Anda di halaman 1dari 159

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

D MASA HAMIL SAMPAI


DENGAN MASA NIFAS DAN PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN
AFRIANA MEDAN DENAI
TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

Oleh:

Narulita SP Pakpahan
NIM. P07524116026

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
MEDAN
2019

i
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. D MASA HAMIL SAMPAI
DENGAN MASA NIFAS DAN PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA DI PRAKTEK MANDIRI BIDAN
AFRIANA MEDAN DENAI
TAHUN 2019

LAPORAN TUGAS AKHIR

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT MENYELESAIKAN


PENDIDIKAN AHLI MADYA KEBIDANAN PADA
PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN MEDAN
POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN

OLEH:

Narulita SP Pakpahan
NIM. P07524116026

POLTEKKES KEMENKES RI MEDAN


JURUSAN KEBIDANAN
PRODI D-III KEBIDANAN
MEDAN
2019

ii
iii
iv
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN D-III KEBIDANAN MEDAN
LTA, 24 MEI 2019

NARULITA SP PAKPAHAN

Asuhan Kebidanan Pada Ny.D Masa Hamil Sampai Dengan Pelayanan


Keluarga Berencana di PMB Afriana Bromo Ujung Tahun 2019.

ix + 126 halaman+8 lampiran+8 tabel

RINGKASAN

Asuhan memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak menjadi
prioritas utama dari pemerintah, bahkan sebelum Millenium Development Goal’s
2015 ditetapkan. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB)
merupakan indikator utama derajat kesehatan suatu Negara yang mengindikasikan
mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak adalah melaksanakan asuhan yang
berkesinambungan dan berkelanjutan (Continuity Care).
Asuhan pada Ny.D 28 tahun GIII PII A0 bersifat Continuity Care,
menggunakan pendekatan asuhan berkesinambungan dengan cara memantau
perkembangan ibu dan janin mulai masa hamil trimester III, dan memantau serta
menolong persalinan, pemantauan masa nifas, pemantauan bayi baru lahir sampai
penggunaan alat kontrasepsi atau KB.
Hasil yang di dapati melalui asuhan kebidanan Ny.D dilakukan
pemeriksaan kehamilan sebanyak 3 kali dengan standart 10 T.Pada tanggal 30
maret usia kehamilan 38-40 minggu,ibu sudah dalam proses persalinan,persalinan
berlangsung dengan baik,keadaan ibu dan bayi nya baik,bayi baru lahir tampak
bugar,jenis kelamin laki-laki ,panjang badan 50 cm,berat badan 3100
gram,dengan kunjungan 6 jam,6 hari,28 hari dan masa nifas berlangsung selama
42 hari dengan normal, dan ibu memilih KB Suntik 3 bulan sebgai alat
kontrasepsi.
Kesimpulan yang di laksanakan pada masa hamil sampai dengan
penggunaan alat kontrasepsi Ny.D berlangsung dengan normal dan tidak di
temukan adanya komplikasi pada ibu dan bayinya,keadaan dalam
terpantau,Diharapkan bagi pemilik lahan praktek supaya lebih melengkapi lagi
fasilitas di klinik bersalin tersebut. Dan dapat melakukan standart asuhan 10T
pada setiap ibu hamil agar dapat deteksi dini dan pencegahan komplikasi dapat
dilaksanakan serta meningkatkan pelayanan asuhan di lapangan dan di masyarakat
agar dapat membantu menurunkan AKI dan AKB.

Kata Kunci :Ny.D, P2 A0 Usia kehamilan 39-40 mgg ,Countinuity Of Care.


Daftar pustaka: 22 Referensi (2014-2017)

i
MEDAN HEALTH POLYTECHNIC OF MINISTRY OF HEALTH
Midwifery Associate Degree Program
FINAL PROJECT REPORT, MAY 2019

NARULITA SP PAKPAHAN
Midwifery Care for Mrs. D From Pregnancy to Family Planning Services at
Afriana Private Midwife Clinic Bromo Ujung 2019.
ix + 126 pages + 8 attachments + 8 tables

SUMMARY OF MIDWIFERY CARE

Improving the health of mothers, newborns and children is a top priority


for the government, even before the 2015 Millennium Development Goal is
established. Maternal Mortality and Infant Mortality Rates are the main indicators
of a country's health status, which also indicates the quality of health services for
mothers and children. Implementing Midwifery Continuity Care is an effort to
improve the health of mothers and new borns.
The care given to Mrs. D 28 years of GIII PII A0 is Midwifery Continuity
Care, which is accompanied by monitoring of maternal and fetal development
from the third trimester of pregnancy, monitoring and assisting childbirth,
monitoring of the puerperium, monitoring of newborns until the use of
contraceptives or birth control.
In midwifery care to Mrs. D, pregnancy examination is carried out 3 times
with a standard of 10 T. On March 30, gestational age 38-40 weeks, mother in
labor, delivery takes place well, mother and baby are in good condition, newborn
baby is fit, male, 50 cm LONG, weighing 3100 grams, with a visit of 6 hours, 6
days, 28 days, the puerperium lasts for 42 days normally, and the mother chooses
3-month injection as a contraceptive device.
This study concludes that care for Mrs. D takes place normally without
complications in the mother or baby, from pregnancy to the use of contraceptives.
The owner of Practice field is advised to better complement the facilities at
the maternity clinic and provide standard 10T care for each pregnant woman to
detect early and prevent complications to help reduce MMR and IMR.

Keywords: Mrs. D, P2 A0 Age 39-40 weeks gestation, Countinuity of Care.


References: 22 (2014-2017)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang
berjudul “Asuhan Kebidanan pada NyD Masa Hamil sampai dengan
Pelayanan Keluarga Berencana di PMB Afriana tahun 2019”, sebagai salah
satu syarat menyelesaikan pendidikan Ahli Madya Kebidanan pada Program Studi
Diploma III Kebidanan Medan Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan RI
Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak,
karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak terima kasih
kepada:
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI Medan
yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Keb selaku Ketua Jurusan Kebidanan Poltekkes
Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan menyusun Laporan
Tugas Akhir ini.
3. Arihta Sembiring, SST, M.Kes selaku Ketua Program Studi D-III Kebidanan
Poltekkes Kemenkes RI Medan yang telah memberikan kesempatan
menyusun Laporan Tugas Akhir ini.
4. Maida Pardosi, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis selama pendidikan.
5. Wardati Humaira, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah
membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Laporan Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan.
6. Fitiyani Pulungan, SST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II yang telah
membimbing, memberi saran dan masukan sehingga Laporan Tugas Akhir ini
dapat terselesaikan.
7. Eva Mahayani Nasution, SST, M.Kes selaku Penguji I yang telah memberikan
saran dan masukan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.

iii
8. Dr. Samsider Sitorus, SST, M.Kes selaku Penguji II yang telah memberikan
saran dan masukan sehingga Laporan Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
9. Teristimewa untuk Mama tercinta Nurmina Hasibuan dan ayah tercinta
Halasan Pakpahan , yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis, yang
dan keluarga telah membimbing, memberikan doa, dukungan moral dan
material selama penulis menyelesaikan pendidikan. Untuk kakak tersayang
maya terima kasih atas doa, perhatian dan dukungan yang telah diberikan
selama ini kepada penulis.
10. Pimpinan dan seluruh pegawai PMB Afriana yang telah memberikan
kesempatan untuk melakukan asuhan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir
ini.
11. Teman serumah (Hennita Tarigan,Lili Bangun,Maharani,Sindi,Yustika),
sahabat saya Fitriani, Esma Sitinjak yang telah memberikan dukungan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.
12. Rekan seangkatan Tahun 2016 terkhusus Kelas III-A yang banyak membantu
dan memberikan dukungan dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas segala
amal baik yang telah diberikan dan semoga Laporan Tugas Akhir ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkannya.

Medan, 24 Mei 2019

Narulita SP Pakpahan

iv
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
RINGKASAN ASUHAN KEBIDANAN ................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................ iii
DAFTAR ISI ............................................................................................... v
DAFTAR TABEL ...................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


A. Latar belakang ............................................................................. 1
B. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan ............................................ 4
C. Tujuan Penyusunan LTA ............................................................. 4
1. Tujuan Umum ......................................................................... 4
2. Tujuan Khusus ........................................................................ 5
D. Sasaran, Tempat dan Waktu Asuhan Kebidanan ........................ 5
E. Manfaat ........................................................................................ 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 7
A. Kehamilan ................................................................................... 7
1. Konsep Dasar Kehamilan ....................................................... 7
2. Asuhan Kehamilan................................................................... 7
B. Persalinan .................................................................................... 21
1. Konsep Dasar Persalinan ........................................................ 29
2. Asuhan Persalinan Normal ...................................................... 29
C. Nifas ............................................................................................ 51
1. Konsep Dasar Nifas ................................................................ 51
2. Asuhan Pada Masa Nifas ......................................................... 56
D. Bayi Baru Lahir ........................................................................... 65
1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir .............................................. 65
2. Asuhan pada Bayi Baru Lahir .................................................. 70
E. Keluarga Berencana ..................................................................... 79
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana ........................................ 79
2. Asuhan Pada Keluarga Berencana ........................................... 81

BAB III PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN ............... 88


A. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan ............................................ 88
B. Asuhan Kebidanan Pada persalinan ............................................. 98
C. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas ........................................... 105
D. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir .................................... 111
E. Asuhan Kebidanan dalam Pelayanan Keluarga Berencana .......... 112

v
BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 117
A. Asuhan Kebidanan Kehamilan ..................................................... 117
B. Asuhan Kebidanan persalinan ...................................................... 119
C. Asuhan Kebidanan Masa Nifas .................................................... 121
D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir ............................................ 122
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana ...................................... 123

BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................... 125


A. Kesimpulan ................................................................................... 125
B. Saran ............................................................................................. 126

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tinggi Fundus Uteri .................................................................. 11

Tabel 2.2 Kunjungan Pemeriksaan Antenatal ........................................... 21

Tabel 2.3 Imunisasi TT ............................................................................. 22

Tabel 2.4 60 langkah APN ........................................................................ 36

Tabel 2.5 Penilaian Apgar Score .............................................................. 72

Tabel 2.6 Pemberian Imuniasi Pada Bayi Baru Lahir ............................... 74

Tabel 2.7 Riwayat Kehamilan,Persalinan,Dan Nifas yang Lalu............... 89

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Klinik

Lampiran 2 Surat Balasan Klinik

Lampiran 3 Informerd Consent

Lampiran 4 Lembar Patograf

Lampiran 5 Kartu Bimbingan LTA

Lampiran 6 Bukti Perbaikan Laporan Tugas Akhir

Lampiran 7 Etika Clearen

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

viii
DAFTAR SINGKATAN

AKI : Angka Kematian Ibu


AKB : Angka Kematian Bayi
ANC : Ante Natal Care
APD : Alat Pelindung Diri
APN : Asuhan Persalinan Normal
ASI : Air Susu Ibu
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
BBL : Bayi Baru Lahir
DJJ : Denyut Jantung Janin
DTT : Desinfeksi Tingkat Tinggi
EMAS : Expanding Maternal and Neonatal Survival
Hb : Haemoglobin
HPHT : Hari Pertama Haid Terakhir
IMD : Inisiasi Menyusu Dini
IMT : Indeks Massa Tubuh
IUD : Intra Uterin Device
KB : Keluarga Berencana
KBA : Keluarga Berencana Alamiah
KEK : Kelainan Energi Kronis
Kemenkes : Kemetrian Kesehatan
KH : Kelahiran Hidup
KIE : Komunikasi, Informasi dan Edukasi
LLA : Lingkar Lengan Atas
LTA : Laporan Tugas Akhir
MAL : Metode Amenorrhea Laktasi

ix
x

MOU : Memorandum of Understanding


OUI : Ostium Uteri Internum
OUE : Ostium Uteri Eksternum
PAP : Pintu Atas Panggul
PI : Pencegahan Infeksi
PMS : Penyakit Menular Seksual
PTT : Penegangan Talipusat Terkendali
SAR : Segmen Atas Rahim
SBR : Segmen Bawah Rahim
SDGs : Sustainable Development Goals
SUPAS : Survei Penduduk Antar Sensus
TBBJ : Tafsiran Berat BadanJanin
TD : Tekanan Darah
TFU : Tinggi Fundus Uteri
TT : Tetanus Toxoid
TTD : Tablet Tambah Darah
TTP : Tafsiran Tanggal Persalinan
USG : Ultrasonografi
WHO : World Health Organization

x
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di seluruh dunia, sekitar 830 wanita meninggal setiap hari karena komplikasi
selama kehamilan atau persalinan pada 2015. Mengurangi rasio kematian ibu
global (MMR) dari 216 per 100.000 kelahiran hidup pada 2015 menjadi kurang
dari 70 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Target SDG) akan
membutuhkan tingkat pengurangan tahunan global setidaknya 7,5% yang lebih
dari tiga kali lipat tingkat tahunan pengurangan yang dicapai antara 1990 dan
2015. Sedangkan angka kematian neonatal adalah 19 per 1000 kelahiran hidup
mewakili penurunan 44% dan 37 % masing-masing dibandingkan dengan tariff
pada tahun 2000 (WHO, 2017).
Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007,
yaitu 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan
peningkatan AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000
kelahiran hidup. AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu
per 100.000 kelahiran hidup berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus
(SUPAS) 2015 (Kemenkes, 2016).
Berdasarkan laporan profil kesehatan kab/kota tahun 2016 AKI di Sumut
adalah sebesar 328/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) di
Sumut 4/1000 kelahiran hidup (profil sumut, 2016).
Jumlah Kematian Ibu di Kota Medan(2015) sebanyak 6 jiwa dari 49.251
kelahiran hidup, dengan Angka Kematian Ibu (AKI) dilaporkan sebesar 12 per
100.000 kelahiran hidup, artinya dari 100.000 kelahiran hidup 12 ibu meninggal
saat kehamilan, persalinan atau nifas. AKI di Kota Medan mengalami penurunan
bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dimana ditahun 2014 jumlah
kematian ibu sebanyak 7 jiwa dari 48.352 kelahiran hidup dengan AKI 14 per
100.000 kelahiran hidup dan di tahun 2013 jumlah kematian ibu sebanyak 9 jiwa
dengan AKI sebesar 21 per 100.000 kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi di
Kota Medan Tahun 2015 dilaporkan sebesar 0.28 per 1.000 KH artinya terdapat
0,28 bayi mati per 1.000 kelahiran hidup pada tahun tersebut. Sedangkan jumlah
kematian bayi tersebut adalah sebanyak 14 bayi dari 49.251 kelahiran hidup
(Sumut Kota Medan, 2015).
Mulai tahun 2015, penekanan persalinan yang aman adalah persalinan
ditolong tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan. Rencana Strategis
Kementrian Kesehatan tahun 2015-2019 menetapkan persalinan di fasiltas
pelayanan kesehatan sebagai salah satu indikator upaya kesehatan
ibu,menggantikan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan. Cakupan
persalinan di fasilitas kesehatan menunjukkan bahwa terdapat 79,72% ibu hamil

1
2

yang menjalani persalinan dengan ditolong oleh tenaga kesehatan dan dilakukan
di fasilitas pelayanan kesehatan. Secara nasional, indikaor tersebut telah
memenuhi, target Restra sebesar 75%. Namun demikian masih terdapat 18
provinsi (52,9%) yang belum memenuhi target tersebut. Provinsi DI Yogyakarta
memiliki capaian tertinngi sebesar 99,81% dan Provinsi papua memiliki capaian
terendah sebesar 26,34% (Kemenkes, 2015).
Lima penyebab kematian ibu terbesar yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), infeksi, partus/macet, dan abortus. Kematian ibu di Indonesia
masih didominasi oleh tiga penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi
dalam kehamilan (HDK), dan infeksi. Namun proporsinya telah berubah, dimana
perdarahan dan infeksi cenderung mengalami penurunan sedangkan HDK
proporsinya semakin meningkat.lebih dari 25 % kematian ibu di Indonesia pada
tahun 2013 disebabkan oleh HDK (Kemenkes,2015).
Sebagai upaya penurunan AKI, pemerintah melalui Kementrian Kesehatan
sejak tahun 1990 telah meluncurkan safe motherhood initiative, upaya tersebut
dilanjutkan dengan program Gerakan Sayang Ibu (GSI) di tahun 1996 oleh
Presiden Republik Indonesia. Upaya lain yang juga telah dilakukan yaitu strategi
Making Pregnancy Safer yang dicanangkan pada tahun 2000. Pada tahun 2012
Kementerian Kesehatan meluncurkan program Expanding Maternal and Neonatal
Survival (EMAS) dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan neonatal
sebesar 25%. Program ini dilaksanakan di provinsi dan kabupaten
dengan jumlah kematian ibu dan neonatal yang besar yaitu, Sumatera Utara,
Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi
Selatan (Kemenkes RI, 2017).
Program EMAS berupaya menurunkan angka kematian ibu dan angka
Kematian neonatal dengan cara : 1) meningkatkan kualitas pelayanan emergensi
Obstetric dan bayi baru lahir minimal di 150 Rumah Sakit PONEK (Pelayanan
Obstetri Neonata Emergensi Komprehensif) dan 300 Puskesmas/ Balkesmas
PONED (Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar) 2) memperkuat sistem
rujukan yang efisien dan efektif antar puskesmas dan rumah sakit (Kemenkes RI,
2017).
Upaya percepatan penurunan AKI dapat dilakukan dengan menjamin agar
setiap ibu mampu mengakses pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, seperti
pelayanan kesehatan ibu hamil, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
terlatih di fasilitas pelayanan kesehatan, perawatan pasca persalinan bagi ibu dan
bayi, perawatan khusus dan rujukan jika terjadi komplikasi, kemudahan
mendapatkan cuti hamil dan melahirkan, dan pelayanan keluarga berencana
(Kemenkes RI, 2017).
Konsep Continiuty of Care adalah paradigma baru dalam upaya menurunkan
angka kematian ibu, bayi dan anak. Dimensi pertama dari kontinu ini adalah

2
3

waktu meliputi : sebelum hamil, kehamilan, persalinan sampai masa menopause.


Dimensi kedua dari continuity of care adalah tempat yaitu menghubungkan
berbagai tingkat pelayanan dirumah, masyarakat, dan kesehatan (Kemenkes,
2015).
Untuk mewujudkan dimensi pertama dan dimensi kedua, penulis melakukan
asuhan secara berkesinambungan (continuity of care) dengan tujuan agar seorang
wanita mendapatkan pelayanan yang berkelanjutan mulai dari pemantauan ibu
selama proses kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan keluarga berencana
(KB) yang dilakukan oleh penulis secara profesional. Melalui penyusunan
Laporan Tugas Akhir (LTA), penulis akan melaksanakan ilmu yang diperoleh
selama menjalankan pendidikan. Sehingga penulis menjadi seorang yang
profesional serta mampu berdaya saing di tingkat nasional dimana pun penulis
mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai seorang bidan sesuai dengan Visi
Jurusan Kebidanan Medan.
Asuhan antenatal care (ANC) adalah suatu program yang terencana berupa
observasi, edukasi, dan penanganan medis pada ibu hamil, untuk memperoleh
suatu proses kehamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan
(Walyani, 2015). Pelayanan ANC minimal 5T, meningkat menjadi 7T, dan
Sekarang menjadi 12T, sedangkan untuk daerah gondok dan endemik malaria
menjadi 14T, yakni: Timbang berat dan tinggi badan, Tekanan darah, Pengukuran
tinggi fundus uteri, Pemberian tablet Fe, Pemberian imunisasi TT, Pemeriksaan
Hb, Pemeriksaan protein urine, Pengambilan darah untuk pemeriksaan VDRL,
Pemeriksaan urin reduksi, Perawatan payudara, Senam ibu hamil, Pemberian obat
malaria, Pemberian kapsul minyak beryodium, Temu wicara (Walyani, 2015).
Hasil survei yang dilakukan di PBM Afriana pada tahun 2018 cakupan K1
yaitu pencapaian 86 orang (68,8%) dan cakupan K4 yaitu pencapaian 39 orang
(32,2%). Cakupan persalinan pencapaian berjumlah 105 orang. Namun di PBM
Afriana masih melakukan 8 T yaitu timbang berat badan, mengukur tekanan
darah, imunisasi TT, pemberian tablet Fe, pemeriksaan Tinggi Fundus Uteri
(TFU), menentukan presentasi janin dan DJJ, tatalaksana kasus, temu wicara.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka saya tertarik untuk melakukan
Asuhan Kebidanan Continuity Care mulai dari kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir (BBL), dan KB di PBM Afriana JL. Selamat Bromo Ujung.

3
4

B. Identifikasi Ruang Lingkup Asuhan


Ruang lingkup asuhan yang diberikan pada ibu hamil Trimester III yang
fisiologis, bersalin, masa nifas, BBL dan KB maka pada penyusunan LTA ini
mahasiswa memberikan asuhan secara continuity of care.

C. Tujuan Penyusunan LTA


1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care pada ibu hamil,
bersalin, nifas, neonatus dan KB dengan menggunakan pendekatan manajemen
kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan Asuhan Kebidanan masa hamil Trimester III berdasarkan
standar 8 T pada Ny.D di PBM Afriana Bromo Ujung.
b. Melakukan Asuhan Kebidanan masa bersalin pada Ny.D di PBM Afriana
Bromo Ujung.
c. Melakukan Asuhan Kebidanan masa nifas pada Ny.D di PBM Afriana
Bromo Ujung.
d. Melakukan Asuhan Kebidanan BBL pada bayi baru lahir Ny.D di PBM
Afriana Bromo Ujung.
e. Melakukan Asuhan Kebidanan Keluarga berencana (KB) pada Ny.D di
PBM Afriana Bromo Ujung.
f. Mendokumentasikan Asuhan Kebidanan SOAP yang telah dilakukan pada
Ny.D dari mulai hamil, bersalin, nifas, BBL, dan KB di PBM Afriana
Bromo Ujung.

D. Sasaran, Tempat Dan Waktu Asuhan Kebidanan


1. Sasaran

4
5

Sasaran subjek asuhan kebidanan ditujukan kepada Ny.D dengan melakukan


asuhan kebidanan secara continuity of care mulai hamil Trimester III, bersalin,
nifas, BBL dan pelayanan KB.
2.Tempat
Lokasi yang direncanakan untuk memberikan asuhan kebidanan pada
Ny.D adalah di PBM Afriana Bromo Ujung.
3. Waktu
Waktu yang diperlukan mulai dari penyusunan laporan tugas akhir sampai
memberikan asuhan kebidanan secara continuity of care di semester VI dengan
mengacu pada kalender akademik di Institusi Pendidikan Jurusan Kebidanan.

E. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Sebagai proses pembelajarandalam penerapan ilmu pengetahuan yang
diperoleh selama perkuliahan dalam bentuk Laporan Tugas Akhir, memperluas
wawasan dan pengetahuan tentang asuhan kebidanan pada ibu hamil trimester 3,
bersalin, nifas, neonatus dan KB.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil ini dapat dijadikan tambahan sumber informasi dan referensi serta
bahan bacaan Mahasiswa Politeknik Kesehatan Kemenkes Program D-III
Kebidanan Medan.
3. Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan agar dapat meningkatkan mutu pelayanan kebidanan
melalui pendekatan manajeman asuhan kebidanan pada ibu hamil, bersalin, nifas,
bayi baru lahir dan pelayanan KB secara continuity of care.
4. Bagi Klien
Mendapat pelayanan asuhan kebidanan secara continuity of care yang sesuai
dengan standart pelayanan kebidanan.
5. Bagi Penulis Selanjutnya

5
6

Sebagai referensi untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang


Pelaksana Asuhan Kebidanan secara continuity of care dan mampu melakukan
pendokumentasian SOAP.

6
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kehamilan
1. Konsep Dasar Kehamilan
1.1 Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan
dengan nidasi dan implantasi, kehamilan normal berlangsung 40 minggu atau 10
bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional, kehamilan terbagi dalam 3
trismester dimana trismester satu berlangsung dalam 12 minggu, trismester ke dua
(minggu ke 13 hingga ke 27) dan trismester ke tiga minggu ke 28 hingga ke 40
(Walyani, 2015).
Kehamilan merupakan satu proses alamiah dan fisiologis,setiap wanita yang
memiliki organ reproduksi sehat,jika telah mengalami menstruasi dan melakukan
hubungan seksual dengan seorang pria yang organ reproduksinya sehat,sangat
besar kemungkinannya terjadi kehamilan (Mandriwati 2017).
Kehamilan terbagi menjadi 3 trimester (Sarwono, 2016)
Trimester I :0-12 Minggu
Trimester II :13-27 Minggu
Trimester III :28- 40 Minggu.
1.2 Tanda dan Gejala Kehamilan
Secara umum tanda-tanda kehamilan dibagi menjadi tanda tidak pasti, tanda
kemungkinan hamil, dan tanda pasti hamil (Walyani,2015)
a. Tanda dugaan hamil, meliputi :
1. Amenorea (Tidak dapat haid).
Wanita harus mengetahui tanggal haid pertama haid terakir (HPHT) supaya
dapat menaksir usia kehamilan dan tapsiran persalinan (TTP), yang di hitung
dengan menggunakan rumus naegle.
2. Mual (nausea) dan muntah (emesis).
Biasa terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan
pertama. Mual muntah sering terjadi pada pagi hari sehingga disebut dengan
morning sickness.

7
8

3. Ngidam (menginginkan makan tertentu)


Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang
demikian disebut ngidam. Ngidam sering terjadi pada bulan-bulanan pertama
kehamilan dan akan menghilang dengan tuanya kehamilan.
4. Syncope(Pingsan)
Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan
iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan syncope atau pingsan. Hal ini
sering terjadi terutama jika berada pada tempat yang ramai,biasanya akan hilang
setelah 16 minggu.
5. Kelelahan
Sering terjadi pada trimester 1,akibat dari penurunan kecepatan basal metabo
lisme (basal metabolisme rete-BMR) pada kehamilan yang akan meningkat seiring
pertambahan usia kehamilan akibat aktivitasmetabolisme hasil konsepsi.
6. Payudara mebesar, tegang, dan sedikit nyeri.
Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,sedang
kan progeteron menstimulasi perkembangan sistemalveolar payudara. Bersama
somatomamotropin, hormon-hormon inimenimbulkan pembesaran payudara,
menimbulkan perasaan tegang dannyeri selama dua bulan pertama kehamilan,
pelebaran puting susu,sertapengeluaran kolestrum.
7. Sering miksi.
Hal ini disebabkan oleh kandung kemih yang tertekan oleh rahim yang
membesar. Pada akhir kehamilan, gejala ini akan timbul kembali karena kandung
kemih tertekan oleh kepala janin.
8. Konstipasi atau obstipasi
Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus (tonus otot
menurun) sehingga kesulitan untuk BAB.
9. Pigmentasi kulit.
Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12 minggu. Terjadi akibat
pengaruh hormon kortikosteroid plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.
10. Epulis
Hipertropi papila ginggivae/gusi,sering terjadi pada triwulan pertama.
11. Varises.
Dapat terjadi di kaki, betis, dan vulva dan biasanya dijumpai pada triwulan
akhir.
b. Tanda-tanda kemungkinan hamil (Probability sign)

8
9

Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan-perubahan fisiologis yang dapat


diketahui oleh periksa dengan melakukan pemeriksaan fisik kepada wanita hamil.
Tanda kemungkinan hamil terdiri atas :
a) Pembesaran perut
Terjadi akibat pembesaran uterus besar. Hal ini terjadi pada bulan 4
kehamilan.
b) Tanda hegar
Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya isthimus uteri.
c) Tanda goodel
Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil serviks sepertiujung
hidung, sedangkan pada wanita hamil melunak seperti bibir.
d) Tanda chadwick
Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan mukosa vagina termasuk
juga porsio dan serviks.
e) Tanda piscaseck
Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi karena
ovumberimplantasi pada daerah dekat dengan kornu sehingga daerah
tersebutberkembang lebih dulu.
f) Kontaksi braxton hicks
Merupakan peregangan sel-sel otot uterus,akibat meningkatnya actomysin
didalam otot uterus. Kontraksi ini tidak bermitrik,sporadis,tidak nyeri,
biasanya timbul pada kehamilan delapan minggu, tetapi baru dapat diamati
dari pemeriksaan abdominal pada trimester ketiga. Kontaksi ini akan terus
meningkat frekuensinya,lamanya dan kekuatannya sampai mendekati
persalinan.
g) Teraba ballotement
Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam
cairan ketuban yang dapat diarasakan oleh tangan pemeriksa. Hal ini harus
ada pada pemeriksaan kehamilan karena perabaan bagian seperti bentuk janin
saja tidak cukup karena dapat saja merupakan myoma uteri.

h) Pemeriksaan tes biologis kehamilan (planotest) pisitif.


Pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi adanya human
chorionicgonadotropin (hCG) yang diproduksi oleh sinsiotropoblastik sel
selama kehamilan.

9
10

c. Ada beberapa hal yang dapat memastikan seorang wanita


dikatakanhamil,apabila :
a. Denyut jantung janin (DJJ)
Dapat didengar dengar stetoskop lanenec pada minggu 17-18. Pada orang
gemuk, lebihlambat. Dengan stetoskop ultrasonic (doppler), DDJ dapat
didengarkan lebihawal lagi,sekitar minngu ke 12. Melakukan auskultasi pada janin
bisa juga.mengindentifikasibunyi-bunyi yang lain, seperti bising tali pusat, bising
uterus dan nadi ibu(Romauli,2017).
b. Gerakan janin dalam rahim
Gerakan janin dapat bermula pada usia kehamilan mencapai 12 minggu, tetapi
baru dapat dirasakan oleh ibu pada usia kehamilan 16-20 minggu karena diusia
kehamilan tersebut, ibu hamil dapat merasakan gerakan halus hingga tendangan
kaki bayi di usia kehamilan 16-18 minggu (dihitung dari hari pertama haid
terakhir) (Romauli,2017).

1.3 Perubahan Fisiologis pada Kehamilan


Pada kehamilan terdapat perubahan pada seluruh tubuh wanita, khususnya
pada alatgenetalia estrerna dan interna serta pada payudara (mammae). Dalam hal
ini, hormonesomatomamotropin,estrogen dan progestron mempunyai peranan
penting. Perubahanyang terdapat pada ibu hamil antara lain terdapat pada uterus
serviks uteri, vaginadan vulva, ovarium, payudara, serta semua sistem tubuh
(Nugroho dkk,2014).
a. Vagina – vulva
Pada kehamilan trimester tiga terjadi peningkatan cairan vagina.cairan
biasanya jernih. Pada awal kehamilan, cairan ini biasanya agak kental,
sedangkanpada saat mendekati persalinan cairan tersebut akan lebih cair.

b. Serviks Uteri
Serviks akan mengalami perlunakan atau pematangan secara bertahap
akibatbertambahnya aktivitas uterus selama kehamilan, dan akan mengalami
dilatasisampai pada kehamilan trimester ketiga. Enzim kolagenase dan
prostatlandinberperan dalam pematangan serviks.
c. Uterus
Uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama di bawah pengaruh estrogen
dan progesteron yang kadarnya meningkat. Berat uterus normal ± 30 g, pada akhir
kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 g, dengan panjang ± 20 cm dan
dinding ± 2,5 cm.

10
11

Bentuk uterus berubah menjadi globular pada awal kehamilan untuk


mengantisipasi pertumbuhan fetus dan memungkinkan peningkatan jumlah cairan
dan jaringan plasenta. Karena pengaruh estrogen dan progesteron endometrium
menjadi tebal, kaya pembuluh darah pada fundus, dan bagian atas uterus untuk
mempersiapkan proses nidasi. Estrogen juga mempengaruhi pertumbuhan
nyometrium menjadi hipertrofidan hiperplasia. Uterus tumbuh sampai dengan usia
kehamilan 20 minggu kemudian pertumbuhan terjadi oleh karena peregangan
isinya.
Beratnya meningkat dari 60 g menjadi 900 g. Ukurannya meninggkat dari 7,5
x 5 x 2,5 cm menjadi 30 x 23 x 20 cm .

Tabel 2.1
Tinggi Fundus Uteri (TFU) Trimester III Menurut Leopold

No Usia Kehamilan Tinggi Fundus Uteri


1. 12 mmg 3 jari diatas simfisis
2. 16 mmg Pertengahan pusat-simfisis
3. 20 mmg 3 jari bawah pusat
4. 24 mgg Setinggi pusat
5. 28 mgg 3 jari di atas pusat
6. 32 mmg Pertengahan pusat-prosesus xiphoideus
7. 36 mmg 3 jari bawah prosesus xiphoideus
8. 40 mmg Pertengahan pusat- prosesus xiphoideus
Sumber : Walyani, 2015

d. Mammae
Pada umur kehamilan 12 minggu, kolostrum sudah diproduksi tetapi
pengeluaran ASI belum berjalan karena prolaktin masih ditekan oleh PIH
(Prolactin Inhibiting Hormone). Setelah persalinan, pengaruh estrogen,
progesteron, dan somatomammotropin hilang, prolactin dikeluarkan .
Pada ibu hamil trimester tiga,terkadang keluar rembesan cairan berwarna
kekuningan dari payudara ibu yang disebut dengan kolostrum.Hal ini tidak
berbahaya dan merupakan pertanda bahwa payudara sedang menyiapkan ASI
untuk menyusui bayi nantinya.Progesteron menyebabkan putting menjadi lebih
menonjol dan dapat digerakkan.
e. Sistem Kardiovaskular
Kondisi tubuh dapat memiliki dampak besar pada tekanan darah.posisi
terlentang dapat menurunkan curah jantung hingga 25%. Kompresi vena cava
inferior oleh uterus yang membesar selama trimester ketiga mengakibatkan

11
12

menurunnya aliran baik vena. Sirkulasi uteroplasenta menerima proporsi curah


jantung yang terbesar dengan aliran darah meningkat dari 1-2% pada trimester
pertama hingga 17% pada kehamilan cukup bulan.
Pada trimester I terjadi penambahan curah jantung, volume plasma dan
volume cairan ekstraseluler, disertai peningkatan aliran plasma ginjal dan laju
filtrasi glomerulus. Akibatnya pula terjadi penurunan konsentrasi natrium dalam
plasma dan penurunan osmolalitas plasma, sehingga terjadi edema pada 80%
wanita hamil.
f. Sistem Respirasi
Perubahan hormonal pada trimester tiga yang mempengaruhi aliran darah ke
paru-paru mengakibatkan banyak ibu hamil akan merasa susah bernafas.Ini juga di
dukung oleh adanya tekanan rahim yang membesar yang dapat menekan
diafragma.Akibat pembesaran uterus,diafragma terdorong ke atas sebanyak 4
cm,dan tulang iga juga bergeser ke atas.
g. Pencernaan
Pada kehamilan trimester tiga,lambung berada pada posisi vertical dan bukan
pada posisi normalnya,yaitu horizontal.Kekuatan mekanis ini menyebabkan
peningkatan tekanan intragastrik dan perubahan sudut persambungan gastro-
esofageal yang mengakibatkan terjadinya refluks esophageal yang lebih besar.
h. Sistem perkemihan
Pada bulan bulan pertama kehamilan kandung kencing tertekan oleh uterus
yang mulai membesar, sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan
makin tuanya kehamilan.
Perubahan anatomis yang sangat besar terjadi pada sistem perkemihan saat
hamil yaitu pada ginjal dan uterus.Ginjal mengalami penambahan berat dan
panjang sebesar 1 cm, ureter juga mengalami dilatasi dan memanjang. Pada akhir
kehamilan,terjadi peningkatan frekuensi BAK karena kepala janin mulai turun
sehingga kandung kemih tertekan.
i. Berat Badan dan Indeks Masa Tubuh (IMT)
Penambahan berat badan yang diharapkan selama kehamilan bervariasi antara
satu ibu dengan ibu yang lainnya. Faktor utama yang menjadi pertimbangan untuk
rekomendasikan kenaikan berat badan adalah Body mass index (BMI) yaitu
kesesuaian berat badan sebelum hamil terhadap tinggi badan, yaitu apakah ibu

12
13

tergolong kurus, normal, atau gemuk. Untuk itu sangatlah penting mengetahui
berat badan ibu sebelum hamil. Nilai IMT didapatkan dari barat badan dalam
kilogram dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan dalam meter (kg/m²). Rumus
penghitungan indeks massa tubuh sebagai berikut:

IMT=BB/TB²
NB : Berat badan (BB) dalam satuan kilogram dan tinggi badan (TB) dalam
satuan meter.
Contoh:
Ibu dengan BB sebelum hamil 51 kg dan TB 1,57 m.
IMT = 51/(1,57)² = 20,7

1.4 Perubahan Psikologis Kehamilan


a. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester I
Menurut Walyani 2015 Trimester Pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian. Penyesuaian yang dilakuakan wanita adalah terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan ini dan
arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling penting
pada trimester pertama kehamilan.
b. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester II
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang baik, yakni
ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidak nyamanan yang
normal dialami saat hamil. Namun trimester kedua juga merupakan fase ketika
wanita menelusur ke dalam dan paling banyak mengalami kemunduran.trimester
kedua sebenarnya terbagi atas dua fase, pra quickening dan pasca quickening.
Quekening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang
menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksakan tugas psikologis utamanya pada
trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri,
yang berbeda dari ibunya.
c. Perubahan Psikologis Kehamilan Trimester III
Trimester Tiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan.
Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai mahluk yang
terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi, ada
perasaan waswas mengigat bayi dapat lahir kapanpun. Hal ini membuatnya

13
14

berjaga-jaga, sementara ia memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala


persalinan muncul.

1.5 Kebutuhan Ibu Hamil pada Trimester III


Menurut Walyani (2015), kebutuhan ibu hamil trimester III adalah :
1. Oksigen
Berbagai gangguan pernapasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh
pada bayi yang dikandung.
Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi kebutuhan oksigen maka
ibu hamil perlu melakukan :
a. Latihan nafas melalui senam hamil
b. Tidur dengan bantal yang lebih tinggi
c. Makan tidak terlalu banyak
d. Kurangi atau hentikan merokok
e. Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernapasan seperti asma
dan lain-lain.
2. Nutrisi
Pada saat hamil ibu harus makan makanan yang mengandung nilai gizi yang
bermutu tinggi meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada waktu
hamil harus ditingkatkan hingga 300 kalori per hari, ibu hamil harus mengonsumsi
yang mengandung protein, zat besi, dan minum cukup cairan, menu seimbang.
Di Trimester ke III, ibu hamil butuh bekal energi yang memadai. Selain untuk
mengatasi beban yang kian berat, juga sebagai cadangan energi untuk persalinan
kelak. Maka dari itu ibu perlu memakan makanan yang bergizi,gizi waktu hamil
juga perlu di tingkatkan hingga 300 kalori per hari.Pertumbuhan otak janin akan
terjadi cepat sekali pada dua bulan terakhir menjelang persalinan, karena itu
jangan sampai kekurangan gizi.Berikut adalah gizi yang sebaiknya lebih di
perhatikan pada kehamilan trimester ke III, tanpa mengabaikan gizi lainnya:
a. Kalori

14
15

Kebutuhan kalori yang di butuhkan ibu hamil adalah 2500 kilo kalori (kkal)
setiap harinya, dengan pertambahan berat badan yang ideal selama kehamilan
adalah tidak lebih dari 10-12 kg.
b. Yodium
Yodium dibutuhkan sebagai pembentuk senyawa tiroksin yang berperan
mengontrol setiapmetabolisme sel baruyang terbentuk. Bila kekurangan senyawa
ini, akibatnya proses perkembangan janin, termasuk otaknya terhambat dan
terganggu. Janin akan tumbuh kerdil. Angka yang ideal untuk konsumsi yodium
adalah 175 mikrogram perhari.
c. Air
Air sangat penting untuk pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu tubuh,
melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat-zat gizi, serta mempertahankan
volume darah yang meningkat selama masa kehamilan. Jika cukup mengkonsumsi
cairan, BAB akan lancar sehingga terhindar dari sembelit serta resiko terkena
infeksi saluran kemih. Sebaiknya minum 8 gelas air putih per hari untuk menjaga
keseimbangan suhu tubuh, selain air putih bisa pula ditambah dengan jus buah,
makanan berkuah dan buah-buahan.Serta sebaiknya membatasi minuman yang
mengadung kafein,dan pemanis buatan.
d. Kalsium
Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah 1,5 kg perhari. Kalsium dibutuhkan
untuk pertumbuhan janin, terutama bagi pengembangan otot dan rangka.sumber
kalsium yang mudah diperoleh adalah susu, keju, youghurt, dan kalsium.
Difesiensi kalsium dapat mengakibatkan riketsia pada bayi .
e. Protein
Jumlah protein yang di butuhkan ibu hamil adalah 85 gram per hari.yang
bersumber dari tumbuhan (kacang- kacangan), heawan (ikan, ayam, telur).
Difisiensi protein dapat menyebabkan kelahiran prematur, anemia dan edema.
f. Asam Folat
Jumlah asam folat yang dibutuhkan ibu hamil adalah 400 mikro gram per
hari. Kekurangan asam folat dapat menyebabkan anemia pada ibu hamil.
3. Personal Hygiene

15
16

Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi dianjurkan sedikitnya 2 kali
sehari karena ibu hamil cenderung memiliki lipatan-lipatan kulit menjadi lebih
lembab dan dapat dengan mudah kuman berinvestasi. Selain itu daerah yang vital
juga memerlukan perawatan yang khusus, di karenakan pada masa hamil terjadi
pengeluaran secret vagina.selain mandi, mengganti celana dalam secara rutin juga
sangat di anjurkan.
4. Pakaian Pakaian yang baik bagi wanita hamil adalah :
1) Longgar, nyaman, dan mudah dikenakan
2) Bahan pakaian yang dapat menyerap keringat
3) Menggunakan bra yang dapat menyokong payudara
4) Memakai sepatu hak rendah
5) Pakaian dalam harus bersih.
5. Seksual
Wanita hamil tidak ada larangan untuk melakukan hubungan seksual selama
tidak tidak menganggu kehamilan dan tidak memiliki riwayat sebagai berikut:
1) Sering abortus dan kelahiran prematur
2) Perdarahan pervaginam
3) Koitus harus di lakukan dengan hati – hati terutama pada minggu kehamilan
pertama
4) Bila ketuban sudah pecah maka dilarang koitus karena dapat menyebabkan
infeksi janin dan intra uteri.
6. Mobilisasi dan Body Mekanik
Perubahan tubuh yang paling jelas adalah tulang punggung bertambah
lordosis, karena tumpuan tubuh bergeser lebih kebelakang dibandingkan sikap
tunuh ketika tidak hamil. Keluhan yang sering muncul akibat perubahan ini adalah
rasa kebal di punggung dan kram kaki saat tidur.
Beberapa pencegahan :
1) Menggunakan sepatu hak rendah
2) Posisi tubuh saat mengangkat beban harus tegak lurus
3) Tidur dengan posisi kaki ditinggikan

16
17

4) Duduk dengan posisi punggung tegak


5) Hindari duduk/ berdiri terlalu lama
7. Istirahat/tidur yang cukup
Ibu hamil sebaiknya memiliki jam istirahat/tidur yang cukup. Usahakan tidur
siang ± 1 jam dan malam ± 8 jam. Posisi tidur ibu hamil yang paling dianjurkan
adalah tidur miring ke kiri, posisi ini berguna untuk mencegah varices, sesak
nafas, bengkak pada kaki, serta dapat memperlancar sirkulasi darah yang penting
buat pertumbuhan janin.
8. Eliminasi
Keluhan ibu yang sering muncul pada ibu hamil berkaitan dengan eliminasi
adalah konstipasi dan sering BAK. Konstipasi terjadi karena hormon progesteron
yang mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya otot usus.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan mengonsumsi
makanan tinggi serat dan banayak minum air putih,terutama ketika lambung
dalam keadaan kosong meminum air putih hangat ketika perut dalam keadaan
kosong dapat merangsang gerak peristaltik usus. Setelah terasa ada dorongan ingin
BAB,segeralah untuk buang air besar agar tidak terjadi konstipasi.
9. Exercise / senam hamil
Senam hamil bukanlah keharusan, namun dengan senam hamil dapat
memberikan banyak manfaat, antara lain :
1) Memperbaiki sirkulasi darah
2) Mengurangi pembengkakan
3) Memperbaiki keseimbangan otot
4) Mengurangi risiko gangguan gastro intestinal
5) Mengurangi kram
6) Menguatkan otot perut
7) Mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan
Senam hamil di lakukan atas nasihat dokter/ bidan dan dapat di mulai pada
kehamilan kurang dari 16-38 minggu.

1.6 Tanda Bahaya Kehamilan


Tanda bahaya kehamilan pada trimester III menurut (Romauli, 2017) yaitu :

17
18

a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan antepartum/perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan
pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan
lanjut, perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan kadang-kadang
tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.
1) Plasenta Previa
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh
ostium uteri internum. Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding
depan, dinding belakang rahim atau di daerah fundus uteri. Gejala-gejala yang
ditunjukkan seperti:
a) Gejala yang terpenting adalah perdarahan tanpa nyeri, bias terjadi secara
tiba-tiba dan kapan aja.
b) Bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian
bawah rahim sehingga bagian terendah tidak dapat mendekati pintu atas
panggul.
c) Pada plasenta previa, ukuran panjang rahim berkurang maka pada
plasenta previa lebih sering disertai kelainan letak.
2) Solusio Plasenta (Abruptio Plasenta)
Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya. Secara normal
plasenta terlepas setelah anak lahir. Tanda dan gejalanya :
a) Darah dari tempat pelepasan ke luar dari serviks dan terjadilah perdarahan
keluar atau perdarahan tampak.
b) Kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta
(perdarahan tersembunyi/perdarahan kedalam).
c) Solusio plasenta dengan perdarahan tersembunyi menimbulkan tanda
yang lebih khas (rahim keras seperti papan) karena seluruh perdarahan
tertahan di dalam. Umumnya berbahaya karena jumlah perdarahan yang
keluar tidak sesuai dengan beratnya syok.
d) Perdarahan disertai nyeri, juga di luar his karena isi rahim.
e) Nyeri abdomen pada saat dipegang.
f) Palpasi sulit dilakukan.
g) Fundus uteri makin lama makin naik.

18
19

h) Bunyi jantung biasanya tidak ada.


b. Sakit Kepala yang Berat
Sakit kepala sering kali merupakan ketidaknyamanan yang normal dalam
kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan suatu masalah serius adalah sakit
kepala yang menetap dan tidak hilang dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan
sakit kepala yang hebat ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya menjadi
kabur atau berbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala dari
preeklamsia.
c. Penglihatan Kabur
Karena pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam
kehamilan. Tanda dan gejalanya adalah :
1) Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang mengancam adalah
perubahan visual yang mendadak, misalnya penglihatan kabur dan berbayang.
2) Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan
mungkin menandakan preeklamsia.
d. Bengkak di Wajah dan Jari-jari Tangan
Bengkak bisa menunjukkan adanya masalah serius jika muncul pada muka
dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik yang
lain. Hal ini merupakan pertanda anemia, gagal jantung atau preeklamsia.
e. Keluar Cairan Pervaginam
1) Keluarnya cairan berupa air- air dari vagina pada trimester 3.
2) Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan
berlangsung.
3) Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum
kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm.
4) Normalnya selaput ketuban pecah pada akhir kala I atau awal kala.
f. Gerakan Janin Tidak Terasa
1) Ibu tidak merasakan gerakan janin sesudah kehamilan trimester 3.
2) Normalnya ibu mulai merasakan gerakan janinnya selama bulan ke-5 atau
ke-6, beberapa ibu dapat meraskan gerakan bayinya lebih awal.

19
20

3) Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah.


4) Gerakan bayi akan lebih mudah terasa jika ibu berbaring atau beristirahat
dan jika ibu makan dan minum dengan baik.
g. Nyeri Abdomen yang Hebat
Nyeri abdomen yang mungkin menunjukkan masalah yang mengancam
keselamatan jiwa adalah yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah beristirahat.

2.1.2 Asuhan Kebidanan dalam Kehamilan


Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan (continuity of care)
sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang
propesional yang sama atau dari team kecil tenaga profesional, sebab dengan
begitu maka perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan
baik selain itu juga mereka menjadi lebih percaya dan terbuka karena sudah
mengenal si pemberi asuhan (Walyani, 2015).
A. Tujuan Asuhan Kehamilan
Secara umum tujuan asuhan kehamilan, adalah sebagai berikut:
1. Memantau kemajuan kehamilan, memastikan kesejahteraan ibu dan tumbuh
kembang janin.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial ibu
dan bayi.
3. Menemukan secara dini adanya masalah/gangguan dan kemungkinan
komplikasi yang terjadi selama kehamilan.
4. Mempersiapkan kehamilan dan persalinan dengan selamat bagi ibu dan bayi
yang trauma yang seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas dan pemberian ASI ekslusif dapat
berjalan normal.
6. Mempersiapkan ibu dan keluarga untuk dapat berperan dengan baik dalam
memelihara bayi agar tumbuh dan berkembang secara normal (Wandriwati,
dkk, 2017).

B. Jadwal Pemeriksaan Antenatal

20
21

Tabel 2.2
Kunjungan Pemeriksaan Antenatal

Trimester Jumlah Kunjungan Waktu kunjungan yang dianjurkan


Minimal
I 1 kali Sebelum usia kehamilan 14 minggu
II 1 kali Selama kehamilan 14-28 minggu
III 2 kali Kehamilan28-
36minggudan setelah umur kehamilan
36 mingggu
Sumber : Buku Ajar Kesehatan Ibu dan Anak,2015

Pelayanan antenatal harus dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu
untuk pelayanan antenatal yang berkualitas seperti:
1) Memberikan pelayanan dan konseling kesehatan termasuk gizi agar kehamilan
berlangsung sehat
2) Melakukan deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit/komplikasi kehamilan
3) Menyiapkan persalinan yang bersih dan aman
4) Merencanakan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika
terjadi penyulit/komplikasi
5) Melakukan penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila
diperlukan
6) Melibatkan ibu dan keluarganya terutama suami dalam menjaga kesehatan gizi
ibu hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan apabila terjadi
penyulit/komplikasi.
a. Langkah- Langkah dalam Melakukan Asuhan Kehamilan
Standar Pelayanan Antenatal Care ada 10 standar pelayanan yang harus
dilakukanoleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T adalah
sebagai berikut (Kemenkes 2016) :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pengukuran tekanan darah
3. Pengukuran lingkar lengan atas (LILA)
4. Pengukuran tinggi rahim (Tinggi Fundus Uteri)
5. Penentuan letak janin (presentasi janin dan penghitungan denyut jantung
janin)
6. Penentuan status imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

21
22

Tabel 2.3
Pemberian Imunisasi TT
Imunisasi Interval % Perlindungan Masa Perlindungan

TT 1 Pada kunjungan ANC 0% Tidak ada


Pertama
TT 2 4 Minggu setelah TT 80% 3 Tahun
1
TT 3 6 Bulan setelah TT 2 95% 5 Tahun

TT 4 1 Tahun setelah TT 3 99% 10 Tahun

TT 5 1 Tahun setelah TT 4 99% 25Tahun/seumur


hidup

Sumber : Walyani, 2015

7. Pemberian tablet tambah darah


8. Tes laboratorium
9. Temu wicara (konseling), termasuk perawatan kehamilan, perencanaan
persalinan dan inisiasi menyusui dini (IMD), nifas, perawatan bayi baru
lahir, ASI eksklusif, KB dan imunisasi pada bayi.
10. Tata laksana kasus atau mendapatkan pengobatan.

C. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


S : Data Subjektif adalah data yang di ambil dari hasil anemnesa/pertanyaan
yang diajukan kepada klien sendiri (auto anamnesa) atau keluarga (allo
anamnesa).
1. Identitas klien meliputi:
Data pribadi yang diperlukan berupa nama, usia, agama, pekerjaan,
pendidikan, alamat dan nomor telepon beserta data suaminya.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang biasa di alami ibu hamil trimester III : seperti nyeri
pinggang, varises, kram otot, hemoroid, sering BAK, obstipasi, sesak napas.
3. Riwayat perkawinan
Dikaji status perkawinan jika menikah apakah ini pernikahan yang pertama
atau tidak serta mendapat gambaran suasana rumah tangga pasangan.

22
23

4. Riwayat menstruasi
Riwayat menstruasi yang dikaji seperti menarce (usia pertama kali
menstruasi), siklus menstruasi (jarak antara menstruasi yang dialami dengan
menstruasi berikutnya), banyaknya (berapa banyak ganti pembalut dalam
sehari), dan keluhan (dismenorea/nyeri saat haid)
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Riwayat kehamilan dikaji untuk mengetahui kehamilan keberapa, persalinan
ditolong oleh tenaga kesehatan atau tidak, bagaimana keadaan bayi, berat lahir
bayi, selama nifas ada atau tidak kelainan dan gangguan selama masa lakatasi.
Riwayat kehamilan juga dikaji seperti haid pertama haid terakhir (HPHT),
taksiran tanggal persalinan (TTP)
6. Riwayat kehamilan sekarang
Riwayat kehamilan sekarang dikaji untuk mengetahui masalah atau tanda-
tanda bahaya dan keluhan-keluhan yang lazim pada kehamilan trimester III.
kunjungan antenatal minimal 4 kali sampai trimester III, kapan pergerakan
janin dirasakan oleh ibu. Dalam 24 jam berapa banyak pergerakan janin yang
dirasakan. Adapun dalam riwayat kehamilan sekarang mengenai keluhan yang
dirasakan seperti ;rasa lelah, mual muntah, sakit kepala yang berat,
penglihatan kabur, rasa gatal pada vulva dan lainnya
7. Riwayat sehari-hari
a) Pola makan dan minum
Kehamilan trimester III, janin mengalami pertumbuhan dan
perkembangan. Nutrisi yang dikomsumsi harus nutrisi yang seimbang.
Minuman air putih 8 gelas/ hari. Frekuensi, jenis dan keluhan dalam pola
makan dan minum juga perlu dikaji.
b) Pola eliminasi
Sering BAK dialami pada kehamilan trimester III. Pengaruh hormone
progestron dapat menghambat peristaltic usus yang menyebabkan obstipasi
(sulit buang besar). frekuensi, warna, konsistensi, dan keluhan eliminasi
juga perlu dikaji

23
24

c) Pola aktivitas
Ibu hamil trimester III boleh melakukan aktivitas seperti biasanya, jangan
terlalu berat, istirahat yang cukup dan makan yang teratur agar tidak
menimbulkan keletihan yang akan berdampak pada kehamilan.
d) Pola tidur dan istirahat
Pada kehamilan trimester III tidur dan istirahat sangat perlu. Di siang hari
dianjurkan istirahat/tidur 1-2 jam dan pada malam hari 7-8 jam.
e) Pola seksualitas
f) Pola seksualitas pada kehamilan trimester III mengalami penurunan minat
akibat dari perubahan/ketidaknyamanan fisiologis yang dialami ibu.Perlu
dikaji frekuensi dan keluhan yang dialami selama berhubungan seksual.
g) Personal hygiene
h) Perubahan hormonal mengakibatkan bertambahnya keringat. Dianjurkan
i) mandi minimal 2 kali sehari, membersihkan alat genetalia ketika mandi
atau ketika merasa tidak nyaman. Jenis pakaian yang dianjurkan berbahan
katun agar mudah menyerap keringat.
8. Obat-obatan yang dikonsumsi
Pada kehamilan trimester III, mengkonsumsi suplemen dan vitamin. Misalnya
tablet Fe untuk penambahan darah dan kalsium untuk penguatan tulang janin.
9. Riwayat psikososial spiritual
Perlu dikaji bagaimana pengetahuan ibu tentang kehamilan sekarang,
bagaimana respon, dukungan keluarga dan suami terhadap kehamilan,
pengambilan keputusan dalam keluarga serta ketaatan ibu dalam beragama
(rajin/tidak berdoa dan beribadah).

O : Data Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment.

1. Pemeriksaan umum
Memperlihatkan tingkat energi ibu, dengan keadaan umum, kedaran ibu
(composmentis), dan keadaan emosional ibu.
2. Tanda-tanda vital

24
25

Seperti mengukur tekanan darah batas normal 120/80 mmHg, denyut nadi
batas normal 60-100/menit, pernapasan 16-20 kali/menit, suhu badan 36-
37.5°C. Berat badan 0,4 kg/minggu, tinggi badan >145 cm dan LILA normal >
23,5 cm serta Indeks Massa Tubuh (IMT) >17-23.
3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan untuk mengetahui kebersihan pada kepala, apakah ada
edema dan cloasma gravidarum pada wajah, adakah ada pucat pada kelopak
mata, adakah ikhterus pada sklera, adakah pengeluaran dari hidung, adakah
pembesaran kelenjar tiroid, adakah pembesaran pembuluh limfe, apakah
simetris/tidak, adakah benjolan/tidak, dan puting susu menonjol/tidak, serta
apakah sudah ada/tidak kolostrum pada payudara.
4. Pemeriksaan kebidanan
Abdomen di inspeksi apakah simetris atau tidak, adakah bekas operasi, adakah
linea nigra, striae abdomen dan di palpasi dari pemeriksaan Leopold I –
leopold IV. Dimana Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri dengan
pengukuran 3 jari, mengukur dengan pita cm untuk menentukan usia
kehamilan serta letak yang normal pada fundus teraba bokong pada kehamilan
trimester III. Leopold II untuk mengetahui bagian apa yang yang berada di sisi
kiri dan kanan perut ibu. Pada letak yang normal, teraba bagian punggung
janin di satu sisi perut ibu dan sisi perut yang lain bagian ekstermitas janin.
Leopold III untuk mengetahui bagian apa yang terletak di bagian bawah perut
ibu. Pada keadaan normal teraba kepala di bawah perut ibu. Leopold IV untuk
mengetahui bagian janin sudah masuk pintu atas panggul (PAP) atau belum.
5. Denyut jantung janin (DJJ)
Biasanya dengan kuadran bawah bagian punggung, 3 jari dibawah pusat ibu.
Denyut jantung janin yang normal 120-160 kali/menit.
6. Taksiran berat badan janin (TBJ)
Untuk menentukan berat badan janin saat usia kehamilan trimester III :
Dengan rumus Johnson-Taussac: (TFU menurut Mc. Donald-n) x155 = ...
gram (Sari, dkk, 2015).

25
26

n = 13 jika kepala belum masuk pintu atas panggul (PAP)


n = 12 jika kepala berada di atas PAP
n = 11 jika kepala sudah masuk PAP
7. Pemeriksaan panggul
Ukuran panggul luar meliputi:
Distansia spinarum: jarak antara spina iliaka anterior superior kiri dan kanan
(23-26 cm). Distansia cristarum: jarak antara crista iliaka kiri dan kanan (26-
29 cm). Conjungata eksterna: jarak anta tepi atas simpisis pubis dan ujung
prosessus spina. Lingkar panggul luar: jarak anta tepi atas simpisis pubis,
spinarum, cristarum dan lumbanlima (80-90 cm).

8. Hemoglobin (HB)
Pemeriksaan darah pada kehamilan trimester III dilakukan untuk mendeteksi
anemia atau tidak. Klasifikasi anemia menurut Rukiah (2013) sebagai berikut:
Hb 11 gr% : tidak anemia
Hb 9-10 gr% : anemia ringan
Hb 7-8 gr% : anemia sedang
Hb ≤ 7 gr% : anemia berat
9. Pemeriksaan urine
Pemeriksaan protein urine dilakukan pada kehamilan trimester III untuk
mengetahui komplikasi adanya preeklamsi dan pada ibu. Standar kekeruhan
protein urine menurut Rukiah (2013) adalah:
Negatif : Urine jernih
Positif 1 (+) : Ada kekeruhan
Positif 2 (++) : Kekeruhan mudah dilihat dan ada endapan
Positif 3 (+++) : Urine lebih keruh dan endapan yang lebih jelas
Positif 4 (++++) : Urine sangat keruh dan disertai endapan yang menggupal.
10. Pemeriksaan USG
Untuk mengetahui diameter kepala, gerakan janin, denyut jantung janin (DJJ),
ketuban, tafsiran berat badan janin (TBJ), tafsiran persalinan.

26
27

A : Analisa atau Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil


analisa dan interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau
masalah potensial. Hasil analisa untuk menetapkan diagnosa kebidanan seperti:
1. G (gravida) merupakan menentukan kehamilan keberapa
2. P (partus) merupakan jumlah anak baik aterm, preterm, imtur, dan hidup
3. A (abortus) merupakan riwayat keguguran
4. Usia kehamilan
5. Anak hidup/meninggal
6. Anak tunggal/kembar
7. Letak anak apakah bujur/lintang, habitus fleski/defleksi, posisi puka/puki,
presentasi bokong/kepala.
8. Anak intrauterine/ekstrauterine
9. Keadaan umum ibu dan janin serta masalah keluhan utama
Pada kehamilan trimester III maka diagnosa kebidanan G P A, usia
kehamilan (28–40) minggu, tunggal/ganda, intra uterine, hidup, letak
bujur/lintang, posisi puka/puki, presentasi kepala, keadaan ibu dan janin baik.

P : Perencanaan/Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari


perencanaan dan evaluasi berdasarkan assessment. Dalam pelaksanaan seluruh
rencana tindakan yang sudah disusun dilaksanakan dengan efisien dan aman

1. Memberikan informasi terhadap perubahan fisiologis yang biasa terjadi pada


kehamilan trimester III untuk memberikan pemahaman kepada klien dan
menurunkan kecemasan serta membantu penyesuaian aktivitas perawatan diri.
2. Masalah yang mungkin muncul pada kehamilan trimester III seperti nyeri
punggung, varises pada kaki, susah tidur, sering buang air kecil (BAK),
hemoroid, konstipasi, obstipasi, kram pada kaki, dan lain sebagainya.
3. Memberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) seperti
1) Nutrisi ibu hamil
2) Hygiene selama kehamilan trimester III
3) Hubungan seksual
4) Aktivitas dan istirahat
5) Perawatan payudara dan persiapan laktasi
6) Tanda-tanda persalinan

27
28

7) Persiapan yang diperlukan untuk persalinan


4. Menganjurkan ibu untuk segera mencari pertolongan dan segera datang ke
tenaga kesehatan apabila mengalami tanda-tanda bahaya seperti berikut :
1) Perdarahan pervaginam
2) Sakit kepala yang hebat, menetap dan tidak menghilang
3) Pandangan kabur
4) Nyeri abdomen
5) Bengkak pada wajah dan tangan serta kaki
6) Gerakan bayi berkurang atau sama sekali tidak bergerak.
5. Memberikan suplemen penambah darah
6. Memberikan imunisasi TT 0,5 cc apabila ibu belum mendapatkan. Pada ibu
hamil imunisasi TT diberikan 2 kali dengan selang waktu 4 minggu.
7. Menjadwalkan kunjungan ulang pada kehamilan trimester III
B. Persalinan
1. Konsep Dasar Persalinan
1.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran
janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.
Beberapa pengertian lain dari persalinan spontan dengan tenaga ibu, persalinan
buatan dengan bantuan, persalinan anjuran bila persalinan terjadi tidak dengan
sendirinya tetapi melalui pacuan. Persalinan dikatakan normal bila tidak ada
penyulit (Asri H, 2017).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus kedunia luar.persalinan mencakup proses fisiologi yang
memungkinkan serangkaian perubahan yang besar pada ibu untuk dapat
melahirkan janinnya melalui jalan lahir.persalinan dan kelahiran normal
merupakan proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan
(37-42 minggu),lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam,tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin (Jannah,
2017).
1.2 Faktor yang mempengaruhi persalinan
Menurut Rukiah (2014) factor yang mempengaruhi persalinan ada 5 yaitu:
1) Janin (Passenger)

28
29

Bagian yang paling besar dank eras dari janin adalah kepala janin.posisi dan
besar kepala janin dapat mempengaruhi jalannya persalinan sehingga dapat
membahayakan hidup dan kehidupan janin kelak, hidup sempurna, cacat atau
akhirnya meninggal, apabila kepala janin sudah lahir, maka bagian-bagian lain
dengan mudah menyusul kemudian.
2) Jalan lahir (Passage)
Tulang panggul di bentuk oleh dua tulang koksa (terbentuk dari fusi tiga
tulang: os pubis, os iskium, dan os ilium) yang masing-masing membatasi bagian
samping rongga panggul.
3) Tenaga (Power)
His atau kontraksi uterus adalah kontraksi otot-otot uterus dalam persalinan.
Kontraksi merupakan suatu sifat pokok otot polos dan tentu saja hal ini terjadi
pada otot polos uterus yaitu miometrium.
4) Psikis ibu bersalin
Psikis ibu bersalin sangat berpengaruh dari dukungan suami dan anggota
keluarga yang lain untuk medampingi ibu selama bersalin dan kelahiran anjurkan
mereka berperan aktif dalam mendukung dan mendampingi langkah-langkah yang
mungkin akan sangat membatu kenyamanan ibu,hargai keinginan ibu untuk di
dampingi, dapat membantu kenyamanan ibu, hargai keinginan ibu untuk
didampingi.
5) Penolong
Penolong persalinan adalah petugas kesehatan yang mempunyai legalitas
dalam menolong persalinan antara lain dokter, bidan, serta mempunyai
kompetensi dalam menolong persalinan,menangani kegawat daruratan serta
melakukan rujukan jika diperlukan. Penolong persalinan selalu menerapkan upaya
pencegahan infeksi yang di anjurkan termasuk diantaranya cuci tangan, memakai
sarung tangan dan perlengkapan perlindungan pribadi serta pendokumentasian alat
bekas pakai.

1.3 Tanda-Tanda Persalinan


Menurut Walyani (2016), sebelum terjadinya persalinan, didahului dengan
tanda-tanda sebagai berikut:
1. Adanya kontraksi rahim
Secara umum tanda awal bahwa ibu hamil untu melahirkan adalah
mengejangnya rahim atau dikenal dengan istilah kontraksi. Kontraksi tersebut

29
30

berirama, teratur, dan involunter, umumnya kontraksi bertujuan untuk menyiapkan


mulut rahim untuk membesar dan meningkatkan aliran darah di dalam plasenta.
2. Keluar lendir bercampur darah
Lendir disekresi sebagai hasil proliferasi kelenjar lendir serviks pada awal
kehamilan. Lendir mulanya menyumbat leher rahim, sumbatan yang tebal pada
mulut rahim terlepas, sehingga menyebabkan keluarna lendir yang berwarna
kemerahan bercampur darah dan terdorong keluar oleh kontraksi yang membuka
mulut rahim yang menandakan bahwa mulut rahim menjadi lunak dan membuka.
3. Keluarnya air-air (ketuban)
Keluarnya air yang jumlahnya cukup banyak, berasal dari ketuban yang pecah
akibat kontraksi yang makin sering terjadi. Jika ketuban yang menjadi tempat
perlindungan bayi sudah pecah, maka sudah saatnya bayi harus keluar.
4. Pembukaan serviks
Membukanya leher rahim sebagai respon terhadap kontrasi yang berkembang.
Tanda ini tidak diketahui oleh pasien tetapi dapat diketahui melaui pemeriksaan
dalam.
1.4 Tahapan Persalinan
Menurut Hidayat (2017)
1) Kala I atau kala pembukaan dimulai dari adanya his yang adekuat sampai
pembukaan lengkap.kala 1 dibagi dalam 2 fase: fase laten (serviks 1-3 cm di
bawah 4 cm)membu-tuhkan waktu 8 jam, fase aktif (serviks 4-10cm)
lengkap membutuhkan waktu 6 jam.
2) Kala II/Kala pengeluaran : dari pembukaan lengkap sampai lahirnya
bayi.proses ini biasa nya berlangsung 2 jam pada prime dan satu jam pada
multi.
3) Kala III/Kala uri : Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya
plasenta,yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
4) Kala IV/Kala pengawasan: Kala IV di mulai dari saat lahiran plasenta
sampai 2 jam pertama post partum.

30
31

1.5 Kebutuhan Dasar Ibu bersalin


Terdapat lima kebutuhan wanita bersalin, meliputi asuhan tubuh dan fisik,
kehadiran pendamping, pengurangan rasa nyeri, penerimaan terhadap perilaku dan
tingkah lakunya, dan informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

a. Asuhan Tubuh dan Fisik


Asuhan tubuh dan fisik berorientasi pada tubuh ibu selama proses persalinan
dan dapat menghindarkan ibu dari infeksi.
a) Menjaga Kebersihan Diri
Ibu dapat dianjurkan untuk membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air
kecil atau BAK dan buang air besar atau BAB, selain menjaga kemaluan tetap
bersih dan kering. Hal ini dapat menimbulkan kenyamanan dan relaksasi serta
menurunkan risiko infeksi. Akumulasi antara darah haid (bloody show),
keringat, cairan amnion (larutan untuk pemeriksaan vagina), dan feses dapat
menyebabkan rasa tidak nyaman pada ibu bersalin. Mandi di bak atau
showerdapat menjadi hangat menyegarkan dan santai.
b) Berendam
Berendam dapat menjadi tindakan pendukung dan kenyamanan yang paling
menangkan. Bak yang disiapkan harus cukup dalam menampung air sehingga
ketinggian air dapat menutupi abdomen ibu bersalin. Hal ini merupakan
bentuk hidroterapi dan berdampak pada rasa “gembira” pada ibu. Selain itu,
rasa tidak nyaman dapat mereda dan kontraksi dapat dihasilkan selama ibu
berendam.
c) Perawatan Mulut
Selama proses persalinan, mulut ibu biasanya mengeluarkan nafas yang tidak
sedap, bibir kering dan pecah-pecah,disertai tenggorokan kering. Hal ini dapat
dialami ibu terutama beberapa jam selama menjalani persalinan tanpa cairan
oral dan perawatan mulut. Apabila ibu dapat mencerna cairan selama
persalinan, hal-hal berikut dapat dilakukan untuk menghindari
ketidaknyamanan tersebut. Dianjurkan ibu untuk menggosok gigi, mencuci
mulut, memberi gliserin, memberi permen atau gula-gula.
d) Pengipasan

31
32

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak mengeluarkan


keringat, bahkan pada ruang persalinan dengan kontrol suhu terbaikpin,
mereka mengeluh berkeringat pada saat tertentu. Hal ini dapat menimbulkan
rasa tidak nyaman dan sangat menyengsarakan ibu bersalin. Oleh karena itu,
gunakan kipas atau dapat juga bila tidak adakipas, kertas atau lap dapat
digunakan sebagai pengganti kipas.
b. Kehadiran Pendamping
Dukungan fisik dan emosional dapat membawa dampak positif bagi ibu
bersalin. Beberapa tindakan perawatan yang bersifat suportif tersebut dapat berupa
menggosok-gosok punggung ibu atau memegang tangannya, mempertahankan
kontak mata, ditemani oleh orang-orang yang ramah dan meyakinkan ibu bersalin
bahwa mereka tidak akan meninggalkannya sendiri. Oleh karena itu, anjurkan ibu
bersalin ibu bersalin untuk ditemani oleh suami atau anggota keluarga atau
temannya yang ia inginkan selama proses persalinan. Anjurkan pendamping untuk
berperan aktif dalam mendukung ibu bersalin dan identifikasi langkah-
langkahyang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.
c. Pengurangan Rasa Nyeri
Sensasi nyeri dipengaruhi oleh keadaan iskemia dinding korpus uteri yang
menjadi stimulasi serabut saraf di pleksus hipogastrikusyang diteruskan ke sistem
saraf pusat. Peregangan vagina, jaringan lunak dalam rongga panggul dan
peritoneum dapat menimbulkan rangsangan nyeri. Keadaan mental pasien seperti
pasien bersalinan yang sering ketakutan, cemas atau ansietas, atau eksitasi turut
berkontribusi dalam menstimulasi nyeri pada ibu akibat peningkatan prostaglandin
sebagai respons terhadap stress.
Adapun tindakan pendukung yang dapat diberikan untuk mengurangi rasa
nyeri tersebut adalah sebagai berikut:
a. Pengaturan posisi
b. Relaksasi dan latihan pernafasan
c. Usapan punggung atau abdominal
d. Pengosongan kandung kemih

32
33

d. Penerimaan Terhadap Tingkah Laku


Setiap sikap, tingkah laku,dan kepercayaan ibu perlu diterima dan apapun
yangdilakukan ibu merupakan hal terbaik yang mampu ia lakukan pada saat itu.
Biarkan sikap dan tingkah laku ibu seperti berteriak pada puncak kontraksi,
diam,atau menangis, sebab itulah yang hanya ibu dapat lakukan. Hal yang harus
dilakukanbidan hanya menyemangati ibu, bukan memarahinya.
e. Informasi dan Kepastian Tentang Hasil Persalinan yang Aman
Setiap ibu membutuhkan informasi tentang kemajuan persalinannya sehingga
mampu mengambil keputusan. Ibu bersalin selalu ingin mengetahui hal yang
terjadi pada tubuhnya dan penjelasan tentang proses dan perkembangan
persalinan.Jelaskan semua hasil pemeriksaan kepada ibu untuk mengurangi
kebingungan. Setiap tindakan yang akan dilakukan harus memperoleh persetujuan
sebelum melakukan prosedur. Selain itu, penjelasan tentang prosedur dan
keterbatasannya memungkinkan ibu bersalin merasa aman dan dapat
mengatasinya secara efektif.
1.2.2 Asuhan Kebidanan dalam Persalinan

Dasar dari asuhan persalinan normal adalah asuhan yang bersih dan aman
selama persalinan dan setelah bayi baru lahir serta upaya pencegahan komplikasi
terutama perdarahan pasca persalinan hipotermi dan asfiksia bayi baru lahir
(Rukiah dkk, 2014).
A. Tujuan Asuhan Persalinan Normal:
Memberikan asuhan yang memadai selama persalinan dalam upaya mencapai
pertolongan yang bersih dan aman, dengan berbagai aspek sayang ibu dan sayang
bayi. Mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang
tinggi bagi ibu dan bayinya melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap
serta intervensi minimal .

B. Asuhan Persalinan Kala I


Menurut Prawirohardjo (2016), asuhan persalinan kala I sebagai berikut :
1) Menghadiri orang yang dianggap penting
Dukungan dapat diberikan adalah mengusap keringat pasien,
menemani/membimbing jalan-jalan (mobilisasi), memberikan minum,
merubah posisi, memijat atau menggosok pinggang.
2) Mengatur aktivitas dan posisi ibu

33
34

Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan keinginan ibu, namum


bila ibu ingin di tempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam posisi
telentang lurus.
3) Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his
Ibu diminta menarik nafas panjang, tahan nafas sebentar, kemudian
dilepaskan dengan cara meniup sewaktu ada his.
4) Menjaga privasi ibu
Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain
menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa
sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu.
5) Menjelaskan kemajuan persalinan
Perubahan yang terjadi dalam tubuh ibu, serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
6) Menjaga kebersihan diri
Membolehkan ibu untuk mandi, menganjurkan ibu membasuh sekitar
kemaluannya sesuai buang air kecil dan besar.
7) Mengatasi rasa panas
Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, dapat diatasi dengan
cara menggunakan kipas angina atau AC dalam kamar, menggunakan kipas
biasa, menganjurkan ibu untuk mandi.
8) Masase atau sentuhan
Jika ibu suka, lakukan masase pada punggung atau mengusap perut dengan
lembut.
9) Pemberian cukup minum
Ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi.
Mempertahankan kandung kemih
10) Usahakan kandung kemih tetap kosong, sarankan ibu berkemih sesering
mungkin.
11) Sentuhan

34
35

Disesuaikan dengan keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu


bagian tubuh yang bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama
proses persalinan.

C. Asuhan Persalinan Kala II, III, IV


Menurut Sarwono (2016), asuhan persalinan kala IIsebagai berikut :
Tabel 2.4
60 Langkah APN

Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua

1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II yaitu ibu mempunyai keinginan
untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rektum dan
vaginanya, perineum menonjol dan menipis, vulva-vagina dan sfingter ani
membuka.

Menyiapkan Pertolongan Persalinan

2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial dan


mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan memasukkan alat suntik sekali pakai
ke dalam wadah partus set.

3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencucikedua


tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung


tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

Memastikan Pembukaan Lengkap dengan Janin Baik

7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

35
36

ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan
cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di
dalam larutan dekontaminasi).

Tabel 2.4 Lanjutan

8. Dengan menggunakan teknik aseptik, lakukan pemeriksaan dalam untuk


memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi
bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat kepala sudah masuk ke
dalam panggul dan tali pusat tidak teraba.

9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih


memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin
selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.

10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160) kali/menit. Ambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.

Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran.

1. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.

Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi

14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan

36
37

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.

16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

17. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.

Menolong Kelahiran Bayi

Lahirnya kepala

18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala.

19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung abyi dengan kainatau kassa
yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).

Tabel 2.4 Lanjutan

20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
lewat kepala bayi atau jika terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu
gunting diantaranya.

21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

Lahirnya Bahu

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis. Gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.

23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum

37
38

ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.

24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada
di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jar-jari lainnya).

Penanganan Bayi Baru Lahir

25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.

26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi.

27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama.

28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.

Tabel 2.4 Lanjutan

29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.

30. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.

Oksitosin

38
39

31. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk
menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.

32. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik.

33. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10
unit IM di gluterus atau sepertiga atas paha kanan ibu bagian luar, setelah
mengaspirasinya terlebih dahulu.

Penegangan Tali Pusat Terkendali (PTT)

34. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

35. Letakkan satu bagian tangan di atas kain yang berada di perut ibu, tepat di
tepi atas simfisis dan tegangkan tali pusat dan klem dengan tangan yang lain.

36. Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah


bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah
pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan
belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah
terjadinya inversion uteri. Jika plasenta tidak llahir setelah 30-40 detik,
hentikan penegangan tali pusat dan menunggu kontraksi berikutnya.

39
40

Tabel 2.4 Lanjutan

Mengeluarkan Plasenta

37. Setelah plasenta terlepas, minta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat
kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurva jalan lahir sambil
meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. Jika tali pusat bertambah
panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan
lahirkan plasenta. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan
tali pusat, berikan dosis ulang oksitosin 10 unit IM, lakukan kateterisasi jika
kandung kemih penuh, minta keluarga untuk menyiapkan rujukan, ulangi
penegangan tali pusat 15 menit berikutnya, segera rujuk jika plasenta tidak
lahir dalam 30 setelah bayi lahir, jika terjadi perdarahan lakukan plasenta
manual.

38. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lanjutkan kelahiran plasenta dengan
menggunakan kedua tangan. Jika selaput ketuban robek, lakukan eksplorasi.

Pemijatan Uterus

39. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus
dengan meletakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras). Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase.

Menilai Perdarahan

40. Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan
pastikan bahwa selaputnya lengkap dan utuh.

41. Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan lakukan penjahitan
bila laserasi menyebabkan perdarahan aktif.

Melakukan Prosedur Pascapersalinan

42. Menilai ulang uterus, pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak

40
41

terjadi perdarahan pervaginam.

Tabel 2.4 Lanjutan

43. Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke larutan klorin,
membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air
DTT dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.

44. Menempatkan klem tali pusat DTT atau mengikat dengan simpul mati sekitar
1 cm dari pusat.

45. Mengikat lagi satu simpul mati di bagian pusat yang berseberangan dengan
simpul mati yang pertama.

46. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya ke dalam larutan klorin 0,5%.

47. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian kepalanya dengan kain bersih
dan kering.

48. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI.

49. Melanjutkan pemantauan kontraksi uuterus dan perdarahan pervaginam yaitu


setiap 2-3 kali dalam 15 menit pertama pascasalin, setiap 15 menit pada 1 jam
pertama, setiap 20-30 menit pada jam kedua pascasalin Lakukan asuhan yang
sesuai untuk menatalaksana atonia uteri jika uterus tidak berkontraksi dengan
baik. Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan
penjahitan dengan anastesi local dengan menggunakan teknik yang sesuai.

50. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi,
mewaspadai tanda bahaya pada ibu, serta kapan harus memanggil bantuan
medis.

51. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

52. Psseriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih ibu setiap 15

41
42

menit selama 1 jam pertama pasca salin dan setiap 30 menit selama jam kedua
pascasalin. Periksa temperatur ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama
pascasalin dan lakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

Kebersihan dan Keamanan

53. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk
dekontaminasi selama 10 menit. Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi.

Tabel 2.4 Lanjutan

54. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.

55. Bersihkan badan ibu menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

56. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu memberi ASI dan anjurkan keluarga
untuk memberi ibu minum dan makan.

57. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.

58. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan bagian
dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin selama 10 menit.

59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan
dengan tisu atau handuk yang kering dan bersih.

60. Dokumentasi

Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV.

B. Pendokumentasian Ibu Bersalin


Menurut Rukiyah, 2014 pendokumentasian SOAP pada ibu bersalin, yaitu:

42
43

KALA I (dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan serviks
menjadi lengkap).
(S) Subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa.
1. Nama, umur, suku, agama, pendidikan, pekerjaan, dan alamat
2. Gravida dan para
3. Hari pertama haid terakhir
4. Kapan bayi akan lahir (menentukan taksiran ibu)
5. Riwayat alergi obat-obatan tertentu
6. Riwayat kehamilan yang sekarang
1) Apakah ibu pernah melakukan pemeriksaan antenatal
2) Pernakah ibu mengalami maslah selama kehamilannya (misalnya:
perdarahan, hipertensi, dan lain-lain.

3) Kapan mulai kontraksi


4) Apakah kontraksi teratur
5) Apakah ibu masih merasakan gerakan bayi
6) Apakah selaput ketuban sudah pecah.
7) Kapankah ibu terakhir kali makan dan minum
8) Apakah ibu mengalami kesulitan untuk berkemih
7. Riwayat medis lainya (masalah pernapasan, hipertensi, gangguan jantung,
berkemih, dan lain- lain
8. Masalah medis saat ini (sakit kepala, gangguan penglihatan, pusing, atau nyeri
epigastrium bagian atas
9. Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk
kekhawatiran lainnya.
(O) Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil
pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment.

1. Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan abdomen dilakukan untuk mengetahui :

43
44

1) Menentukan tinggi fundus uteri


2) Memantau kontraksi uterus.
3) Memantau denyut jantung janin
4) Menentukan presentasi
5) Menetukan penurunan bagian terbawah janin
2. Pemeriksaan Dalam
Sebelum melakukan pemeriksaan dalam, cuci tangan dengan sabun dan air
bersih dengan air yang menggalir, kemudian keringkan dengan handuk kering
dan bersih. Minta ibu untuk berkemih dan mencuci daerah genetalia (jika ibu
belum melakukannya), dengan sabun dan air bersih. Pastikan privasi ibu
selama pemeriksaan dilakukan.

Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan dalam :


1) Tutupi badan ibu dengan sarung atau selimut
2) Minta ibu untuk berbaring terlentang dengan lutut ditekuk dan paha
dibentangkan.
3) Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan
4) Gunakan kassa gulungan kapas DTT yang dicelupkan di air DTT. Basuh labia
mulai dari depan ke belakang untuk menghindarkan kontaminasi feses.
5) Periksa genetalia ekstremina, perhatian ada luka atau massa (benjolan)
termasuk kondilumata atau luka parut di perenium.
6) Nilai cairan vagina dan tentukan apakah adakah bercak darah pervaginam
atau mekonium
7) Pisahkan labio mayor dengan jari manis dan ibu jari dengan hati-hati
(gunakan sarung tangan pemeriksa). Masukkan (hati-hati), jari telunjuk yang
diikuti jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari tersebut sampai selesai
dilakukan. Jika selaput ketuban belum pecah, jangan lakukan amniotomi
(merobeknya karena amniotomi sebelum waktunya dapat meningkatkan
resiko terhadap ibu dan bayi serta gawat janin.
8) Nilai vagina. Luka parut divagina mengindikasikam adanya riwayat robekan
perinium atau tindakan episiotomi sebelumnya. Nilai pembukaan dan
penipisan serviks.

44
45

9) Pastikan tali pusat atau bagian-bagian terkecil (tangan atau kaki) tidak teraba
pada saat melakukan periksa dalam.
10) Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentukan apakah bagian tersebut
sudah masuk kedalam rongga panggul.
11) Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (ubun-ubun kecil,
ubun-ubun besar), dan celah (sutura) sagitalis untuk menilai derajat
penyusupan atau timpang tindih kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai
dengan ukuran janin lahir.
12) Jika pemeriksaaan sudah lengkap, keluarkan kepala jari pemeriksa (hati-hati),
celupkan sarung tangan kedalam larutan untuk dokumentasi, lepaskan kedua
sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam dalam larutan dokumentasi
selama10 menit.
13) Bantu ibu untuk mengambil posisi yang lebih nyaman.
14) Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga.
3. Pemeriksaan Janin
Kemajuan pada kondisi janin :
1) Jika didapati denyut jantung janin tidak normal (kurang dari 100 atau lebih
dari 180 denyut permenit), curigai adanya gawat jain.
2) Posisi atau presentasi selain oksipu anterior dengan ferteks oksiput
sempurna digolongk kedalm malposisi dan malpretasi.
3) Jika didapat kemanjuan yang kurang baik dan adanya persalina yang lama,
sebaiknya segera tangani penyebab tersebut.
(A) Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Diagnosa pada kala I:

1. Sudah dalam persalinan (inpartu), ada tanda-tanda persalinan : pembukaan


serviks >3 cm, his adekuat (teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40
detik), lendir darah dari vagina.
2. Kemajuan persalinan normal, yaitu kemajuan berjalan sesuai dengan
partograf.
3. Persalinan bermasalah, seperti kemajuan persalinan yang tidak sesuai dengan
partograf, melewati garis waspada.
4. Kegawatdaruratan saat persalinan, seperti eklampsia, perdarahan, gawat janin

45
46

Contoh :
1) Diagnosis G1P0A0 hamil 39 minggu. Inpartu kala I fase aktif
2) Masalah : Wanita dengan kehamilan normal.
3) Kebutuhan : beri dukungan dan yakinkan ibu,beri informasi tentang proses
dan kemajuan persalinannya.

Planning (P) yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan


evaluasi berdasarkan assessment. Di kala I pendokumentasian planning yaitu
1. Menghadirkan orang yang dianggap penting oleh ibu seperti suami, keluarga
pasien atau teman dekat.
2. Mengatur aktivitas dan posisi ibu seperti posisi sesuai dengan keinginan ibu
namun bila ibu ingin ditempat tidur sebaiknya tidak dianjurkan tidur dalam
posisi terlentang lurus.
3. Membimbing ibu untuk rileks sewaktu ada his seperti ibu diminta menarik
napas panjang, tahan napas sebentar, kemudian dilepaskan dengan cara
meniup sewaktu ada his.
4. Menjaga privasi ibu seperti penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam
persalinan, antara lain menggunakan penutup atau tirai, tidak menghadirkan
orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien/ibu.
5. Penjelasan tentang kemajuan persalinan seperti perubahan yang terjadi dalam
tubuh ibu, serta prosedur yang akan dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
6. Menjaga kebersihan diri seperti memperbolehkan ibu untuk mandi,
menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya seusai buang air
kecil/besar.
7. Mengatasi rasa panas seperti menggunakan kipas angin atau AC dalam kamar.
8. Masase, jika ibu suka, lakukan pijatan/masase pada punggung atau mengusap
perut dengan lembut.
9. Pemberian cukup minum untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah
dehidrasi.
10. Mempertahankan kandung kemih tetap kosong.
11. Sentuhan, seperti keinginan ibu, memberikan sentuhan pada salah satu bagian

46
47

tubuh yang bertujuan untuk mengurangi rasa kesendirian ibu selama proses
persalinan

KALA II(dimulai dari pembukaan lengkap sampai lahirnya bayi)

(S) Subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data


klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu bersalin kala II atau data yang
diperoleh dari anamnesa, antara lain: ibu mengatakan mules-mules yang sering
dan selalu ingin mengedan, vulva dan anus membuka, perineum menonjol, his
semakin sering dan kuat. Data subjektif yang mendukung bahwa pasien dalam
persalinan kala II adalah pasien mengatakan ingin meneran.

(O) Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Di kala II pendokumentasian
data objektif yaitu dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil yaitu dinding
vagina tidak ada kelahiran, portio tidak teraba, pembukaan 10 cm (lengkap),
ketuban negative, presentasi kepala, penurunan bagian terendah di hodge III,
posisi ubun-ubun kecil.

1. Ekspresi wajah pasien serta bahasa tubuh (body language) yang


menggambarkan suasana fisik dan psikologis pasien menghadapi kala II
persalinan
2. Vulva dan anus terbuka perineum menonjol
3. Hasil pemantauan kontraksi
1) Durasi lebih dari 40 detik
2) Frekuensi lebih dari 3 kali dalam 10 menit
3) Intensitas kuat
4. Hasil pemeriksaan dalam menunjukkan bahwa pembukaan serviks sudah
lengkap.
(A) Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial.Di Kala II pendokumentasian Assesment yaitu Ibu G3P2A0 (aterm,
preterm, posterm) inpartu kala II.
Diagnosis : Persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukan sudah lengkap atau kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

47
48

(P)Planning
Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Pada tahap ini pelaksanaan yang dilakukan
bidan adalah:
1. Memberikan dukungan terus-menerus kepada ibu dengan mendampingi ibu
agar merasa nyaman dengan menawarkan minum atau memijat ibu.
2. Menjaga kebersihan ibu agar terhindar dari infeksi. Bila terdapat darah lendir
atau cairan ketuban segera dibersihkan.
3. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan
ibu dengan cara menjaga privasi ibu, menjelaskan proses dan kemajuan
persalinan, menjelaskan tentang prosedur yang akan dilakukan, dan
keterlibatan ibu.
4. Mengatur posisi ibu dan membimbing mengejan dengan posisi berikut:
jongkok, menungging, tidur miring, dan setengah duduk.
5. Mengatur posisi agar rasa nyeri berkurang, mudah mengejan, menjaga
kandung kemih tetap kosong, menganjurkan berkemih sesering mungkin,
memberikan cukup minum untuk memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.

KALA III(dimulai dari lahirnya bayi sampai lahirnya plasenta)


(S) Subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu bersalin kala III atau data yang
diperoleh dari anamnesa antara lain ibu mengatakan perutnya masih mules,
bayi sudah lair, plasenta belum lahir, tinggi fundus uteri, kontraksi baik atau
tidak, Volume perdarahan pervagianam, keadaan kandung kemih kosong.
1. Pasien mengatakan bahwa bayinya telah lahir melalui vagina
2. Pasien mengatakan bahwa ari arinya belum lahir
3. Pasien mengatakan perut bagian bawahnya terasa mules

(O) Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Di kala II pendoumentasian
data objektif yaitu keadaan umum ibu, pemeriksaan tanda-tanda vital,palpasi
abdomen, periksa kandung kemih dan kontraksi dan ukur TFU.

48
49

1. bayi lahir secara spontan pervaginam pada tanggal… jam … jenis kelaminlaki
laki /normal
2. Plasenta belum lahir
3. Tidak teraba janin kedua
4. Teraba kontrasi uterus

(A) Assessment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan


interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Di Kala III pendokumentasian Assesment yaitu P1A0 partus kala III.
Diagnosis pada kala III
1. Kehamilan dengan janin normal hidup tunggal
2. Persalinan spontan melalui vagina pada bayi tunggal, cukup bulan
3. Bayi normal
Tidak ada tanda-tanda kesulitan pernafasan, APGAR >7, tanda-tanda vital
stabil, berat badan >2500 gram.
Planning (P) yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Berdasarkan perencaan yang telah dibuat berikut
adalah realisasi asuhan yang akan dilaksanakan terhadap pasien.
1. Melakukan palpasi uterus untuk memastikan ada tidaknya janin kedua
2. Memberikan suntikkan oksitosin 0,5 cc secara IM di otot sepertiga luar paha
dalam waktu kurang dari satu menit setelah bayi lahir
3. Melibatkan keluarga dalam pemberian minum kepada pasien. Pemberian
minum (hidrasi) sangat penting dilakukan umuk mengembalikan kesegaran
pasien yang telah kehilangan banyak cairan dalam proses persalinan kala II
4. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat
5. Melakukan PTT (penegangan tali pusat trekendali)
6. Melahirkan plasenta

KALA IV(dimulai plasenta lahir sampai 1 jam)


(S) Subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa. Data subjektif ibu bersalin kala IV atau data yang

49
50

diperoleh dari anamnesa yaitu ibu mengatakan sedikit lemas, lelah, dan tidak
nyaman, ibu mengatakan darah yang keluar banyak seperti hari pertama haid.
1. Pasien mengatakan bahwa ari arinya telah lahir
2. Pasien mengatakan perutnya mules
3. Pasien mengatakan merasa lelah tapi bahagia

(O) Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment. Di kala IV pendoumentasian data
objektif yaitu plasenta sudah lahir, keadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital
dalam batas normal.
1. Plasenta telah lahir spontan lengkap pada tanggal dan jam
2. Tfu berapa jari diatas pusat
3. Kontraksi uterus baik/tidak

(A) Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan


interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial. Di Kala IV pendokumentasian Assesment yaitu ektif yaitu P1 A0 partus
kala IV.
Diagnosis pada kala IV menurut Saifuddin, (2015): Involusi normal yaitu uterus
berkontraksi, fundus uteri di bawah umbilicus, perdarahan tidak berlebihan, cairan
tidak berbau. Masalah yang dapat muncul pada kala IV:

1. Pasien kecewa karena jenis kelamin bayinya tidak sesuai dengan keinginannya
2. Pasien tidak kooperatif dengan proses IMD
3. Pasien cemas dengan keadaanya
(P) Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment.

1. Periksa fundus uteri setiap 15 menit pada jam pertama dan setiap 20-30 menit
selama jam kedua. Jika kontraksi tidak kuat masase uterus sampai menjadi
keras.
2. Periksa tekanan darah, nadi, kandung kemih, dan pendarahan setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 30 menit pada jam kedua.
3. Anjurkan ibu untuk minum dan makan
4. Bersihkan perineum ibu dan kenakan pakaian yang bersih dan kering.

50
51

5. Biarkan ibu beristirahat, bantu ibu pada posisi nyaman


6. Biarkan bayi berada pada ibu untuk meningkatkan hubungan ibu dan bayi,
sebagai permulaaan dengan menyusui bayi karena menyusu dapat membantu
uterus berkontraksi.

C. Nifas
1. Konsep Dasar Nifas
1.1 Pengertian Nifas
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu
berikutnya, disertai dengan puluhnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan,yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan.(Walyani, 2015).
Masa nifas atau masa puerperium atau masa post partum adalah mulai setelah
partus selesai,dan berakhir setelah kira-kira 6 minggu,akan tetapi seluh otot
genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan
(Astutik,2015).

1.2 Perubahan Fisiologis Masa Nifas (Astutik, 2015)


1. Uterus
Uterus secara berangsur-angsur menjadi kecil (involusi) sehingga akhirnya
kembali seperti sebelum hamil.Secara rinci proses involusi sesuai dengan tinggi
fundus dan berat uterus dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5
Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus

Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus


Bayi Lahir Setinggi pusat 1.000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
Pertengahan pusat –
1 minggu 500 gram
symphisis
Tidak teraba di atas
2 minggu 350 gram
symphisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram

51
52

8 minggu Sebesar normal 30 gram


Sumber : Astutik, 2015

2. Lochea
Lochea adalah cairan/secret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam
masa nifas.macam-macam lochea:
a. Lochea Rubra/merah(cruenta), berisi darah segar dan sisa selaput
ketuban,sel desidua,verniks caseosa,lanugo,dan mekonium ,selama 2 hari
nifas.
b. Lochea Sanguinolenta,berwarna kuning berisi darah dan lender ,hari 3-7
nifas.
c. Lochea Serosa, berwarna kuning cairan tidak berdarah lagi,pada hari ke 7-14
nifas.
d. Lochea Alba/putih, cairan putih keluar setelah 2 minggu masa nifas.
3. Perubahan Vulva dan Vagina
Vulva dan Vagina mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar
selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa hari pertama sesudah proses
tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu
vulva dan vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina
secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih
menonjol.
4. Serviks
Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan, ostium
uternum eksterna dapat dilalui oleh 2 jari hingga 3 jari tangan,setelah 6 minggu
persalinan serviks akan menutup.
5. Perineum
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya
teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada masa nifas hari ke 5,
perineum sudah kembali seperti keadaan sebelum hamil, walaupun tetap lebih
kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan. Untuk mengembalikan tonus otot
perineum dan mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu perlu dilakukan
latihan otot perineum. Hal ini dapat dilakukan pada akhir puerperium dengan
latihan harian.

52
53

6. Sistem Pencernaan
Di perlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal,meskipun kadar
progesterone menurun setelah melahirkan,
namun asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkuran dan usus bagian bawah sering kosong jika belum melahirkan
di berikan enema. rasa sakit di daerah perineum dapat menghalangi
keinginan untuk BABsehingga pada nifas sering timbul keluhan kontisipasi
akibat tidak teratur nya BAB.
7. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulitselama 24 jam pertama,hal ini dikarenakan
kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli sesudah sesudah
bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama
persalinan.urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam
sesudah melahirkan.ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
8. Sistem Muskulosketetal
Kadar relaksasi dan progesteron berkurang hingga mencapai kadar normal
dalam waktu 7 hari, namun akibat yang ditimbulkan pada jaringan fibrosa,otot dan
ligament memerlukan waktu 4 sampai 5 bulan untuk berfungsi seperti sebelum
hamil.pada masa nifas awal, ligamen masih dalam masa kondisi terpanjang dan
sendi-sendi berada dalam kondisi paling rentan mengalami masalah
musculoskeletal. Ambulasi bias di mulai 4-8 jam nifas, dengan ambulasi dini akan
membantu mencegah komplikasi dan mempercepat proses involusi.
1.3 Perubahan Psiologis Masa Nifas
Fase-fase yang akan dialami oleh ibu pada masa nifas yaitu (Astutik, 2015) :
a) Fase Taking In
Fase taking in merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari
pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu, fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering
berulang diceritakannya. Kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah

53
54

gejala kurang tidur, mudah tersinggung sehingga ibu cenderung menjadi pasif
terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, kondisi ibu perlu dipahami dengan
menjaga komunikasi yang baik. Pada fase ini perlu diperhatikan pemebrian ekstra
makanan untuk proses pemulihannya.
b) FaseTaking hold
Fase taking hold berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan. Pada fase
ini, ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawabnya
dalam merawat bayi, perasaannya sangat sensitif sehingga mudah tersinggung jika
komunikasinya kurang hati-hati. Oleh karena itu, ibu memerlukan dukungan
karena ini kesempatan yang baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri ibu
dengan menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya.
c) Fase Letting go
Fase ini merupakanfase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang
berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuaikan diri
dengan ketergantungan bayinya. Keinginan untuk merawat diri dan bayinya
meningkat pada fase ini.
1.4 Kebutuhan dasar Masa Nifas
Menurut Astutik(2015), kebutuhan ibu dalam masa nifas yaitu :
a) Nutrisi dan Cairan
Pada masa nifas, ibu perlu mengonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari,
minum sedikitnya 3 liter air setiap hari, dan mengonsumsi pil zat besi untuk
menambah zat gizi, setidaknya 40 hari pasca persalinan.
b) Pemberian Kapsul Vitamin A 200.000 IU
Kapsul vitamin A 200.000 IU dibelikan dua kali selama masa nifas, pertama
segera setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul
vitamin A pertama. Manfaatnya antara lain meningkatkan kandungan vitamin A
dalam Air Susu Ibu (ASI), bayi lebih kebal dpan jarang kena penyakit infeksi,
kesehatan ibu lebih cepat pulih setelah melahirkan.
c) Ambulasi

54
55

Ambulasi dini adalah kebijaksanaan agar secepat mungkinbidan membimbing


ibu postpartum bangun dari tempat tidurnya dan berjalan. Ibu sudah diperbolehkan
bangun dari tempat tidur dalam 24-48 jam postpartum.Ambulasi dini tidak
diperbolehkan pada ibu postpartum dengan penyulit misalnya anemia, penyakit
jantung, paru-paru, demam dan sebagainya.
d) Eliminasi
Ibu diminta untuk BAK 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam belum dapat
berkemih atau sekali berkemih atau belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Kalau ternyata kandung kemih penuh tidak perlu menunggu 8 jam
untuk kateterisasi.Ibu postpartum diharapkan dapat BAB setelah hari ke-2
postpartum. Jika hari ke-3 belum juga BAB, maka perlu diberi obat pencahar per
oral atau per rektal.
e) Personal Hygiene
Anjurkan ibu untuk menjaga kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum.
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut dua kali sehari, mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya, dan jika
ada luka laserasi atau episiotomi, disarankan untuk mencuci luka tersebut dengan
air dingin dan hindari menyentuh daerah tersebut.
f) Istirahat dan Tidur
Sarankan ibu untuk istirahat cukup. Tidur siang atau beristirahat selagi bayi
tidur.
g) Seksual
Ibu diperbolehkan untuk melakukan aktivitas kapan saja ibu siap dan secara
fisik aman serta tidak ada rasa nyeri.
h) Latihan atau Senam Nifas
Senam nifas ialah senam yang dilakukan oleh ibu setelah persalinan dan
keadaan ibu pulih kembali. Senam nifas merupakan latihan yang tepat untuk
memulihkan kondisi tubuh ibu secara fisiologis maupun psikologis. Sebaiknya
dilakukan dalam 24 jam setelah persalinan, secara teratur setiap hari agar
peredaran darah ibu dapat berjalan dengan baik.

55
56

1.3.2 Asuhan Kebidanan dalam Masa Nifas


A. Pengertian Asuhan Masa Nifas
Adalah asuhan yang diberikan pada ibu segera setelah kelahiran sampai 6 minggu.
B. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Tujuan dari masa nifas adalah sebagai berikut :
1. Untuk memberikan asuhan yang adekuat dan terstandar pada ibu segera
setelah melahirkan dengan memperhatikan riwayat selama kehamilan, dalam
persalinan dan keadaan segera setelah melahirkan .
2. Menciptakan lingkungan yang dapat mendukung ibu, bayi dan keluarga dapat
bersama-sama memulai kehidupan yang baru.
3. Menjaga kesehatan fisik dan psikologis ibu dan bayi
4. Mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan yang dapat terjadi selama
masa pemulihan, memberikan asuhan dan mengevaluasi asuhan yang
diberikan.
5. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, imunisasi pada bayi dan perawatan bayi sehat
6. Memberikan pelayanan keluarga berencana (Handayani, 2017).

C.Kunjungan Masa Nifas


Menurut Handayani (2017) frekuensi kunjungan pada masa nifas adalah
sebagai berikut:
1. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena persalinan atonia uteri.
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan
berlanjut.
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimanamencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d) Pemberian ASI awal.
e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
f) Menjaga bayi tetap sehat agar terhindar hipotermia.
g) bidan harus menjaga ibu dan bayi untuk 2 jam pertama setelah kelahiran
atau sampai keadaan ibu dan bayi baru lahir dalam keadaan stabil.

56
57

2. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)


1) Memastikan involusio uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi
dengan baik, tinggi fundus uteri dibawah umbilikus, tidak ada
perdarahanabnormal.
2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapatkan makanan yang cukup, minum dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan benar serta tidak ada tanda-tanda
kesulitan menyusui.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali
pusat,menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
3. Kunjungan III (2 minggu setelah persalinan)
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan
baik, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal atau tidak
ada bau.
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, cairan dan istirahat
c) Memastikan ibu cukup mendapatkan makanan, cairan dan istirahat.
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-
tandapenyulit.
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.
4. Kunjungan IV (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan kesulitan-kesulitan yang dialami ibu selama masa nifas.
b. Memberikan konseling KB secara dini.

Menurut Kemenkes (2013), asuhan ibu selama masa nifas yaitu:


1) Anjurkan ibu untuk melakukan kontrol/kunjungan masa nifas setidaknya 4 kali
yaitu 6-8 jam setelah persalinan (sebelum pulang), 6 hari setelah persalinan, 2
minggu setelah persalinan, dan 6 minggu setelah persalinan.
2) Periksa tekanan darah, perdarahan pervaginam, kondisi perineum, tanda
infeksi, kontraksi uterus, tinggi fundus, dan temperatur secara rutin

57
58

3) Nilai fungsi berkemih, fungsi cerna, penyembuhan luka, sakit kepala, rasa
lelah, dan nyeri punggung.
4) Tanyakan ibu mengenai suasana emosinya, bagaimana dukungan yang
didapatkannya dari keluarga, pasangan, dan masyarakat untuk perawatan
bayinya.
5) Tatalaksana atau rujuk ibu bila ditemukan masalah.
6) Lengkapi vaksinasi tetanus toksoid bila diperlukan.
7) Minta ibu segera menghubungi tenaga kesehatan bila ibu menemukan salah
satu tanda yaitu perdarahan berlebihan, sekret vagina berbau, demam, nyeri
perut berat, kelelahan atau sesak, bengkak di tangan, wajah, tungkai, atau sakit
kepala atau pandangan kabur, serta nyeri payudara, pembengkakan payudara,
luka atau perdarahan puting.
8) Berikan informasi tentang perlunya melakukan hal-hal berikut:
a. Kebersihan diri
1) Membersihkan daerah vulva dari depan ke belakang setelah buang air kecil
atau besar dengan sabun dan air
2) Mengganti pembalut dua kali sehari
3) Mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelamin
4) Menghindari menyentuh daerah luka episiotomi atau laserasi.
b. Istirahat
a) Beristirahat yang cukup
b) Kembali melakukan rutinitas rumah tangga secara bertahap

c. Latihan
1) Menjelaskan pentingnya otot perut dan panggul
2) Mengajarkan latihan untuk otot perut dan panggul dengan menarik otot
perut bagian bawah selagi menarik napas dalam posisi tidur terlentang
dengan lengan di samping, tahan napas sampai hitungan 5, angkat dagu ke
dada, ulangi sebanyak 10 kali, berdiri dengan kedua tungkai dirapatkan.

58
59

Tahan dan kencangkan otot pantat, pinggul sampai hitungan 5, ulangi


sebanyak 5 kali
d. Gizi
1) Mengonsumsi tambahan 500 kalori/hari
2) Diet seimbang (cukup protein, mineral dan vitamin)
3) Minum minimal 3 liter/hari
4) Suplemen besi diminum setidaknya selama 3 bulan pascasalin, terutama di
daerah dengan prevalensi anemia tinggi
5) Suplemen vitamin A: 1 kapsul 200.000 IU diminum segera setelah
persalinan dan 1 kapsul 200.000 IU diminum 24 jam kemudian .
e. Menyusui dan merawat payudara
Jelaskan kepada ibu mengenai cara menyusui dan merawat payudara.
f. Senggama
1) Senggama aman dilakukan setelah darah tidak keluar dan ibu tidak merasa
nyeri ketika memasukan jari ke dalam vagina
2) Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan
g. Kontrasepsi dan keluarga berencana
Jelaskan kepada ibu mengenai pentingnya kontrasepsi dan keluarga berencana
setelah bersalin.

D.Pendokumentasian Ibu Nifas


(O) Subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa.

1. Biodata yang mencakup identitas pasien


1) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari agar tidak
keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya resiko seperti kurang dari 20
tahun, alat-alat reproduksi yang belum matang, mental dan psikisnya belum

59
60

siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi
perdarahan dalam masa nifas.
3) Agama
Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut agar dapat membimbing dan
mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Pendidikan
Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk mengetahui sejauhmana
tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat meberikan konseling sesuai
dengan pendidikannya.
5) Suku/bangsa
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
6) Pekerjaan
Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial ekonominya, karena
ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
2. Keluhan utama
Untuk mengetahui masalah yang dihadapi yang berkaitan dengan masa nifas,
misalnya pasien merasa mules, sakit pada jalan lahir karena adanya jahitan
pada perenium.
3. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit
akut dan kronis.

2) Riwayat kesehatan sekarang


Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit
yang diderita pada saat ini yang ada hubungannya dengan masa nifas dan
bayinya.

3) Riwayat kesehatan keluarga


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit
keluarga terhadap gangguan kesehatan pasien dan bayinya.

4. Riwayat perkawinan

60
61

Yang perlu dikaji adalah sudah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas akan berkaitan dengan
psikologisnya sehingga akan mempengaruhi proses nifas.

5. Riwayat obstetrik
1) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan yang
lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
2) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak, keadaan bayi. Hal ini
perlu dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami kelainan
atau tidak yang dapat berpengaruh pada masa nifas saat ini.
3) Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi serta
recana KB setelah masa nifas ini dan beralih ke kontrasepsi apa.
6. Data psikologis
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap bayinya. Wanita
mengalami banyak perubahan emosi/psikologis selama masa nifas sementara
ia menyesuaikan diri menjadi seorang ibu.
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi, eliminasi, istirahat, personal hygiene, dan aktivitas sehari-hari.

(O) Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment.
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum, kesadaran (composmentis)
2. Tanda-tanda vital
1) Tekanan Darah, Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg.
2) Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38ºc. pada hari ke-4 setelah
persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan disebabkan dari
aktivitas payudara.

61
62

3) Nadi normal ibu nifas adalah 60-100. Denyut nadi ibu akan melambat
sekitar 60x/ menit yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam
keadaan istirahat penuh.
4) Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.pada umumnya respirasi lambat
atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat postpartum (> 30x/ menit)
mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
3. Payudara
Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan, pembesaran kelenjar,
dan bagaimanakah keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,
apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak.
4. Uterus
Dalam pemeriksaan uterus yang diamati oleh bidan antara lain adalah periksa
tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri, apakah kontraksi
uterus baik atau tidak, apakah konsistensinya lunak atau tidak, apabila uterus
awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan tampak
peningkatan aliran pengeluaran lochea.
5. Kandung Kemih
Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam postpartum, bantu ibu dengan cara
menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum ibu. Setelah
kandung kemih dikosongkan, maka lakukan masase pada fundus agar uterus
berkontraksi dengan baik.

6. Genetalia
Yang dilakukan pada saat melakukan pemeriksaan genetalia adalah periksa
pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlahnya, periksa apakah ada hematom
vulva (gumpalan darah) gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi
dengan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat, lihat kebersihan pada
genetalia ibu, anjurkan kepada ibu agar selalu menjaga kebersihan pada alat
genetalianya karena pada masa nifas ini ibu sangat mudah sekali untuk terkena
infeksi.
7. Perineum

62
63

Saat melakukan pemeriksaan perineum periksalah jahitan laserasinya.


8. Ekstremitas bawah
Pada pemeriksan kaki apakah ada varices, oedema, reflek patella, nyeri tekan
atau panas pada betis
9. Pengkajian psikologi dan pengetahuan ibu
(A) Assesment data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial.
1. Penyulit/masalah dengan ibu yang memerlukan perawatan/rujukan seperti
abses pada payudara.
2. Dalam kondisi normal atau tidak seperti bernafas, refleks, masih menyusu
melalui penilaian Apgar, keadaan gawatdarurat pada bayi seperti panas,
kejang, asfiksia, hipotermi dan perdarahan.
3. Bayi dalam kegawatdaruratan seperti demam, kejang, asfiksia, hipotermi,
perdarahan pada pusat.
4. Bayi bermasalah perlu dirujuk untuk penanganan lebih lanjut seperti
kelainan/cacat, BBLR
Contoh
Diagnosis : Postpartum hari pertama
Masalah : Kurang Informasi tentang teknik menyusui.
Kebutuhan : informasi tentang cara menyusui dengan benar.
(P) Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment.
1. Mengajarkan ibu cara membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.
Membersihkan daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan kebelakang
dan membersihkan diri setiap kali selesai BAK atau BAB. Sarankan ibu untuk
mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari dan mencuci tangan dengan
sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika
ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk
menghindari menyentuh daerah luka.
2. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup agar mencegah kelelahan yang berlebihan.
Untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga biasa perlahan-lahan, serta
untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. Kurang istirahat akan
mempengaruhi ibu dalam pemberian ASI, memperlambat proses involusi

63
64

uterus dan memperbanyak perdarahan, menyebabkan depresi dan ketidak


mampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
3. Memberitahu ibu pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat membantu yaitu dengan tidur terlentang dengan lengan disamping,
menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas kedalam dan angkat dagu
kedada untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel). Kemudian berdiri
dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot, pantat dan pinggul dan
tahan sampai 5 tahan. Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan.
4. Gizi ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan 5000 kalori setiap hari,
makan dengan diet berimbang (protein, mineral dan vitamin) yang cukup,
minum sedikitnya 3 liter (minum setiap kali menyusui), pil zat besi harus
diminum, minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A pada bayi melalui ASInya.
5. Menjaga payudara tetap bersih dan kering, menggunakan BH yang
menyokong payudara, apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI
yang keluar disekitar puting (menyusui tetap dilakukan) apabila lecet berat
ASI diberikan dengan menggunakan sendok, menghilangkan rasa nyeri dapat
minum parasetamol 1 tablet setiap 4-6 jam. Apabila payudara bengkak akibat
bendungan ASI maka dilakukan pengompresan dengan kain basah dan hangan
selama 5 menit, urut payudara dari arah pangkal menuju puting, keluarkan ASI
sebagian sehingga puting menjadi lunak, susukan bayi 2-3 jam sekali, letakkan
kain dingin pada payudara setelah menyusui dan payudara dikeringkan.
6. Hubungan perkawinan/rumah tangga secara fisik aman untuk memulai
hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan
satu atau dua jari nya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.
7. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu
hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan
bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.

64
65

D. Bayi Baru Lahir


1. Konsep Dasar Bayi Baru Lahir
1.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir pada usia kehamilan genap
37-41 minggu, dengan presentasi belakang kepala atau letak sungsang yang
melewati vagina tanpa memakai alat. Neonatus adalah bayi baru lahir yang
menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar uterus.
(Rukiyah, 2017).
Bayi baru lahir Normal atau Neonatus adalah bayi baru lahir dari kehamilan
aterm(37 minggu sampai 42 minggu) dengan berat badan lahir 2500 gram sampai
4000 gram,tanpa ada masalah atau kecacatan pada bayi sampai umur 28
hari.(Marmi,2018).
Baru lahir dikatakan normal jika :
a. Berat badan antara 2500-4000 gram.
b. Panjang badan bayi 48-52 cm.
c. Lingkar dada bayi 30-38 cm.
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e. Frekuensi jantung 120-160 kali/menit.
f. Pernafasan ± 40-60 kali/menit.
g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan
dilapisi verniks kaseosa.
h. Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala tumbuh baik.
i. Kuku agak panjang dan lemas.
j. Genetalia: Testis sudah turun, skrotum sudah ada (pada anak laki-laki) dan
labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan).
k. Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.
l. Refleks Moro atau gerak memeluk jika dikagetkan sudah baik.
m. Refleks grasp atau menggenggam sudah baik.
n. Eliminasi baik, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama.
Mekonium berwarna hitam kecokelatan.
a. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
pemeriksaan fisik bayi baru lahir yaitu :

65
66

1) Kepala : pemeriksaan terhadap ukuran, bentuk, sutura menutup/melebar,


adanya caput succadeneum, cepal hematoma, kraniotabes, dan sebagainya.
2) Mata : pemeriksaan terhadap perdarahan, subkonjungtiva, tanda-tanda
infeksi (pus).
3) Hidung dan mulut : pemeriksaan terhadap labioskisis, labio palatoskisis, dan
refleks isap (dinilai dengan mengamati bayi saat menyusu).
4) Telinga : pemeriksaan terhadap Preaurical tog, kelainan daun/bentuk
telinga.
5) Leher : pemeriksaan terhadap hematom sternocleidomastoideus, ductus
thyroglossalis, hygroma colli.
6) Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pembesaran buah dada, pernapasan,
retraksi intercostal, subcostal sifoid, merintih pernapasan cuping hidung,
serta bunyi paru-paru (sonor, vesicular, bronkial, dan lain-lain).
7) Jantung : pemeriksaan terhadap pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan
bunyi jantung.
8) Abdomen : pemeriksaan terhadap membuncit (pembesaran hati, limpa,
tumor aster), scaphoid (kemungkinan bayi menderita diafragmatika/atresia
esophagus tanpa fistula).
9) Tali pusat : periksaan terhadap perdarahan, jumlah darah pada tali pusat,
warna dan besar tali pusat, hernia di tali pusat atau di selangkangan.
10) Alat kelamin : permeriksaan terhadap testis apakah berada dalam skrotum
penis berlubang pada bagian ujung (pada bayi laki-laki), vagina berlubang,
apakah labia mayora menutupi labia minora (pada bayi perempuan).
11) Lain-lain : meconium harus keluar dalam 24 jam sesudah lahir, bila tidak,
harus waspada terhadap atresia ani atau obstruksi usus. Selain itu, urin juga
harus keluar dalam 24 jam. Kadang pengeluaran tidak diketahui karena pada
saat bayi lahir, urin keluar bercampur dengan air ketuban. Bila urin tidak
keluar dalam 24 jam, maka harus diperhatikan kemungkinan adanya
obstruksi saluran kemih.
1.2 Adaptasi Fisiologis Bayi Baru Lahir
Bayi lahir mengalami perpindahan kehidupan dari intra uterus ke kehidupan
ekstra uterus.perpindahan ini menyebabkan bayi harus melakukan adaptasi,dari
kehidupan intra uterus,kedalam kehidupan ekstra uterus,dimana pada saat intra

66
67

uterus kehidupan bayi tergantung ibu menjadi kehidupan ekstra uterus yang harus
mandiri secara fisiologi.Perubahan-perubahan fisiologis yang dialami oleh bayi
baru lahir adalah :
1. Sistem respirasi
Perubahan fisiologi paling awal dan harus segera dilakukan oleh bayi adalah
bernafas. Pada saat janin, plasenta bertanggung jawab dalam pertukaran gas janin,
dan semua fungsi tergantung sepenuhnya pada ibu. Setelah tali pusat dipotong,
bayi harus mandiri secara fisiologis, untuk menjaga kelangsungan hidupnya.Pada
periode pertama reaktivitas akan terjadi pernapasan cepat (mencapai 40-60
kali/menit).
2. Kardiovasular
Adaptasi pada sistem pernafasan,yang organ utamanya adalah paru-paru,
sangat berkaitan dengan sistem sirkulasi, yang organ utamanya adalah jantung.
Perubahan dari sirkulasi intra uterus ke sirkulasi ekstra uterus mencakup
penutupan fungsional jalur pintas sirkulasi ekstra uterus mencakup penutupan
fungsional jalur pintas sirkulasi janin yang meliputi foramen ovale, ductus
arteriosus, dan ductus venosus.pada saat paru-paru mengembang, oksigen yang
masuk melalui proses inspirasi akan melebarkan pembuluh darah paru, yang akan
menurunkan tahanan vaskuler paru-paru dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan aliran darah paru.

3. Sistem Gastrointestinal
Kemampuan bayi baru lahir untuk mencerna, mengabsorbsi dan metabolism
bahan makanan sudah adekuat, tetapi terbatas pada beberapa enzim. Bayi baru
lahir sudah mampu untuk mencerna protein dan karbohidrat sederhana
(monosa-karida dan disakarida), tetapi produksi enzyme amylase pancreas yang
masih
rendah dapat mengganggu pemakaian karbohidrat komplek (polisakarida).
Rendahnya enzyme lipase pancreas membatasi absorbs lemak, terutama saat
mengkonsumsi makanan dengan kandungan asam lemak jenuh tinggi seperti susu
sapi, sehingga beresiko terjadinya malabsorbsi lemak yang menyebabkan
gangguan pada sistem pencernaan.

67
68

4. Adaptasi Ginjal
Komponen structural ginjal pada bayi baru lahir sudah terbentuk, tetapi masih
terjadi defisiensi fungsional kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasi urine,
cairan elektrolit dan mengatasi keadaan stress ginjal, missal pada saat bayi
dehidrasi atau beban larutan yang pekat.dan pada akhir minggu pertama volume
urine total dalam 24 jam kurang lebih 200-300 ml. Pengosongan kandung kemih
secara volunteer volumenya mencapai 15ml, hingga dapat menyebabkan bayi
berkemih 20 kali perhari. Kencing pertama harus sudah terjadi dalam 24 jam
pertama,dengan karakteristik urine tidak berwarna dan tidak berbau serta berat
jenis sekitar 1020.
5. Adaptasi Hati
Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol kadar bilirubin tak terkonjugasi, pigmen
berasal dari Hb dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan sel-sel darah merah.
Saat bayi lahir enzim hati belum aktif total sehingga neonatus memperlihatkan
gejala ikterus fisiologis. Bilirubin tak terkonjugasi dapat mengakibatkan warna
kuning yang disebut jaundice atau ikterus. Asam lemak berlebihan dapat
menggeser bilirubin dari tempat pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin
tidak berikatan mengakibatkan peningkatan resiko kern-ikterus bahkan kadar
billirubin serum 10 mg/dL.

6. Sistem Muskuloskletal
Otot-otot sudah dalam keadaan lengkap saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertropi. Tumpang tindih (moulage) dapat terjadi pada waktu lahir
karena pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami asifikasi. Kepala
bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuhnya. Lengan lebih sedikit panjang
dari tungkai .
7. Sistem Saraf
Ada beberapa refleks yang terdapat pada BBL menandakan adanya kerjasama
antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal.
beberapa refleks tersebut adalah :
1) Refleks moro

68
69

Pada refleks ini dimana bayi mengembangkan tangannya lebar-lebar dan


melebarkan jari-jarinya, lalu membalikkan tangannnya cepat seakan-akan
memeluk seseorang. Kaki juga mengikuti gerakan serupa. Refleks ini biasanya
akan hilang 3-4 bulan.
2) Refleks rooting
Refleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut. Refleks
rooting akan berkaitan dengan refleks menghisap. Refleks ini dapat dilihat pada
pipi atau sudut mulut bila disentuh dengan pelan, maka bayi akan spontan melihat
kearah sentuhan, mulutnya akan terbuka dan mulai menghisap. Refleks ini
biasanya akan menghilang saat berusia 7 bulan.
3) Refleks sucking
Refleks ini berkaitan dengan refleks rooting untuk menghisap dan menelan
ASI.
4) Refleks batuk dan bersin
Refleks ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernapasan.
5) Refleks graps
Reflek ini timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi maka bayi
akan menutup tangannya. Pada refleks ini bayi akan menggenggam jari dan
biasanya akan hilang pada 3-4 bulan.
6) Refleks babinsky
Refleks ini muncul jika ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari membuka dan biasanya menghilang setelah 1 tahun.

2.4.2 Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir


A. Pengertian Asuhan Pada BBL
Asuhan bayi baru lahir merupakan asuhan yang diberikan kepada neonatus
atau bayi baru lahir pada kondisi normal.
B. Asuhan yang diberikan pada BBL
1. Asuhan pada BBL 24 Jam Pertama
Dalam 24 jam pertama pada bayi dapat dilakukan beberapa asuhan yang
meliputi:
1) Menjaga kehangatan bayi terutama 2 x 24 jam pertama, dengan selalu
menutup kepala bayi (dengan topi atau bedong), meletakkan bayi dalam

69
70

ruangan yang hangat, jauh dari jendela atau pintu terbuka, serta segera
mengganti popok bayi bila bayi BAB atau BAK.
2) Memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, dengan memberikan ASI.
3) Perawatan tali pusat
4) Perawatan kebersihan badan. Bayi baru lahir dimandikan setelah minimal
6 jam dan suhu stabil.
2. Asuhan pada BBL 2-6 Hari
1) Pemberian minum: bayi diberikan ASI ekslusuif dan on demend.
2) Buang air Besar (BAB): bayi harus sudah mengeluarkan mekonium dalam
waktu 24 jam.
3) Buang Air Kecil (BAK): bayi akan berkemih 7-10 kali dalam sehari.
4) Tidur: waktu tidur bayi 60-80% dari total kegiatan harian, sisanya
merupakan aktivitas terjaga/bangun, menangis, mengantuk dan aktivitas
motorik kasar.
5) Kebersihan kulit: kulit bayi harus dijaga dan kelembabannya jangan terlalu
kering maupun terlalu lembab.
6) Keamanan: bayi harus selalu diawasi, supaya tidak terjatuh, atau tertutup
mukanya, sehingga tidak bisa bernafas. Jauhkan kain atau boneka dari
tempat tidur bayi, yang akan berisiko menutup muka bayi.
7) Tanda bahaya: semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda
kegawatan/kelainan yang menunjukkan suatu penyakit.

3. Pencegahan Infeksi pada Bayi Baru Lahir


Bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Beberapa hal yang harus
dilakukan untuk pencegahan infeksi adalah:
1) Inisiasi menyusui dini (IMD), pemberian ASI secara dini dan ekslusif
2) Kontak kulit bayi ke kulit ibunya (skin to skin contact)
3) Menjaga kebersihan pada saat memotong dan merawat tali pusat
4) Menggunakan alat-alat yang sudah steril atau yang sudah didesinfeksi
tingkat tinggi
5) Mencuci tangan sebelum dan sesudah menolong persalinan/merawat bayi

70
71

6) Menggunakan bahan yang telah dibersihkan dengan benar untuk


membungkus bayi agar hangat
7) Menghindari pembungkusan tali pusat dengan perawatan kering dan
terbuka
8) Menghindari menggunaka krim atau salep pada tali pusat
9) Pemberian tetes mata untuk profilaksis
10) Pemberian vitamin K untuk mencegah perdarahan
11) Pemberian vaksin hepatitis B (Hb.0)
4. Cara Perawatan Tali Pusat
Berikut ini adalah cara merawat tali pusat:
1) Pastikan tali pusat dan area di sekitarnya dalam keadaan kering
2) Cuci tangan dengan air bersih dan sabun ketika akan membersihkan tali
pusat
3) Selama tali pusat belum puput, hendaknya bayi tidak dimandikan dengan
cara dicelupkan ke dalam air. Cukup dilap saja dengan air hangat.
4) Tali pusat tidak boleh ditutup rapat dengan apapun, menjaga agar tidak
lembab. Kalau terpaksa situtup, tutup atau ikat longgar pada bagian atas
tali pusat dengan kasa steril .
5. Evaluasi Nilai APGAR
Evaluasi APGAR digunakan mulai 5 menit pertama sampai 10 menit
(Walyani, dkk, 2016)

Tabel 2.6
Penilaian Apgar Score

Skor
Tanda
0 1 2
Appearance (warna kulit) Biru, Pucat kemerahan, Seluruh tubuh
Ekstremitas biru kemerahan
Pulse (Denyut Jantung) Tak ada <100 kali/menit > 100 x/menit
Grimace (reflek terhadap Tak ada respons Wajah meringis Meringis, menarik,
rangsangan) terhadap stimulasi saat distimulasi batu, atau bersin
saat distimulasi
Activity (Tonus Otot) Lemah, tidak ada Fleksi dengan Gerakan aktif dan
gerakan sedikit gerakan . spontan

71
72

Respiration(Upaya pernafasan, Menangis lemah, Menangis kuat,


bernafas) lambat dan tidak terdengar seperti pernafasan baik
teratur merintih dan teratur
Sumber : Maryanti, dkk, 2017.

6. Resusitasi Awal BBL


Resusitasi berasal dari kata “resusctitation” yang berarti “pembaharuan” atau
“menghidupkan kembali”. Jadi, resusitasi adalah proses atau prosedur yang
diterapkan untuk bayi baru lahir yang gagal bernafas dengan spontan dan
teratur (asfiksia) .
Penanganan BBL berdasarkan APGAR score:
1) APGAR score 0-3 ( Asfiksia Berat)
a. Tempatkan bayi ditempat yang hangat dengan lampu sebagai sumber
penghangat
b. Pemberian oksigen
c. Resusitasi
d. Stimulasi
e. Rujuk
2) APGAR score 4-6 (Asfiksia Ringan)
a. Tempatkan bayi ditempat yang hangat
b. Pemberian oksigen
c. Stimulasi taktil
3) APGAR score 7-10 (Keadaan Normal)
Dilakukan penatalaksanaan sesuai dengan bayi normal (Walyani, dkk,
2016).
7. Bounding Attachment
1) Pengertian Bounding Attachment
Secara harfiah kata bounding attachment dapat diartikan menjadi, kata
bounding berarti “ikatan” dan attachment berarti “sentuhan”. Bounding
attachment adalah peningkatan hubungan kasih sayang dan keterikatan batin
antara orang tua dan bayi .
2) Keuntungan Bounding Attachment
a. sangat penting untuk perkembangan bayi
b. bayi merasa dirinya ada yang mencintai dan tak diabaikan
c. dasar kepribadian sikap positif terhadap orang lain

72
73

d. motivasi bagi bayi untuk menjalin persahabatan dengan orang lain


e. menumbuhkan ikatan batin yang kuat antara bayi dan ibu
f. menunjukkan kepuasan yang diperoleh dari hubungan pribadi yang akrab
g. dasar untuk mengadakan sosialisasi dengan orang lain.
8. Inisiasi Menyusui Dini (IMD)
1) Pengertian IMD
Inisiasi menyusui dini (IMD) adalah proses membiarkan bayi menyusu sendiri
setalah proses kelahiran .
2) Manfaat IMD bagi Ibu dan Bayi
a. Mendekatkan hubungan batin ibu dan bayi, Karena pada IMD terjadi
komunikasi batin secara sangat pribadi dan sensitif
b. Bayi akan mengenal ibunya lebih dini sehingga akan memperlancar proses
laktasi
c. Suhu tubuh bayi stabil Karena hipotermi telah dikoreksi pana tubuh ibunya
d. Refleks oksitosin ibu akan berfungsi secara maksimal
e. Mempercepat produksi ASi, Karena sudah mendapat rangsangan isapan
dari bayi lebih awal.
3) Prosedur dan gambaran proses IMD
a. Tempatkan bayi di atas perut ibunya dalam 2 jam pertama tanpa pembatas
kain di antara keduanya (skin to skin contact), lalu selimuti ibu dan bayi
dengan selimut hangat. Posisikan bayi dalam keadaan tengkurap.
b. Setelah bayi stabil dan mulai peradaptasi dengan lingkungan luar uterus, ia
akan mulai mencari puting susu ibunya.
c. Hembusan angin dan panas tubuh ibu akan memancarkan bau payudara
ibu, secara insting bayi akan mencari sumber bau tersebut.
d. Dalam beberapa menit bayi akan merangkak ke atas dan mencari serta
merangsang puting susu ibunya, selanjutnya ia akan mulai menghisap.
e. Selama periode ini tangan bayi akan memasase payudara ibu dan selama
itu pula refleks pelepasan hormon oksitosin ibu akan terjadi.
f. Selama prosedur ini bidan tidak boleh meninggalkan ibu dan bayi
sendirian. Tahap ini sangat penting karena bayi dalam kondisi siaga penuh.
Bidan harus menunda untuk memandikan bayi, melakukan pemeriksaan
fisik, maupun prosedur lainnya (Walyani, dkk 2016).
9. Pencegahan Infeksi Mata

73
74

Tetes mata untuk mencegah infeksi mata dapat diberikan setelah ibu dan
keluarga mengasuh bayi dan diberi ASI. Pencegahan infeksi tersebut
menggunakan salep mata tetrasiklin 1%. Salep antibiotika tersebut harus
diberikan satu jam pertama setelah kelahiran .
10. Pencegahan Perdarahan
Semua bayi baru lahir harus diberikan injeksi vitamin K1 1 mg intramuskuler
dipaha kiri. Tujuan injeksi tersebut adalah untuk mencegah perdarahan bayi
baru lahir akibat defiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian bayi
baru lahir.
11. Pemberian Imunisasi
Tabel 2.7
Pemberian Imunisasi pada Bayi Baru Lahir

Vaksin Umur Penyakit yang Dapat Dicegah


HEPATITIS B 0-7 hari Mencegah hepatitis B (kerusakan hati)
BCG 1 bulan Mencegah TBC (Tuberkulosis) yang berat
Mencegah polio yang dapat menyebabkan
POLIO 1-4 bulan
lumpuh layu pada tungkai dan lengan
Mencegah difteri yang menyebabkan
DPT (Difteri, penyumbatan jalan nafas, mencegah
2-4 bulan
Pertusis, Tetanus) pertusis atau batuk rejan (batuk 100 hari)
dan mencegah tetanus
Mencegah campak yang dapat
CAMPAK 9 bulan mengakibatkan komplikasi radang paru,
radang otak, dan kebutaan
Sumber :Kemenkes RI, 2016

C. Pendokumentasi Bayi Baru Lahir


(S) Subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa.
1. Nama bayi : untuk menghindari kekeliruan
2. Tanggal lahir : untuk mengetahui usia neonates
3. Jenis kelamin : untuk mengetahui jenis kelamin bayi
4. Umur : untuk mengetahui usia bayi
5. Alamat : untuk memudahkan kunjungan rumah
6. Nama ibu : untuk memudahkan menghindari kekeliruan
7. Umur ibu : untuk mengetahui ibu termasuk berisiko

74
75

8. Alamat : untuk memudahkan kunjungan rumah


9. Nama Suami : untuk menghindari terjadinya kekeliruan
10. Umur Suami : untuk mengetahui suami termasuk berisiko
11. Alamat Suami : untuk memudahkan kunjungan rumah
12. Riwayat prenatal : Anak keberapa,
13. Riwayat Natal : Berapa usia kehamilan, jam berapa waktu persalinan, jenis
persalinan, lama kala I, lama kala II, Bb bayi, PB bayi, denyut nadi, respirasi,
suhu, bagaimana ketuban, di tolong oleh siapa, komplikasi persalinan dan
berapa nilai APGAR untuk BBL
(O) Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil

pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment.

1. Pemeriksaan umum
1) Pola eliminasi : Proses pengeluaran defekasi dan urin terjadi 24 jam
pertama setelah lahir, konsistensinya agak lembek, bewarna hitam
kehijauan. Selain itu, doperiksa juga urin yang normalnya bewarna kuning.
2) Pola istirahat : pola tidur normal bayi baru lahir adalah 14-18 jam/hari
3) Pola aktivitas : pada bayi seperti menangis, bak, bab, serta memutar
kepala untuk mencari puting susu.
4) Riwayat Psikologi : kesiapan keluarga menerima anggota baru dan
kesanggupan ibu menerima dab merawat anggota baru
5) Kesadaran : compos mentis
6) Suhu : normal (36,5-37C).
7) Pernapasan : normal (40-60kali/menit)
8) Denyut Jantung : normal (130-160kali/menit)
9) Berat badan : normal (2500-4000gram)
10) Panjang Badan : antara 48-52 cm
2. Pemeriksaan fisik
1) Kepala : adalah caput succedaneum, chepal hematoma,
keadaan ubun-ubun tertutup
2) Muka : warna kulit merah

75
76

3) Mata : sklera putih, tidak ada perdarahan subconjungtiva


4) Hidung : lubang simetris, bersih, tidak ada secret
5) Mulut : refleks menghisap baik, tidak ada palatoskisis
6) Telinga : simetris tidak ada serumen
7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
8) Dada : simetris, tidak ada retraksi dada
9) Tali pusat : bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kasa
10) Abdomen : simetris, tidak ada masa, tidak ada infeksi
11) Genetalia : untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk
bayi perempuan labia mayora sudah menutupi labia
minora
12) Anus : tidak terdapat atresia ani
13) Ekstermitas : tidak terdapat polidaktili dan syndaktili
14) Pemeriksaan Neurologis
a. Refleks Moro/terkejut : apabila bayi diberi sentuhan mendadak
terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak
terkejut.
b. Refleks Menggenggam : apabila telapak tangan bayi disentuh dengan
jari pemeriksaan, maka ia akan berusaha mengenggam jari pemeriksa.
c. Refleks Rooting/mencari : apabila pipi bayi disentuh oleh jari
pemeriksa, maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
d. Refleks menghisap : apabila bayi diberi dot/puting, maka ia berusaha
untuk menghisap.
e. Glabella Refleks : apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan
kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya
f. Tonick Neck Refleks : apabila bayi diangkat dari tempat tidur
(digendong), maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.
3. Pemeriksaan Antopometri
1) Berat badan : BB bayi normal 2500-4000 gram
2) Panjang badan : panjang badan bayi lahir normal 48-52cm
3) Lingkar Kepala : Lingkar kepala bayi normal 33-38 cm

76
77

4) Lingkar lengan Atas : normal 10-11 cm


5) Ukuran kepala
a. Diameter suboksipitobregmatika : Antara foramen magnum dan ubun-
ubun besar (9,5cm)
b. Diameter suboksipitofrontalis : Antara foramen magnum ke pangkal
hidung (11cm)
c. Diameter frontooksipitalis : Antara titik pangkal hidung ke jarak
terjauh belakang kepala (12cm)
d. Diameter mentooksipitalis : Antara dagu ketitik terjauh belakang
kepala (13,5cm)

e. Diameter submentobregmatika : Antara os hyoid ke ubun-ubun besar


(9,5cm)
f. Diameter biparietalis : Antara dua tulang parietalis (9cm)
g. Diameter bitemporalis : Antara dua tulang temporalis (8cm)

Assesment (A)
Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi
data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah potensial.

1. Diagnosis : bayi baru lahir normal, umur dan jam


2. Data subjektif : bayi lahir tanggal, jam, dengan normal
3. Data objektif :
1) HR = normal (130-160kali/menit)
2) RR= normal (30-60 kali/menit)
3) Tangisan kuat, warna kulit merah, tonus otot baik
4) Berat Badan : 2500-4000 gram
5) Panjang badan : 48-52 cm
4. Antisipasi masalah potensial
1) Hipotermi
2) Infeksi
3) Afiksia
4) Ikterus

77
78

5. Identifikasi Kebutuhan Segera


1) Mempertahankan suhu tubuh bayi.
2) Menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan bayi dengan metode
kanguru
3) Menganjurkan ibu untuk segera memberi ASI
Planning (P)
Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan evaluasi
berdasarkan assessment.
1. Mempertahankan suhu tubuh bayi agar tetap hangat dengan melakukan kontak
antara kulit ibu dan bayi ,periksa setiap 15 menit telapak kaki dan pastikan
dengan periksa suhu aksila bayi
2. Perawatan mata dengan menggunakan obat mata eritromisin 0.5% atau
tetrasiklin 1% untuk pencegahan penyakit menular seksual
3. Memberikan identitas bayi dengan memberikan gelang tertulis nama bayi/ibu,
tanggal lahir , no , jenis kelamin, ruang/unit .
4. Tunjukan bayi kepada orangtua
5. Segera kontak dengan ibu , kemudian dorong untuk melalukan pemberian ASI
6. Berikan vit k per oral 1mg/ hari selama 3hari untuk mencegah perdarahan
pada bayi normal, bagi bayi berisiko tinggi , berikan melalui parenteral dengan
dosis 0.5 – 1mg IM
7. Lakukan perawatan tali pusat
8. Berikan konseling tentang menjaga kehangatan bayi, pemberian ASI,
perawatan tali pusat dan tanda bahaya umum
9. Berikan imunisasi seperti BCG, POLIO, Hepatitis B
10. Berikan perawatan rutin dan ajarkan pada ibu.

E. Keluarga Berencana
1. Konsep Dasar Keluarga Berencana
1.1 Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana (KB) merupakan suatu upaya meningkatkan kepedulian
dan peran serta masyarakat, melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP),

78
79

pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan


keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Upaya ini juga berdampak
terhadappenurunan angkakesakitandan kematianibuakibatkehamilantidakdirenca-
akan (Setiyaningrum, 2016).
Menurut WHO, keluarga berencana adalah tindakan yang membantu
pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang memang yang sangat diinginkan, mengatur interval
diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dalam
umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga.
Tujuan Program KB adalah membentuk keluarga denagn anak ideal, keluarga
sehat, keluarga berpendidikan, keluarga sejahtra, keluarga berketahanan, keluarga
yang terpenuhi hak-hak reproduksinya, penduduk tumbuh seimbang (PTS).

1.2 Macam-Macam Kontrasepsi


Menurut Handayani (2018), macam-macam kontrasepsi antara lain:
1. Metode Kontrasepsi Sederhana
Metode kontrasepsi sederhana ini terdiri dari 2,yaitu metode kontrasepsi
sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan alat. Metode kontrasepsi
tanpa alat antara lain :
a. Metode Amenorhoe Laktasi (MAL)Kontrasepsi yang mengandalkan
pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan
makanan atau minuman apapaun lainnya.
b. Coitus Interuptus / senggama terputus. Senggama yang dilakukan seperti
biasa, namun pada saat mencapai orgamus penis di keluarkan dari vagina
sehingga semen yang mengandung sperma keluar di luar vagina.
c. Metode kalenderMetode yang dilakukan oleh sepasang suami istri untuk tidak
melakukan senggama pada masa subur seorang wanita yaitu waktu terjadinya
ovulasi.
d. Metode Lendir Serviks (MOB)Metode yang dilakukan dengan cara mengenali
masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lender serviks dan
perubahan pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.

79
80

e. Metode Suhu Basal Badan Metode ini dilakukan oleh pencatatan suhu basal
pada pagi hari setelah bangun tidur dan sebelum melakukan aktivitas untuk
mengetahui kapan terjadinya ovulasi.
f. Simptotermal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir serviks.
Metode kontrasepsi sederhana dengan alat yaitu :
a) Kondom, merupakan selubung karet sebagai salah satu metode atau alat
untuk mencegah kehamilan dan penularan kehamilan pada saat
bersenggama.
b) Diafragma, merupakan metode kontrasepsi yang dirancang dan disesuaikan
dengan vagina untuk penghalang serviks yang dimasukkan kedalam vagina
berbentuk seperti topiatau mangkuk yang terbuat dari karet yang bersifat
fleksibel.
c) Spermisida, merupakan metode kontrasepi berbahan kimia yang dapat
membunuh sperma ketika dimasukkan ke dalam vagina.

2. Metode Kontrasepsi Hormonal


Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2 yaitu
kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen sintesik) dan yang
hanya berisi progesterone saja. Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil
dan suntikan/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi progesteron
terdapat pada pil, suntik, dan implant.
3. Metode kontrasepsi dengan alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi AKDR yang
mengandung hormon.
4. Metode Kontrasepsi Mantap
Metode kontrasepsi mantap terdiri dari 2 macam yaitu Metode Operatif
Wanita (MOW) dan Metode Operatif Pria (MOP). MOW sering dikenal dengan
tubektomi karena prinsip metode ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba
falopi sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma. Sedangkan MOP,

80
81

sering dikenal dengan vasektomi yaitu memotong atau mengikat saliran


vansdeferens sehingga cairan sperma tidak diejakulasi.
5. Metode Kontrasepsi Darurat
Metode ini dipakai dalam kondisi darurat. Ada 2 macam yaitu pil dan AKDR.

2.5.2 Asuhan Kebidanan dalam Pelayanan Keluarga Berencana


Asuhan keluarga berencana (KB) yang dimaksud adalah konseling,
persetujuan pemilihan (informed choice), persetujuan tindakan medis (informed
consent), serta pencegahan infeksi dalam melaksanakan pelayanan KB baik pada
klien dan petugas pemberi layanan KB. Konseling harus dilakukan dengan baik
dengan memperhatikan beberapa aspek seperti memperlakukan klien dengan baik,
petugas menjadi pendengar yang baik, memberikan informasi yang baik dan benar
kepada klien, menghindari pemberian informasi yang berlebihan, membahas
metode yang diingini klien, membantu klien untuk mengerti dan mengingat.
Informed choice adalah suatu kondisi peserta/calon KB yang memilih kontrasepsi
didasari oleh pengetahuan yang cukup setelah mendapat informasi
(Saifuddin,2014).
A. Tujuan Konseling
1. Meningkatkan penerimaan
2. Informasi yang benar, diskusi bebas dengan cara mendengarkan, berbicara dan
komunikasi non-verbal meningkatkan penerimaan informasi dengan KB oleh
klien.
3. Menjamin pilihan yang cocok
4. Menjamin petugas dan klien memilih cara terbaik yang sesuai dengan keadaan
kesehatan dsn kondisi klien.
5. Menjamin penggunaan yang efektif
6. Konseling efektif diperlukan agar klien mengetahui bagaimana menggunakan
KB dengan benar dan mengatasi informasi yang keliru tentang cara tersebut.
7. Menjamin kelangsungan yang lebih lama
8. Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik bila klien ikut memilih cara
tersebut, mengetahui cara kerjanya dan mengatasi efek sampingnya
(Setiyaningrum, 2016).

B. Beberapa langkah dalam konseling.

81
82

Menurut Yuhedi (2018), dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon


klien KB baru, hendaknya dapat diterapkan 6 langkah yang sudah dikenal dengan
kata kunci SATU TUJU. Kata kunci SATU TUJU adalah sebagai berikut:
SA : SApa dan Salam pada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian
sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta
terjamin privasinya. Yakinkan klien untuk membangun rasa percaya diri.
Tanyakan kepada klien serta jelaskan pelayanan apa yang dapat
diperolehnya.
T: Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Bantu klien untuk
berbicara mengenai pengalaman keluarga berencana dan kesehatan
reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan, serta keadaan kesehatan dan
kehidupan keluarganya. Tanyakan kontrasepsi yang diinginkan oleh klien.
Berikan perhatian kepada klien apa yang disampaikan klien sesuai dengan
kata- kata, gerak isyarat dan caranya.
U : Uraikan kepada klien mengenai pilihannya dan beritahu apa pilihan
kontrasepsi yang paling mungkin, termasuk pilihan beberapa jenis
kontasepsi. Bantulah klien pada jenis kontrasepsi yang paling dia ingini,
serta jelaskan jenis kontrasepsi lain yang ada, dan jelaskan alternative
kontrasepsi lain yang mungkin diingini oleh klien. Uraikan juga mengenai
resiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
TU : BanTUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai
apa yang paling sesuai dengan keadaan kebutuhannya. Doronglah klien
untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan. Tanggapilah
secara terbuka. Petugas membantu klien mempertimbangkan kriteria dan
keinginan klien terhadap setia jenis kontrasepsi. Tanyakan juga apakah
pasangannya akan memberikan dukungan dengan pilihan tersebut kepada
pasangannya. Pada akhirnya yakinkan bahwa klien telah membuat suatu
keputusan yang tepat. Petugas dapat menanyakan: Apakah Anda sudah
memutuskan pilihan jenis kontasepsi? Atau apa jenis kontrasepsi terpilih
yang akan digunakan?

82
83

J: Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya.


Setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, jika diperlukan, perlihatkan alat
atau obat kontrasepsinya. Jelaskan bagaimana alat/obat kontrasepsi tersebut
digunakan dan bagaimana cara penggunaannya. Sekali lagi doronglah klien
untuk bertanyadan petugas menjawab secara jelas dan terbuka. Beri
penjelasan juga tentang manfaassssst ganda metode kontrasepsi, misalnya
kondom yang dapat mencegah Infeksi Menular Seksual (IMS). Cek
pengetahuan klien tentang penggunaan kontrasepsi pilihannya dan puji klien
apabila menjawab dengan benar.
U: PerlUnya dilakukan kunjungan ulang. Bicarakan dan buat perjanjian kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan
kontrasepsi jika dibutuhkan perlu juga selalu mengingatkan klien untuk
kembali apabila terjadi suatu masalah.
B. Pendokumentasi Keluarga Berencana
(S) Subjektif yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil pengumpulan data
klien melalui anamnesa.
1. Biodata yang mencakup identitas pasien
1) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan sehari-hari
agar tidak keliru dalam memberikan penanganan.
2) Umur : Untuk mengetahui kontrasepsi yang cocok untuk pasien
3) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut agar dapat
membimbing dan mengarahkan pasien dalam berdoa.
4) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya, sehingga bidan dapat
meberikan konseling sesuai dengan pendidikannya.
5) Suku/bangsa : Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari
6) Pekerjaan : Gunanya untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga mempengaruhi dalam gizi pasien tersebut.
7) Alamat : Ditanyakan untuk mempermudah kunjungan rumah bila
diperlukan.

83
84

2. Riwayat kesehatan yang lalu


Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit
akut dan kronis.

3. Riwayat kesehatan keluarga.


4. Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah sudah berapa kali menikah, status menikah syah atau
tidak, Riwayat obstetric
5. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Berapa kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara persalinan
yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas yang lalu.
6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan kontrasepsi jenis
apa, berapa lama, adakah keluhan selama menggunakan kontrasepsi.
7. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Nutrisi, eliminasi, istirahat, personal hygiene, dan aktivitas sehari-hari.

(O) Objektif yaitu data yang menggambarkan pendokumentasian hasil


pemeriksaan fisik klien, labortorium dan tes diagnosis lain yang dirumuskan
dalam data focus yang mendukung assessment.

1. Vital sign : Tekanan darah, pernafasan, nadi, temperatur


2. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan dilakukan dari ujung rambut sampai ujung kaki.
2) Keadaan umum ibu
3) Keadaan wajah ibu
(A)Assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
interpretasi data subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi atau masalah
potensial.
Contoh:
Diagnosa: P3 Ab0 Ah0 Ah3 umur ibu 29 tahun, umur anak 3 tahun, sehat ingin
menggunakan alat kontarasepsi.
Masalah : seperti potensial terjadinya peningkatan berat badan, potensial fluor
albus meningkat, obesitas, mual dan pusing.

84
85

Kebutuhan : melakukan konsultasi dan kolaborasi dengan kesehatan lain


berdasarkan kondisi pasien seperti kebutuhan KIE ( komunikasi, informasi dan
edukasi ).
(P) Planning yaitu menggambarkan pendokumentasian dari perencanaan dan
evaluasi berdasarkan assessment. Langkah-langkah ini ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang
telah diidentifikasi atau diantisipasi. Adapun hal-hal yang perlu dilakukan pada
kasus ini adalah :
1. Meningformasikan tentang alat kontrasepsi
2. Meinginformasikan cara menggunakan alat kontrasepsi

2.6 Metode Pendokumentasian


2.6.1 SOAPIER
Dalam metode SOAPIER, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif,
A adalah Analysis/Assessment, P adalah Planning, I adalah Implementation, E
adalah Evaluation dan R adalah Revised/Reassessment.
2.6.2 SOAPIE
Dalam metode SOAPIE, S adalah data Subejektif, O adalah data Objektif,
A adalah Analysis/Assessment, P adalah Planning, I adalah Implementation dan E
adalah Evaluasi.
2.6.3 SOAPIED
Dalam metode SOAPIED, S adalah data Subejektif, O adalah data
Objektif, A adalah Analysis/Assessment, P adalah Planning, I adalah
Implementation, E adalah Evaluasi, dan D adalah Documentation.
2.6.4 SOAP
Dalam metode SOAP, S adalah data Subjektif, O adalah data Objektif, A
adalah Analysis/Assesment dan P adalah Planning. Merupakan catatan yang
bersifat sederhana, jelas, logis, dan singkat. Prinsip dari metode SOAP ini
merupakan proses pemikiran penatalaksanaan manajemen kebidanan.
Data Subjektif ini berhubungan dengan masalah dari sudut pandang
pasien. Ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya yang dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang akan berhubungan langsung dengan
diagnosis. Data subjektif ini nantinya akan menguatkan diagnosis yang akan
disusun.
Data objektif merupakan pendokumentasian hasil observasi yang jujur,
hasil pemeriksaan fisik pasien, pemeriksaan laboratorium/pemeriksaan diagnostik
lain. Catatan medik dan informasi dari keluarga atau orang lain dapat dimasukkan
dalam data objektif ini sebagai data penunjang. Data ini akan membuktikan gejala
klinis pasien dan fakta yang berhubungan dengan diagnosis.

85
86

Analysis/Assessment, merupakan pendokumentasian hasil analisis dan


interpretasi (kesimpulan) dari data subjektif dan objektif. Karena keadaan pasien
yang setiap saat bisa mengalami perubahan, dan akan ditemukan informasi baru
dalam data subjektif maupun data objektif, maka proses pengkajian data akan
menjadi dinamis. Analisis data adalah melakukan interpretasi data yang telah
dikumpulkan, mencakup: diagnosis/masalah kebidanan/diagnosis/masalah
potensial serta perlunya antisipasi diagnosis/masalah potensial dan tindakan
segera.

Planning/Perencanaan, adalah membuat rencana asuhan saat ini dan yang


akan datang. Rencana asuhan disusun berdasarkan hasil analisis dan interpretasi
data. Rencana asuhan ini bertujuan untuk mengusahakan tercapainya kondisi
pasien seoptimal mungkin dan mempertahankan kesejahteraannya. Meskipun
secara istilah, P adalah Planning/Perencanaan saja, namun P dalam metode SOAP
ini juga mengandung Implementasi dan Evaluasi. Pasien harus dilibatkan dalam
implementasi ini. Bila kondisi pasien berubah, analisis juga berubah, maka
rencana asuhan maupun implementasinya pun kemungkinan besar akan ikut
berubah atau harus disesuaikan. Dalam Planning ini juga harus mencantumkan
Evaluation/evaluasi, yaitu tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil untuk
menilai efektivitas asuhan/hasil pelaksanaan tindakan.

Dalam Laporan Tugas Akhir ini penulis memilih memakai


pendokumentasian dengan metode SOAP.

86
87

BAB III
PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN

A. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil


1. Kunjungan Ibu Hamil Pertama
Tanggal : 25 feb 2019 Pukul : 14.00 WIB
Data Subjektif
Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn.R
Umur : 28 tahun Umur : 33 tahun
Suku : Padang Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : STM
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Jl. Rotari Bromo Ujung.

1. Kunjungan saat ini : Kunjungan Pertama.


KeluhanUtama : nyeri perut bagian bawah.
2. Riwayat Perkawinan : Kawin 1 kali, usia pertama kali ibu menikah umur
21 Tahun
3. Riwayat Menstruasi : Menarche: Usia 12 tahun
Siklus : 28 hari
Dismenorhea : Tidak ada
Banyaknya : 3 kali ganti doek
a. HPHT : 20 Juni 2018
b. TTP : 27Maret 2019.
4. Riwayat Kehamilan.
a. Riwayat ANC
ANC pertama sejak usia kehamilan 10 minggu di Klinik Afriana.
b. Pergerakan janin yang pertama pada usia kehamilan 20 minggu,
pergerakan janin dalam 24 jam terakhir 10-20 kali.

c. Pola Nutrisi 88
Makan : 3x sehari porsi sedang.
88

Pagi : Nasi + sayur + lauk + Roti


Siang : Nasi + sayur + lauk + buah
Malam : Nasi + sayur + lauk + susu
Minum : ± 8 gelas perhari ( air putih )
d. Pola Eliminasi
BAB ibu lancar 1 kali sehari dengan konsistensi lunak, warna
kehitaman dan tidak ada keluhan. BAK 8-9 kali sehari warnanya
kuning jernih dan tidak ada keluhan.
e. Pola Aktivitas
Kegiatan sehari-hari : Membersihkan rumah
Istirahat/tidur : Siang 1 jam, Malam hari 6-7 jam
Seksualitas : 3 kali seminggu
f. Personal Hygine
Mandi : 2 kali dalam sehari
Kebiasaan membersihkan alat kelamin : Setiap mandi, BAB
dan BAK
g. Imunisasi : Ibu mengatakan sudah imunisasi TT pada anak pertama,
TT1 pada usia kehamilan 7 bulan dan TT2 1 bulan setelah TT I.
5. Riwayat Kehamilan, Perslinan, dan Nifas yang lalu
G3 P2 A0.
Tabel 3.1
Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

No Tgl Usia Jenis Tempat Komplikasi Peno BBL Nifas


lahir/ kehami persali persali long
umur lan nan nan Ibu Bayi BB Keada Lac Kelai
lahir -an tasi nan

1 6 thn 9 bulan Normal Klinik Tidak Tidak Bidan 2,8 Baik Ya Tidak
ada ada ada

2 3 thn 9 bulan Nor-mal Klinik Tidak Tidak Bidan 3,5 Baik Ya Tidak
ada ada ada

3 HAMIL INI
89

6. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan


Ibu mengunakan alat kontrasepsi KB Suntik selama 3 Tahun.
7. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit-penyakit yang pernah diderita/sedang diderita
Ibu tidak pernah menderita penyakit apa-apa
b. Penyakit yang pernah diderita/sedang di derita keluarga
Keluarga tidak pernah menderita penyakit apa-apa
c. Riwayat keturunan kembar
Ibu tidak ada riwayat keturunan kembar
d. Kebiasaan-kebiasaan
Merokok : Ibu tidak merokok
Minum jamu-jamuan : Ibu tidak mengkonsumsi jamu-
jamuan.
Minum-minuman keras : Ibu tidak minum minuman keras
Makan-makanan pantangan : Tidak ada pantangan makanan.
Perubahan pola makan : Pada awal kehamilan ibu tidak
nafsu makan, tapi saat ibu sudah memasuki usia kehamilan 5 bulan
nafsu makan ibu sudah seperti biasa.
8. Keadaan psikososial spiritual
a. Respon suami dan keluarga terhadap kehamilan : Diterima
b. Keadaan ibu saat beribadah : Rajin beribadah
Data Objektif
Data objektif adalah data hasil pemeriksaan oleh bidan. Pemeriksaan
dilakukan oleh Naulita SP Pakpahan dengan hasil sebagai berikut :
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Keadaan Emosional : Stabil
2. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
TD : 110/80 mmHg BB sebelum hamil : 45 kg
RR : 22 x/i BB saat ini : 54 kg
Pols: 70 x/i TB : 156 cm
Temp : 37 °C LILA : 26 cm
90

3. Pemeriksaan Fisik
a. Rambut
Distribusi : Merata
Kulit kepala : Bersih, tidak ada ketombe
b. Muka
Oedema : Tidak ada
Cloasma gravidarum : Tidak ada
c. Mata
Oedema palpebra : Tidak ada
Konjungtiva : Merah muda
Sklera : Tidak Ikterik
d. Mulut dan gigi : Lidah bersih dan tidak ada stomatitis, gigi tidak
ada caries
e. Leher : Tidak ada pembengkakan kelenjar thyroid dan
kelenjar limfe
f. Payudara
Bentuk : Simetris
Aerola mammae : Hiperpigmentasi
Puting susu : Menonjol
Kolostrum : Belum ada
g. Abdomen
Bentuk : Asimetris, membesar kearah kanan
Bekas luka operasi : Tidak ada bekas operasi.
Palpasi secara leopold
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosessus xifodeus, teraba
satu bagian bulat, lunak dan tidak melenting di fundus. McDonal
(31 cm)
Leopold II : Teraba bagian panjang dan memapan pada sebelah kiri perut
ibu dan bagian kecil sebelah kanan perut ibu
Leopold III : Teraba satu bagian bulat, keras, melenting dan
dapat digoyangkan
91

Leopold IV : Belum masuk PAP


TFU : 31 cm
TBJ : (31-13) x 155 = 2.790gram
Auskultasi
DJJ : Ada, punctum maxsimum kuadran kiri bawah pusat
Frekuensi : 135 x/i
h. Genetalia : Tidak ada pengeluaran pervaginam, tidak ada varices.
i. Ekstremitas : Tidak ada oedema dan tidak ada varices, Refleks patella (+).
j. Pemeriksaan Laboratorium : Tidak dilakukan.
4. Pemeriksaan Laboratorium
HB : 11,5 gr %
Protein Urine : Negatif (-)
Glukosa Urine : Negatif (-)
Assesment
Ny.D.G3 P2 A0, usia kehamilan 34-36 minggu, PU-KA, presentasi kepala, janin
tunggal, hidup, bagian kepala janin belum masuk PAP (Konvergen), keadaan ibbu
dan janin baik.
Masalah : kram kaki.
Kebutuhan : Penkes Body Mekanik
Planing
Tanggal :25 Feb 2019 Pukul : 14.00 wib
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan ibu dan janinnya baik.
TTV : TD : 110/80 mmHg RR : 22 x/i
Nadi : 70 x/i Suhu : 37 °C
DJJ 135 x/i, TBJ 2.790 gram, janin tunggal, hidup, belum masuk PAP, keadaan
ibu dan janin baik.
Ibu sudah mengetahui keadaannya dan janinnya dalam keadaan baik.
2. Menjelaskan pada ibu penyebab kebas pada kaki yaitu tekanan uterus yang
meningkat pada saraf, keletihan, dam sirkulasi darah ke tungkai berkurang.
3. Menganjurkan ibu untuk meregangkan otot begitu terasa kebas atau kram,
tidak bekerja terlalu berat, dan tidur dengan mengalasi bantal di bawah kaki
ibu.
92

4. Memberikan kepada ibu tablet Fe 1x sehari diminum pada malam hari


sebelumtidur. Tablet Fe dapat mengakibatkan rasa mual dan hindari minum
dengan teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan.
Ibu telah menerima tablet Fe dan bersedia mengkonsumsinya setiap hari.
5. Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi ibu hamil, nutrisi yang
dipenuhi harus menu seimbang seperti nasi satu piring, ikan satu potong besar,
sayur satu mangkok dan buah satu potong besardan segelas susu pagi dan
malam hari.
Ibu mengerti dan akan melakukannya.
6. Memberikan penjelasan tentang tanda-tanda bahaya kehamilan trimester III
seperti keluar darah dari kemaluan, bengkak di wajah dan ekstremitas, sakit
kepala yang hebat, demam tinggi, penglihatan kabur, nyeri ulu hati,
pergerakan janin kurang dari 10 kali.
Ibu sudah memahami pendidikan kesehatan tentang tanda bahaya yang terjadi
selama kehamilan.

Mengetahui, Medan, 25 Februari 2019


Dosen pembingbing Pelaksana Asuhan

(Wardati Humaira, SST.M.Kes) (Narulita SP Pakpahan)


93

2. Catatan Perkembangan (Kunjungan II)


Tanggal : 02 Maret 2019 Pukul : 16.00 wib
Subjektif
Ibu ingin memeriksakan kehamilannyadengan keluhan keputihan.
Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda Vital: TD : 110/80 mmHg RR: 22 x/i
Pols: 70 x/i Temp : 37 °C
BB saat ini: 55 kg BB sebelum hamil: 45
kg
3. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
Palpasi secara Leopold
Leopold I : TFU 3 jari di bawah prosessus xifodeus, bagian
fundus terababulat, lunak, tidak melenting (bokong). Mc
Donald (32 cm).
Leopold II : Teraba bagian panjang dan memapan pada sebelah
kanan perut ibu (punggung kanan/PUKA) dan bagian-bagian
kecil sebelah kiri perut ibu (ekstremitas)
Leopold III : Bagian terbawah janin teraba keras, bulat dan
melenting (kepala)
Leopold IV : Bagian bawah janin belum masuk PAP (konvergen)
TFU Mc.Donald : 32 cm
TBJ : (32-13) x 155 = 2.945 gram
Assesment
Ny.M G3 P2 A0, usia kehamilan 36-38 minggu, PU-KA, presentase kepala, janin
tunggal, hidup, bagian kepala janin belum masuk PAP (konvergen) keadaan ibu
dan janin baik.
Masalah : keputihan.
Plening
Tanggal : 02 Maret 2019 Pukul : 16.00 wib
1. Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital : TD : 110/80 mmHg, Pols : 70 x/i, RR : 22 x/i, Suhu :
37°C, BB : 55 kg.
Ibu sudah mengetahuai informasi yang diberikan dan ibu merasa senang.
94

2. Memberitahu ibu penyebab ibu keputihan karena menebalnya selaput lender


(mukosa) vagina, adanya peningkatan produksi lender dan kelenjar organ
kewanitaan karena peningkatan hormon estrogen.
3. Menganjurkan ibu untuk tingkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari, cuci
kemaluan setiap selesai buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) dan
defekasi dengan air yang bersih dari arah atas ke bawah, keringkan kemaluan
setiap selesai dicuci dengan kain besrsih, ganti celana dalam setiap terasa
lembab atau basah, dan kenakan celana dalam yang terbuat dari katun.
4. Mengingatkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi, makan 3x
sehari dan tetap mengkonsumsi tablet Fe serta menganjurkan ibu
mengkonsumsi jus terong belanda.
Ibu sudah mengikuti anjuran dan meminum tabket Fe setiap hari.
5. Menjelaskan kembali tanda bahaya yang terjadi selama kehamilan, seperti
perdarahan dari jalan lahir, sakit kepala yang sangat hebat, penglihatan kabur,
rasa nyeri yang sangat hebat di bagian perut, bengkak pada wajah dan tangan,
tidak adanya pergerakan bayi di dalam perut, ketuban sebelum waktunya.
Ibu sudah memahami tanda bahaya yang terjadi selama kehamilan.
6. Menganjurkan ibu untuk mempersiapkan persalinan nya seperti: Memilih
tempat persalinan, persiapan mental dan emosional,
latihan jongkok membuat panggul dan area kewanitaan menjadi terbuk
a, menganjurkan ibu untuk memakan asupan nutrisi seimbang,membawa
peralatan ibu dan bayi.

Mengetahui, Medan, 02 Maret 2019


Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan

(Afriana, Amd.Keb) (Narulita SP Pakpahan)

3. Catatan Perkembangan (Kunjungan III)


Tanggal : 12 Maret 2019 Pukul : 15.00 wib
Subjektif
Ibu ingin memeriksakan kehamilannya.
95

Objektif
1. Keadaan Umum : Baik
2. Tanda Vital: TD : 100/70 mmHg RR : 22 x/i
Pols : 80 x/i Temp : 37 °C
BB saat ini: 56 kg Penambahan BB: 1 kg
3. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
Palpasi secara Leopold
Leopold I : TFU pertengahan pusat- prosessus xifodeus, bagian fundus
teraba bulat, lunak dan tidak melenting (bokong) Mc Donald
(33 cm).
Leopold II : Teraba 1 bagian yang keras dan memanjang disebelah kiri
perut ibu yaitu punggung dan disebelah kanan perut ibu
terdapat bagian-bagian kecil
Leopold III : Teraba 1 bagian keras, bulat dan dapat digoyangkan yaitu kepala
Leopold IV : Bagian terbawah janin belum masuk PAP (konvergen)
TFU Mc.Donal : 33 cm
TBJ: (33-13) x 155 = 3.100gram
4. Pemeriksaan Laboratorium
Tidak dilakukan
Assesment
Ny. D G3 P2 A0, usia kehamilan 38-40 minggu, PU-KA, presentase kepala, janin
tunggal, hidup, bagian kepala janin belum masuk PAP (konvergen) keadaan ibu
dan janin baik.
Planing
Tanggal :12 Maret 2019 Pukul : 15.00 wib
1. Memberitahu ibu bahwa kondisi ibu dan bayinya dalam keadaan sehat.
Keadaan umum : baik
Tanda-tanda vital : TD : 100/70 mmHg, Pols : 80 x/i, RR : 22 x/i,
Suhu : 37°C, BB : 56 kg.
Ibu sudah mengetahuai informasi yang telah diberikan dan ibu merasa
senang mendengar bahwa kehamilannya normal dan kondisi janinnya
baik.
2. Mengingatkan ibu kembali untuk tetap mengkonsumsi makanan bergizi,
makan 3x sehari dan tetap melanjutkan minum tablet Fe sekali sehari pada
malam hari.
Ibu sudah mengikuti anjuran dan tetap meminum tabket Fe setiap hari.
96

3. Menjelaskan kepada ibu tentang tanda-tanda persalinan, seperti :


a. Keluar lendir bercampur darah dari jalan lahir
b. Adanya kontraksi yang semakin sering dan kuat secara teratur dan
tidak hilang
c. Sakit pada panggul dan tulang belakang
d. Terasa nyeri diselangkangan
e. Pecahnya air ketuban.
4. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga bahwa persalinan sudah
dekat, dan diaSnjurkan untuk mempersiapkan dana, transfortasi dan donor
darah bagi ibu untuk persiapkan apabila terjadi komplikasi.
Ibu dan keluarga sudah mengerti dan bersedia menyiapkan.
5. Memberikan konseling Kb yang cocok untuk ibu, supaya memudahkan
ibu dalam menentukan alat kontrasepsi untuk ibu menyusui,seperti
IUD,Implant,suntik Kb 3 bulan.
6. Memberikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang pentingnya Asi
Eksklusif.

Mengetahui, Medan, 02 Maret 2019


Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan

(Afriana, Amd.Keb) (Narulita SP Pakpahan)


B Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin
Menurut hidayat (2017 ) kala I atau pembukaan di mulai dari adanya his yang
adekuat sampai pembukaan lengkap.kala I di bagi dalam 2 fase : fase laten
(serviks 1-3 cm di bawah 4 cm)membutuhkan waktu 8 jam,fase aktif ( serviks 4-
10 cm) lengkap membutuhkan waktu 6 jam.
1. Data Perkembangan Kala I

Tanggal : 30 Maret 2019 Tempat : PMB Afriana

Subjektif
97

Ibu datang pukul 19.30, mengeluh sakit perut menjalar hingga ke pinggang yang
semakin sering, keluar lendir bercampur darah dari kemaluan sejak pukul
16.00.
Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Ibu tampak menahan rasa sakit dengan kesadaran
composmentis.
TTV : TD : 120/70 mmHg, RR : 20x/i, Pols: 78x/i, Suhu
:36,50C,
b. Abdomen
Inspeksi : membesar dengan arah memanjang, tidak ada bekas luka
operasi.
Palpasi :TFU 33 cm,posisi punggung kanan,presentasi kepala,
Penurunan kepala 3/5, DJJ 136 x/menit, irama regular, his
(+) dengan frekuensi 4x/10’/35”, TBBJ = (TFU-n) x 155 =
(33-11) x 155 = 3.410 gram
c. Genetalia
Inspeksi : terlihat lendir bercampur darah
Pukul 20.00 WIB dilakukan VT (Vaginal Toucher) oleh Bidan Afriana
didampingi mahasiswi bidan dengan hasil teraba portio menipis,
pembukaan 6 cm, ketuban utuh, presentasi belakang kepala dengan posisi
UUK kiri depan, hodge 3.

Assement
Diagnosa : Ibu G3P2A0, kehamilan aterm, janin hidup, tunggal
intrauterine, punggung kanan, presentasi kepala,inpartu kala I fase
aktif.

Plening
1. Memberitahu ibu dan keluarga tentang hasil pemeriksaan bahwa keadaan
ibu dan janin sehat, ibu akan segera bersalin sehingga butuh pengawasan
sampai pembukaan lengkap.
98

2. Menganjurkan suami untuk mendampingi dengan duduk di belakang


punggung ibu selama proses persalinan, memberikan dukungan serta
makan dan minum untuk menambah tenaga ibu di sela-sela kontraksi.
3. Memberi dukungan kepada ibu dengan menenangkan perasaan ibu dan
keluarga agar tidak cemas dan siap menghadapi persalinan, nyeri yang
dirasakan penting untuk kemajuan persalinan sehingga tidak perlu
dikhawatirkan.
4. Mengajarkan posisi untuk bersalin sesuai dengan keinginannya sehingga
ibu merasa nyaman. Ibu memilih posisi litotomi yaitu dengan menarik
paha sampai ke perut.
5. Memantau keadaan ibu dan janin serta kemajuan persalinan dengan
menggunakan partograf . Mengobservasi TTV, DJJ, his setiap 30 menit.
20.00 WIB : DJJ 136 x/i, his 4 x 10 menit lama 35 detik, penurunan
kepala 3/5, TD : 120/70, T : 36,5ºC, pols : 78 x/I,
pembukaan 6 cm, ketuban utuh
20.30 WIB : DJJ 136 x/i, his 4 x 10 menit lama 42 detik, pols: 80x/i
21.00 WIB : DJJ 140 x/i, his 4 x 10 menit lama 45 detik, pols: 80x/i
21.30 WIB : His kuat dengan frekuensi 5x/10’/50’’, DJJ 142x/menit
irama reguler, pols : 80x/i
6. Menyiapkan alat untuk menolong persalinan, perlengkapan ibu dan bayi.

2. Data Perkembangan Kala II


Pukul : 21.45 WIB
Subjektif
Ibu mengatakan mules semakin sering, terasa seperti ingin BAB, dan adanya
keinginan meneran.

Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
a. Palpasi : his kuat dengan frekuensi 5x/10’/50’’, DJJ 142 x/menit irama
regular.
99

b. Inspeksi : ada dorongan ingin meneran, tekanan pada anus, perineum


menonjol, ubun-ubun kecil (UUK) tampak di vulva.
c. Pukul 21.50 WIB His kuat dengan frekuensi 5x/10’/50’’, DJJ 145x/menit irama
reguler, pols : 80x/I, TD : 120/80 mmHg, T : 370C
d. dilakukan VT oleh bidan dan mahasiswi dengan hasil portio tidak teraba,
pembukaan serviks 10 cm (lengkap), ketuban pecah berwarna putih jernih,
penurunan bagian terbawah 0/5, posisi UUK hodge IV.
Assesment
Ibu inpartu kala II
Plening
1. Mengamati tanda dan gejala persalinan kala II yaitu ibu mempunyai keinginan
untuk meneran, ibu merasa tekanan yang semakin kuat pada rektum dan
vaginanya, perineum menonjol dan menipis, vulva-vagina dan sfingter ani
membuka.
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial dan
mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan memasukkan alat suntik sekali pakai
ke dalam wadah partus set.
3. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.
4. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencucikedua
tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan
dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.
5. Memakai satu sarung dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan
dalam.
6. Mengisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung
tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus
set/wadah steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air
disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum, atau anus
terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan
cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang
terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika
100

terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di


dalam larutan dekontaminasi).
8. Dengan menggunakan teknik aseptik, lakukan pemeriksaan dalam untuk
memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Lakukan amniotomi
bila selaput ketuban belum pecah, dengan syarat kepala sudah masuk ke dalam
panggul dan tali pusat tidak teraba.
9. Dekontaminasi sarung tangan dengan mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5% kemudian lepaskan
sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam larutan klorin selama
10 menit. Cuci kedua tangan setelahnya.
10. Periksa denyut jantung janin (DJJ) segera setelah kontraksi berakhir untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160) kali/menit. Ambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
11. Beritahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.
12. Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran.
13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran.
14. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.
15. Letakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian di bawah bokong ibu.
16. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
17. Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan.
18. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum
dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, sementara tangan
yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu
lahirnya kepala.
19. Dengan lembut menyeka muka, mulut, dan hidung abyi dengan kainatau kassa
yang bersih. (langkah ini tidak harus dilakukan).
20. Periksa lilitan tali pusat dan lakukan tindakan yang sesuai jika hal itu
terjadi.Jika lilitan tali pusat di leher bayi masih longgar, selipkan tali pusat
101

lewat kepala bayi atau jika terlalu ketat, klem tali pusat di dua titik lalu
gunting diantaranya.
21. Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental.
Anjurkan ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus
pubis. Gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
23. Setelah kedua bahu lahir, geser tangan yang berada di bawah ke arah perineum
ibu untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
yang berada di atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan bayi lahir, lanjutkan penelusuran tangan yang berada
di atas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki bayi. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk di antara kaki dan pegang masing-masing mata kaki
dengan ibu jari dan jar-jari lainnya).
25. Menilai bayi dengan cepat (dalam 30 detik), kemudian meletakkan bayi diatas
perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.
26. Segera membungkus kepala dan badan bayi dengan handuk dan biarkan
kontak kulit ibu-bayi.
27. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang
klem kedua 2 cm dari klem pertama.
28. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan
memotong tali pusat di antara kedua klem tersebut.
29. Mengeringkan bayi, mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi
dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala,
membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan bernapas, ambil
tindakan yang sesuai.
30. Membiarkan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk
bayinya dan memulai pemberian ASI ( IMD ) jika ibu menghendakinya.
31. Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada janin kedua.
102

32. Evaluasi kemajuan persalinan pukul 22.10 WIB.

3. Data Perkembangan Kala III


Pukul : 22.10 WIB
Subjektif
Ibu senang atas kelahiran bayinya dan mengatakan perutnya masih terasa mules.
Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Ibu tampak lelah setelah melahirkan bayinya, kesadaran
composmentis.
Inspeksi : Tali pusat menjulur di vulva
Palpasi : TFU setinggi pusat, tidak ada janin kedua, kandung
kemih kosong.

Assesment
Ibu Post partum Kala III
Plening
1. Menginformasikan pada ibu bahwa akan diberikan injeksi oksitosin.
2. Memberikan injeksi oksitosin 10 IU secara inta muskular di paha atas bagian
luar.
3. Melakukan peregangan tali pusat terkendali (PTT) yaitu Memindahkan klem
5-10 cm di depan vulva, meletakkan tangan kiri di atas simfisis pubis ibu,
tangan kanan memegang tali pusat dengan klem, melihat tanda-tanda
pelepasan plasenta yaitu tali pusat bertambah panjang, adanya semburan
darah, kembali pindahkan klem. Pimpin ibu meneran perlahan, lahirkan
plasenta dengan posisi tangan kiri melakukan penekanan ke arah dorsokranial
dan tangan kanan menegangkan tali pusat sampai plasenta muncul 2/3 bagian
di vulva. Melakukan pemilinan plasenta dan melahirkan plasenta.Plasenta
lahir lengkap pada pukul 22. 10 WIB, selaput ketuban utuh, jumlah kotiledon
lengkap 20 buah.
103

4. Melakukan masase uterus selama 15 detik dan memastikan kontraksi uterus


baik, uterus teraba bulat dan keras,TFU 2 jari di bawah pusat, kandung kemih
kosong, perdarahan ±100 cc.
5. Mengevaluasi adanya laserasi jalan lahir, tidak ada laserasi pada vagina dan
perineum.
6. Evaluasi kemajuan persalianan pukul 22.15

4. Data Perkembangan Kala IV


Pukul : 22.15 WIB

Subjektif
Ibu merasa senang dengan kelahiran bayinya dan merasa lelah

Objektif
1. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum ibu tampak lemas, kesadaran composmentis
TD : 120/80 mmHg, RR : 24x/i, Pols 80x/i, Suhu 370C
2. Inspeksi : tidak ada laserasi jalan lahir , jumlah perdarahan ± 100 cc.
3. Palpasi : uterus teraba bulat dan keras, kontraksi uterus baik,
kandung kemih kosong, TFU 2 jari dibawah pusat.

Analisis
Ibu post partum kala IV
Penatalaksanaan
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan bayi sehat.
2. Menilai ulang uterus serta memastikan kontraksi uterus baik, mengevaluasi
perdarahan, serta keadaan ibu. Mengajarkan pada ibu dan keluarga cara
masase uterus, yaitu meletakkan telapak tangan di atas perut ibu dan
melakukan gerakan memutar searah jarum jam selama 25 detik.
104

3. Membersihkan alat genetalia, paha dan kaki ibu dengan dengan waslap dan air
DTT, mengganti pakaian ibu dan memasang doek/ pembalut pada ibu.
4. Mendekontaminasikan alat ke dalam larutan klorin selama 10 menit,
kemudian air detergenlalu sikat dan bilas dengan air mengalir. Membersihkan
tempat dan membuang bahan terkontaminasi ke tempat sampah, mencuci
tangan dengan dengan sabun dan bilas dengan air mengalir.
5. Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya setiap 2 jam sekali, setelah bayi
dilakukan IMD, berikan salep mata dan menyuntikkan vitamin K 1 mg secara
intra muscular, di paha kiri anterolateral.
6. Menganjurkan suami untuk memberi ibu makan dan minum untuk
memulihkan tenaga ibu.
7. Rooming in bayi dengan ibu
8. Memantau keadaan ibu setiap 15 menit dalam 1 jam pertama dan 30 menit
pada jam kedua. Kontraksi uterus ibu baik. TFU 2 jari di bawah pusat.Hasil
pemantauan terlampir di lembar balik partograf.
9. Melakukan pengawasan yaitu observasi serta evaluasi keadaan ibu yaitu TTV,
kontraksi uterus, kandung kemih, tinggi fundus uteri dan jumlah perdarahan
pada ibu.

Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan

(Afriana Amd.keb) (Narulita SP Pakpahan)


C Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas
1 Data Perkembangan Kunjungan I (6 Jam Post Partum)
Tanggal : 31Maret 2019 Pukul : 06.00 WIB

Subjektif
105

Ibu mengatakan perutnya masih mules,darah masih keluar, ASI lancar, bayi
menyusu kuat dan payudara tidak bengkak dan sudah BAK pada pukul 01.00
WIB dengan menggunakan pispot.
Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis.
TTV : TD : 110/70 mmHg, RR : 18x/i, Pols: 78x/i, Suhu : 36,70C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih,Tidak ada secret dan polyp.
Telinga : Bersih,simetris.
Gigi : Bersih,Tidak ada karang gigi dan caries.
Bibir : Warna merah,Simetris,Tidak ada lesi.

b. Payudara

Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada,Asi sudah keluar.
c. Abdomen
Kontraksi uterus : keras (Baik)
Tfu : 2 jari di bawah pusat.
Kontraksi uterus : Baik
Kandung kemih : kosong
d. Pengeluaran lochea
Warna : Merah
Jenis : Rubra
Jumlah : ± 90 cc
Bau : Amis,Tidak berbau busuk.
e. Perineum dan anus
106

Keadaan vulva : tidak odema


Keadaan anus : tidak ada haemoroid
f. Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Kemerahan : tidak ada

Assesment
Ibu 6 jam post partum normal.
Planing
Tanggal :31 Maret 2019 Pukul : 06.10
1. Memberitahu hasil pemeriksaan bahwa keadaan ibu dan dan bayi sehat,
kontraksi uterus ibu baik dan menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan rasa
mules yang dialami ibu merupakan hal normal karena rahim sedang
berkontraksi yang bertujuan untuk mencegah terjadi perdarahan dan
membantu proses rahim ke bentuk semula ( involusi uteri) dan mengajarkan
ibu dan keluarga untuk melakukan masase.
2. Memberitahu ibu ambulasi dini, ibu sudah di perbolehkan bangun dari tempat
tidur 6 jam post partum,ambulasi dini tidak di perbolehkan pada ibu post
partum dengan penyulit misalnya anemia,penyakit jantung,paru-paru,demam
dan sebagainya.
3. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri,dengan cara mengajarkan
tehnik masase yang benar.
4. Memberikan penkes tentang pola nutrisi yang banyak mengandung protein,
karbohidrat dan serat seperti tempe, tahu, daging, telur,nasi dan ikan serta
sayur dan buah-buahan, minum sedikitnya 3 liter air setiap, serta
mengonsumsi tablet zat besi untuk membantu pemulihan tenaga pasca
bersalin.
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan dengan mandi dan
membersihkan alat kelamin, mengganti pembalut 3 kali/hari, membersihkan
genetalia setiap kali mandi dan selesai BAB atau BAK.
107

6. Menganjurkan ibu untuk memberi ASI eksklusif selama 6 bulan pertama tanpa
memberikan makanan dan minuman tambahan dengan cara menyusui bayi
sesuai kebutuhan bayinya (on demand) untuk mendapatkan ikatan batin antara
ibu dan bayi serta membantu proses involusi uterus, tetap menjaga kehangatan
bayi, mengajarkan cara menyendawakan bayi dengan menepuk punggung bayi
setelah selesai menyusu.
7. Mengajarkan ibu cara menyusui dengan benar, susui bayi sesering mungkin
paling sedikit 8 kali sehari, susui sampai payudara terasa kosong, kemudian
pindah ke payudara sisi yang lain dan mengajarkan posisi menyusui dengan
benar.
8. Memberikan konseling pada ibu atau anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
9. Pemberian vitamin A 200.000 IU di berikan 2x selama masa nifas,pertama
segera setelah melahirkan,kedua di berikan setelah 24 jam pemberian kapsul
vitamin A yang pertama.
10. Memberikan vit. B complex sebanyak 10 butir dengan dosis 1x1/hari dan
tablet Fe 10 butir dengan dosis 1x1/hari.
11. Jadwalkan home visit pada tanggal 05 April 2019.

2 Data Perkembangan Kunjungan II (6 Hari Post Partum)


Tanggal : 05 April 2019 Pukul : 09.00 WIB
Subjektif
Ibu ASI lancar diberikan sesuai kebutuhan bayi, keluar cairan berwarna kuning
dan lendir dari kemaluan.

Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Baik Kesadaran : Composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg, RR : 20x/i, Pols: 80x/i, Suhu : 360C
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
108

Hidung : Bersih,Tidak ada secret dan polyp.


Telinga : Bersih,simetris.
Gigi : Bersih,Tidak ada karang gigi dan caries.
Bibir : Warna merah,Simetris,Tidak ada lesi.
b. Payudara

Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada,Asi sudah keluar.
c. Abdomen
Kontraksi uterus : keras (Baik)
Tfu : pertengahan pusat dengan simfisis
Kontraksi uterus : Baik
d. Pengeluaran lochea
Jenis : sanguinolenta.
e. Perineum dan anus
Keadaan vulva : tidak odema
Keadaan anus : tidak ada haemoroid
f. Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Kemerahan : tidak ada

Assesment
Ibu 6 hari post partum normal
Plening
1. Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal,uterus berkontraksi dengan
baik,tinggi fundus uteri di bawah umbilicus,tidak ada perdarahan abnormal.
2. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi atau perdarahan abnormal.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, keadaan ibu baik.
4. Memastikan ibu menyusui dengan benar serta tidak ada tanda-tanda kesulitan
menyusui.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,perawatan tali
pusat,menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
109

6. Memberikan penkes pada ibu tentang pola nutrisi, menganjurkan ibu untuk
tetap mengonsumsi makanan yang bergizi, tinggi protein, tinggi serat seperti
buah-buahan dan minum air minimal 14 gelas sehari, serta mengajarkan ibu
cara perawatan payudara yang bertujuan untuk memperlancar pengeluaran ASI
dan menjaga kebersihan putting susu dengan cara mengompres menggunakan
kapas yang diberi baby oil selama 2 menit.
7. Mengingatkan kembali untuk menjaga kebersihan alat genetalia dan mengganti
pembalut sesering mungkin dan pakaian dalam jika terasa lembab.
8. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya ibu nifas yaitu perdarahan dan keluar
cairan berbau lewat jalan lahir, bengkak di wajah, tangan dan kaki, kejang-
kejang, payudara bengkak, merah disertai rasa sakit. Bila ditemukan salah satu
tanda bahaya tersebut, segera periksa ke fasilitas kesehatan.
9. Menjadwalkan home visit pada tanggal 13 April 2019.
3 Data Perkembangan Kunjungan III (2 Minggu Post Partum)
Tanggal : 13 April 2019. Pukul : 15.00
Subjektif
Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat, sudah dapat mengerjakan pekerjaan
rumah, ASI lancar dan diberikan pada bayi sesuai kebutuhan dan tidak ada
keluhan saat memberikan ASI dan keluar cairan berwarna kuning, tidak berdarah
dari kemaluan.
Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
TTV : TD : 110/70 Pols : 78x/i
T : 36,5ºC RR : 18 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih,Tidak ada secret dan polyp.
Telinga : Bersih,simetris.
110

Gigi : Bersih,Tidak ada karang gigi dan caries.


Bibir : Warna merah,Simetris,Tidak ada lesi.
b. Payudara

Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada,Asi sudah keluar.
c. Abdomen
Kontraksi uterus : keras (Baik)
Tfu : tidak teraba di atas simfisis
Kontraksi uterus : Baik
d. Pengeluaran lochea
Jenis : lochea serosa.
e. Perineum dan anus
Keadaan vulva : tidak odema
Keadaan anus : tidak ada haemoroid
f. Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Kemerahan : tidak ada

Assesment
Ibu 2 minggu post partum normal
Plening
1. Memastikan involusi uterus berjalan normal,uterus berkontraksi dengan
baik,fundus di bawwah umbilicus tidak ada perdarahan abnormal atau tidak
ada bau.
2. Melihat adanya tanda-tanda demam,infeksi,dan cairan.
3. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu dalam keadaan baik dan proses involusi
berjalan normal.
4. Memastikan ibu menyusu dengan baik dan tidak ada tanda-tanda penyulit.
5. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi,perawatan tali
pusat,menjaga bayi tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
111

6. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup yaitu tidur siang paling sedikit 1
jam dan malam sebaiknya tidur lebih awal dan jangan tidur terlalu malam
karena dapat menurunkan tekanan darah pada ibu nifas.
7. Menjadwalkan home visit 3 minggu ke depan.
4 Data Perkembangan Kunjungan IV (6 Minggu Post Partum)
Tanggal :11 Mei 2019 Pukul : 10.00
Subjektif
Ibu mengatakan keadaannya sudah sehat, sudah dapat mengerjakan pekerjaan
rumah, merawat bayinya sendiri, ASI lancar dan diberikan pada bayi sesuai
kebutuhan dan tidak ada keluhan saat memberikan ASI, dan keluar cairan
berwarna putih dari kemaluan.
Objektif
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
TTV : TD : 110/70 Pols : 78x/i
T : 36ºC RR : 18 x/i
2. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Wajah : tidak pucat, tidak oedem
Mata : conjungtiva merah muda dan sklera tidak ikterik
Hidung : Bersih,Tidak ada secret dan polyp.
Telinga : Bersih,simetris.
Gigi : Bersih,Tidak ada karang gigi dan caries.
Bibir : Warna merah,Simetris,Tidak ada lesi.
b. Payudara

Bentuk : Simetris
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Ada,Asi sudah keluar.
c. Abdomen
Kontraksi uterus : keras (Baik)
Tfu : bertambah kecil
112

Kontraksi uterus : Baik


d. Pengeluaran lochea
Jenis : lochea alba.
e. Perineum dan anus
Keadaan vulva : tidak odema
Keadaan anus : tidak ada haemoroid
f. Ekstremitas
Oedema : tidak ada
Kemerahan : tidak ada

Assesment
Ibu 6 minggu post partum normal
Plening
1. Menanyakan kesulitan-kesulitan yang di alami ibu selama masa nifas.
2. Memberitahu hasil pemeriksaan, ibu dalam keadaan baik dan proses involusi
uteri berjalan normal.
3. Mengingatkan ibu kembali untuk melakukan perawatan payudara serta
menjaga kebersihan diri dan alat genetalia.
4. Memastikan ibu menyusui dengan posisi baik dan benar dan mengingatkan
kembali perawatan payudara.
5. Menganjurkan ibu untuk mengkonsunsi diet seimbang(cukup protein,mineral,
dan vitamin)
6. Memberikan ibu suplemen vitamin A : 1 Kapsul 200.000 UI diminum segera
setelah persalinan .
7. Memberikan konseling KB yang cocok untuk ibu supaya memudahkan ibu
dalam menentukan alat kontrasepsi untuk ibu menyusui seperti IUD, implant,
dan suntik 3 bulan. Ibu sudah memutuskan untuk menggunakan kb suntik 3
bulan dan sudah disetujui oleh suami.
Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan

(Afriana Amd.keb) (Narulita SP Pakpahan)


D. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
113

1. Data Perkembangan I ( Neonatal 6 Jam )


Tanggal : 31 Maret 2019 Pukul : 07.00 WIB
Subjektif
1. Identitas Bayi
Nama : Bayi Ny.D
Jenis Kelamin : Laki – Laki
Tanggal Lahir / Pukul : 30 Maret 2019/ 22.00 WIB

2. Riwayat Persalinan
Jenis persalinan partus spontan, tidak ada komplikasi

Objektif
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan umum : baik
b. Nilai Apgar : 8/10 pada1 menit pertama
c. TTV : Pernafasan : 35 x/i Denyut Nadi : 135 x/i Suhu : 36,80C
d. Antropometri
Panjang Badan : 50 cm
Berat Badan : 3.200 gr
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas : 10,5 cm
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala : tidak ada benjolan
Wajah : tidak oedem, tidak pucat
Mata : simetris, sklera putih, tidak ada juling mata
Telinga : bentuk simetris, tidak ada pengeluaran, refleks moro (+)
Hidung : lubang hidung dan cuping hidung ada, tidak ada kelainan
Mulut : bibir berwarna merah, tidak ada labiopalatoskiziz, refleks
rooting (+), refleks sucking (+)
Leher : tidak ada pembengkakan, refleks tonick neck (+)
Dada/Aksila : simetris, putting susu simetris, retraksi dada tidak ada,
114

tidakada pembengkakan pada aksila


Abdomen : pembesaran simetris, tali pusat dibungkus dengan kassa

kering dan tidak ada perdarahan


Punggung : tidak ada spina bifida
Genetalia : bersih, testis berada dalam skrotum, penis berlubang pada
letak ujung lubang, belum BAK
Anus : lubang anus (+), BAB pada pukul 01.30 WIB
Ekstremitas : simetris, jari tangan lengkap, refleks grafts (+), jari kaki
lengkap, gerakan aktif

Assesment
Neonatus normal 6-7 jam
Plening
1. Memberitahu ibu keadaan bayinya sehat.
2. Memandikan bayi dan melakukan perawatan tali pusat dengan membungkus
tali pusat dengan kassa steril, mencegah hipotermipada bayi dengan
membedong bayi dan menyelimuti bayi. Bayisudah dalam keadaan bersih dan
hangat dengan suhu 37 ºC dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
3. Memberikan imunisasi HB0 secara IM 1/3 paha kanan bayi sebanyak 0,5 cc.
4. Memberitahu ibu untuk memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
tanpa memberikan makanan dan minuman tambahan dengan cara menyusui
bayi sesuai kebutuhan bayinya (on demand), mengajarkan ibu cara
menyendawakan bayi dengan menepuk punggung bayi dengan lembut setelah
selesai menyusu agar tidak muntah.
5. Menjelaskan kepada ibu tanda bahaya bayi baru lahir seperti demam, tidak
mau menyusu, sesak nafas, hipotermi, tali pusat berdarah dan berbau, dan
kejang. Jika ditemui adanya tanda bahaya tersebut pada bayi anjurkan ibu
untuk segera ke klinik.
6. Menjadwalkan home visit pada tanggal 06 Mei 2019

2. Data Perkembangan II (Neonatal 7 hari )


Tanggal : 06 Mei 2019 Pukul : 09.30 WIB
115

Subjektif
Ibu mengatakan ASI lancar dan hanya memberikan ASI pada bayinya, bayi
menyusu kuat dan tali pusat sudah putus tanggal 08 April 2019.
Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : baik, composmentis
TTV : Pernafasan : 40 x/i, Nadi 128 x/i, Suhu 36,5 0C
2. Antropometri
Panjang Badan : 50 cm
Berat Badan : 3.200 gr
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas : 10,5 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Wajah tidak pucat, tidak oedema, konjungtiva merah muda, sklera putih.
Bayi menghisap kuat saat menyusu, tali pusat sudah lepas dan kering, tidak
ada tanda-tanda infeksi.
Eliminasi : BAK : 5-6 kali/hari
BAB : 1-2 kali/hari, feses berwarna kuningdan padat.

Assesment
Neonatus normal 7 hari
Plening
1. Memberitah ibu bahwa keadaan bayi sehat, ibu harus tetap menjaga kebersihan
bayi.
2. Melihat bekas pelepasan tali pusat. Pusat dalam keadaan kering dan tidak ada
tanda-tanda infeksi.
3. Memotivasi ibu untuk tetap memberikan ASI secara eksklusif selama minimal
6 bulan, menyusui sesuai kebutuhan bayi, menyendawakan bayi sehabis
menyusu.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kehangatan bayi, mengganti popok
bayi sehabis BAK ataupun BAB, dan mencuci tangan setiap kali memegang
bayi.
5. Jadwalkan home visit pada tanggal 27April 2018
116

3.4.3 Data Perkembangan III (Neonatal 28 hari)


Tanggal : 27 April 2019 Pukul : 15.30 WIB
Subjektif
Ibu mengatakan bayinya menyusui dan menghisap dengan baik, BAK dan BAB
lancar dan ingin imunisasi.
Objektif
1. Keadaan umum : baik
TTV : Pernafasan: 42 x/i Nadi : 135 x/i Suhu : 36,8ºC
2. Antropometri
Panjang Badan : 50 cm
Berat Badan : 3.300 gr
Lingkar Kepala : 34 cm
Lingkar Dada : 33 cm
Lingkar Lengan Atas : 10,5 cm
3. Pemeriksaan Fisik
Wajah tidak pucat, tidak oedema, sklera putih, refleks isap baik, gerakan aktif.

Assement
Neonatus normal 28 hari
Plening
1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan, keadaan bayinya baik dan akan diberi
imunisasi BCG untuk mencegah penyakit Tuberkolusis (TBC) dan polio I
untuk mencegah penyakit polio yang menyebabkan lumpuh latuh pada tungkai
dan atau lengan.
2. Pemberian imunisasi BCG oleh Bidan Afriana didampingi mahasiswi,
diberikan melalui injeksi intra cutan (IC) di lengan kanan sebanyak 0,05 cc
dan pemberian imunisasi polio melalui oral sebanyak 2 tetes.
3. Jelaskan pada ibu efek samping dari imunisasi BCG yaitu timbul
pembengkakan kecil berwarna merah, ini bekas dari suntikkan vaksin BCG.
Lama kelamaan pembengkakan tersebut akan bernanah, dan berlangsung 2-3
117

minggu. Anjurkan ibu untuk tidak memberikan obat apapun dan biarkan
lukanya terbuka, jika ingin menutupnya gunakan kassa kering.
4. Anjurkan ibu untuk membawa bayinya imunisasi ulang 1 bulan berikutnya dan
selalu membawa kartu imunisasi.
5. Dokumentasi hasil pemeriksaan ke dalam kartu imunisasi

3.5 Asuhan Kebidanan pada Keluarga Berencana


Tanggal : 15Mei 2019 Pukul : 17.00 WIB

Subjektif
Ibu mengatakan ingin
menjadi akseptor KB suntik 3 bulan, belum datang haid, saat ini sedang menyusui
dan ingin menjarangkan kehamilannya, belum melakukan hubungan seksual
setelah bersalin dan suaminya mendukung ibu untuk menggunakan alat
kontrasepsi KB suntik.
Objektif
1. Pemeriksaan umum:
Keadaan umum : baik, kesadaran composmentis
TTV : TD : 110/70 mmHg Pols : 80 x/i
T : 36,5ºC RR : 22 x/i
BB : 60 kg
2. Pemeriksaan Fisik
Wajah tidak pucat dan tidak odema, konjungtiva merah muda, sklera putih,
payudara simetris, pengeluaran ASI lancar, puting susu menonjol, tidak lecet,
tidak ada benjolan.

Assesment
Ibu akseptor KB suntik 3 bulan.
Plening
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, keadaannya baik.
2. Memberi konseling tentang KB suntik 3 bulan tentang keuntungannya yaitu
sangat efektif dan cocok untuk ibu yang sedang menyusui karena tidak
mengganggu proses laktasi, ibu hanya perlu ke klinik sekali dalam 3 bulan
untuk mendapatkan suntik KB 3 bulan. Dan efek sampingnya yaitu dapat
118

menyebabkan peningkatan berat badan, dapat terjadi gangguan menstruasi


seperti siklus haid yang memanjang atau perdarahan sedikit, ngeflek (spotting),
bahkan ada yang tidak mengalami haid (amenore). Jika suntikkan dihentikan,
kesuburan akan kembali dengan lambat.
3. Menyiapkan obat dan alat ( depogeston, spuit 3 cc, kapas alkohol).
4. Melakukan injeksi depogeston secara intra muscular (IM) pada sepertiga SIAS
dan cocygis pada bokong ibu.
5. Anjurkan ibu untuk melakukan kunjungan ulang pada tanggal 07 Agustus
2019.
6. Dokumentasi ke kartu kb.

Pembimbing Klinik Pelaksana Asuhan

(Afriana Amd.keb) (Narulita SP Pakpahan)


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil pengkajian dan asuhan kebidanan yang diberikan secara


continuity of care kepada Ny.D sejak tanggal 25Februari sampai dengan 15Mei
2019 yang dilakukan penulis mulai dari kehamilan trimester III, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan keluarga berencana, maka didapatkan hasil sebagai berikut.

A. Asuhan Kebidanan Kehamilan


Asuhan kebidanan yang telah diberikan kepada Ny.D mulai kehamilan 34-
38minggu yang diawali dari pengkajian/anamnesa untuk mendapatkan
pemeriksaan data objektif. Pada trimester III, ibu melakukan pemeriksaan 3 kali,
pada saat kunjungan dilakukan pengkajian data subjektif dan objektif. Hasil
anamnesa HPHT 20 Juni 2018 dan TTP 27 Maret 2019. Pelayanan Antenatal
Care (ANC) bertujuan untuk memantau perkembangan janin dan kemajuan
kehamilan, memastikan kesehatan ibu serta mengenali secara dini kelainan atau
komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil.
Menurut Kemenkes (2016) Standar pelayanan asuhan kehamilan yang
diberikan pada ibu hamil setiap kunjungan adalah 10 T di antaranya timbang berat
badan dan ukur tinggi badan, ukur tekanan darah, ukur LILA, Ukur Tinggi
Fundus Uteri (TFU), imunisasi Tetanus Toxoid (TT), pemberian tablet besi,
penentuan presentasi janin dan Denyut Jantung Janin (DJJ), temu wicara dalam
rangka persiapan rujukan, tes laboratorium, dan tatalaksana kasus.
Pada asuhan kehamilan yang diberikan kepada Ny.D hanya dilakukan 8 T
saja. Pemberian imunisasi TT tidak dilakukan karena pada kehamilan sebelumnya
Ny. D sudah mendapatkan imunisasi TT dan tempat ibu bersalin di Praktik
Mandiri Bidan (PMB) sudah memiliki alat-alat steril sehingga ibu sudah merasa
aman. Hasil skrining imunisasi ibu, belum pernah suntik TT selama hamil ini.
Pemberian imunisasi TT pada wanita subur dan ibu hamil harus di dahului
dengan skrining untuk mengetahui dosis atau status imunisasi TT yang didapat
selama hidupnya.

119
Jika ibu hamil tidak dalam status terlindungi, maka imunisasi TT harus
diberikan dan dilihat dari pengkajian pada ibu. Pada Ny. D tidak ditemukan tanda-
tanda infeksi.
Dalam melaksanakan asuhan kebidanan pada kehamilan trimester III,
penulis menemukan beberapa keluhan yaitu kaki kebas pada saat kunjugan ANC
yang pertama pada tanggal 25Februari 2019 dan dilakukan pemeriksaan
penunjang yaitu pemeriksaan haemoglobin dengan hasil 11,5 gr/dL dan
pemeriksaan protein urine dengan hasil negatif. Kaki kebas yang dirasakan ibu
terjadi karena tekanan uterus yang meningkat pada saraf, keletihan , dan sirkulasi
darah ke tungkai berkurang. Untuk mengurangi rasa kebas bisa diatasi dengan
cara meregangkan otot begitu terasa kebas, tidak bekerja terlalu berat dan tidur
dengan mengalasi bantal di bawah kaki ibu. Dengan diberikan konseling dan
pendidikan kesehatan, ibu tidak cemas lagi dengan keadaannya.
Ketidaknyamanan yang dirasakan ibu pada ANC kedua pada tanggal
02Maret 2019 yaitu ibu keputihan. Bila dibandingkan dengan teori, hal tersebut
merupakan ketidaknyamanan yang merupakan perubahan fisiologis pada
kehamilan trimester III. Menurut Maya Astuti (2017), penyebab keputihan dalam
kehamilan dikarenakan menebalnya selaput lendir (mukosa) vagina, peningkatan
produksi lendir dan kelenjar organ kewanitaan (endoservikal) karena peningkatan
hormon estrogen.untuk meringankan dan mencegah keputihan yaitu dengan
meningkatkan kebersihan dengan mandi setiap hari dan mencuci alat genetalia
setiap selesai berkemih dan defekasi dengan air yang bersih dari arah atas ke
bawah, keringkan dengan kain bersih, dan mengganti celana dalam setiap terasa
lembab atau basah.
Selama melaksanakan asuhan antenatal, semua asuhan yang diberikan pada
ibu dapat terlaksana dan berjalan secara fisiologis, keadaan normal, ibu dan
keluarga bersifat kooperatif sehingga tidak terjadi kesulitan dalam memberikan
asuhan.
B. Asuhan Kebidanan Persalinan
Kala I

Pada tanggal 30Maret 2019 pukul 20.00 WIB, Ny. D datang ke Praktik
MandiriBidan dengan mengeluh sakit perut menjalar hingga ke pinggang yang
semakin sering, keluar lendir darah dari kemaluan sejak pukul 16.00 WIB. Pukul
20.10 WIB dilakukan pemeriksaan dalam dengan hasil pembukaan 6 cm, portio
menipis, ketuban utuh, presentasi kepala, penurunan bagian terbawah hodge 3.
Persalinan kala I Ny. D berlangsung selama 6 jam dihitung sejak ibu merasa
mules dan keluar lendir bercampur darah.
Menurut Rohani (2013) tanda-tanda persalinan adalah adanya his persalinan
berupa pinggang terasa sakit dan menjalar ke perut dan sifat his teratur,
pengeluaran lendir bercampur darah pada jalan lahir, pada pemeriksaan dalam
adanya pembukaan serviks. Menurut Jannah (2017) Kala I untuk multigravida 7-8
jam. Ditinjau dari pelaksanaan asuhan menunjukkan tidak adanya kesenjangan
antara teori dan praktik.Kala I pada Ny. D berjalan dengan fisiologis, hal ini
ditandai dengan tidak ada tanda-tanda bahaya yang dialami ibu.

Kala II

Pada kala II his semakin kuat yaitu 5 kali dalam 10 menit dengan durasi 50
detik dan adanya dorongan untuk meneran yang berlangsung selama 20 menit
dimulai dari pembukaan lengkap, pukul 21.40 wib dilakukan amniotomi, warna
air ketuban jernih. Pada pukul 22.00 WIB bayi lahir bugar jenis kelamin laki -
laki, BB 3200 gram, PB 50 cm, dan dilakukan IMD (Inisiasi MenyusuiDini).
Menurut Walyani (2015) Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan
serviks sudah lengkap 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada
primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 0,5-1 jam. Pada kala II
ini memiliki ciri khas yaitu his teratur , kuat, cepat dan lebih lama kira-kira 2-3
menit sekali, kepala janin telah turun masuk ruang panggul dan secara reflektoris
menimbulkan rasa ingin mengejan, tekanan pada rectum, ibu merasa ingin BAB
dan anus membuka. Berdasarkan hasil observasi penulis tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan praktik.
Proses persalinan dilakukan sesuai dengan standar APN (Asuhan Persalinan
Normal), berlangsung secara fisiologis tanpa ada penyulit pada ibu dan bayi, dan
berhasil dilakukan IMD pada bayi baru lahir.
Kala III
Persalinan kala III berlangsung selama 15 menit. Menurut Nurul Jannah
(2017) lama kala III pada primigravida dan multigravida hampir sama
berlangsung selama 15-30 menit.tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.Asuhan yang diberikan pada kala III sesuai dengan teori yaitu memastikan
tidak ada janin kedua, melakukan manajemen aktif kala III yaitu menyuntikkan
oksitoksin 10 UI secara IM pada paha kanan bagian luar untuk merangsang
kontraksi uterus sehingga plasenta terlepas dari dinding uterus, Penegangan Tali
Pusat Terkendali (PTT), kontraksi uterus yang baik dapat mempercepat
pengeluaran plasenta, mencegah perdarahan,dan mengurangi kehilangan darah.
dan segera melakukan masase pada uterus hingga uterus berkontraksi dan fundus
keras dan bulat. Plasenta lahir lengkap pukul 22.15 WIB.
Kala IV
Kala IV dilakukan setelah bayi dan plasenta lahir. Hasil pemeriksaan pada
Ny.D diperoleh kontraksi baik, TFU 2 jari di bawah pusat, konsistensi uterus
keras, tidak ada laserasi jalan lahir, kandung kemih kosong dan perdarahan dalam
batas normal. Hasil pemantauan dicatat dalam lembar partograf.
Kala IV merupakan kala pengawasan setelah plasenta lahir sampai 2 jam
pertama. Asuhan yang diberikan pada kala pengawasan adalah 15 menit pada jam
pertama dan 30 menit pada jam kedua. Hal ini perlu dipantau pada 2 jam pertama
adalah pemantauan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri,
kandung kemih dan jumlah darah yang keluar.Asuhan lain yang diberikan
mengajarkan ibu/keluarga untuk melakukan masase uterus dengan tujuan agar
rahim berkontraksi dan tidak terjadi perdarahan (Astuti, 2015).
Dengan penatalaksanaan yang baik, tidak ada kesenjangan antara asuhan
dan teori. Asuhan yang diberikan pada Ny.D dari kala I sampai dengan kala IV
berjalan dengan baik dan tidak ada tanda-tanda bahaya yang dialami. Ibu dan bayi
dalam keadaan baik.

C. Asuhan Pada Masa Nifas


Pada masa nifas dilakukan pemeriksaan sebanyak 4 kali yaitu pada 6 jam, 6
hari,2 minggu, dan 6 minggu post partum. Masa nifas Ny. D berlangsung dengan
normal, sesuai dengan teori bahwa masa nifas paling sedikit 4 kali kunjungan
masa nifas yaitu untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, mencegah dan
mendeteksi masalah yang terjadi pada masa nifas (Marmi, 2015).
Kunjungan pertama dilakukan pada 6 jam post partum pada Ny. D pada
tanggal 31Maret 2019 pukul 06.00, dengan hasil pemeriksaan TFU 2 jari di
bawah pusat, kontraksi uterus baik, kandung kemih kosong, pengeluaran lochea
rubra berwarna merah, tanda –tanda vital dalam batas normal. Menurut Reni Yuli
(2015) pengeluaran lochea selama 2 hari postpartum berwarna merah berupa sisa
selaput ketuban, del-sel desidua, sisa mekonium, dan sisa darah.
Kunjungan kedua dilakukan pada 6 hari pertama masa nifas pada tanggal 05
April 2019 pukul 09.00 di rumah Ny.D dengan hasil evaluasi TFU pertengahan
antara simfisis dan pusat, tanda vital normal, cairan vagina yang keluar berwarna
kuning berisi darah dan berlendir serta tidak berbau busuk. Asuhan yang diberikan
memberitahu ibu tanda-tanda bahaya masa nifas, perawatan payudara, dan nutrisi
yang membantu produksi ASI. Tujuan asuhan yang diberikan pada masa nifas 6
hari pertama untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, tidak ada
perdarahan abnormal, tidak berbau, menilai adanya tanda-tanda bahaya pada masa
nifas.
Kunjunganketiga dilakukan pada 2 minggu post partum tanggal 13 April
2019 pukul 15.00 WIB, hasil evaluasi TFU sudah tidak teraba, cairan vagina yang
keluar berwarna kuning kecoklatan (lochea serosa) dan tidak berbau busuk.
Asuhan yang diberikan tetap mengingatkan ibu untuk menjaga kebersihan diri,
menyusui bayinya sesering mungkin, serta memberikan penkes untuk
mempersiapkan alat kontrasepsi KB yang akan digunakan setelah masa nifas
selesai.Hal ini sesuai dengan teori Kemenkes (2015) involusi uteri pada 2 minggu
pertama, TFU sudah tidak teraba dan lochea yang keluar adalah lochea serosa
berwarna kuning kecoklatan dan tidak berbau busuk.
Kunjungan keempat dilakukan pada 6 mingggu post partum tanggal 11Mei
2019 pukul 10.00 dengan hasil pemeriksaan TFU tidak teraba, pengeluaran lochea
berwarna keputihan dan tidak ada keluhan. Ibu sudah mengambil keputusan untuk
menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan.Tujuan asuhan yang diberikan
menanyakan pada ibu tentang masalah yangdialami ibu dan bayinya, memberikan
konseling tentang pelayanan kontrasepsi pasca persalinan (Saleha, 2013).
Dengan penatalaksanaan yang baik maka asuhan nifas 6 jam, 6 hari, 2
minggu, dan 6 minggu sudah dilakukan dan tidak ditemui komplikasi. Hal ini
menunjukkan bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.

D. Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir


Kunjungan neonatus pertama dilakukan pada 6 jam setelah bayi lahir. Bayi
lahir spontan pada tanggal 31 Maret 2019 pukul 22.00 WIB, menangis kuat,
warna kulit kemerahan, BB 3200 gr dan PB 50 cm dan dilakukan Inisiasi
Menyusui Dini (IMD).Setelah 1 jam kemudian di berikan salep mata tetrasiklin
1% dan 6 jam kemudian bayi di berikan suntikan imunisasi HB0,Pada paha
bagian luar untuk imunisasi dasar.
Menurut Marmi,2018 pada asuhan persalin normal,imunisasi HB0 diberikan
saat bayi berumur 2 jam,hal ini tidak masalah karna pemberian HB0 masih dalam
waktu 24 jam bayi lahir.
Hasil evaluasi bayi menyusu kuat, tidak ada perdarahan pada tali pusat,
tidak hipotermi, tidak ada tanda bahaya bayi baru lahir, bayi sudah disusui
sesering mungkin. Asuhan yang diberikan adalah perawatan tali pusat,
pencegahan hipotermi, pemberian salep mata, vit. K dan HB0.
Perawatan tali pusat dilakukan dengan membungkus tali pusat dengan
kassa steril. Menurut Sondakh (2013) tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu
pernafasan lebih cepat, suhu badan yang tinggi, tali pusat merah dan bernanah,
mata bengkak, tidak ada BAK dan BAB 24 jam pertama. Menurut Marmi (2015)
pemmberian salep mata merupakan pengobatan infeksi mata selama proses
persalinan. Sementara vit. K berfungsi untuk mencegah perdarahan yang bisa
muncul karena protombin rendah pada beberapa hari pertama kehidupan bayi. Hal
tersebut menunjukkan tidak ada kesenjangan antara teori dan praktik.
Kunjungan neonatus kedua dilakukan pada 7 hari pertama tanggal 06 April
2019 pukul 09.30 di rumah Ny. D. Hasil evaluasi tali pusat sudah putus tanggal 08
April 2019 dan tidak ada tanda-tanda infeksi, bayi menyusu kuat, tidak hipotermi,
tidak ada tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, bayi sudah disusui sesering
mungkin. Asuhan yang diberikan sesuai dengan teori Sondakh (2013) yaitu
pemeriksaan fisik, bayi menyusu kuat, dan mengamati tanda bahaya pada bayi.
Kunjungan neonatus ketiga dilakukan pada neonatus 28 hari setelah lahir
tanggal 27 April 2019 pukul 15.30 WIB di Praktik Mandiri Bidan Afriana. Hasil
evaluasi bayi menyusu kuat, bayi tetap diberikan ASI, tidak ada tanda bahaya
yang terlihat pada bayi. Asuhan yang diberikan yaitu imunisasi BCG bertujuan
untuk mencegah penularan penyakit TBC (Tuberkolusis) yang berat pada bayi dan
menganjurkan ibu membawa bayinya imunisasi pada bulan berikutnya. Menurut
Marmi (2015) imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit melalui pemberian
vaksin untuk kekebalan tubuh yang dilaksanakan terus-menerus sehingga mampu
memberikan perlindungan kesehatan dan memutus rantai penularan.
E. Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana
Asuhan Keluarga Berencana pada Ny.D dilakukan 6 minggu masa nifas.
Ny.D berencana dari awal menggunakan KB yang tidak mengganggu ASI nya dan
alat kontrasepsi yang ingin digunakannya jangka pendek tidak jangka panjang.
Menurut Kemenkes (2013) metode kontrasepsi pada masa nifas yaitu MAL,
kontrasepsi progestin, implant, AKDR, kondom dan KB alamiah dan kontrasepsi
mantap.
Setelah dilakukan konseling tentang KB, Ny.D usia 28 tahun dengan
multipara dan sedang menyusui, kontrasepsi yang dianjurkan adalah MAL, KB
suntik 3 bulan, implant, dan AKDR. Ny. D memilih menggunakan KB suntik 3
bulan dengan alasan karena sebelumnya Ny. D menggunakan kb suntik 3 bulan
dan sudah nyaman dan cocok menggunakannya.
Menurut Kemenkes (2013) KB suntik 3 bulan mengandung progestin yaitu
Depo Medroksiprogesteron Asetat (DMPA) dengan cara kerja mencegah ovulasi
sehingga menurunkan penetrasi sperma. Efek samping dari KB suntik 3 bulan
seperti perubahan pola haid (haid tidak teratur), sakit kepala, pusing, kenaikan
beratbadan, perut kembung, perubahan suasana perasaan namun ASI tetap lancar.
Pemberian dilakukan setiap 3 bulan dengan cara penyuntikan secara IM pada
daerah bokong. Kontrasepsi ini cocok bagiibu sedang menyusui, selama masa
nifas selesai
Pada tanggal 15Mei 2019 pukul 17.00 WIB, Ny. D datang ke Praktik
Mandiri Bidan Afriana untuk pemberian KB suntik 3 bulan, Ny. D mengatakan
suami sudah setuju dan belum berhubungan dengan suaminya. Ibu sudah disuntik
KB suntik 3 bulan, memberikan penkes kepada ibu yaitu memberitahu ibu tanggal
kunjungan kembali untuk penyuntikan 3 bulan kemudian tanggal 08 Agustus
2019. Dengan penatalaksanaan yang baik, antara asuhan dan teori tidak
adakesenjangan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil asuhan yang dilakukan pada Ny. D secara continuity of
care terhadap Ny.D dari masa hamil trimester III pada usia kehamilan 34-38
minggu sampai keluarga berencana, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
1. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan
Asuhan Antenatal Care (ANC) yang diberikan pada Ny.D umur 28 tahun
G3P2A0 sudah dilakukan dengan kunjungan sebanyak 3 kali belum dengan
kebijakan program pelayanan Asuhan Standar Minimal 10 T, karena tidak
dilakukan suntik TT. Dari hasil pemeriksaan, tidak ada keluhan yang serius, Ny.
D dan janinnya dalam keadaan baik.
2. Asuhan Kebidanan pada Persalinan
Asuhan kebidanan pada persalinan Ny.D dari kala I sampai dengan kala IV
dilakukan sesuai Asuhan Persalinan Normal (APN). Bayi lahir normal tanpa ada
penyulit atau komplikasi.
3. Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas
Asuhan kebidanan pada masa nifas Ny.D dilakukan sebanyak 4 kali kunjungan
dimulai 6-8 jam sampai 6 minggu post partum yang bertujuan untuk menilai status
ibu, mencegah dan mendeteksi masalah yang terjadi pada masa nifas. Proses
involusio dan laktasi berjalan normal serta tidak ada tanda bahaya masa nifas.
4. Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir
Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Ny.D dilakukan segera setelah bayi
lahir. Bayi dengan jenis kelamin laki-laki, BB 3200 gram, PB 50 cm,
dilakukan IMD dan pemberian ASI eksklusif, perawatan bayi baru
lahirpemberian, HB0 dan salep mata pada kunjungan neonatus pertama.
Asuhan bayi baru lahir sejak kunjungan 6 jam sampai 28 hari berlangsung
baik, tidak ditemukan tanda bahaya dan komplikasi.

5. Asuhan Kebidanan Pada Keluarga Berencana


Asuhan keluarga berencana pada Ny. D dilakukan dengan memberikan konseling
alat kontrasepsi, pemilihan alat kontrasepsi yang sesuai, informed consent,
informed choice, penapisan klien dan pelayanan alat kontrasepsi pilihan ibu. Ny.D
mengambil keputusan menjadi akseptor KB suntik 3 bulan dan telah diberikan
pada 15Mei 2019.
B. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Memfasilitasi perpustakaan dengan memperbanyak buku terbitan tahun
terbaru dalam bidang kesehatan khususnya tentang Asuhan Kebidanan.
2. Bagi Lahan Praktik
Diharapkan Praktik Mandiri Bidan (PMB) khususnya PMB Afriana untuk
dapat meningkatkan kualitas pelayanan sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan. Pelayanan yang diberikan harus lebih ditingkatkan dalam upaya
menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi, dan dapat
menerapkan Asuhan Continuity of Care pada ibu hamil sampai pelayanan
KB.
3. Bagi Klien
Setelah mendapat asuhan Continuity of Care, diharapkan klien dapat
menambah wawasan dan pembelajaran tentang asuhan yang diberikan
selama masa hamil trimester III sampai pelayanan KB.
4. Bagi Penulis Selanjutnya
Diharapkan dapat lebih baik lagi dalam memberikan asuhan kebidanan
dengan mengaplikasikan teori tentang asuhan kebidanan dalam pelaksanaan
asuhan di lapangan sepanjang pelaksanaan Continuity of Care.
DAFTAR PUSTAKA

Astutik. 2015. Buku Kebidanan Masa Nifas dan Menyusui Ajar Asuhan. Jakarta:
TIM.

Dinkes Prov Sumatera Utara. 2017. Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun
2016. http://www.dinkes.sumutprov.go.id. (diakses tanggal 18 Maret
2019).

Handayani, S. 2017. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta:


Pustaka Rihama.

Kementerian Kesehatan RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016.


www.depkes.go.id. (diakses tanggal 18 Maret 2018).

Kemenkes RI. 2016. Profil Kesehatan Indonesia 2016. http://www.depkes.go.id/


resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Profil-Kesehatan-
Indonesia-2016.pdf (diakses tanggal 18 Maret 2019)

____________, 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. http://www.depkes.go.id/


resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/profil-kesehatan-
Indonesia-2015.pdf (diakses 18 Maret 2019).

Maritalia, Dewi. 2017. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Gosyen
Publishing.

Maryanti, Dwi, 2017. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan balita. Jakarta: TIM.

Marmi, K. Rahardjo. 2018. Asuhan Neonatus, Bayi, Balita, dan Anak


Prasekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Nugroho, T. 2014. Buku Ajar Kebidanan I (kehamilan). Yogyakarta:


Nuha Medika.

Prawirohardjo, S. 2016. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.

PROFIL_KAB_KOTA_2015/http://www.depkes.go.id/resources/download/profil/
1275_Sumut_Kota_M edan_2015.pdf (diakses tanggal 18 Maret 2019).

Romauli, S. 2017. Konsep Dasar Asuhan Kehamilan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Rohani. 2016. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba


Medika.
Rukiyah, A. Y. 2014. Asuhan Kebidanan II Persalinan. Jakarta: TIM.

________, A. Y., L. Yulianti,. 2017. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita.
Jakarta: TIM.

Setiyaningrum, E. 2016. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: TIM.

Walyani, E. S. 2015. Asuhan Kebidanan Pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka


Baru Press.

_____________, dan Purwoastuti, E. 2015. Asuhan Kebidanan Masa Nifas &


Menyusui. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Yuhedi, T. L., T. Kurniawati,. 2018. Buku Ajar Kependudukan Pelayanan KB.


Jakarta: EGC.

WHO. 2017.World Health Statistics 2017http://www.who.int/gho/publications/


world_health_statistics/2017/EN_WHS2017_TOC.pdf (diakses tanggal
18 Maret 2019).

Anda mungkin juga menyukai