A. Definisi
B. Etiologi
Etiologi demam typhoid diakibatkan oleh bakteri Salmonella typhi atau Salmonella
paratyphi dari family Enterobacteriaceae. Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif
batang, tidak membentuk spora, motil, berkapsul dan berflagella (bergerak dengan rambut
getar). Bakteri ini dapat hidup pada pH 6-8 pada suhu 15-41⁰C (suhu optimal 37⁰C ).
Bakteri ini 10 dapat mati dengan pemanasan 54,4⁰C selama satu jam dan suhu 60⁰C selama
15 – 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. Terjadinya penularan S. typhi pada
manusia yaitu secara jalur fekaloral. Sebagian besar akibat kontaminasi makanan atau
minuman yang tercemar. Dinding sel S.typhi dibentuk 20% nya oleh lapisan lipoprotein.
Sementara itu lapisan fosfolipid dan LPS membentuk 80% dinding sel kuman S. typhi.
lipopolisakarida yang terdiri dari lipid A, oligosakarida, dan polisakarida yang merupakan
bagian terpenting dan utama yang menentukan sifat antigenik dan aktivitas eksotoksin.
Lipid A merupakan asam lemak jenuh yang menentukan aktivitas endotoksin dari LPS yang
selanjutnya dapat mengakibatkan demam dan reaksi imunologis sang pejamu. Outer
Membran Protein (OMP) ialah dinding sel terluar membran sitoplasma dan lapisan
peptidoglikan yang berfungsi sebagai sawar untuk mengendalikan aktivitas masuknya
cairan ke dalam membran sitoplasma serta berfungsi sebagai reseptor bakteriofag dan
bakteriolisin (Idrus, 2020).
C. Patofisiologi
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis demam typhoid yang timbul dapat bervariasi dari gejala ringan
hingga gejala berat. Gejala klinis yang klasik dari demam typhoid diantaranya yaitu demam,
malaise, nyeri perut, dan sembelit atau diare. Gejala demam akan meningkat secara perlahan
menjelang sore hingga malam hari dan akan turun pada siang hari. Demam akan semakin
tinggi berkisar 39⁰C – 40⁰C dan dapat menetap di minggu kedua. Masa inkubasi 11 demam
typhoid sekitar 7 sampai 14 hari dengan rentang 3 sampai 60 hari. (Levani & Prastya,
2020).
E. Komplikasi
1. Komplikasi Intestinal
1) Peradangan usus, jika perdarahan hanya ditemukan sedikit dapat dilakukan
pemeriksaan tinja dengan benzidin. Apabila terjadi perdarahan banyak dan
berat dapat terjadi melena disertai nyeri perut dengan tanda-tanda penurunan
tekanan darah.
2) Perforasi usus, biasanya terjadi pada minggu ketiga, namun juga dapat timbul
pada minggu pertama. Gejala yang terjadi ialah nyeri perut kuadran kanan
bawah kemudian menyebar ke seluruh perut. Tanda-tanda lainnya yaitu nadi
cepat, tekanan darah turun dan dapat terjadi syok leukositosis.
3) Peritonitis, biasanya disertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi usus.
Ditemukan gejala nyeri perut yang hebat, dan dinding abdomen yang menegang
2. Komplikasi Ekstraintestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi perifer (renjatan, sepsis),
miokarditis, thrombosis, dan tromboflebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, frombositopenia atau koogulasi
intravaskuler diseminata dan sindrom uremia hemolitik
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis 17 4) Komplikasi hepar
dan kandung kemih : hepatitis dan kolelitiasis. 5) Komplikasi ginjal :
glomemlonephritis, pielonefritis dan perinefritis 6) Komplikasi tulang :
osteomyelitis, periosititis, spondylitis dan arthritis 7) Komplikasi neuropsikiatrik :
delirium, meningismus, meningitis, polyneuritis perifer, sindrom guillain-barre,
psikosis dan sindrom katatonia.
F. Penatalaksanaan
Definisi typhoid menurut (Levani & Prastya, 2020) dan (Hasyul et al., 2019)
(……………………………………) (……………………………………..)
Pembimbing Pendidikan/Instansi
(………………………………….)