Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

THYPOID

Oleh

HARNIDAWATI

LPT.16202207

CI LAHAN CI INSTITUSI

PROGRAM STUDI D lll KEPERAWATAN

FAKULTAS SAINS DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ANDI SUDIRMAN (UNIASMAN)

2023
A. konsep dasar medis

1). Definisi
Demam Typhoid adalah suatu penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh
Salmonella tipe A, B, dan C yang dapat menular melalui oral, fekal,makanan, dan
minuman yang terkontaminasi (Wulandari dan Erawati2016).
Demam typhoid adalah penyakit infeksi bakteri yang menyerang sistem
pencernaan manusia yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam
satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan
dengan atau tanpa gangguan kesadaran (Ulfa danHandayani 2018).
2). Etiologi
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016), penyakit typhoid disebabkan oleh
infeksi kuman Salmonella thposa / Eberthela thyposa yang merupakan kuman
negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia
maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70OC dan antiseptik.
Salmonella thyphosa mempunyai 3 macam antigen yaitu :
a. Antigen O : Ohne Hauch, yaitu somatik antigen (tidak
menyebar)
b. Antigen H : Hauch (menyebar), terdapat pada flagella dan bersifat
termolabil.
c. Antigen V : kapsul, merupakan kapsul yang meliputi tubuh kuman dan
melindungi O antigen terdapat fagositosis.
Salmonella parathyphi terdiri 3 jenis yaitu A, B, dan C. Ada dua sumber
penularan Salmonella typhi yaitu pasien dengan demam thypoid dan pasien
dengan carrier. Carrier adalah orang yang sembuh dengan demam typoid
dan masih terus mengekskresi Salmonella typhi dalam tinja dan air kemih
selama lebih dari satu tahun.
3). Manifestasi Klinis
Gejala klinis demam typhoid menurut (Wulandari dan Erawati 2016) yang
terjadi ialah pada anak biasanya lebih ringan jika dibandingkan dengan
penderita dewasa. Masa tunas rata-rata 10-20 hari. Masa tunas tersingkat
adalah empat hari, jika infeksi terjadi melalui makanan. Sedangkan, jika
infeksi melalui minuman masa tunas terlama berlangsung 30 hari. Selama
masa inkubasi, mungkin ditemukan gejala prodromal, yaitu perasaan yang tidak
enak badan, lesu, nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat, yang kemudian
disusul dengan gejala-gejala klinis sebagai berikut.
a. Demam
Demam khas (membentuk pelana kuda) berlangsung 3 minggu, sifat febris
remitten dan suhu seberapa tinggi. Minggu pertama suhu meningkat
setiap hari, menurun pada pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan
malam hari. Minggu ketiga suhu tubuh berangsur turundan normal pada akhir
minggu ketiga.
b. Gangguan pada saluran pencernaan
Napas berbau tidak sedap, bibir kering, dan pecah-pecah, lidah tertutup
selaput putih kotor, ujung dan tepi kemerahan, jarang diseratai
tremor,anoreksia, mual, dan perasaan tidak enak di perut. Abdomen
kembung,hepatomegali, dan spenomegali, kadang normal, dapat terjadi diare.
c. Gangguan kesadaran
Kesadaran menurun yaitu apatis sampai somnolen. Jarang terjadi
supor, koma atau gelisah. (Ardiansyah, 2012). Masa tunas typhoid
adalah sekitar 10-14 hari dengan rincian sebagai berikut :
1). Minggu 1
Pada umumnya demam berangsur naik, terutama pada sore hari dan malam
hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri otot,nyeri kepala, anoreksia,
dan mual batuk, epistaksis, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak diperut.
2). Minggu ke-2
Pada minggu ke-2 gejala sudah jelas dapat berupa demam,bradikardi,
lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi),hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran.

4). Patofisiologi dan pathway


Penyebab demam tifoid adalah bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi. Bakteri Salmonella typhi merupakan bakteri basil gram negatif ananerob
fakultatif. Bakteri Salmonella akan masuk ke dalam tubuh melalui oral bersama
dengan makanan atau minuman yang terkontaminasi. Sebagian bakteri akan
dimusnahkan dalam lambung oleh asam lambung. Sebagian bakteri Salmonella
yang lolos akan segera menuju ke usus halus tepatnya di ileum dan jejunum untuk
berkembangbiak.
Bila sistem imun humoral mukosa (IgA) tidak lagi baik dalam merespon,
maka bakteri akan menginvasi kedalam sel epitel usus halus (terutama sel M) dan ke
lamina propia. Di lamina propia bakteri akan difagositosis oleh makrofag. Bakteri yang
lolos dapat berkembang biak didalam makrofag dan masuk ke sirkulasi darah
(bakterimia I). BakterimiaI dianggap sebagai masa inkubasi yang dapat terjadi
selama 7-14 hari
Bakteri Salmonella juga dapat menginvasi bagian usus yang bernama plakpayer.
Setelah menginvasi plak payer, bakteri dapat melakukan translokasike dalam folikel
limfoid intestin dan aliran limfe mesenterika dan beberapa bakteri melewati
sistem retikuloendotelial di hati dan limpa. Pada fase ini bakteri juga melewati
organ hati dan limpa. Di hati dan limpa, bakteri meninggalkan makrofag yang
selanjutnya berkembang biakdi sinusoid hati. Setelah dari hati, bakteri akan masuk ke
sirkulasi darah untuk kedua kalinya (bakterimia II). Saat bakteremia II,
makrofag mengalami hiperaktivasi dan saat makrofag memfagositosis bakteri,
makaterjadi pelepasan mediator inflamasi salah satunya adalah
sitokin.Pelepasan sitokin ini yang menyebabkan munculnya demam,
malaise,myalgia, sakit kepala, dan gejala toksemia. Plak payer dapat mengalami
hyperplasia pada minggu pertama dan dapat terus berlanjut hingga terjadi nekrosis di
minggukedua. Lama kelamaan dapat timbul ulserasi yangpada akhirnya dapat
terbentuk ulkus diminggu ketiga. Terbentuknya ulkusini dapat menyebabkan
perdarahan dan perforasi. Hal ini merupakan salah satu komplikasi yang cukup
berbahaya dari demam typhoid (Levani dan Prastya 2020).

5). Komplikasi
Menurut (Wulandari dan Erawati 2016), komplikasi demam typhoid dapat dibagi
dalam dua bagian, yaitu:

a. Komplikasi intestinal

1) . Perdarahan usus : diketahui dengan pemeriksaan tinja dengan benzidin.


Dapat terjadi melena,disertai nyeri perut dengan tanda renjatan.

2). Perforasi usus : biasa terjadi pada minggu ke III bagian distal ileum.Perforasi
yang tidak disertai peritonitis terjadi bila ada udara di hati dan diafragma
pada foto RO abdomen posisi tegak.

3). Perionitis : gejala akut abdomen yang ditemui nyeri perut hebat,dinding
abdomen tegang, dan nyeri tekan.

b. Komplikasi ekstraintestinal

1). Komplikasi kardiovaskuler: kegagalan sirkulasi perifer (renjatan,sepsis),


miokarditis, trombosis, dan tromboflebitis.

2). Komplikasi darah: anemia hemolitik, trompositopenia, atau koagulasi


intravaskuler diseminata dan sindrom uremia himolitik.

3). Komplikasi paru: pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4). Komplikasi hepar dan kandung kemih: hepatitis dan kolelitiasis.

5). Komplikasi ginjal: glomerulonefritis, pielonefritis, dan perinefritis.

6). Komplikasi tulang: osteomielitis, periostitis, spondilitis, dan arthritis.

7). Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningismus, meningitis,polyneuritis


perifer, dan sindrom katstonia.

6. Pemeriksaan diagnostik

Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa demam tifoid menurut


(Titik Lestari, 2016) adalah sebagai berikut :

a. Pemeriksaan SGOT dan SGPT

SGOT dan SGPT pada demam tifoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali
normal setelah pasien sembuh.

b. Biakan darah
Biakan darah yang positif menandakan demam tifoid, tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam tifoid. Hal ini dikarenakan hasil
biakan darah tergantung dari beberapa faktor penyebab sebagai berikut :

1) Teknik pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan hasil laboratorium


yang lain, hal ini disebabkan oleh perbedaan teknik dan media biakan yang
digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik adalah pada saat demam
tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.

2) Saat pemeriksaan selama perjalanan penyakit

Biakan darah terhadap salmonella typhi akan positif pada minggu pertama
dan berkurang pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh hasil
pengecekan biakan darah dapat kembali positif.

3) Vaksinasi di masa lampau

Vaksinasi terhadap demam tifoid di masa lampau dapat menimbulkan


antibodi dalam darah pasien, antibodi ini dapat menekan bakteremia
sehingga hasil biakan darah negatif.

4) Pengobatan dengan obat anti mikroba

Pasien yang sebelum pembiakan darah sudah mendapatkan obat anti


mikroba maka pertumbuhan kuman dalam media biakan akan terhambat dan
hasil biakan yang didapat kemungkinan negatif.

c. Uji widal

Uji widal adalah suatu reaksi aglutinasi antara antigen dan antibodi. Aglutinin
yang spesifik terhadap salmonella typhi terdapat dalam serum pasien dengan
demam tifoid dan pada orang yang pernah divaksinasikan. Antigen yang digunakan
pada uji widal adalah suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan diolah di
laboratorium. Tujuan dari uji widal ini adalah untuk menentukan adanya aglutinin
dalam serum pasien yang disangka menderita demam tifoid.

Akibat infeksi oleh salmonella typhi, pasien akan membuat antibodi atau
aglutinin berupa :

a) Aglutinin O, yang dibuat karena rangsangan anti-gen O (berasal dari tubuh


kuman).
b) Aglutinin H, yang dibuat karena rangsangan anti-gen H (berasal dari flagel
kuman).
c) Aglutinin V1, yang dibuat karena rangsangan anti-gen V1 (berasal dari simpai
kuman).

Ketiga aglutinin diatas hanya aglutinin O dan H yang ditentukan titernya untuk
diagnosa, makin tinggi titernya maka makin besar pasien akan positif menderita
demam tifoid.

d. Kultur
Kultur urin bisa positif pada minggu pertama dan akhir minggu kedua. Kultur feses
bisa positif pada minggu kedua hingga minggu ketiga.
e. Anti salmonella typhi IgM
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi secara dini infeksi akut salmonella
typhi, karena antibodi IgM muncul pada hari ke-3 dan ke-4 terjadinya demam.

7). Penatalaksanaan

Menurut (Wulandari dan Erawati 2016) dibagi menjadi tiga yaitu:

a. Istirahat dan perawatan Tirah baring dan perawatan profesional bertujuan


untuk mencegah komplikasi. Tirah baring dengan perawatan sepenuhnya
di tempat seperti makanan, minuman, mandi, buang air kecil dan besar
akan mempercepat masa penyembuhan dalam perawatan perlu sekali dijaga
kebersihan tempat tidur, pakaian dan perlengkapan yang dipakai. Posisi
pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan pneumonia ortostatik
serta hygiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.

b. Diet dan terapi penunjang Diet merupakan hal yang cukup penting dalam
proses penyembuhan penyakit dalam typhoid, karena makanan yang
kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita akan semakin
turun dan proses penyembuhan penyakit dalam typhoid diberi bubur
saring, kemudian di tingkatkan menjadi bubur kasar dan akhirnya diberi nasi,
perubahan diet tersebut disesuaikan dengan tingkat kesembuhan
pasien. Pemberian bubur saring tersebut ditujukan untuk menghindari
komplikasi pendarahan saluran cerna atau perforasi usus. Hal ini
disebabkan ada pendapat bahwa usus harus di istirahatkan. Beberapa peneliti
menunjukan bahwa pemberian makanan padat dini yaitu nasi dengan lauk
pauk rendah selulosa (menghindari sementara sayuran yang berserat)
dapat diberikan dengan aman pada penderita demam typhoid.

c. Pemberian antibiotik

1). Antimikroba

a). Klroramfenikol 4 X500 mg sehari/IV


b). Tiamfenikol 4 X500 mg sehari oral

c). Kotrimoksazol 2 X2 tablet sehari oral (1 tablet=sulfametoksazol 400


mg + trimetropin 80 mg atau dosis yang samaIV, dilarutkan dalam 250 ml
cairan infus).

d). Ampisilin atau amoksilin 100 mg/kg BB sehari oral/IV, dibagi dalam 3 atau 4
dosise) Antimikroba diberikan selama 14 hari atau sampai 7 hari bebas
demam.

2). Antipieritik seperlunya.

3). Vitamin B kompleks dan vitamin C.

B. Konsep asuhan keperawatan

1.Pengkajian

a. Identitas

1). Keluhan utama

Demam lebih dari 1 minggu, gangguan kesadaran: apatis sampaisomnolen, dan


gangguan saluran pencernaan seperti perut kembung atau tegang dan
nyeri pada perabaan, mulut bau,konstipasi atau diare, tinja berdarah atau
dengan tanpa lendir,anoreksia, dan muntah.

2). Riwayat kesehatan lingkungan.

3). Imunisasi

4). Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.

5). Nutrisi

b. Pemeriksaan fisik

1). Sistem kardiovaskuler.

2). Sistem pernapasan.

3). Sistem pencernaan.

4). Sistem genitourinus

5). Sistem saraf


6). Sistem lokomotor/musculoskeletal

7). Sistem endokrin

8). Sistem integument

c. Pemeriksaan diagnostik dan hasil:

1). Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis.

2). Anemia ringan, LED meningat, SGOT, SGPT, dan fosfatal kali meningkat.

3). Biarkan tinja positif dalam hari 2

4). Kenaikan titer reaksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulung memastikan
diagnosis. Pada reaksi widal titer aglutinin O dan H meningkat sejak hari ke dua.
Titer reaksi widal diatas 1:200 menyokong diagnosis.

2. Diagnosis Keperawatan

1. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Intervensi Keperawatan

No. Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Keperawatan


Manajemen hipertermia
1. Hipertermia Setelah dilakukan tindakan Observasi:
berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam 1. Identifikasi penyebab
proses penyakit maka termoregulasi hipertermia
membaik membaik dengan (Mis,dehidrasi,terpap
kriteria hasil : ar lingkungan
panas,penggunaan
1. Suhu tubuh inkubator)
membaik 2. Memonitor suhu
2. Kulit merah sedang tubuh
3. Pucat sedang 3. Memonitor kadar
4. Suhu kulit membaik elektolit
4. Monitor haluaran
urine
5. Memonitor
komplikasi akibat
hipertermia
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan
yang dingin
2. Longgarkan atau
lepaskan pakaian
3. Basahi dan kipasi
permukaan tubuh
4. Berikan cairan oral
5. Ganti linen setiap
hari atau lebih sering
jika mengalami
hiperhidrosi(keringat
berlebihan)
6. Lakukan
pemdinginan
esternal
7. Hidrasi pemberian
antipiretik atau spirin
8. Berikan oksigen, jika
perlu
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi

Kolaborasi pemberian cairan


dan elektrolit intravena,jika
perlu

2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan tindakan Manajemen Energi


berhubungan dengan keperawatan 2x24 jam
kelemahan maka diharapkan toleransi Observasi
aktivitas meningkat dengan
kriteria hasil : 1. Identifikasi gangguan
fungsi tubuh yang
1. Frekuensi nadi mengakibatkan
meningkat kelelahan
2. Keluhan lelah 2. Monitor kelelahan
menurun fisik dan emosional
3. Perasaan lemah 3. Monitor pola dan
menurun jam tidur
4. Monitor lokasi dan
ketidaknyamanan
selama melakukan
aktivitas

Terapeutik

1. Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
2. Lakukan latihan
rentang gerak
pasif/aktif
3. Berikan aktivitas
distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk disisi
tempat tidur, jika
tidak dapat
berpindah atau
berjalan.

Edukasi

1. Anjurkan tirah baring


2. Anjurkan melakukan
aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan
menghubungi
perawat jika tanda
dan gejala kelelahan
tidak berkurang
4. Ajarkan strategi
koping untuk
mengurangi
kelelahan

Kolaborasi

1. Kolaborasi dengan
ahli gizi tentang cara
meningkatkan
asupan makanan.
4. Implementasi keperawatan

implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah


di tetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping.

Fokus tahap implementasi asuhan keperawatan adalah kegiatan


implementasi dari perencanaan intervensi untuk memenuhi kebutuhan fisik dan
emosional. Pemenuhan kebutuhan fisik dan emosional bervariasi, tergantung dari
individu dan masalah yang spesifik, tetapi ada beberapa komponen yang terlibat dalam
implementasi asuhan keperawatan yaitu pengkajian yang terus menerus,
perencanaan,dan pengajaran .

5.Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan


yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi, dan
implementasinya. Tahap evaluasi pada proses keperawatan meliputi kegiatan
mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara
membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian tujuan. Dengan
mengukur perkembangan klien dalam mencapai suatu tujuan maka perawat
dapat menentukan efektivitas asuhan keperawatan .
DAFTAR PUSTAKA

Farizal, Jon 2018. “ UJI DAYA HAMBAT EKSTRAK BAWANG PUTIH (ALLIUM SATIVUM)
TERHADAP SALMOENELLA TYPHI, “ Journal of nursing and public health
6:46-49

Levani, Yelvi dan Aldo Prastya, 2020 “ DEMAM TIFOID : MANIFESTASI KLINIS, PILIHAN
TERAPI DAN PANDANGAN DALAM ISLAM “ Jurnal berkala ilmiah kedokteran
3:10-16.

Ulfa, Farissa dan oktia handayani 2018. “ KEJADIAN DEMAM TIFOID DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS PAGIYANTEN. “ HIGEJA JOURNAL OF PUBLIV HEALTH
RESEARCH AND DEVELOPMENT 2:227-38

Wulandari, Dewi dan Meira irawati 2016. BUK AJARAN KEPERAWAAN Pustaka
pelajar.

PPNI (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan indikator


diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan kriteria hasil
keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI ( 2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definis dan tindakan


keperawatan, Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai