Anda di halaman 1dari 35

TYPOID

(medical sciene)

AMELIA HARYANTI WAHYUNI (P07224219003)


DIAN DWI LESTARI (P07224219008)
DESI NATALIA BARBARA SETO (P07224218010)
ELIN BETRILIA ARMANTO (P07224219012)
FADHILLA KHAIRUNNIA WATI (P07224219015)
FERIKA RAFARIS (P07224219017)
HUSNUL KHATIMAH (P07224219021)

DOSEN PENGAMPU : ROSALIN ARIEFAH PUTRI M.keb


TYPOID

Demam tifoid adalah penyakit infeksi


yang disebabkan oleh bakteri gram
negatif Salmonella typhii. Disebut
Tifoid karena pada awalnya penyakit
ini memiliki mnanifestasi yang hampir
sama dengan Demam Tifus yang
Salmonella typhii disebabkan oleh bakteri Rickettsia
oleh karena itu penyakit ini diberi
akhiran “id” yang berarti mirip
Demam tifoid merupakan suatu infeksi
Fecal-Oral yang pada nantinya akan
menyerang saluran Cerna khususnya usus
halus (jejunum dan ileum) dilanjutkan
dengan masuknya ke dalam aliran darah
(bakteremia) yang akan menyebabkan
gejala atau tanda yang khas tempat dimana
kuman melewati organ selama bakteremia
tersebut.
Etiologi

salmonella sp. adalah salah satu strain dari bakteri gram


negative bentuk bacil atau batang, tidak berspora, tidak
berkapsul. Kuman ini tumbuh dalam suasana aerob dan
fakultatif anaerob, mati dalam suhu 56oC dan pada keadaan
kering. Di dalam air dapat bertahan selama 4 minggu dan
hidup subur dalam media yang mengandung garam empedu.
bakteri ini selalu masuk melalui jalan oral, biasanya dengan
mengkontaminasi makanan dan minuman. Faktor- faktor lain
yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap infeksi
Salmonella sp. adalah keasaman lambung, flora normal usus,
dan ketahanan usus lokal.
Epidemologi
Demam tifoid dan paratifoid
merupakan salah satu penyakit infeksi
endemic di Asia, Afrika, Amerika
Latin, kep. Karibia, dan Oceania,
termasuk Indonesia.Insiden demam
tifoid di seluruh dunia menurut data
pada tahun 2002 sekitar 16 juta per
tahun, 600.000 diantaranya berakhir
dengan kematian. Di Indonesia
prevalensi 91% kasus demam tifoid
terjadi pada umur 3-19 tahun dengan
kejadian yang meningkat setelah usia
5 tahun.
Ada dua sumber penularan penyakit ini yaitu :

1. pasien yang menderita demam tifoid dan


yang lebih sering adalah dari carier yaitu
orang yang sudah sembuh dari demam tifoid
Subtitle
tapi masih mengekskresikan S. typhii dalam
tinja, urin, tinja dalam jangka waktu yang
sangat bervariasi. T E A C H I N G S T R AT E G Y

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetuer adipiscing elit. Aenean commodo
2. Dapat juga terjadi transmisi ligula eget dolor.
transprasental dari seorang ibu hamil yang
berada dalam bakteremia kepada bayinya.
Patofisiologi
Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks yang
mengikuti ingesti organism, yaitu:

1) penempelan dan invasi sel- sel pada Peyer Patch


2) bakteri bertahan hidup dan bermultiplikasi dalam makrofag Peyer Patch,
nodus limfatikus mesenterica, dan organ- organ extra intestinal sistem
retikuloendotelial
3) bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah
4) produksi enterotoksin yang meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta
usus dan meningkatkan permeabilitas membrane usus sehingga menyebabkan
keluarnya elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal .
Bagan patomekanisme Infeksi Salmonella typhi :
Gejala Klinis
Keluhan dan gejala
Demam Tifoid umumnya tidak
khas, dan bervariasi dari
gejala yang menyerupai flu

Subtitle
ringan sampai sakit berat dan
fatal yang mengenai banyak
sistem organ. Secara Tklinis
EACHING PROCESS
gambaran penyakit demam
tifoid berupa demam
berkepanjangan, gangguan
gastrointestinal dan keluhan
susunan saraf pusat.
Diagnosis

1) Anamnesis
Anamnesis yang perlu dievaluasi untuk mengarahkankecurigaan terhadap demam tifoid :

a.Demam, onset (hitung lama demam dari awal sakit sampai dibawa ke pusat pengobatan),
tipe demam (demam terutama pada malam hari dan turun menjelang pagi hari),
menggigil atau tidak, keringat dingin, sejak kapan mulai demam tinggi terus tanpa suhu
turun, disertai kejang atau tidak.

b.Gejala gastrointestinal, Diare (sejak kapan, frekuensi, ampas +/-, konsistensi, volume
tiap diare, warna, darah, lender), konstipasi (sejak kapan mulai tidak BAB), mual atau
muntah, anoreksia, malaise, perut kembung.
c. Gejala SSP apakah anak sempat mengalami tidak sadar? Atau hanya sebatas ngelindur
atau mengigau saja waktu tidur.

d. Riwayat Penyakit dahulu ditanyakan untuk mencari tahu apakah pernah sakit seperti ini

e.Riwayat Terapi, bila sudah mendapatkan terapi baik hanya antipiretik dan atau antibiotika
klinis penyakit kemungkinan sangat mungkin sudah mengalami perubahan.

f.Riwayat kehidupan sosial adalah yang tidak boleh dilupakan mengingat salah satu faktor
resiko terjadinya penyakit adalah lingkungan yang padat dan sanitasi perorangan yang
kurang baik.

g.Riwayat makanan

h. Riwayat Imunisasi
2) Pemeriksaan Fisik

Pada keadaan yang sudah terjadi komplikasi sangat


mungkin keadaan menjadi toksik, salah satunya
adalah penurunan kesadaran mulai dari delirium,
stupor hingga koma.

Pada pemeriksaan kepala dan leher observasi tanda


-tanda dehidrasi yang mungkin terjadi akibat diare
sebagai suatu symptom yang dapat terjadi pada
infeksi demam tifoid.
1) Pemeriksaan Penunjang
a. Darah Lengkap
Pada darah lengkap infeksi bakteri akan menunjukkan leukositosis dengan hitung
jenis yang cenderung ke kiri .

b.Uji Widal.
Uji widal dilakukan untuk deteksi antibodi terhadap kuman Salmonella typhi.Pada
uji widal terjadi suatu reaksi aglutinasi antara antigen kuman Salmonella typhi
dengan antibody penderita yang disebut agglutinin. Antigen yang digunakan pada
uji widal adalah suspense bakteri Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Maksud uji widal adalah untuk menentukan adanya
agglutinin/antibodi dalam serum penderita tersangka demam tifoid yaitu:
antigen O (dari tubuh kuman itu sendiri), antigen H (dari flagella kuman), antigen
Vi (simpai kuman) dan antigen Paratyphi A dan B (antigen dari Salmonella
Paratyphi A dan B)
c. Kultur
Hasil biakan darah yang positif memastikan demam tifoid, akan tetapi hasil negatif tidak menyingkirkan demam
tifoid, karena mungkin disebabkan beberapa hal sebagai berikut: 1) telah mendapat terapi antibiotik. Bila pasien
sebelum dilakukan kultur darah telah mendapat antibiotik, pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat
dan hasil mungkin negatif.vKultur kuman dapat diambil dari darah, urin, atau feses.

d.Pemeriksaan Serologi (IgM dan IgG anti Salmonella)


IgM anti salmonella atau yang dikenal dengan TUBEXR tes adalah pemeriksaan diagnostic in vitro
semikuantitatif yang cepat dan mudah untuk mendeteksi infeksi Tifoid akut. Pemeriksaan ini mendeteksi
antibody IgM terhadap antigen Lipo Polisakarida bakteri Salmonella typhi dengan sensitivitas dan spesifitas
mencapai > 95% dan > 91%.

e.Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi bukan merupakan pemeriksaan wajib untuk menegakkan diagnosa, tapi untuk evaluasi
sudah terjadi komplikasi atau belum :

Foto thorax, apabila saat perawatan didapatkan sesak, sangat mungkin terjadi infeksi sekunder berupa pneumonia.
Foto Polos abdomen (BOF), bila diduga sudah terjadi komplikasi intestinal seperti perforasi usus.
Diagnosa Banding

Pada stadium dini demam tifoid,


beberapa penyakit kadang- kadang
secara klinis dapat menjadi diagnosis
banding dari demam tifoid diantaranya
influenza/common cold, gastroenteritis
akut, bronchitis atau bronkopneumonia
bila didapatkan tanda- tanda sesak,
batuk dan demam.
Penatalaksanaan
Prinsip utama dalam
pengobatan demam tifoid adalah
Istirahat dan perawatan, diet dan
terapi penunjang (simtomatik dan
suportif), serta pemberian antibiotika.
Pada kasus tifoid yang berat hasus
dirawat di rumah sakit agar pemenuhan
cairan, eletrolit, serta nutrisi
disamping observasi kemungkinan
penyulit.
Komplikasi
1) Komplikasi Intestinal

Mencakup perdarahan intestinal dan perforasi usus. Pada perdarahan intestinal diawali
dari Peyer Patch yang mengalami infeksi terutama pada ileum terminal dapat terbentuk
tukak/luka yang berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus.

2)Komplikasi Extraintestinal

Yang paling sering terjadi pada anak- anak adalah manifestasi neuropsikiatrik yang
mana sering terjadi delirium dan atau Sindroma Otak Organik yang lain. Hal ini sering
juga disebut sebagai tifoid toxic atau tofoid ensefalopati. Pengobatannya ditambah
dengan Kortikosteroid (dexamethasone) 3x5 mg.
Prognosis
prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia, keadaan kesehatan
sebelumnya dan ada tidaknya komplikasi. Di Negara maju, dengan terapi antibiotic yang
adekuat, angka mortalitas < 1%. Di Negara berkembang, angka mortalitasnya > 10%,
biasanya karena keterlambatan diagnosis, perawatan dan pengobatan. Munculnya
komplikasi seperti perforasi gastrointestinal atau perdarahan hebat, meningitis,
endokarditis, dan pneumonia dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi .
TINJAUAN KASUS
Tanggal pengkajian : 10 April 2018
Waktu pengkajian : 15.00 WITA
Tempat pengkajian : RS Ibu dan Anak
Nama pengkaji : Sri Rahayu
DATA SUBJEKTIF
1. Identitas
a. Identitas Klien
Nama : An. HL
Umur/Tanggal lahir : 6 tahun/8 Juni 2011
Jenis kelamin : Perempuan
Tanggal MRS : 10 April 2018
NO. Registrasi : 464189
b. Identitas Orang Tua
Nama Ayah : Tn. A
Nama Ibu : Ny. R
Usia Ayah/Ibu : 35 thn/32 thn
Pendidikan Ayah/Ibu : SMA/SD
Pekerjaan Ayah : Pendeta
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Agama : Kristen Protestan
Suku/Bangsa : Toraja
Alamat : Sentani
2. Alasan Masuk Rumah Sakit / Keluhan Utama
a. Alasan Masuk Rumah Sakit
Ibu mengatakan badan anaknya panas dan muntah setiap makan.
b. Keluhan Utama
Badan anak panas dan sering muntah.

3. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD dengan keluhan panas 5 hari sebelum masuk
rumah sakit, panas dimulai pada pagi hari dan merasa semakin panas
pada malam hari yang disertai keringat dan menggigil. Keluhan
tambahan, pasien juga mencret 1 hari sebelum masuk rumah sakit
kurang lebih 5 kali dalam 1 hari dengan konsistensi cair dan banyak
berwarna putih sampai kuning yang disertai darah tanpa lendir,
keluhan penyerta lain yaitu adanya nyeri perut dan nyeri kepala sejak 4
hari SMRS.
4. Riwayat Pengobatan
Sebelum berobat ke Rumah Sakit Abepura, pasien sebelumnya telah
berobat ke Apotek 4 hari sebelum masuk rumah sakit dan dari hasil
pemeriksaan didapatkan Plasmodium falcifarum +1. Pasien kemudian
diberikan obat paracetamol, primakuin dan DHP yang diminum selama
3 hari. Pagi sebelum masuk rumah sakit pasien kembali berobat ke
apotek dengan keluhan panas dan disertai mencret disertai darah,
mual dan muntah, pasien kemudian disarankan untuk berobat ke
rumah sakit abepura.
5. Riwayat Penyakit Dahulu
Malaria Falciparum dan Demam thypoid tidak pernah dialami pasien
sebelumnya.
6. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pernah terkena Malaria Falciparum.
7. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Selama kehamilan Ibu pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan
dan jamu. Pasien juga lahir secara spontan di rumah sakit Dian
Harapan dan lahir cukup bulan (kurang lebih 9 bulan).
8. Riwayat Imunisasi
BCG
Hepatitis B0 HB1 HB2 HB3 HB4 booster
DPT1 DPT2 DPT3 DPT4 booster
Polio1 Polio2 Polio3 Polio4
Campak Booster
HiB1 HiB2 HiB3 HiB4 booster
2. Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien diberi ASI sampai umur 2 tahun dan mulai diberi bubur sun usia 6
bulan. 0-1 bulan anak mampu memandang objek yang bergerak disekitarnya,
merespon suara, dan tersenyum. 2 bulan anak mulai mencengkram tangan
orang, kontak mata dengan orang sekitarnya dan bermain dengan jari-jarinya.
3 bulan anak mulai belajar tengkurap dan kepala mulai tegak saat digendong.
4 bulan anak mulai tertawa dan berguling ke satu sisi. 5 bulan anak mulai
mampu mengambil barang yang ada disekitarnya dan mulai menangis jika
ditinggal ibu atau orang terdekatnya. 6 bulan anak mampu memainkan
tangan dan kakinya sendiri dan merangkak. 7 bulan anak mulai meniru suara,
duduk tanpa bantuan, dan merespon ketika dipanggil. 8 bulan anak mampu
memindahkan benda dari satu tangan ketangan lainnya, dan mulai belajar
berdiri dengan berpegangan kebenda lain. 9 bulan anak mulai bisa melempar
barang, sedangkan bulan ke 10 anak mulai memanggil mama atau papa,
melambaikan tangan dan bermain cilukba. Usia 11 bulan anak mengoceh
kata-kata yang sering didengar, dan bisa berdiri sendiri dalam beberapa
waktu. 12 bulan anak mulai menunjuk sesuatu yang diinginkan dan meniru
aktivitas orang lain.
10. Pola Fungsional Kesehatan
Pola Saat Sehat Saat Sakit
Nutrisi Makan 3x/hari dengan menu nasi,
Nafsu makan menurun, setiap
lauk, sayur. Minum air putih 5
makan muntah.
gelas/hari.
Eliminasi BAB tidak teraturBAK tidak
BAB 1x/hariBAK 5x/hari teratur, berwarna kuning
kecoklatan.
Istirahat Tidur pulas Susah tidur
Personal
Hygiene Mandi 2x/hariGanti baju 2x/hari Mandi 2x/hariGanti baju 1x/hari
Aktivitas
Aktif Pasif
11. Riwayat Sosial
Pasien tinggal bersama orangtuanya dengan 2 adik dan 1 kakak, pasien
bersekolah di TK Harapan Papua dan diberikan makan rutin setiap pagi dan
siang oleh pihak sekolah.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Nadi : 105x/menit
Respirasi : 25x/menit
Suhu : 38,2°C
SpO2 : 98%
Status Gizi : Gizi buruk
2. Pemeriksaan Fisik
Kepala Bentuk : Bulat, Simetris
Rambut : Hitam kecoklatan, Distribusi Merata
Muka : Bulat, Simetris, madarosis
Mata : Conjungtiva Anemis (+/+); Sklera Ikterik (-/-);
Sekret (-/-)
Telinga : Deformitas (-), Sekret (-)
Hidung : Deviasi (-)
Mulut : Oral Candidiasis (-); Tonsil (T1-T1); Lidah
Kotor(+)(bagian tengah putih dengan
pinggiran yang
hiperemis).
Leher : Trakea Letak Normal, Pembesaran KGB (-/-), JVP Tidak
Meningkat.
Thoraks Paru:
Inspeksi : Simetris, ikut Gerak Nafas, retraksi (-), Jejas (-)
Palpasi : Vokal Fremitus (Dextra=Sinistra)
Perkusi : Sonor di Kedua Lapang Paru
Auskultasi : Suara Nafas,Vesikuler (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus Cordis Tidak Terlihat; Thrill (-)
Palpasi : Iktus Cordis Teraba Pada ICS V Midline
Clavicula Sinistra
Perkusi : Pekak (Batas Jantung Dalam Batas Normal)
Auskultasi : BJ I-II Reguler, Murmur (-), Gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Tampak Datar, Supel, Jejas (-)
Auskultasi : Bising Usus (+) Normal
Palpasi : Nyeri Tekan (-), Hepar : teraba 2 jari BAC , Lien : tidak
teraba
Perkusi : Timpani
Ektremitas : Akral Hangat,Capillary Refill Time < 2 detik, Edema (-),
Ulkus Clubbing Finger (-), nodulus
(-), skuama (-)
Genitalia : Ulkus (-)
3. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Widal
Tabel 1. Pemeriksaan Widal
Tanggal 10 April 2018

Widal O H
Salmonella Typhy 1/320 1/320
Salmonella Paratyphy A 1/160 1/160
Salmonella Paratyphy B 1/160 1/320
Salmonella Paratyphy C 1/320 1/320

ASTO <200 I.U/mL (Negatif)


Rheuma Factor <8 I.U (Negatif)
DDR Negatif
b. Pemeriksaan Hematologi
Tabel 2. Pemeriksaan Hematologi

Tanggal
Parameter Nilai Normal
10/4/2016
RBC (106/mm3) 5.29 3.5–5.2
Hb (g/dL) 9.8 12-16
HCT (%) 33.5 35-49
MCV (fL) 63.2 80-100
MCH (pg) 18.5 27-34
MCHC (g/dL) 29.2 31-37
RDW CV 20.2 11-16
RDW SD 43.1 35-56
WBC (103/mm3) 2.4 4-12
Granulosit (%) 64.4 50-70
Lymphosit (%) 23.4 20-60
Trombosit (103/mm3) 185 100-300
MPV (fL) 9.1 6.5-12
PCT (%) 0.168 0.108-0.282
c. Pemeriksaan Feses
Tabel 3. Pemeriksaan Feses

Uji Makroskopik Uji Mikroskopik

Tanggal Tanggal
Parameter Parameter
13/4/2018 13/4/2018
1–2 sel/lapang
Warna Coklat Epitel
pandang
Konsistensi Lembek Makrofag -
1–2 sel/lapang
Bau Khas Leukosit
pandang
Lendir + Eritrosit Positif 1+
Darah - Kristal -
Sel Ragi -
Kista Amoeba/Amoeba -
Telur Cacing/Cacing -
Sisa Makanan +
Tanggal 13 April 2017
1.Hepar : Tidak membesar,
d. Pemeriksaan USG tepi tajam, tekstur parenkim homogen halus,
intensitas gema parenkim normal, massa/nodul (-).
Ductus biliaris intra dan ekstra hepatal, vena portal
tidak melebar.
2.Gallblader : dinding tidak
menebal, reguler, batu (-).
3.Pankreas : tidak membesar,
massa (-). Duktus pankreaticus tidak melebar.
4.Lien : tidak
membesar, tekstur parenkim homogeny halus,
massa/nodul - vena lienalis tidak melebar
5.Ginjal : kanan kiri tidak
membesar, system pelvokalises tidak melebar,
batas parenkim dengan central echocomplek
normal, intensitas gema parenkim normal,
batu/kista (-).
6.Ureter : kanan kiri tidak
melebar
7.Buli :
dinding tidak menebal, regular, batu (-).
8.Prostat : ukuran tidak
membesar, tidak tampak massa/ kalsifikasi
ASSESMENT
Diagnosis : Anak sakit dengan typoid.
Masalah : Panas dan muntah.

PENATALAKSANAAN

Tanggal/Jam Pelaksanaan
Menjelaskan kepada ibu untuk memperhatikan kebersihan
makanan, minuman dan juga lingkungan sekitar.
Memberitahu kepada ibu untuk memberikan anaknya
makanan yang mengandung serat, zat besi, karbohidrat,
mineral, vitamin dan lemak.
10 April
201815.15 WITA Memberitahu kepada ibu sebaiknya saat anaknya tidur
posisikan dengan tepat seperti kepala lebih tinggi dari
badannya, sehingga mempermudah pernafasan anak.
Melakukan kolaborasi dengan petugas laboratorium serta
kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi obat dan
penanganan selanjutnya.
selesai
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai