2) Minggu ke-2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,
lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.
4. Patofisiologi Demam Typhoid
Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau
Salmonella paratyphi. Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri basil
gram negatif ananerob fakultatif. Bakteri Salmonella akan masuk
kedalam tubuh melalui oral bersama dengan makanan atau minuman
yang terkontaminasi. Sebagian bakteri akan dimusnahkan dalam lambung
oleh asam lambung. Sebagian bakteri Salmonella yang lolos akan segera
menuju ke usus halus tepatnya di ileum dan jejunum untuk berkembang
biak. Bila sistem imun humoral mukosa (IgA) tidak lagi baik dalam
merespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam sel epitel usus halus
(terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamina propia bakteri akan
difagositosis oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang biak
didalam makrofag dan masuk ke sirkulasi darah (bakterimia I).
Bakterimia I dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi selama
7-14 hari Bakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang
bernama plak payer. Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat
melakukan translokasi ke dalam folikel limfoid intestin dan aliran limfe
mesenterika dan beberapa bakteri melewati sistem retikuloendotelial di
hati dan limpa. Pada fase ini bakteri juga melewati organ hati dan
limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan makrofag yang
selanjutnya berkembang biak di sinusoid hati. Setelah dari hati, bakteri
akan masuk ke sirkulasi darah untuk kedua kalinya (bakterimia II). Saat
bakteremia II, makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat makrofag
memfagositosis bakteri, maka terjadi pelepasan mediator inflamasi salah
satunya adalah sitokin. Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan
munculnya demam, malaise, myalgia, sakit kepala, dan gejala toksemia.
Plak payer dapat mengalami hyperplasia pada minggu pertama dan
lOMoARcPSD|18563493
6. Pathway
lOMoARcPSD|18563493
satu seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau melewati
nilai standar setempat. Nilai titer pada penderita typoid adalah :
a) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen O positif (+) lebih dari 1 /
200 maka sedang aktif.
b) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen H dan V1 positif (+) lebih
dari 1 / 200 maka dikatan infeksi lama. (Wijaya & Putri, 2013)
5. Komplikasi Demam Typhoid
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) komplikasi demam typhoid
dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus: diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan benzidin.
Dapat terjadi melena,disertai nyeri perut dengan tanda renjatan.
2) Perforasi usus: biasa terjadi pada minggu ke III bagian distal ileum.
Perforasi yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di hati dan
diafragma pada foto RO abdomen posisi tegak.
3) Perionitis: gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat, dinding
abdomen tegang, dan nyeri tekan.
b. Komplikasi ekstraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan
sirkulasi perifer (renjatan,sepsis), miokarditis, trombosis,
dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik,
trompositopenia, atau koagulasi
intravaskuler diseminata dan sindrom uremia himolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis,
periostitis, spondilitis, dan
arthritis.
lOMoARcPSD|18563493
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran: apatis sampai
somnolen, dan gangguan saluran pencernaan seperti perut kembung atau
tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau, konstipasi atau diare, tinja
berdarah atau dengan tanpa lendir, anoreksia, dan muntah.
2) Riwayat kesehatan lingkungan.
3) Imunisasi
4) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
5) Nutrisi
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem kardiovaskuler.
2) Sistem pernapasan.
3) Sistem pencernaan.
4) Sistem genitourinus
5) Sistem saraf
6) Sistem lokomotor/musculoskeletal
7) Sistem endokrin
8) Sistem integument
d. Pemeriksaan diagnostik dan hasil:
1) Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.
2) Anemia ringan, LED meningat, SGOT, SGPT, dan fosfatalkali
meningkat.
3) Minggu pertama biarkan darah S.Typhi positif, dalam minggu
berikutnya menurun.
4) Biarkan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
lOMoARcPSD|18563493
2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan (PPNI 2017) sebagai berikut:
a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi penyakit
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (nyeri perut)
c. Defisit nutrisi b/d mual, muntah,anoreksia
lOMoARcPSD|18563493
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (PPNI 2018) sebagai berikut:
No Diagnosa TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selamaManajemen Hiperteri.
1. Hipertermi berhubungan Obsevasi
dengan inflamasi 3x24 jam diharapkan hipertermi dapat
penyakit - Monitor suhu tubuh
teratasidengan kriteria hasil :
SLKI Termogulasi - Identifikasi penyebab hipertermi (mis.
Dehidrasi, terpapar lingkungan panas,
- Kulit merah menurun (5) penggunaan inkubator)
- Suhu tubuh membaik (5) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepaskan pakaian ganti
linen setiap hari atau lebih sering
mengalami hyperhidrosis (keringat berlebih)
- Berikan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit
intravena
Regulasi Temperatur
Kolaborasi
lOMoARcPSD|18563493
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis nutrient yang
dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan
Observasi
- Monitor adanya mual dan muntah
lOMoARcPSD|18563493
4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus tahap implementasi asuhan
keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pemenuhan kebutuhan
fisik dan emosional bervariasi, tergantung dari individu dan masalah
yang spesifik, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat dalam
implementasi asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang terus menerus,
perencanaan, dan pengajaran (Wilkinson 2016)
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang
terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur
perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat
menentukan efektivitas asuhan keperawatan (Wilkinson 2016).
lOMoARcPSD|18563493
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.