Anda di halaman 1dari 16

Demam Tifoid

BATASAN
Demam tifoid adalah penyakit infeksi akut disebabkan oleh kuman gram
negatif Salmonella typhi. Selama terjadi infeksi, kuman tersebut bermultiplikasi
dalam sel fagositik mononuklear dan secara berkelanjutan dilepaskan ke aliran
darah.

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi pada usus yang menimbulkan gejala
gejala sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, S. Paratypi A, B, dan C.
Penularan terjadi secara fekal oral, melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi. Sumber infeksi terutama carrier. Carrier ini mungkin penderita
yang sedang sakit (carier akut). Carier menahun yang terus mengeluarkan kuman
atau carier pasif yaitu mereka yang mengeluarkan kuman melalui ekskreta tetapi
tidak pernah sakit.

ETIOLOGI DAN EPIDEMIOLOGI


Epidemiologi
Demam tifoid dan demam paratifoid endemik di Indonesia. Penyakit ini termasuk
penyakit menular yang tercantum dalam undang-undang No. 6 tahun 1962 tentang
wabah. Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit-penyakit yang mudah
menular dan dapat menyerang banyak orang, sehingga dapat menimbulkan wabah.
Walaupun demam tifoid tercantum dalam undang-undang wabah dan wajib
dilaporkan, namun data yang lengkap belum ada, sehingga gambaran
epidemiologisnya belum diketahui secara pasti.
Di Indonesia demam tifoid jarang dijumpai secara epidemik, tetapi lebih sering
bersifat sporadik, terpencar-pencar disuatu daerah, dan jarang menimbulkan lebih
dari satu kasus pada orang-orang serumah. Sumber penularannya biasanya tidak
dapat ditemukan.
Ada dua sumber penularan S. typhi : pasien dengan demam tifoid dan yang lebih
sering carrier. Orang-orang tersebut mengekskresi 109 sampai 1011 kuman
pergram tinja.
Didaerah endemik transmisi terjadi melalui air yang tercemar. Makanan yang
tercemar oleh carrier merupakan sumber penularan yang paling sering di daerah
nonendemik. Carrier adalah orang yang sembuh dari demam tifoid dan masih terus
mengekskresi S. typhi dalam tinja dan air kemih selama lebih dari satu tahun.
Disfungsi kandung empedu merupakan predisposisi untuk terjadinya carrier. Kumankuman S. typhi berada didalam batu empedu atau dalam dinding kandung empedu
yang mengandung jaringan ikat, akibat radang menahun.
Etiologi
Etiologi demam tifoid dan demam paratifoid adalah S. typhi, S. paratyphi A, S.
paratyphi B dan S. paratyphi C.

Sumber S. thypii : manusia ebagai reservoir pertama, hewan babi, makanan,


lingkungan. Sumber penularan S. thypii bisa dari carrier, makanan dan air yang
tercemar Salmonella Thypii.

PATOFISIOLOGI

Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal
dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku), Fomitus (muntah),
Fly (lalat), dan melalui Feses.

Kuman S. typhi masuk ketubuh manusia melalui mulut dengan makanan dan air
yang tercemar. Sebagian kuman dimusnahkan oleh asam lambung. Sebagian lagi
masuk ke usus halus dan mencapai jaringan limfoid plaque Peyeri di ileum
terminalis yang mengalami hipertropi. Ditempat ini komplikasi perdarahan dan
perforasi intestinal dapat terjadi. Setelah menyebabkan peradangan dan nekrose
setempat, kuman S. typhi kemudian menembus ke lamina propina, masuk aliran
limfe dan mencapai kelenjar limfe messenterial yang juga mengalami hipertropi.
Setelah melewati kelenjar-kelenjar limfe ini S. typhi masuk kealiran darah melalui
duktus thoracicus. Kuman-kuman S. typhi lain mencapai hati melalui sirkulasi portal.
Dari usus. S. typhi bersarang di plaque Peyeri, limpa, hati dan bagian-bagian lain
system retikuloendotial. Ditempat ini kuman difagosit oleh sel sel fagosit RES dan
kuman yang tidak difagosit akan berkembang biak. Pada akhir masa
inkubasi Demam tifoid (5-9 hari) kuman kembali masuk ke darah kemudian
menyebar ke seluruh tubuh dan sebagian kuman masuk ke organ tubuh terutama
limpa, kandung empedu yang selanjutnya kuman tersebut kembali dikeluarkan dari
kandung empedu ke rongga usus dan menyebabkan reinfeksi usus.
Semula disangka demam dan gejala-gejala toksemia pada demam tifoid disebabkan
oleh endotoksemia. Tapi kemudian berdasarkan penelitian-eksperimental
disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan penyebab utama demam dan
gejala-gejala toksemia pada demam tifoid. Endotoksin S. typhi berperan pada
patogenesis demam tifoid, karena membantu terjadinya proses inflamasi lokal pada
jaringan setempat S. typhi berkembang biak. Demam pada tifoid disebabkan karena
S. typhi dan endotoksinnya merangsang sintesis dan pelepasan zat pirogen oleh
leukosit pada jaringan yang meradang.

Setelah melalui asam lambung, Salmonella typhosa menembus ileum ditangkap


oleh sel mononuklear, disusul bakteriemi I. Setelah berkembang biak di RES,
terjadilah bakteriemi II

Interaksi Salmonella dengan makrofag memunculkan mediator-mediator. Lokal


(patch of payer) terjadi hiperplasi, nekrosis dan ulkus. Sistemik timbul gejala panas,
instabilitas vaskuler, inisiasi sistem beku darah, depresi sumsum tulang dll
Imunulogi. Humoral lokal, di usus diproduksi IgA sekretorik yang berfungsi
mencegah melekatnya salmonella pada mukosa usus. Humoral sistemik, diproduksi
IgM dan IgG untuk memudahkan fagositosis Salmonella oleh makrofag. Seluler
berfungsi untuk membunuh Salmonalla intraseluler.

GEJALA KLINIS
Masa inkubasi Demam tifoid rata rata 2 minggu. Gejala timbul tiba tiba atau
berangsur angsur. Penderita Demam tifoid merasa cepat lelah, malaise, anoreksia,
sakit kepala, rasa tak enak di perut dan nyeri seluruh tubuh.
Demam pada Demam tifoid umumnya berangsur angsur naik selama minggu
pertama, demam terutama pada sore hari dan malam hari (bersifat febris
reminent). Pada minggu kedua dan ketiga demam terus menerus tinggi (febris
kontinua). Kemudian turun secara lisis. Demam ini tidak hilang dengan pemberian
antipiretik, tidak ada menggigil dan tidak berkeringat. Kadang kadang disertai
epiktasis. Gangguan gastrointestinal : bibir kering dan pecah pecah, lidah kotor,
berselaput putih dan pinggirnya hiperemis. Perut agak kembung dan mungkin nyeri
tekan. Limpa membesar dan lunak dan nyeri pada penekanan. Pada permulaan
penyakit umumnya terjadi diare, kemudian menjadi obstipasi.

Masa Inkubasi/ tunas : 10-14 hari


Minggu 1 : demam (suhu berkisar 39-40), nyeri kepala, pusing, nyeri otot,
anoreksia, mual muntah, konstipasi, diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan
epiktasis.
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan
keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk,
epitaksis, obstipasi / diare, perasaan tidak enak di perut.
Minggu 2 : demam, bradikardi, lidah khas berwarna putih, hepatomegali,
splenomegali, gangguan kesadaran.
Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas
(putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan
kesadaran.
Keluhan dan gejala Demam Tifoid tidak khas, dan bervariasi dari gejala seperti flu
ringan sampai tampilan sakit berat dan fatal yang mengenai banyak sistem organ.
Secara klinis gambaran penyakit Demam Tifoid berupa demam berkepanjangan,
gangguan fungsi usus, dan keluhan susunan saraf pusat.
1. Panas lebih dari 7 hari, biasanya mulai dengan sumer yang makin hari makin
meninggi, sehingga pada minggu ke 2 panas tinggi terus menerus terutama pada
malam hari.
2. Gejala gstrointestinal dapat berupa obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung,
hepatomegali, splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi.
3. Gejala saraf sentral berupa delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan sampai
koma.
LANGKAH DIAGNOSTIK
1. Amanesis
2. Tanda klinik
3. Laboratorik
a. Leukopenia, anesonofilia
b. Kultur empedu (+) : darah pada minggu I ( pada minggu II mungkin sudah
negatif); tinja minggu II, air kemih minggu III
c. Reaksi widal (+) : titer > 1/200. Biasanya baru positif pada minggu II, pada
stadium rekonvalescen titer makin meninggi
d. Identifikasi antigen : Elisa, PCR. IgM S typphi dengan Tubex TF cukup akurat
dengan
e. Identifikasi antibodi : Elisa, typhi dot dan typhi dot M
Pemeriksaan Dan Gambaran Laboratorik Demam tifoid

1. Leukosit, akan terjadi peningkatan jumlah leukosit dalam tubuh (leukositosis)


2. SGOT dan SGPT akan mengalami peningkatan, tetapi dapat kembali normal
setelah sembuhnya typhoid.
3. Biakan darah
(+) memastikan Demam tifoid, orang yang hasil + maka orang tersebut sudah
terjangkit Demam tifoid
(-) tidak menyingkirkan Demam tifoid artinya jika hasil negatif maka belum tentu
orang tersebut tidak mengalami Demam tifoid
4. Uji widal
- reaksi aglutinasi antara antigen dan antibody
- Aglutinin positif terhadap S. Thypii terdapat dalam serum penderita Demam
tifoid dan carrier.
- Reaksi widal (+) : titer <>
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium :
Uji Widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi (aglutinin).
Aglutinin yang spesifik terhadap salmonella thypi terdapat dalam serum klien
dengan typhoid juga terdapat pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen
yang digunakan pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan
dan diolah di laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Akibat
infeksi oleh salmonella thypi, klien membuat antibodi atau aglutinin yaitu :
Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan antigen O (berasal dari tubuh kuman).
Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan antigen H (berasal dari flagel kuman).
Aglutinin Vi, yang dibuat karena rangsangan antigen Vi (berasal dari simpai
kuman).
Dari ketiga aglutinin tersebut hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya
untuk diagnosa, makin tinggi titernya makin besar klien menderita typhoid.
DIAGNOSA BANDING
1. Influenza 6. Malaria
2. Bronchitis 7. Sepsis
3. Broncho Pneumonia 8. I.S.K
4. Gastroenteritis 9. Keganasan : - Leukemia

5. Tuberculosa - Lymphoma
KOMPLIKASI/PENYULIT
Penderita Demam tifoid mungkin mengalami penyulit. Di Bagian Ilmu Kesehatan
Anak RSU Dr. Soetomo macam penyulit yang pernah didapatkan antara lain adalah
otitis media, pnemoni, ensefalopati, syok, ileus, melena, ikterus, karditis, ISK.
Termasuk penyulit adalah relapse (kambuh), karier, perdarahan usus, perforasi,
gangguan status mental berat.
Komplikasi Demam Tifoid
Pada usus dapat menimbulkan perdarahan, perforasi dan peritonitis. Diluar usus
dapat menimbulkan meningitis tifosa, osteomilitis, kolesistis. Mungkin pula terjadi
infeksi sekunder pada-paru sebagai bronkopneumonia.
a. Komplikasi intestinal
Perdarahan usus Hal ini disebabkan karena kuman masuk ke dalam tubuh dan
menyebabkan terjadinya hipertrofi usus sehingga terjadi perdarahan. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan : Penurunan tekanan darah dan suhu tubuh, denyut nadi
bertambah, kulit pucat, penderita mengeluh nyeri perut.
Perforasi usus
Ileus paralitik
Peritonitis Tanda tanda : penderita nampak kesakitan didaerah perut yang
mendadak, kembung, tensi menurun, suara bising usus melemah, pekak hati
berkurang. Pada pemeriksaan darah tepi didapatkan peningkatan lekosit dalam
waktu singkat.
b. Komplikasi ekstraintestinal
Kardiovaskuler (miokarditis) Tanda klinis : Irama mendua, takikardi, bunyi jantung
melemah, pembesaran jantung
Hematology (anemia)
Hepar dan kandung empedu (hepatomegali )
Ginjal (gagal ginjal)
Tulang (kelemahan)
Neuropsikiatrik (hilang kesadaran)
PENATALAKSANAAN
Pengobatan penderita Demam Tifoid di Rumah Sakit terdiri dari pengobatan
suportif, medikamentosa, terapi penyulit (tergantung penyulit yang terjadi).
Kadang-kadang perlu konsultasi ke Divisi Hematologi, Jantung, Neurologi, bahkan ke
Bagian lain/Bedah.
Penatalaksanaan Demam tifoid

v Perawatan Perlu isolasi, observasi, dan pengobatan di rumah sakit. Tirah baring
mutlak minimal 7 hari bebas demam atau 14 hari untuk mencegah komplikasi
perdarahan usus, mobilisasi bertahap, perubahan posisi, perhatikan defekasi dan
pola berkemih. Istirahat total untuk mencegah komplikasi komplikasi parah.
Mobilisasi dilakukan secara bertahap yaitu: duduk waktu makan pada hari ke 2 bebs
panas, berdiri pada hari ke 7 bebas panas, berjalanpada hari ke10 bebas panas.
Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari untuk mencegah
komplikasi perdarahan usus.
Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi bila ada
komplikasi perdarahan.
v Diet Makanan padat dengan nasi dan lauk pauk rendah selulosa. Diet harus cukup
kalori dan tinggi protein.
Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam selama 7 hari.
v Medikasi Medikasi yang diberikan adalah pemberian antibiotik diantaranya
adalah :
Kloramfenikol
Tiamfenikol
Kotrimoksasol
Ampisillin
Fluorokinolon
Sefalosforin generasi ketiga
PENGOBATAN MEDIKAMENTOSA
Obat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin atau
kotrimoksasol. Obat pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan
ketiga adalah meropenem, azithromisin dan fluorokuinolon.
Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali
pemberian, oral atau intravena, selama 14 hari.
Kloramfenikol : hari pertama diberikan kloramfenikol 4x1 kapsul @250 mg. Hari
berikutnya 4x2 kapsul sampai 3 hari turun panas, kemudian dilanjutkan dengan 4x1
kapsul selama 1 minggu.
Bilamana terdapat kontra indikasi pemberian kloramfenikol , diberi

ampisilin dengan dosis 200 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
intravena saat belum dapat minum obat, selama 21 hari,
ampisillin. Dosis yang dianjurkan 60-150 mg/kgBB. Pada penderita toksis dapat
diberikan sebesar 4 gram/hr, sedang pada penderita lainnya 2 gram/hr, atau
amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgBB/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian,
oral/intravena selama 21 hari, atau
kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbBB/hari terbagi dalam 2 kali pemberian,
oral, selama 14 hari.
Pada kasus berat, dapat diberi seftriakson dengan dosis 50 mg/kg BB/kali dan
diberikan 2 kali sehari atau 80 mg/kg BB/hari, sekali sehari, intravena, selama 5-7
hari. Pada kasus yang diduga mengalami MDR (Multi Drug Resistance), maka pilihan
antibiotika adalah meropenem, azithromisin dan fluoroquinolon.
Untuk menghindari komplikasi pamakaian kloramfenikol, maka dapat diberikan
Vitamin B komplek dan C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan
badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh darah kapiler. Bila terjadi
hiperpireksi dapat diberikan antipiretik.
Diagnosa Keperawatan Yang Biasa Muncul pada Demam tifoid
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan sekunder akibat demam
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakadekuatan
absorbsi
Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
Risiko infeksi b/d adanya tindakan invasive
Hypertermia b/d peningkatan metabolisme tubuh, proses inflamasi dan peradangan
Gangguan pola tidur b/d peningkatan suhu tubuh
cemas b/d kurang pengetahuan tentang perawatan demam
PENATALAKSANAAN PENYULIT
Pengobatan penyulit tergantung macamnya. Untuk kasus berat dan dengan
manifestasi nerologik menonjol, diberi Deksametason dosis tinggi dengan dosis
awal 3 mg/kg BB, intravena perlahan (selama 30 menit). Kemudian disusul
pemberian dengan dosis 1 mg/kg BB dengan tenggang waktu 6 jam sampai 7 kali
pemberian. Tatalaksana bedah dilakukan pada kasus-kasus dengan penyulit
perforasi usus.
PENATALAKSANAAN EPIDEMIOLOGIS
Meliputi isolasi penderita berupa isolasi gastrointestinal, sedangkan pemutusan
transmisi dengan pengelolaan disposal dan terapi pembawa kuman (carrier),
sedangkan pencegahan dengan melakukan immunisasi.

PENCEGAHAN
Pencegahan demam tifoid diupayakan melalui berbagai cara: umum dan
khusus/imunisasi. Termasuk cara umum antara lain adalah peningkatan higiene dan
sanitasi karena perbaikan higiene dan sanitasi saja dapat menurunkan insidensi
demam tifoid. (Penyediaan air bersih, pembuangan dan pengelolaan sampah).
Menjaga kebersihan pribadi dan menjaga apa yang masuk mulut (diminum atau
dimakan) tidak tercemar Salmonella typhi. Pemutusan rantai transmisi juga penting
yaitu pengawasan terhadap penjual (keliling) minuman/makanan.
Pada saat ini telah ada di pasaran berbagai vaksin untuk pencegahan demam tifoid.
Vaksin chotypa dari kuman dimatikan (whole cell) tidak digunakan lagi karena efek
samping yang terlalu berat dan daya lindungnya pendek.
Dua vaksin yang aman dan efektif telah mendapat lisensi dan sudah ada di
pasaran. Satu vaksin berdasar subunit antigen tertentu dan yang lain berdasar
bakteri (whole cell) hidup dilemahkan. Vaksin pertama, mengandung Vi
polisakarida, diberikan cukup sekali, subcutan atau intramuskular. Diberikan mulai
usia > 2 tahun. Re-imunisasi tiap 3 tahun. Kadar protektif bila mempunyai antibodi
anti-Vi 1 g/ml.
Vaksin Ty21a hidup dilemahkan diberikan secara oral, bentuk kapsul enterocoated
atau sirup. Diberikan 3 dosis, selang sehari pada perut kosong. Untuk anak usia 5
tahun. Reimunisasi tiap tahun. Tidak boleh diberi antibiotik selama kurun waktu 1
minggu sebelum sampai 1 minggu sesudah imunisasi.
Penderita dinyatakan sembuh
Gejala, tanda sudah hilang dan tidak ada komplikasi.
Prognosis
Prognosis demam tifoid tergantung dari umur, keadaan umum, derajat kekebalan
tubuh, jumlah dan virulensi Salmonella serta cepat dan tepatnya pengobatan.
Angka kematian pada anak-anak 2,6% dan pada orang dewasa 7,4%, rata-rata
5,7%.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Mekanisme demam ?
Tipe-tipe demam dan karakteristik demam sesuai etiologi?
Strategi pelacakan penyebab demam ?
Manfaat demam?
Komplikasi demam?
Obat-obat penurun demam dan mekanismenya?
Penggolongan obat demam?
Efek samping obat demam?
Obat pilihan untuk demam?
Mengapa anak mengalami demam?
Mengapa setelah diberi obat turun panas demam naik lagi?
Tindakan apa yang paling penting dilakukan?

Demam dengan variasi yang besar sehari-harinya. Suhu pernah mengalami


normal. Dibagi menjadi dua:
Deman hectic/septic
Jika variasinya sangat besar biasanya didapati pada periode menggigil dan
berkeringat.
Demam Quotidian
Jika demam Hectic terjadi tiap hari
2. Demam Remittent
Terdapat variasi / perubahan temperature namum suhu tubuh tidak turun
sampai normal.
3. Relapsing Fever
Suatu keadaan dimana terjadi panas yang sangat singkat yang diseilingi dengan
suhu normal dalam satu sampai tiga hari.
Tertian
Jika periode Febrile terjadi pada hri pertama dan ketiga.
Quartan
Jika periode Febrile terjadi pada hari pertama dan keempat.
4. Demam Typhoid dan Paratyphoid
Demam Remitten dengan pola anak tangga yang semakin naik untuk
beberapa hari diikuti denagn mssa stabil tanpa kemajuan dari 1 sampai 3
minggu, lalu sperti kembali pada suhu normal
5. Demam berdarah ( Dengue Fever)
Polanya pelana kuda . Demamnya naik cepat terus turun selama 2 sampai 3
hari ( namun inilah fase kritis) dan naik terus seperti suhu yang pertama sampai
sekitar hari keenam.
6. Malaria
Demam terjadi pada hari kedua dan ketiga ( demam relapsing) seperti yang kita
bisa lihat pada Malaria Tertiana yang disebabkan oleh Plasmodium vivax dan
Provale.
3. Strategi pelcakan demam
Dengan cara mencari etiologinya
Anamnesa meliputi riwyat demam yaitu mengetahui onset, durasi, pola,
gejala> seperti prodromal, penyerta dan sistem
Pemeriksaan fisik meliputi keadaan umum , tanda vital, eksploirasi adanya
kelainan organ
Pemeriksaan penunjang meliputi radiologis, laboratoris dan penunjang lain ,
untuk mencari etiologi demam khususnya mikro-organisme penyebab demam.
4.

Manfaat demam

Merupakan petanda/signal ada gangguan pada tubuh


Meningkatka metabolisme tubuh
Mengoptimalkan kerja sistem imunitas
Menekan pertumbuhan mikroorganisme patogen

5.

Komplikasi demam

Dehidrasi
Dehidrasi dapat disebabkan oleh keringat, penguapan /evaporasi yang
dikeluarkan terlalu banyak,sedangkan intake cairan kurang.
Konvulsi/ Kejang
Kejang biasanya terjadi pada awal penyakit, fenomena ini terbatas pada anakanak dan sangat tergantung pada kecepatan peningkatan suhu.
Delirium
Panas dan delirium sering dihubungkan. Delirium biasanya terjadi jika suhu
tubuh lebih dari 104 derajat fahrenhait. Delirium tidak hanya tergantung pada
tingginya suhu tubuh tetapi juga temperamen seseorang, kondisi kesehatan,
obat yang diterima, dan penyakit yang mendasari.
Menggigil
Peningkatan set point oleh pirogen menyebabkan perbedaan set point denga
suhu badan ( kurang lebih 2-3 derajat celsius). Orang tersebut akan merasakan
kedinginan dan akan menggigil. Pada orang yang menggigil kulit akan pucat,
sianosis dan bulu kuduk berdiri. Keadaan ini akan berlangsung 10-40 menit,
kemudian berangsur-angsur akan merasa hangat, kulit menjadi merah muda
dan hangat. Pada saat fase menggigil tubuh secara cepat akan menaikkan
suhunya 2-7 derajat fahrenhait. Peningkatan yang cepat ini disebabkan oleh
peningkatan produksi panas meskipun pembuangan panasnya normal.
Penyebab yang paling sering adanya proses menggigil merupakan tanda adanya
subtansi asing atau produknya yang masuk dalam tubuh misalnya bakteri
pirogen.
6. Obat-obat penurun demam dan mekanismenya , penggolongan obat,
pilihan obat untuk demam, efeksamping obat.
A. Parasetamol
- Derivat para-aminofenol
- Menghambat biosintesis prostaglandin ( lemah)
- Efek sentral dan perifer ( lebih dominant perifer)
- Efek analgesik dan anti-piretik
- Efek iritasi lambung minimal
- Hepatotoksis, (dosis tinggi 10-12 gram)
- Absorpsi pengosongan lambung
- Efek 15-30 menit
- Kadar puncak 30-60 menit

- Lama kerja 3-4 jam


- Frekuensi pemberian 4-6 x/hari
- Dosis 10 mg/kgBB/kali
- Dosis 500-1000 mg/kali
B. Dipiron
- Derivate pirazolon
- Metmizole,metampiron,antalgin
- Efek analgesic dan antipiretik
- Efek anti-inflamasi lemah
- Efek diskrasia darah (agranulositosis, aneimia aplastik,trombositopenia)
- Efek iritasi tambung
- Efek hipersensitif
- Efek 30 menit
- Kadar puncak 2 jam , lama kerja 2-4 jam
- Frekuensi pemberian 4-6 k / jam
- Dosis 500-1000 mg/kali
- Kombinasi dengan obat lain , injeksi
C. Obat AINs
D. Salisilat : aspirin : asetosal
- Merupakan prototype AINs, efek analgesik< anti-piretik dan anti-inflamasi
- Efek anti-gregasi trombosit( dosis rendah)
- Efek keratolitik, astrigent
- REYE syndrome
- Analgesik dan anti-piretik (300-600 mg 3x/ hari)
- Nyeri disertai inflamasi ( penyakit inflamasi sendi/ rheumatic , 3-6 gram/ hari
- Inflamasi sendi akut 5-8 gr/hari
- Pencegah IMA
- Topikal metal salisilat
- Absorpsi sempurna di lambung , lama kerja 4 kerja ( 4-6x 7 hari)
- Iritasi saluran cerna (ulkus ,peradangan)
- Pseudoalergi(bronkhokontriksi)
E. Asam Mevenamat
- Analgesik kuat, efek anti-inflamasi lebih lemahdibandingkan aspirin
- Diberikan bersamaan makanan
- Kontra indikasi untuk ibu hamil dan nak kurang dari 14 tahun
- Lam pemberian tidak loebih dari 7 jam
F. Ibuprofen
- Derivate asam propionate ,efek analgesik sama denga aspirin
- Efek anti-inflamasi lebih lemah dibandingkan dengan aspirin ( lebih dari 2400
mg/ hari , 600 mg4x/hari)
- Efek samping di lambung lebih jarang
- Efek samping retensi cairan dan alergi
- Pada penderita asma bronchial dapt menimbulkan bronchokontriksi
F. Doklofenak

G.
-

Efek analgesik ,anti-piretik dan anti-inflamasi


Inhibitor sintesis prostaglandin yang protensial
Absorpi per oral baik
Kadar puncak 1-2 jam
Untuk penyakit inflamasi sendi kronis
Efek samping gangguan lambung
Penghambat siklooksigenase-2(COX-2 inhibitor)
Selekstif terhadap siklooksigenase-2
Efek terapi, efek samping saluran cerna dan ginjal minimal
Efek samping lain/(cardiovaskular)
Meloxicam, Celecoxib, Refecoxib

10. Mengapa anak mengalami demam


Bakteri, virus, jamur, spirochaeta, endotoksinmapun protein merupakan
kelompok pirogen ( pemacu demam) yang disebut pirogen eksogen. Pirogen
eksogen tersebut jika masuk ke dalam tubuh akan memacu makrofag atau
netrofil maupun limfosit pembuluh bergranula akan melepas IL-1( interleukin-1),
IL-6, -IFN, -IFN, dan TNF- yang merupakan pirogen endogen. Pirogen
endogen ini akan bekerja pada OVL ( organum Vasculorum Lamina Terminalis)
salah satu bagian organsirkumventrikel yang akan memacu melepaskan
prostaglandin, selanjutnya prostaglandin akan menembus sawar darah otak
yang akan mempengaruhi neuron-neuron termosensitif di regio preoptik
hipotalamus untuk meningkatkan set-point. Peningkatan set poin temperatur
hipotalamus berakibat pada peningkatan produksi panas, pada otot bersamaan
dengan penurunan kehilangan panas ( dengan vasokontriksi, berdirinya bulu
roma dan menggigil). Sehingga temperatur tubuh akan meningkat lebih tinggi.
Tempperatur darah akan menysuaikan dengan temperatur hipotalamus pada set
point yang baru.
11. mengapa setelah diberi obat penurun panas demam lagi
Obat analgetik-antipiretik akan bekerja dengan cara menghambat
pembentukan prostaglandin. Analgetik-antipiretik memiliki masa kerja tertentu.
Setelah konsentrasi antipiretikny turun maka efek hambatan hambatan
pembentukan prostaglandin juga rendah. Pada kasus ini infeksi yang terjadi
akan terus memacu pembentukan prostaglandin melalui pembentukan pirogen
endogen. Sehingga panas badan akan meningkat lagi selang beberapa saat
karena pembentukan prostaglandin terus berlangsung selama penyebabnya
belum teratasi ( infeksi bakteri,endotoksin, virus dll)
12, tindakan
Menurunkan demam dengan kompres hangat dan pemberian obat penurun
panas ( drug of choise antipiretik : paracetamol). Kompres panas akan memacu
pembuluh darah perifer untuk melakukan vasodilatasi. Adanya vasodilatasi akan
meyebabkan banyak darah yang mengalir ke perifer sehingga akan semakin
banyak pula panas yang akan dilepaskan ke lingkungan oleh tubuh yang akan

mengakibatkan suhu akan turun. Stimulan panas yang diterima saraf efferen
akan dibawake hipotalamus yang berakibat penurunan amabang panas dari
thermostat. Dalam artikel EBM dinyatakan kombinasi kompres hangat dan
antipiretik memiliki efektifitas yang tinggi. Tindaka selanjutnya adalah mencari
etiologi demam melalui pemeriksaan fisik maupun penunjang yang sesuai.

Anda mungkin juga menyukai