Anda di halaman 1dari 13

lOMoARcPSD|18563493

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Medis Demam Typhoid


1. Pengertian Demam Typhoid
Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui oral, fekal, makanan,
dan minumanyang terkontaminasi (Wulandari dan Erawati 2016).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem
pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala
demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa dan Handayani 2018).
2. Etiologi Demam Typhoid
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) penyakit typhoid disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella thposa / Eberthela thyposa yang merupakan kuman
negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh
manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70oC dan
antiseptik.
Salmonella thyphosa mempunyai 3 macam antigen yaitu :
a. Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatik antigen (tidak menyebar)
b. Antigen H : Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
c. Antigen V : kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terdapat fagositosis.
Salmonella parathyphi terdiri 3 jenis yaitu A, B, dan C. Ada dua sumber
penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien
dengan carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dengan demam typoid dan
masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih selama
lebih dari satu tahun.

3. Manifestasi Klinis Demam Typhoid


Gejala klinis demam typhoid menurut (Wulandari dan Erawati 2016)
yang terjadi ialah pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat
adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, jika infeksi
lOMoARcPSD|18563493

melalui minuman masa tunas terlama berlangsung 30 hari. Selama masa


inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan yang tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, yang kemudian
disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut.
a. Demam
Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu, sifat febris
remitten dan suhu seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat setiap
hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam
hari. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turun dan normal pada akhir
minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah tertutup
selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang diseratai tremor,
anoreksia, mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen kembung,
hepatomegali, dan spenomegali, kadang normal, dapat terjadi diare.
c. Gangguan keasadaran
Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi supor,
koma atau gelisah. (Ardiansyah, 2012). Masa tunas typhoid adalah
sekitar 10-14 hari dengan rincian sebagai berikut :
1) Minggu 1
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari dan
malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala,
anoreksia, dan mual batuk, epistaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak
enak diperut.

2) Minggu ke-2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi,
lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.

4. Patofisiologi Demam Typhoid


Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi. Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri basil gram negatif
ananerob fakultatif. Bakteri Salmonella akan masuk kedalam tubuh melalui
oral bersama dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sebagian
lOMoARcPSD|18563493

bakteri akan dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian


bakteri Salmonella yang lolos akan segera menuju ke usus halus tepatnya di
ileum dan jejunum untuk berkembang biak. Bila sistem imun humoral mukosa
(IgA) tidak lagi baik dalam merespon, maka bakteri akan menginvasi kedalam
sel epitel usus halus (terutama sel M) dan ke lamina propia. Di lamina propia
bakteri akan difagositosis oleh makrofag. Bakteri yang lolos dapat berkembang
biak didalam makrofag dan masuk ke sirkulasi darah (bakterimia I). Bakterimia
I dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi selama 7-14 hari Bakteri
Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama plak payer.
Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan translokasi ke dalam
folikel limfoid intestin dan aliran limfe mesenterika dan beberapa bakteri
melewati sistem retikuloendotelial di hati dan limpa. Pada fase ini bakteri
juga melewati organ hati dan limpa. Di hati dan limpa, bakteri
meninggalkan makrofag yang selanjutnya berkembang biak di sinusoid hati.
Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke sirkulasi darah untuk kedua kalinya
(bakterimia II). Saat bakteremia II, makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat
makrofag memfagositosis bakteri, maka terjadi pelepasan mediator inflamasi
salah satunya adalah sitokin. Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan
munculnya demam, malaise, myalgia, sakit kepala, dan gejala toksemia. Plak
payer dapat mengalami hyperplasia pada minggu pertama dan dapat terus
berlanjut hingga terjadi nekrosis di minggu kedua. Lama kelamaan dapat
timbul ulserasi yang pada akhirnya dapat terbentuk ulkus diminggu ketiga.
Terbentuknya ulkus ini dapat menyebabkan perdarahan dan perforasi. Hal ini
merupakan salah satu komplikasi yang cukup berbahaya dari demam typhoid
(Levani dan Prastya 2020).
lOMoARcPSD|18563493

6. Pemeriksaan Penunjang Demam Typhoid


Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid menurut
(Wulandari dan Erawati 2016) adalah pemeriksaan laboratorium yang
terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam thypoid terdapat
leucopenia dan limpositosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia
tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan kasus demam thypoid,
jumlah leukosit pada sediaan darah tetapi pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada
komplikasi atau infeksi sekunder.
b. Pemeriksaan SGOT dan SGPT
SGOT dan SGPT pada demam thypoid sering kali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi
bila biakan darah negatif tidak menutup kemungkinan terjadi demam
typhoid. Hal ini karena hasil biakan darah tergantung dari beberapa
faktor yaitu :
1) Teknik pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium
yang lain. Hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media
biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi, yaitu pada saat Bakterimia
berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit
Biakan darah terdapat Sallmonella typhi terutama positif pada
minggu pertama dan berkurang pada minngu-minggu berikutnya.
Pada waktu kambuh biarkan darah dapat positif kembali.
lOMoARcPSD|18563493

3) Vaksinasi dimasa lampau


Vaksinasi terdapat demam typhoid dimasa lampau dapat
menimbulkan antibodi dalam darah klien, antibodi ini dapat
menekan bakterimia sehingga biakan darah negatif.
4) Pengobatan dengan obat antimikroba
Bila klien sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti
mikroba pertumbuhan kuman dalam media biakan terhambat dan
hasil biakan mungkin negatif.
d. Uji widal
Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antiodi
(aglutinin). Aglutinin yang spesifik terdapat Salmonella thypi terdapat
dalam serum klien dengan typhoid juga terdapat pada organ yang
pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi Salmonella yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium.
Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutini
dalam serum klien yang disangka menderita typhoid. Terdapat 2
macam pemeriksaan Tes Widal, yaitu :
1) Widal care tabung (konvensional)
2) Salmonella Slide Test (cara slides)
Nilai sensitivitas, spesifisitas serta ramal reaksi widal tes sangat
bervariasi dari satu laboratorium dengan laboratorium lainnya.
Disebut tidak sensitif karena adanya sejumlah penderita dengan
hasil biakan positif tetapi tidak pernah dideteksi adanya titer
antibody sering titer naik sebelum timbul gejala klinis, sehingga
sulit untuk memperlihatkan terjadinya kenaikan titer yang berarti.
Disebut tidak spesifikasi oleh karena semua grup D Salmonella
mempunyai antigen O, demikian juga grup A dan B Salmonella.
Semua grup D salmonella mempunyai fase H antigen yang sama
dengan Salmonella tyfosa, titer H tetap meningkan dalam waktu
sesudah infeksi. Untuk dapat memberikan hasil yang akurat, widal
tes sebaiknya tidak hanya dilakukan satu kali saja melainkan perlu
lOMoARcPSD|18563493

satu seri pemeriksaan, kecuali bila hasil tersebut sesuai atau


melewati nilai standar setempat. Nilai titer pada penderita typoid
adalah :
a) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen O positif (+) lebih
dari 1 / 200 maka sedang aktif.
b) Jika hasil titer widal tes terjadi pada antigen H dan V1 positif
(+) lebih dari 1 / 200 maka dikatan infeksi lama. (Wijaya &
Putri, 2013)
5. Komplikasi Demam Typhoid
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) komplikasi demam typhoid
dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu:
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus: diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan
benzidin. Dapat terjadi melena,disertai nyeri perut dengan tanda
renjatan.
2) Perforasi usus: biasa terjadi pada minggu ke III bagian distal ileum.
Perforasi yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di hati
dan diafragma pada foto RO abdomen posisi tegak.
3) Perionitis: gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat,
dinding abdomen tegang, dan nyeri tekan.
b. Komplikasi ekstraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer
(renjatan,sepsis), miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah: anemia hemolitik, trompositopenia, atau
koagulasi intravaskuler diseminata dan sindrom uremia himolitik.
3) Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.
5) Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.
6) Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan
arthritis.
lOMoARcPSD|18563493

7) Komplikasi neuropsikiatrik: delirium, meningismus, meningitis,


polyneuritis perifer, dan sindrom katstonia.
6. Penatalaksanaan Demam Typhoid
Penatalaksanaan penyakit typhoid menurut (Wulandari dan Erawati
2016) dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Istirahat dan perawatan
Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan untuk mencegah
komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya di tempat
seperti makanan, minuman, mandi, buang air kecil dan besar akan
mempercepat masa penyembuhan dalam perawatan perlu sekali dijaga
kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai.
Posisi pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia
ortostatik serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
b. Diet dan terapi penunjang
Diet merupakan hal yang cukup penting dalam proses penyembuhan
penyakit dalam typhoid, karena makanan yang kurang akan
menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin turun dan
proses penyembuhan penyakit dalam typhoid diberi bubur saring,
kemudian ditingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi,
perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan
pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari
komplikasi pendarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini
disebabkan ada pendapat bahwa usus harus diistirahatkan. Beberapa
peneliti menunjukan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi
demgan lauk pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran
yang berserat) dapat diberikan dengan aman pada penderita demam
typhoid.
c. Pemberian antibiotik
1) Antimikroba
a) Klroramfenikol 4 X500 mg sehari/IV
b) Tiamfenikol 4 X500 mg sehari oral
lOMoARcPSD|18563493

c) Kotrimoksazol 2 X2 tablet sehari oral (1 tablet=sulfa


metoksazol 400 mg + trimetropin 80 mg atau dosis yang sama
IV, dilarutkan dalam 250 ml cairan infus).
d) Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/IV, dibagi
dalam 3 atau 4 dosis
e) Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas
demam.
2) Antipieritik seperlunya.
3) Vitamin B kompleks dan vitamin C.
7. Terapi Komplementer
Dari penelitian (Farizal 2018) menyarankan kepada masyarakat
untuk dapat menggunakan bawang putih sebagai tanaman obat alternatif
Salmonella typhi untuk demam tifoid dengan cara merebus bawang putih
sebanyak 100 gram dalam 100 ml air Dari penelitian tersebut dapat
disarankan kepada masyrakat untuk dapat menggunakan bawang putih
sebagai tanaman obat alternatif Salmonella typhi untuk demam tifoid
dengan cara merebus bawang putih sebanyak 100 gram dalam 100 ml air.
Komponen utama dalam bawang putih yang dipercaya bertanggung
jawab atas potensi antibakteri dan potensi terapeutik lain pada bawang
putih ialah kandungan sulfur dalam bawang putih. Diantaranya ialah
Diallythiosulfat (Allicin) dan juga Diallydisulfide (Ajone). Zat allicin
adalah komponen aktif utama bawang putih. Pertama kali dilaporkan oleh
CJ Cavalito pada tahun 1944, zat aliicin adalah bahan utama yang
bertanggung jawab atas spektrum luas dari aktivitas antibakteri dalam
bawang putih (Moghadam, Navidifar and Amin, 2014). Alisin merupakan
komponen sulfur bioaktif utama yang terkandung dalam bawang putih.
Komponen ini hanya akan muncul apabila bawang putih dipotong atau
dihancurkan. Pada saat bawang putih dihancurkan atau dipotong. Pada saat
bawang putih dihancurkan, kerusakan membrane sel bawang putih ini
akan mengaktifkan enzim ellinase, yang akan membantu proses
metabolisme alliin yang terkandung dalam sel lain, menjadi allicin.
lOMoARcPSD|18563493

Konsep Keperawatan Demam Typhoid


1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat keperawatan
1) Keluhan utama
Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran: apatis sampai
somnolen, dan gangguan saluran pencernaan seperti perut
kembung atau tegang dan nyeri pada perabaan, mulut bau,
konstipasi atau diare, tinja berdarah atau dengan tanpa lendir,
anoreksia, dan muntah.
2) Riwayat kesehatan lingkungan.
3) Imunisasi
4) Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
5) Nutrisi
c. Pemeriksaan fisik
1) Sistem kardiovaskuler.
2) Sistem pernapasan.
3) Sistem pencernaan.
4) Sistem genitourinus
5) Sistem saraf
6) Sistem lokomotor/musculoskeletal
7) Sistem endokrin
8) Sistem integument
d. Pemeriksaan diagnostik dan hasil:
1) Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.
2) Anemia ringan, LED meningat, SGOT, SGPT, dan fosfatalkali
meningkat.
3) Minggu pertama biarkan darah S.Typhi positif, dalam minggu
berikutnya menurun.
4) Biarkan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga.
lOMoARcPSD|18563493

5) Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulung


memastikan diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H
meningkat sejak minggu ke dua. Titer reaksi widal diatas 1:200
menyokong diagnosis.

2. Diagnosis Keperawatan
Diagnosa keperawatan (PPNI 2017) sebagai berikut:
a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi penyakit
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (nyeri perut)
c. Defisit nutrisi b/d   mual, muntah,anoreksia

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan (PPNI 2018) sebagai berikut:
No Diagnosa TUJUAN & KRITERIA INTERVENSI
HASIL
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Hiperteri
1 Hipertermi Obsevasi
berhubungan keperawatan selama 3x24
dengan inflamasi - Monitor suhu tubuh
jam diharapkan hipertermi
penyakit
dapat teratasi - Identifikasi penyebab hipertermi
dengan
(mis. Dehidrasi, terpapar
kriteria hasil : lingkungan panas, penggunaan
SLKI Termogulasi inkubator)
Terapeutik
- Kulit merah menurun (5) - Sediakan lingkungan yang dingin
- Suhu tubuh membaik (5)
- Longgarkan atau lepaskan
pakaian ganti linen setiap hari
atau lebih sering mengalami
hyperhidrosis (keringat berlebih)
- Berikan cairan oral
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan
elektrolit intravena

Regulasi Temperatur
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian anti
piretik, jika perlu
-
lOMoARcPSD|18563493

Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri


2 Nyeri akut Observasi
berhubungan keperawatan selama 2x24
dengan agen cedera - identifikasi lokasi,
jam diharapkan nyeri akut
biologis (nyeri frequensi,durasi dan intensitas
perut) dapat teratasi, (pain level) nyeri
dengan kriteria Hasil : - Identifikasi skala nyeri
- nyeri menurun (5) - Indentifikasi respon nyeri non-
verbal
- meringis menurun (5)
Terapeutik
- Fasilitasi istirahat dan tidur
- Atur posisi nyaman pasien
Edukasi
- Jelaskan penyebab, periode dan
pemicu nyeri
- Ajarkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi dalam pemberian
obat analgetik, jika perlu
Setelah dilakukan tindakan Manajemen Nutrisi
3 Defisit nutrisi Observasi
b/d   mual, keperawatan selama 3x24
- Identifikasi status nutrisi
muntah,anoreksia jam diharapkan kebutuhan - Identifikasi alergi dan intoleransi
nutrisi terpenuhi dengan makanan
kriteria hasil : - Identifikasi makanan yang
disukai
SLKI status nutrisi: Terapeutik
- Porsi makan meningkat - Lakukan oral hygiene sebelum
(5) makan, jika perlu
- Nafsu makan membaik - Berikan makan tinggi serat
(5) untuk mencegah konstipasi
- Membran mukosa Edukasi
membaik (5) - Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
- Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan
Observasi
- Monitor adanya mual dan
muntah
lOMoARcPSD|18563493

4. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi keperawatan untuk
mencapai tujuan yang diharapkan. Tujuan dari implementasi adalah
membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan yang
mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan
kesehatan dan memfasilitasi koping. Fokus tahap implementasi asuhan
keperawatan adalah kegiatan implementasi dari perencanaan intervensi
untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional. Pemenuhan kebutuhan
fisik dan emosional bervariasi, tergantung dari individu dan masalah yang
spesifik, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat dalam implementasi
asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang terus menerus, perencanaan,
dan pengajaran (Wilkinson 2016)

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses
keperawatan yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan,
rencana intervensi, dan implementasinya. Tahap evaluasi pada proses
keperawatan meliputi kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan
menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul
dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan mengukur perkembangan
klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat dapat menentukan
efektivitas asuhan keperawatan (Wilkinson 2016).

a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi penyakit


- Kulit merah menurun (5)
- Suhu tubuh membaik (5)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (nyeri perut)
- Nyeri menurun (5)
- Meringis menurun (5)
c. Defisit nutrisi b/d   mual, muntah,anoreksia
- Porsi makan meningkat (5)
- Nafsu makan membaik (5)
- Membran mukosa membaik (5)
lOMoARcPSD|18563493

DAFTAR PUSTAKA

Farizal, Jon. 2018. “UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH


(ALLIUM SATIVUM) TERHADAP SALMOENELLA TYPHI.” Journal of
Nursing and Public Health 6:46–49.

Levani, Yelvi dan Aldo Prastya. 2020. “DEMAM TIFOID :


MANIFESTASI KLINIS, PILIHAN TERAPI DAN PANDANGAN
DALAM ISLAM.” JURNAL BERKALA ILMIAH KEDOKTERAN
3:10–16.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. 1
ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
1 ed. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

Ulfa, Farissa dan Oktia Handayani. 2018. “KEJADIAN DEMAM TIFOID DI


WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIYANTEN.” HIGEIA JOURNAL OF
PUBLIC HEALTH RESEARCH AND DEVELOPMENT 2:227–38.

Wilkinson, J. M. 2016. Diagnosa Keperawatan: Diagnosis NANDA-1, Intervensi


NIC, Hasil NOC. Jakarta: EGC.

Wulandari, Dewi dan Meira Erawati. 2016. BUKU AJAR


KEPERAWATAN. Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai