Anda di halaman 1dari 12

PERTEMUAN I

ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS


WAKTU : Kelas IIIA : Kamis, 17 Oktober 2019
Kelas IIIB : Senin, 2 Desember 2019
POKOK BAHASAN : Konsep pelayanan kebidanan komunitas dan keluarga
sebagai pusat pelayanan
TUJUAN UMUM : Mahasiswa Mampu memahami Konsep pelayanan kebidanan
komunitas dan keluarga sebagai pusat pelayanan
TUJUAN KHUSUS : 1. Mahasiswa mampu memahami tentang pengertian kebidanan
komunitas
2. Mahasiswa mampu memahami Riwayat Kebidanan
Komunitas di Indonesia dan beberapa di negara lain
3. Mahasiswa mampu memahami fokus /sasaran kebidanan
komunitas
4. Mahasiswa mampu memahami filosofi kebidanan
dikomunitas
5. Mahasiswa mampu memahami Ruang Lingkup dan jaringan
kerja Pelayanan Bidan di Komunitas
DOSEN : Bella, SST

1. Pengertian Kebidanan Komunitas


Kebidanan komunitas merupakan gabungan dari beberapa istilah yaitu bidan di
komunitas, kebidanan komunitas, keluarga kebidanan komunitas dan pelayanan
kebidanan komunitas.
Istilah bidan mengandung beberapa makna diantaranya sebagai berikut.
a. Seornag perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang memiliki kompetensi
dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan lisensi untuk Praktek.
b. Profesional yaitu bertanggung jawab dan akutanbel
c. Mitra perempuan, yaitu sebagai mitra perempuan bidan harus dapat
memberdayakan, memberi dukungan, dan nasihat sepanjang siklus kesehatan
reproduksi perempuan
d. Provider, yaitu dalam memberikan asuhan kebidanan melakukan upaya preventif,
promotif, pemberian pelayanan esensial normal, melakukan deteksi dini
komplikasi, melaksanakan dan memberikan tindakan kegawatdaruratan, serta
mempunyai tugas penting memberikan konseling dan pendidikan kesehatan.
Bidan komunitas adalah bidan yang bekerja memberikan pelayanan kepada
keluarga dan masyarakat di suatu wilayah tertentu.
Kebidanan, istilah kebidanan mencakup segala pengetahuan yang dimiliki
bidan dan bentuk-bentuk kegiatan pelayanan yang dilakukan dengan tujuan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.
Komunitas (community) berasal dari bahasa latin, yaitu
cummunitas/communis yang berarti kesamaan, publik, atau banyak. Komunitas
mempunyai arti masyarakat terbatas yang mempunyai persamaan nilai (values),
perhatian (interest) yang merupakan kelompok khusus dengan batas-batas geografis

Askeb Komunitas By Bella, SST


1
yang jelas, dengan norma dan nilai yang telah melembaga. Misalnya kelompok ibu
hamil, ibu nifas, kelompok bayi, dan kelompok balita (Effendy,1998)
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah hidup saling berinteraksi
dan beragntung serta bekerja sama untuk mencapai tujuan.
Keluarga mencakup sekelompok individu yang berhubungan erat ecara teus-
menerus menjadi interaksi satu sama lain baik secara perorangan maupun secara
bersana.
Kebidanan komunitas adalah bentuk pelayanan kebidanan yang dilakukan
diluar bagian atau pelayanan berkelanjutan yang diberikan di rumah sakit dengan
menekankan kepada aspek-aspek psikososial budaya yang ada dimasyarakat.
Pelayanan kebidanan komunitas merupaka upaya yang dilakukan oleh bidan
dalam memecahkan masalah kesehatan reproduksi perempuan, bayi serta balita secara
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan menggunakan pendekatan
manajemen pelayanan kebidanan di komunitas.
Pelayanan kebidanan komunitas juga merupakan subsistem dari sistem
pelayanan kesehatan yang meliputi pelayanan kesehatan primer, sekunder, dna tersier
yang dilakukan secara mandiri dengan kolaborasi dan/atau merujuk.
2. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia dan beberapa Negara Lain
a. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia
Riwayat kebidanan komunitas di indonesia bermula pada masa penjajahan
belanda dengan dibukanya pendidikan dokter jawa dengan nama STOVIA
(School Tot Oplelding Van Indiche Arsten) di Batavia pada Tahun 1849,
kemudian pada tahun 1851 dokter W.Rosch membuka pendidikan bidan bagi
perempuan pribumi yang saat itu fokus peran bidan hanya bersifat klinis dengan
memberikan pelayanan dirumah sakit saja.
Sejak tahun 1952 peran bidan tidak hanya bersifat klinis. Pada waktu itu sekolah
bidan empat tahun mulai memasukkan konsep pelayanan kebidanan komunitas.
Akan tetapi, fokus utamanya masih pada pendidikan formal, yaitu bagaimana
memberikan kualitas pertolongan persalinan dirumah sakit dan bertugas secara
mandiri pada biro konsultasi (saat ini dikenal dengan poliklinik hamil rumah
sakit).
Setelah tahun 1952, tepatnya tahun 1953 peran bidan dimasyarakat semakin
terlihat dengan diadakan kursus tambahan bagi bidan yang berfokus pada
kesehatan masyarakat di yogyakarta. Bidan tidak hanya terbatas memb
memberikan pelayanan di rumah sakit, tetapi juga memberikan pelayanan
masyarakat dengan berbasis pada pelayanan kesehatan ibu dan anak (BKIA) di
Tingkat kecematan. Ruang lingkup pelayanan BKIS meliputi beberapa kegiatan
berikut ini.
1) Pelayanan antenatal, diantaranya dengan pemberian pendidikan kesehatan,
nasihat perkawinan, dan perencanaan keluarga.
2) Intranatal
3) Postnatal, yaitu dengan melakukan kunjungan rumah, pemeriksaan ibu
nifas, imunisasi bayi, balita dan pelayanan kesehatan kepada remaja.

Askeb Komunitas By Bella, SST


2
4) Penyuluhan gizi, seperti pemberian makanan tambahan.
5) Pemberdayaan masyarakat.
Pada tahun 1967, pelayanan BKIA menjadi bagian dari pelayanan puskesmas
Bidan Puskesmas tidak hanya memberikan pelayanan KIA dan KB didalam
puskesmas saja, tetapi juga memberikan pelayanan KIA, KB di Posyandu, UKS,
dan sebagai perencana dalam mengambil keputusan pelayanan dimasyakarat.
Pada masa inilah bidan dapat dikatakan sebagai motivator (penggerak)
dimasyakarat.
Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan angka kematian ibu, pada
tahun 1990-1996 terjadi perubahan konsep bidan untuk menekan tingginya angka
kematian ibu. Pemerintah dalam hal ini adalah badan koordinasi keluarga
berencana Nasional (BKKBN) menjalankan program pendidikan secara masal
yaitu SPK +1 tahun menjadi bidan desa yang merupakan staf puskesmas yang
ditempatkan di desa sebagai penanggung jawab poliklinik desa (polindes) yang
mempunyai peran sebagai penggerak masyarakat, memiliki wilayah kerja, dan
sebagai narasumber berbagai hal.
Dengan adanya safe motherhood, tahun 1996 departemen kesehatan
mencanangkan program gerakan sayang ibu (GSI) dan ikatan bidan indonesia
(IBI) melakukan advokasi pada pemerintah untuk melahirkan pendidikan D3
Kebidanan. melalui pendidikan diploma inilah materi tentang bidan sebagai agen
pembaru dimasyarakat dimasukan lebih banyak.

b. Riwayat Kebidanan Komunitas di bebebrapa negara lain


1) Perkembangan Bidan di Afrika Selatan
tahun 1678 , Alka Kaisters adalah bidan pertama di afrika selatan sebagai
kepala perawatan yang melakukan tugas-tugas perawatan umum sebagai
tugas bidan. Pada tahun 1967, pelayanan bidan diberikan oleh seorang bidan
dengan pengawasan dokter. Pelayanan kebidanan dipedesaan diberikan orang
wanita paruh baya yang tidak terlatih dengan pengalaman kebidanan. tahun
1808, dr. johan hunrich frederich mengajukan permohonan untuk mendirikan
sekolah kebidanan. Hunrich merupakan seorang yang memperhatikan
kualitas bidan, ia beranggapan bahwa bidan di daerahnya kurang berkualitas
dan jeleknya standar asuhan kebidanan yang diberikan bidam tidak
mempunyai lisensi / izin sehingga dipandang perlu untuk meningkatkan
kualitasnya melalui pendidikan. Hunrich di tunjuk sebagai accourher kolonial
yang mempunyai kewenangan untuk melatih bidan dalam melayani
masyarakat. Hunrich membantu bidan memberikan pelayanan kebidanan
pada orang miskin tanpa bayaran.
2) Perkembangan Bidan di Amerika
Awal abad ke-20 bidan diamerika tidak di akui oleh sebagian besar yuridis
(hukum), sehingga banyak terjadi pelanggaran-pelanggaran dalam praktik
kebidanan. bidan menjalan praktik kebidanan layaknya seorang dokter
berpengalaman tanpa melalui pendidikan yang spesifik. Pertolongan
persalinan kebanyakan dilakukan oleh dokter. Dokter memegang kendali
dalam pertolongan persalinan dan banyak memberikan obat-obatan tanpa

Askeb Komunitas By Bella, SST


3
memperhatikan aspek spritual, sehingga banyak wanita yang menajalani
persalinan dengan perasaan takut akan kematian. Adanya anggapan dari
kalangan medis bahwa secara emosional dan intelektual wanita tidak dapat
belajar dan menerapkan metode obstetrik merupakan faktor terhambatnya
bidan dalam mengembangkan pelayanan dan memperoleh pendidikan,
sehingga tidak ada sekolah kebidanan. Tahun 1915, dr. joseph DeeLee
mengatakan bahwa kelahiran bayi adalah proses patologis dan bidan tidak
mempunyai peran didalamnya sehingga kematian ibu mencapai angka 600-
700 kematian per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1900-1930, serta
banyak 30-50 % wanita melahirkan di rumah sakit. Hal ini membuat para
spesialis obstetri berusaha meningkatkan peran tenaga di luar medis,
termasuk bidan.
Pada tahun 1955, komunitas perawat bidan wanita membentuk American
college of nurse-Midwives (ACNM). Tahun 1980, bidan menjadi sebuah
profesi dengan lahan praktik yang spesifik dan membutuhkan organisasi
yang mengatur profesi tersebut. Tahun 1995, perkembangan bidan di amerika
mengalami kemajuan yang snagat pesat, termasuk dalam memberikan
pelayanan kebidanan di masyarakat/komunitas.

3) Perkembangan Bidan di Australia


Tahun 1824, kebidanan masih belum dikenal sebagai bagian dari pendidikan
medis Australia. Sebagian besar wanita yang melahirkan di tolong oleh
dokter dan tidak dirawat selayaknya oleh masyarakat. Bidan tidak banyak
berperan dalam pertolongan persalinan dan praktik kebidanan lainnya,
sehingga perkembangan bidan pada saat itu menjadi sangat lambat.
Kemudian pada tahun 1913, bidan mulai menolong persalinan, yakni sejak
perang dunia II bidan mulai menunjukan eksistensinya dalam memberikan
pertolongan persalinan di lingkungan rumah sakit, bidan tidak bekerja
sebagai perawat, mereka bekerja sebagaimana layaknya seorang bidan.
Eksistensi bidan di australia lebih terlihat semenjak pemerintah
memberlakukan penghargaan bagi bidan. Penghargaan tersebut merupakan
hal penting bagi peningkatan profesi. Di australia, pelayanan kesehatan ibu
dan anak merupakan layanan kombinasi dari keperawatan dan kebidanan,
tetapi bidan juga dapat bekerja memberikan pelayanan kebidanan sebagai
seorang bidan murni/bidan sejati.
4) Perkembangan Bidan di Inggris
Sejarah perkembangan bidan di inggris dipelopori oleh Florence Nightingal
pada abad ke-19. Florence adalah seorang pelopor kebidanan dan
keperawatan yang pada zaman tersebut, yaitu dengan memberikan
perawatan dan menolong wanita yang melahirkan di daerah peperangan
berdasarkan tradisi-tradisi. Tahun 1824, kebidanan masih belum dikenal
sebagai bagian dari pendidikan medis di inggris. Kebidanan di inggris baru
dikenal sebagai bagian dari medis di era tahun 1900-an, yaitu sejak
ditertibtkan buku tentang praktik kebidanan yang diterbitkan dengan tujuan

Askeb Komunitas By Bella, SST


4
untuk melindungui masyakarakat dan praktisi yang tidak memiliki kualifikasi
pada tahun 1902 karena kualifikasi pada saat itu terbtas pada keperawatan.
Meskipun sebagian wanita masih memilih dukun sebagai penolong
persalinan, promosi praktik bidan yang memiliki kualifikasi meningkat 30 %
pada tahun 1905 menjadi 74 % pada tahun 1915. Masih banyaknya
pertolongan persalinan oleh dukun dikarenakan berbagai faktor yaitu biaya
pertolongan persalinan di dukun sangat murah,tradisi, dan dukungan
masyarakat terhadap dukun yang dianggap sebagai tokong masyarakat/ orang
yang dituakan. Peningkatan pertolongan persalinan oleh bidan sampai 60%
terjadi pada tahun 1920 karenan pelayanan bidan dipusatkan kepada
pertolongan persalinan dan nifas. Tahun 1982, bidan di Inggris membentuk
aliansi bernama midwives Alliance of North America yang mempunyai
tujuan untuk meningkatkan komunikasi antarbidan dan membuat peraturan
untuk melindungi bidan.
5) Perkembangan Bidan di Selandia Baru
Selandia baru merupakan salah satu negara di dunia yang memperlihatkan
keberadaan bidan. Sejak tahun 1904, selandia baru telah mempunyai
peraturan cara kerja kebidanan. lingkup praktik kebidanan telah berubah
secara berarti sebagai hasil dari meningkatnya sistem rumah sakit dan
pengobatan atau pertolongan dalam kelahiran. Oleh karenanya, ada otonomi
bagi pekerja yang bergerak dalam praktinya dengan lingkungan praktik yang
penuh. Awal tahun 1900, bidan menjadi asisten dokter. Pelayanan kebidanan
komunitas dimulai dirumah sakit pada area tertentu yaitu pada klinik
antenatal, ruang bersalin, dan ruang nifas. Bidan mempunyai pengalaman
dalam memberikan intervensi dari pihak medis karena bidan bekerja di
komunitas dipercaya kemampuannya untuk menolong persalinan.
Para era 80-1n, bidan bekerjasama dengan para wanita untuk menegaskan
kembali otonomi bidan dan bersama-sama sebagai pratner telah membawa
kebijakan politik yang diperkuat dengan legalisasi tentang profesionalisme
praktik kebidanan. bidan lebih memilih untuk bekerja secara mandiri dengan
tanggung jawan penuh kepada klien dan asuhannya dalam lingkup yang
normal. Sampai pada saat ini, sebanyak 86% wanita diselandia baru
mendapatkan pelayanan dari bidan selama kehamilan sampai persalinan oleh
bidan dirumah ibu. Model kebidanan yang digunakan di selandia baru adalah
partnership antara bidan dan wanita. Bidan dengan pengetahuan,
keterampilanm dan pengalamannya. Wnaita dengan pengetahuan tentang
kebutuhan diri dan keluarganya, serta harapan-harapan terhadap kehamilan
dan persalinan. Pada awal kehamilan, antara bidan dan wanita harus saling
mengenal dan menumbuhkan rasa saling percaya di antara keduanya. Dasar
dari model partnership adalah komunikasi dan negosiasi. Di selandia baru,
bidan harus dapat membangun hubungan partnership dengan wanita yang
menjadi kliennya, serta bidan harus mempunyai kemampuan yang
profesional.
6) Perkembangan Bidan di Belanda
Belanda merupakan negara yang menunjukan perhatiannya terhadap
kelahiran dan kematian. Belanda memiliki angka kelahiran yang sangat

Askeb Komunitas By Bella, SST


5
tinggi sedangkan kematian prenatal relatif rendah. Wanita belanda berhak
memilih persalinan di rumah atau dirumah sakit, hidup atau mati. Satu dari
tiga persalinan lahir dirumah dan di tolong oleh bidan dan perawat,
sedangkan yang lain dirumah sakit, tetapi juga ditolong oleh bidan.
Pendidikan kebidanan di amsterdam memiliki prinsip yakni sebagaiman
memberi anastesi dan sedatif pada pasien begitulah bidan harus mengadakan
pendekatan dan memberi dorongan pada ibu saat persalinan. Jadi, pada
praktiknya bidan harus memandang ibu secara keseluruhan dan mendorong
ibu untuk menolong dirinya sendiri. Pada kasus resiko rendah, dokter tidak
ikut menangani mulai dari prenatal, natal, dan postnatal. Pada resiko
menengah, dokter selalu memberi pekerjaan tersebut pada bidan, sedangkan
pada kasus resiko tinggi, dokter dan bidan saling bekerja sama. Bidan di
belanda sebesar 75% bekerja secara mandiri, karena kebidanan adalah profesi
yang mandiri dan aktif. Sehubungan dengan hal tersebut, bidan harus
menjadi contoh (role model) di masyarakat dan harus menganggap dan harus
menganggap kehamilan adalah sesuatu yang nornal sehingga apabila seorang
wanita merasa dirinya hamil dapat langsung memeriksakan diri ke bidan.
Pelayanan komunitas merupakan sasaran utama dari praktik pelayanan
kebidanan dibelanda. Selama tidak ditemukannya adanya kelainan, wanita
diberi kebebasan untuk menentukan tempat persalinan. Kebanyak wanita
memilih persalinan dirumah, sehingga angka persalinan dirumah lebih tinggi
(43%) dibandingkan persalinan dirumah sakit. Praktik bidan merupakan
praktik mandiri dengan lingkup praktik sampai pada penanganan kasus
resiko rendah. Kemitraan antara dokter dan bidan terlihat pada kerjasama
dokter dan bidan dalam penanganan kasus resiko tinggi. Pemerintah belanda
memberikan hal pada bidan untuk praktik mandiri dan melakukan rujukan ke
ahli kebidanan apabila ditemukan kasus resiko tinggi. Bidan bekerja dibawah
lembaga audit kesehatan. Pelayanan intranatal dilakukan oleh bidan satu jam
setelah proses kelahiran plasenta, kemudian dilanjutkan dengan pelayanan
nifas selama 10 hari sampai enam minggu pasca melahirkan dengan
melakukan kunjungan rumah.
Kunjungan rumah yang pertama dilakukan pada hari kedua masa nifas. Pada
kunjungan pertama ini, bidan meminta dan mendenfarkan ibu serta keluarga
untuk menceritakan pengalam persalinannya. Kunjungan kedua dilakukan
pada hari keempat. Pada kunjungan kedua, bidan bersama ibu dan keluarga
mendiskusikan tentang perawatan ibu dan bayi. Kunjungan ketigas
dilakjukan pada hari ketujuh pascapersalinan. Pada kunjungan ketiga bidan,
ibu dan keluarga melakukan diskusi perawatan bayi dan perencanaan
keluarga.
3. Fokus/ Sasaran Kebidanan Komunitas
Ukuran keberhasilan bidan dikomunitas adalah bangkitnya atau lahirnya gerakan
masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta
kualitas hidup perempuan di wilayah tertentu dengan sasaran sebagai berikut.
a. Sasaran Umum
Lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi masyarakat tokoh masyarakat,
dan kelompok masyarakat.

Askeb Komunitas By Bella, SST


6
b. Sasaran Khusus
Perempuan selama dalam siklus kehidupannya, yaitu mulai sejak konsepsi sampai
lanjut usia, yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Anak
Asuhan kesehatan yang dberikan kepada anak sejak dalam kandungan, masa
bayi, balita, dan usia prasekolah dan sekolah.
2) Ibu
Asuhan dimulai dari masa kehamilan, persalinan nifas, dan selama dalam
masa menuju kehamilan berikutnya (masa interval)
3) Keluarga
Asuhan keluarga yang meliputi pelayanan ibu dan anak, pelayanan
kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu masa nifas, perbaikan gizi
dan imunisasi
4) Lanjut usia
Asuhan lebih difokuskan kepada masalah gangguan sistem reproduksi
5) Masyarakat
Pemberian asuhan ditujukan kepada remaja, calon ibu, dan kelompok ibu
Agar pelayanan kebidanan dikounitas terarah dan tepat sasaran, maka bidan harus
menerapkan prinsip asuhan kebidanan dikomunitas. Prinsip asuhan kebidanan
komunitas sebagai berikut.
1) Kebidanan komunitas sifatnya multidisplin meliputi ilmu kesehatan
masyarakat, sosial, psikologi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang
mendukung peran bidan di komunitas.
2) Berpedoman pada etika profesi kebidanan yang mengunjungi harkat dan
martabat kemanusian klien.
3) Dalam pelayanan kebidanan komunitas, bidan senantiasa memperhatikan
dan memberi penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat
selama tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan.
4) Ciri kebidana komunitas adalah menggunakan populasi sebagai unit
analisis. Populasi tersebut berupa kelompok sasaran yang terdiri atas
jumlah perempuan, jumlah kepala keluarga, jumlah neontas dan jumlah
balita.
5) Keberhasilan diukur melalui adanya kerja sama dengan berbagai mitra,
seperti PKK, kader kesehatan, tenaga kesehatan lain, tokoh masyarakat,
pekerja sosial, dan lain-lain
4. Filosopi Kebidanan di Komunitas
Menurut kamus besar bahasa indonesia, kata filosofi, filsafat, atau falsafah merupakan
kata serapan dari bahasa arab yaitu falsha dan bahasa yunani philosophia. Philosophia
merupakan kata majemuk, yaitu dari kata philia yang berarti persahabatan dan sophia
yang ebrarti kebijaksanaan. Sementara itu, dalam bahasa belanda kata filsafat berasal
dari filosofi, sehingga secara harfiah kata filsafat mengadung pengertian seorang
pecinta kebijaksanaan atau ilmu. Filosofi adalah pandangan hidup seseorang atau
sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-
citakan.

Askeb Komunitas By Bella, SST


7
Filosofi kebidanan komunitas merupakan pandangan dari seorang bidan dalam
memberikan pelayanan kebidanan pada individu, keluarga, dan masyarakat khususnya
pada perempuan, bayi, balita dan anak diwilayah kerja bidan pada kelompok
masyarakat tertentu.
Adapun filosofi kebidanan dikomunitas sebagai berikut.
a. Bahwa kehamilan dan persalinan berasal dari dan ada dimasyarakat.
b. Bahwa proses kehamilan dan persalinan merupakan proses fisiologi dan
alami/wajar, sehingga dalam memberikan asuhan tidak banyak membutuhkan
intervensi dan tidak perlu dilakukan pada suatu institusi.
c. Kebutuhan individu, perempuan dan keluarga tidak sama/berbeda-beda sesuai
dengan kepercayaan, lingkungan, sosial, dan budaya. Oleh karenanya,
kebutuhan harus dihargai dan didukung.
d. Bahwa proses kehamilan dam persalinan merupakan proses yang berharga bagi
seseorang perempuan, sehingga dalam pemberian asuhan kebidanan
dikomunitas bidan harus dapat membuat pengalaman tersebut sebagai sesuatu
yang menyenangkan.
e. Setiap perempuan mempunyai hak untuk menentukan persalinan berada di
tengah-tengah keluarga/kerabat.
f. Asuhan kebidanan dikomunitas merupakan asuhan yang berkelanj dan utan
(continuum of care) dan menyeluruh (holistik)
g. Dalam memberikan asuhan harus memperhatikan informed choice informed
consent.

5. Ruang Lingkup dan Jaringan Kerja Pelayanan Bidan di Komunitas


a. Ruang lingkup Kebidanan Komunitas
Ruang lingkup pelayanan kebidanan dikomunitas, meliputi upaya-upaya
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), diagnosis dini dan
pertolongan tepat guna/kegawatdaruratan, meminimalkan kecacatan, pemulihan
kesehatan (rehabilitatif), merujuk tepat waktu, follow up care, serta kemitraan
(termasuk membangun partisipasi dan peran serta masyarakat.
1) Promotif
Menurut WHO, promosi kesehatan adalah suatu proses membuat orang
mampu meningkatkan kontrol terhadap dan memperbaiki kesehatan, baik
dilakukan secara individu, keluarga, kelompok, maupun masyarakat. Upaya
promotif dilakukan antara lain dengan memberikan penyuluhan kesehatan,
peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perorangan, pemeliharaan
kesehatan lingkungan, pemberian makanan tambahan, rekreasi, dan
pendidikan seks.
2) Preventif
Ruang lingkup preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit
ganguan-gangguan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Upaya preventif dapat dilakukan di antara dengan melakukan imunisasi pada
bayi, balita, dan ibu hamil. Pemeriksaan kesehatan berkala melalui posyandu,
puskesmas, serta kunjungan rumah pada ibu nifas dan neonatus. Pemberian
tablet vitamin A dan garam beryodium ibu nifas dan balita. Pemberian tablet

Askeb Komunitas By Bella, SST


8
vitamin A dan garam beryodium ibu nifas dan balita. Pemberian tablet
tambah darah dan senam ibu hamil.
3) Diagnosis dini dan pertolongan tepat guna.
Diagnosis dini dan pertolongan tepat guna merupakan uapaya untuk
membantu menekan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi.
Diagnosis dini pada ibu hamil yaitu dengan cara melakukan deteksi dini
(misalnya skrining dini ibu hamil dengan menggunakan kartu skor puji
rochyati) agar tidak terjadi keterlambatan dikarenakan terjadi rujukan estafet
ibu bersalin dan ibu nifas sehingga ibu akan mendapatkan pertolongan secara
tepat guna
Untuk mendeteksi dini pada anak dapat dilakukan dengan cara pemantauan
pertumbuhan dan perkembangannya baik oleh keluarga, kelompok, maupun
masyarakat.
4) Meminimalkan kecatatan
Upaya meminimalkan kecacatan dilakukan dengan tujuan untuk merawat dan
memberikan pengobatan individu, keluarga, atau kelompok orang yang
menderita penyakit. Upaya yang bisa dilakukan di antaranya dengan
perawatan payudara ibu nifas dengan bendungan ais susu, perawatan ibu
hamil dengan kondisi patologis dirumah, ibu bersalin, ibu nifas dan
perawatan tali pusat bayi baru lahir.
5) Rehabilitatif
Rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang
dirawat dirumah ataupun terhadap kelompok tertentu yang menderita
penyakit. Misalnya upaya pemulihan bagi pecandu narkoba, serta penderita
TBC dengan latihan napas dan batuk efektif.
6) Merujuk tepat waktu
Kasus kematian ibu dan bayi secara umum banyak terjadi dimasyarakat,
sehingga salah satu upaya untuk meminimalkan adalah dengan melakukan
rujukan tepat waktu, karena merupakan program unggulan asuhan sayang ibu
dalam mendukung keselamatan ibu dan bayi baru lahir. Singkatan
BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal pentingnya dalam
mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi, yaitu sebagai berikut.
a) B (Bidan)
Pastikan bahwa ibu dan atau bayi baru lahir didampingi oleh
penolong persalinan yang kompeten untuk menata laksana gawat
darurat obstetri dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
b) A (Alat )
Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa
nifas, dna bayi baru lahir (tabung suntik, slang IV, alat resusitasi, dan
lain-lain) bersama ibu ketempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-
bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam
perjalanan menuju fasilitas rujukan.
c) K (Keluarga)
Beritahu ibu dan keluarga mnegenai kondisi terakhir ibu dan/atau
bayi serta alasan ibu dan/atau bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada
mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut.

Askeb Komunitas By Bella, SST


9
Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan bayi
baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.
d) S (Surat)
Berikan surat ketempat rujukan, surat ini harus memberikan identitas
ibu dan atau bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan
hasil pemeriksaan, asuhan, atau obat-obatan yang diterima ibu dan
atau bayi baru lahir. Selain itu, sertakan juga partograf yang dipakai
untuk membuat keputusan klinik.
e) O (Obat)
Bawa obat-obat esensial pada saat mengantarkan ibu kefasilitas
rujukan. Obat-obatan tersebut mungkin diperlukan selama
diperjalanan.
f) K (Kendaraan)
Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu
dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan
cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
g) U (Uang)
Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang
cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan
kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan/atau bayi baru lahir
tinggal difasilitas rujukan.

b. Follow Up Care dan Kemitraan


Asuhan kebidanan dikomunitas merupakan asuhan yang berkelanjutan, sehingga
dalam pelaksanaannya bidan harus memantau dari asuhan yang diberikan (follow
up care). Pemantauan asuhan kebidanan di komunitas dapat dilakukan dengan
cara melaksanakan program pemerintah salah satunya adalah dengan melakukan
kunjungan kerumah ibu hamil, ibu bersalin, ibu pascapersalinan dan kunjungan
neonatus. Follow up care juga dapat dilakukan bersamaan dengan melakukan
pemantauan wilayah setempat terutama untuk kesehatan ibu dan anak (PWS KIA)
jaringan kerja dikomunitas meliputi puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,
posyandu, BPS, dasa wisma,PKK, rumah ibu.
Dipuskesmas, bidan sebagai anggota tim bidan harus dapat mengenali kegiatan
yang akan dilakukan, mengenali serta mengusai tugas dan fungsi, berkomunikasi
dengan pimpinan dan tenaga kesehatan yang lain, memberi dan menerima saran,
serta tanggung jawab terhadap kegiatan pelayanan kebidanan dikomunitas.
Pada puskesmas pembantu, polindes, posyandu, BPS, dasa wisma, PKK dan
rumah ibu, bidan merupakan manajer yang berperan sebagai pengelola dan
pelaksana dalam melakukan kegiatan pelayanan kebidanan dikomunitas.
Untuk mencapai pelaksanaan pelayanan kebidanan dikomunitas, bidan perlu
membentuk jejaring dengan cara membina kerja sama baik dengan lintas program
maupun lintas sektor. Kerja sama lintas program dapat dilakukan dengan
melaksanakan program secara bersama-sama dengan tenaga kesehatan lainnya,
mislanya program pemberian imunisasi, pemberian tablet tambah darah (Fe),
pemberian vitamin A, dan pemberian makanan tambahan. Sementara, kerja sama

Askeb Komunitas By Bella, SST


10
lintas sektor merupakan bentuk kerja sama bidan dengan institusi diluar
kebidanan, misalnya pembinaan kesehatan reproduksi remaja (KRR),
pelaksanaan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS), serta penilaian pertumbuhan
dan perkembangan pada pendidikan anak usia dinin (PAUD)

1) Kemitraan
Asuhan kebidanan dikomunitas merupakan asuhan multidispliner dan lebih
difokuskan kepada pemberdayaan masyarakat/komunitas. Oleh karena itu,
dalam memberikan asuhan kebidanan komunitas, bidan harus mempunyai
pandangan bahwa masyarakat adalah sebagai mitra dengan fokus utama
anggota masyarakat. Anggota masyaraka sebagai intinya dipengaruhi oleh
subsistem komunitas yaitu lingkungan, pendidikan , keamanan, dan
transportasi, politik dan pemerintah, pelayanan kesehatan dan sosial,
komunikasi, ekonomi, serta rekreasi. Salah satu cara untuk memahami dan
mempelajari subsistem-subsistem tersebut adalah dengan membimbing,
menggerakan, dan memberdayakan masyarakat melalui kemitraan.
Kemitraan di komunitas merupakan upaya untuk menjalin hubungan kerja
sama dengan pihak-pihak tertentu untuk mencapai derajat kesehatan
masyarakat. Kemitraan bidan di komunitas dapat dilakukan dengan LSM
setempat, organisasi masyarakat seperti PKK, kelompok dasa wismas,
kelompok ibu-ibu dalam kegiatan keagamaan, dan kader kesehatan.
Organisasi sosial seperti panti asuhan, panti rehabilitasi, dan panti wreda.
Kelompok masyarakat yang melakukan upaya untuk mengembalikan
individu ke lingkungan keluarga dan masyarakat terutama pada kondisi
stigma masyarakat perlu dikurangi (misal penderita TBC, pecandu narkoba,
korban perkosaan dan prostitusi)

Askeb Komunitas By Bella, SST


11
DAFTAR PUSTAKA
Yulifah, Yuswanto Agus. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas. Jakarta : Salemba Medika
Ambarwati, Eny Retna. 2011. Asuhan Kebidanan Komunitas. Yogyakarta : Nuha Medika

Askeb Komunitas By Bella, SST


12

Anda mungkin juga menyukai