi cairan DTT


a. Jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi
oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama
dengan cara menyeka dari depan ke belakang.
b. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam
wadah yang benar-benar
c. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi
(meletakkan
kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam
larutan
8. Dengan menggunakan tekhnik aseptik, melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.
(Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan
sudah lengkap, maka lakukan amniotomi).
9. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan
tangan yang masih memakai sarung tangan kotor ke dalam
larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam
keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin
0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi berakhir untuk memastikan
bahwa DJJ dalam batas normal (100-160 kali/menit).
a. Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b. Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ,
dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada
partograf
11. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses
bimbinganmeneran
Memberitahu ibu bahwa pembukaan lengkap dan keadaan
janin baik. Membawa ibu berada dalam posisi yang nyaman
sesuai
dengan keinginannya.
12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu
untuk
meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi
setengahduduk dan pastikan ia merasa nyaman)
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan
yang kuat untuk meneran:
a. Bimbing, dukung dan beri semangat
b. Anjurkan ibu untuk istirahat diantara kontraksi
c. Berikan cukup asupan cairan per oral (minum)
d. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
Rujuk jika belum lahir atau tidak segera lahir setelah 120 menit
(2jam) meneran pada primigravida dan 60 menit (1 jam) pada
Multigravida
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil
46

posisi
yang nyaman jika ibu belum merasa ada dorongan untuk
menerandalam selang waktu 60 menit.
15. Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6
cm, letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk
mengeringkan bayi
16. Meletakkan kain yang bersih dilipat sepertiga bagian di
bawahbokong ibu.
17. Membuka partus set, perhatikan kembali kelengkapan alat
danbahan
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19. Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernafas
cepat saat kepala lahir
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
a. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
b. Jika tali pusat melilit leher janin dengan kuat, klem tali
pusatdidua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19. Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain
bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernafas
cepat saat kepala lahir
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
c. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
d. Jika tali pusat melilit leher janin dengan kuat, klem tali
pusatdidua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
18. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
19. Menolong kelahiran bayi
Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm,
47

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain


bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi
untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau
bernafas
cepat saat kepala lahir
20. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi, dan meneruskan segera proses
kelahiran bayi.
e. Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan
lewat bagian atas kepala bayi.
f. Jika tali pusat melilit leher janin dengan kuat, klem tali
pusatdidua tempat dan potong diantara kedua klem tersebut.
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke
arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke
arah luar
untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua
mata
kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25. Penanganan bayi baru lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan
bayi di tempat yang memungkinkan)
26. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan
bagiantubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Letakkanbayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
48

dalam uterus (hamil tunggal).


28. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus
dapatberkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit IM (Intra Muskular) dipaha atas bagian distal lateral
(lakukan
aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
21. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara
spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara
biparietal. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi
berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke
arah luar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis
dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan ke
arah luar
untuk melahirkan bahu posterior
23. Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai
kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum,
membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut.
Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati
perineum, gunakan
lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat
dilahirkan.
24. Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada
di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk
menyangganya saat punggung kaki lahir. Memegang kedua
mata
kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki.
25. Penanganan bayi baru lahir
Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian
meletakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi
sedikit lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu
pendek, meletakkan
bayi di tempat yang memungkinkan)
26. Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari muka, kepala dan
bagiantubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan
verniks.
Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering.
Letakkanbayi di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi
dalam uterus (hamil tunggal).
28. Beritahu ibu bahwa ia akan di suntik oksitosin agar uterus
dapatberkontraksi dengan baik.
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin
10 unit IM (Intra Muskular) dipaha atas bagian distal lateral
(lakukan
49

aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).


30. Menjepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm dari pusat
bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulah dari klem ke arah ibu
danmemasang klem kedua 2 cm dari klem pertama(ke arah ibu).
31. Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat, yaitu:
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit
(lindungi perut bayi) dan lakukan pengguntingan tali pusat
di antara 2 klem tersebut. Lakukan pemotongan tali pusat
dalam waktu 2 menit, karena pada waktu itu masih ada
proses auto tranfusi.
b. Mengikat tali pusat dengan klem plastik/benang DTT.
c. Melepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang
disediakan
32. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu
untuk
memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
33. Penatalaksanaan aktif kala III
Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm
darivulva.
34. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu di tepi
atas
simfisis untuk mendeteksi perlekatan plasenta pada dinding
uterus, sementara tangan yang lain menegangkan tali pusat.
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus kearah belakang-
atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mencegah inversio
uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan
penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya, kemudian ulangi prosedur diatas. Jika uterus tidak
berkontraksi dengan baik; minta ibu , suami, atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
36. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang
atas (dorso kranial) secara hati-hati.
Melakukan penegangan dan dorongan dorso kranial hingga
plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil menarik tali pusat
dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas
mengikuti poros jalan lahir (sambil tetap melakukan tekanan
dorso kranial).
37. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta
dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput
ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta
pada wadah yang telah disediakan. Jika terdapat selaput
ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
50

melakukan eksplorasi sisa selaput, kemudian gunakan jari-jari


tangan atau klem steril untuk
mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
38. Segera setelah plasenta dan selaput kertuban lahir, lakukan
masase uterus. Meletakkan telapak tangan di fundus dan
lakukan masase
dengan gerakan melingkar hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus
tidak berkontraksi setelah 15 detik tindakan masase.
39 Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami
persarahan aktif.
40. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami
persarahan aktif.
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi
perdarahan per vaginam.
42. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke
dalamlarutan klorin 0,5%. Membilas kedua tangan yang masih
bersarung tangan tersebut dengan air DTT dan
mengeringkannya dengan
kain yang bersih dan kering.
43. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan kandung
kemih
kosong.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan massase uterus dan
menilaikontraksi.
45. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
46. Memeriksa tekanan darah, nadi ibu dan keadaan kandung
kemih
setiap 15 menit selama 1 jam pertama pascapersalinan
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bayi bernafas dengan baik
(40-
60 x/menit).
48. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (selama 10 menit). Cuci
dan bilas
peralatan setelah didekontaminasi
49. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah
yang
sesuai.
50. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Bersihkan sisa
cairan ketuban, lendir, dan darah. Bantu ibu memakai pakaian
yang bersih dan kering.
51. Pastikan ibu merasa nyaman, bantu ibu memberikan ASI.
51

Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan


yang diinginkan
52. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%
53. Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin
0,5%,
balikkan bagian dalam keluar, rendam dalam klorin 0,5%
selama10 menit.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
55. Pakai sarung tangan bersih/DTT untuk melakukan
pemeriksaanfisik pada bayi.
56. Dalam 1 jam pertama, beri salep mata/tetes mata profilaksis
infeksi, vitamin K 1 mg IM dipaha kiri bawah lateral,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan bayi, nadi dan
temperatur.
57. Setelah 1 jam pemberian vitamin K, berikaan suntikan
imunisasi
hepatitis B dipaha kanan bawah lateral.
58. Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan
rendam
didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir
kemudian
keringkan dengan handuk.
60. Dokumentasi (Lengkapi partograf)

j. Penapisan Ibu Bersalin

Menurut Heni (2020), Penapisan ibu bersalin adalah suatu upaya

pengenalan dini terhadap masalah dan penyulit pada ibu bersalin, dimana

penolong harus selalu waspada dengan segala kemungkinan yang terjadi,

berikut merupakan penapisan ibu bersalin apabila terdapat salah satu atau

lebih tanda atau penyulit persalinan dibawah ini maka pasien harus segera

dirujuk, berikut merupakan tabel penapisan ibu bersalin :

Tabel 2.3 Penapisan Ibu Bersalin

No. Penyulit YA TIDAK


1. Riwayat Bedah Caesar
2. Perdarahan Pervaginam
52

3. Persalinan Kurang Bulan


(Usia Kehamilan <36
Minggu)
4. Ketuban Pecah dengan
Mekonium yang kental
5. Ketuban pecah dini >24 Jam
6. Ketuban Pecah Pada
Persalinan kurang bulan <37
Minggu usia kehamilan
7. Ikterus
8. Anemia Berat
9. Tanda Gejala Infeksi
10. Preeklamsi/hipertensi dalam
kehamilan
11. Tinggi fundus mencapai
40cm atau lebih
12. Gawat Janin
13. Primipara dalam fase aktif
dengan palpasi kepala janin
masih 5/5
14. Presentasi bukan belakang
kepala
15. Presentasi Majemuk
16. Kehamilan Gameli
17. Tali Pusat Menumbung
18. Syok
Sumber : Heni,2020

k. Penyulit Persalinan.

Penyulit persalinan adalah kelainan yang mempengaruhi jalan

persalinan sehingga memerlukan intervensi persalinan untuk mencapai

well born baby dan well health mother, menyebutkan penyulit persalinan

sebagai persalinan abnormal yang ditandai dengan kelambatan atau tidak

adanya kemajuan proses persalinan dalam ukuran satuan waktu tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, penyulit persalinan merupakan

persalinan abnormal yang memerlukan intervensi pertolongan persalinan


53

yang lebih kompleks dibandingkan dengan persalinan normal untuk

mencegah terjadinya kematian ibu dan bayi pasca persalinan (Dwi

Lestari,2015).

Hambatan dalam persalinan normal sering muncul oleh karena

adanya faktor-faktor risiko yang kurang terdeteksi dengan baik pada masa

kehamilan sehingga sering terjadinya persalinan macet atau persalinan

lama. Persalinan lama atau distosia (penyulit) merupakan persalinan yang

gagal berjalan secara normal dan menyebabkan kesulitan pada ibu dan bayi,

jika persalinan tidak lengkap atau selesai dalam 18 jam pada primipara

(wanita yang pertama kali hamil) dan 12 jam pada multipara (wanita yang

pernah melahirkan sebelumnya) (Dwi Lestari,2015).

l. Bishop Score

Pada kasus kehamilan postdate untuk melaksanakan

penatalaksanaan pengelolaan secara aktif perlu dilakukan penilaian Score

Bishop terlebih dahulu. Score Bishop merupakan sebuah penilaian untuk

menentukan tingkat kematangan serviks dan responnya terhadap

pemberian induksi persalinan. Jika didapatkan bishop dengan score rendah

maka diartikan bahwa serviks masih belum matang dan resiko kegagalan

induksi masih sangat tinggi, tetapi jika score bishop tinggi diartikan

sebagai serviks sudah matang (Ripened) dan angka keberhasilan semakin

tinggi sehingga baru boleh dilanjutkan dengan induksi persalinan.

(Saifuddin, 2014).
54

Dalam penilaian score bishop terdapat lima indikator utamanya

mulai dari pembukaan serviks, pendataran serviks, penurunan kepala janin,

konsistensi serviks, dan posisi ostium uteri ( Nokar, 2020). Cara

pengggunaan score bishop ini sendiri adalah sebagai berikut :

Tabel 2.4 Score Bishop

Score Bishop
Score 0 1 2 3
Pembukaan 0 1-2 3-4 5-6
Pendataran 0-30% 40-50% 60-70% 80%
Station -3 -2 -1 +2
Konsistensi Keras Sedang Lunak Amat lunak
Posisi Posterior Tengah Anterion Anterior
Kategori Kemungkinan
Total Berhasil Gagal
Skor :
0-4 50-40% 40-50%
5-9 90% 10%
10-13 100% 0%
Keterangan :

Tambah 1 angka jika pasien memiliki riwayat pre-eklamsia dan normal

pada setiap riwayat partus, dan kurangi 1 angka jika pasien sedang

mengalami kehamilan dengan postdate , nullipara dan ketuban masuh

utuh (ECG, 2014).

m. Induksi Dalam Persalinan

Induksi dalam persalinan memiliki beberapa metode atau bentuk

yang dapat digunakan, Menurut Nokar (2020) persalinan dengan proses

induksi dapat menggunakan beberapa metode, antara lain :


55

1) Metode Steinche

Metode steinche merupakan sebuah metode induksi persalinan

dengan cara memanfaatkan ketenangan pasien di malam hari, sehingga

pada pagi hari pasien dapat dilakukan enema dengan caster oil, lalu

diberikan pil kinine 0,2 gram setiap jam sampai mencapai 1,2 gram ,

Setelah 1 jam dilanjutkan pemberian oxytocin 0,2 unit/jam sampai

tercapai kontraksi uterus yang adekuat. Namun pada saat ini metode

ini sudah sangat jarang sekali digunakan dan ditemui diberbagai

tempat pelayanan persalinan.

2) Metode Infus Oxytocin

Metode ini dapat digunakan dengan cara melakukan

pemberian oxytocin melalui intravena di drip dengan cairan kristaloid.

Oxytocin diberikan maksimal 5 unit perhari, pada awaal pemberian

oxytocin drip cairan kristalod diberikan 4 tetes permenit, lalu setelah

30 menit di naikan menjadi 8 tetes permenit sambil tetap memantau

keadaan ibu dan kesejahteraan janin, maksimal pemberian tetesan

oxytocin drip cairan kristaloid yaitu 20 tetes permenit sampai didapati

kontraksi yang adekuat.

3) Metode oxytocin sublingual

Metode ini menggunakan obat Sandopart sebagai tablet hisap

dibawah lidah dengan isi 50 unit oxytocin, tetapi metode ini tidak di

rekomendasikan karena unit oxytocin yang sangat tinggi sehingga

dikhawatirkan terjadi hiperkontraksi dan membahayakan ibu dan janin.


56

4) Pemecahan Ketuban

Cara kerja dari metode ini dengan cara pemecahan selaput

ketuban sehingga otot rahim lebih efektif berkontraksi, syarat

pemecahan ketuban sendiri yaitu pembukaan minimal 3 cm, tidak

terdapat kehamilan ganda, bagian terendah sudah masuk PAP dan

serviks sudah melunak.

n. Kebutuhan Ibu Bersalin

Saat menjelang persalinan bersalin ibu memiliki beberapa

kebutuhan yaitu :

1) Kebutuhan nutrisi dan cairan

Nutrisi dan hidrasi sangat penting selama proses persalinan

untuk memastikan kecukupan energi dan mempertahankan

kesimbangan normal cairan dan elektrolit bagi Ibu dan bayi. Cairan

isotonik dan makanan ringan yang mempermudah pengosongan

lambung cocok untuk awal persalinan (Buku Ajar Asuhan Kebidanan

Persalinan, 2019).

2) Personal Hygiene (Kebersihan Personal)

Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu

diperhatikan bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin,

karena personal hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman

dan relax, mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah

gangguan sirkulasi darah, mempertahankan integritas pada jaringan


57

dan memelihara kesejahteraan fisik dan psikis (Buku Ajar Asuhan

Kebidanan Persalinan, 2019).

3) Kebutuhan Istirahat

Hal ini dapat dilakukan selama tidak ada his (diselasela his).

Ibu bisa berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan

atau minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk

melepas lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur. Namun

pada kala II, sebaiknya ibu diusahakan untuk tidak mengantuk.

Istirahat yang cukup setelah proses persalinan dapat membantu ibu

untuk memulihkan fungsi alat-alat reproduksi dan meminimalisasi

trauma pada saat persalinan (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan,

2019).

4) Posisi dan Ambulasi

Bidan dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka

bidan sebaiknya tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran

ibu.Bidan harus memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi

persalinan dan posisi meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif

posisi persalinan dan posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak

efektif (Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan, 2019).

o. Standar Asuhan Kebidanan Dalam Persalinan

Tujuan dari pemberian asuhan kebidanan pada persalinan normal

adalah untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu
58

saat awal persalinan sampai dengan kelahiran dengan memperhatikan

riwayat selama kehamilan.

Penerapan partograf disetiap tindakan pelayanan kebidanan

memiliki tujuan untuk mendeteksi dini masalah dan penyulit dalam

persalinan sehingga dapat sesegera mungkin melakukan penatalaksanaan

masalah kegawatdaruratan ibu bersalin dalam keadaan yang optimal.

(Suwarli, Mobiliu, 2014). Dalam pelayanan persalinan ada empat standar

yaitu :

a) Standar 9 yaitu Asuhan persalinan kala satu

b) Standar 10 yaitu persalinan kala dua yang aman.

c) Standar 11 yaitu Penatalaksanaan aktif persalinan kala tiga

d) Standar 12 yaitu penanganan kala dua dengan gawat janin melalui

episiotomi.

3. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang memiliki berat badan lahir

antara 2500-4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis dan tidak

ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Rahardjo, 2014).

Bayi baru lahir dan neonatus meliputi umur 0-28 hari. Kehidupan

pada masa neonatus ini sangat rawan oleh karena itu memerlukan

penyesuaian fisiologis agar bayi di luar kandungan dapat hidup sebaik-

baiknya (Rahardjo, 2014).


59

b. Tanda bahaya bayi baru lahir

Menurut Marmi (2015), terdapat beberapa tanda bahaya bayi baru

lahir yang perlu diwaspadai :

1) Sianosis/kebiruan

2) Demam, Apabila suhu tubuh lebih dari 37,5 °C kondisi ini dikatakan

demam

3) Kedinginan/hipotermi, Bayi baru lahir mempunyai resiko kedinginan

karena luas permukaan bayi relatif lebih luas sehingga menggalami

paparan lebih banyak. Hipotermia adalah keadaan suhu tubuh bayi

dibawah 36,5°C.

4) Perdarahan

5) Jaundice / kuning, Kulit bayi terlihat berwarna kuning, warna kuning

ini terjadi karena penumpukan zat kimia yang disebut bilirubin.

Kuning bayi pada bayi akan berbahaya bila muncul kurang dari 24 jam

setelah lahir.

6) Diare yang disertai dengan gejala mata cekung dan kondisi tidak sadar,

jika kulit perut bayi dicubit kembali dengan lambat, hal ini

menandakan bahwa bayi mengalami kekurangan cairan dalam tahap

kronis

7) Muntah terus menerus

8) Tidak mau makan dan menyusui/kesulitan menyusui

9) Pus atau kemerahan pada umbilicus/tali pusat, mata dan kulit

10) Letargi / lemas / bayi lebih banyak tidur


60

c. Perubahan Fisiologis Bayi Baru Lahir

Menurut Sondakh (2014) Setiap bayi baru lahir akan mengalami

periode transisi, yaitu :

1) Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir), akan terjadi

pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali/menit) dan pernapasan

cuping hidung yang berlangsung sementara, retraksi, serta suara

seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat mencapai

180x/menit selama beberapa menit kehidupan. Setelah respon awal ini,

bayi baru lahir ini akan menjadi tenang, relaks, dan jatuh tertidur.

Tidur pertama ini (dikenal sebagai fase tidur.

2) Periode kedua reaktivitas, dimulai ketika bayi bangun, ditandai

dengan respons berlebihan terhadap stimulus, perubahan warna kulit

dari merah mudan menjadi agak sianosis, dan denyut jantung cepat.

Lendir mulut dapat menyebabkan masalah yang bermakna, misalnya

tersedak atau aspirasi, tercekik, dan batuk.

Adaptasi Pernapasan awal dipicu oleh faktor fisik, sensorik, dan kimia.

Faktor-faktor fisik, meliputi usaha yang diperlukan untuk

mengembangkan paru-paru dan mengisi alveolus yang kolaps

(misalnya perubahan dalam gradient tekanan). Faktor-faktor sensorik,

meliputi suhu, bunyi, cahaya, suara, dan penurunan suhu). Adaptasi

Kardiovaskuler, Sirkulasi perifer lambat yang menyebabkan

akrosianosis pada tangan, kaki, dan sekitar mulut). dan tingkat

aktivitas bayi
61

d. Periode Perkembangan Bayi Baru Lahir

1) Apgar Score

Menurut Mami dan Rahardjo (2015) penting untuk bidan

memantau keadaan pernafasan dan warna kulit bayi baru lahir setiap 5

menit sekali, penilaian ini dilakukan berdasarkan beberapa kriteria

yaitu dalam evaluasi nilai APGAR, klasifikasi dalam APGAR score

ditentukan berdasarkan nilai akhir yang diperoleh dari hasil

pemantauan APGAR score dimana jika nilai APGAR 0-3 maka

termasuk kategori asfiksia berat, nilai APGAR 4-6 asfiksia sedang dan

nilai 7-9 asfiksia ringan dan bayi normal dengan APGAR 10,

penilaian APGAR sendiri antara lain :

Tabel 2.4 APGAR SCORE

NILAI
TANDA 0 1 2
APPEARANCE Sianosis Sianosis hanya Seluruh
( WARNA di bagian Tubuh merah
KULIT ) ekstermitas muda
PULSE Tidak Ada Dibawah 120x/ menit
( DETAK 120x/ menit sampai
JANTUNG ) dengan
160x/menit
GRIMACE Tidak Ada Bergerak Bergerak
( TONUS OTOT ) tetapi lemah aktif
ACTIVITY Tidak Ada Merintih, Menangis
( AKTIVITAS ) menangis kuat
lemah
RESPIRATION Tidak Ada Lambat atau Pernafasan
( PERNAFASAN ) tidak teratur teratur
40x/menit
sampai
dengan
60x/menit
62

Sumber : Tandon, N.M. 2016

2) Ballard Score

Sistem penilaian ini dikembangkan oleh Dr. Jeanne L Ballard,

MD untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian

neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur,

square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear

maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo,

permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia ( Gomella,

2014).

GAMBAR 2.1 SKALA BALLARD SCORE


63

Sumber : Gomella, 2014.


e. Kewenangan Bidan

Kewenangan bidan, menurut Permenkes RI Nomor

1464/MENKES/PER/X/2014 Bab III mengenai Penyelenggaraan Praktik

Kebidanan pasal 11 ayat 2 dikatakan bahwa Bidan dalam memberikan

pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang

untuk : melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi,

pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1,

perawatan tali pusat, pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah,

pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah, pemberian

surat keterangan kelahiran dan pemberian keterangan kematian.

4. Konsep Dasar Teori Masa Nifas

a. Pengertian

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai

dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti

prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu. Masa puerperium adalah

waktu yang diperlukan agar organ-organ genetalia interna ibu kembali

menjadi normal secara anatomis dan fungsional, yaitu dibutuhkan waktu 6

minggu (Nurjasmi, 2016).

b. Kunjungan Masa Nifas

1) Kunjungan Pertama (6-8 jam persalinan)

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri


64

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain, perdarahan, rujuk bila

perdarahan berlanjut

c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

d) Pemberian ASI awal

e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

f) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

2) Kunjungan Ke-2 (6 hari setelah persalinan)

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal dan

tidak ada bau

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.

3) Kunjungan Ke-3( 2 Minggu setelah persalinan )

a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi,

fundus di bawah umbilkus, tidak ada perdarahan abnormal dan

tidak ada bau.


65

b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

c) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan

tanda-tanda penyulit

e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali

pusat, menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari

4) Kunjungan Ke-4

a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang dialami atau

bayinya

b) Memberikan konseling Keluarga berencana secara dini

c) Menganjurkan ibu membawa bayinya ke posyandu atau

puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi (Asuhan Kebidanan

Masa Nifas, 2017).

c. Periode Masa Nifas

Menurut Martalia (2017), periode masa nifas terbagi menjadi 3

tahapan periode, yaitu :

1) Purperium Dini yaitu masa pemulihan awal mulai 6 jam setelah

persalinan spontan, ditahapan ini ibu di anjurkan untuk segera

melakukan pergerakan kecil dan diperbolehkan untuk mulai belajar

berdiri dan berjalan-jalan.


66

2) Puerperium intermediet, yaitu masa pemulihan yang dimulai sejak 6-8

Minggu setelah persalinan, ditahap ini seluruh organ reproduksi ibu

mulai perlahan kembali normal seperti saat sebelum hamil.

3) Puerperium lanjut, yaitu masa yang dimulai sejak 8 minggu setelah

persalinan sampai dengan ibu pulih sepenuhnya, ditahap ini rentan

waktu yang dibutuhkan oleh setiap ibu akan berbeda tergantung

komplikasi yang dialami saat persalinan.

d. Perubahan Fisiologis Masa Nifas

Perubahan fisiologis pada masa nifas antara lain adalah perubahan

pada sistem reproduksi yang meliputi :

1) Involusio Uteri

Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil dan

dalam tahap ini serviks juga ikut berinvolusi bersama dengan uterus.

Tabel 2.5 Involusi Uterus pada Masa Nifas

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi Setinggi Pusat 1000 gram
Lahir
Plasenta 2 Jari dibawah pusat 750 gram
Lahir
7 Hari Pertengahan Pusat 500 gram
Symphisis
14 Hari Tidak teraba, diatas 350 gram
symphisis
28 Hari Bertambah kecil 50 gram
40 Hari Ukuran normal 30 gram
Sumber : Asuhan Kebidanan Nifas, 2016
67

2) Terdapat pengeluaran lochea

Lochea adalah ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa atau alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada vagina

normal. Pengeluaran lochea dapat dibagi berdasarkan waktu dan

warnanya, berikut merupakan klasifikasi lochea :

Tabel 2.6 Klasifikasi Lochea

Jenis Waktu Warna Ciri-ciri

Lochea

Rubra 0-3 Hari Merah Kehitaman Terdiri dari sel


decidua,
verniks
caseosa, rambut
lanugo, sisa
mekoneum dan
sisa darah.
Sanguilenta 3-7 Hari Merah agak Sisa darah
kekuningan bercampur
dengan lendir
serviks
Serosa 7-14 Hari Kekuningan atau Lebih sedikit
kecoklatan darah dan lebih
banyak
serum,juga
terdiri dari
leukosit dan
robekan sisa
plasenta
Alba >14 Hari Putih Mengandung
leukosit,
selaput lendir
serviks dan
serabut jaringan
mati.
Sumber : Asuhan Kebidanan Nifas, 2016
68

e. Tanda Bahaya Masa Nifas

Tanda baya masa nifas yang perlu diperhatikan dan perlu di

waspadai oleh ibu yaitu :

1) Perdarahan Pasca Persalinan

Perdarahan pasca persalinan yaitu perdarahan pervaginam yang

melebihi 500 ml setelah bayi lahir. Perdarahan pasca persalinan

menurut Walyani, S.E dan Purwoastuti, E. (2015) dibagi menjadi 2

yaitu, perdarahan pasca persalinan primer dan Perdarahan pasca

persalinan sekunder.

2) Infeksi Nifas

Bakteri dapat menjadi salah satu penyebab infeksi setelah

persalinan. Selain kurang menjaga dan perawatan masa nifas yang

kurang tepat, faktor lain yang memicu, seperti adanya luka bekas

pelepasan plasenta, laserasi pada saluran genetalia termasuk

episiotomi pada perineum atau dinding vagina dan serviks

3) Kehilangan Nafsu Makan

Selepas persalinan ibu akan mengalami kelelahan yang amat

berat, karena tenaga ibu banyak terkuras saat menjalani proses

persalinannya. Karena kelelahan ini akhirnya berdampak pada nafsu

makan ibu yang menurun.

4) Payudara berubah kemerahan, panas dan terasa sakit

Jika ASI tidak disusukan pada bayinya maka dapat

menyebabkan terjadi bendungan ASI, payudara memerah, panas, dan


69

terasa sakit yang berlanjut pada mastitis, atau terjadi radang

(peradangan pada payudara).

5) Pembengkakan pada bagian wajah dan ekstermitas

Waspada preeklamsi yang timbul dengan tanda-tanda :

a) Tekanan darah ibu tinggi.

b) Terdapat oedem atau pembengkakan di wajah dan ekstremitas.

c) Pada pemeriksaan urine ditemukan protein urine.

f. Adaptasi Fisiologis Masa Nifas

Menurut Purwoastuti (2015), setelah melahirkan, ibu mengalami

perubahan fisik secara fisiologis dan juga mengakibatkan adanya beberapa

perubahan pada psikisnya. Reva Rubin membagi periode ini menjadi 3

bagian, antara lain:

a) Taking In

Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada

umumnya pasif dan tergantung, perhatiannya tertuju pada

kekhawatiran akan tubuhnya. Ibu mungkin akan mengulang-ulang

menceritakan pengalamannya waktu melahirkan. Dalam memberikan

asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu.

Pada tahap ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu

menceritakan pengalamannya saat melahirkan. Berikan juga dukungan

mental atau apresiasi.


70

b) Taking Hold

Periode ini berlangsung pada hari ke-2 dan hari ke-4 post

partum. Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi orang tua

yang sukses dan meningkatkan tanggung jawab terhadap bayi, Ibu

berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, BAB, BAK, serta

kekuatan dan ketahanan tubuhnya, Ibu berusaha keras untuk

menguasai keterampilan dalam perawatan bayi, dan pada Tahap ini

merupakan waktu yang tepat bagi bidan untuk memberikan bimbingan

cara perawatan bayi, tetapi jangan menyinggung perasaan atau

membuat perasaan ibu tidak nyaman.

c) Letting Go

Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah.

Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang

diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap

perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi

yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya

hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.

Depresi post partum umumnya terjadi pada periode ini.

g. Kewenangan Bidan

Kewenangan bidan, menurut Permenkes RI Nomor

1464/MENKES/PER/X/2014 Bab III mengenai penyelenggaraan praktik

kebidanan pasal 10 ayat (2d) pelayanan kesehatan ibu sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi pelayanan ibu nifas normal.


71

5. Konsep Dasar Teori Neonatus

a. Pengertian

Neonatus merupakan masa yang dimulai dari bayi baru lahir hingga

28 hari JNPK-KR (2017).

Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dalam Buku

Kesehatan Ibu dan Anak (2017), Pemantauan tumbuh kembang neonatus

terbagi menjadi 3 macam tahapan, hal ini meliputi:

1) Kunjungan neonatus 1 (KN 1) dilakukan mulai dari 6 jam sampai 48

jam setelah kelahiran bayi, asuhan yang dapat diberikan oleh bidan

berupa menjaga kehangatan tubuh bayi, memberikan ASI Ekslusif,

pencegahan infeksi, perawatan mata dengan pemberian salep mata,

perawatan tali pusat, injeksi Vitamin K1, dan imunisasi Hepatitis B.

2) Kunjungan neonatus 2 (KN 2) dilakukan mulai tiga sampai tujuh hari

setelah bayi lahir. Asuhan yang diberikan adalah menjaga kehangatan

tubuh bayi, memberikan ASI Ekslusif, memandikan bayi, perawatan

tali pusat, dan KIE tentang imunisasi kepada orang tua bayi.

3) Kunjungan neonatus 3 (KN 3) dilakukan mulai usia bayi delapan

sampai 28 hari setelah lahir. Asuhan yang diberikan kepada bayi

adalah memeriksa tanda bahaya dan gejala sakit, menjaga kehangatan

tubuh bayi, memberikan ASI Ekslusif dan KIE imunisasi kepada

orang tua bayi.


72

b. Periode Neonatal

Periode neonatal merupakan periode yang paling kritis dalam fase

pertumbuhan dan perkembangan bayi. Kurang baiknya penanganan pada

BBL atau neonatus yang sehat akan menyebabkan kelainan yang dapat

mengakibatkan kecacatan seumur hidup, bahkan kematian (Marmi, 2015).

Masa neonatus merupakan masa kritis bagi kehidupan bayi, 2/3 kematian

bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian BBL

terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir (Marmi, 2015).

c. Wewenang Bidan

Menurut Permenkes RI Nomor 1464/MENKES/PER/X/2014 Bab

III mengenai Penyelenggaraan Praktik Kebidanan pasal 11 ayat 2

dikatakan bahwa Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk :

1) Melakukan asuhan BBL normal termasuk resusitasi, pencegahan

hipotermi, inisiasi menyusu dini, injeksi vitamin K 1, perawatan BBL

pada masa neonatal (0-28 hari) dan perawatan tali pusat.

2) Penanganan hipotermi pada BBL dengan segera merujuk

3) Penanganan kegawat-daruratan, dilanjutkan dengan perujukan

4) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

5) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan pra sekolah

6) Pemberian konseling dan penyuluhan

7) Pemberian surat keterangan kelahiran

8) Pemberian keterangan kematia


73

6. Konsep Dasar Teori Kontrasepsi

a. Pengertian.

Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk

keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu

bermakna adalah perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan yang

bisa dilakukan dengan penggunaan alat-alat kontrasepsi atau

penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan sebagainya.

Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua

(Pragita & Rembang, 2019).

Keluarga Berencana Pasca Persalinan adalah penggunaan metode

kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan

sebagai langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan ber-KB

(Kemenkes RI, 2014).

b. Sasaran Keluarga Berencana

Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan

sasaran tidak langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran

langsungnya adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk

menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi secara

berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana dan

pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui

pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai

keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Priyanti & Syalfina, 2017).


74

c. Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga

kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara

pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan

sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Pragita & Rembang,

2019).

Berkaitan dengan tujuan KB terbagi menjadi dua bagian, di

antaranya adalah :

1) Tujuan umum

Keluarga Berencana Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak

dalam rangka mewujudkan NKKBS (Normal Keluarga Kecil Bahagia

Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera

dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya

pertambahan penduduk.

2) Tujuan khusus Keluarga Berencana

a) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat

kontrasepsi.

b) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.

c) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara

penjarangan kelahiran.

d. Manfaat Keluarga Berencana

1) Bagi Pasangan Suami Istri


75

Menjalani program KB sangat bermanfaat bagi pasangan

suami istri, selain membatasi kelahiran, juga bermanfaat mengurangi

risiko penyakit hingga gangguan mental. Lebih jelasnya, berikut ini

beberapa manfat KB untuk pasangan suami istri antara lain :

a) Menurunkan risiko kehamilan

Alat kontrasepsi berfungsi untuk mencegah kehamilan

yang tidak diinginkan. Alat kontrasepsi juga berfungsi untuk

menurunkan risiko melahirkan terlalu muda atau terlalu tua. Jika

perempuan yang terlalu tua dan belum menopause melakukan

hubungan intim tanpa menggunakan alat kontrasepsi, ada

kemungkinan terjadi kehamilan. Melahirkan di atas usia 35 tahun

akan berisiko pada wanita dan dapat menyebabkan kematian.

b) Menurunknan risiko kanker pada wanita

Kontrasepsi hormonal yang digunakan wanita, seperti jenis

suntik, pil, atau IUD biasanya mengandung progesteron dan

estrogen. Hormon ini dapat membantu wanita mengendalikan

kehamilan dan menurunkan risiko kanker pada sistem reproduksi.

Kanker yang dapat diatasi dua hormone tersebut adalah kanker

indung telur (ovarium) dan kanker atau dinding rahim

(endometrium). Program KB hormonal juga dapat menurunkan

risiko tumbuhnya mioma di rahim.


76

c) Tidak mengganggu tumbuh kembang anak

Jika anak belum satu tahun sudah memiliki adik, tumbuh

kembang anak akanterganggu. Normalnya jarak anak pertama dan

kedua antara 3-5 tahun. Jika anak belum berusia 2 tahun sudah

mempunyai adik, ASI untuk anak tidak bisa 12 penuh 2 tahun

sehingga kemungkinan mengalami gangguan kesehatan. Orang

tua yang mempunyai dua anak juga akan mengalami kesulitan

membagi waktu. Maka anak yang lebih besar akan akan kurang

perhatian, meski anak masih membutuhkan perhatian penuh dari

kedua orangtuanya.Risiko radang panggul menurun Hormon

untuk KB adalah bermanfaat menurunkan radang panggul.

Radang pada panggul akan menyerang area rahim, ovarium, dan

area sekitar vagina lainnya. Risiko terkena radang panggul

menurun jika wanita menggunakan program KB jenis implan.

Tubektomi juga menurunkan risiko gangguan pada panggul yang

dapat membahayakan nyawa wanita.

d) Menjaga kesehatan mental

Sebagian wanita kemungkinan mengalami depresi yang

cukup hebat setelah melahirkan. Depresi biasanya hilang jika

mendapatkan dukungan dari pasangan. Jika terjadi kelahiran anak

dengan jarak yang dekat, kemungkinan risiko depresisemakin

besar. Depresi juga dapat terjadi pada ayah karena tidak siap

secara fisik dan mental. Dua kondisi tersebut bisa


77

dihilangkandengan melakukan program Keluarga Berencana.Jika

melakukan pengaturan kehamilan, pasangansuami istri bisa hidup

lebih sehat. Bahkan anak bisatumbuh secara maksimal dan

perencanaan kehamilan akan berjalan matang (Pragita &

Rembang, 2019).

2) Bagi Anak

Ternyata KB tak hanya bermanfaat untuk pasangan suami istri,

program Keluarga Berencana juga bermanfaat bagi anak, namun

bukan berarti anak 13 menjalani program KB. Ini dia beberapa

manfaat KB untuk anak (Pragita & Rembang, 2019):

a) Dapat mengetahui pertumbuhan anak dan kesehatannya.

b) Memperoleh perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup.

e. Alat Kontrasepsi Suntik Progestine

Suntikan KB ini mengandung hormon Depo medroxy progesterone

Acetate (hormon progestin) 150mg. Suntikan ini diberikan setiap 3 bulan

(12 Minggu). Suntikan pertama biasanya diberikan 7 hari pertama periode

menstruasi Anda, atau 6 minggu setelah melahirkan. Suntikan KB 3 Bulan

ada yang dikemas dalam cairan 3ml atau 1ml (Raidanti dan Wahidin,

2021).

KB suntik progestin dapat membuat ganggaun pada siklus

menstruasi yaitu mekanisme kerja kontrasepsi suntik yang dapat menekan

ovulasi, pengaruh hormon progesteron yang disuntikan menyebabkan

tidak terjadinya mekanisme umpan balik (feedback) sehingga estrogen


78

yang seharusnya memberikan umpan balik positif terhadap LH (kadarnya

meningkat) justru memberikan umpan balik negatif terhadap LH (kadarnya

menurun) pada saat fase ovulasi. Cara kerja lainnya pada KB suntik

progestin yaitu mengentalkan lendir serviks sehingga sulit dilalui oleh

sperma, mencegah implantasi dan mengganggu pergerakan tuba sehingga

transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu (Affandi, dkk, 2012).

Kontrasepsi kombinasi dapat mempengaruhi organ seks wanita.

Organ yang paling banyak mendapat pengaruh adalah endometrium,

miometrium, serviks dan payudara. Perubahan hormon dapat menimbulkan

pengaruh terhadap siklus menstruasi. Pengaruh yang dapat di timbulkan

dari penggunaan kontrasepsi kombinasi adalah siklus menstruasi terhadap

jumlah darah menstruasi dan lamanya perdarahan. Perubahan terhadap

lamanya siklus menstruasi (polimenore) disebabkan terjadinya perubahan

terhadap sekresi steroid dari ovarium sehingga perubahan terhadap jumlah

perdarahan menstruasi (hipomenore dan hipermenorhea). Perubahan

terhadap tidak datangnya menstruasi (amenore) pada pengguna kontrasepsi

suntik kombinasi bukan karena terlalu lamanya fungsi ovarium tertekan

oleh kontrasepsi progestin, melainkan karena efek langsung kontrasepsi

progestin terhadap endometrium dalam jangka waktu yang lama

menyebabkan pertumbuhan endometrium semakin kecil dan akan terjadi

atrofi endometrium (Ivone, 2016).


79

B. Konsep Dasar Manajemen Asuhan Kebidanan Komprehensif

1. Konsep Dasar Manajemen Kehamilan

Langkah 1: Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Identitas

Identitas yang mempengaruhi masa kehamilan terdiri dari umur

jika <16 atau >35 tahun akan membuat wanita rentan terhadap sejumlah

komplikasi Usia <18 tahun dan >35 tahun memerlukan pengawasan

antenatal tambahan (Varney, 2016).

2) Alasan Datang Periksa

Alasan datang periksa yaitu tujuan utama suatu kunjungan untuk

melihat kebutuhan utama pasien.

3) Keluhan Utama

Keluhan utama yang terdiri dari sesak nafas, pusing dan mengantuk,

sering kencing dan kebocoran air kencing, kaki dan jari bengkak, dispepsia,

keram, nyeri punggung (Varney, 2016).

4) Riwayat Kesehatan Klien

Riwayat kesehatan klien meliputi riwayat kesehatan yang lalu saat ini

yang dikaji untuk mendeteksi komplikasi penyakit penyerta kehamilan

seperti penyakit kardiovaskuler (Prawirohardjo, 2014), penyakit endokrin

yaitu meliputi diabetes mellitus meningkatkan risiko terjadinya

preeklampsia saat persalinan, sectio cesaria, dan makrosomia dengan


80

komplikasi utama yang mungkin terjadi adalah trauma kelahiran seperti

distosia bahu, fraktur tulang, dan injuri plekus brakialis (Prawirohardjo,

2014), penyakit infeksi yaitu wanita hamil dengan infeksi saluran kemih

berat dengan gejalanya nausea, vomitus, takikardia, pireksia, nyeri pinggang,

urin berbau busuk dan mengandung protein akan berisiko anemia,

preeklampsia, pielonefritis kronis dan kerusakan ginjal serta janin berisiko

prematur dan retardasi pertumbuhan (Prawirohardjo, 2014).

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari riwayat keluarga yang

pernah menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat

kongenital (Saifuddin, 2014). Keluarga dengan riwayat penyakit diabetes

menunjukkan data terkuat makrosomia janin dan sectio cesarea. Pada

jangka waktu lebih lama terlihat adanya hubungan peningkatan kadar

glukosa inutero dengan obesitas. Terdapat beberapaa perkiraan epilepsi

disebabkan oleh komponen genetik yang padaa situasi tertentu

menyebabkan seseorang mengalami kejang epilepsi. Prevalensi epilepsi

pada populasi umum adalah 1 dari 200 dan terjadi padaa 0,3-0,5% wanita

hamil, 9 wanita meninggal karena epilepsi (Varney, 2016).

6) Riwayat Menstruasi

Riwayat menstruasi terdiri dari hari pertama haid terakhir (HPHT)

yang merupakan dasar untuk menentukan usia kehamilan dan perkiraan

tafsiran partus (Varney, 2016), taksiran persalinan dan usia kehamilan

merupakan data dasar dalam mengevaluasi ukuran kandungan, apakah


81

persalinan cukup bulan atau prematur, dan kemungkinan komplikasi untuk

jumlah minggu kehamilan, siklus: 28 ± 2 hari, lama: 3-8 hari (Varney,

2016).

7) Riwayat Obstetri

Riwayat Obstetri terdiri dari :

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


N Su P
BB Abn La
o am An U Pnl Tm e J
Peny Jns /P H M orm kta Peny
k K g pt n K
i B al si
y
1
2
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko pada ibu hamil:

a) Menurut Skor Puji Rochyati dalam Manuaba (2014), kehamilan berisiko

tinggi adalah sebagai berikut:

(1) Primipara sekunder dengan usia anak terkecil lebih dari 10 tahun.

Ibu dengan primi para sekunder berisiko terjadinya pesalinan

tidak lancar, pendarahan post partum dan risiko penyakit penyerta

seperti hipertensi. Grandemultipara yaitu pernah melahirkan 4

kali atau lebih. Ibu dengan grandemultipara berisiko terjadinya

kelainan letak, ruptur uteri, persalinan lama, dan pendarahan post

partum serta makin tinggi risiko terjadinya preeklamsi.

(2) Riwayat kehamilan yang buruk (pernah keguguran, pernah

persalinan prematur, bayi lahir mati, riwayat persalinan dengan

tindakan ekstraksi vakum, ekstraksi forcep, seksio sesaria,


82

preeklampsia/ eklampsia, gravida serotinus, kehamilan dengan

perdarahan antepartum).

(3) Riwayat melahirkan berat bayi lahir rendah, prematur, bayi

makrosomia berisiko terjadi berulang di kehamilan selanjutnya

dan potensi ruptur uteri. Riwayat nifas dengan retensio plasenta,

hemoragik post partum (HPP) dapat berulang di nifas berikutnya.

(4) Kehamilan dengan penyakit ibu yang mempengaruhi kehamilan.

b) Sedangkan kehamilan berisiko menurut Saifuddin (2014) adalah sebagai

berikut:

(1) Anak lebih dari 4

(2) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang > 2 tahun

(3) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang belakang panggul.

8) Riwayat Kontrasepsi

Riwayat penggunaan kontrasepsi, meliputi jenis kontrasepsi yang

pernah digunakan, lama pemakaian dan jarak antara pemakaian terakhir

dengan kehamilan.

9) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan anak

pertama kali (Quickening), apa keluhan dan ketidaknyamanan yang

dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja yang telah didapat, apakah sudah

melakukan imunisasi selama hamil (Varney, 2016).


83

10) Riwayat Ginekologi

Riwayat ginekologi yaitu terdiri dari mioma risiko abortus akan

meningkat dan menghalangi jalan lahir, kista akan menyebabkan risiko

ruptur uteri meningkat saat kehamilan, kehamilan ektopik tidak mungkin

bertahan sampai kala II, pada molahidatidosa tidak mungkin bertahan

sampai kala II, HPV (Kutil Veneral) dapat membesar sehingga perlu SC

(Prawirohardjo, 2014).

Radang panggul berhubungan dengan peningkatan kehamilan

ektopik, hidramnion merupakan faktor risiko predisposisi persalinan

prematur, herpes simpleks tipe II dapat menyebabkan kerusakan neurologi

berat bahkan kematian bayi, dan gameli dapat menyebabkan kelahiran

prematur sebanyak 10% (Varney, 2016).

11) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan meliputi nutrisi umtuk menghindari junk

food, untuk pola eliminasi pada trimester III, karena terjadi pembesaran

uterus yang menurunkan kapasitas kandung kemih sehinggga

mengakibatkan sering BAK, untuk pola istirahat pada wanita hamil untuk

tidur siang sebaiknya 1 sampai 2 jam setiap hari, 8 jam setiap tidur malam

(Varney, 2016).

Pada pola aktivitas saat hamil, ibu akan mudah lelah karena

menurunnya basal metabolic rate sehingga wanita hamil boleh melakukan

pekerjaannya sehari-hari asal bersifat ringan (Prawirohardjo, 2014).

Pola personal hygiene ibu hamil sebaiknya tetap menjaga kebersihan


84

badannya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi, perawatan

gigi diperlukan dalam kehamilan karena gigi yang baik menjamin

pencernaan yang sempurna, sementara untuk pola kebiasaan meliputi

kebiasaan minum alkohol, jamu-jamuan, obat-obatan, perokok aktif maupun

pasif, narkoba dan kepemilikan binatang peliharaan merupakan salah satu

pencetus gangguan kehamilan yang memperlukan pengawasan antenatal

tambahan (Varney, 2016).

Pola seksualitas yaitu saat memasuki trimester ketiga, janin sudah

semakin besar dan bobot janin semakin berat, membuat tidak nyaman untuk

melakukan hubungan intim tetapi apabila sudah memasuki 38-42 minggu

belum ada tanda-tanda kehamilan, dianjurkan untuk melakukan hubungan

intim, karena sperma yang mengandung prostalglandin ini akan dapat

membantu rahim untuk berkontraksi.

Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Psikologi : Sejumlah ketakutan muncul pada trimester ke tiga. Wanita

mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan

kehidupannya sendiri (Varney, 2016).

Sosial : Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap kelahiran bayi

akan mempercepat proses adaptasi ibu menerima perannya

(Varney, 2016).

Kultural : Bagaimana adat istiadat yang ada di lingkungan sekijtar.

Kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan keluarga maupun

lingkungan masyarakat yang dapat merugikan atau memberikan


85

pengaruh negative pada kehamilan ibu (Varney, 2016).

Spiritual : Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang efektif bagi

seseorang untuk mengatsi nyeri, stress, dan distress. Seringkali

berdoa menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana

hati dan merasakan kedamaian dan ketenangan (Varney, 2016).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan umum yang meliputi kesadaran yaitu composmentis,

tanda vital yang terdiri dari tekanan darah yaitu lebih dari 140/90 mmHg

dan dapat berlanjut menjadi pre eklampsi dan eklampsi jika tidak segera

ditangani (Varney, 2016).

Pada pemeriksaan suhu jika didapatkan keadaan ibu hamil dengan

demam tinggi (lebih dari 38,70C) merupakan tanda bahaya kehamilan

(Varney, 2016).

Pemeriksaan antropometri terdiri dari berat badan sebelum hamil dan

berat badan saat ini, dimana berat badan ditimbang untuk memperoleh

kenaikan berat badan total selama kehamilan (Varney, 2016), pertambahan

berat badan lebih dari 15 kg dapat diindikasikan bahwa ibu mengalami

preeklampsia berat, diabetes melitus dan janin mengalami makrosomia,

untuk tinggi badan yaitu >145 cm, bila kurang dicurigai terjadi kesempitan

panggul (Varney, 2016), ukuran lila kurang dari 23,5 cm, bila kurang berarti

status gizi buruk yang dapat menyebabpkan terjadinya pertumbuhan janin

terhambat.
86

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan head to toe yang dilakukan

dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.

Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah tanda klasik

preeklampsi (Varney, 2016), untuk pemeriksaan mata konjunctiva yang

berwarna putih, atau pucat tanda anemia (Varney, 2016), untuk pemeriksaan

mulut dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan gingivitis yang

mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka perlu perawatan

mulut agar selalu bersih. Sering tampak lidah kotor dan gusi epulis yang

merupakan akibat mual-mual atau hipersalivasi. Adanya karies atau keropos

yang menandakan ibu kekurangan kalsium. Saat hamil terjadi karies yang

berkaitan dengan emesis, hiperemesis gravidarum, adanya kerusakan gigi

dapat menjadi sumber infeksi (Varney, 2016), untuk pemeriksaan anus

didapatkan hasiltampak adanya hemoroid dikarenakan penurunan motilitas

gastrointestinal dan perubahan usus serta tekanan pada sistem pembuluh

darah oleh pembesaran uterus (Varney, 2016), serta untuk pemeriksaan

ektremitas edema tungkai yang merupakan salah satu tanda kemungkinan

terjadinya pre-eklamsia (Manuaba, 2014).

Pada palpasi terdiri dari pemeriksaan abdomen didapatkan hasil untuk

mengetahui besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan,

menentukan letak janin dalam rahim, pada palpasi leopold terdiri dari

leopold I-IV dimana hasil leopold I yaitu pada fundus teraba bagian lunak,

kurang bulat dan kurang melenting, leopold II yaitu teraba bagian panjang
87

dan keras seperti papan pada sebelah kanan/ kiri ibu dan dibagian

sebaliknya teraba bagian kecil janin, leopold III yaitu pada segmen bawah

rahim teraba bagian keras, bulat dan melenting yang sudah tidak dapat

digoyangkan, leopold IV yaitu sudah masuk pintu atas panggul (divergen)

atau belum masuk pintu atas panggul (konvergen), tafsiran berat janin (TBJ)

yaitu (TFU-(11/ 12) x 155) (Varney,2016), untuk pemeriksaan ektremitas

didapatkan Edema tungkai merupakan salah satu tanda kemungkinan

terjadinya tromboflebitis. Pemeriksaan refleks tendon sebaiknya dilakukan

karena hiperefleksi menandakan adanya komplikasi kehamilan preeklamsia

(Manuaba, 2014).

Pada pemeriksaan auskultasi untuk pemeriksaan abdomen didapatkan

hasil bising peristaltik usus orang dewasa <5 kali permenit menyebabkan

konstipasi, >35 kali permenit ciri-ciri obstipasi, nilai normal denyut jantung

janin kurang atau lebih dari 120 -160 dpm tanda-tanda janin mengalami

fetal distress (Varney, 2016).

Pemeriksaan perkusi reflek patella negatif menunjukan tanda-tanda

pre-eklamsi dan refleks homan positif dapat menunjukkan tromboflebitis

(Varney, 2016).

3) Pemeriksaan Khusus

Pemeriksaan khusus Saat ibu memasuki kehamilan 36 minggu saat

bayi mulai turun ke tulang panggul lebih dalam sehingga timbul desakan di

kandung kemih, panggul dan vagina lalu saat inilah muncul kontraksi

sungguhan (Varney, 2016).


88

4) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang terdiri dari pemeriksaan urine yaitu jika

ditemukan hasil pemeriksaan urin positif maka mengindikasikan adanya

preeklampsi, serta pemeriksaan darah lengkap untuk menentukan Hb, sekali

dalam 3 bulan karena saat hamil dapat timbul anemia akibat defisiensi Fe lalu

menentukan jenis golongan darah agar dapat cepat mencari darah yang cocok

jika membutuhkan tranfusi darah. Selanjutnya pemeriksaan USG memberikan

informasi tentang pertumbuhan janin dengan menggunakan pengukuran

kepala sampai kaki, panjang femur, dan diameter biparietal, untuk

memastikan usia gestasi, menentukan ukuran maupun lokasi plasenta dan

untuk mendeteksi beberapa abnormalitas pada janin (Varney, 2016).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Interpretasi data dasar terdiri dari diagnosis dan masalah.

Diagnosis : G... PAPAH usia kehamilan 36 minggu + 3 hari

janin tunggal hidup, intrauterin

Dimana G adalah gravida, P adalah para, a adalah aterm, p adalah

prematur, a adalah abortus, h adalah hidup (Varney, 2016). Intrauterin hanya

boleh ditulis jika ada pemeriksaan penunjang berupa USG atau dilakukan

pemeriksaan khusus (VT) dan diyakini kehamilan merupakan kehamilan

intrauterin dengan pemriksaan USG dan pemeriksaan dalam.

Masalah : Berupa ketidaknyamanan yang dirasakan seperti edema,

keletihan, leukorea, nyeri bawah perut, peningkatan frekuensi berkemih,


89

konstipasi, nyeri ulu hati, kram tungkai, insomnia, hemoroid (Prawirohardjo,

2014).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial

Langkah ini diambil berdasarkan diagnosis dan masalah aktual yang telah

diidentifikasi. Pada langkah ini juga dituntut untuk merumuskan tindakan

antisipasi agar diagnosis/ masalah potensial tersebut tidak terjadi.

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Langkah ini mencakup rumusan tindakan emergensi/darurat yang harus

dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan bayi. Rumusan ini mencakup tindakan

segera yang bisa dilakukan secara mandiri, kolaborasi, atau bersifat rujukan.

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu

Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas

dan klien untuk tindakan selanjutnya.

b. Berikan KIE tentang ketidaknyamanan yang terjadi pada trimester III dan cara

mengatasinya.

Rasional : Dapat mengurangi kekhawatiran yang berlebih pada ibu dan

membantu ibu mengatasi ketidaknyamanan yang terjadi pada

trimester III (Varney, 2016).

c. Berikan KIE mengenai nutrisi ibu hamil.

Rasional : Karena dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh

mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan nutrisi

makin tinggi untuk pertumbuhan janin (Manuaba, 2014).


90

d. Berikan KIE kepada ibu dan keluarga tentang persiapan persalinan

Rasional : Persiapan persalinan yang matang menggambarkan kesiapan ibu.

e. Anjurkan klien untuk tidur posisi miring ke kiri

Rasional : Posisi ini menurunkan kemungkinan terjadinya penekanan pada

vena cava inferior (Doenges, 2014)

f.Berikan KIE tentang tanda bahaya pada kehamilan

Rasional : Mengetahui tanda bahaya pada kehamilan membuat ibu mampu

mendeteksi dini tanda yang dapat membahayakan keselamatan ibu

dan janinnya. (Doenges, 2014)

g. Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan menghindari duduk atau berdiri

terlalu lama.

Rasional : Istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolik berkenaan dengan

pertumbuhan jaringan ibu dan janin (Varney, 2016).

h. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

Rasional : Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk

mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan segera guna

memungkinkan tindakan preventif atau korektif (Henderson,

2014).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
91

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Kunjungan ke-2

Langkah 1: Pengkajian

a. Data subyektif

Keluhan utama yang terdiri dari hiperventilasi dan sesak nafas, pusing

dan mengantuk, sering kencing dan kebocoran air kencing, kaki dan jari

bengkak, dispepsia, keram, nyeri punggung (Varney, 2016).

b. Data objektif

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan tanda-tanda vital terdiri atas pemeriksaan tekanan darah, nadi,

pernafasan dan suhu. Rentang normal pemeriksaan tekanan darah yaitu

110/70-120/80 mmHg. Dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg. Bila

tekanan darah meningkat yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau

diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre

eklamsia dan eklamsi kalau tidak segera ditangani.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada pemeriksaan mata khususnya konjungtiva,

abdomen khususnya leopold dan DJJ serta pemeriksaan ekstremitas.

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis: G PAPAH usia kehamilan 37 minggu + 3 hari

janin tunggal, hidup, intrauterin


92

Masalah : ketidaknyamanan yang dirasakan ibu hamil trimester III yaitu edema

tungkai, hemoroid, keputihan, konstipasi, nyeri punggung

(Prawirohardjo, 2014).

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 6 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu!

Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas

dan klien untuk tindakan selanjutnya.

b. Jelaskan mengenai tanda-tanda persalinan.

Rasional : Hal ini bertujuan untuk membantu ibu dalam mengetahui secara

dini tanda-tanda persalinan, sehingga ibu dan keluarga siap ketika

menghadapi persalinan (Doenges, 2014).

c. Ajarkan ibu napas dalam terutama saat terjadi kontraksi!

Rasional : Latihan napas dalam dapat mengurangi ketegangan dan rasa nyeri

terutama saat terjadi kontraksi (Varney, 2016).

d. Berikan informasi tentang kebutuhan fero sulfat dan asam folat.

Rasional : Fero sulfat dan asam folat membantu mempertahankan kadar Hb

normal. Defisiensi asam folat mempererat anemia megaloblastik,

kemungkinan abrupsi plasenta, aborsi, dan malformasi janin

(Doenges, 2014).
93

e. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang 1 minggu lagi.

Rasional : Pemberian asuhan antenatal ideal pada kehamilan untuk

mendeteksi kemungkinan penyimpangan dengan segera guna

memungkinkan tindakan preventif atau korektif (Henderson,

2014).

Kunjungan ke-3

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subyektif

keluhan utama yang terdiri dari hiverventilasi dan sesak nafas, pusing dan

mengantuk, sering kencing dan kebocoran air kencing, kaki dan jari bengkak,

dyspepsia, keram, nyeri punggung (Varney, 2016).

b. Data objektif

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan tanda-tanda vital terdiri atas pemeriksaan tekanan darah,

nadi, pernafasan dan suhu. Dikatakan tinggi bila lebih dari 140/90 mmHg.

Bila tekanan darah meningkat yaitu sistolik 30 mmHg atau lebih dan atau

diastolik 15 mmHg atau lebih. Kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre

eklamsia dan eklamsi jika tidak segera ditangani.

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada pemeriksaan mata yaitu konjungtiva

dan sklera, abdomen yaitu pemeriksaan Leopold dan DJJ dan ekstremitas

meliputi oedema dan cavilary refill.


94

Langkah 2 : Interpretasi data dasar

Diagnosis : G PAPAH usia kehamilan 38 minggu + 3hari

janin tunggal, hidup intrauterin

Masalah : Trimester III antara lain cemas, konstipasi,oedema dan nyeri pinggang

(Prawirohardjo, 2014)..

Langkah 3 : Identifikasi diagnosis/ masalah potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi kebutuhan tindakan segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan rencana intervensi

a. Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu!

Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas

dan klien untuk tindakan selanjutnya.

b. Anjurkan ibu untuk jalan pagi dan istirahat yang cukup!

Rasional : Istirahat yang cukup dapat memenuhi kebutuhan metabolik

berkenaan dengan pertumbuhan jaringan ibu dan janin (Varney,

2016).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
95

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

2. Konsep Dasar Manajemen Persalinan Normal

KALA I

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan oleh ibu adalah nyeri akibat dari

kontraksi uterus, pengeluaran lendir darah & cairan ketuban. Rasa nyeri

terasa dibagian belakang dan menyebar kedepan, kekuatan kontraksi

semakin bertambah. Pinggang terasa sakit menjalar ke depan, nyeri semakin

hebat bila untuk aktivitas jalan (Manuaba, 2014).

2) Riwayat Kesehatan Sekarang

Riwayat kesehatan keluarga terdiri dari riwayat keluarga yang pernah

menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital

(Saifuddin, 2014).

3) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi komplikasi

kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan anak pertama kali

(Quickening), apa keluhan dan ketidaknyamanan yang dirasakan,

pendidikan kesehatan apa saja yang telah didapat, apakah sudah melakukan

imunisasi selama hamil (Varney, 2016).


96

Hal yang perlu di tanyakan seperti kapan mulai kontraksi, apakah

kontraksi teratur dan seberapa sering kontraksi terjadi, apakah ibu masih

merasakan gerakan bayi, apakah selaput ketuban sudah pecah? jika ya, apa

warna cairan ketuban, apakah kental atau encer, kapan saat selaput ketuban

pecah, apakah keluar cairan bercampur darah dari vagina ibu, apakah berupa

bercak atau darah segar per vaginam? (JNPK-KR, 2017).

4) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan meliputi nutrisi antara lain sebagian ibu

masih ingin makan pada masa fase laten persalinan tetapi setelah memasuki

fase aktif, mereka hanya menginginkan cairan saja (JNPK-KR, 2017). Pola

eliminasi meliputi pada kala I, sering buang air kecil akibat rasa tertekan di

area pelvis dan pada kala II, adanya desakan mengejan seperti dorongan

ingin buang air besar (Varney, 2016).

Pola aktivitas antara lain menganjurkan ibu yang sedang dalam proses

persalinan untuk mendapatkan posisi yang paling nyaman, ia dapat berjalan,

duduk, jongkok, berlutut atau berbaring, berjalan duduk dan jongkok akan

membantu proses penurunan kepala janin, anjurkan ibu untuk terus bergerak,

anjurkan ibu untuk tidak tidur terlentang. Pada primi ataupun multi akan

memberikan perhatian pada kontraksi, timbul kecemasan, tegang, perasaan

tidak enak atau gelisah.

Pola personal hygiene antara lain perlu diperhatikan dimulai dari

kebersihan rambut, kulit kepala, payudara, genitalia sampai pakaian yang

bersih.
97

5) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

Psikososiokultural spiritual berisi riwayat pernikahan meliputi

pernikahan keberapa, lama menikah, status pernikahan sah/tidak. Respon

klien dan keluarga terhadap persalinan. Lalu kondisi psikis ibu mengahadapi

persalinan, pada kala I, ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi

berlebihan terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak memberi

perhatian pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan, perasaan tidak

enak atau gelisah, selain itu adat istiadat pernikahan termasuk peristiwa

yang sacral dalam kehidupan masyarakat di Indonesia, yang masih tetap

menjunjung tinggi nilai adat dan agama yang beraneka ragam (Manuaba,

2014).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum meliputi kesadaran dan tanda vital. Kriteria hasil

pemeriksaan kesadaran adalah composmentis, ekspresi wajah meringis.

Tekanan darah normal 110/70-120/80 mmHg, Tekanan darah yang tinggi

(lebih dari 140/90 mmHg) merupakan faktor risiko untuk berlanjut menjadi

preeklamsia dan eklamsia (Hidayat, 2016). Pada saat persalinan peningkatan

sistolik rata-rata 10-20 mmHg dan diastolik rata-rata 10 mmHg (Varney,

2016). Nadi pada ibu bersalin berkisar antara 60-100 x/menit. Suhu tubuh

peningkatannya jangan melebihi 0,50C sampai dengan 10C (Varney, 2016)

dan pernapasan 16-20 x/menit.


98

2) Pemeriksaan fisik

a) Pemeriksaan inspeksi, oedem pada wajah adalah tanda klasik

preeklampsi (Varney, 2016), untuk pemeriksaan mata konjunctiva yang

berwarna putih, atau pucat tanda anemia (Varney, 2016), untuk

pemeriksaan mulut dalam kehamilan sering timbul stomatitis dan

gingivitis yang mengandung pembuluh darah dan mudah berdarah, maka

perlu perawatan mulut agar selalu bersih. Sering tampak lidah kotor dan

gusi epulis yang merupakan akibat mual-mual atau hipersalivasi. Adanya

karies atau keropos yang menandakan ibu kekurangan kalsium. Saat

hamil terjadi karies yang berkaitan dengan emesis, hiperemesis

gravidarum, adanya kerusakan gigi dapat menjadi sumber infeksi

(Varney, 2016), untuk pemeriksaan anus didapatkan hasil tampak adanya

hemoroid dikarenakan penurunan motilitas gastrointestinal dan

perubahan usus serta tekanan pada sistem pembuluh darah oleh

pembesaran uterus (Varney, 2016), serta untuk pemeriksaan ektremitas

edema tungkai yang merupakan salah satu tanda kemungkinan terjadinya

pre eklamsia (Manuaba, 2014).

b) Pada palpasi pemeriksaan abdomen didapatkan hasil untuk mengetahui

besarnya rahim dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan,

menentukan letak janin dalam rahim, pada usia kehamilan 28 minggu

didapatkan TFU 26 cm, pada usia kehamilan 32 minggu didapatkan TFU

30 cm, pada usia kehamilan 36 minggu didapatkan TFU 33 cm, pada

palpasi leopold terdiri dari leopold I-IV dimana leopold I yaitu


99

pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan bagian apa yang berada

dibagian fundus normalnya pada fundus teraba bagian lunak, kurang

bulat dan kurang melenting yaitu bokong, leopold II yaitu pemeriksaan

yang dilakukan untuk menentukan bagian apa yang berada di sisi kanan

dan kiri ibu normalnya teraba bagian panjang dan keras seperti papan

pada sebelah kanan/ kiri ibu dan dibagian sebaliknya teraba bagian kecil

janin, leopold III yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan

bagian apa yang berada dibagian segmen bawah rahim normalnya yaitu

pada segmen bawah rahim teraba bagian keras, bulat dan melenting yaitu

kepala, leopold IV yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk menentukan

bagian terendah janin atau belum. Sudah masuk pintu atas panggul

(divergen) atau belum masuk pintu atas panggul (konvergen), tafsiran

berat janin (TBJ) yaitu ((TFU-(11/12) x 155) (Mochtar, 2014).

c) Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan dada untuk

mendengarkan suara nafas biasanya pada 90% hingga 95% wanita hamil

akan terdengar murmur sistolik pendek yang semakin jelas terdengar

selama inspirasi maupun ekspirasi (Varney, 2016), untuk pemeriksaan

abdomen denyut jantung janin yaitu < 120 atau > 160 dpm, tanda adanya

fetal distress (Varney, 2016).

d) Pemeriksaan perkusi refleks homan positif dapat menunjukkan

tromboflebitis (Varney, 2016).

3) Pemeriksaan Khusus

Dilakukan pemeriksaan dalam kemudian catat tanggal, jam dan nama


100

pemeriksa. Tentukann pembukaan jika 0-3cm berarti fase laten, 3-4 cm fase

aktif akselerasi, 4-9 cm fase aktif, dilatasi maksimal, 9-10 cm fase aktif

deselearasi. Presentasi normalnya belakang kepala. Denominator normalnya

UUK (oksiput) dan Posisi nya UUK kiri depan (LOA) atau UUK kanan

depan (ROA).

Pemeriksaan ketuban dan catat dalam partograf. U jika selaput

ketuban masih utuh (belum pecah), J jika selaput ketuban sudah pecah dan

air ketuban jernih, M jika selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur mekonium, D jika selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban

bercampur darah, K jika selaput ketuban sudah pecah tetapi air ketuban

sudah tidak mengalir lagi (kering) (JNPK-KR, 2017).

Tentukan sejauh mana bagian terbawah janin turun. Hodge I sama

dengan 5/5 jika bagian terbawah janin seluruhnya teraba diatas simfisis

pubis, 4/5 jika sebagian (1/5) bagian terbawah janin telah memasuki pintu

atas panggul. Hodge II sama dengan 3/5 jika sebagian (2/5) bagian terbawah

janin memasuki rongga panggul.

Hodge III sama dengan 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah

janin masih berada diatas simfisis dan (3/5) bagian telah turun melewati

bidang tengah rongga panggul (tidak dapat digerakan) dan hodge IV sama

dengan 1/5 jika hanya 1 dan 5 jari masih dapat teraba bagian terbawah janin

yang berada diatas sympisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga

panggul. 0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari

pemeriksaan luar dan seluruh bagian terbawah janin sudah masuk kedalam
101

rongga panggul (JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : G PAPAH, usia kehamilan ….. minggu + …..hari, kala I fase laten/

aktif persalinan normal

janin tunggal, hidup, intrauterin

Masalah : masalah yang biasa terjadi pada persalinan kala I adalah Nyeri pada

perut yang menjalar ke punggung

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jelaskan hasil pemeriksaan

Rasional :Mengetahui hasil pemeriksaan merupakan hak klien

b. Beri dukungan emosional pada ibu

Rasional : Dengan adanya suami dan anggota keluaarga yang berperan aktif

dalam mendukung ibu dapat sangat membantu memberi

kenyamanan ibu (JNPK-KR, 2017).

c. Lakukan observasi kala I

1) Tiap 30 menit yaitu detak jantung janin, nadi ibu dan kontraksi uterus.

Rasional : Denyut jantung janin dan nadi ibu perlu diperiksa untuk

memastikan kondisi ibu dan janinnya. Kontraksi uterus baik

jika durasi > 40 detik, frekuensi 4-5 kali dalam 10 menit


102

selama 30 menit sehingga memudahkan petugas dalam

pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

2) Tiap 2 jam yaitu suhu tubuh ibu dan volume urin ibu

Rasional : Suhu tubuh normal berkisar antara 36,5o-37,5o C merupakan

salah satu indikator untuk mengetahui keadaan umum ibu.

Urin ibu diobservasi sebagai upaya pengosongan kandung

kemih sehingga tidak menahan penurunan kepala. Karena

kandung kemih yang penuh berpotensi memperlambat proses

persalinan (Varney, 2016).

3) Tiap 4 jam yaitu pembukaan serviks, penurunan kepala, keadaan ketuban,

molase, dan tekanan darah ibu.

Rasional : Untuk mengetahui kemajuan persalinan dengan mengobservasi

pembukaan serviks dan penurunan kepala, kondisi janin dapat

pula dilihat dari keadaan air ketuban, dan molase atau

penyusupan kepala janin, dan tekanan darah ibu untuk

mengetahui keadaan ibu, sehingga dapat memudahkan kita

dalam pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

d. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar Pencegahan infeksi

Rasional : PI adalah bagian yang esensial dari semua asuhan yang diberikan

kepada ibu dan bayi baru lahir karena dapat menurunkan

kesakitan dan kematian ibu dan bayi baru lahir. Upaya dan

keterampilan untuk melaksanakan prosedur PI secara baik dan

benar juga dapat melindungi penolong persalinan terhadap risiko


103

infeksi (JNPK-KR, 2017)

e. Anjurkan ibu untuk miring kiri dan tidak berbaring terlentang lebih dari 10

menit.

Rasional : Jika ibu berbaring terlentang maka berat uterus dan isinya akan

menekan vena cava inferior, hal ini akan mengakibatkan turunnya

aliran darah dari sirkulasi ibu ke plasenta. Kondisi seperti ini

dapat menyebabkan hipoksia atau kekurangan oksigen pada janin.

Selain itu, posisi terlentang berhubungan dengan gangguan

terhadap proses persalinan karena menyebabkan lambatnya

penurunan bagian terbawah janin (Varney, 2016).

f.Ajarkan ibu napas dalam terutama saat terjadi kontraksi

Rasional : Latihan napas dalam dapat mengurangi ketegangan dan rasa nyeri

terutama saat terjadi kontraksi (Varney, 2016).

g. Siapkan alat dan bahan untuk pertolongan persalinan serta obat-obatan

essensial untuk menolong persalinan sesuai dengan APN

Rasional : Untuk memeriksa kelengkapan alat pada proses pertolongan

persalinan serta sebagai alat pelindung diri (JNPK-KR, 2017).

h. Berikan KIE kepada ibu untuk mendapat asupan (makanan ringan dan minum

air) selama persalinan dan proses kelahiran bayi

Rasional : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan

akan memberi lebih banyak energy dan mencegah dehidrasi.

Dehidrasi bisa memperlambat kontraksi dan/atau membuat

kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-KR,


104

2017).

i. KIE ibu tentang proses persalinan

Rasional : Persalinan adalah saat yang menegangkan dan dapat mengugah

emosi dengan memberikan pengertian tentang proses persalinan

ibu akan berupaya mengatasi gangguan emosionalnya (JNPK-

KR, 2017).

j. Dokumentasi hasil pemantauan kala satu pada partograf

Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan kllinik,

dokumentasi dengan patograf memudahkan untuk pengambilan

keputusan dan rencana asuhan selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan

rencana asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya

oleh bidan atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.


105

KALA II

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

1) Keluhan utama

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. Ibu

merasakan adanya peningkatan tekanan pada rektum atau vaginanya.

b. Data objektf

1) Pemeriksaan Umum :

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

2) Pemeriksaan fisik

Adanya tanda dan Gejala Kala II Persalinan. Pada inspeksi tampak

perineum menonjol, vulva vagina dan spingter ani membuka, meningkatnya

pengeluaran lendir bercampur darah.

3) Pemeriksaan Khusus

a) Pemeriksaan Dalam :

Tanggal : Jam : Oleh:

Pada pemeriksaan vulva dan vagina tampak membuka. Pengeluaran

pervaginam lendir darah, cairan ketuban. Dinding vagina tidak oedema.

Pembukaan 10 cm. Effacement yaitu 100%. Ketuban jernih/utuh.

Presentasi adalah belakang kepala. Denominator teraba UUK. Tidak

teraba bagian terkecil janin. Hodge berada di Hodde III/IV. Hodge III
106

yaitu 2/5 jika hanya sebagian dari bagian terbawah janin masih berada

diatas symphisis dan 3/5 bagian telah turun melewati bagian tengah

rongga panggul (tidak dapat digoyangan) sedangkan Hodge IV yaitu 1/5

jika hanya 1 dari 5 jari dapat meraba bagian terbawah janin yang berada

diatas symphisis dan 4/5 bagian telah masuk kedalam rongga panggul.

0/5 jika bagian terbawah janin sudah tidak dapat diraba dari pemeriksaan

luar dan seluruh terbawah janin sudah masuk kedalam rongga panggul

(JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis: G PAPAH kala II Persalinan Normal

Masalah : Tidak Ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Anjurkan keluarga pendamping untuk melakukan stimulasi puting susu bila

kontraksi tidak baik

Rasional : Stimulasi puting susu berfungsi untuk menstimulasi produktivitas

oksitosin ibu, yang berperan dalam proses persalinan mengejan

(Doenges, 2014).

b. Lakukan prosedur asuhan persalinan normal :

1) Lakukan persiapan pertolongan persalinan


107

Rasional : Untuk memeriksa kelengkapan alat dan bahan, serta obat-obatan

essensial pada proses pertolongan persalinan serta sebagai alat

pelindung diri (Doengoes, 2014).

2) Lakukan amniotomi jika selaput ketuban belum pecah

Rasional : Ketika pembukaan lengkap perlu dilakukan amniotomi agar

mengetahui warna ketuban yang keluar. Jika berwarna meconium

pada air ketuban maka lakukan persiapan pertolongan bayi setalah

lahir karena hal tersebut menunjukkan adanya hipoksia dalam

rahim atau selama proses persalinan (JNPK-KR, 2017).

3) Lakukan periksaan denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi untuk

memastikan bahwa DJJ dalam batas normal

Rasional : Mendeteksi bradikardia janin dan hipoksia berkenaan dengan

penurunan sirkulasi maternal dan penurunan perfusi plasenta

(Doenges, 2014).

4) Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan telah lengkap

Rasional : Agar ibu dapat segera bersiap-siap untuk mengejan (Doenges,

2014).

5) Anjurkan ibu untuk minum-minuman yang manis saat his berkurang

Rasional : Makanan ringan dan asupan cairan yang cukup selama persalinan

akan memberi lebih banyak energi dan mencegah dehidrasi.

Dehidrasi bisa memperlambat kontrasksi dan/atau membuat

kontraksi menjadi tidak teratur dan kurang efektif (JNPK-KR,

2017).
108

6) Anjurkan ibu untuk memilih posisi yang nyaman bagi dirinya untuk meneran

kecuali posisi berbaring terlentang

Rasional : Saat ibu merasa nyaman, maka ibu dapat berkonsentrasi untuk

mengejan (Doenges, 2014), jika berbaring terlentang maka berat

uterus dan isinya akan menekan vena cava inferi, hal ini akan

mengakibatkan turunnya aliran darah dari sirkulasi utero-

plesenter sehingga akan menyebabkan hipoksia pada janin.

Berbaring terlentang juga akan memperlambat persalinan dan

menyulitkan ibu untuk meneran secara efektif (JNPK-KR, 2017).

7) Lakukan bimbingan untuk meneran dengan baik dan benar.

Rasional : Meneran yang baik dan benar dapat mengurangi resiko kelelahan

yang berlebih pada ibu, serta sebagai salah satu indikator

kemajuan dalam proses persalinan (Doenges, 2014).

8) Lahirkan kepala setelah kepala bayi membuka vulva 5-6 cm dengan cara

lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan

kering, tangan yang lain menahan puncak kepala agar tidak terjadi fleksi yang

terlalu cepat dan membantu lahirnya kepala.

Rasional : Dengan melakukan penahanan perineum untuk melindungi

perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara

bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan

(robekan) pada vagina dan perineum (JNPK-KR, 2017).

9) Periksa lilitan tali pusat pada leher bayi.

Rasional : Lilitan tali pusat dapat menghambat kelahiran bahu sehingga


109

bisa terjadi asfiksia pada bayi bila tidak dilepaskan (JNPK-KR,

2017).

10) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Rasional : Putaran paksi luar yang sempurna menjadikan kepala janin

searah dengan punggungnya sehinngga memudahkan kelahiran

bayi (JNPK-KR, 2017).

11) Lahirkan bahu secara biparietal.

Rasional : Melahirkan bahu secara biparietal dapat mengurangi atau

mencegah terjadinya rupture (JNPK-KR, 2017).

12) Melahirkan badan bayi dengan tangan kanan menyanggah kepala, lengan dan

siku sebelah bawah dan gunakan tangan kiri untuk memegang lengan dan

siku atas.

Rasional : Untuk memudahkan proses persalinan dan mencegah laserasi

(JNPK-KR, 2017).

13) Lahirkan seluruh tungkai bayi dengan tangan kiri menelusuri punggung

hingga tungkai.

Rasional : Menelusuri punggung sampai tungkai untuk memudahkan proses

kelahiran (JNPK-KR, 2017).

14) Lakukan penilaian tangisan bayi, pernapasan, pergerakan dan warna kulit

bayi dan letakkan bayi diatas perut ibu.

Rasional : Untuk mengetahui apakah bayi menangis kuat atau bernapas

megap-megap, gerakan bayi aktif atau tidak serta wana kulit

bayi kemerahan atau sianosis sehingga memudahkan petugas


110

dalam pengambilan tindakan selanjutnya (JNPK-KR, 2017).

15) Keringkan bayi diatas perut ibu.

Rasional : Untuk mencegah terjadinya hipotermi pada bayi. Hipotermi

mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah

atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di

dalam ruangan yang relatif hangat (JNPK-KR, 2017).

KALA III

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama

Wanita merasa gembira, bangga pada dirinya, lega, dan sangat lelah. Selain itu

juga ibu merasakan mules pada perutnya (Varney, 2016).

b. Data objektif

1) Pemeriksaan umum

Pemeriksaan umum perlu dikaji lebih lanjut yaitu kesadaran dan nadi.

2) Pemeriksaan fisik

Pada Inspeksi di genetalia tampak tali pusat memanjang, tampak semburan

darah mendadak dan singkat. Pada Palpasi di abdomen teraba tinggi fundus

berada diatas pusat (JNPK- KR, 2017).

3) Data bayi

Bayi lahir tanggal dan jam berapa, jenis kelaminnya apa. Catat hasil penilaian

selintas apakah bayi cukup bulan, apakah air ketuban jernih tidak bercampur

mekonium, apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan,
111

apakah bayi bergerak dengan aktif (JNPK-KR, 2017).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : G PAPAH kala III persalinan normal

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Cek kehamilan tunggal!

Rasional : Mengecek adanya janin yang kedua, setelah mengecek dan tidak ada

janin kedua maka bisa dilakukan prosedur lainnya (JNPK-KR, 2017).

b. Pemberian suntik oksitosin

Rasional : Oksitosin menyebabkan uterus berkontraksi dengan kuat dan

efektif sehingga dapat membantu pelepasan plasenta dan

mengurangi kehilangan darah (JNPK-KR, 2017).

c. Lakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat!

Rasional : Setelah pemotongan dan pengikatan tali pusat bisa dilakukan

perawatan tali pusat dan bayi pun bisa melakukan kontak kulit

kepada ibunya (JNPK-KR, 2017).

d. Lakukan IMD!

Rasional : Kontak kulit dengan kulit merupakan salah satu cara untuk

mengoptimalisasi hormonal ibu dan bayi, karena di kulit ibu


112

terdapat kuman yang aman di dalam perut bayi sehingga

memberikan perlindungan terhadap infeksi, selain itu akan

mendorong keterampilan bayi untuk menyusu yang lebih cepat

dan efektif (JNPK-KR, 2017).

e. Lakukan Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)!

Rasional : Memegang tali pusat lebih dekat ke vulva akan mencegah avulsi.

Segera melepaskan plasenta yang telah terpisah dari dinding uterus

akan mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (JNPK-KR,

2017).

f.Lahirkan plasenta!

Rasional : Melahirkan plasenta dan selaputnya dengan hati-hati akan membantu

mencegah tertinggalnya sisa plasenta dan selaput ketuban dijalan

lahir (JNPK-KR, 2017).

g. Lakukan masase fundus uteri selama 15 detik!

Rasional : Perdarahan segera setelah melahirkan dapat dicegah dengan masase

fundus uteri karena dapat merangsang kontraksi uterus (JNPK-KR,

2017).

h. Periksa kelengkapan plasenta!

Rasional : Adanya sisa plasenta di dalam uterus dapat mengakibatkan

perdarahan sehingga plasenta harus dikeluarkan secara lengkap

(JNPK-KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi
113

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Kala IV

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

Keluhan utama

Ibu merasakan mules pada perutnya akibat adanya kontraksi setelah

pengeluaran plasenta berakhir (Varney, 2016).

b. Data objektf

1) Pemeriksaan umum

Kesadaran normalnya ialah composmentis, tekanan darah, nadi dan

pernapasan harus menjadi stabil pada level prapersalinan selam jam pertama

pasca partus. Pemantauan tekanan darah dan nadi yang rutin selama interval

ini adalah satu sarana mendeteksi syok akibat kehilangan darah berlebihan.

Suhu ibu berlanjut sedikit meningkat, tetapi biasanya dibawah 380C (Varney,

2016).

2) Pemeriksaan fisik

Pada inspeksi abdomen tampak mengecil, pada genetalia ada atau tidak ada

laserasi, tidak ada memar ataupun hematoma. Pada palpasi abdomen teraba
114

uterus di tengah-tengah abdomen, teraba membulat keras (Varney, 2016).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : PAPAH kala IV persalinan normal

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum!

Rasional : Laserasi pada vagina dan perineum dapat mengakibatkan

perdarahan (JNPK-KR, 2017).

b. Lakukan penjahitan jika terdapat laserasi yang mengakibatkan perdarahan!

Rasional : Penjahitan laserasi merupakan suatu upaya untuk mendekatkan

jaringan-jaringan dalam proses penyembuhan dan juga untuk

menghentikan perdarahan.

c. Lakukan pemantauan kala IV yaitu periksa kembali tanda-tanda vital dan

kandung kemih ibu tiap 15 menit pada jam pertama dan tiap 30 menit pada jam

kedua!

Rasional : Perubahan keadaan tubuh ibu dari saat hamil, mempengaruhi KU

dan TTV ibu yang menggambarkan kondisi ibu, pemantauan

kontraksi uterus untuk menghindari terjadinya perdarahan

postpartum (Varney, 2016). Kandung kemih yang penuh dapat


115

mempengaruhi kontraksi uterus dan akan menyebabkan perdarahan

pascapersalinan (JNPK-KR, 2017).

d. Ajarkan pada ibu dan keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai

kontraksi uterus!

Rasional : Dengan memberikan rangsangan taktil pada uterus mencegah

terjadiya perdarahan dan ibu dapat melakukan sendiri masase

uterus dan menilai kontraksi uterus (Varney, 2016).

e. Lakukan pencegahan infeksi sesuai standar PI!

1) Tempatkan semua peralatan bekas pakai di dalam larutan klorin 0,5%,

rendam selama 10 menit. Cuci dan bilas setelah dekontaminasi!

2) Buang benda-benda yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang

sesuai!

3) Bersihkan ibu dengan air DTT dan mengganti pakaian ibu dengan pakaian

bersih dan kering!

4) Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5% dan

mencucinya dengan air DTT!

5) Celupkan sarung tangan yang kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan

merendamnya secara terbalik!

6) Cuci kedua tangan dengan sabun di bawah air mengalir dan keringkan!

Rasional : Pencegahan infeksi akibat kontaminasi bakteri dengan peralatan

bekas pakai akibat dan darah pada saat persalinan serta

mencegah terjadinya infeksi silang (JNPK-KR, 2017).

f.Pastikan ibu merasa nyaman dan anjurkan suami untuk memberikan makanan
116

dan minuman yang diinginkan!

Rasional : Setelah persalinan ibu banyak kehilangan tenaga dan merasa lapar

mengembalikan energi dan dehidrasi yang digunakan selama

proses persalinan (Doenges, 2014).

g. Lengkapi partograf!

Rasional : Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan kala satu

persalinan dan informasi untuk membuat keputusan klinik (JNPK-

KR, 2017).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilaksananakan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah diberikan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

3. Konsep Dasar Manajemen Bayi Baru Lahir

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Riwayat Kehamilan sekarang

Terdiri dari riwayat keluarga yang pernah menderita penyakit kencing

manis, hipertensi dan riwayat cacat kongenital (Syafrudin, 2014).

Keluarga dengan riwayat penyakit diabetes menunjukan data terkuat

makrosomia janin dan seksio sesarea. Pada jangka waktu lebih lama terlihat
117

adanya hubungan peningkatan kadar glukosa inutero dengan obesitas.

Terdapat beberapaa perkiraan epilepsi disebabkan oleh komponen genetik

yang padaa situasi tertentu menyebabkan seseorang mengalami kejang

epilepsi. Prevalensi epilepsi pada populasi umum adalah 1 dari 200 dan

terjadi padaa 0,3-0,5% wanita hamil, 9 wanita meninggal karena epilepsi.

b. Data Objektif

1) Keadaan Bayi Saat Lahir

Hal pertama yang perlu bidan kaji adalah waktu kelahiran yang terdiri

dari tanggal dan jam. Hal ini perlu dikaji untuk menentukan usia bayi baru

lahir. Selain itu, jenis kelamin dan apgar skor pun perlu di kaji (Varney,

2016).

Pada pengkajian plasenta normalnya berat ±500 gram, ukuran

diameter 15-20 cm, tebal plasenta 2-3cm, dan tidak terdapat kelainan. Pada

pemeriksaan plasenta, plasenta perlu ditimbang dan diperhatikan apakah ada

perkapuran, nekrosis, dan sebagainya.

Pada pemeriksaan tali pusat perlu diperhatikan kesegarannya, ada

tidaknya simpul, dan apakah terdapat dua arteri dan satu vena yang dimana

pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi adanya kelainan congenital

terutama pada system pencernaan, urogenital, respiratorik, atau

kardiovaskuler.

Tindakan resusitasi terdiri dari langkah awal, ventilasi, kompresi dada,

intubasi endotrakeal, pemberian oksigen. Pada bayi normal hanya dilakukan

resusitasi pada tahap awal saja yang terdiri dari menghangatkan bayi dengan
118

kain, memposisikan kepala bayi, menghisap lendir pada mulut dan hidung

bayi, mengeringkan bayi dengan kain kering dan melakukan rangsang taktil,

serta memposisikan kembali kepala bayi dan melakukan penilaian pada bayi

(JNPK-KR, 2017).

Jika bayi tidak cukup bulan dan atau air ketuban bercampur

mekonium dan atau tidak menangis atau tidak bernapas atau megap-megap

dan atau tonus otot tidak baik lakukan langkah resusitasi (JNPK-KR, 2017).

2) Pemeriksaan Umum

Pada pemeriksaan umum yang dapat dikaji adalah keadaan umum

normalnya baik dan pada pemeriksaan TTV, tekanan darah dipantau hanya

bila ada indikasi. Nadi dapat dipantau di semua titik nadi perifer (Saifuddin,

2014). Frekuensi jantung pada bayi baru lahir 120-160 x/menit (Sitiava,

2016) untuk pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersaman

tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun

ekspirasi. Gerakan pernapasan 30–50 kali permenit (Saifuddin, 2014).

Pernapasan bayi baru lahir ditandai dengan bayi segera menangis kuat

(Dewi, 2017). Sedangkan untuk suhu normal bayi adalah 36,5-37,5 oC.

Pengukuran suhu tubuh bayi dapat melalui anus atau ketiak bayi (Saifuddin,

2014).

Pengukuran antropometri terdiri dari berat badan, panjang badan,

lingkar kepala, dan lingkar dada. Berat badan bayi baru lahir normal adalah

2500-4000 gram, panjang badan bayi 48-52 cm (Sitiava, 2016). Sedangkan

normalnya lingkar kepala lebih besar daripada lingkar dada. Pengukuran


119

lingkar kepala terdiri dari circumferentia sub occipito bregmatica (lingkaran

kecil kepala) 32 cm, circumferenrtia fronto occipitalis (lingkaran sedang

kepala) 34 cm, dan circumferentia mento oksipitalis (lingkaran besar kepala)

35 cm (Varney, 2016) dan untuk pengukuran lingkar dada normalnya 30-38

cm (Prawirohardjo, 2014).

3) Pemeriksaan Fisik

Kepala terdiri kontur kepala yaitu molding hampir selalu terjadi pada

persalinan pervaginam, tampak lebih oval biasanya jelas terlihat pada hari

ke 1 dan 2, sutura teraba seperti retakan antara tulang-tulang kepala teraba

seperti ruang-ruang lunak yang luas pada sambungan sutura, tidak ada

massa atau tonjolan tidak lazim seperti kaput sauchedaneum dan cepal

hematoma, untuk ubun-ubun teraba ubun-ubun besar dan ubun-ubun kecil,

teraba seperti ruang-ruang lunak yang luas pada sambungan sutura,

normalnya teraba datar, keras dan berbatas tegas terhadap sisi-sisi tulang

tengkorak, sering terjadi pulsasi pada ubun-ubun besar . Distribusi rambut

dipuncak kepala, dengan lembaran-lembaran tunggal yang tidak dapat

diidentifikasi. Tidak ada massa atau area yang lunak di tulang tengkorak

(Varney, 2016).

Fontanel anterior terbuka sampai 12-18 bulan, berbentuk wajik 5x4

cm sepanjang sutura korona dan sutura sagitalis. Fontanel posterior bentuk

segitiga, sangat kecil 1x1 cm sepanjang garis sutura lambdoidalis dan

sagitalis menutup pada saat lahir (Varney, 2016).

Pada pemeriksaan mata tampak simetris, tidak tampak kotoran dan


120

perdarahan, sklera jernih, konjungtiva jernih, iris berwarna merata dan

bilateral, pupil sama bilateral dan reaktif terhadap cahaya (pemeriksaan

dilakukan di ruang genap dengan pena senter/senter, jika dilakukan pada

bayi baru lahir pada inkubator atau diruang rawat bayi, lindungi mata bayi

semaksimal mungkin), kornea jernih, retina transparan (Varney, 2016).

Selama periode reaktivitas pertama setelah lahir, mata bayi baru lahir

terbuka dan bayi memperlihatkan perilaku terjaga. Mata segaris dengan

telinga (Varney, 2016).

Pada pemeriksaan hidung tampak simetris, tidak tampak pernafasan

cuping hidung, tidak tampak sekret dan hidung di garis tengah (Varney,

2016).

pada telinga tampak simetris, tidak tampak sekret/serumen, telinga

lembut dan fleksibel. Posisi telinga berada pada garis lurus dengan mata,

kulit telinga tidak kendur, pembentukan tulang rawan pinna terbentuk

dengan baik, kokoh, tulang rawan kaku, kembali kebentuk semula dengan

cepat.

Pada pemeriksaan mulut tampak simetris, tidak tampak labio palato

skhizis dan labio skhizis dan gigi, bibir tidak tampak pucat, mukosa mulut

lembab, bayi menangis kuat, refleks isap baik, sekresi lendir tidak

berlebihan.

Mulut berada digaris tengah wajah dan simetris. Bentuk dan ukuran

proporsional dengan wajah, membrane mukosa lembap dan berwarna merah

muda, bibir tebentuk penuh, berwarna merah muda, palatum tidak


121

membentu arkus, lidah ukuran proporsional dengan mulut (Varney, 2016).

Sekresi lendir yang berlebihan merupakan indikasi fistula trakeoesofagus.

Pada pemeriksaan leher didapatkan pergerakan leher baik, simetris,

kepala menengok dari sisi ke sisi secara seimbang, rentang pergerakan sendi

bebas, bentuknya pendek tidak ada kelebihan kulit, tiroid berada pada garis

tengah, tidak ada massa, nadi carotis frekuensinya kuat dan teratur (Varney,

2016).

Pada pemeriksaan dada tampak simetris, tidak tampak retraksi dinding

dada, tidak terdengar suara nafas tambahan, puting susu menonjol, bunyi

jantung teratur (120-160 x/menit) (Saifuddin, 2014).

Amati pola pernapasan, dalam keadaan normal tidak dijumpai

pernapasan cuping hidung, merintih, ataupun retraksi dinding dada. Semua

bayi baru lahir bernapas dengan diafragma, sehingga pada waktu inspirasi

bagian dada tertarik ke dalam dan pada saat yang sama perut bayi

membuncit.

Pada pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersaman

tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar suara pada waktu inspirasi maupun

ekspirasi. Gerakan pernapasan 30-50 kali permenit (Saifuddin, 2014).

Suara nafas jernih, sama dikedua sisi pada sisi anterior dan posterior,

beberapa kali ronkhi basah muncul beberapa jam setelah bayi lahir akibat

cairan yang tersisa di paru janin, tidak ada perubahan warna atau sianosis

yang menyertai temuan ini. Hal ini mengartikan bahwa lapang paru bayi

jernih (Varney, 2016).


122

Frekuensi jantung 100-160 x/menit, teratur tanpa murmur (awalnya

mungkin terdengar mirmur sampai duktus arteriosus menutup). Hal ini

mengartikan irama jantung normal tanpa abnormalitas yang bermakna.

Payudara jarak antar putting berada pada garis sejajar tanpa ada

putting tambahan, areola tegak dan tidak ada rabas (Varney, 2016). Tali

pusat tampak 2 arteri dan 1 vena, tali pusat tampak berwarna putih, tidak

tampak perdarahan tali pusat.

Dinding perut BBL lebih datar daripada dinding dada. Pada

pernapasan normal, perut dan dada bergerak hampir bersaman tanpa adanya

retraksi (Saifuddin, 2014).

Pada bayi baru lahir, hati dapat dipalpasi sekitar 1 cm dibawah batas

kanan iga karena hati besar dan menempati sekitar 40% rongga abdomen.

Abdomen bundar, memiliki kontur, otot abdomen, simetris, lunak, dan tidak

nyeri tekan tanpa massa (Varney, 2016).

Pemeriksaan punggung didapatkan tampak simetris, tidak tampak

pilonidal dimple, tidak ada kelainan fleksibilitas tulang punggung, tidak

tampak spina bifida (Kosim, 2014).

Pada genetalia untuk perempuan tampak klitoris, tidak tampak

pengeluaran, labia minora tertutup labia mayora (Sitiava, 2014), labia dan

klitoris biasanya adema, meatus uretra dibelakang klitoris, verniks caseosa

diantara labia. Pada genetalia laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada

(Sitiava, 2016). Laki-Laki tidak tampak hipospadius dan epispadius, testis

tampak sudah turun (Sitiava, 2016), testis teraba dalam setiap skrotum,
123

skrotum biasanya besar, adema, menggantung dan ditutupi rugae dan anus

terdapat lubang anus paten, keluar mekonium dalam 48 jam.

Lanugo tampak terlihat maupun tidak, biasanya tidak terlihat karna

rambut kepala terlihat sempurna, verniks terdapat verniks caseosa pada

lipatan-lipatan.

Ekstremitas atas panjang proporsional terhadap satu sama lain,

rentang pergerakan sendi penuh (meliputi abduksi, aduksi, rotasi eksternal

dan internal, fleksi, ekstensi seperti yang dapat diterapkan pada sendi, fleksi

penuh pada ekstremitas atas muncul seiring maturitas). Jari-jari lengkap 10

jari dan tanpa berselaput, jarak antar jari sama, karpal dan metacarpal ada

dan sama dinkedua sisi. Kuku panjang melebihi bantalan kuku, cavilla reffil

kembali < 2 detik (Varney, 2016).

Ekstremitas bawah panjang proporsional dengan tubuh dan sama di

kedua sisi, ekstremitas lurus. Sepuluh jari kaki dan tanpa selaput, jarak antar

jari sama. Kuku panjang sampai melewati bantalan kuku, bantalan kuku

merah muda, pengisian kapiler cepat (tiga detik). Rentang pergerakan sendi

penuh (meliputi abduksi, aduksi, internal, dan rotasi eksternal, fleksi dan

ekstensi seperti yang dapat diaplikasikan pada masing-masing sendi tungkai,

lutut, pergelangan, kaki, tumit, jari kaki) (Varney, 2016).

Pada pemeriksaan neurologis terdiri dari refleks morro, rooting,

sucking, swallowing, babinski, grasping, tonik neck, dan stepping.

Morro adalah gerakan lengan dan kaki yang terjadi ketika bayi yang

baru lahir dikejutkan oleh suara atau gerakan keras. Rooting merupakan
124

bayi baru lahir akan menoleh kearah dimana terjadi sentuhan pada pipinya.

Bayi akan membuka mulutnya apabila bibirnya disentuh dan berusaha untuk

mengisap benda yang disentuhkan tersebut (JNPK-KR, 2017). Refleks

rooting muncul ketika pipi diusap, bayi menengok kearah usapan (Varney,

2016).

Sucking merupakan rangsangan puting susu pada langit-langit bayi

menimbulkan refleks mengisap. Isapan ini akan menyebabkan areola dan

puting susu ibu tertekan gusi, lidah dan langit-langit bayi, sehingga sinus

laktiferus dibawah areola dan ASI terpancar keluar (JNPK-KR, 2017).

Reflek menghisap ada dan kuat ketika disentuh dengan putting (Varney,

2016). Reflek swallowing merupakan kumpulan ASI di dalam mulut bayi

mendesak otot-otot di daerah mulut dan faring untuk mengaktifkan refleks

menelan dan mendorong ASI ke dalam lambung bayi (JNPK-KR, 2017).

Reflek babinski ditimbulkan dengan stimulus gesekan pada telapak

kaki yang menghasilkan dorsofleksi jari besar dan pengembangan jari-jari

yang lebih kecil. Biasanya stimulus semacam ini menyebabkan jar-jari kaki

menekuk ke bawah. Disebut juga babinski’s toe sign (JNPK-KR, 2017).

Grasping bila jari menyentuh telapak tangan bayi maka jari jarinya

akan langsung menggenggam sangat kuat (JNPK-KR, 2017). Refeks grasp

atau menggenggam sudah baik (Sitiava, 2014).

4) Pemeriksaan Penunjang

Saat bayi lahir, nilai rata-rata hemoglobin, hematokrit dan Sel darah

merah lebih tinggi dari nilai normal orang dewasa. Hemoglobin bayi baru
125

lahir berkisar antara 14,5 sampai 22,5 g/dl (Varney, 2016).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK/BMK usia…… Hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Intervensi

a. Jaga kehangatan tubuh bayi

Rasional : Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress

karena perubahan suhu lingkungan (Varney, 2016).

b. Lakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Rasional : Kontak kulit dengan kulit membuat bayi lebih tenang sehingga

didapat pola tidur yang lebih baik. Selain itu dapat

menstabilisasikan pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi,

menjaga kolonisasi kuman (Prawirohardjo, 2014).

c. Lakukan perawatan tali pusat

Rasional : Perawatan tali pusat yang benar dan lepasnya tali pusat dalam

minggu pertama secara bermakna mengurangi insiden infeksi

pada neonatus (Prawirohardjo, 2014).

d. Berikan profilaksis mata dalam bentuk salep tetrasiklin 1% kira-kira 1 jam

setelah kelahiran (setelah masa interaksi orangtua bayi).


126

Rasional : Konjungtivitis pada bayi baru lahir sering terjadi terutama pada

bayi dengan ibu yang menderita penyakit menular seksual seperti

gonore dan klamidiasis. Sebagian besar konjungtivitis muncul

pada dua minggu pertama kelahiran (Prawirohardjo, 2014).

e. Berikan Neo K (Phytomenadione) dengan dosis 1mg atau 0,5cc secara IM

(pada paha sebelah kiri)

Rasional : Bayi baru lahir cenderung mengalami kekurangan Vitamin K

karena cadangan vitamin K dalam hati relatif masih rendah.

Vitamin K dihasilkan di saluran pencernaan segera setelah

mikroorganisme masuk ke dalam tubuh. Pada hari ke-8, bayi baru

lahir normal sudah mampu menghasilkan vitamin K. Kekurangan

vitamin K berisiko tinggi bagi bayi untuk mengalami perdarahan

yang disebut juga perdarahan akibat defisiensi vitamin K (PDVK)

(Prawirohardjo, 2014).

f.Berikan imunisasi Hb 0 atau vaksin Hepatitis B

Rasional : Tindakan ini memberikan perlindungan terhadap bayi baru lahir

yang ibunya memiliki antigen permukaan hepatitis B yang tidak

terdiagnosis pada saat pelahiran, dengan pemajanan selanjutnya

pada bayi baru lahir. Vaksin hepatitis B ini efektif untuk

mencegah penularan perinatal pada banyak bayi baru lahir

(Varney, 2016).

g. Tunda untuk memandikan bayi 6-12 jam


127

Rasional : Memandikan bayi segera setelah lahir yang dapat mengakibatkan

hipotermi (Prawirohardjo, 2014).. Kulit bayi baru lahir sangat

rentan untuk mengering sehingga meningkatkan risiko terjadinya

hipotermi.

h. Catat waktu dan karakteristik urine serta feses yang pertama kali keluar

Rasional : Pengeluaran mekonium dan adanya bising usus adalah bukti pasti

integritas saluran cerna. Bayi baru lahir yang belum berkemih

selama 24 jam pertama harus dirujuk ke tenaga kesehatan

pediatric (Varney, 2016).

i. Lakukan rawat gabung

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak dari kamar

bersalin seharusnya tetap dipertahankan dengan merawat bayi

bersama ibunya (rawat gabung) (Varney, 2016).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

4. Konsep Dasar Pada Manajemen Nifas Normal


128

Kunjungan Awal (6 – 8 Jam post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1) Keluhan Utama

Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit

pada jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dkk,

2014).

2) Riwayat Kesehatan Klien

a) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang yang dikaji untuk mendeteksi

komplikasi kapan hari pertama haid terakhir, kapan pergerakan anak

pertama kali (Quickening), apa keluhan dan ketidaknyamanan yang

dirasakan, pendidikan kesehatan apa saja yang telah didapat, apakah

sudah melakukan imunisasi selama hamil (Varney, 2016).

b) Riwayat Persalinan Sekarang

Meliputi jenis persalinan yakni spontan pervaginam dan sectio

caesarea, komplikasi persalinan distosia bahu dapat menyebabkan fraktur

pada humerus atau klavikula, cedera pada pleksus brakialis, asfiksia pada

bayi (Sinclair, 2014), distosia dan persalinan dengan tindakan forceps

dapat menyebabkan trauma persalinan (cedera serebral) yang dapat

berdampak pada bayi yaitu perdarahan intrakranial, ibu dengan diabetes

mellitus dapat beresiko untuk melahirkan bayi dengan makrosomia dan

beresiko untuk mengalami distosia bahu pada saat persalinan, hal ini
129

dapat berdampak asfiksia pada bayi (Manuaba, 2014), jika ketuban pecah

dini dapat menyebabkan terjadinya ikterus.

3) Pola Fungsional Kesehatan

Pola fungsional kesehatan terdiri dari pola nutisi makanan harus

bermutu, bergizi dan cukup kalori. Sebaiknya makan makanan yang

mengandung protein, banyak cairan, sayur-sayuran dan buah-buahan,

pola eliminasi diuresis terjadi berhubungan dengan pengurangan volume

darah, hal ini berlangsung sampai 2-3 hari post partum setelah plasenta

lahir estrogen ambilasi, istirahat karena lelah sehabis bersalin ibu harus

beristirahat, tidur terlentang selama 2 jam postpartum kemudian boleh

miring-miring kekanan dan kekiri untuk mencegah terjadinya trombosis

dan tromboemboli, personal hygiene pada masa postpartum, seorang ibu

sangat rentan terhadap infeksi oleh karena itu, kebersihan diri sangat

penting untuk mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,

tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga, kebiasaan,

sedangkan seksualitas ibu post partum secara fisik, aman untuk

melakukan hubungan seksual begitu darah merah berhenti dan ibu dapat

memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri,

banyak budaya dan agama yang melarang untuk melakukan hubungan

seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya 40 hari atau 6 minggu

setelah kelahiran, keputusan bergantung pada pasangan yang

bersangkutan (Sulistyawati, 2014).

4) Riwayat Psikososiokultural Spiritual


130

Masa nifas merupakan masa yang rentan dan terbuka untuk

bimbingan dan pembelajaran. Perubahan peran seorang ibu memerlukan

adaptasi. Tanggung jawab ibu mulai bertambah ( Damaiyanti, 2014).

Adanya respon yang positif dari keluarga terhadap kelahiran bayi

akan mempercepat proses adaptasi ibu menerima perannya (Sulistyawati,

2014).

Ibu nifas harus pantang makanan yang berasal dari daging, ikan,

telur, dan goreng-gorengan karena dipercaya akan menghambat

penyembuhan luka persalinan dan makanan ini akan membuat ASI

menjadi lebih amis. Adat ini akan merugikan pasien karena justru

pemulihan kesehatannya akan terhambat (Sulistyawati, 2014).

Berdoa telah ditemukan sebagi sumber yang efektif bagi seseorang

untuk mengatsi nyeri, stress, dan distress. Seringkali berdoa

menyebabkan seseorang merasakan perbaikan suasana hati dan

merasakan kedamaian dan ketenangan (Sulistyawati, 2014).

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan kesadaran untuk mendapatkan gambaran tentang

kesadaran pasien, kita dapat melakukan pengkajian derajat kesadaran pasien

dari keadaan compos mentis sampai dengan koma. (Sulistyawati, 2014).

Tanda-tanda vital perlu untuk dikaji agar mengetahui keadaan klien.

Tekanan darah biasanya tidak berubah. Kemungkinan tekanan darah akan

lebih rendah setelah ibu melahirkan karena adanya perdarahan.


131

Dalam 1 hari (24 jam) post partum, suhu badan akan naik sedikit

(37,50C-380C). Biasanya, pada hari ke-3 suhu badan naik lagi karena

pembentukan ASI.

Denyut nadi sehabis melahirkan biasanya akan lebih cepat. Keadaan

pernafasan selalu berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. Bila suhu dan

nadi tidak normal maka pernapasan juga akan mengikutinya.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan :

a) Pemeriksaan inspeksi, mata bentuk simetris, konjungtiva pucat atau

cukup merah sebagai gambaran tentang anemianya (kadar hemoglobin)

secara kasar, normal warna merah muda sclera normal berwarna putih,

bila kuning menandakan ibu mungkin terinfeksi hepatitis, bila merah

kekuningan adanya konjungtivitis, kelopak mata yang bengkak

kemungkinan adanya preeklamsia, pemeriksaan mulut bertujuan untuk

menilai ada tidaknya trismus, halitosis dan labioskisi, trismus yaitu

kesukaran membuka mulut, halitosis yaitu bau mulut tidak sedap karena

personal hygine yang kurang, labioskisis yaitu keadaan bibir tidak

simetris, selanjutnya dilakukan pemeriksaan pada gusi untuk menilai

edema atau tanda-tanda radang, leher teknik yang di gunakan adalah

inspeksi dan palpasi, pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh

berbagai penyaki, misalnya peradangan akut/ kronis, pembesaran limfe

juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis, payudara

payudara mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika
132

laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan

mula-mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status

hormonal serta dimulainya laktasi, kolostrum merupakan ekskresi cairan

dengan viskositas kental, lengket dan berwarna kekuningan pada hari

pertama sampai hari keempat postpartum, ASI transisi yang keluar

setelah kolostrum sampai sebelum ASI matang, yaitu sejak hari keempat

sampai hari kesepuluh, ASI matur disekresi pada hari kesepuluh dan

seterusnya, tampak berwarna putih, kandungannya relatif konstan,

mengkaji simetris atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau tidak,

putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak (Ambarwati dkk, 2014),

pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen Pada nulipara tidak

tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan pada multipara striae

mungkin terdapat, otot-otot sering kendur, linea nigra dapat terlihat,

sedangkan pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhe\ yang

keluar pada ibu. Jenis lokhia, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman), lokhia

sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa (7-14 hari,

kekuningan/kecoklatan) lokhia alba (>14 hari, putih). Lochea adalah

ekskresi cairan rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa atau

alkalis yang dapat membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada

kondisi asam yang ada pada vagina normal (Varney, 2016), pada

pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas insfeksi untuk

mengecek apakah ada varices (Ambarwati dkk, 2014).

b) Pemeriksaan palpasi yang terdiri dari pemeriksaan palpasi pada leher


133

dilakukan untuk mengetahui keadaan dan lokasi kelenjar limfe, kelenjar

tyroi dan trakea, pembesaran kelanjar limfe dapat disebabkan oleh

berbagai penyaki, misalnya peradangan akut/ kronis, pembesaran limfe

juga terjadi dibeberapa kasus seperti tuberculosis atau sifilis, palpasi

kelenjar tyroid dilakukan untuk mengetahui adanya pembesaran kelenjar

tyroid yang biasanya disebabkan oleh kekurangan garam yodium

(Prawirohardjo, 2014), payudara mengkaji konsistensi, ada

pembengkakan atau tidak, putting menonjol/ tidak, dan lecet/ tidak

(Ambarwati dkk, 2014), abdomen tinggi fundus uteri (TFU) setinggi

pusat (bayi lahir, 2 jari bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-

pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas sympisis (2 minggu), tidak

teraba/50 gram (6 minggu), sebesar normal (8 minggu), setelah janin

lahir, uterus secara berangsur-angsur akan menjadi kecil sehingga

akhirnya kembali seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus dan

konsistensinya, cek diastasis rectis abdominalis, kandung kemih bisa

buang air/ tidak bisa buang air (Ambarwati dkk, 2014), genetalia untuk

mengecek apakah ada perbaikan luka episiotomy atau jahitan,

ekstremitas palpasi untuk mengecek apakah ada varices, oedema, reflex

patella.

c) Pada pemeriksaan auskultasi terdiri dari pemeriksaan abdomen untuk

menghitung bising usus, dan pemeriksaan perkusi untuk mengecek

homan sign (Ambarwati dkk, 2014).

3) Pemeriksaan Penunjang
134

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan pada hari pertama

postpartum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun, tetapi darah

akan mengental sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.

Leukositosis yang meningkat dengan jumlah sel darah putih dapat mencapai

15.000 selama proses persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari

postpartum. Jumlah sel darah tersebut masih dapat naik lagi sampai 25.000-

30.000 tanpa adanya kondisi patologis hail ini terjadi karena peningkatan

kecepatan sedimentasi eritrosit yang khas setelah melahirkan (Sulistyawati,

2014).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : PAPAH nifas normal 2 jam 0 hari

Masalah : Masalah yang sering terjadi pada masa nifas adalah takut

kencing karena luka jahitan perineum, cemas dengan perubahan

bentuk badan, dan merasa tidak percaya diri untuk merawat

bayinya (Sulistyawati, 2014).

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Observasi TTV, kandung kemih, kontraksi, TFU, KU, dan pengeluaran

pervaginam.

Rasional : memantau keadaan ibu untuk mendeteksi dini tanda bahaya yang
135

dapat terjadi (Varney, 2016).

b. Beritahu ibu untuk melakukan ambulasi

Rasional : Karena lelah sehabis bersalin ibu harus beristirahat, lalu miring ke

kanan dan ke kiri, duduk, jalan-jalan. Mobilisasi mempunyai

variasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas dan

sembuhnya luka-luka.

c. Anjurkan ibu untuk menyusui bayinya

Rasional : Menyusui adalah metode efektif untuk meningkatkan tonus

uterus. hal ini berhubungan dengan kontraksi uterus yang

distimulasi oleh pelepasan pitosin sewaktu bayi menghisap

(Varney, 2016).

d. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygienenya termasuk perawatan luka

perineumnya

Rasional : Selama beberapa hari pertama setelah kelahiran, kemampuan ibu

baru untuk secara aktif menyerap pengajaran formal terbatas

akibat fokus yang intens pada bayinya yang baru lahir (Varney,

2016).

e. Berikan informasi tentang makanan pilihan tinggi protein, vitamin C, dan zat

besi. Anjurkan klien untuk meningkatkan masukan cairan sampai 2000 ml/hari

Rasional : Protein membantu meningkatkan penyembuhan dan degenerasi

jaringan baru. Zat besi perlu untuk sintesus hemoglobin. Vitamin

C memfasilitasi absorpsi besi dan perlu untuk sintesis dinding sel.

Peningkatan cairan membantu mencegah statis urin dan masalah-


136

masalah ginjal (Varney, 2016).

f.Berikan KIE mengenai tanda bahaya pada masa nifas

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin terjadi

dan membahayakan ibu (Varney, 2016).

g. Lakukan bounding attachment terhadap ibu dan bayi

Rasional : Kontak dini antara ibu dan bayi yang telah dibina sejak dari lahir

sangat mempengaruhi perkembangan psikologi bayi selanjutnya

(Prawirohardjo, 2014).

h. KIE tentang ketidaknyamanan pada masa nifas

Rasional : Rasa nyeri yang disebut juga after pain adalah manifestasi dari

pengembalian bentuk uterus ke keadaan seperti sebelum hamil

(Manuaba, 2014).

i. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta suplemen

dapat mempercepat penyembuhan perineum (Sinclair, 2014)

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien sesuai dengan rencana asuhan yang

telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian

dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan, Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP

Kunjungan ke-2 (6 hari post partum)


137

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subjektif

1) Keluhan utama

Keluhan yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit pada jalan lahir

karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dkk, 2014).

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tanda vital suhu tubuh yaitu >37,50C tanda adanya infeksi (Varney, 2016).

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari keempat

sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur disekresi pada hari

kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih, kandungannya relatif

konstan, mengkaji simetris atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau

tidak, putting menonjol/tidak, dan lecet/tidak (Ambarwati dkk, 2014).

Pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen pada nulipara tidak

tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan pada multipara striae

mungkin terdapat, otot-otot sering kendur, linea nigra dapat terlihat (Helen

Farer, 2014). tinggi fundus uteri (TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari

bawah pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-pusat (1 minggu), tidak teraba,

diatas sympisis (2 minggu), tidak teraba/50 gram (6 minggu), sebesar


138

normal (8 minggu), setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan

menjadi kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, cek

kontraksi uterus dan konsistensinya, cek diastasis rectis abdominalis,

kandung kemih bisa buang air/tidak bisa buang air (Ambarwati dkk, 2014).

pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia yang keluar pada

ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman), lokhia sanguilenta

(3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa (7-14 hari,

kekuningan/kecoklatan) lokhia alba (>14 hari, putih). mengecek apakah ada

perbaikan luka episiotomi atau jahitan. (Ambarwati dkk, 2014).

Pada pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas insfeksi

untuk mengecek apakah ada varices, oedema dan pemeriksaan perkusi

untuk mengecek reflex patella (Ambarwati dkk, 2014).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke 5

Masalah : Masalah pada masa nifas adalah takut kencing karena luka jahitan

perineum, cemas dengan perubahan bentuk badan dan merasa tidak \

percaya diri untuk merawat bayinya.

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak Ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Memantau involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi adanya


139

perdarahan yang abnormal

Rasional : Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan menjadi

kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Kadar

semua unsur darah kembali normal pada keadaan tidak hamil pada

akhir puerperium (Varney, 2016).

b. Mendeteksi dan mengenali tanda-tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Agar ibu dan keluarga mengantisipasi hal yang mungkin terjadi

dan membahayakan ibu (Varney, 2016).

c. Berikan KIE tentang ASI eksklusif!

Rasional : ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi

yang bersifat alamiah

d. Anjurkan ibu untuk melakukan senam nifas

Rasional : Senam nifas dapat membuat keadaan emosi lebih baik dan

mengurangi risiko perdarahan pasca partum (Sinclair, 2014).

Kunjungan ke-3 (2 minggu post partum)

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data subyektif

1) Keluhan utama yang sering dirasakan ibu nifas adalah mules, sakit pada

jalan lahir karena adanya jahitan pada perineum (Ambarwati dkk, 2014)

b. Data obyektif

1) Pemeriksaan umum

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis


140

Tanda vital :

2) Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan pada payudara yaitu, ASI matang sejak hari keempat

sampai hari kesepuluh, air susu ibu (ASI) matur disekresi pada hari

kesepuluh dan seterusnya, tampak berwarna putih, kandungannya relatif

konstan, mengkaji simetris atau tidak, konsistensi, ada pembengkakan atau

tidak, putting menonjol/ tidak, dan lecet/ tidak (Ambarwati dkk, 2014).

Pemeriksaan abdomen di dapatkan hasil abdomen pada nulipara tidak

tampak striae, otot-otot biasanya kencang dan pada multipara striae

mungkin terdapat, otot-otot sering kendur, linea nigra dapat terlihat (Varney,

2016). Tinggi fundus uteri (TFU) setinggi pusat (bayi lahir, 2 jari bawah

pusat (uri lahir), pertengahan sympisis-pusat (1 minggu), tidak teraba, diatas

sympisis (2 minggu), tidak teraba/ 50 gram (6 minggu), sebesar ukuran awal

(8 minggu), setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan menjadi

kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil, cek kontraksi uterus

dan konsistensinya, cek diastasis rectus abdominalis, kandung kemih bisa

buang air/ tidak bisa buang air (Ambarwati dkk, 2014)

Pemeriksaan genetalia untuk mengetahui jenis lokhia yang keluar

pada ibu.jenis lokhia yaitu, lokhia rubra (1-3 hari, kehitaman), lokhia

sanguilenta (3-7 hari, putih bercampur merah), lokhia serosa (7-14 hari,

kekuningan) lokhia alba (>14 hari, putih). Mengecek apakah ada perbaikan

luka episiotomi (Ambarwati dkk, 2014).

Pada pemeriksaan ekstremitas di dapatkan hasil ekstremitas insfeksi


141

untuk mengecek apakah ada varices, oedema dan pemeriksaan perkusi

untuk mengecek reflek patella (Ambarwati dkk, 2014).

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : Papah Nifas Normal hari ke 14

Masalah : Masalah nifas adalah takut kencing karena luka jahitan perineum,

cemas dengan perubahan bentuk badan dan merasa tidak percaya diri

untuk merawat bayinya.

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Pastikan involusi uterus berjalan dengan normal dan mendeteksi adanya

perdarahan yang abnormal!

Rasional : Setelah janin lahir, uterus secara berangsur-angsur akan menjadi

kecil sehingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Kadar

semua unsur darah kembali normal pada keadaan tidak hamil

pada akhir puerperium (Varney, 2016).

b. Deteksi dan kenali tanda-tanda infeksi masa nifas!

Rasional : Mendeteksi secara dini tanda-tanda infeksi dapat mengantisipasi

hal yang mungkin terjadi dan membahayakan ibu (Varney, 2016).

c. Anjurkan pemberian asupan nutrisi yang benar!

Rasional : Mengkonsumsi nutrisi yang sesuai dengan dietnya serta suplemen


142

dapat mempercepat penyembuhan perineum (Sinclair, 2014).

d. Berikan KIE mengenai posisi menyusui yang baik dan benar!

Rasional : Salah satu faktor lecet atau ketidaknyamanan pada puting susu

adalah akibat cara menyusui yang tidak benar (Varney, 2016).

5. Konsep Dasar Manajemen Neonatus Normal

Kunjungan Neonatus 1

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

1 )Keluhan utama

Keluhan utama yang sering dijumpai pada neonatus diantaranya

sariawan/ jamur pada mulut (Oral Trush), muntah, gumoh, ruam popok,

kuning atau ikterus (Ambarwati dkk, 2014).

2) Pola Fungsional Kesehatan

Kebutuhan
Keterangan
Dasar
Produksi ASI akan optimal setelah hari 10–14 usia
bayi. Bayi sehat akan mengkonsumsi 700–800 ml
Nutrisi
ASI per hari (kisaran 600–1000 ml) untuk tumbuh
kembang bayi (JNPK-KR, 2017).
BAK dalam 24 jam pertama 15-60 ml dengan
frekuensi lebih dari 20 kali dan untuk BAB turun 5-
Eliminasi
13% pada hari ke 4-5 diakibatkan karena intake
minimal dan metabolisme meningkat
Bayi tampak semi-koma saat tidur dalam; meringis
atau tersenyum adalah bukti tidur dengan gerakan
Istirahat
mata cepat (REM); tidur sehari rata-rata 20 jam
(Varney, 2016).
Neonatus perlu mandi setiap hari. Kepala dan popok
Personal neonatus perlu di bersihkan /diganti setiap kali area
hygiene tersebut kotor dan perawatan tali pusat yang sesuai
dapat mencegah infeksi neonatorum (Varney, 2016).
143

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum

Kesadaran :

Tanda-tanda vital :

2) Pemeriksaan Fisik

Inspeksi

Pada pemeriksaan inspeksi meliputi pemeriksaan tidak terdapat caput

succedeneum, maupun cephal hematoma, pada pemeriksaan wajah sklera

tampak kuning dicurigai ikterik. Untuk pemeriksaan telinga pendengaran

baik (menilai adanya gangguan pendengaran dilakukan dengan

membunyikan bel atau suara apabila terjadi refleks terkejut, apabila tidak

terjadi refleks maka kemungkinan akan terjadi gangguan pendengaran.

Pemeriksaan hidung pernapasan cuping hidung menandakan bayi

asfiksia, pemeriksaan mulut tampak pucat memandakan sianosis adanya

celah pada bibir dan langit-langit adanya labioskhizis dan labio Palato

skhizis. Untuk pemeriksaan dada dengan hasil tampak retraksi dinding dada

menandakan asfiksia (Vivian, 2014).

Pemeriksaan genetalia laki-laki meatus urinarius berada dibagian

bawah penis (hypospadia). Pemeriksaan anus didapatkan hasil tidak tampak

lubang anus dicurigai atrecia ani, terdapat ruam popok adanya diaper rush,

serta ekstremitas jumlah jari kaki dan tangan lebih dari 5 (polidaktili),

pelekatan antara dua jari atau lebih (sindaktili) maupun jari yang lebih

pendek dari biasanya (brakidaktili) (Vivian, 2014).


144

Palpasi

Pemeriksaan pada rectum tidak mempunyai lubang (atresia rekti).

Auskultasi

Pemeriksaan abdomen didapatkan hasil frekuensi peristaltik usus

kurang dari 3 kali/menit menandakan konstipasi, dan lebih dari 5 kali/menit

menandakan obstipasi.

Perkusi

Pada pemeriksaan perkusi pada pemeriksaan abdomen didapatkan

hasil terdengar hipertimpani abdomen adanya kembung

Pemeriksaan Neurologis atau Refleks

Pemeriksaan neurologis atau refleks meliputi refleks morro

didapatkan hasil positif, terkejut saat ada suara, refleks rooting didapatkan

hasil positif, membuka mulut jika ada yang menyentuh bibir (JNPK-KR,

2017).

Refleks sucking didapatkan hasil positif, dapat menghisap putting

susu, refleks swallowing dengan hasil positif, dapat menelan (JNPK-KR,

2017), refleks babinsky didapatkan hasil positif, jari kaki menekuk ke

bawah (Sitiava, 2014), dan refleks grasp didapatkan hasil positif, kaki

seakan – akan berjalan ketika bayi diangkat

3) Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan laboratorium yang nilai

rata-rata hemoglobin, hematokrit dan Sel Darah Merah lebih tinggi dari nilai

normal orang dewasa (Varney, 2016)


145

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK/BMK usia 1 jam 0 hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Perencanaan Pelaksanaan Intervensi

a. Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi sempurna

sehingga bayi lebih mudah mengalami perubahan suhu tubuh

(Saifuddin, 2014)

b. Jelaskan ibu cara pencegahan infeksi

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus

dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi sangat rentan terhadap

infeksi, segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal

yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi pada anak atau

dewasa (Saifuddin, 2014).

c. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya tetanus pada bayi

baru lahir dan kuman – kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi

infeksi pada tali pusat (Saifuddin, 2014).

d. Perhatikan tanda-tanda stres dingin (misalnya, peka rangsang, pucat, belang,


146

distres pernapasan, tremor, letargi dan kulit dingin)

Rasional : Hipotermia, yang meningkatkan laju penggunaan oksigen dan

glukosa, sering disertai dengan hipoglikemia dan distres

pernapasan. Pendinginan juga mengakibatkan vasokonstriksi

perifer, dengan penurunan suhu kulit yang terlihat menjadi pucat

atau belang. Iritabilitas dan apnea yang dihubungkan dengan

hipoksia.

e. Posisikan bayi miring dengan gulungan handuk untuk menyokong punggung

Rasional : Memudahkan drainase mucus

f.Jelaskan kepada orang tua untuk tidak meninggalkan bayi di dalam ruangan

sendirian dan ruangan yang datar tanpa penghalang.

Rasional : Menurunkan risiko cidera karena regurgitasi yang tidak terdeteksi

atau jatuh.

g. Demonstrasikan dan awasi aktivitas perawatan bayi yang berhubungan dengan

memberi makan, mandi, memasang popok, dan pakaian dan perawatan putung

umbilikal

Rasional : Meningkatkan pemahaman dengan prinsip-prinsip dan teknik

perawatan neonatus, membantu mengembangkan keterampilan

orangtua sebagai pemberi perawatan.

h. Jelaskan ibu cara perawatan tali pusat.

Rasional : Perawatan tali pusat dapat mencegah terjadinya tetanus pada bayi

baru lahir dan kuman-kuman tidak masuk sehingga tidak terjadi

infeksi pada tali pusat (Saifuddin, 2014).


147

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Kunjungan Neonatus 2

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

Data subjektif terfokus pada data fungsional kesehatan.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum terfokus pada pemeriksaan keadaan umum dan tanda -

tanda vital.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada warna kulit, pemeriksaan mata, khususnya

konjungtiva dan sklera, dada dan abdomen.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK/BMK usia 3 hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial

Tidak ada
148

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

a. Jaga kehangatan bayi

Rasional : Pusat pengaturan panas tubuh bayi belum berfungsi sempurna

sehigga bayi lebihmudah mengalami perubahan suhu tubuh

(Saifuddin, 2014).

b. Berikan KIE tentang memandikan bayi!

Rasional : Memandikan bayi merupakan saat-saat menyenangkan untuk

membangun hubungan yang sangat erat antara ibu dan anak

(Varney, 2016).

c. Jelaskan ibu cara pencegahan infeksi

Rasional : Pencegahan infeksi merupakan penatalaksanaan awal yang harus

dilakukan pada bayi baru lahir karena bayi sangat rentan terhadap

infeksi, segala bentuk infeksi yang terjadi pada bayi merupakan hal

yang lebih berbahaya dibandingkan dengan infeksi pada anak atau

dewasa (Saifuddin, 2014).

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau sebagian dikerjakan oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi
149

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.

Kunjungan Neonatus 3

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subjektif

Data subjektif terfokus pada data fungsional kesehatan.

b. Data Objektif

1) Pemeriksaan Umum

Pemeriksaan Umum terfokus pada pemeriksaan keadaan umum dan tanda -

tanda vital.

2) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik terfokus pada warna kulit, pemeriksaan mata, khususnya

konjungtiva dan sklera, dada dan abdomen.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : NKB/NCB/NLB, KMK/SMK/BMK usia 14 hari

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

1. KIE tentang pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan tanpa memberikan P-ASI.

Rasional : Pemberian ASI eksklusif memberikan antibodi dan memberikan


150

asupan makanan yang tepat untuk bayi

2. KIE untuk menjaga pola personal hygiene pada bayi.

Rasional : Menjaga kebersihan kulit bayi untuk mencegah terjadinya alergi

ataupun ruam-ruam pada bayi.

6. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor KB

Langkah 1 : Pengkajian

a. Data Subyektif

1) Keluhan utama atau alasan datang periksa, klien datang karena ingin

berkonsultasi tentang alat KB yang cocok untuk ibu pasca melahirkan dan

menyusui.

2) Riwayat kesehatan klien yang terdiri dari riwayat kesehatan yang lalu dan

riwayat kesehatan sekarang. Riwayat kesehatan yang lalu meliputi penyakit/

kelainan reproduksi antara lain: penyak jika ibu sedang mengalami infeksi

alat genital (vaginitis dan servisitis) radang panggul tidak diperbolehkan,

menderita infeksi alat genital, perdarahan vagina yang tidak diketahui

penyebabnya tidak boleh mengunakan metode KB AKDR, untuk penyakit

kardiovaskuler yaitu riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan

darah tinggi (>180/110 mmHg), kelainan tromboemboli, kelaianan

pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain tidak boleh

mengunakan KB suntikan progestin, untuk penyakit endokrin diabetes

mellitus disertai komplikasi tidak boleh menggunakan metode suntikan

progestin dan ganguan toleransi glukosa (DM).

3) Riwayat menstruasi dimana riwayat menstruasi yang dikaji adalah siklus,


151

lama haid, banyaknya, warna, nyeri haid, keluhan waktu haid, dan amenore,

pada kasus ini ibu yang mengalami anemia karna haid berlebihan boleh

menggunakan metode KB PIL.

4) Pola Fungsional Kesehatan.

5) Pada pola personal hygiene diperlukan kebiasaan menjaga kebersihan

vagina yang lebih sering pada penggunaan AKDR. Untuk pola kebiasaan

merokok dan mengkonsumsi obat tertentu (epilepsi dan tuberkulosis) dapat

mempengaruhi penetapan pemilihan metode kontrasepsi (Saifuddin, 2014),

serta pola seksualitas metode Kontrasepsi Kondom tidak melindungi dari

penyakit menular seksual (PMS)/HIV (Saifuddin, 2014).

6) Riwayat psikososiokultural spiritual dimana masih kuatnya kepercayaan di

kalangan masyarakat muslim bahwa setiap mahluk yang diciptakan tuhan

pasti diberi rezeki untuk itu tidak khawatir memiliki jumlah anak yang

banyak (Prawirohardjo, 2014).

b. Data Obyektif

1) Pemeriksaan Umum meliputi metode kontrasepsi non hormonal merupakan

pilihan yang lebih baik (buku panduan praktis pelayanan KB hal : MK-31),

untuk tekanan darah tinggi selama < 180/ 110 mmHg ibu boleh

menggunakan KB PIL dan suntikan progestin, untuk tekanan darah tinggi

boleh menggunakan metode KB AKDR, pada nadi jika didapatkan

hasil > 100 x/menit dengan nyeri dada hebat, batuk, napas pendek

merupakan keadaan yang perlu mendapatkan perhatian dimana

memungkinkan masalah yang mungkin terjadi seperti serangan jantung atau


152

bekuan darah di dalam paru.

2) Pemeriksaan fisik terdiri dari pemeriksaan inspeksi dari conjuntiva

berwarna merah muda/ pucat karena jika sklera berwarna kuning

menandakan kemungkinan indikasi adanya penyakit hati pemilihan alat

kontrasepsi non-hormonal lebih diutamakan sedangkan pada ibu yang

mengalami anemia karna haid berlebihan boleh menggunakan metode kb pil,

pada payudara dimana penderita tumor jinak atau kanker payudara boleh

menggunakan metode AKDR, untuk abdomen jika terdapat nyeri abdomen

hebat menandakan penyakit kandung empedu, bekuan darah, pankreatitis

(PIL KB), untuk genitalia jika ditemukan perdarahan vagina yang tidak

diketahui sampai dapat dievaluasi tidak boleh mengunakan metode AKDR,

untuk ekstermitas didapatkan hasil simetris, tidak tampak varises, tidak

nyeri dan tidak tampak oedema karena pada penggunaan suntik kombinasi,

varises, rasa sakit dan kaki bengkak menandakan indikasi risiko tinggi

penggumpalan darah pada tungkai, jika tampak adanya varises pada tungkai

boleh menggunakan metode AKDR dan bila ibu mengalami edema dan

nyeri tungkai, dada dan paha perlu dilakukan tindakan evaluasi lebih lanjut

untuk menentukan penggunaan alat kontrasepsi AKBK.

3) Selanjutnya pemeriksaan palpasi yang meliputi pemeriksaan payudara jika

terabanya benjolan yang dapat menandakan adanya kemungkinan akseptor

menderita tumor jinak atau kanker payudara boleh menggunakan metode

AKDR.

4) Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan PP test untuk memastikan ibu


153

sedang hamil atau tidak.

Langkah 2 : Interpretasi Data Dasar

Diagnosis : Papah calon akseptor alat kontrasepsi ........

Masalah : Tidak ada

Langkah 3 : Identifikasi Diagnosis/ Masalah Potensial

Tidak ada

Langkah 4 : Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Tidak ada

Langkah 5 : Mengembangkan Rencana Intervensi

1) Beritahukan hasil pemeriksaan yang dilakukan kepada ibu

Rasional : Informasi yang jelas dapat mempermudah komunikasi petugas

dan klien untuk tindakan selanjutnya.

2) Berikan KIE mengenai kontrasepsi!

Rasional : Banyak pasangan suami istri memilih memulai hubungan seksual

segera setelah lokhia ibu menghilang.

3) KIE tentang jenis-jenis KB untuk menyusui

Rasional : Klien dapat mengetahui jenis-jenis KB yang tepat pada masa

menyusui

4) Bantu ibu memilih keputusan dalam penggunaan KB brsama suami

Rasional : Klien lebih tepat dan siap dalam memilih alat kontrasepsi yang

sesuai dengan klien dan suami.

Langkah 6 : Implementasi

Pelaksanaan dilakukan dengan efisien dan aman sesuai dengan rencana


154

asuhan yang telah disusun. Pelaksanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan

atau anggota tim kesehatan lainnya.

Langkah 7 : Evaluasi

Evaluasi merupakan penilaian tentang keberhasilan dan keefektifan asuhan

kebidanan yang telah dilakukan. Evaluasi didokumentasikan dalam bentuk SOAP.


BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

Laporan tugas akhir ini adalah rangkaian dari kegiatan Asuhan Kebidanan

komprehensif (Continuity of care) yang dilaksanakan oleh penulis dengan

menggunakan rancangan descriptive type studi kasus.

Studi kasus sendiri merupakan sebuah kegiatan yang harus dilakukan dalam

memberikan bantuan kepada klien dan keluarga karena hanya melalui studi kasus,

penulis dapat menemukan sebuah diagnosis, prognosa, dan pemberian bantuan

yang tepat ( Seriwati, Jurnal Studi Kasus, 2014 ).

Menggunakan metode penulisan observasional descriptive dengan

pendekatan studi kasus asuhan kebidanan secara komprehensif (Continuity of care)

dengan pendekatan manajemen asuhan kebidanan 7 langkah Varney dan dengan

catatan perkembangan yang berbentuk SOAP.

B. Lokasi Dan Waktu

1. Lokasi

Pemberian asuhan kebidanan berkesinambungan (Continuity Of Care)

secara komprehensif akan dilaksanakan di Klinik Umum dan Bersalin Ramlah

Parjib 2 yang beralamat di Jl. Am Sangaji Gg.12 RT 10 No 65A, Kel. Bandara,

Kec. Sungai Pinang, Kota Samarinda, Kalimantan Timur.

155
156

2. Waktu

Pemberian asuhan kebidanan berkesinambungan (Continuity Of Care)

secara komprehensif direncanakan akan dilaksanakan secara mandiri mulai

April sampai dengan Juni 2022.

C. Subjek Kasus

Subjek kasus dalam penelitian ini adalah ibu hamil trimester III dengan usia

kehamilan 39 Minggu tanpa faktor resiko. Subjek Kasus diberikan asuhan

kebidanan secara komprehensif mulai periode kehamilan, persalinan, nifas, bayi

baru lahir, nifas, neonatus, sampai dengan pelayanan kontrasepsi.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan data

sekunder. Data primer didapatkan dari hasil observasi dengan pengamatan

secara langsung terhadap kondisi klien. Pengamatan tersebut dimulai dari

pengamatan perilaku klien, kebiasaan klien, melakukan wawancara langsung

kepada klien, orang tua, dan keluarga klien, serta melakukan pemeriksaan fisik

kepada klien yang meliputi inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi yang

dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai dengan asuhan yang akan

dilakukan. Data sekunder sendiri didapatkan dari dokumentasi atau catatan

rekam medis dari pihak terkait yang dapat menunjang untuk pengumpulan data

seperti dokumentasi kunjungan ibu ke Klinik Umum dan Bersalin Ramlah


157

Parjib 2 dan Kunjungan ke fasilitas kesehatan lainnya yang terdapat pada buku

KIA ibu maupun data dari catatan Bidan.

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam studi kasus menggunakan

pendekatan manajemen kebidanan sesuai dengan 7 langkah Varney yang di

dokumentasikan dalam bentuk SOAP. Langkah ini meliputi :

a. Melakukan pengkajian terhadap pasien

b. Interpretasi data dasar

c. Identifikasi diagnosa dan masalah potensial

d. Identifikasi kebutuhan tindakan segera.

e. Intervensi

f. Implementasi

g. Evaluasi

E. Instrumen

Instrumen yang digunakan adalah wawancara (format pengkajian), pedoman

observasi (lembar observasi, partograf, dll), dan instrumen lainnya yang dibutuhkan

saat implementasi.`

F. Kerangka Kerja

Kerangka kerja atau langkah-langkah yang akan digunakan dalam

penelitian disajikan dalam bentuk kerangka kerja atau alur penelitian, yaitu :
158

Gambar 3.1 Kerangka Kerja

G. Etika

Dalam sub bab ini akan diuraikan bahwa penulis telah melakukan prosedur

yang berkaitan dengan etika penelitian. Masalah etika dalam kasus kebidanan

sangat diperlukan mengingat bahwa manusia sebagai objek penelitian, sehingga

dibutuhkan beberapa etika dasar agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan,

beberapa ,merupakan beberapa etika dasar tersebut antara lain :


159

1. Self Determination (Hak Pengambilan Keputusan)

Memberikan hak kepada klien untuk membuat keputusan secara sadar,

bebas dari paksaan untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam kegiatan

ini.

2. Privacy (Privasi)

Memberikan kesempatan kepada klien untuk menentukan waktu dan

situasi dimana dia terlibat. Informasi yang didapat dari klien tidak boleh di

kemukakan kepada umum tanpa persetujuan yang bersangkutan.

3. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent ini merupakan sebuah lembar persetujuan untuk calon

responden atau klien , yang wajib ditanda tangani oleh klien jika klien bersedia

dan setuju untuk menjadi objek penelitian. Tujuannya agar klien benar-benar

mengerti maksud dan tujuan penelitian. Tetapi jika klien tidak bersedia, maka

peneliti harus menghormati keputusan dan hak klien

4. Anonimity (Tanpa Nama)

Anonimity menjelaskan bentuk proposal ini tidak perlu mencantumkan

nama lengkap klien pada pendokumentasian asuhan kebidanan tetapi peneliti

hanya akan mencantumkan inisial dari nama klien.

5. Confidentiality (Kerahasiaan)

Kerahasiaan menjelaskan bahwa setiap masalah ataupun data klien

harus dirahasiakan, sehingga informasi yang diberikan klien kepada peneliti

dijamin kerahasiaannya.
160

H. Keterbatasan

Keterbatasan yang didapatkan oleh penyusun selama proses pemberian

asuhan kebidanan secara komprehensif maupun pada saat proses penyusunan

proposal laporan tugas akhir adalah waktu observasi yang singkat sehingga

pemberian asuhan yang dilakukan kurang maksimal.


BAB IV

TINJAUAN KASUS

A. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Kebidanan

Kunjungan ANC 1

S : Subjektif

a) Pengkajian

Tanggal Pengkajian : 12 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 12.30 Wita

Tempat Pengkajian : Klinik Umum Dan Bersalin Ramlah Parjib 2

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

1) Identitas

Nama Ibu : Ny. R Nama Suami : Tn. R

Umur : 21 Tahun Umur : 21 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku : Jawa Suku : Jawa

Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pekerjaan : Swasta

Alamat : Jl. Lambung Mangkurat Gg. Pelita

2) Alasan Datang

Ibu mengatakan ingin memeriksa kehamilannya.

3) Keluhan Utama

Ibu mengatakan nyeri pada pinggang dan perut sering kencang-kencang.

161
162

4) Riwayat Kesehatan Klien

Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit yang

dapat memperberat atau diperberat oleh kehamilannya seperti ginjal,

hipertensi, diabetes, asma dan jantung, dan tidak terdapat penyakit yang

bersifat menular seperti Hepatitis, HIV/AIDS, Sifilis, dan TBC.

5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Ibu mengatakan didalam keluarga tidak terdapat penyakit yang bersifat

menurun seperti hipertensi, diabetes, asma dan jantung, dan tidak terdapat

penyakit yang bersifat menular seperti Hepatitis, HIV/AIDS, Sifilis, dan

TBC.

6) Riwayat Menstruasi

HPHT : 05 Agustus 2021

HPL : 11 Mei 2022

Ibu menstruasi pertama kali saat usia 12 Tahun dengan siklus haid 28-30

hari, lama menstruasi ± 4-6 hari, dalam sehari ibu biasa mengganti

pembalut 2-3 kali, warna darah merah kehitaman dan terdapat gumpalan

darah, pada saat 2-3 hari sebelum menstruasi ibu mengalami keputihan dan

selama menstruasi ibu mengeluh nyeri pada saat haid hari pertama sampai

dengan hari ketiga.


163

7) Riwayat Obstetri

Kehamilan Persalinan Anak Nifas

S
N u P
A P T P A P
o a e J J BB Lak
n UK nl m en H M b en
n ns K /PB tasi
m k g pt y n y
y
i

1 H A M I L I N I

8) Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah mengggunakan alat kontrasepsi jenis

apapun.

9) Riwayat Kehamilan Sekarang

Ini merupakan kehamilan pertama ibu, ibu pertama kali mengetahui

kehamilannya melalui test pack mandiri, lalu setelah didapatkan hasil test

positif, ibu melakukan pemeriksaan USG di klinik dan didapatkan hasil

usia kehamilan 7 minggu janin tunggal hidup intrauterine. Di trimester

pertama kehamilan ibu mengeluh sering lemas, mual dan pusing. Untuk

menangani keluhan tersebut ibu beristirahat, makan sedikit tapi sering, ibu

diberikan tablet Asam Folat dan tablet FE, dan ibu sudah mendapatkan

konseling tentang kebutuhan nutrisi pada ibu hamil.

Ibu pertama kali merasakan gerakan janinnya pada saat usia kehamilan 16

minggu, pada trimester kedua ini ibu tidak memiliki keluhan apapun. Ibu

rajin meminum asam folat 1 tablet pada pagi hari dan 1 tablet FE pada
164

malam hari. Status TT ibu adalah TT 2. Ibu sudah mendapatkan konseling

tentang tanda bahaya kehamilan dan cara menghitung gerak janin.

Pada trimester ketiga kehamilan ibu memiliki keluhan yaitu ibu sering

buang air kecil dan pinggang terasa nyeri, untuk menangani hal ini ibu

lebih banyak minum di siang hari dan mengurangi jumlah minum pada

malam hari, ibu juga diajarkan teknik manajemen nyeri, Ibu rajin

meminum tablet kalsium 1 tablet pada pagi hari dan 1 tablet FE di malam

hari ibu telah mendapatkan konseling tentang tanda bahaya kehamilan

trimester ketiga dan teknik relaksasi nafas.

Selama hamil ibu sering melakukan pemeriksaan kehamilannya

kepada bidan, dokter, dan dokter spesialis total sebanyak 12 kali, 4 kali di

trimester pertama, 4 kali ditrimester kedua dan 4 kali di trimester ketiga,

selama kehamilan ibu juga rajin meminum tablet FE 1 tablet setiap malam.

10) Riwayat Ginekologi

Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang mengalami penyakit atau

gangguan pada sistem reproduksi seperti Mioma Uteri, Endometritis dan

Kanker Serviks.

11) Pola Fungsional Kesehatan

Pola Sebelum Hamil Saat Hamil


Nutrisi Ibu makan 3x/hari dengan Ibu makan 3x/hari
porsi seimbang (nasi, lauk, dengan porsi seimbang
sayur). (nasi, lauk, sayur).
Minum air putih 3-4 Minum air putih 5-6
gelas/hari. gelas/hari, ibu tidak ada
Ibu tidak ada keluhan. keluhan.
Eliminasi BAK: 2-3x/hari BAK: 8-10x/hari
BAB: 1x/hari BAB: 1x/hari, fases
Ibu tidak ada keluhan. berwarna kecoklatan
165

dengan konsistensi lunak.


Ibu mengeluh sangat
sering kencing.
Istirahat Tidur siang tidak teratur Tidur siang 1-2 jam/hari.
Tidur malam 8-9 jam/hari 5-6 jam/hari kualitas tidur
Ibu tidak ada keluhan. kurang baik.
Ibu mengeluh susah tidur
dan sering terbangun
akibat ingin buang air
kecil.
Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaan Ibu mengerjakan pekerjaan
rumah tangga sendiri dan rumah tangga sendiri dan
dibantu oleh suami . Ibu dibantu oleh suami.
tidak ada keluhan Ibu tidak ada keluhan.
Personal Ibu mandi 2x/hari, setiap Ibu mandi 2x/hari,
Hygiene hari ibu menggosok gigi menggosok gigi 2x,
2x, keramas setiap 3 kali keramas setiap 3 kali
seminggu dan mengganti seminggu, mengganti
pakaian bersih setiap pakaian bersih setiap
setelah mandi. Ibu tidak setelah mandi, dan
ada keluhan. mengganti celana dalam
setiap terasa lembab. Ibu
mengeluh celana dalam
sering lembab akibat
adanya keputihan
berwarna putih tidak
gatal, dan tidak bau.
Kebiasaan Ibu tidak merokok, minum Ibu tidak merokok,
alkohol, minum obat- minum alkohol, minum
obatan terlarang, dan obat-obatan terlarang,
minum jamu. Ibu tidak ada dan minum jamu.
keluhan Ibu tidak ada keluhan.
Seksualitas 3-4x/minggu 1x/minggu
Ibu tidak ada keluhan. Ibu mengeluh takut untuk
berhubungan sexual
karena perutnya yang
sudah semakin
membesar.
166

12) Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a) Psikologi

Ini merupakan kehamilan pertama ibu dan kehamilan ini

direncanakan, ibu dan suami sangat senang dengan kehamilan ini.

b) Sosial

Ini merupakan pernikahan pertama ibu dengan suami, lama

menikah ±9 bulan, status pernikahan sah dan kehamilan ini merupakan

kehamilan pertama ibu. Hubungan ibu dengan keluarga cukup baik,

Suami dan keluarga sangat senang dan sangat menerima kehamilan ini.

c) Kultural

Ibu mengatakan pada saat usia kehamilan menginjak 28

minggu, dilakukan ritual adat yaitu siram-siraman namun kegiatan

tersebut tidak mempengaruhi kehamilan ibu.

d) Spiritual

Ibu tidak memiliki ritual keagamaan yang dapat merugikan

kehamilan.

O : Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Ekspresi Wajah : Ceria

c. Keadaan Emosional : Baik

d. Tanda-tanda Vital :

1) Tekanan Darah : 120/80 mmHg


167

2) Nadi : 86 x/menit

3) Pernafasan : 20 x/menit

4) Suhu : 36,6oC

b. Antropometri :

1) BB sebelum hamil : 54 kg

2) BB saat ini : 65 kg

3) TB : 162 cm

4) LILA : 27 cm

5) Lingkar Panggul :

a) Distansia Spinarum : 33cm

b) Distansia Kristarum : 28cm

c) Konjungata Eksterna : 20cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, bersih,warna rambut hitam,distribusi rambut

merata, tidak ada lesi dan tidak ada oedem.

Wajah : Simetris, ekspresi wajah bahagia, tidak terdapat cloasma

gravidarum, tidak ada oedem pada wajah.

Mata : Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera

berwarna putih, tidak ada oedem, tidak ada gangguan

penglihatan.

Hidung : Simetris, tidak terdapat pengeluaran sekret, tidak ada polip,

dan tidak ada pernafasan cuping hidung


168

Telinga : Simetris, bersih, tidak ada pengeluaran sekret berlebih, dan

tidak ada gangguan pendengaran

Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, tidak ada peradangan pada

tonsil maupun ovula, tidak terdapat caries dentist, tidak ada

stomatitis, lidah bersih dan tremor

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun

thyroid, tidak ada pembengkakan pada vena jugularis, dan

tidak ada hiperpigmentasi

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi suara nafas

normal (vesikuler), tidak suara nafas tambahan seperti

wheezing maupun ronchi. Bunyi jantung reguler terdengar

bunyi jantung 1 menutupnya katup trikuspidalis dan katup

mitral di antara intercosta 5 dan 6, bunyi jantung 2

terdengar bunyi menutupnya katup aorta dan katup

pulmonalis di intercosta 1 dan 2. Tidak terdapat bunyi

jantung tambahan.

Payudara : Simetris, terdapat pembesaran pada kedua payudara, Putting

susu menonjol, areola hiperpigmentasi, terdapat

pengeluaran colostrum pada kedua payudara, dan tidak ada

pembengkakan pada payudara


169

Abdomen : Terdapat linea nigra dan strea albicans, tidak ada luka bekas

operasi

TFU: 32 cm

Leopold I : Teraba bagian lunak, kurang bulat, dan kurang

melenting (Bokong Janin)

Leopold II:Teraba bagian keras dan memanjang seperti

papan (punggung janin) pada kiri ibu dan teraba bagian

terkecil janin (ekstermitas) pada kanan ibu

Leopold III:Teraba bagian keras, bulat, dan melenting

(kepala janin) dan tidak dapat digoyangkan

Loepold IV : Sebagian besar kepala sudah masuk PAP

(divergen)

TBJ: (32-11)x155=3255 gram

DJJ : 151x/menit terdengar di bagian kuadran kiri bawah.

Genetalia : Terdapat keputihan berwarna putih tetapi tidak berbau, tidak

ada oedem pada genetalia, tidak ada varices, tidak ada

pembesaran kelenjar bartolini dan kelenjar skene.

Anus : Tidak terdapat Hemoroid.

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices, CRT kembali

<2 detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+), homan sign (-),

reflek babinsi (+), reflek patella (+)


170

3. Pemeriksaan Penunjang

a) Pada Tanggal 07 April 2022 dilakukan pemeriksaan penunjang Darah

Lengkap dan Urin lengkap dengan hasil sebagai berikut :

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal


Hematologi
Darah Lengkap :
1) Haemoglobin 12,5gr/dl 11 - 17 gr/dl
2) Hematokrit 40 % 40 - 52 %
3) Leukosit 9.300/uL 4.000 - 11.000 uL
4) Trombosit 184.000/uL 150.000 - 440.000 uL
5) Eritrosit 5,8 juta/uL 4,4 - 5,9 juta/uL
6) LED -
7) Basofil 0% 0-1 %
8) Eosinofill 1% 1-3 %
9) Batang 2% 2-6 %
10) Segmen 68 % 50-70 %
11) Limfosit 24 % 20-40 %
12) Monosit 3% 2-8 %
Imser/Urinalisa:
1) Anti HIV Non Reaktif Non Reaktif
2) HbsAg Negatif (-) Negatif
3) Protein Urin Negatif (-) Negatif
4) Glukosa Urin Negatif (-) Negatif
5) Syphilis Ab Non Reaktif Non Reaktif

b) Pemeriksaan USG

Pada saat dilakukan pemeriksaan USG pada 30 April 2022 di dapatkan

hasil usia kehamilan 38 Minggu, letak kepala, letak plasenta di corpus,

ketuban cukup, tidak terdapat lilitan tali pusat, Tafsiran berat janin :

3091gram, jenis kelamin laki-laki, letak punggung disebelah kiri ibu dan

Hari perkiraan lahir 11 Mei 2022

A : Assesment

a) Diagnosis : GIP0000 usia kehamilan 40 minggu 1 Hari Janin tunggal

hidup Intrauterin
171

b) Masalah : Tidak ada

c) Diagnosis Potensial : Tidak ada

d) Masalah Potensial : Tidak ada

e) Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada


P : Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

13.30 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisinya saat ini Mahasiswa

dalam keadaan normal

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

13.35 2. Memberikan KIE tentang ketidaknyamanan pada ibu Mahasiswa

hamil trimester III yaitu seperti sering kencing, nyeri

pinggang, dan perut sering kencang-kencang.

E/ Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang

diberikan.

13.40 3. Memberikan KIE tentang persiapan persalinan yaitu Mahasiswa

meliputi penolong, biaya persalinan, alat transportasi,

metode kontrasepsi setelah persalinan, dan persiapan

pendonor darah..

E/ Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang telah

diberikan .

13.45 4. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan Mahasiswa

mengurangi aktifitas berat

E/ Ibu mengerti dan bersedia untuk mengikuti anjuran


172

13.50 5. Menganjurkan ibu untuk mengganti celana dalam Mahasiswa

setiap kali lembab agar tidak terjadi jamur pada

kemaluan ibu;
14.00
E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang

diberikan

14.10 6. Menganjurkan ibu untuk melakukan hubungan sexual Mahasiswa

dengan suami sesering mungkin tetapi tetap berhati-

hati.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan hubungan

sexual dengan suami lebih sering

7. Menjadwalkan kunjungan ulang selanjutnya pada

tanggal 18 Mei 2022 atau jika ada keluhan.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang selanjutnya
173

CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan II

Tanggal Pengkajian : 16 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 10.00 WITA

Tempat Pengkajian : Klinik Umum dan Bersalin Ramlah Parjib

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan terkadang perutnya sering kencang-kencang dan ibu merasa

cemas dengan kehamilannya.

2. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Ibu makan 3x/hari dengan porsi seimbang (nasi, lauk, sayur). Minum
air putih 5-6 gelas/hari.
Ibu tidak ada keluhan.
Eliminasi BAK: 9-10x/hari
BAB: 1x/hari
Ibu mengeluh sering kencing.
Istirahat Tidur siang 1-2 jam/hari
Tidur malam 6-7 jam/hari
Ibu tidak ada keluhan.
Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga seperti menyapu, mencuci,
dan memasak.
Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Personal Ibu mandi dan gosok gigi 2x/hari, keramas 3x seminggu dan
mengganti pakaian setiap setelah mandi, mengganti celana dalam
Hygiene setiap terasa lembab.
Ibu mengatakan terdapat keputihan di celana dalamnya.
Kebiasaan Ibu tidak merokok, minum alkohol, minum obat-obatan terlarang,
dan minum jamu.
Ibu tidak ada keluhan.
Seksualitas 2x minggu
Ibu mengatakan takut melakukan hubungan sexual.
174

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a) Kesadaran : Composmentis

b) Keadaan Umum : Baik

c) Tanda-tanda Vital :

1. Tekanan Darah : 110/70 mmHg

2. Nadi : 83 x/menit

3. Pernafasan : 20 x/menit

4. Suhu : 36,7oC

b. Antropometri :

1. BB saat ini : 66,3 kg

2. TB : 162 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Wajah : Simetris, ekspresi wajah tegang, tidak terdapat cloasma

gravidarum, tidak ada oedem dan massa pada wajah.

Mata : Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna

putih, tidak ada oedem pada palpebra, tidak ada gangguan

penglihatan

Payudara : Putting susu menonjol, areola berhiperpigmentasi, terdapat

pengeluaran colostrum pada kedua payudara, tidak ada

pembengkakan pada payudara.


175

Abdomen : Terdapat linea nigra dan strea albicans, tidak ada luka bekas

operasi

TFU: 32 cm

Leopold I : Teraba bagian lunak, kurang bulat, dan kurang

melenting (Bokong Janin)

Leopold II : Teraba bagian keras dan memanjang seperti papan

(punggung janin) pada kiri ibu dan teraba bagian terkecil janin

(ekstermitas) pada kanan ibu

Leopold III: Teraba bagian keras, bulat, dan melenting (kepala

janin) dan tidak dapat digoyangkan

Loepold IV : Sebagian besar kepala sudah masuk PAP (divergen)

DJJ: 146x/menit

TBJ: (32-11)x155=3255 gram

Genetalia : Terdapat keputihan berwarna putih tidak berbau, tidak ada oedem

pada genetalia, tidak ada varices, tidak ada pembesaran kelenjar

bartolini dan kelenjar skene.

Anus : Tidak terdapat Hemoroid

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices, CRT kembali <2

detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+), homan sign (-), reflek

babinski (+), reflek patella (+)


176

A: Assasment

Diagnosa : GIP0000 usia kehamilan 40 minggu 5 Hari Janin tunggal

hidup Intrauterin

Masalah : Cemas

Diagnosis Potensial : Fetal Distress

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera: Rujuk Ke Rumah Sakit

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

10.15 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisinya saat ini dalam

keadaan normal.

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

10.18 2. Menganjurkan ibu untuk memeriksakan kehamilannya

kepada dokter spesialis kandungan .

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran yang

diberikan

10.20 3. Menganjurkan ibu untuk melakukan berjalan kaki di pagi Mahasiswa

dan sore hari.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan anjuran tersebut


177

10.25 4. Memberikan KIE Tanda bahaya kehamilan trimester Mahasiswa

ketiga pada ibu dan janin seperti perdarahan dalam

kehamilan, gerakan janin berkurang, nyeri hebat.

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

10.30 5. Memberikan KIE mengenai tanda-tanda persalinan Mahasiswa

meliputi keluar lendir bercampur darah atau cairan

ketuban dari jalan lahir, perut mulas-mulas teratur yang

semakin lama dan semakin sering;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

10.35 6. Menganjurkan ibu untuk melakukan hubungan sexual Mahasiswa

dengan suami sesering mungkin tetapi tetap berhati-hati.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan hubungan sexual

dengan suami lebih sering.

10.40 7. Menjadwalkan ulang ibu kembali pada 18 Mei 2022, atau Mahasiswa

jika ada keluhan.

E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.


178

B. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Persalinan

KALA I

Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 06.30 WITA

Tempat Pengkajian: RSIA Aisyiyah Samarinda

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Alasan Datang Periksa/Keluhan Utama

Ibu mengatakan perutnya kencang-kencang sejak pukul 04.00 WITA,

terdapat pengeluaran cairan berwarna putih melalui vagina, dan pada pukul 04.25

terdapat pengeluaran lendir bercampur darah.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit yang

dapat memperberat atau diperberat oleh proses persalinannya seperti ginjal,

hipertensi, diabetes, asma dan jantung, dan tidak terdapat penyakit yang bersifat

menular seperti Hepatitis, HIV/AIDS, Sifilis, dan TBC.

3. Riwayat Kehamilan Sekarang

Pada tanggal 18 Mei 2022 ibu melakukan pemeriksaan kehamilannya

kepada dokter spesialis kandungan dan dari dokter di rujuk ke RSIA Aisyiyah

Samarinda, lalu setelah dilakukan rujukan ibu diberikan induksi persalinan

misoprostol 1/4 tablet melalui vagina pada pukul 21.30 WITA dan pada 19 Mei

2022 pukul 03.00 diberikan kembali induksi persalinan melalui intravena yaitu
179

diberikan cairan RL drip oxytocin 5 unit 8 TPM atas perintah dari dokter

penanggung jawab, dan sejak pukul 04.00 WITA ibu mengatakan perutnya semakin

sakit dan kencang-kencang semakin sering.

4. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Saat Hamil Saat Ini


Nutrisi Ibu makan 3x/hari dengan Ibu terakhir makan kemarin pukul
porsi seimbang (nasi, lauk, 20.30 WITA dengan porsi
sayur). Minum air putih 5-6 seimbang (nasi, lauk, sayur).
gelas/hari, ibu tidak ada Minum air putih 5-6 gelas/hari.
keluhan. Ibu tidak ada keluhan.
Eliminasi BAK: 8-10x/hari BAK terakhir pukul 05.00 WITA,
BAB: 1x/hari, fases berwarna jernih kekuningan
berwarna kecoklatan BAB terakhir kemarin pukul 06.30
dengan konsistensi lunak. WITA, konsistensi padat dan
Ibu mengeluh sangat sering berwarna coklat.
kencing. Ibu merasa nyeri saat akan buang
air kecil.
Istirahat Tidur siang 1-2 jam/hari. Ibu tidak bisa istirahat karena
5-6 jam/hari kualitas tidur perutnya yang semakin sering
kurang baik. nyeri dan kencang-kencang.
Ibu mengeluh susah tidur
dan sering terbangun akibat
ingin buang air kecil.
Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaan Ibu berjalan-jalan disekitar rumah
rumah tangga sendiri dan sakit untuk mempercepat
dibantu oleh suami. pembukaan.
Ibu tidak ada keluhan. Ibu tidak ada keluhan.
Personal Ibu mandi 2x/hari, Ibu sudah mandi, menyikat gigi
Hygiene menggosok gigi 2x, dan keramas pada pukul 06.00 dan
keramas setiap 3 kali sudah mengganti pakaian dengan
seminggu, mengganti pakaian bersih.
pakaian bersih setiap Ibu tidak ada keluhan.
setelah mandi, dan
mengganti celana dalam
setiap terasa lembab. Ibu
mengeluh celana dalam
sering lembab akibat
adanya keputihan berwarna
putih tidak gatal, dan tidak
bau.
Kebiasaan Ibu tidak merokok, minum Ibu tidak merokok, minum alkohol,
alkohol, minum obat-obatan minum obat-obatan terlarang, dan
180

terlarang, dan minum jamu. minum jamu.


Ibu tidak ada keluhan. Ibu tidak ada keluhan
Seksualitas 1x/minggu Tidak ada
Ibu mengeluh takut untuk Ibu mengatakan tidak ingin
berhubungan sexual karena berhubungan sexual karena
perutnya yang sudah perutnya sakit dan nyeri pada
semakin membesar. pinggang.

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Ekspresi Wajah : Meringis

c. Keadaan Emosional : Baik

d. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 130/80 mmHg

2) N : 85 x/menit

3) RR : 20 x/menit

4) T : 36,5oC

e. Antropometri :

1) BB saat ini : 66,3 kg

2) TB : 162cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, distribusi rambut merata, tidak ada ketombe, tidak ada

oedem maupun massa

Wajah : Simetris, wajah segar, tidak ada oedem maupun massa

Mata : Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna


181

putih, tidak ada oedem pada palpebral, tidak ada gangguan

penglihatan

Hidung : Simetris, tidak polip maupun sekret, tidak ada pernafasan

cuping

Hidung

Telinga : Simetris, tidak ada sekret, tidak ada gangguan pendengaran

Mulut : Simetris, bibir segar, tidak peradangan pada tonsil maupun

ovula, lidah bersih dan tremor

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun thyroid,

tidak ada pembengkakan pada vena jugularis

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi suara nafas

normal (vesikuler), tidak suara nafas tambahan seperti wheezing

maupun ronchi. Bunyi jantung reguler terdengar bunyi jantung

1 menutupnya katup trikuspidalis dan katup mitral di antara

intercosta 5 dan 6, bunyi jantung 2 terdengar bunyi

menutupnya

katup aorta dan katup pulmonalis di intercosta 1 dan 2. Tidak

terdapat bunyi jantung tambahan.

Payudara : Puting susu menonjol, areola berhiperpigmentasi, terdapat

pengeluaran colostrum pada kedua payudara, tidak ada

pembengkakan pada payudara

Abdomen : Terdapat linea nigra dan strea albicans, tidak ada luka bekas

Operasi
182

TFU: 32 cm

Leopold I : Teraba bagian lunak, kurang bulat, dan kurang

melenting (Bokong Janin)

Leopold II : Teraba bagian keras dan memanjang seperti

papan(punggung janin) pada kiri ibu dan teraba bagian terkecil

janin (ekstermitas) pada kanan ibu.

Leopold III: Teraba bagian keras, bulat, dan melenting (kepala

janin) dan tidak dapat digoyangkan

Loepold IV : Sebagian besar kepala sudah masuk PAP

(divergen)

DJJ: 152x/menit

TBJ: (32-11)x155=3255 gram

Genetalia : Terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, tidak ada oedem

pada genetalia, tidak ada varices, tidak ada pembesaran

kelenjar skene dan kelenjar bartholini

Anus : Tidak terdapat Hemoroid

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices, CRT kembali <2

detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+), homan sign (-), reflek

babinski (+), reflek patella (+)

3. Pemeriksaan Khusus

a. Pemeriksaan Dalam

Jam : 06.45

1) Vulva dan vagina: terdapat pengeluaran lendir darah


183

2) Portio : Tipis

3) Effacement : 80%

4) Pembukaan : 4 cm

5) Ketuban : Utuh

6) Presentasi : Kepala

7) Denominator : UUK

8) Molase :0

9) Hodge : II

b. Pemeriksaan HIS

HIS kala I pukul 06.50 WITA: 3x10’=40-45”

A:

Diagnosa : GIP0000 Usia Kehailan 41 Minggu 1 hari Janin Tunggal

Hidup Intrauterine dengan inpartu Kala I fase aktif

persalinan normal

Masalah : Nyeri

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera: Tidak ada

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

06.50 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan Mahasiswa

keluarga bahwa saat ini ibu mendekati proses persalinan


184

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

07.00 2. Menganjurkan ibu untuk tidur miring ke kiri atau Mahasiswa

berjalan agar proses penurunan kepala dan pembukaan

meningkat

E/ Ibu berjalan-jalan disekitar rumah sakit agar

pembukaan meningkat

07.05 3. Mengajarkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi Mahasiswa

nafas dalam jika sedang terjadi kontraksi

E/ Ibu bersedia melakukan relaksasi nafas dalam

07.10 4. Menganjurkan ibu untuk mendapatkan asupan makanan Mahasiswa

dan minuman saat kontraksi mulai mereda

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

07.20 5. Memberikan KIE tentang proses persalinan normal Mahasiswa

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

07.30 6. Menganjurkan suami untuk memberikan dukungan Mahasiswa

psikologis kepada ibu guna meningkatkan semangat

dan kepercayaan diri dalam proses persalinan ibu

E/ Suami bersedia melakukan dukungan kepada ibu

07.35 7. Menyiapkan partus set dan APD serta perlengkapan Mahasiwa

pertolongan persalinan yang lainnya.

E/ Partus set telah tersedia, alat dalam partus set

lengkap, APD telah lengkap disiapkan, alat

dekontaminasi alat juga telah siap, washlap, tempat


185

pakaian kotor, 2 buah lampin bayi tersedia.

Keseluruhan siap digunakan. (lampin, popok, topi,

sarung tangan dan kaki) sudah tersedia dan siap dipakai.

07.40 8. Menyiapkan pakaian bayi dan pakaian ganti ibu; Mahasiswa

E/ Pakaian ibu (baju ganti, sarung, pampers, dan gurita)

dan pakaian bayi telah disiapkan

07.45 9. Mengobservasi HIS dan DJJ; Mahasiwa

a. HIS: 4x10’= 40-45”

b. DJJ: 140x/menit

08.15 10. Mengobservasi HIS dan DJJ; Mahasiswa

a. HIS: 4x10’=40-45”

b. DJJ: 155x/menit

08.45 11. Mengobservasi HIS dan DJJ; Mahasiswa

a. HIS: 5x10’40-45”

b. DJJ: 155x/menit

09.15 12. Mengobservasi HIS dan DJJ;

a. HIS: 5x10’=40-40”

b. DJJ: 155x/menit

09.16 13. Melakukan pemeriksaan dalam, didapatkan hasil; Mahasiswa

a. Vulva dan vagina: Terdapat pengeluaran lendir

darah

b. Portio: Tipis

c. Effacement: 80%
186

d. Pembukaan: 8 cm

e. Ketuban: Utuh

f. Presentasi: Kepala

g. Denominator: UUK

h. Molase : Tidak ada

i. Hodge: III

09.30 14. Mengobservasi HIS dan DJJ; Mahasiswa

a. HIS: 5x10’=45-50”

b. DJJ: 153x/menit

09.31 15. Melakukan pemeriksaan dalam, didapatkan hasil; Mahasiswa

a. Vulva dan vagina: Terdapat pengeluaran lendir

darah

b. Portio: tipis

c. Effacement : 100%

d. Pembukaan: 10 cm

e. Ketuban: Jernih

f. Presentasi: Kepala

g. Denominator: UUK

h. Molase : Tidak tumpang tindih

i. Hodge: IV
187

KALA II

S: Subjektif

Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, merasa ingin

BAB, dan ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada vaginanya

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran: Composmentis

Keadaan Umum : Baik

2. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : Kontraksi uterus baik/keras

DJJ : 142x/menit

HIS : 5x10’45-50 detik

Genetalia : Perineum menonjol, vulva tampak membuka

Anus : Tekanan pada anus, sfingter ani tampak membuka

A: Assesment

Diagnosa : GIP0000 usia kehamilan 41 minggu 1 hari dengan kala II

persalinan normal.

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Tidak ada


188

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

09.32 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa Mahasiswa

pembukaan sudah lengkap dan ibu siap dipimpin untuk

mengejan

E/ Ibu mengerti dan siap untuk mengejan

09.33 2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan Mahasiswa

dan menggunakan APD

E/ Alat partus telah siap, dan APD telah digunakan

09.34 3. Meletakkan kain bersih di atas perut ibu untuk Mahasiswa

mengeringkan bayi

E/ Handuk telah diletakkan di atas perut ibu

4. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali

kelengkapan alat dan bahan ;

E/ Alat dan bahan telah lengkap.

09.40 5. Membimbing ibu untuk meneran dengan baik dan Mahasiswa

benar yaitu saat kepala bayi terlihat 5-6 cm di depan

vulva, mata melihat ke perut dan kedua tangan berada

di pergelangan kaki ibu. Bidan menahan perineum ibu

dengan tangan kanan menggunakan ½ duk steril dan

kepala bayi menahan kepala bayi agar tidak terjadi

defleksi, lalu perlahan bidan melahirkan kepala bayi.

E/ Kepala bayi telah lahir


189

09.41 6. Memeriksa apakah terdapat lilitan tali pusat pada leher Dokter

janin. Jika ada dan longgar maka longgarkan dan Spesialis

lepaskan, jika ada dan erat maka lakukan jepit-jepit

potong tali pusat

E/ Terdapat 2 lilitan tali pusat renggang pada leher

janin, telah dilonggarkan dan.dilepaskan secara

perlahan

09.42 7. Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar Mahasiswa

secara spontan;

E/ Kepala bayi telah melakukan putaran paksi luar

09.42 8. Melakukan biparietal untuk melahirkan bahu bayi Mahasiswa

dengan cara curam ke bawah untuk melahirkan bahu

anterior dan curam ke atas untuk melahirkan bahu

posterior;

E/ Bahu bayi telah lahir

09.43 9. Melakukan sanggah susur untuk melahirkan badan bayi Mahasiswa

dengan cara tangan kanan Bidan menyanggah dada

bayi dan tangan kiri menyusuri badan bayi hingga

bertemu dengan kedua kaki bayi;

E/ Seluruh badan bayi telah lahir

10. Melakukan penilaian selintas Bayi baru lahir;

E/ Bayi menangis kuat dan bergerak aktif, air ketuban

mekonium.Bayi Lahir tanggal 19 Mei 2022 Pukul


190

09.43 JK: Laki-laki, BB : 3560gr PB: 50cm

09.45 11. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan Mahasiswa

bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa

membersihkan verniks. Mengganti handuk basah

dengan handuk/kain yang kering. Meletakkan bayi di

atas perut ibu untuk dilakukan IMD (Inisiasi Menyusu

Dini) ;

E/ Tubuh bayi telah dikeringkan dan handuk bayi telah

diganti dan bayi diletakkan di atas perut ibu

KALA III

S: Subjektif

Ibu merasakan lelah dan mules pada perutnya

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

Kesadaran : Composmentis

Keadaan Umum : Baik

2. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : TFU 2 jari di atas pusat, uterus bulat keras..

Genetalia : Tali pusat memanjang, terdapat semburan darah dari vagina,

kandung kemih kosong.


191

3. Data Bayi Baru Lahir

Bayi lahir spontan tanggal 19 Mei 2022, pukul 09.43 WITA, dengan

jenis kelamin laki-laki, bayi menangis kuat, gerakan aktif, warna kulit

kemerahan, ketuban jernih.

A: Assesment

Diagnosa : GIP0000 Usia Kehailan 41 minggu 1 hari janin tunggal

hidup intrauterine dengan kala III persalinan normal

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Tidak ada

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

09.44 1. Memeriksa kehamilan ganda Mahasiswa

E/ Tidak ada janin ganda dan kehamilan tunggal

09.45 2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntikkan oksitosin di Mahasiswa

1/3 paha atas bagian luar untuk mempertahankan

kontraksi uterus tetap baik/keras

E/ Oksitosin telah disuntikkan

09.46 3. Menjepit tali pusat dengan 2 klem lalu menggunting tali Mahasiswa
pusat kemudian mengikat dengan benang tali pusat
E/ Tali pusat telah digunting dan diikat

4. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -


09.46 Mahasiswa
10 cm depan vulva
192

E/ Klem telah dipindahkan

5. Meletakan satu tangan di atas kain pada perut ibu di tepi


atas simfisis, untuk mendeteksi kontraksi dan sambil
09.47 Mahasiswa
menegangkan tali pusat
E/ Kontraksi uterus baik

6. Melakukan penegangan tali pusat dan dorongan dorso


09.47 Mahasiswa
kranial, menegangkan tali pusat dengan arah sejajar

lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan

lahir ;

E/ Tali pusat memanjang, ada semburan darah, dan

uterus berbentuk globular

09.4 7. Melahirkan plasenta dengan cara menjepit tali pusat 5- Mahasiswa

10 cm di depan vulva, tangan kanan melakukan

peregangan tali pusat terkendali dan tangan kiri

melakukan dorso kranial di atas simfisis pubis ibu.

Setelah plasenta terlihat di depan vulva, tangkap dan

lahirkan plasenta dengan gerakan memutar searah jarum

jam

E/ Plasenta telah lahir

09.46 8. Melakukan masase uterus selama 15 detik Mahasiswa

E/ Masase telah dilakukan, kontraksi uterus baik/keras

09.47 9. Memeriksa kelengkapan plasenta Periksa bagian Mahasiswa

maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan

untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput


193

ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan ke dalam

waskom yang tersedia

E/ Kotiledon ±20, selaput ketuban pada plasenta

lengkap, posisi tali pusat berada lateral pada plasenta,

panjang tali pusat ±50 cm, tebal plasenta ±2,5 cm,

diameter plasenta ±16 cm, berat plasenta ±500 gram.

E/ Plasenta telah lahir dengan lengkap

KALA IV

S: Subjektif

Ibu mengatakan mules setelah persalinan dan terasa nyeri pada jalan lahir

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Keadaan umum : Baik

c. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 115/82 mmHg

2) N : 82x/menit

3) RR : 20x/menit

4) T : 36,7oC
194

2. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : Kontraksi uterus baik/keras, membulat, TFU 1 jari dibawah

pusat.

Genetalia : Terdapat laserasi derajat 2 pada perineum ibu

Anus : Tidak terdapat Hemoroid

A: Assesment

Diagnosa : PI001 dengan kala IV persalinan normal

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Segera : Tidak ada

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

09.48 1. Memeriksa apakah terdapat laserasi pada perineum ibu Mahasiswa

E/ Terdapat laserasi pada mukosa dan kulit perineum

(derajat II) dan dilakukan hecting.

09.43 2. Meminta persetujuan ibu bahwa akan dilakukan Mahasiswa

penjahitan pada perineum dan melakukan anestesi

sebelum melakukan penjahitan

E/ Ibu setuju untuk dilakukan penjahitan perineum

09.45 3. Melakukan anestesi lokal pada perineum dan memulai Dokter

penjahitan pada perineum Spesialis

E/ Perineum telah di jahit


195

09.50 4. Menganjurkan dan mengajarkan ibu untuk melakukan Mahasiswa

massase uterus searah jarum jam selama 15 detik untuk

mempertahankan kontraksi uterus keras agar tidak terjadi

perdarahan;

E/ Ibu bersedia melakukan massase uterus

09.55 5. Menghitung jumlah perdarahan Mahasiswa

E/ Jumlah perdarahan 200 ml

10.00 6. Memeriksa kembali apakah bayi berhasil melakukan IMD Mahasiswa

E/ Bayi berhasil melakukan IMD

10.05 7. Mendekontaminasi alat persalinan dengan cara merendam Mahasiswa

alat di larutan clorin 0,5% selama 10 menit,

E/ Alat telah direndam

10.07 8. Mendekontaminasi tempat persalinan; Mahasiswa

Tempat telah dibersihkan

10.10 9. Membersihkan ibu dengan air DTT, kemudian Mahasiswa

memakaikan pakaian ganti pada ibu;

E/ Ibu telah bersih dan telah dipakaikan baju ganti

10.12 10. Memastikan ibu sudah bersih dan aman; Mahasiswa

E/ Ibu merasa lebih nyaman

10.15 11. Mengobservasi 2 jam post partum; Mahasiswa

E/ Terlampir di dalam partograf


196

C. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 10.43 WITA

Tempat Pengkajian : RSIA Aisyiyah Samarinda

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Identitas Bayi

Nama bayi : By. Ibu R

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir/Jam : 19 Mei 2022/09.43 WITA

Umur : 1 Jam

2. Riwayat Persalinan

Bayi lahir spontan pada tanggal 19 Mei 2022, pukul 09.43 WITA, dengan

jenis kelamin Laki-laki, bayi menangis kuat, bergerak aktif, warna kulit

kemerahan, bayi sudah BAB dan bayi sudah di IMD selama 1 jam dengan APGAR

SCORE 9/10.

3. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Bayi telah diberikan ASI kolostrum

Eliminasi Bayi telah BAB berwarna hijau kehitaman (Mekonium) dan sudah
BAK
197

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Tanda-tanda Vital :

1) Nadi : 130x/menit

2) Pernafasan : 46x/menit

3) Suhu : 36,6oC

c. Pemeriksaan Antropometri:

a. BB : 3560 gram

b. PB : 50 cm

c. LK :

1) Circumferensia suboccipito bregmatika : 33 cm

2) Circumferensia fronto oksipitalis : 34 cm

3) Circumferensia mento oksipitalis : 35 cm

d. LD : 34 cm

e. LP : 30 cm

f. Lila : 12 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bentuk bulat, terdapat caput succedaneum, tidak terdapat cepal

hematoma, tidak tedapat molase, penyebaran rambut tipis dan

merata, rambut berwarna hitam, Ubun ubun datar, teraba UUB

berbentuk seperti berlian dan UUK berbentuk segitiga

Mata : Simetris, tidak terdapat kotoran dan perdarahan, pupil normal,


198

konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak terdapat

strabismus.

Hidung : Simetris, tidak ada pernafasan cuping hidung, tidak ada polip,

tidak ada sekret

Telinga : Simetris, terdapat lubang telinga dan tidak ada pengeluaran

kotoran dan perdarahan

Mulut : Simetris, bibir tidak sianosis, mukosa mulut lembab, tidak

terdapat labioskizis/labiopalatoskizis

Leher : Simetris, tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe dan kelenjar

tiroid, tidak ada bendungan vena jugularis

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi suara nafas

normal (vesikuler), tidak suara nafas tambahan seperti wheezing

maupun ronchi. Bunyi jantung reguler terdengar bunyi jantung

1 menutupnya katup trikuspidalis dan katup mitral di antara

intercosta 5 dan 6, bunyi jantung 2 terdengar bunyi menutupnya

katup aorta dan katup pulmonalis di intercosta 1 dan 2. Tidak

terdapat bunyi jantung tambahan.

Abdomen : Berbentuk bulat, tali pusat tampak segar, terdiri dari 2 arteri 1

vena dan masih basah serta tidak ada perdarahan pada tali pusat,

bising usus 3x/menit, hypertimpani, tidak ada massa pada

hipokondria kanan, epigastric, hipokondria kiri, lumbal kanan,

umbilical, lumbal kiri, ilium kanan, hipogastrum, ilium kiri.

Punggung : Simetris, tidak ada kelainan fleksibilitas tulang punggung, tidak


199

ada spina bifida

Genetalia : Testis sudah turun, terdapat orifisium uretra dan tidak ada

kelainan seperti hipospadia

Anus : Terdapat lubang anus

Ekstremitas : Simetris, tidak ada polidaktili maupun sindaktili pada jari

tangan maupun kaki bayi, terdapat verniks caseosa dilipatan

lengan dan selangkangan, tampak garis kaki pada telapak kaki

bayi, tidak ada oedem, jari tangan dan kaki bergerak aktif

3. Pemeriksaan Refleks

a. Reflek morro : Bayi terkejut saat disentuh

b. Reflek rooting : Bayi mencari saat disentuh pipinya

c. Reflek sucking : Bayi menghisap putting ibu dengan baik

d. Reflek tonick neck : Ketika leher bayi dimiringkan ke salah satu sisi,

maka ektremitas yang berlawanan akan mengalami fleksi

e. Reflek graps : Bayi menggenggam jari petugas

f. Reflek Babinski : Ibu jari kaki ekstensime saat di stimulasi

A: Assesment

Diagnosa : NCB-SMK usia 1 jam

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada


200

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

10.43 1. Menjelaskan kepada ibu dan suami bahwa hasil Mahasiswa

pemeriksaan bayi dalam keadaan normal;

E/ Ibu dan keluarga mengerti akan penjelasan yang

diberikan

10.44 2. Mengeringkan tubuh bayi dan menjaga kehangatan

tubuh bayi.

E/ Tubuh bayi sudah dikeringkan dan bayi dibungkus

dengan kain kering.

10.47 3. Menjaga tali pusat agar tetap kering dengan cara tidak Mahasiswa

membungkus tali pusat menggunakan kassa steril agar

tidak terjadi lembab;

E/ Tidak ada perdarahan tali pusat dan tidak ada tanda-

tanda infeksi pada tali pusat

10.48 4. Memberikan injeksi Vit. K 1 mg pada 1/3 paha kiri Mahasiswa

bagian luar secara IM sebanyak 0,5 ml;

E/ Injeksi Vit. K telah diberikan

10.50 5. Memberikan salep mata erlamycetin 1% pada masing- Mahasiswa

masing mata bayi;

E/ Salep mata telah diberikan di kedua mata bayi


201

10.51 6. Menyusukan bayi kepada ibu; Mahasiswa

E/ Bayi berhasil menyusu pada ibu

10.52 7. Memberi KIE pada ibu tentang ASI Eksklusif Mahasiswa

E/ Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI Eksklusif

11.15 8. Lakukan rawat gabung antara ibu dan bayi. Mahasiswa

E/ Bayi telah dilakukan rawat gabung bersama

dengan ibu.
202

D. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas

Kunjungan Nifas 1 (KF 1)

Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 08.00 WITA

Tempat Pengkajian : Rumah Ibu R

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan perutnya terasa mules dan nyeri pada bekas jahitan.

2. Riwayat Kesehatan Klien

a) Riwayat Kehamilan Sekarang

Ini merupakan kehamilan pertama ibu, HPHT : 05 Agustus 2021,

ibu pertama kali mengetahui kehamilannya melalui test pack mandiri, lalu

setelah didapatkan hasil test positif, ibu melakukan pemeriksaan USG di

klinik dan didapatkan hasil usia kehamilan 7 minggu janin tunggal hidup

intrauterine. Di trimester pertama kehamilan ibu mengeluh sering lemas,

mual dan pusing. Untuk menangani keluhan tersebut ibu beristirahat dan

pada trimester awal kehamilan ibu diberikan tablet Asam Folat dan tablet

FE, dan ibu sudah mendapatkan konseling tentang nutrisi pada ibu hamil.

Ibu pertama kali merasakan gerakan janinnya pada saat usia

kehamilan 16 minggu, pada trimester kedua ini ibu tidak memiliki keluhan

apapun.. Ibu rajin meminum asam folat 1 tablet pada pagi hari dan 1 tablet

FE pada malam hari. Status TT ibu adalah TT 2. Ibu sudah mendapatkan


203

konseling tentang tanda bahaya kehamilan dan cara menghitung gerak

janin.

Pada trimester ketiga kehamilan ibu memiliki keluhan yaitu ibu

sering buang air kecil dan pinggang terasa nyeri, untuk menangani hal ini

ibu lebih banyak minum di siang hari dan mengurangi jumlah minum pada

malam hari, dan manajemen nyeri, ibu telah mendapatkan konseling

tentang tanda bahaya kehamilan trimester ketiga dan teknik relaksasi nafas.

b) Riwayat Persalinan Sekarang

Bayi lahir spontan pada tanggal 19 Mei 2022, pukul 09.43 WITA,

dengan jenis kelamin Laki-laki, bayi menangis kuat, bergerak aktif, warna

kulit kemerahan, bayi sudah BAB dan bayi sudah di IMD selama 1 jam

dengan APGAR SCORE 9/10.

3. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Ibu makan 3x sehari dengan porsi seimbang (nasi, lauk, sayur).
Minum air putih 4-6 gelas.hari.

Eliminasi BAK: Ibu sudah BAK, warna kuning jernih


BAB: Ibu belum berani BAB
Istirahat Tidur siang 1-2 jam
Tidur malam 6-7 jam
Aktivitas Ibu belum melakukan aktivitas atau pekerjaan rumah yang berat
dan ibu sudah dapat pergi ke kamar mandi dengan mandiri dan
menyusukan bayinya dengan cara duduk
Personal Ibu mandi dan sikat gigi 2x sehari keramas 3x/minggu dan dan
Hygiene ibu mengganti pakaian setiap kali dibutuhkan.
Kebiasaan Ibu tidak merokok, minum alkohol, minum obat-obatan terlarang,
minum jamu.
Seksualitas Ibu tidak ada melakukan hubungan seksual.
204

4. Riwayat Psikososiokultural Spiritual

a) Psikologi

Ini merupakan kehamilan pertama ibu dan kehamilan ini

direncanakan, ibu dan suami sangat senang dengan kehamilan ini.

b) Sosial

Ini merupakan pernikahan pertama ibu dengan suami, lama

menikah ±9 bulan, status pernikahan sah dan kehamilan ini merupakan

kehamilan pertama ibu. Suami dan keluarga sangat senang dan menerima

kehamilan ini

c) Kultural

Ibu tidak memiliki tradisi yang dapat merugikan kehamilan.

d) Spiritual

Ibu tidak memiliki kegiatan keagamaan yang dapat merugikan

kehamilan.

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Ekspresi Wajah : Ceria

c. Keadaan Emosional : Baik

d. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 120/70 mmHg

2) N : 83 x/menit
205

3) RR : 20 x/menit

4) T : 36,7oC

e. Antropometri :

1) BB saat hamil : 66, 3kg

2) BB saat ini : 62 kg

3) TB : 162 cm

4) LILA : 27 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, distribusi rambut merata, tidak ada ketombe, tidak ada

oedem maupun massa

Wajah : Simetris, wajah segar, tidak ada oedem maupun massa

Mata : Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna

putih, tidak ada oedem pada palpebral, tidak ada gangguan

penglihatan

Hidung : Simetris, tidak polip maupun secret, tidak ada pernafasan cuping

hidung

Telinga : Simetris, tidak ada secret, tidak ada gangguan pendengaran

Mulut : Simetris, bibir segar, tidak peradangan pada tonsil maupun ovula,

lidah bersih dan tremor

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun thyroid,

tidak ada pembengkakan pada vena jugularis


206

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi suara nafas normal

(vesikuler), tidak suara nafas tambahan seperti wheezing maupun

ronchi. Bunyi jantung reguler terdengar bunyi jantung 1

menutupnya katup trikuspidalis dan katup mitral di antara

intercosta 5 dan 6, bunyi jantung 2 terdengar bunyi menutupnya

katup aorta dan katup pulmonalis di intercosta 1 dan 2. Tidak

terdapat bunyi jantung tambahan.

Payudara : Putting susu menonjol, areola berhiperpigmentasi, terdapat lecet

pada puting susu, terdapat pengeluaran air susu, tidak ada

pembengkakan pada payudara.

Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada bekas luka operasi

TFU: 1/2 Simpisis-Pusat

Kontraksi: keras membulat

Diastasis Rektus Abdominalis: 2 x11 cm

Kandung kemih: kosong

Bising usus: 5 x/menit

Genetalia : Terdapat pengeluaran lochea rubra, tidak ada oedem pada

genetalia, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, terdapat luka

bekas jahitan pada perineum dan tidak ada tanda REEDA

Anus : Tidak terdapat Hemoroid

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices, CRT kembali <2

detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+), reflek homan sign (-)

reflek patella (+)


207

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

4. Data Rekam Medis

a. Riwayat Persalinan

1) Jenis Persalinan : Spontan

2) Lama Persalinan :

a) Kala I : 5 Jam 5 menit

b) Kala II : 18 menit

c) Kala III : 10 menit

d) Kala IV : 2 jam Post Partum

A: Assesment

Diagnosa : P1001 dengan masa nifas normal 2 hari

Masalah : Nyeri pada jahitan laserasi

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Perawatan luka perineum

P:

Jam Penatalaksanaan Paraf

08.15 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisinya saat ini Mahasiswa

dalam keadaan normal;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

08.16 2. Memberikan KIE tentang Perawatan Payudara yaitu Mahasiswa

dengan memposisikan bayi dengan nyaman di


208

pangkuan tangan ibu, kemudian pertemukan perut ibu

dengan perut bayi, pangkuan tangan ibu berada di

bokong bayi, ASI dikeluarkan terlebih dahulu

kemudian dioleskan kebagian areola agar bayi

mencari putting susu ibu. Susukan bayi 15 menit

disetiap payudara secara bergantian dan dilakukan

setiap 2 jam sekali.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan

payudara

08.20 3. Memberikan KIE tentang pemberian ASI Ekslusif Mahasiswa

untuk bayi nya selama usia bayi 0-6 bulan tanpa

memberi makanan tabahan apapun

E/ Ibu dan keluarga mengerti akan penjelasan yang

diberikan

08.25 4. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu Mahasiswa

dengan cara menyusukan bayi sampai dengan hisapan

bayi tidak bersuara dan diberikan setiap 2 jam sekali.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan cara

menyusui yang benar

08.30 5. Memberikan KIE tentang nutrisi masa nifas yang Mahasiswa

berguna untuk melakukan aktivitas, sebagai cadangan

makanan dalam tubuh serta memperlancar produksi

ASI;
209

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

08.33 6. Memberikan KIE tentang perawatan luka perineum Mahasiswa

dan cara membersihkan perineum dengan benar yaitu

dari arah depan ke belakang dan cukup menggunakan

air bersih tanpa menggunakan air hangat lalu

diberikan cairan antiseptik.

E/ Ibu mengerti dan bersedia menerapkan penjelasan

yang diberikan

08.35 7. Mengajarkan ibu dan keluarga cara perawatan tali Mahasiswa

pusat yaitu dengan cara membungkus tali pusat bayi

dengan kassa steril tanpa diberikan tambahan

antiseptik apapun dan rajin mengganti kassa tali pusat

bayi setiap kotor.

E/ Ibu dan keluarga mengerti penjelasan yang telah

diberikan

8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup

E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

08.40 9. Mengajarkan ibu cara membersihkan perineum Mahasiswa

dengan benar yaitu dari arah depan ke belakang dan

cukup menggunakan air bersih tanpa menggunakan air

hangat

Ibu mengerti dan akan mengikuti anjuran yang

diberikan
210

08.45 10. Menjadwalkan kunjungan ulang masa nifas tanggal 25 Mahasiswa

Mei 2022;

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang selanjutnya
211

CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan Nifas II (KF II)

Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 14.00 WITA

Tempat Pengkajian : Rumah Ibu R

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Ibu makan 3x/hari dengan porsi seimbang (nasi, lauk, sayur).
Minum air putih 3-4 gelas.
Eliminasi BAK: 3-4x/hari, tidak ada keluhan
BAB: BAB 1x/hari
Istirahat Tidur siang 1-2 jam/hari
Tidur malam 6-7 jam/hari
Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibantu oleh ibu
mertua dan merawat bayi sehari-hari.
Personal Ibu mandi dan menggosok gigi 2x/hari dan mengganti
Hygiene pakaian bersih. Ibu keramas 3x/seminggu. Ibu mengganti
pembalut 3-4x/hari.
Kebiasaan Ibu tidak merokok, minum alkohol, minum obat-obatan
terlarang, minum jamu, dan ibu tidak memiliki binatang
peliharaan.
Seksualitas Ibu tidak ada melakukan hubungan seksual.

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Ekspresi Wajah : Ceria


212

c. Keadaan Emosional : Baik

d. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 110/70 mmHg

2) N : 82 x/menit

3) RR : 19 x/menit

4) T : 36,6oC

c. Antropometri :

BB saat ini : 60 kg

2. Pemeriksaan Fisik

Payudara : Putting susu menonjol, areola berhiperpigmentasi, terdapat

pengeluaran air susu, tidak ada pembengkakan pada

payudara

Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada bekas luka operasi

TFU: Sejajar simpisis

Kontraksi: keras membulat

Diastasis Rektus Abdominalis : 2x11 cm

Kandung kemih: kosong

Bising usus: 4x/menit

Genetalia : Terdapat pengeluaran lokhea sanguilenta, tidak ada oedem

pada genetalia, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini,

terdapat luka bekas jahitan pada perineum dan tidak ada

tanda REEDA

Anus : Tidak terdapat Hemoroid


213

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices, CRT kembali

<2 detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+), reflek homan

sign (-), reflek patella (+)

A: Assesment

Diagnosa : P1001 nifas normal 6 hari

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

14.15 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisinya saat ini Mahasiswa

dalam keadaan normal;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

14.20 2. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah Mahasiswa

kelelahan yang berlebihan;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

14.25 3. Memberikan KIE kepada ibu tentang tanda bahaya Mahasiswa

masa nifas seperti perdarahan, ada tanda tanda infeksi

pada bekas jahitan, atau perubahan emosi yang cukup

ekstrim.

E/ Ibu mengerti atas penjelasan yang diberikan

14.30 4. Memberikan KIE tentang perawatan puerperium Purperium


214

dirumah yaitu dengan memperhatikan personal hygiene

terutama mengganti pembalut setiap 4 jam atau saat

dirasa sudah penuh dan setiap selesai BAK untuk

mencuci vagina dari arah depan ke belakang dan

jangan digosok serta cukup menggunakan air bersih;

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan

perawatan puerperium di rumah

14.34 5. Mengajarkan ibu dan keluarga cara memandikan bayi Mahasiswa

yaitu memandikan dengan air hangat, lalu diberikan

sabun khusus bayi lalu menggosok tubuh bayi dengan

lembut ke seluruh tubuh.

E/ Ibu dan keluarga mengerti dan mampu

mrlaksanakan penjelasan yang diberikan

14.37 6. Mengajarkan ibu cara menyusui yang benar yaitu Mahasiswa

dengan cara menyusukan bayi sampai dengan hisapan

bayi tidak bersuara dan diberikan setiap 2 jam sekali.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan cara menyusui

yang benar

12.11 7. Menjadwalkan kunjungan ulang masa nifas tanggal 13 Mahasiswa

Juni 2022 ;

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang selanjutnya
215

CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan Nifas III (KF III)

Tanggal Pengkajian :13 Juni 2022

Waktu Pengkajian : 15. 30 WITA

Tempat Pengkajian : Rumah Ibu R

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Ibu makan 3x/hari dengan porsi seimbang (nasi, lauk, sayur).
Minum air putih 4-5 gelas.
Eliminasi BAK: 3-4x/hari, tidak ada keluhan
BAB: 1x/hari, tidak ada keluhan
Istirahat Tidur siang 1-2 jam/hari
Tidur malam 6-7 jam/hari
Aktivitas Ibu mengerjakan pekerjaan rumah tangga dibantu oleh ibu mertua
dan merawat bayi sehari-hari.
Personal Ibu mandi 2x/hari dan mengganti pakaian bersih. Ibu keramas
Hygiene 1x/2hari. Ibu mengganti pembalut 4-5/hari
Kebiasaan Ibu tidak merokok, minum alkohol, minum obat-obatan terlarang,
minum jamu, dan ibu tidak memiliki binatang peliharaan.
Seksualitas Ibu tidak ada melakukan hubungan seksual.

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis
216

b. Ekspresi Wajah : Ceria

c. Keadaan Emosional : Baik

d. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 120/80 mmHg

2) N : 86 x/menit

3) RR : 20 x/menit

4) T : 36,7oC

e. Antropometri :

BB saat ini : 57 kg

2. Pemeriksaan Fisik

Payudara : Puting susu menonjol, areola berhiperpigmentasi, terdapat

pengeluaran air susu, tidak ada pembengkakan pada payudara

Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada bekas luka operasi

TFU: tidak teraba

Kandung kemih: kosong

Bising usus: 5 x/menit

Genetalia : Terdapat pengeluaran lokhea alba, tidak ada oedem pada

genetalia, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini, terdapat luka

bekas jahitan ysng sedang dalam proses penyembuhan dan tidak

ada tanda REEDA

Anus : Tidak terdapat Hemoroid


217

A: Assesment

Diagnosa : P1001 dengan masa nifas normal 25 hari

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

15.45 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisinya saat ini Mahasiswa

dalam keadaan normal;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

15.46 2. Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah Mahasiswa

kelelahan yang berlebihan;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

15.48 3. Memberikan KIE tentang rencana penggunaan Mahasiswa

kontrasepsi dan macam-macam alat kontrasepsi

Hormonal, Non Hormonal dan Metode Kontrasepsi

Jangka Panjang;

E/ Ibu telah memikirkan dan telah memutuskan ingin

menggunakan alat kontrasepsi jenis suntik progestin

atau suntik KB 3 Bulan.


218

15.55 4. Memberi KIE pada ibu tentang macam-macam Mahasiswa

imunisasi dasar lengkap pada bayi;

E/ Ibu mengerti dengan penjelasa yang diberikan

16.00 5. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang Mahasiswa

pada tanggal 19 Juni 2022;

E/ Ibu akan melakukan kunjungan ulang


219

CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan Nifas IV (KF IV)

Tanggal Pengkajian : 19 Juni 2022

Waktu Pengkajian : 10.00 WITA

Tempat Pengkajian : Klinik Umum dan Bersalin Ramlah Parjib 1

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan belum mendapatkan haid dan sampai sekarang ibu masih menyusui

anaknya

1. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Ibu makan dengan porsi seimbang (nasi, lauk, sayur). Minum air
putih 3-4 gelas.
Eliminasi BAK: 3-4x/hari
BAB: 1x/hari
Istirahat Tidur siang 1-2 jam
Tidur malam 6-7 jam
Personal Ibu mandi 2x sehari, menyikat gigi 2x sehari, keramas 3x dalam
Hygiene seminggu dan mengganti pakaian bersih setelah mandi atau
setiap kali dibutuhkan.
Kebiasaan Ibu tidak merokok ataupun minum minuman alkohol

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis
220

b. Ekspresi Wajah : Ceria

c. Keadaan Emosional : Baik

d. Tanda-tanda Vital :

1) TD : 120/80 mmHg

2) N : 82 x/menit

3) RR : 20 x/menit

4) T : 36,5oC

e. Antropometri :

BB saat ini : 55 kg

2. Pemeriksaan Fisik

Payudara : Puting susu menonjol, areola berhiperpigmentasi, terdapat

pengeluaran air susu, tidak ada pembengkakan pada payudara

Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada bekas luka operasi, tinggi fundus

uteri sudah tidak teraba

Bising usus: 5 x/menit

Genetalia : Tidak terdapat pengeluaran cairan seperti keputihan, tidak ada

oedem pada genetalia, tidak ada pembesaran kelenjar bartholini

Anus : Tidak terdapat Hemoroid

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedem, tidak ada varices, CRT kembali <2

detik, reflek bisep (+), reflek trisep (+), reflek homan sign (-),

reflek babinski (-), reflek patella (+)


221

3. Pemeriksaan Penunjang

Tidak dilakukan

A: Assesment

Diagnosa : P1001 dengan masa nifas normal 30 hari

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

P:

Jam Penatalaksanaan Paraf

10.15 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisinya saat ini Mahasiswa

dalam keadaan normal;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

10.16 2. Memberikan KIE tentang metode alat kontrasepsi KB Mahasiswa

Suntik Progestin atau KB Suntik 3 Bulan

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

10.20 3. Memebri KIE tentang keuntungan dan kekurangan Mahasiswa

kontrasepsi Suntik Progestin

Ibu mengerti dan mengetahui keuntungan dan

kerugiannya

10.25 4. Memberitahu ibu waktu Suntik Progestin untuk suntik Mahasiswa

kembali yaitu setiap 3 bulan atau setiap 72 hari sekali

setelah penyuntikan pertama.


222

E/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

10.30 5. Memberikan ibu dan suami KIE tentang sexual pasca Mahasiswa

persalinan yaitu hubungan sexual pasca persalinan

dapat segera dilakukan jika sudah tidak ada keluhan lagi

dengan alat genitalia ibu dan sudah tidak ada

pengeluaran darah atau sisa lochea.

E/ Ibu dan suami mengerti penjelasan yang diberikan.

10.35 6. Menjadwalkan ulang ibu kembali untuk pemberian alat

kontrasepsi KB suntik 3 Bulan atau suntik progestin

pada tanggal 2 Juli 2022.


223

E. Dokumentasi Asuhan Kebidanan Pada Neonatus

Kunjungan Neonatus I (KN 1)

Tanggal Pengkajian : 21 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 09.00 WITA

Tempat Pengkajian : Rumah Ibu R

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan tidak ada keluhan

2. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan
Nutrisi Bayi mendapatkan ASI eksklusif
Eliminasi BAK: 4x warna jernih, konsistensi cair
BAB: 1x warna hijau kehitaman, konsistensi lunak
Istirahat Bayi selalu tidur tetapi dibangunkan 2 jam sekali untuk
diberikan ASI
Personal Bayi mandi 2x sehari, bayi digantikan popok setiap selesai
Hygiene BAK dan BAB

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Kesadaran : Composmentis

c. Tanda-tanda Vital :

1) N : 136 x/menit

2) RR : 48 x/menit

3) T : 36,6oC
224

d. Antropometri :

1) BB : 3400 gram

2) PB : 52 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Bentuk bulat, tampak bersih, tidak ada massa maupun

benjolan

Mata : Simetris, pupil tampak normal, tidak ada oedem pada

kelopak mata, konjungtiva berwarna merah muda dan sklera

berwarna putih, gerakan mata aktif

Hidung : Simetris, tidak ada secret, tidak ada pernafasan cuping

hidung

Telinga : Simetris, tidak ada secret

Mulut : Simetris, mukosa mulut lembab, tidak ada peradangan pada

tonsil maupun ovula, bayi menangis kuat

Leher : Pergerakan leher aktif

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi suara nafas

normal (vesikuler), tidak suara nafas tambahan seperti

wheezing maupun ronchi. Bunyi jantung reguler terdengar

bunyi jantung 1 menutupnya katup trikuspidalis dan katup

mitral di antara intercosta 5 dan 6, bunyi jantung 2

terdengar bunyi menutupnya katup aorta dan katup

pulmonalis di intercosta 1 dan 2. Tidak terdapat bunyi

jantung tambahan.
225

Abdomen : Berbentuk bulat, tidak kembung, tali pusat tampak segar,

terdiri dari 2 arteri 1 vena dan sudah lumayan kering serta

tidak ada perdarahan pada tali pusat

Bising usus: 3 x/menit

Genetalia : Testis sudah turun, terdapat orifisium uretra dan tidak ada

kelainan seperti hipospadia

Anus : Berlubang

Ekstremitas : Simetris, pergerakan leher aktif, jari tangan dan kaki

bergerak aktif, tampak garis pada telapak kaki bayi, tidak

ada oedem

A: Assesment

Diagnosa : NCB-SMK usia 2 hari

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

09.15 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi bayinya saat ini Mahasiswa

dalam keadaan normal;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

09.20 2. Memberikan KIE tentang menjaga kehangatan bayi Mahasiswa

agar tidak terjadi hipotermi dan memperhatikan tanda


226

bahaya pada bayi misalnya bayi tampak sianosis

(kebiruan);

E/ Ibu mengerti dan bersedia menjaga kehangatan bayi

serta memperhatikan tanda bahaya pada bayi

09.22 3. Memberikan KIE tentang ASI eksklusif agar sistem Mahasiswa

imun/kekebalan tubuh alami bagi bayi baru lahir

hingga usia 1 tahun yang masih rentan terkena

penyakit;

E/ Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI

eksklusif

09.25 4. Memberikan KIE tentang tanda bahaya bayi baru lahir Mahasiswa

seperti bayi tidak mau menyusu, kulit bayi berwarna

kuning, bayi tidak nafas spontan

E/ Ibu telah mengetahui tanda bahaya bayi baru lahir

09.30 5. Memberikan KIE tentang cara merawat tali pusat; yaitu Mahasiswa

dengan mencuci tangan dengan sabun sebelum

merawat tali pusat, membersikan dengan lembut

menggunakan kassa, popok diikat dibawah tali pusat

untuk menghindari tali pusat kontak dengan feses.

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan cara

perawatan tali pusat

09.35 6. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene Mahasiswa

bayi;
227

E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

09.40 7. Menjadwalkan kunjungan ulang tanggal 25 Mei 2022 Mahasiswa

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang selanjutnya
228

CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan Neonatus II (KN II)

Tanggal Pengkajian : 25 Mei 2022

Waktu Pengkajian : 15.00 WITA

Tempat Pengkajian : Rumah Pasien

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

2. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Bayi diberikan ASI setiap 2 jam


Eliminasi BAK: 4-6x/hari warna jernih, konsistensi cair
BAB:1-2x/hari warna kekuningan, konsistensi lunak
Istirahat Bayi tidur 14-18 jam/hari dan dibangunkan 2 jam sekali untuk
diberikan ASI
Personal Bayi mandi 2x/hari dan mengganti pakaian bersih, bayi
Hygiene digantikan popok setiap selesai BAK dan BAB

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Tanda-tanda Vital :

1) N : 128 x/menit

2) RR : 46 x/menit

3) T : 36,5oC
229

c. Antropometri :

1) BB : 3500 gram

2) PB : 50 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : Tidak kembung, tali pusat sudah terlepas

Bising usus: 3 x/menit

Genetalia : Testis sudah turun, terdapat orifisium uretra dan tidak ada

kelainan seperti hipospadia

Anus : Berlubang

Ekstermitas : Simetris, jari tangan dan kaki bergerak aktif, tidak oedem

A : Assesment

Diagnosa : NCB-SMK usia 6 hari

Masalah : Rewel dan gatal-gatal

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

P : Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

15.15 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi bayinya saat Mahasiswa

ini dalam keadaan normal;

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan


230

15.16 2. Memberikan KIE tentang menjaga kehangatan bayi Mahasiswa

agar tidak terjadi hipotermi dan memperhatikan tanda

bahaya pada bayi misalnya bayi tampak sianosis

(kebiruan);

E/ Ibu mengerti dan bersedia menjaga kehangatan bayi

serta memperhatikan tanda bahaya pada bayi

15.17 3. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI secara Mahasiswa

eksklusif untuk mencegah terjadinya kuning pada bayi;

E/ Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI

eksklusif

15.20 4. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene Mahasiswa

bayi dan memakaikan bayi dengan pakaian yang

menyerap keringat.

E/ Ibu mengerti dan akan menjaga personal hygiene

15.23 bayi.

5. Memberikan KIE kepada ibu untuk tidak memberikan

bedak tabur parfum dan lotion untuk mengurangi

keluhan biang keringat pada bayi.

E/ Ibu mengerti penjelasan yang telah diberikan.


231

15.25 6. Menganjurkan ibu untuk menjemur bayi nya setiap Mahasiswa

pagi pada jam 07.00 – 09.00 selama 5-10 menit untuk

mencegah penyakit kuning pada bayi;

E/ Ibu mengerti dan akan menjemur bayi nya pada pagi

hari

15.30 7. Memberikan KIE tentang perawatan bayi sehari-hari Mahasiswa

dan mengajarkan ibu cara memandikan bayi.

E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

mampu melakukannya.

15.45 8. Menganjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ke Mahasiswa

Klinik untuk pemberian imunisasi dasar BCG pada

tanggal 04 Juni 2022 dan menjadwalkan kunjungan

ulang neonatus pada tanggal 13 Juni 2022

E/ Ibu mengerti dan bersedia melakukan kunjungan

ulang selanjutnya
232

CATATAN PERKEMBANGAN

Kunjungan Neonatus III (KN III)

Tanggal Pengkajian : 13 Juni 2022

Waktu Pengkajian : 16.00 WITA

Tempat Pengkajian : Rumah Pasien

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Keluhan Utama

Ibu mengatakan bayinya tidak ada keluhan

2. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Bayi diberikan ASI setiap 2 jam


Eliminasi BAK: 4-6x/hari warna jernih, konsistensi cair
BAB: 2-3x/hari warna hijau kecoklatan, konsistensi lunak
Istirahat Bayi tidur 14-18 jam/hari dan dibangunkan 2 jam sekali untuk
diberikan ASI
Personal Bayi mandi 2x/hari dan mengganti pakaian bersih, bayi digantikan
Hygiene popok setiap selesai BAK dan BAB

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Keadaan Umum : Baik

b. Tanda-tanda Vital :

1) N : 128 x/menit

2) RR : 49 x/menit
233

3) T : 36,7oC

c. Antropometri

BB saat ini : 3800 gram

2. Pemeriksaan Fisik

Abdomen : Tidak kembung, tali pusat sudah terlepas

Bising usus: 3 x/menit

Genetalia : Testis sudah turun, terdapat orifisium uretra dan tidak ada

kelainan seperti hipospadia.

Anus : Berlubang

Ekstremitas : Simetris, pergerakan leher aktif, jari tangan dan kaki bergerak

aktif, tidak ada oedem

A:

Diagnosa : NCB-SMK usia 25 hari

Masalah : Tidak ada

Diagnosis Potensial : Tidak ada

Masalah Potensial : Tidak ada

Kebutuhan Tindakan Segera : Tidak ada

P: Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

16.15 1. Menjelaskan kepada ibu bahwa kondisi bayinya saat ini Mahasiswa

dalam keadaan normal

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang diberikan

16.20 2. Memberikan KIE kepada ibu tentang imunisasi dasar Mahasiswa


234

lengkap untuk bayi.

E/ Ibu mengerti dan akan bersedia melakukan semua

imunisasi dasar lengkap.

16.22 3. Memberikan KIE tentang reaksi setiap imunisasi yang Mahasiswa

akan diberikan.

E/ Ibu mengerti akan penjelasan yang telah diberikan

16.25 4. Memberikan KIE tentang menjaga kehangatan bayi agar Mahasiswa

tidak terjadi hipotermi dan memperhatikan tanda bahaya

pada bayi misalnya bayi tampak sianosis (kebiruan);

E/ Ibu mengerti dan bersedia menjaga kehangatan bayi

serta memperhatikan tanda bahaya pada bayi

16.27 5. Mengingatkan ibu untuk memberikan ASI secara Mahasiswa

eksklusif untuk mencegah terjadinya kuning pada bayi;

E/ Ibu mengerti dan bersedia memberikan ASI eksklusif

16.30 6. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene bayi; Mahasiswa

E/ Ibu mengerti dan akan menjaga personal hygiene

bayi dengan baik

16.35 7. Memberitahu kepada ibu untuk menjaga kesehatan dan

memperhatikan tumbuh kembang bayi dengan seksama.

E/ Ibu mengerti dan memahami penjelasan yang

diberikan.
235

F. Asuhan Kebidanan Pada Akseptor Alat Kontrasepsi

Tanggal Pengkajian : 02 Juli 2022

Waktu Pengkajian : 08.00 WITA

Tempat Pengkajian : Klinik Umum dan Bersalin Ramlah Parjib 1

Nama Pengkaji : Elin Bettrillia Armanto

S: Subjektif

1. Alasan Datang/Keluhan Utama

Ibu ingin segera menggunakan alat kontrasepsi suntik progestin, tujuan ibu ingin

menggunakan alat kontrasepsi karena ingin menunda kehamilan.

2. Riwayat Kesehatan Klien

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit yang

dapat memperberat atau diperberat oleh alat kontrasepsi hormonal seperti

infeksi alat genitalia (vaginitis dan servisitis), tumor, hipertensi, stroke,

kelainan pembuluh darah, diabetes melitus dan jantung.

b. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Ibu mengatakan tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit yang

dapat memperberat atau diperberat oleh alat kontrasepsi seperti infeksi alat

genitalia (vaginitis dan servisitis), tumor, hipertensi, stroke, kelainan

pembuluh darah, diabetes melitus dan jantung.


236

3. Riwayat Menstruasi

Haid terakhir 21 Juni 2022, Ibu menstruasi pertama kali saat usia 12 Tahun

dengan siklus haid 28-30 hari, lama menstruasi ± 4-6 hari, dalam sehari ibu biasa

mengganti pembalut 2-3 kali, warna darah merah kehitaman dan terdapat

gumpalan darah, pada saat 2-3 hari sebelum menstruasi ibu mengalami

keputihan dan selama menstruasi ibu mengeluh nyeri pada saat haid hari pertama

sampai dengan hari ketiga.

4. Pola Fungsional Kesehatan

Pola Keterangan

Nutrisi Ibu makan 3x, menu makanan seimbang, saat ini ibu kurang nafsu
makan.
Ibu minum air putih 8-10 gelas
Eliminasi Ibu BAK 3-4x, warna urine kuning jernih
Ibu BAB 1x/2hari, warna kecoklatan, konsistensi lembek
Istirahat Ibu tidur siang ± 1 jam, kualitas tidur ibu cukup baik
Ibu tidur malam 7-8 jam, kualitas tidur ibu baik
Aktifitas Ibu mampu melakukan pekerjaan rumah tangga secara bertahap
seperti memasak sambil mengasuh bayinya
Personal Ibu mandi 2 x sehari menggosok gigi 2x/hari keramas 3x/minggu
Hygiene dan mengganti baju dan celana dalam 2x sehari atau setiap kali
dibutuhkan.
Seksualitas Tidak ada

5. Riwayat Kontrasepsi

Ibu mengatakan belum pernah menggunakan alat kontrasepsi apapun.

O: Objektif

1. Pemeriksaan Umum

a. Kesadaran : Composmentis

b. Keadaan Umum : Baik


237

c. Tanda-tanda vital :

1) TD : 110/80 mmHg

2) S : 36,70C

3) N : 78 x/menit

4) RR : 20 x/menit

d. Antropometri

BB : 54 kg

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala : Simetris, distribusi rambut merata, tidak ada ketombe, tidak ada

oedem maupun massa.

Wajah : Simetris, wajah segar, tidak ada oedem maupun massa

Mata : Simetris, konjungtiva berwarna merah muda, sklera berwarna

putih, tidak ada oedem pada palpebral, tidak ada gangguan

penglihatan

Hidung : Simetris, tidak polip maupun secret, tidak ada pernafasan cuping

hidung

Telinga : Simetris, tidak ada secret, tidak ada gangguan pendengaran

Mulut : Simetris, mukosa bibir lembab, tidak peradangan pada tonsil

maupun ovula, lidah bersih dan tremor, terdapat caries dentis

Leher : Simetris, tidak ada pembesaran kelenjar limfe maupun thyroid,

tidak ada pembengkakan pada vena jugularis


238

Dada : Simetris, tidak ada retraksi dinding dada, bunyi suara nafas

normal (vesikuler), tidak suara nafas tambahan seperti wheezing

maupun ronchi. Bunyi jantung reguler terdengar bunyi jantung 1

menutupnya katup trikuspidalis dan katup mitral di antara

intercosta 5 dan 6, bunyi jantung 2 terdengar bunyi menutupnya

katup aorta dan katup pulmonalis di intercosta 1 dan 2. Tidak

terdapat bunyi jantung tambahan.

Payudara : Puting susu menonjol, areola hiperpigmentasi, terdapat

pengeluaran air susu, tidak ada pembengkakan pada payudara

Abdomen : Terdapat linea nigra, tidak ada bekas luka operasi

TFU: tidak teraba

Kandung kemih: kosong

Bising usus: 6 x/menit

Genetalia : Tidak ada pengeluaran cairan, tidak ada oedem pada genetalia,

tidak ada pembesaran kelenjar bartholini dan kelenjar skene

Anus : Tidak terdapat Hemoroid

Ekstremitas : Simetris, tidak ada oedem, CRT kembali <2 detik, reflek bisep

(+), reflek trisep (+), reflek homan sign (-), reflek babinski (-),

reflek patella (+)

A :Assesment

Diagnosis : P1001, usia 21 tahun calon akseptor KB Suntik

Progestine
239

Masalah : Tidak ada

Diagnosis potensial : Tidak ada

Kebutuhan tindakan segera : Tidak ada

P : Penatalaksanaan

Jam Penatalaksanaan Paraf

08.15 1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu Mahasiswa

E/ Ibu mengerti dengan keadaannya saat ini

08.20 2. Memberikan KIE tentang keuntungan dan kerugian Mahasiswa

menggunakan alat kontrasepsi suntik progestin

E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan

08.30 3. Memberitahu ibu Memberitahu ibu waktu Suntik Mahasiswa

Progestin untuk suntik kembali yaitu setiap 3 bulan atau

setiap 72 hari sekali setelah penyuntikan pertama.

E/ Ibu mengerti penjelasan yang diberikan

08.35 4. Memberikan informed consent kepada ibu sebagai tanda Mahasiswa

jika ibu telah memahami penjelasan yang diberikan dan

setuju dengan pemberian alat kontrasepsi.

E/ Ibu mengerti dan bersedia menandatangi informed

consent yang diberikan

08.40 5. Melakukan pemberian alat kontrasepsi suntik progestin Mahasiswa

Gestin F3 dengan cara pemberian melalui Intra Muskular

di 1/3 SIAS di bagian gluteal.

E/ Ibu mengatakan sedikit nyeri tetapi tidak terlalu sakit.


240

08.45 6. Memberikan KIE kepada ibu kapan boleh berhubungan Mahasiswa

seksual setelah diberikan KB yaitu 7 hari setelah

penyuntikan.

E/ Ibu mengerti ataspenjelasan yang diberikan

08.48 7. Menganjurkan ibu untuk melakkan kunjungan ulang tepat Mahasiswa

pada tanggal yang telah dijadwalkan di kartu KB atau

jika ada keluhan.

E/ Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan dan

bersedia melakukan kunjungan ulang.


BAB V

PEMBAHASAN

Pada studi kasus continuity of care ini membahas tentang kesenjangan antara

teori dan hasil dari asuhan kebidanan komprehensif yang telah penulis lakukan mulai

dari kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan pelayanan kontrasepsi.

Pemberian asuhan kebidanan terhadap ibu R usia 21 tahun dengan GIP0000 usia

kehamilan 39 Minggu mengacu pada Kepmenkes RI Nomor

HK.01.07/Menkes/320/2020 tentang Standar Profesi Bidan. Berdasarkan Pasal 46

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2019 tentang Kebidanan bahwa dalam

menyelenggarakan praktik kebidanan, Bidan memberikan pelayanan meliputi pelayanan

kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan

dan keluarga berencana (kemenkes, 2020).

Langkah awal yang dilakukan yaitu pengkajian untuk mengumpulkan informasi

yang lengkap, akurat dan relevan yang berhubungan langsung dengan kondisi pasien

kemudian dilakukan analisis data untuk menentukan perencanaan asuhan kebidanan

komprehensif. Setiap asuhan yang diberikan akan di dokumentasikan menggunakan

metode SOAP menurut 7 langkah Varney.

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Pada langkah pertama dilakukan pengumpulan data dasar kontak pertama

dengan ibu pada 04 Mei 2022, saat dilakukan pengkajian data dasar pada 10 Mei

2022 didapatkan hasil sebagai berikut, Ibu R usia 21 tahun HPHT : 05 Agustus

2021 dan HPL : 11 Mei 2022.

241
242

Ini merupakan kehamilan pertama ibu, pada saat dilakukan pemeriksaan

ANC untuk pertama kali usia kehamilan ibu sudah memasuki 40 minggu, namun

sampai dengan usia kehamilan 40 minggu ini ibu masih belum mendapatkan tanda-

tanda persalinan. Sehingga usia kehamilan ibu memasuki usia kehamilan postdate.

Pada tahap ini tidak terjaddi kesenjangan antara teori dan kenyataan karena

kehamilan postdate adalah suatu kehamilan yang berlangsung melebihi 40 minggu

ditambah satu atau lebih hari (setiap waktu yang melebihi tanggal perkiraan lahir)

dan biasanya berakhir antara 40 dan 42 minggu (Nokar, 2020).

Ibu pertama kali mengetahui kehamilannya melalui test pack mandiri, lalu

setelah didapatkan hasil test positif, ibu melakukan pemeriksaan USG di klinik dan

didapatkan hasil usia kehamilan 7 minggu janin tunggal hidup intrauterine sesuai

dengan teori dari kehamilan normal dimana implantasi terjadi di kavum uteri

(Arninda,2018).

Di trimester pertama kehamilan ibu mengeluh sering lemas, mual dan

pusing. Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada awal kehamilan ibu akan

mengalami tanda-tanda seperti merasa mual, rasa ingin muntah, akibat dari

peningkatan hormon HCG (Human Choironic Hormon) (Padila, 2015).

Untuk menangani keluhan tersebut ibu beristirahat dan diberikan KIE

tentang makan sedikit tapi sering serta menghindari makanan yang bersifat pedas,

berminyak, dan berbau tajam sesuai dengan teori yang menyatakan melakukan

pengaturan pola makan yaitu dengan memodifikasi jumlah dan ukuran makanan.

Makan dengan jumlah kecil dapat mengurangi mual (Irianti, 2014).


243

Pada trimester awal kehamilan ibu diberikan tablet Asam Folat dan tablet

FE, dan ibu sudah mendapatkan konseling tentang nutrisi pada ibu hamil.

Pemberian tablet FE Pemberian tablet tambah darah selama kehamilan merupakan

salah satu cara yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb

sampai tahap yang diinginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet

mengandung 60 mg Fe. Setiap tablet setara dengan 200 mg ferrosulfat. Selama

kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan

diberikan sejak pemeriksaan ibu hamil pertama (Amanda, 2019).

Ibu pertama kali merasakan gerakan janinnya pada saat usia kehamilan 16

minggu, pada trimester kedua ini ibu tidak memiliki keluhan apapun. Ibu rajin

meminum asam folat 1 tablet pada pagi hari dan 1 tablet FE pada malam hari.

Status TT ibu adalah TT 2. Ibu sudah mendapatkan konseling tentang tanda bahaya

kehamilan dan cara menghitung gerak janin. Pada tahap ini tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kasus dimana pada teori dinyatakan bahwa pergerakan

janin pertama kali biasanya akan dirasakan ibu pada saat usia kehamilan sekitar 16-

20 minggu (Mone, 2019).

Pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan terhadap Ibu R penulis telah

melakukan asuhan standar minimal 14 T yang terdiri dari pengukuran tinggi badan

dan penimbangan berat badan (TB/BB), pengukuran tekanan darah (TD),

pengukuran lingkar lengan atas (LILA), pengukuran tinggi rahim (TFU), penentuan

letak janin (presentasi janin) dan perhitungan denyut jantung janin (DJJ), penentuan

status imunisasi tetanus toksoid (TT), Pemberian tablet tambah darah (Tablet Fe),

Pencegahan Penyakit Menular Sexual (PMS), tata laksana kasus, test protein urine,
244

test glukosa urin, test hemoglobin, senam hamil, pemberian obat malaria dan

pemberian obat gondok. perencanaan persalinan, dan pencegahan komplikasi (P4K)

(Rukiyah, 2014). Pada saat melakukan asuhan antenatal care terhadap Ibu R penulis

telah melakukan asuhan standar minimal 14T tersebut. Namun pada standar

pemberian suntik TT, pemberian obat malaria dan pemberian obat gondok tidak

dilakukan oleh penulis karena ibu R telah diberikan imunisasi sebelumnya. Untuk

pemberian obat malaria dan obat gondok tidak penulis berikan karena ibu tidak

memiliki keluhan yang mengarah kepada kedua hal tersebut, pada tahap ini terjadi

kesenjangan antara teori dan kenyataan dimana seharusnya penulis melakukan

semua rangkaian pemeriksaan sebanyak 14T.

Pada trimester ketiga kehamilan ibu memiliki keluhan yaitu ibu sering

buang air kecil dan pinggang terasa nyeri, untuk menangani hal ini ibu lebih banyak

minum di siang hari dan mengurangi jumlah minum pada malam hari, diajarkan

teknik manajemen nyeri. Pola fungsional pada masa kehamilan di trimester III akan

mengalami beberapa perubahan seperti, sering haus, sering kencing disebabkan

karena peningkatan sensitivitas kandung kemih dan pada tahap selanjutnya

merupakan akibat kompresi pada kandung kemih. Pada saat yang sama,

pembesaran uterus menekan kandung kemih, menimbulkan rasa ingin berkemih

walaupun kandung kemih hanya berisi sedikit urin (Varney, 2016).

Ibu rajin meminum tablet kalsium 1 tablet pada pagi hari dan 1 tablet FE

pada malam hari ibu telah mendapatkan konseling tentang tanda bahaya kehamilan

trimester ketiga dan teknik relaksasi nafas. Ibu R memeriksakan kehamilannya

sebanyak 12 kali selama kehamilan. Pada trimester I ibu memeriksakan


245

kehamilannya sebanyak 4 kali, pada trimester II sebanyak 4 kali dan pada trimester

III sebanyak 4 kali. Hal ini sesuai dengan syarat minimal pemeriksaan kehamilan

yaitu pemeriksaan antenatal care dilakukan minimal 6 kali dengan rincian 2x di

trimester I, 1x di trimester II, dan 3x di trimester III. Pada tahap ini tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kasus dimana pemeriksaan kehamilan Minimal 2x

pemeriksa oleh dokter saat kunjungan pertama di trimester I dan saat kunjungan

kelima di trimester III (Buku KIA, 2020). Sebelum hamil ibu tidak pernah

menggunakan alat kontrasepsi apapun, dan selama kehamilan ibu tidak memiliki

kebiasaan merokok, atau minum-minuman keras.

Ibu tinggal di lingkungan yang cukup bagus, aman dan nyaman, pernikahan

ibu sah, dan ini merupakan pernikahan pertamanya. Di dalam keluarga ibu juga

mendapat dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya sehingga ibu dapat

merasa aman dan nyaman, dan di dalam adat dan keagamaan ibu selama hamil

tidak ada kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu. Dan dukungan dari

suami dan keluarga ibu sangat membantu ibu sesuai dengan teori yang menyatakan

bahwa ibu hamil memerlukan ketenangan, dukungan dari suami, bidan dan

keluarga (Walyani, 2015).

Saat dilakukan pemeriksaan fisik awal, tidak terdapat hal yang dapat

mempengaruhi kesehatan ibu, Indeks masa tubuh (IMT) ibu R adalah 20,6 kg/m2

dan termasuk kategori normal, penambahan berat badan R S selama hamil yaitu 12

kg, hal ini sesuai dengan teori bagi ibu yang memiliki berat badan normal sebelum

hamil, disarankan untuk menaikkan berat badan sebesar 11,3-15,9 kilogram selama

hamil (Mochtar, 2014).


246

Ibu juga telah melakukan pemeriksaan labolatorium dan didapatkan hasil

pemeriksaan Hemoglobin senilai 12,5% gr/dl, Anti HIV Non Reaktif, HbsAg

Negatif, Syphillis Ab Negatif, Protein Urin Negatif, Glukosa Urin Negatif. Pada

tahapan ini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kasus karena kadar

hemoglobin normal pada ibu hamil adalah >11gr/dl (WHO, 2017).

Sehingga dari semua hasil pengkajian data yang telah dilakukan, didapatkan

diagnosa kebidanan, yaitu Ibu R usia 21 Tahun dengan GIP0000 usia kehamilan 39

Minggu 6 Hari Janin Tunggal Hidup Intrauterine.

B. Asuhan Kebidanan pada Persalinan

Persalinan dapat terjadi karena adanya his yang adekuat, keluarnya lendir

bercampur darah (blood show), terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, dan

pada pemeriksaan dalam serviks mendatar serta pembukaan telah ada. Persalinan

dianggap normal jika terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (37-42 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit (Manuaba, 2015).

Pada saat kontrol kembali pada tanggal 18 Mei 2022 ibu melakukan

pemeriksaan kehamilannya kepada dokter spesialis kandungan. Setelah melakukan

pemeriksaan dengan dokter spesialis kandungan di Klinik, diputuskan oleh dokter

spesialis kandungan untuk di rujuk ke RSIA Aisyiyah ibu dan keluarga menyetujui

hal tersebut.

Ibu dirujuk oleh dokter spesialis dari Klinik umum dan bersalin Ramlah

Parjib 1 ke RSIA Aisyiyah Samarinda untuk dilakukan proses induksi persalinan

dikarenakan usia kehamilan yang sudah melewati 7 hari atau sudah memasuki usia

postdate. Walaupun melewati hari perkiraan lahir, tetapi tidak terjadi kesenjangan
247

antara teori dan keadaan ibu karena menurut Kumalasari, (2015) Persalianan

dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (diantara

37-42 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

Saat di rujuk ke RSIA Aisyiyah Samarinda, ibu diputuskan untuk dilakukan

penanganan persalinan postdate dengan pengelolaan aktif yaitu induksi persalinan

melalui pemberian oxytocin secara intravena karena metode ini dianggap efektif

bagi itu, namun sebelum dilakukan induksi persalinan ibu lebih dulu dikaji

menggunakan score bishop, dan didapatkan score bishop 8 dan kemungkinan

keberhasilan induksi 90%. Disini tidak terjadi kesenjangan antara teori dan

kenyataan karena jika didapatkan bishop dengan score rendah maka diartikan

bahwa serviks masih belum matang dan resiko kegagalan induksi masih sangat

tinggi, tetapi jika score bishop tinggi diartikan sebagai serviks sudah matang

(Ripened) dan angka keberhasilan semakin tinggi sehingga baru boleh dilanjutkan

dengan induksi persalinan. (Saifuddin, 2014)

Pada karena usia kehamilan yang sudah memasuki 41 minggu atau sudah

memasuki postdate sehingga pada pukul 21.30 ibu mulai diberikan obat untuk

induksi yaitu pemberian misoprostol 1/4 tablet melalui vagina yang berguna

untuk pematangan serviks. Pada hal ini tidak terjadi kesenjangan teori karena

pada usia kehamilan >28 minggu, dosis misoprostol yang diberikan untuk proses

pematangan serviks yaitu 25 μg PV setiap 6 jam atau 25 μg PO setiap 2 jam

(Utami,2019).

Pada 19 Mei 2022 pukul 03.00 diberikan kembali induksi persalinan melalui

intravena yaitu diberikan cairan RL drip oxytocin 5 unit 4 TPM, setelah 30 menit
248

kemudian tetesan infus kembali dinaikan menjadi 8 TPM dan sejak pukul 04.00

WITA ibu mengatakan perutnya semakin sakit dan kencang-kencang semakin

sering. Pada tahap ini tidak terjadi kesenjangan teori karena respon dari pemberian

oxytocin 5IU untuk merangsang adanya kontraksi dan respon dari adanya kontraksi

adalah perut semakin sakit dan kencang-kencang semakin sering (Utami,2019).

Pada pukul 04.00 ibu mengatakan perutnya semakin sering kencang-

kencang disetai dengan nyeri dan saat buang air kecil pada pukul 04.25 terdapat

pengeluaran lendir darah melalui vagina dan dilakukan pemeriksaan dalam

didapatkan hasil pembukaan 2cm dan saat itu ibu sudah memasuki kala 1 fase laten.

Hal ini dapat dikatakan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dengan kenyataan

dimana menurut Sondakh (2015), tanda-tanda persalinan kala I adalah terjadi his,

terdapat pengeluaran lendir bercampur darah, terjadinya penipisan dan pembukaan

serviks dan pecahnya kantung ketuban.

Lalu pada pukul 06.30 dilakukan kembali pemeriksaan dalam dan

didapatkan pembukaan 4cm. Selama proses observasi DJJ dilakukan setiap 30

menit didapatkan hasil normal yaitu antara 120-160x/menit. Hal ini sesuai dengan

batas normal denyut jantung janin antara 120 dan 160 x/menit (Manuaba, 2015).

Pada pukul 09.31 Pembukaan menjadi lengkap 10 cm dan ditandai dengan

adanya dorongan ingin meneran yang kuat pada ibu rasa ingin BAB perineum

menonjol dan vulva membuka. Kala I pada Ibu R berlangsung sekitar 5 jam 5 menit

dan tergolong cukup cepat bagi primipara karena biasanya Lamanya kala I pada

primigravida dapat mencapai 12 Jam, hal ini terjadi karena mekanisme pembukaan

serviks/leher rahim yang berbeda antara keduanya. Persalinan di mulai sejak uterus
249

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis)

dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap (Sondakh, 2015).

Memasuki kala II persalinan pada ibu R dilakukan pemeriksaan dalam

kembali untuk memastikan dan didapatkan pembukan 10 cm lengkap dengan

kontraksi uterus 5x dalam 10 menit durasi 40-45 detik dan intensitas kuat, terdapat

pengeluaran lendir darah, Ibu R merasa ingin meneran saat terjadi kontraksi dan

ada perasaan ingin BAB. Dalam hal ini tidak terjadi kesenjangan antara teori

dengan kenyataan di lapangan sesuai dengan teori Manuaba (2015) yaitu tanda dan

gejala kala II persalinan adalah ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan

terjadinya kontraksi, ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada anus dan

vagina ibu, perineum menonjol, vulva dan sfingter ani membuka serta

meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah. Dalam proses persalinan pada

saat kepala bayi lahir dan dilakukan pengecekan lilitan tali pusat, terdapat 2 lilitan

tali pusat longgar dan di lepaskan secara perlahan oleh penolong persalinan. Segera

setelah bayi lahir dilakukan penilaian selintas didapatkan hasil bayi bergerak aktif

dan menangis kuat. Pada tahap ini proses kala 2 berlangsung sekitar 18 menit. Pada

tahap ini tidak terjadi kesenjangan antara kasus dan teori 60 Langkah APN (2016).

Memasuki Kala III persalinan, proses berjalan dengan dan normal tanpa

adanya penyulit (retensio plasenta). Lama kala III berlangsung sekitar 10 menit.

Penulis melakukan manajemen aktif kala III yang terdiri dari pemberian suntik

oksitosin 10 IU melalui intramuskular 1 menit setelah bayi lahir, setelah menunggu

beberapa saat sampai dengan adanya tanda terlepasnya plasenta yaitu tali pusat

memanjang,uterus menumbung, dan adanya semburan darah (Prawirohardjo (2016).


250

Penulis segera melakukan peregangan tali pusat terkendali lalu melahirkan

plasenta setelah itu penulis langsung melakukan masase uterus selama 15 detik, hal

bertujuan untuk membantu memicu kontraksi uterus dan agar tidak terjadi

perdarahan. Dilakukan pengecekan plasenta didapatkan hasil plasenta lahir lengkap.

Dilakukan pengecekan laserasi didapatkan hasil ruptur perineum derajat 2 yaitu

luka dibagian kulit dan otot-otot perineum bagian dalam vagina lalu dilakukan

penjahitan perineum oleh dokter spesialis dan berlangsung selama 10 menit. Sesuai

dengan teori dari 60 Langkah Persalinan (2016).

Memasuki kala IV Persalinan dilakukan pemantauan pada ibu R dan

didapatkan hasil masih dalam batas normal, dengan hasil pemantauan kala IV

tanda-tanda vital dalam batas normal, perdarahan ± 335ml, kontraksi uterus baik,

tinggi fundus 1 jari di bawah pusat, dan kandung kemih kosong, tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Menurut Asuhan Persalinan Normal (2016) persalinan kala IV dimulai

setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah persalinan tersebut. Penulis

juga mengajarkan ibu cara masase uterus yang benar untuk mencegah perdarahan

postpartum, memberi kenyamanan pada ibu (membersihkan ibu, alat dan tempat

tidur), dan memberikan asupan nutrisi kepada ibu. Dan pada tahap ini tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kasus.

Proses persalinan Ibu R dari kala I sampai dengan kala IV berjalan dengan

baik dan normal, namun terdapat sedikit penyulit yaitu terdapat 2 lilitan tali pusat

pada leher bayi hal ini tentu saja dapat membahayakan bayi namun hal tersebut
251

dapat dilalui dengan baik sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan

penanganan yang dilakukan sesuai dengan teori dalam 60 Langkah APN (2016).

C. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir

Bayi Ibu R Bayi lahir spontan pada tanggal 19 Mei 2022, pukul 09.43

WITA, dengan jenis kelamin Laki-laki, bayi menangis kuat, bergerak aktif, warna

kulit kemerahan, bayi sudah BAB dan bayi sudah di IMD selama 1 jam dengan

APGAR SCORE 9/10.

Pada saat bayi baru lahir dilakukan penilaian selintas dan didapatkan bayi

langsung menangis,dan bergerak aktif, dan warna kulit kemerahan. Bayi lahir

dengan usia kehamilan 41 minggu 1 hari dengan berat badan lahir 3560 gram,

panjang badan 50 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 34 cm, lingkar perut 30

cm, dan LILA 12 cm. Hal ini sesuai dengan teori Sudarti (2014) yaitu bayi lahir

dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu, berat badan lahir 2500-4000

gram, panjang badan 48-52 cm, lingkar dada 30-38 cm, lingkar kepala 33-35 cm,

lingkar lengan 11-12 cm, bayi menangis kuat,bergerak dengan aktif, warna kulit

kemerahan nilai APGAR SCORE 10 serta tidak ada kelainan kongenital.

Bayi Ibu R dilakukan pemeriksaan fisik, diberikan obat salep mata,

dilakukan penyuntikan vitamin K pada paha kiri bayi, dan dilakukan perawatan tali

pusat serta menjaga suhu tubuh bayi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan

yaitu asuhan bayi baru lahir meliputi resusitasi bayi baru lahir, pengikatan dan

pemotongan tali pusat, perawatan tali pusat, inisiasi menyusu dini, profilaksis mata,

pemberian vitamin K, pengukuran antropometri bayi baru lahir dan menjaga suhu

tubuh bayi (Prawirohardjo, 2016).


252

D. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari

persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa

nifas yaitu 6-8 minggu. Masa puerperium adalah waktu yang diperlukan agar

organ-organ genetalia interna ibu kembali menjadi normal secara anatomis dan

fungsional, yaitu dibutuhkan waktu 6 minggu (Nurjasmi, 2016).

Pada kunjungan pertama (KF I) tanggal 21 Mei 2022, 48 jam setelah

persalinan dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh didapatkan hasil terjadi

lecet pada payudara akibat posisi menyusui yang salah, disini terjadi kesenjangan

antara teori dengan kenyataan dimana seharusnya lecet pada payudara bisa

dihindari jika posisi menyusui benar (Novita,2019)

Tekanan darah, nadi, pernafasan, dan suhu tubuh Ibu R dalam batas normal

serta terdapat pengeluaran lokhea berwarna merah (lokhea rubra). Kontraksi uterus

baik, TFU 1/2 sympisis-pusat, Diastasis Rectus Abdominalis 2x11 cm. Tidak

ditemukan tanda-tanda infeksi pada luka jahitan dan tidak terdapat tanda infeksi

masa nifas. Menurut Marmi (2015) lokhea rubra adalah cairan berwarna merah

kehitaman yang terjadi setelah palsenta lahir sampai dengan hari ketiga setelah

persalinan. Menurut Prawirohardjo (2016), kunjungan nifas pertama bertujuan

untuk memastikan involusi uterus, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, tidak ada

perdarahan, menilai adanya tanda-tanda infeksi masa nifas, dan memantau pola

istirahat ibu dan memberikan konseling pada ibu tentang perawatan payudara dan

Cara menyusui yang benar. (Novita, 2019).


253

Kunjungan kedua (KF II) tanggal 25 Mei 2022 (6 hari postpartum), Ibu R

mengatakan tidak ada keluhan, menu makan nasi, lauk (tahu dan tempe), dan sayur

namun ibu mengatakan masih sulit dan tidak tahu cara memandikan bayi nya

sendiri.

Pada pemeriksaan TFU pertengahan simfisis pusat, Diastasis Rectus

Abdominalis : 2x11 cm terdapat pengeluaran lokhea sanguelenta, Menurut Marni

(2015) lokhea sanguilenta terjadi pada hari ketiga sampai hari ketujuh setelah

persalinan. Tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi masa nifas. Tekanan darah,

nadi, pernafasan serta suhu tubuh Ibu R dalam batas normal. Dan tidak terjadi

kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Dalam Kunjungan KF II ibu diberikan beberapa KIE yaitu tanda bahaya

masa nifas, dan ibu juga diajarkan cara memandikan bayi. Dan ibu sudah

melakukan pemberian ASI Ekslusif Hal ini terjadi kesenjangan teori bahwa ASI

Eksklusif adalah pemberian ASI saja tanpa tambahan lain sampai bayi berumur 6

bulan (WHO, 2017).

Kunjungan ketiga (KF III) tanggal 13 Juni 2022 (25 hari postpartum) Ibu

R tidak memiliki keluhan tentang masa nifasnya dan mulai terbiasa dengan

rutinitas perawatan bayi sehari-hari, dilakukan pemeriksaan Tekanan darah, nadi,

pernafasan, dan suhu tubuh dalam batas normal dan terdapat pengeluaran lokhea

berwarna putih (lokhea alba). kontraksi uterus Ibu R baik, tinggi fundus uteri

sudah tidak teraba, tidak ditemukan adanya tanda-tanda infeksi masa nifas.

Menurut Menurut Marmi (2015) tinggi fundus uteri pada 2 minggu setelah

persalinan sudah tidak teraba atau masih berada di atas simfisis. Pada
254

pemeriksaan genetalia dilakukan pemeriksaan lokhea, menurut Marmi (2015)

lokhea alba adalah cairan putih yang terjadi 2 minggu setelah persalinan.

Sehingga tidak terjadi kesenjangan antara teori dan kenyataan.

Ibu R diberikan konseling mengenai macam-macam alat kontrasepsi

beserta macam-macam kelebihan dan kekurangan setiap alat kontrasepsi sesuai

dengan teori yang menyatakan penggunaan metode kontrasepsi pada masa nifas

sampai dengan 42 hari setelah melahirkan sebagai langkah untuk mencegah

kehilangan kesempatan ber-KB (Kemenkes RI, 2014). Setelah diberikan

konseling ibu pun mengerti dan segera memilih alat kontrasepsi yang akan

digunakan .

Pada kunjungan ke IV (KF IV) pada tanggal 19 Juni 2022 (30 hari

postpartum), ibu R mengatakan tidak memiliki keluhan, tanda-tanda vital ibu K

TD : 120/80 mmHg, N : 82 x/menit, RR : 20x/menit, T : 36,5ºC. Pada

pemeriksaan abdomen TFU sudah tidak teraba diatas symphisis menurut teori

involusi uteri pada usia nifas >2 minggu TFU tidak teraba diatas symphisis

(Marni,2015). Pada pemeriksaan genetalia tidak terdapat pengeluaran dan luka

jahitan sudah kembali seperti semula, dan ibu juga diberi konseling tentang

pemantapan pemilihan alat kontrasepsi dan ibu juga dianjurkan untuk melakukan

pemeriksaan USG agar dapat mengetahui bagaimana keadaan didalam rahim.

Dan tidak terdapat kesenjangan antara kenyataan dan teori.

E. Asuhan Kebidanan pada Neonatus

Neonatus adalah bayi baru lahir yang berada pada fase adaptasi kehidupan

diluar rahim yang berlangsung dalam satu bulan (4 minggu atau 28 hari) atau lebih
255

setelah kelahiran (Noordiati, 2019). Kunjungan neonatal adalah pelayanan

kesehatan kepada neonatus sedikitnya 3 kali yaitu: Kunjungan neonatal I (KN1)

pada 6 jam sampai dengan 48 jam setelah lahir. Kunjungan neonatal II (KN2) pada

hari ke 3-7 hari. Kunjungan neonatal III (KN3) pada hari ke 8-28 hari (Varney,

2014).

Kunjungan pertama neonatus tanggal 21 Mei 2022 hari kedua setelah

kelahiran dilakukan pemantauan dan pemeriksaan dengan hasil; keadaan umum

neonatus baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, neonatus menangis kuat, tali

pusat terjaga dari kelembaban, neonatus mengkonsumsi ASI dan sudah BAK

maupun BAB. BAK 1 kali berwarna jernih dengan konsistensi cair dan BAB 2 kali

berwarna hijau kehitaman dengan konsistensi lunak. Neonatus telah mendapatkan

vaksin hepatitis 0 (Hb0) di paha sebelah kanan untuk mencegah penyakit hepatitis

B dan kerusakan hati. Pemberian vaksin ini sesuai dengan jadwal waktu yang

ditentukan JNPK-KR (2017) bahwa pemberian vaksin Hb 0 dapat diberikan pada

usia <7 hari.

Penulis juga memberikan konseling mengenai ASI eksklusif kepada Ibu R.

Menurut Marmi (2015), ASI eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa

pemberian minuman atau makanan apapun, termasuk air bening maupun susu

formula.

Kunjungan kedua neonatus tanggal 25 Mei 2022 hari keenam setelah lahir

penulis melakukan pemeriksaan pada neonatus dengan hasil; keadaan umum baik,

tanda-tanda vital dalam batas normal, namun saat dilakukan pemeriksaan fisik

didapatkan dileher bayi terdapat biang keringat dan bayi diberikan ASI secara
256

eksklusif sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa Menurut Marmi (2015), ASI

eksklusif adalah pemberian ASI selama 6 bulan tanpa pemberian minuman atau

makanan apapun, termasuk air bening maupun susu formula.

Kunjungan ketiga neonatus tanggal 13 Juni 2022 hari ke-25 hari bayi setelah

lahir, penulis melakukan pemeriksaan dengan hasil; keadaan umum baik, tanda-

tanda vital dalam batas normal, dan bayi menyusu pada ibu dengan aktif. Berat

badan neonatus naik dari 3500 gram menjadi 3800 gram. Kenaikan berat badan ini

disebabkan karena asupan nutrisi yang adekuat pada neonatus. Dan penulis juga

memberikan konseling tentang macam-macam imunisasi dasar lengkap dan

macam-macam efek samping dari imunisasi tersebut karena Menurut Notoadmodjo

(2017), program imunisasi bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan

kematian bayi dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Pada saat ini

penyakit-penyakit tersebut adalah difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak,

polio, dan tubercolosis.

Setelah dilakukan pengkajian dan asuhan kebidanan secara menyeluruh

didapatkan hasil bahwa tidak terdapat kesenjangan antara teori dan kenyataan.

F. Asuhan Kebidanan pada Akseptor Alat Kontrasepsi

Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang

sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Itu bermakna adalah perencanaan

jumlah keluarga dengan pembatasan yang bisa dilakukan dengan penggunaan alat-

alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran seperti kondom, spiral, IUD, dan

sebagainya. Jumlah anak dalam sebuah keluarga yang dianggap ideal adalah dua

(Pragita & Rembang, 2019).


257

Keluarga Berencana Pasca Persalinan adalah penggunaan metode

kontrasepsi pada masa nifas sampai dengan 42 hari setelah melahirkan sebagai

langkah untuk mencegah kehilangan kesempatan ber-KB (Kemenkes RI, 2014).

Pada tanggal 02 Juli 2022 penulis telah melakukan konseling tentang

persiapan Ibu R dalam menggunakan alat kontrasepsi yang akan digunakan setelah

berakhirnya masa nifas.

Setelah dilakukan konseling mengenai macam-macam alat kontrasepsi, Ibu

R tertarik untuk menggunakan kontrasepsi. Ibu R memutuskan ingin menggunakan

KB Suntik Progestin karena ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi yang tidak

mengganggu ASI, tujuan ibu ingin menggunakan alat kontrasepsi adalah untuk

menunda kehamilan dan juga metode ini direkomendasikan oleh mertua dan

keluarga ibu R.

Keuntungan kontrasepsi Suntik Progestin yaitu tidak diperlukan

pemeriksaan panggul, tidak mempengaruhi ASI, tidak mengganggu hubungan

seksual. Sedangkan kerugian kontrasepsi Suntik Progestin yaitu harus Sering

ditemukan gangguan haid seperti spotting, siklus memanjang dan memendek

( Kemenkes,2014).

Cara kerja yaitu terjadi penebalan lender serviks, menekan ovulasi,

mencegah terjadinya implantasi, mengganggu pergerakan tuba sehingga sperma

sulit membuahi ovum (Kemenkes, 2014)


BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah penulis melaksanakan asuhan kebidanan secara komprehensif

melalui studi kasus continuity of care pada Ibu R mulai dari kehamilan, persalinan,

bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan pelayanan kontrasepsi di Klinik Umum dan

Bersalin Ramlah Parjib 2 Samarinda maka dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam

pemberian asuhan kebidanan yang dimulai sejak kehamilan hingga pelayanan

kontrasepsi telah sesuai dengan teori dengan melakukan pendekatan menggunakan

manajemen kebidanan 7 langkah varney. Asuhan kebidanan secara komprehensif

adalah sebagai deteksi dini untuk mengurangi faktor-faktor resiko yang dapat

terjadi selama kehamilan, persalinan, bayi baru lahir, nifas, neonatus, dan pelayanan

kontrasepsi.

1. Asuhan Kebidanan Kehamilan

Asuhan kebidanan kehamilan yang dilaksanakan oleh penulis kepada ibu

R, sudah sesuai teori dengan melakukan pendekatan 7 langkah varney. Pada

saat hamil ibu rajin memeriksakan kehamilannya ke Bidan, dokter, dan dokter

spesialis sebanyak 12 kali dimana anjuran yang diberikan sesuai teori yaitu

minimal 6 kali kunjungan, hal ini membantu ibu dalam menjaga kehamilannya

dalam keadaan baik. Kehamilan ibu berjalan dengan normal, walaupun

kehamilan ibu sempat melewati hari perkiraan lahir sekitar 7 hari namun masih

tergolong dalam usia kehamilan yang normal.

258
259

2. Asuhan Kebidanan Persalinan

Asuhan kebidanan persalinan yang dilaksanakan oleh penulis kepada ibu

R, sudah sesuai teori dengan melakukan pendekatan 7 langkah varney. Pada

saat proses persalinan ibu dilakukan induksi persalinan dikarenakan usia

kehamilan yang telah memasuki 41 minggu kehamilan dan melewati hari

perkiraan lahir 7 hari namun pada saat proses persalinan semua berjalan lancar.

Ibu dilakukan induksi persalinan karena ini merupakan kehamilan

pertamanya sehingga dikhawatirkan jika menunggu semakin lama janin akan

semakin membesar di dalam kandungan, sehingga ibu tidak bisa melakukan

persalinan spontan pervaginam, dan juga dikhawatirkan jika bayi sampai

dengan usia post mature. Dalam proses persalinan didapatkan adanya penyulit

yaitu adanya 2 lilitan tali pusat pada leher bayi. Tetapi hal itu dapat segera

diatasi sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan sehingga bayi dapat tetap

lahir dengan sehat.

3. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir

Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir yang dilaksanakan oleh penulis

kepada bayi ibu R, sudah sesuai teori dengan melakukan pendekatan 7 langkah

varney. Bayi lahir secara spontan pada saat lahir bayi dilakukan penilaian

selintas dan didapatkan hasil bayi menangis kuat dan bergerak aktif. Setelah itu

langsung dilakukan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada bayi selama 1 jam. Lalu

setelah dilakukan IMD bayi diberikan Vit K-1 untuk mencegah perarahan pada

bayi dan Salep mata untuk mencegah infeksi pada mata bayi.
260

4. Asuhan Kebidanan Pada masa Nifas

Asuhan kebidanan pada masa nifas yang dilaksanakan oleh penulis

kepada ibu R, sudah sesuai teori dengan melakukan pendekatan 7 langkah

varney. Pada saat dilakukan kunjjungan masa nifas yaitu KF 1 sampai dengan

KF 4. Tidak terjadi perdarahan dan infeksi masa nifas yang ditandai dengan

keluar lokhea yang berlebihan dan berbau. Hal ini disebabkan karena Ibu R

menjaga personal hygienenya dan mengkonsumsi makanan yang bergizi

seimbang. Ibu R juga telah melakukan mobilisasi setelah melahirkan yaitu

dengan miring kanan, miring kiri, bangun dari tempat tidur, dan pergi ke kamar

mandi sendiri, hanya saja pada saat kunjungan nifas pertama pada pemeriksaan

fisik didapatkan puting susu ibu lecet untuk itu penulis memberikan konseling

cara menyusui yang benar untuk menangani masalah tersebut.

5. Asuhan Kebidanan Pada masa Neonatus

Asuhan kebidanan pada neonatus yang dilaksanakan oleh penulis

kepada ibu R, sudah sesuai teori dengan melakukan pendekatan 7 langkah

varney. Selama kunjungan berlangsung, kondisi neonatus dalam keadaan sehat

dan tidak ada tanda-tanda infeksi ataupun terjadinya komplikasi karena asuhan

bayi baru lahir telah dilakukan sesuai dengan asuhan kebidanan pada neonatus.

Hanya saja pada saat pemeriksaan fisik terdapat biang keringat dibagian leher

neonatus. Untuk itu penulis memberikan KIE tentang personal hygne, dan

memberikan KIE kepada ibu agar tidak memberikan lotion, bedak tabur, dan

parfum kepada neonatus karena dikhawatirkan kulit neonatus yang masih

sangat sensitif.
261

6. Asuhan Kebidanan pada Akseptor KB

Asuhan kebidanan pelayanan kontrasepsi pada ibu R telah dilaksanakan

sesuai teori dengan melakukan pendekatan menggunakan manajemen

kebidanan 7 langkah Varney. Setelah diberikan konseling mengenai macam-

macam alat kontrasepsi, Ibu R beserta suami sepakat untuk memilih

menggunakan salah satu metode kontrasepsi hormonal yaitu Suntik Progestin

dan ibu juga diberikan konseling sexual pasca persalinan.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Agar penulis mendapatkan penegalaman dalam mempelajari kasus-kasus

pada saat praktik dan meningkatkan keterampilan yang dimiliki untuk

melakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil sesuai standar profesi kebidanan

dan dapat mengatasi kesenjangan yang terkadang timbul antara teori yang

didapat di perkuliahan dengan praktik dan yang nyata dilahan serta dapat

mengaplikasikan teori yang didapat dengan perkembangan ilmu kebidanan yang

terbaru.

2. Bagi Lahan Praktik

Asuhan yang sudah diberikan ada klien sudah baik dan hendaknya lebih

meningkatkan mutu pelayanan, dan bidan maupun tenaga kesehatan lainnya

diharapkan dapat memberikan asuhan yang menyeluruh serta mendeteksi

kelainan secara dini dan mencegah terjadinya komplikasi dalam masa kehamilan

hingga pelayanan kontrasepsi.


262

3. Bagi Institusi Pendidikan

Agar Institusi dapat menjadi sumber informasi untuk kemajuan

perkembangan ilmu kebidanan dan menilai sejauh mana kemampuan mahasiswa

menerapkan pengetahuan yang telah didapat dengan mempraktekkan dan

menerapkannya pada pasien atau klien secara langsung.

4. Bagi Klien

Agar ibu hamil memiliki kesadaran untuk selalu memeriksakan

kehamilannya serta dapat menambah informasi seputar kehamilannya,

mengetahui tanda bahaya kehamilan dan dapat dideteksi dan mencegah

terjadinya komplikasi. Kemudian suami dan keluarga dapat memberi dukungan

dan semangat kepada ibu sehingga ibu dapat menjalani kehamilan, persalinan,

nifas, perawatan bayi baru lahir, neonatus dan pelayanan kontrasepsi dengan

baik dan aman.


263

DAFTAR PUSTAKA

Armini, N W., dkk. 2017. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita dan Anak
Prasekolah. Yogyakarta: Andi.

Aryani, Y., dkk. 2015. Pengaruh Masase pada Punggung Terhadap Intensitas Nyeri
Kala I Fase Laten Persalinan Normal Melalui Peningkatan Kadar Endorfin.
Jurnal Kesehatan Andalas.

Asih, Y., Risneni. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas dan Menyusui. Jakarta.

Astuti, S., dkk. 2017. Asuhan Ibu Dalam Masa Kehamilan Buku Ajar Kebidanan
Antenatal Care (ANC). Jakarta: Erlangga

Khasanah, A., dkk. 2020. Pengaruh Endorphin Massage Terhadap Intensitas Nyeri pada
Ibu Bersalin. Journal for Quality in Women’s Health Vol.3 No.1 Maret 2020.

Cunningham, F., 2014. Obstetri Williams. Jakarta: EGC Dewi, dkk. 2014. Asuhan
kehamilan untuk kebidanan. Jakarta: Salemba medika

Hani., dkk. 2014. Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis. Jakarta : Salemba
Medika

Hardiningsih. 2020. Jurnal Ilmiah Kesehatan dan Aplikasinya: “Analisis Implementasi


Continuity of Care (Coc) di Program Studi D III Kebidanan UNS”. Vol.8 (2)
ISSN 2303-3746, e-ISSN 2620-9969

Herawati. R. 2016. Evaluasi Teknik Relaksasi yang Paling Efektif dalam


Penatalaksanaan Nyeri Persalinan Kala I Terhadap Keberhasilan Persalinan
Normal. Jurnal Maternity and Neonatal Vol 2 No 2: 102

Husin, F. 2015. Asuhan Kehamilan Berbasis Bukti. Jakarta: Sagung Seto Kumar, A.
2014. Penatalaksanaan Ilmu Kebidanan Kehamilan, Persalinan, Masa Nifas, dan
Neonatus. Tangerang: Binarupa Aksara

Marmi, K. 2015. Asuhan neonatus, bayi, balita, dan anak prasekolah. Yokyakarta:
Pustaka Pelajar

Nugroho, T., dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas (askeb 3). Yogyakarta:
Nuha Medika

Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka


264

Sarwono Prawirohardjo Priyanti, S., dkk. 2020 Jurnal Ilmiah Kebidanan (Scientific
Journal of Midwifery): “Frekuensi dan Faktor Risiko Kunjungan Antenatal
Care”. Vol 6, No. 1 Tahun 2020

Diva Press Saleha, S. 2017 Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba
Medika

Refika Aditama, 2014 Yulianti, L., Rukiah, A. 2014. Asuhan Kebidanan Kehamilan
Berdasarkan Kurikurum Berbasis Kompetensi Disertai Daftar Tilik Langkah
Pemeriksaan Kehamilan dan Contoh Soal Kompetensi. Jakarta: Trans Info
Media.
LAMPIRAN
Lampiran 1 :
Permohonan Studi Pendahuluan
Lampiran 2 :
Lembar Penjelasan Tindakan
Lampiran 3 :

Lembar Persetujuan Klien


Lampiran 4 :
Lembar Konsultasi Bimbingan
Lampiran 5 :
Lembar Supervisi Bimbingan
Lampiran 6 :
Kartu Skor Poedji Rochjati
Lampiran 7 :
Buku KIA
Lampiran 8 :
Partograf
Lampiran 9 :
SAP dan Leaflet

ANC
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TANDA BAHAYA PADA KEHAMILAN

DISUSUN OLEH:
ELIN BETTRILLIA ARMANTO
NIM P07224219012

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PRODI DIII KEBIDANAN SAMARINDA
TAHUN 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok Bahasan : Asuhan Kebidanan Kehamilan


Sub Pokok Bahasan : Tanda Bahaya Pada Kehamilan
Tempat : Klinik Ramlah Parjib 2
Tanggal : Jumat 06 Mei 2022
Sasaran : Ibu Hamil
Pelaksana : ELIN BETTRILLIA ARMANTO
1. Tujuan Instruksional Umum ( TIU )
Setelah diberikan Penkes diharapkan Klien dan keluarga dapat memahami
tentang tanda bahaya kehamilan.
2. Tujuan Instruksional Khusus ( TIK )
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
a. Menyebutkan pengertian Tanda Bahaya Kehamilan
b. Menyebutkan Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan
c. Mengetahui Pencegahan Tanda Bahaya Kehamilan
d. Mengetahui Komplikasi dari Tanda Bahaya Kehamilan
e. Mengetahui Skrining Tanda Bahaya Kehamilan
3. Materi
a. Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan
b. Macam – macam Tanda Bahaya Kehamilan
c. Pencegahan Tanda Bahaya Kehamilan
d. Komplikasi Tanda Bahaya Kehamilan
e. Skrining Tanda Bahaya Kehamilan
4. Metode
Diskusi dan Tanya jawab
5. Media
a. Ceramah
b. Leaflet
c. Lembar balik
6. Kegiatan Penyuluhan
No. Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta
1 Pembukaan 2 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan atau
 Kontak waktu memperhatikan
penyuluhan  Merespon atau
 Melakukan apersepsi menyetujui
 Menjawab atau
merespon

2 Kegiatan 10 menit  Menyampaikan materi  Memperhatikan


Inti tentang pengertian  Bertanya dan
tanda bahaya menjawab pertanyaan
kehamilan, macam- yang diajukan
macam tanda bahaya  Memperhatikan
kehamilan, dan cara  Bertanya dan
mencegah skiring menjawab pertanyaan
tanda bahaya yang diajukan
kehamilan

3 Evaluasi 3 menit  Menyimpulkan materi  Mendengarkan dan


penyuluhan memperhatikan
 Menanyakan kepada  Menjawab
klien tentang materi pertanyaan
yang telah diberikan

4 Terminasi 2 menit  Mengucapkan terima  Mendengarkan


kasih atas peran  Menjawab
peserta pertanyaan
 Mengucapkan salam
penutup

7. Evaluasi
a. Evaluasi Struktur
1) Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan
2) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
3) Sasaran siap diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
b. Evaluasi Proses
1) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
2) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
3) Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
4) Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
c. Evaluasi Hasil
1) Sebutkan kembali pengertian dari tanda bahaya kehamilan
2) Sebutkan beberapa macam- macam tanda bahaya kehamilan
3) Sebutkan Cara mencegah tanda bahaya kehamilan
MATERI PENYULUHAN

1. Pengertian Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan adalah suatu kehamilan yang memiliki suatu tanda
bahaya atau risiko lebih besar dari biasanya (baik bagi ibu maupun bayinya), akan
terjadinya penyakit atau kematian sebelum maupun sesudah persalinan (Tiran, 2014).
2. Macam-macam Tanda Bahaya Kehamilan
a. Perdarahan
Perdarahan pada hamil tua dapat membahayakan keselamatan ibu dan bayi
dalam kandungan : (Varney, 2014)
1. Plasenta Previa adalah implantasi plasenta di segmen bawah
uterus, secara lengkap atau parsial akan menutupi lubang os servikal interna.
Hal ini mungkin merupakan penyebab serius perdarahan antepartal pada
trimester ketiga persalinan
2. Solusio Plasenta adalah jika plasenta yang terimplantasi secara
normal terlepas secara prematur, perdarahan mungkin berasal dari tepi
plasenta atau dalam massa plasenta.

b. Bengkak di kaki, tangan dan wajah, atau sakit kepala kadang


kala disertai kejang
Gangguan hipertensi pada kehamilan (Varney, 2014)
Definisi :
1. Preeklampsia ; terjadi peningkatan tekanan darah disertai
proteinuria akibat kehamilan terutama pada komplikasi primigravida, terjadi
setelah usia gestasi 20 sampai 40 minggu, kecuali jika terdapat penyakit
tropoblastik
2. Eklampsia ; preeklamsia disertai kejang satu kali atau lebih
3. Hipertensi vaskuler kronis atau penyakit ginjal dengan atau tanpa
disebabkan oleh preeklamsia atau eklamsia
4. Hipertensi gestasional (hipertensi akibat kehamilan atau PIH /
Pregnancy Induced Hipertension) ; peningkatan tekanan darah selama
kehamilan tanpa proteinnuria atau terjadi dalam 24 jam pertama
pascapartum pada wanita dengan tekanan darah normal, dan tidak
mempunyai riwayat penyakit hipertensi vaskuler
5. Proteinuria Gestasional ; proteinuria tanpa hipertensi yang
berdampingan, tanpa adanya bukti infeksi traktus urinarius atau riwayat
penyakit renovaskuler intrinsik
6. Edema gestasional ; perkembangan akumulasi cairan yang
berlebihan dan merata dalam jaringan (lebih besar dari piting edema 1+
setelah istirahat di etempat tidur selama 12 jam) tanpa hipertensi yang
berdampingan atau protein uria

c. Demam tinggi
Penyebab (Varney, 2014 )
a. Varisela
Infeksi Varisela Maternal :
1. Dapat ditularkan ke bayi baru lahir jika terjadi 6 hari sebelum
sampai 2 hari menjelang kelahiran
2. 10 sampai 30 % kasus infeksi varisela pada orang dewasa
mengakibatkan pneumonia varisela
3. Pada 40 % kasus pada kehamilan, pneumonia varisela
mengakibatkan kematian ibu.
Tanda dan Gejala Klinis Infeksi varisela :
1. Demam
2. Menggigil
3. Gatal dan nyeri pada daerah lesi
4. Lesi dimulai: di kepala dan leher, kemudian menyebar ke badan
dan ekstremitas, pecah dan mengkristal
b. Infeksi Traktus Urinarius
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medik pada wanita hamil .
d. Keluar Air Ketuban Sebelum Waktunya
Keluar air ketuban sebelum waktunya merupakan penyebab terbesar
persalinan prematur dengan berbagai akibatnya. Ketuban pecah dini adalah
pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan, dan ditunggu satu jam
belum dimulainya tanda persalinan. Waktu sejak pecah ketuban sampai terjadi
kontraksi rahim disebut “kejadian ketuban pecah dini” (periode laten). (Manuaba,
2012)
e. Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
dikarenakan karena beberapa masalah, yaitu :Ibu tidak merasakan gerakan janin
sesudah kehamilan 22 minggu atau selama persalinan.
Gejala yang kadang-kadang ada :
a. Tanda-tanda kehamilan berhenti
b. Tinggi fundus uteri berkurang
c. Pembesaran uterus berkurang
f. Ibu muntah terus dan tidak mau makan
Keadaan ibu hamil yang mengalami muntah secara terus menerus dan tidak
nafsu makan disebut Hiperemesis Gravidarum (Manuaba, 2012). Gejala klinik
Hiperemesis Gravidarum :
Pencegahan terhadap hiperemesis gravidarum perlu dilaksanakan dengan
jalan memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik, memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang-kadang
muntah merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setalah kehamilan 4 bulan, menganjurkan mengubah makan sehari-hari dengan
makanan dalam jumlah kecil tetapi lebih sering. Waktu bangun pagi jangan
segera turun dari tempat tidur, tetapi dianjurkan untuk makan roti atau biskuit
kering atau biskuit dengan teh hangat. Makanan yang berminyak dan berlemak
sebaiknya dihindari. (Prawiroharjo, 2014)

3. Pencegahan Tanda Bahaya Kehamilan


a. Mengenal dan mengetahui ibu-ibu yang termasuk dalam kondisi yang
mengalami tanda bahaya dengan adanya pengetahuan ibu-ibu sehingga dapat
dilakukan rujukan ke tempat fasilitas yang lebih baik (rumah sakit).
b. Meningkatkan mutu perinatal care
c. Menganjurkan setiap ibu hamil kontrol ke BKIA.
d. Penyuluhan oleh bidan terhadap kesehatan ibu, bayi serta penyakit yang dapat
diderita oleh ibu selama kehamilan secara aktif.
e. Bidan desa harus bertempat tinggal di desa yang ditugaskan yang merupakan
ujung tombak tentang kesehatan ibu di desa yang ditempatinya.
f. Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke Posyandu,
Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama masa kehamilan.
g. Dengan mendapatkan imunisasi TT 2X.
h. Bila ditemukan kelainan saat pemeriksaan harus lebih sering dan lebih intensif.
i. Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna. (Rachmat,
2011)
POLTEKKES KEMENKES
KALTIM
PRODI DIII-KEBIDANAN
SAMARINDA
2021
BBL
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
ASI EKSKLUSIF

DISUSUN OLEH :
ELIN BETTRILLIA ARMANTO
NIM P07224219012

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

8. Pokok Bahasan : Kebutuhan Ibu Post Partum


9. Sub Pokok Bahasan : Asi Ekslusif
b. Sasaran : bayi
c. Hari/ tanggal : Jumat 20 Mei 2022
d. Tempat : Klinik Ramlah Parjib 2
e. Pelaksana : Mahasiswi Kebidanan Poltekkes
10. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan tentang Asi Ekslusif,
keluarga diharapkan memahami tentang Asi Ekslusif serta menerapkan dalam
kehidupannya.
11. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu mengetahui:
a. Pengertian ASI eksklusif
b. Manfaat pemberian ASI eksklusif
c. Cara memperbanyak ASI
d. Cara memberikan ASI pada ibu yang Bekerja
e. Tanda bayi cukup ASI dan tanda bayi kurang ASI
12. MATERI
a. Pengertian ASI ekslusif
b. Manfaat pemberian ASI ekslusif
c. Cara memperbanyak ASI
d. Cara memberikan ASI pada ibu yang Bekerja
e. Tanda bayi cukup ASI dan tanda bayi kurang ASI
13. METODE
a. Diskusi
b. Tanya jawab
14. MEDIA
d. Ceramah
e. Leaflet
8. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta


1 Pembukaan 2 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan atau
 Kontak waktu memperhatikan
penyuluhan  Merespon atau
 Melakukan apersepsi menyetujui
 Menjawab atau
merespon

2 Kegiatan 10 menit  Menyampaikan materi  Memperhatikan


Inti tentang Pengertian  Memperhatikan
ASI eksklusif  Bertanya dan
 Menjelaskan tentang menjawab
Manfaat pemberian pertanyaan yang
ASI eksklusif diajukan
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan
Cara memperbanyak  Bertanya dan
ASI menjawab
 Menjelaskan tentang pertanyaan yang
Cara memberikan ASI diajukan
pada ibu yang Bekerja  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang
Tanda bayi cukup ASI
dan tanda bayi kurang
ASI
3 Evaluasi 3 menit  Menyimpulkan materi  Mendengarkan dan
penyuluhan memperhatikan
 Menanyakan kepada  Menjawab
klien tentang materi pertanyaan
yang telah diberikan

4 Terminasi 2 menit  Mengucapkan terima  Mendengarkan


kasih atas peran  Menjawab
peserta pertanyaan
 Mengucapkan salam
penutup

9. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
4) Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan
5) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
6) Sasaran siap diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
b. Evaluasi Proses
5) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
6) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
7) Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
8) Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
c. Evaluasi Hasil
1) Sebutkan kembali Pengertian ASI eksklusif
2) Sebutkan kembali Manfaat pemberian ASI eksklusif
3) Sebutkan kembali Cara memperbanyak ASI
4) Sebutkan kembali Cara memberikan ASI pada ibu yang Bekerja
5) Sebutkan kembali Tanda bayi cukup ASI dan tanda bayi kurang ASI
MATERI
ASI EKSKLUSIF

A. Pengertian ASI Eksklusif


ASI Eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI selama 6 bulan tanpa
tambahan makanan ( pisang, bubur susu, biscuit, bubur nasi, nasi tim, dll)
maupun cairan (susu formula, air jeruk, madu, air teh, air putih dll) kecuali
vitamin, mineral dan obat.
B. Manfaat ASI Eksklusif
1. Manfaat ASI bagi ibu
a. Ibu tidak akan mengalami menstruasi dalam beberapa bulan (dapat
digunakan sebagai KB alami).
b. Mempercepat proses pemulihan rahim.
c. Murah, lebih mudah, lebih ramah lingkungan.
d. Lebih praktis, Ibu dapat melakukannya dimana saja.
2. Manfaat ASI bagi Bayi
a. Merangsang panca indra manusia.
b. Memberikan kehangatan dan kenyamanan bayi.
c. Menjaga terhadap penyakit, alergi, SIDS, infeksi lambung dan usus,
dan sembelit.
d. Membantu mengembangkan rahang dan otot wajah dengan benar.
e. Mudah dicerna.
f. Perkembangan otak dan meningkatkan IQ.
g. ASI dapat meningkatkan kekebalan tubuh bayi.
h. ASI untuk tumbuh kembang anak yang optimal.
i. Menurunkan resiko kanker pada anak, penyakit kardiovaskuler,
penyakit kuning, diabetes mellitus dan gigi berlubang.
C. Cara Memperbanyak ASI
1. Tingkatkan frekuensi menyusui atau memompa/memeras ASI. Jika anak
belum mau menyusu karena masih kenyang, perahlah atau pompalah ASI.
Produksi ASI prinsipnya based on demand jika makin sering
diminta/disusui/diperas maka makin banyak ASI yang diproduksi.
2. Kosongkan payudara setelah anak selesai menyusui. Makin sering
dikosongkan, maka produksi ASI juga makin lancar.
3. Ibu harus dalam keadaan rileks, kondisi psikologis ibu menyusui sangat
menentukan keberhasilan ASI eksklusif. Bila ibu mengalami gangguan
psikologis maka, pada saat bersamaan ratusan sensor pada otak akan
memerintahkan hormone oksitosin untuk bekerja lambat.
4. Hindari pemberian susu formula. Terkadang karena banyak orangtua
merasa bahwa ASI nya masih sedikit dan takut anak tidak kenyang,
banyak yang segera memberikan susu formula. Padahal pemberian susu
formula itu justru akan menyebabkan ASI semakin tidak lancar. Bayi
relative malas menyusu atau malah bingung putting terutama pemberian
susu formula dengan dot.
5. Hindari penggunaan dot, empeng dan sejenisnya. Jika ibu ingin
memberikan ASI peras/pompa berikan ke bayi dengan menggunakan
sendok, bukan dot. Saat ibu memberikan dengan dot, maka bayi dapat
mengalami bingung putting.
6. Ibu menyusui mengkonsumsi makanan bergizi.
7. Lakukan perawatan payudara, pemijatan payudara dan kompres air
hangat dan air dingin bergantian.
D. ASI pada Ibu Bekerja
1. Niat yang ikhlas dan tulus akan menumbuhkan motivasi untuk
memberikan makan yang terbaik agi buah hati anda yaitu ASI
2. Percaya diri bahwa ASI akan cukup memenuhi kebutuhan bayi kita.
3. Susuilah bayi sebelum berangkat.
4. Pada saat di rumah, usahakan sesering mungkin menyusui bayi anda.
5. Selama cuti dan hari libur usahakan langsung susui bayi jika dia tampak
lapar. Jangan menambah stok ASI.
6. Pompa ASI pada malam hari bila bayi sudah tidur dan pada siang hari bila
berada di kantor setiap 3-4 jam sekali, berapapun hasilnya.
7. Bila di rumah langsung simpan dalam botol ASI yang terbuat dari kaca
karena bila di simpan dalam botol plastic lemaknya sering tertinggal di
dalam botol tersebut.
8. Usahakan ASI yang disimpan di dalam lemari pendingin hanya diberikan
pada saat ibu tidak di rumah.
9. Bawalah cool box atau termos es kalau di kantor tidak terdapat lemari
pendingin/freezer.
10. Kualitas ASI masih baik di dalam suhu lemari pendingin dalam waktu 72
jam (3 hari). Bila tidak dikonsumsi selama kurun waktu 3 hari itu, ASI
dapat bertahan sampai 6 bulan bila dibekukan dlaam suhu di bawah -20
derajat celcius.
11. Sedangkan dalam suhu ruangan dengan wadah tertutup ASI masih baik
diberikan dengan tenggat waktu selama 6-8 jam.
12. ASI tidak boleh dimasak karena akan merusak kandungan nutrisinya.
Terlebih lagi jangan dipanaskan di microwave karena selain nutrisinya
akan rusak, ada bahaya pemnasan yang berlebihan.
13. Sebelum diberikan kepada bayi, ASI yang telah didinginkan, cukup
dihangatkan dengan merendamnya dalam air hangat atau dibiarkan
dalam suhu ruangan 25° C
14. Bila ASI yang telah dihangatkan masih bersisa, sisanya tidak boleh
disimpan kembali kedalam lemari pendingin, sehingga sebaiknya hanya
menghangatkan ASI sejumlah yang dapat dihabiskan oleh bayi dlam
sekali minum.
E. Tanda Bayi Cukup ASI
1. Adanya pertambahan berat badan yang cukup signifikan.
2. Minimal ditemukan 6 buah popok yang basah-minimal satu kali sehari
buang air besar di minggu 4-6 pertama, setelah minggu ke enam
mungkin saja pupnya tidak selalu tiap hari.
3. Berat badan bayi meningkat satu ons sehari pada usia 3 bulan pertama, dan
setengah ons sehari saat usia 3-6 bulan. Bayi baru lahir biasanya akan
kehilangan 5-10 persen dari berat badan saat dilahirkan. Dan abayi sudah
kembali sampai berat kelahirannya menjelang 10-14 hari sesudah
kelahiran. Berat yang diperoleh adalah cara tebaik untuk meyakinkan
bayi anda mendapat cukup susu.
4. Pada awal bulan kehidupannya bayi setidaknya mengeluarkan 3 kali pup
setiap harinya. Dengan warna kekuning-kuningan. Stelah berusia satu
bulan, frekuensi pupnya berkurang. Beberapa bayi bahkan hanya pup
sekali dalam satu atau dua hari.
F. Tanda Bayi kurang ASI
1. Berat badan bayi stabil atau kurang dibanding sebulan sebelumnya.
2. Pertumbuhan motoriknya lebih lamban dibanding bayi yang sehat.
3. Bayi sering murung menangis, rewel, yang biasanya terjadi karena bayi
kelaparan.
Keterangan :
Bayi kurang ASI tidak selalu karena produksi ASI ibu yang kurang
melainkan seringkali karena posisi saat menyusui bayi salah.
PNC
SATUAN ACARA PENYULUHAN
NUTRISI IBU NIFAS

DISUSUN OLEH :
ELIN BETTRILLIA ARMANTO
NIM P07224219012

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN


( SAP )
1. Pokok Bahasan : Kebutuhan Ibu Post Partum
2. Sub Pokok Bahasan : Nutrisi Ibu Nifas
a. Sasaran : Ibu R
b. Hari/ tanggal : Jumat 20 Mei 2022
c. Tempat : Rumah Ibu R
d. Pelaksana : ELIN BETTRILLIA ARMANTO

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )


Setelah mendapatkan penyuluhan, ibu hamil mampu memahami tentang
Nutrisi Ibu Hamil.
4. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
setelah mendapatkan penyuluhan orang tua anak dan keluarga mampu :
1. Menjelaskan pengertian gizi ibu hamil.
2. Menguraikan manfaat gizi pada ibu hamil.
3. Menguraikan hubungan gizi dengan perubahan fisiologis pada ibu hamil.
4. Menguraikan dampak yang akan terjadi akibat pemenuhan gizi yang
kurang pada ibu hamil dan janin yang dikandungnya.
5. Menjelaskan pola makanan yang baik bagi Ibu hamil.
6. Menguraikan jenis makanan bagi ibu hamil.
5. MATERI
Terlampir
6. METODE
a. Diskusi
b. Tanya jawab
7. MEDIA
a. Ceramah
b. Leaflet
9. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu


1. Pembukaan 2 menit 1. Memperkenalkan diri 1. Mendengarkan/
2. Berdoa sebelum memperhatikan
memulai kegiatan 2. Berdoa
3. Menjelaskan maksud 3. Mendengarkan/memper
dan tujuan hatikan
4. Kontrak waktu 4. Merespon/menyetujui
penyuluhan 5. Menjawab/merespon
5. Melakukan apersepsi
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Ibu
2. Kegiatan 10 1. Menjelaskan Pengertian 1. Mendengarkan/memperh
menit Gizi ibu hamil atikan
2. Menjelaskan manfaat 2. Mendengarkan/memperh
gizi pada ibu hamil atikan
3. Menjelaskan manfaat 3. Mendengarkan/memperh
gizi pada ibu hamil atikan
4. Menjelaskan dampak
kekurangan gizi pada 4. Mendengarkan/memperh
ibu hamil atikan
5. Menjelaskan jenis 5. Merespon/Bertanya
makanan bagi ibu hamil
6. Memberi kesempatan
kepada ibu untuk
bertanya
3. Penutup 3 menit 1. Menyimpulkan materi 1. Mendengarkan/
penyuluhan memperhatikan
2. Memberi reward positif 2. Merespon/ Bertanya
dan menjawab 3. Merespon/ menjawab
pertanyaan Ibu 4. Merespon/ menjawab
3. Melakukan evaluasi 5. merespon
sumatif dengan
mengajukan beberapa
pertanyaan pada Ibu
4. Melakukan refleksi
perasaan Ibu
5. Salam Penutup

9. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Tersedianya tempat atau ruangan
b. Pemberi materi memahami dan menguasai materi yang akan
disampaikan
c. Alat yang dibutuhkan untuk melakukan penyuluhan tersedia seperti
leaflet, lembar balik
d. Peserta yang datang sesuai harapan
2. Evaluasi Proses
a. Sasaran mengikut penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
b. Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
c. Sasaran mampu dalam menjawab pertanyaan yang diberikan
d. Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
e. Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang ditentukan
3. Evaluasi Hasil
Evaluasi dilakukan dengan cara menanyakan kembali mengenai
penjelasan yang telah diberikan kepada ibu hamill
a. Apa pengertian gizi ibu hamil
b. Apa saja manfaat gizi pada ibu hamil
c. apa dampak kekurangan gizi pada ibu hamil
d. Bagaimana pola makanan yang baik bagi Ibu hamil.
e. Apa saja jenis makanan bagi ibu hamil.
MATERI
NUTRISI IBU HAMIL

A. Pengertian Gizi Pada Bumil


Gizi pada kehamilan suatu pemenuhan gizi yang di peroleh melalui diet
dan asupan makanan yang diperlukan ibu hamil yang disesuaikan dengan
kebutuhannya.
Makanan yang bergizi adalah makanan yang mengandung :
1. Zat tenaga, seperti beras, mie, kentang, singkong, jagung, roti dan sagu
2. Zat pembangun,seperti tempe, tahu, ikan asin, udang, telur aayam, daging,
hati, kacang hijau dll
3. Zat pengatur.seperti kangkung, daun singkong, baya, sawi hijau, kacang
panjang, jeruk pepaya, nanas, nagka, manga dll.
B. Manfaat Gizi Pada Bumil
Manfaat gizi pada Ibu hamil adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu Hamil
2. Menjaga kesehatan janin yang ada dalam kandungan
3. Persiapan untuk menghadapi persalinan
C. Gizi Dan Pengaruh Perubahan Fisiologis Kehamilan
Selama hamil hormom estrogen dan progesteron menyebabkan relaksasi
otot-otot polos termasuk traktus intestinal, mengurangi gerakan usus sehingga
zat-zat gizi lebih lama diabsorpsi. Selain mempengaruhi alat pencernaan,
progesteron juga mempengaruhi metabolisme-metabolisme karbohidrat yaitu :
1. Berupa penimbunan lemak dan tingginya eksresi sodium ginjal.
2. Hormon estrogen menyebabkan retensi cairan secara fisiologis.
3. Peningkatan hormon HCG menyebabkan mual pada pagi hari atau morning
sickness.
4. Tingginya sirkulasi steroid menyebabkan tingginya asam lemak, trigliserida
kolesterol, asam dan Vit. A.
5. Pada kehamilan 34 minggu, terjadi pengenceran darah (hemodilusi), akibat
tingginya plasma (50%) lebih besar daripada tingginya eritrosit (20%).
Keadaan ini berakibat turunnya kadar haemoglobin ibu hamil menjadi 10-11
gr%. Hal ini disebut anemia fisiologis.
D. Dampak Kekurangan Gizi Pada Bumil
Apabila terjadi kekurangan gizi maka akan berdampak pada Ibu hamil,
yaitu:
1. Pengaruh bagi ibu hamil :
a. Ibu lemah dan kurang nafsu makan
b. Perdarahan pada masa kehamilan
c. Kemungkinan terjadi infeksi tinggi
d. Anemia / kurang darah
2. Pengaruh waktu persalinan :
a. Persalinan sulit dan lama
b. Persalinan sebelum waktunya (Prematur)
c. Perdarahan setelah persalinan
3. Pengaruh pada janin :
a. Keguguran
b. Bayi lahir mati/Meninggal
c. Cacat bawaan
d. Anemia pada bayi
e. Berat badan lahir rendah

E. Jenis Makanan Yang Bergizi Bagi Bumil


1. Zat tenaga Makanan yang mengandung zat
tenaga antara lain ; beras, mie, kentang, singkong, jagung, roti dan sagu.
2. Zat pembangun Makanan yang mengandung
zat pembagun antara lain ; tempe, tahu, ikan asin, udang, telur, ayam,
daging, hati kacang hijau dll.
3. Zat pengatur Makanan yang mengandung
zat pengatur antara lain ; kangkung, daun singkong, bayam, sawi hijau,
kacang panjang, jeruk, pepaya,nanas, nangka, mangga dll.
Contoh makanan yang dapat meningkatkan jumlah ASI :
Bahan Wanita Dewasa Ibu Hamil
Makanan tak hamil Triwulan I Triwulan II Triwulan III

NASI 3 ½ piring 3 ½ piring 4 piring 3 piring


IKAN 1 ½ potong 1 1/2 potong 2 potong 3 potong
TEMPE 3 potong 3 potong 4 potong 5 potong
SAYURAN 1½ mangkok 1½ mangkok 3 mangkok 3 mangkok
BUAH 2 potong 2 potong 2 potong 2 potong
GULA 5 sdm 5 sdm 5 sdm 5 sdm
SUSU 4 gelas 1 gelas 1 gelas 1 gelas
AIR 6 gelas 6 gelas 6 gelas
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KONTRASEPSI

OLEH :

ELIN BETTRILLIA ARMANTO


NIM. P07224219012

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SAMARINDA TINGKAT III


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2021/2022

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

1. Pokok Bahasan : Kebutuhan Ibu Post Partum


2. Sub Pokok Bahasan : Macam-Macam Alat Kontrasepsi
a. Sasaran : Klien dan Keluarga Klien
b. Tangga : 28 juni 2022
c. Tempat : Rumah Ibu R
d. Pelaksana : ELIN BETTRILLIA ARMANTO

3. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang penggunaan alat
kontrasepsi, keluarga diharapkan memahami tentang berbagai macam alat
kontasepsi dan menerapkan dalam kehidupannya.
4. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
a. Pengertian alat kontrasepsi
b. Pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi
c. Macam-macam alat kontrasepsi
5. MATERI
a. Pengertian alat kontrasepsi
b. Pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi
c. Macam-macam alat kontrasepsi
6. METODE
a. Diskusi
b. Tanya jawab
7. MEDIA
a. Ceramah
b. Leaflet, Lembar balik
8. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta


1 Pembukaan 2 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan atau
 Kontak waktu memperhatikan
penyuluhan  Merespon atau
 Melakukan apersepsi menyetujui
 Menjawab atau
merespon

2 Kegiatan 10 menit  Menyampaikan materi  Memperhatikan


Inti tentang pengertian alat  Memperhatikan
kontrasepsi  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan
pertimbangan  Bertanya dan menjawab
pemakaian alat pertanyaan yang
kontrasepsi diajukan
 Menjelaskan tentang  Memperhatikan
macam-macam alat  Bertanya dan menjawab
kontrasepsi pertanyaan yang
diajukan
 Memperhatikan

3 Evaluasi 5 menit  Menyimpulkan materi  Mendengarkan dan


penyuluhan memperhatikan
 Menanyakan kepada  Menjawab pertanyaan
klien tentang materi
yang telah diberikan

4 Terminasi 2 menit  Mengucapkan terima  Mendengarkan


kasih atas peran  Menjawab pertanyaan
peserta
 Mengucapkan salam
penutup

9. EVALUASI
d. Evaluasi Struktur
7) Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan
8) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
9) Sasaran siap diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
d. Evaluasi Proses
9) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
10) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
11) Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
12) Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
e. Evaluasi Hasil
4) Sebutkan kembali pengertian alat kontrasepsi
5) Sebutkan beberapa Pertimbangan pemakaian alat kontrasepsi
6) Sebutkanbeberapa macam-macam alat kontasepsi
MATERI
ALAT-ALAT KONTRASEPSI

A. Pengertian Alat-Alat Kontrasepsi


Kontrasepsi merupakan pencegahan terjadinya kehamilan/konsepsi
(bukanaborsi). Alat kontrasepsi merupakan alat yang digunakan untuk
mencegah terjadinya suatu kehamilan.

B. Pertimbangan Pemakaian Alat Kontrasepsi


1. Usiaibu< 20 tahun: kontrasepsi yang reversibilitasnya tinggi / kembali
kekesuburan tinggi
2. Usia ibu > 35 tahun: kontrasepsi effektif / kegagalan rendah dan
reversible / ireversibel
3. Usia reproduksi sehat: effektif, reversible dan tidak mengganggu ASI

C. Macam-Macam Alat Kontrasepsi


Ada berbagai macam alat kontrasepsi di Indonesia. Terdiri dari KB
hormonal, non hormonal, alamiah, dan kontrasepsi mantap.
1. KB hormonal
Efek samping dari metode kontrasepsi hormonal ini adalah:
a) Menstruasi menjadi tidak teratur atau tidak mens sama sekali (kecuali
pil)
b) Kenaikan berat badan
c) Muncul flek hitam pada wajah
d) Mual, pusing, atau muntah
Cara kerja:
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah implantasi
c) Mengentalkan lendir servik, sehingga sulit dilalui oleh sperma
d) Pergerakan tuba terganggu, sehingga transportasi telur juga
terganggu
1) Pil oral kombinasi
a) Afektif dan reversible
b) Harus diminum setiap hari
c) Efek samping yang serius jarang terjadi
d) Efek samping yang sering timbul yaitu mual dan bercak perdarahan
atau spotting
e) Tidak dianjurkan pada wanita yang sedang menyusui
f) Dapat digunakan sebagai alat kontrasepsi darurat
Jenis-jenis pil oral kombinasi, yaitu:
a) Monofasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dalam dosis yang sama dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif
b) Bifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon
aktif estrogen/progestin dengan dua dosis yang berbeda dengan 7 tablet
tanpa hormon aktif
c) Trifasik: pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung
hormon aktif estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda dengan
7 tablet tanpa hormon aktif
Kebihan pil oral kombinasi, yaitu:
a) Memiliki efektifitas yang tinggi
b) Resiko terhadap kesehatan sangat kecil
c) Tidak mengganggu hubungan seksual
d) Siklus haid teratur, tidak terjadi nyeri haid
e) Dapat digunakan jangka panjang selama wanita itu ingin menggunakannya
f) Mudah diberhentikan setiap saat dan kesuburan akan kembali setelah
diberhentikan
g) Untuk kontrasepsi darurat
Kekurangan pil oral kombinasi, yaitu:
a) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya
setiap hari
b) Mual, terutama pada 3 bulan pertama
c) Perdarahan bercak/spotting terutama 3 bulan pertama
d) Nyeri payudara, BB mengalami kenaikan, tidak untuk
wanita menyusui
e) Meningkatkan TD

2) Suntik
a) Suntik progestin
Merupakan metoda kontrasepsi yang efektif, aman, dapat dipakai oleh semua
WUS, kembalinya ke kesuuburan lebih lambat (4 bulan), cocok untuk masa
laktasi karena tidak mempengaruhi ASI.
Jenis-jenis suntik progestin:
 DMPA mengandung 150 mg DMPAyang diberikan setiap 3
bulan dengan cara disuntikkan IM
 Depo Noristerat yang mengandung 200 mg Noretindron
Enantat dengan cara disuntikan IM dalam
Kelebihan suntik progestin, yaitu:
 Sangat efektif untuk pencegahan kehamilan jangka panjang
 Tidak mempengaruhi hubungan suami istri
 Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak pada penyakit
jantung
 Tidak berpengaruh terhadap ASI
Kekurangan suntik progestin, yaitu:
 Sering ditemukan gangguan haid seperti spotting, siklus memanjang dan
memendek
 Klien bergantuung pelayanan kesehatan dan tidak dapat dihentikan
sewaktu-waktu
 Peningkatan BB dan terlambanya kembali ke kesuburan setelah
penghentian pemakaian.
b) Suntik kombinasi
Merupakan jenis suntikan yang terdiri atas 25 mg Depo Medroksiprogesteron
Asetat 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi IM 1 bulan sekali
Kelebihan suntik kombinasi, yaitu:
 Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak mempengaruhi hubungan
suami istri
 Tidak diperlukan pemeriksaan dalam dan metode jangka panjang
 Efek samping yang kecil
 Klien tidak perlu menyimpann obat suntik
Kekurangan suntik kombinasi, yaitu:
 Terjadi perubahan pola haid, apotting, perdarahan sela sampai 10 hari
 Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan
 Ketergantungan terhadap pelayanan kesehatan
 Peningkatan BB dan terlambat kembali kesuburannya

c) Implant
Efektif 5 tahun untuk Norpalan (terdiri dari 6 batang ), 3 tahun untuk
Indoplan/Implano, klien merasa kenyamanan, dapat dipakai oleh semua ibu
usia reproduksi, pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan,
kesuburan akan kembali setelah dicabut, efek samping utama berupa
perdarahan tidak teratur, bercak dan aminorhea dan aman dipakai saat
menyusui.
Keuntungan implant, yaitu:
 Daya guna tinggi, perlindungan jangka panjang (5 tahun), pengembalian
tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan
 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengarus estrogen, tidak
mengganggu coitus dan tidak mempengaruhi ASI
 Klien kontrol ke klinik jika ada keluhan dan dapat dilakukan pencabutan
setiap saat sesuai dengan kebutuhan
Kekurangan implant, yaitu:
 Perubahan pola haid
 Nyeri kepala dan nyeri dada
 Peningkatan/penurunan BB
 Memerlukan pembedahan minor untuk pemasangan dan pelepasan
2. KB non hormonal
a) AKDR (IUD)
Cara kerja:
1) Menghambat kemampuan sperma masuk tuba fallopi.
2) Mencegah implantasi telur dalam uterus.
3) Mencegah sperma dan ovum bertemu.
Keuntungan IUD, yaitu:
1) Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
2) Meningkatkan kenyamanan hubungan seksual.
3) Tidak mempengaruhi ASI.
4) Metode jangka panjang
5) Dapat digunakan sampai menopouse.
Efek sampingpenggunaan IUD:
1) Menstruasi menjadi lebih lama dan banyak
2) Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama)
3) Perdarahan irreguler (spotting) di antara menstruasi
4) Saat haid lebih sakit
b) Kondom
Cara kerja:
1) Menghalangi bertemunya sperma dan sel telur.
2) Mencegah penularan mikroorganisme dari satu pasangan ke
pasangan lain.
Keuntungan kondom, yaitu:
1) Tidak mengganggu produksi ASI.
2) Mencegah PMS
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Mencegah terjadinya kanker serviks.
5) Mencegah imunoinfertiltas.
6) Murah dan dapat diberi secara umum.
7) Memberi dorongan suami untuk ber KB.
Efek samping:
1) Kondom rusak atau bocor sebelum berhubungan
2) Alergi
3) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual
3. KB yang tanpa memakai alat apapun (alamiah)
MAL (metode amenorrea laktasi)
Merupakan kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif. MaL dapat dipakai sebagai kontraseepsi bila: menyusui
secara penuh, lebih efektif jika pemberian belum haid, usia bayi
kurang dari 6 bulan. Efektifitasnya sampai 6 bulan dan harus
dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya. Cara
kerjanya yaitu menunda atau menekan ovulasi.
Keuntungannnya MAL, yaitu:
efektifitas tinggi (98%) pada 6 bulan pertama setelah melahirkan,
segera efektif, tidak mengganggu senggama, tidak ada eefek
samping secara sistemik, tidak perlu perawatan medis, tidak perlu
obat atau alat dan tanpa biaya.
Keterbatasannya MAL, yaitu:
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera
menyusui dalam 30 menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilakukan karena kondisi sosial
3) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan
4) Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual, termasuk
hepatitis B (HBV) dan HIV/AIDS.
5) Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui
secara eksklusif, bayinya berusia kurang dari 6 bulandan belum
mendapat haid setelah melahirkan.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
SEKSUAL PASCA PERSALINAN

DISUSUN OLEH :
ELIN BETTRILLIA ARMANTO
NIM P07224219012

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
TAHUN 2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)

1. Pokok Bahasan : Seksualitas


2. Sub Pokok Bahasa : Seksual Pasca Persalinan
a. Sasaran : Klien dan Keluarga Klien
b. Tempat : Rumah Ibu R
c. Pelaksana : Elin Bettrillia Armanto
3. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM ( TIU )
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan tentang Seksual Pasca Persalinan,
keluarga diharapkan memahami tentang Seksual Pasca Persalinan dan
menerapkan dalam kehidupannya.
4. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS ( TIK )
Setelah diberikan penyuluhan diharapkan peserta mampu :
a. Pengertian Seksual Pasca Persalinan
b. Kapan Hubungan Seksual Dilakukan Kembali Setelah Kelahiran Bayi
c. Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Seksual Pasca Persalinan
d. Bahaya Seksual Pasca Persalinan
e. Keluhan Pada Hubungan Seksual Pasca Persalinan
f. Cara Mengatasi Masalah Saat Berhubungan Seksual Pasca Persalinan
g. Tips Untuk Ibu yang Melakukan Seksual Pada Persalinan
5. MATERI
a. Pengertian Seksual Pasca Persalinan
b. Kapan Hubungan Seksual Dilakukan Kembali Setelah Kelahiran Bayi
c. Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Seksual Pasca Persalinan
d. Bahaya Seksual Pasca Persalinan
e. Keluhan Pada Hubungan Seksual Pasca Persalinan
f. Cara Mengatasi Masalah Saat Berhubungan Seksual Pasca Persalinan
g. Tips Untuk Ibu yang Melakukan Seksual Pada Persalinan
6. METODE
c. Diskusi
d. Tanya jawab

7. MEDIA
f. Ceramah
g. Leaflet
h. Lembar balik

8. KEGIATAN PENYULUHAN

No. Tahap Waktu Kegiatan penyuluhan Kegiatan Peserta


1 Pembukaan 2 menit  Mengucapkan salam  Menjawab salam
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Kontak waktu atau
penyuluhan memperhatikan
 Melakukan apersepsi  Merespon atau
menyetujui
 Menjawab atau
merespon

2 Kegiatan 15 menit  Menyampaikan materi  Memperhatikan


Inti tentang pengertian  Memperhatikan
Pengertian Seksual  Memperhatikan
Pasca Persalinan  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang  Bertanya dan
Kapan Hubungan menjawab
Seksual Dilakukan pertanyaan yang
Kembali Setelah diajukan
Kelahiran Bayi  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang  Bertanya dan
Faktor yang menjawab
Mempengaruhi pertanyaan yang
Hubungan Seksual diajukan
Pasca Persalinan  Memperhatikan
 Menjelaskan tentang
Bahaya Seksual Pasca
Persalinan
 Menjelaskan tentang
Keluhan Pada
Hubungan Seksual
Pasca Persalinan
 Menjelaskan tentang
Cara Mengatasi
Masalah Saat
Berhubungan Seksual
Pasca Persalinan
 Menjelaskan tentang
Tips Untuk Ibu yang
Melakukan Seksual
Pada Persalinan

3 Evaluasi 5 menit  Menyimpulkan materi  Mendengarkan


penyuluhan dan
 Menanyakan kepada memperhatikan
klien tentang materi  Menjawab
yang telah diberikan pertanyaan

4 Terminasi 2 menit  Mengucapkan terima  Mendengarkan


kasih atas peran  Menjawab
peserta pertanyaan
 Mengucapkan salam
penutup

10. EVALUASI
a. Evaluasi Struktur
1) Kelengkapan media: tersedia dan siap digunakan
2) Pelaksana siap melakukan penyuluhan/pendidikan kesehatan
3) Sasaran siap diberikan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
b. Evaluasi Proses
1) Sasaran mengikuti penyuluhan sesuai waktu yang telah ditentukan
2) Sasaran aktif dalam kegiatan penyuluhan
3) Pelaksana menyajikan materi secara lengkap
4) Pelaksana menyajikan materi sesuai waktu yang telah ditentukan
c. Evaluasi Hasil
1) Sebutkan kembali Pengertian Seksual Pasca Persalinan
2) Sebutkan kembali Kapan Hubungan Seksual Dilakukan Kembali
Setelah Kelahiran Bayi
3) Sebutkan kembali Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Seksual
Pasca Persalinan
4) Sebutkan kembali Bahaya Seksual Pasca Persalinan
5) Sebutkan kembali Keluhan Pada Hubungan Seksual Pasca Persalinan
6) Sebutkan kembali Cara Mengatasi Masalah Saat Berhubungan
Seksual Pasca Persalinan
7) Sebutkan kembali Tips Untuk Ibu yang Melakukan Seksual Pada
Persalinan
MATERI
SEKSUAL PASCA PERSALINAN

A. Pengertian Seksual Pasca Persalinan


Hasrat, keinginan untuk pemenuhan kebutuhan seksual dengan
melakukan hubungan suami istri yang di lakukan setelah kelahiran bayi.
Setelah ibu selesai masa nifasnya atau setelah pulihnya kembali alat
kandungan atau genetalia ibu.
Proses persalinan bukan hanya akan memberikan pengalaman yang
luar biasa bagi seorang wanita, namun juga membawa pengaruh terhadap
kehidupan, termasuk kehidupan seksual yang di alaminya.
Pasca proses persalinan, seorang wanita akan mengalami trauma
akan rasa sakit yang ia rasakan. Selain itu, trauma rasa sakit bukanlah satu-
satunya alasan mengapa seorang wanita kehilangan keinginan seksual,
melainkan perubahan hormon yang terjadi pada tubuhnya.

B. Kapan Hubungan Seksual Dilakukan Kembali Setelah Kelahiran Bayi


Secara fisik aman untuk memulai hubungan seksual begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk melakukan hubungan seksual kapan saja ibu
siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda hubungan
seksual sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan.
Sebenarnya menutupnya serviks (leher rahim) serta normalnya
kembali vagina membutuhkan waktu yang lebih singkat sekitar dua sampai
tiga minggu. Sekarang umumnya diterima bahwa suatu pasangan dapat
kembali melakukan hubungan seksual sesegera si ibu merasa siap
melakukannya.
Pasangan melakukan hubungan seksual sebenarnya relatif tiap
wanita berbeda-beda kesiapannya. Namun secara medis setelah tidak ada
perdarahan lagi, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yaitu
setelah masa nifas yang berlangsung selama 30-40 hari.

C. Faktor yang Mempengaruhi Hubungan Seksual Pasca Persalinan


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hubungan seksual pasca
persalinan, yaitu:
1. Adanya Luka Bekas Episiotomi
Untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari
terjadinya perobekan yang berat. Maka di lakukan tindakan
pengguntingan otot perinium. Tentu saja, tindakan ini membutuhkan
waktu untuk penyembuhan.
Sedangkan trauma psikis (kejiwaan) terjadi pada wanita
usai melahirkan yang belum siap dan memahami segala urusan
mengurus anak.
2. Takut Merusak Keindahan Tubuhnya
Ibu merasa kehamilan dan persalinan telah membuat bentuk
tubuhnya tidak lagi menarik bagi suaminya. Keadaan ini akan membuat
ibu minder dan merasa enggan untuk melakukan hubungan seksual.
Padahal setelah usai masa nifas bentuk tubuh yang sudah
melar karena kehamilan dan persalinan akan pulih seperti semula hanya
saja tidak sempurna seperti sedia kala.
3. Kurangnya Informasi Tentang Seks Setelah Melahirkan
Karena tidak ada pengetahuan tentang seks pasca bersalin
maka pasangan tau ibu takut untuk memulai hubungan seksualitas
karena takut ada pengaruh terhadap genetalia pasca persalinan. Apa lagi
ibu mengalami robekan jalan lahir. Padahal hubungan seks sudah bisa
di mulai apabila ibu sudah tidak merasa nyeri yaitu di cobakan dengan
memasukkan satu jari ke dalam vagina.
4. Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir
Sering kali membuat gairah bercinta pasangan suami istri
(pasutri) surut, terutama pada wanita. Bila trauma dikelola dengan baik,
kehidupan seks bisa kembali berjalan dengan baik seperti semula.
Menurunnya gairah seksual disebabkan oleh trauma psikis maupun fisik.
Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami perubahan sangat drastis di
dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan normal maupun caesar dapat
menyebabkan trauma pada wanita.
5. Trauma fisik bisa terjadi saat melahirkan.
Adanya persalinan lama,robekan jalan lahir,placenta
tertinggal. Hal – hal ini cukup mempengaruhi psikis ibu sehingga belum
siap untuk melakukan hubungan seksual kembali karena ada
kekhawatiran akan bekas luka tersebut.
Oleh sebab itu, posisi hubungan seks seperti apa pun sudah
bisa dilakukan. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih
disebabkan proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung
sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang belum kembali
seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan kram otot,
infeksi, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan.
6. Ketidakseimbangan Hormon Juga Kerap Dituding Sebagai Penyebab
Menurunnya Hasrat Seksual
Ketidakseimbangan hormon ini dapat mengakibatkan
perubahan emosi yang tidak seimbang pula. Para ibu muda lebih mudah
merasa kesal, malas, ingin marah. Ketidakseimbangan hormonal hanya
mempengaruhi secara tidak langsung. Setelah masa-masa nifas,
hormonal kembali bekerja secara normal.
7. Gangguan Dyspareunia atau Rasa Nyeri Waktu Sanggama
Pada kasus semacam ini ada beberapa kemungkinan yang
bisa menjadi penyebab, yaitu :
 Terbentuknya jaringan baru pasca melahirkan karena proses
penyembuhan luka guntingan jalan lahir masih sensitif sehingga
kondisi alat reproduksi belum kembali seperti semula.
 Adanya infeksi, bisa disebabkan karena bakteri, virus, atau jamur.
 Adanya penyakit dalam kandungan.
D. Bahaya Seksual Pasca Persalinan
Adapun bahaya seksual pasca persalinan, yaitu:
1. Mudah terkena infeksi
Kuman yang hidup diluar akibat hubungan seksual ketika
mulut rahim masih terbuka, bisa tersedot masuk kedalam rongga rahim
dan menyebabkan infeksi.
2. Sudden Death
Mati mendadak setelah berhubungan seksual bisa terjadi
karena pergerakan teknisdalam hubungan seksual di vagina bisa
menyebabkan udara masuk ke dalam rahim karena mulut rahim masih
terbuka. Pada masa nifas banyak pembuluh darah dalam rahim yang
masih terbuka dan terluka. Dalam kondisi ini pembuluh darah bisa
menyedot udara yang masuk, dan membawanya ke jantung. Udara yang
masuk ke jantung dapat mengakibatkan kematian mendadak.
E. Keluhan Pada Hubungan Seksual Pasca Persalinan
Adapun keluhan pada hubungan seksual pasca persalinan, yaitu:
1. Rasa Nyeri
Hal ini disebabkan fungsi pembasahan vagina yang belum
kembali seperti semula, atau luka yang masih dalam proses
penyembuhan.
2. Sensivitas berkurang
Karena persalinan normal merupakan trauma bagi vagina
yaitu melebarnya otot-otot vagina.

F. Cara Mengatasi Masalah Saat Berhubungan Seksual Pasca Persalinan


Adapun Cara Mengatasi Masalah Saat Berhubungan Seksual Pasca
Persalinan, yaitu:
1. Bila saat hubungan terasa sakit jangan takut berterus terang dengan suami.
2. Saat berhubungan memakai pelumas / jelly
3. Saat berhubungan suami harus sabar dan hati-hati
4. Melakukan senam nifas atau olahraga ringan
G. Tips Untuk Ibu yang Melakukan Seksual Pada Persalinan
Agar gairah seks segera kembali berkobar setelah masa nifas,
berikut ini hal-hal bermanfaat yang bisa dilakukan, yaitu:
1. Menjaga agar badan tetap sehat. Ingat badan sehat berarti hubungan seks
juga sehat
2. Makan-makanan yang bergizi cukup. Cukup berarti tidak berlebihan dan
tidak kurang
3. Cukup istirahat. Tidur maksimal 8 jam sehari.
4. Olahraga secara teratur. Olahraga minimal 3 kali seminggu.
5. Hindari stress. Lakukan aktifitas yang menyenangkan bagi ibu.
6. Hindari merokok dan mengkonsumsi alkohol.
7. Lakukan perawatan diri. Memanjakan diri, menjaga kebersihan tubuh
dengan mandi dan sesekali beri lotion atau kream yang disukai ibu untuk
melembabkan kulit.
336

NEO
337

SATUAN ACARA PENYULUHAN


IMUNISASI DASAR

OLEH :

ELIN BETTRILLIA ARMANTO


NIM. P07224219012

PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SAMARINDA TINGKAT III


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2021/2022

1. Topik : Imunisasi
2. Sub Pokok Bahasan : Imunisasi Dasar Bayi dan Balita
a. Tempat : Rumah Ibu R
b. Sasaran : Klien dan keluarga
c. Pelaksana : ELIN BETTRILLIA ARMANTO
3. Tujuan Instruksional Umum (TIU)
338

Pada akhir proses penyuluhan, ibu mengerti pengertian imunisasi,


tujuanimunisasi, jenis-jenis imunisasi, jadwal pemberian imunisasi, kapan
imunisasi tidak boleh diberikan dan perawatan yang diberikan setelah imunisasi
4. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan kesehatan mengenai asi dan ibu bekerja,
diharapkan Ibu-ibu mampu :
a. Menyebutkan pengertian imunisasi
b. Menyebutkan tujuanimunisasi
c. Menyebutkan jenis-jenis imunisasi
d. Mengetahui jadwalpemberianimunisasi
e. Mengetahui kapan imunisasi tidak boleh diberikan
f. Memberikan perawatan yang diberikan setelah imunisasi
5. Materi
Terlampir
6. Metode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
7. Media
Leafleat
8. Kegiatan Belajar Mengajar
No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1. Pembukaan 4 menit - Mengucapkan - Menjawab
salam. salam.
2 Inti 10 - Memperkenalkan
menit diri.
- Mendengarkan
- Menyampaikan - Memperhatikan
topik dan tujuan yang penjelasan
akan dicapai - Merespon
- Menayakan
pendapat klien tentang
339

3. Penutup 2 menit manfaat imunisasi


- Memberi reward
pada peserta
- Memberi
kesempatan peserta
untuk bertanya.
- Menjawab
- Menutup dengan salam
mengucapkan terima
kasih dan salam.
9. Evaluasi
a. Ibu-ibu mampu menjelaskan pengertian imunisasi
b. Ibu-ibu mampu menyebutkan tujuanimunisasi
c. Ibu-ibu mampu menyebutkan jenis-jenis imunisasi
340

MATERI PENYULUHAN

A. Pengertian
Imunisasi adalah suatu usaha untuk memberikan kekebalan kepada bayi dan
anak serta ibu hamil terhadap penyakit tertentu.
B. TujuanImunisasi
Membentuk daya tahan tubuh sehingga bayi/anak terhndar dari penyakit
tertentu dan kalau terkena penyakit tidak menyebabkan kecacatan atau kematian.
C. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
1. Penyakit TBC
Penyakit TBC sangat menular dan menyerang semua umur. Banyak
terdapat pada masyarakat dengan ekonomi rendah, kurang gizi dan pada daerah
perumahan padat. Ditandai dengan :
- Batuk lebih dari 2 minggu, dahak dapat bercampur darah.
- Nafsu makan menurun, BB menurun.
- Berkeringat malam tanpa aktifitas.
Tes Mantoux : untuk menguji apakah pernah terinfeksi kuman TBC.
2. Penyakit Difteri
Difteri merupakan penyakit menular, terutama menyerang anak kecil. Ditandai
dengan :
a. Leher bengkak, terbentuk selaput putih kelabu di kerongkongan dan hidung
sehingga menyumbat jalan napas.
b. Anak gelisah karena sesak napas yang makin berat.
c. Anak tekak dan amandel membengkak dan merah.
3. Penyakit Batuk Rejan / Batuk Seratus Hari
Batuk Rejan adalah penyakit menular yang menyerang anak-anak. Ditandai
dengan :
a. Diawali batuk pilek biasa yang berlangsung sekitar 7 - 14 hari. Kemudian
diikuti batuk hebat yaitu lebih keras dan menyambung terus 10 - 30 kali
disertai tarikan napas dan berbunyi, kemudian muntah, muka merah sampai
biru dan mata berair.
341

b. Batuk batuk berlangsung beberapa minggu kemudian berkurang. Penyakit ini


dapat menyebabkan radang apru-paru dan terjadi kerusakan otak sehingga
dapat menyebabkan kejang, pingsan sampai terjadi kematian.
4. Penyakit Tetanus
Penyakit Tetanus menyerang semua umur, yang menyebabkan masalah
yang cukup besar di Indonesia karena banayk bai yang baru lahir mati akibat
penyakit tersebut. Ditandai dengan :
a. Mulut kaku dan sukar dibuka, punggung kaku dan melengkung.
b. Kejang dirasakan sangat sakit.
c. Pada bayi yang baru lahir (5 - 28 hari) mendadak tidak dapat menetek karena
mulutnya kaku dan mencucu seperti mulut ikan.
5. Penyakit Polimielitis
Polimielitis sanagt cepat menular di daerah perumahan padat dan
lingkungan kumuh. Ditandai dengan :
a. Anak rewel, panas dan batuk, dua hari kemudian leher kaku, sakit kepala,
otot badan dan kaki terasa kaku.
b. Lumpuh anggota badan tetapi biasanya hanya satu sisi.
c. Penyakit ini dapat menyerang otot pernapasan dan otot menelan yang dapat
menyebabkan kematian.
6. Penyakit Campak
Penyakit ini sangat menular dan menyerang hampir semua bayi. Tanda-tanda
campak :
a. Badan panas, batuk, pilek, mata merah dan berair.
b. Mulut dan bibir kering serta merah.
c. Beberapa hari kemudian keluar bercak-bercak di kulit dimulai di belakang
telinga, leher muka, dahi dan seluruh tubuh. Akibat lanjut dari penyakit ini
adalah radang telinga sampai tuli,radang mata sampai terjadi kebutaan, diare
dan menyebabkan radang paru-paru serta radang otak yang dapat
menyebabkan kematian.
7. Hepatitis Virus B
Penyakit ini adalah penyakit menular yang menyerang semua umur. Tanda-
342

tanda :
a. Mual, muntah serta nafsu makan menurun.
b. Nyeri sendi, nyeri kepala dan badan panas.

D. Jenis-Jenis Imunisasi
1. BCG : memberi kekebalan pada penyakit TBC
2. DPT : memberi kekbalan pada penyakit difteri, batuk rejan dan tetanus.
3. Polio : memberi kekebalan pada penyakit poliomielitis.
4. Campak: memberi kekebalan pada penyakit campak.
5. H B : memberi kekbalan pada penyakit hapatitis B
6. TT : memberi kekebalan pada penyakit tetanus
7. DT : memberi kekebalan pada penyakit difteri dan tetanus.

E. JadwalPemberianImunisasi
JenisImunisasi Waktupemberian Keterangan

1. BCG, Polio I, DPT I umur 2 bulan


2. HB I, Polio II, DPT II umur 3 bulan
3. HB II, Polio III, DPT III umur 4 bulan
4. HB III, Polio IV, umur 9 bulan
Campak untuk SD kelas I khususwanita
5. DT untuk SD kelas VI
6. TT untuk Catin 2x bilasaatCatinhanya 1x
untukBumil
F. Kapan Imunisasi Tidak Boleh Diberikan
Keadaan-keadaan di mana imunisasi tidak dianjurkan :
1. BCG, tidak diberikan pada bayi yang menderita sakit kulit lama, sedang sakit
TBC dan panas tinggi.
2. DPT, tidak diberikan bila bayi sedang sakit parah, panas tinggi dan kejang.
3. Polio, tidak diberikan bila diare dan sakit parah.
4. Campak, tidak diberikan bila bayi sakit mendadak dan panas tinggi.
343

G. Keadaan-Keadaan Yang Timbul Setelah Imunisasi


Keadaan-keadaan yang timbul setelah imunisasi berbeda pada masing-masing
imunisasi, seperti yang diuraikan di bawah ini.
1. BCG, dua minggu setelah imunisasi terjadi pembengkakan kecil dan merah di
tempat suntikan, seterusnya timbul bisul kecil dan menjadi luka parut.
2. DPT, umumnya bayi menderita panas sore hari setelah mendapatkan imunisasi,
tetapi akan turun dalam 1 - 2 hari. Di tempat suntikan merah dan bengkak serta
sakit, walaupun demikian tidak berbahaya dan akan sembuh sendiri.
3. Campak, panas dan umumnya disertai kemerahan yang timbul 4 - 10 hari setelah
penyuntikan.
H. Perawatan Yang Diberikan Setelah Imunisasi
1. BCG, luka tidak perlu diobati tetapi bila luka besar dan bengkak di ketiak
anjurkan ke puskesmas.
2. DPT, bila panas berikan obat penurun panas yang diperoleh dari posyandu dan
berikan kempres dingin.
3. Campak, bila timbul panas berikan obat yang didapat dari posyandu.
Lampiran 10 :
Dokumentasi

Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan 1 : 12 Mei 2022

Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir : 19 Mei 2022


Asuhan Kebidanan pada masa Nifas Kunjungan Nifas 1 : 21 Mei 2022

Asuhan Kebidanan pada masa Nifas Kunjungan Nifas 2 : 25 Mei 2022


Asuhan Kebidanan pada masa Nifas Kunjungan Neonatus 2 : 25 Mei 2022

Asuhan Kebidanan pada masa Nifas Kunjungan Nifas 4 : 19 Juni 2022

Asuhan Kebidanan dalam pelayanan kontrasepsi : 02 Juli 2022

Anda mungkin juga menyukai