PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Demam typhoid abdominalis atau demam tifoid masih merupakan
masalah besar di Indonesia. Penyakit ini di Indonesia bersifat sporadik
endemik dan timbul sepanjang tahun. Kasus demam tifoid di Indonesia,
masih cukup tinggi berkisar antara 354-810 / 100.000 penduduk pertahun. Di
Palembang dari penelitian retrospektif selama periode 5 tahun (2003-2007)
didapatkan sebanyak 83 kasus (21,5%) penderita demam tifoid dengan hasil
biakan darah salmonella positif dari penderita yang dirawat dengan klinis
demam tifoid.
Sekarang ini penyakit typhus abdominalis masih merupakan masalah
yang penting bagi kesehatan anak dan masih menduduki masalah yang
penting dalam prevalensi penyakit menular. Hal ini dsebabkan oleh faktor
kebersihan dan sanitasi yang kurang, masih memegang peranan yang tidak
boleh diabaiakan. Penyakit typhus abdominalis banyak menyerang anak
diatas umur satu tahun, maka memerlukan perawatan yang khusus karena
anak masih dalam taraf perkembangan dan pertumbuhan. Perawatan di rumah
sakit sangat dianjurkan untuk mendapatkan perawatan isolasi dan
menghindari komplikasi yang dapt berakibat kematian.
Typhus abdominalis adalah penyakit infeksi akut pada fraktus intestinal
yang di sebabkan oleh kuman salmonella typhosa seperti panas (demam
400C), sakit kepala, mual, muntah, anoreksia,perasan tidak enak di perut.
Komplikasi sering terjadi pada keadaan hipertermi, toksemia berat dan
kelemahan umum agar kematian akibat komplikasi dapat dihindari.
Mengingat banyak masalah yang dihadapi, maka perlu perawatan dan
pengawasan yang
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan konsep dasar thypoid abdominalis!
a. Apa pengertian dari thypoid abdominalis?
b. Apa saja etiologi thypoid abdominalis?
c. Bagaimana patofisiologi thypoid abdominalis?
d. Bagaimana pathway yang dapat digunakan pada penyakit ini?
e. Apa saja manifestasi klinis pada thypoid abdominalis?
f. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
mengidentifikasi thypoid abdominalis?
Apa saja komplikasi dari thypoid abdominalis?
Apa saja definisi kasus typhoid abdominalis?
Bagaimana penatalaksanaan pada thypoid abdominalis?
Bagaimana pencegahan supaya tidak terkena thypoid abdominalis?
g.
h.
i.
j.
C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan konsep dasar thypoid abdominalis, yaitu sebagai
berikut:
a. Untuk memahami pengertian dari thypoid abdominalis.
b. Untuk mengetahui apa saja etiologi thypoid abdominalis.
c. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi thypoid abdominalis.
d. Untuk mengetahui pathway yang dapat digunakan.
e. Untuk
mengetahui
apa
saja
manifestasi
klinis
pada
thypoid
abdominalis.
f. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi thypoid abdominalis.
g. Untuk mengetahui apa saja komplikasi dari thypoid abdominalis.
mengetahui
bagaimana
penatalaksanaan
pada
thypoid
abdominalis.
j. Untuk mengetahui agaimana pencegahan supaya tidak terkena thypoid
abdominalis.
2. Untuk mengetahui konsep dasar asuhan keperawatan pada anak dengan
thypoid abdominalis!
a.
b.
c.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pathway
Terlampir.
5.
Manifestasi Klinis.
Menifestasi klinis demam tifoid sangat luas dan bervariasi, dari manifestasi
yang atipikal hingga klasik, dari yang ringan hingga complicated. Penyakit ini
memiliki kesamaan dengan penyakit demam yang lainnya terutama pada
minggu pertama sehingga sulit dibedakan. Beberapa faktor mempengaruhi
derajat dan gambaran klinis penyakit yang timbul, yaitu durasi penyakit
selama belum diberikan pengobatan yang tepat, pemilihan antibiotik yang
sesuai, usia, kuantitas inokulum yang tertelan, dan faktor daya tahan tubuh
dari pasien.
Manifestasi klinis berdasarkan masa tunas bakteri typhoid adalah selama 10
14 hari dan berkisar 6-30 hari.
a.
Minggu I
Demam
Demam yang berangsur naik, yaitu dapat mencapai hingga 40 oC,
terutama sore hari dan malam hari.
Nyeri otot
Nyeri kepala
Anorexia dan mual
Bakteri Salmonella typhi berkembang biak di hati dan limpa akibatnya
terjadi pembengkakan dan akhirnya menekan lambung sehingga terjadi
rasa mual. Dikarenakan mual yang berlebihan, akhirnya makanan tidak
dapat masuk secara sempurna dan biasanya keluar lagi lewat mulut.
Namun jika nyeri terletak pada abdomen sebelah kiri, hal ini bisa juga
terjadi karena bagian kiri merupakan bentuk manifestasi dari
terinfeksinya usus duabelas jari oleh bakteri salmonella tersebut.
Batuk (bronchitic cough)
Pada sebagian besar kasus didapatkan batuk, biasanya bersifat ringan
dan disebabkan oleh bronkitis, pneumonic bisa merupakan infeksi
sekunder dan dapat timbul dan dapat timbul pada awal sakit atau fase
akut lanjut.
Epitaksis
Masalah BAB
Gejala yang dapat pula menyertai anak dengan typhoid adalah adanya
gangguan pada pola buang air besar, hal ini dapat berupa konstipasi
ataupun diare.
Perasaan tidak enak di perut.
Rose spots
Selama periode demam, sampai dengan 25% pasien menunjukkan
eksantema (rose spots) pada dada, perut dan punggung. Rose spots
merupakan suatu ruam makulopapular berwarna pucat seperti salmon yang
biasanya terletak pada dada dan batang tubuh, ruam ini terdapat pada
sekitar 30% pasien pada akhir minggu pertama perjalanan penyakit dan
menghilang dalam 2-5 hari tanpa meninggalkan bekas. Rose spots ini
terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih dan jarang ditemukan
b.
di Indonesia.
Minggu II
Demam
Bradikardi relatif
Pada penderita tifoid peningkatan denyut nadi tidak sesuai dengan
peningkatan suhu, dimana seharusnya peningkatan 10oC diikuti oleh
peningkatan denyut nadi sebanyak 8kali/menit. Bradikardi relatif adalah
keadaan dimana peningkatan suhu10oC diikuti oleh peningkatan nadi 8
kali/menit
Lidah kotor yang khas yaitu bagian tengah berwarna putih dan pinggirnya
hiperemi, dan tremor apabila dijulurkan. Biasanya anak akan merasa
lidahnya pahit dan cenderung ingin makan yang asam-asam atau pedas.
Hepatosplenomegali
Bakteri typhoid menginfeksi saluran pencernaan yaitu usus halus.
Kemudian mengikuti peredaran darah, bakteri ini mencapai hati dan limpa
sehingga berkembang biak sehingga terjadi nyeri pada daerah abdomen
region kanan dan kiri bawah.
Penurunan kesadaran
Penderita umumnya merasakan nyaman dengan berbaring tanpa banyak
pergerakab, namun dengan kondisi yang parah seringkali terjadi gangguan
kesadaran.
Tanda dan gejala lain yang terkadang juga menyertai adalah sebagai berikut:
Abdominal tenderness
6.
Agitasi
Kedinginan
Fatigue berat
Gangguan mental berupa somnolen, stupor, koma, halusinasi, fluctuating
typhoid
yang
tidak
dapat
menimbulkan
antibodi
seperti
10
Pasien dengan demam (suhu 38o C atau lebih) yang telah berlangsung
sedikitnya selama 3 hari, dengan hasil laboratorium kultur positif S.typhi
(confirmed) dari darah, sumsum tulang, cairan gaster/usus.
b. Probable Case
pasien dengan demam (38o C atau lebih) yang telah berlangsung sedikitnya
selama 3 hari, dengan serodiagnosis atau tes deteksi antigen positif, tetapi
tanpa dilakukan isolasi kuman S.typhi.
c. Karier Kronik
Ekskresi S. typhi pada tinja atau urin (atau kultur empedu atau duodenal
ulangan yang positif) yang lebih dari 1 tahun sejak onset dari demam tifoid
akut. Karier jangka pendek juga ada, tetapi peranannya kurang begitu
penting
dibandingkan
karier
kronik.
Beberapa
pasien
yang
Penatalaksanaan
Menurut Soedarto (2007) penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk
mengatasi pasien dengan typhus abdominalis adalah sebagai berikut:
a. Secara fisik
1) Mengawasi kondisi pasien dengan:
Pengukuran suhu secara berkala setiap 4 6 jam. Perhatikan apakah
anak tidur gelisah, sering terkejut atau mengigau. Perhatikan pula
apakah mata anak cenderung melirik ke atas atau apakah anak
mengalami kejang-kejang. Demam yang disertai kejang yang terlalu
lama akan berbahaya bagi perkembengan otak, karena oksigen tidak
mampu mencapai otak. Terputusnya suplai oksigen ke otak akan berakibat
rusaknya sel-sel otak, dalam keadaan demikian, cacat seumur hidup dapat
terjadi berupa rusaknya fungsi intelektual tertentu.
2) Klien diistirahatkan 7 hari sampai demam tulang atau 14 hari untuk
mencegah komplikasi perdarahan usus.
3) Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya tranfusi
bila ada komplikasi perdarahan.
4) Bukalah pakaian dan selimut yang berlebihan
5) Memperhatikan aliran udara di dalam ruangan
11
(keracunan).
Diit
1) Cukup kalori dan tinggi protein.
2) Tidak mengandung banyak serat.
3) Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
4) Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.
5) Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi tim.
6) Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari demam
c.
selama 7 hari.
Antibiotik
Antibiotika yang diberikan pada pasien dengan typhus abdominalis ini
adalah golongan chloramphenicol dengan dosis 3-4 x 500 mg/hari, pada
anak dosisnya adalah 50-100 mg/kg berat badan/hari. Jika hasilnya kurang
memuaskan dapat memberikan obat seperti:
Tiamfenikol, dosis dewasa 3x500 mg/hari, dosis anak: 30-50 mg/kg
berat badan/hari.
Ampisilin, dosis dewasa 4x500 mg, dosis anak 4x 50-100 mg/kg berat
badan/hari.
Kotrimoksasol (sulfametoksol 400 mg + trimetropin 80mg) diberikan
d.
12
hingga tuntas.
10. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
Kebanyakan perdarahan internal yang terjadi pada demam tifoid tidak
mengancam jiwa. Gejala perdarahan usus meliputi:
Kulit pucat
Muntah darah
Melena
13
3) Peritonitis
4) Ilius paralitik
b.
14
11. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam typhoid adalah:
a. Harus menyediakan air yang memenuhi syarat. Misalnya diambil dari
tempat yang higienis, seperti sumur dan produk minuman yang
terjamin. Jangan gunakan air yang tercemar. Apabila menggunakan air
yang harus dimasak terlebih dahulu maka dimasak harus 100oC.
b. Menjaga kebersihan tempat pembuangan sampah.
c. Upayakan tinja dibuang pada tempatnya dan jangan pernah
membuangnya secara sembarangan sehingga mengundang lalat karena
lalat akan membawa bakteri Salmonella typhi.
d. Bila di rumah banyak lalat, basmilah hingga tuntas.
e. Daya tahan tubuh juga harus ditingkatkan (gizi yang cukup dan
teratur, olahraga secara teratur, 3-4 minggu sekali). Hindarilah
makanan yang tidak bersih. Belilah makanan yang masih panas
sehingga menjamin kebersihannya. Jangan banyak jajan makanan atau
minuman di luar rumah.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada anak dengan typhoid adalah adanya tandatanda sebagai berikut:
a. Aktivitas dan istirahat
Gejala:
Kelemahan
Fatigue, malaise
Kelelahan
Keterbatasan dalam melakukan aktivitas
b. Sirkulasi
Tanda:
Takikardia sebagai respon dari demam, dehidrasi, dan inflamasi.
Hipotensi
Turgor buruk jika terjadi dehidrasi, kulit kering, lidah kotor, dan bibir
c.
d.
pecah-pecah.
Integritas ego
Gejala:
Kecemasan, ketakutan, kesedihan emosional
Stres
Tanda:
Penolakan, perhatian berkurang, depresi.
Eliminasi
15
Gejala:
Adanya darah saat defekasi
Perdarahan pada rektal
Tanda:
Jika konstipasi maka suara peristaltik hampir tidak ada, tetapi jika terdapat
e.
f.
g.
2.
16
Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis d.d melaporkan nyeri,
perubahan nafsu makan, perubahan TTV, diaforesis, gangguan pola tidur,
sensitif, perilaku melokalisir nyeri.
Tujuan: nyeri teratasi.
Kriteria hasil: adanya penurunan intensitas nyeri,ketidaknayaman akibat nyeri
berkurang, tidak menunjukan tanda-tanda fisik dan perilaku dalam nyeri akut.
17
Intervensi :
1) Kaji nyeri.
2) Ajarkan tekhnik relaksasi kepada pasien.
3) Observasi TTV
4) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik.
c.
(ranitidine).
d.
18
f.
g.
19
Kriteria hasil
Evaluasi
Suhu tubuh dalam batas normal (36,6-37,5 C).
Klien tidak demam lagi.
Klien tidak gelisah.
Turgor kulit baik.
Kesadaran compos mentis
Kebutuhan mandi, makan, minum, eleminasi, ganti pakaian, kebersihan
dengan nilai laboratorium normal dan tidak ada tanda-tanda mal nutrisi.
20
21
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Perawatan thypus abdominalis perlu dirawat di RS untuk dirawat secara
intensif dan pasien harus istirahat total minimal sampai 7 hari bebas demam.
Maksud dari istirahat total adalah untuk mencegah terjadinya perforasi usus.
Mobilisasi penderita dilakukan secara bertahap sesuai dengan pulihnya
kekuatan pasien yakni :
Duduk (waktu makan)
: Pada hari ke 2 bebas panas
Berdiri
: Pada hari ke 7 bebas panas
Berjalan
: Panas hari ke 16 bebas panas
Penderita dengan kesadaran menurun, posisi tubuh harus diubah-ubah pada
waktu tertentu untuk menghindari komplikasi dekubitus dan pneumonia
hipostatik.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi thypus abdominalis adalah :
Kesehatan lingkungan yang kurang memadai
Penyediaan air minum yang tidak memenuhi syarat kesehatan
Tingkat sosial ekonomi yang kurang
Tingkat pendidikan masyarakat yang rendah
B. Saran
Untuk lebih memahami bagaimana tindakan yang tepat untuk menangani
masalah klien dengan Thypus abdominalis, hendaknya kita sebagai perawat
lebih banyak mengetahui secara lengkap mengenai penyakit ini agar dapat
memberikan perawatan yang lebih baik.
22
DAFTAR PUSTAKA
Andriani,
N.
(2014).
In
https://id.scribd.com/doc/161144461/Typhus-
M.
(2013).
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001332.html.
In
Diakses
23
LAMPIRAN
Pathway
24