Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

Polewali Mandar, 04 Maret 2023

Mengetahui Mahasiswa
Pembimbing Klinik

(Nurhidayah, S.Kep., Ns) (Ardiansah)


NIM. 111200060050

Pembimbing Pendidikan/ Institusi

(Ns. Akbar Nur, S.Kep., M.Kep)


NIDN. 0913079003

LAPORAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. A DENGAN GANGGUAN
ANSIETAS PADA SISTEM PERSYARAFAN DI RUANG POLI JIWA DI
RSUD POLEWALI MANDAR

Disusun Oleh :

Ardiansah
111200060050

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

ANDINI PERSADA MAMUJU

2023/2024

LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan pada Tn. T dengan keluhan kencing tertunda – tunda akibat
patologis system urinarius ( Nefrolitiasis atau batu ginjal ) Diruangan Perawata Mawar Di Rsud
Polewali Mandar

Telah di setujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing pendidikan

pada tanggal 04 Maret 2023

Polewali Mandar, 04 Maret 2023

Praktikan

( Ardiansah )
NIM. 111200060050

Mengetahui/Menyetujui,

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Klinik

( Ns. Akbar Nur, S.Kep, M.Kep ) ( Nurhidayah S.Kep., Ns)


NIDN.0913079003

LAPORAN PENDAHULUAN ANSIETAS


1. Konsep Medis
A. Definisi
Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa
latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa
& Ifdil, 2016). Kecemasan adalah perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi
karena ketidaknyamanan dan rasa takut disertai suatu respon. Perasaan takut dan tidak
menentu sebagai siinya yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
datang dan memperkuat individu mengambil suatu tindakan dalam menghadapi
ancaman (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan
individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI, 2016).

Rentang Respon Ansietas :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Sumber: (Stuart, Buku Saku Keperawatan Jiwa , 2013)

Klasifikasi Ansietas :
1) Ansietas ringan (1+)
a) Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau sedikit
gelisah, penuh perhatian.
b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal sedikit,
waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan informasi, tingkat
pembelajaran optimal.
c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas menyendiri,
terstimulasi.
2) Ansietas sedang (2+)
a) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, suara berubah: bergetar, nada
suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit
kepala, pola tidur berubah, sering nyeri punggung.
b) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara selektif, fokus
terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun, penyelesaian masalah
menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
c) Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri goyah,
tidak sabar, gembira.
3) Ansietas berat (3+)
a) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan tanpa
tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi, kebutuhan ruang
gerak meningkat, mondarmandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.
b) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah pecah, sulit
berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu mempertimbangkan informasi,
hanya memperhatikan ancaman.
c) Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak adekuat,
menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.
4) Ansietas panik (4+)
a) Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat, agitasi
motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun, tidak dapat tidur,
hormon stres dan neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.
b) Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran sendiri,
tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi terjadi.
c) Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak berdaya, lepas
kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil yang buruk, kaget,
takut, lelah.

B. Etiologi
Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk mengetahui dari
penyebab anstietas, menurut Stuart & Sundden (2014) menjelaskan ansietas disebabkan
oleh :
1) Faktor Predisposisi :
a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili dorongan instring dan
impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen
yang bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada
bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan
perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan
kerentanan tertentu. Individu dengan harga diri rendah terutama rentan mengalami
ansietas yang berat.
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Ahli teori perilaku lain menganggap ansietas sebagai suatu dorongan
yang dipelajari berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.
Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak kecil
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan
antara dua kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal
balik antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan ansietas
menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya meningkatkan konflik
yang dirasakan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan
depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.

2) Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan terjadi
atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.
C. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya :
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat :
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek Penuaan
4. Lanjut Usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat :
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ansietas disajikan dalam tabel berikut ini :

Gejala dan Tanda Mayor Ansietas

Sumber : (Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2016)


Gejala dan Tanda Minor Ansietas

Sumber : (Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2016)

E. Komplikasi
Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon sistem kekebalan
tubuh, namun kecemasan dalam jangka panjang dapat memiliki efek sebaliknya yaitu
seperti depresi, gangguan pola tidur, nyeri kronis, kehilangan minat dalam seksual,
pikiran untuk bunuh diri (Pieter, Lubis, & Lumongga, 2012).

Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan :

Risiko mencederai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Gangguan perilaku : kecemasan Core Problem

Koping individu tak efektif

Stressor
F. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Ansietas adalah pada tahap pencegahan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup fisik (somatik), psikologik
atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) seperti pada uraian berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :


a. Makan-makan yang bergizi dan seimbang
b. Tidur yang cukup
c. Cukup olahraga
d. Tidak merokok
e. Tidak meminum minuman keras
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguang neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf ) di susunan saraf pusat otak (limbic system ). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCI,
meprobamate dan alprazolam
3. Terapi somatik
Geajala atau keluhan fisik (somatik)s seing di jumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada
organ tubuh yang bersangkutan
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, anatara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan
c. Psikoterapi re-kontruktif, untuk dimasukkan memperbiki kembali
(rekontruksi) kepribadian yang telah mengalami gonjangan akibat stressor
d. Psikoterapi kongnitif, untuk memulihkan fungsi kongnitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berfikir secara nasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan sesorang yang erat hubungan dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem.

Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang :


Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang ansietas yaitu:
a. Pemerikasaan laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Uji psikologis

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengkajian Keperawatan pada pasien dengan ansietas menurut (Stuart, 2007)
yaitu:
Identitas Klien
1) Initial :Ansietas lebih rentan terjadi pada wanita daripada laki-laki, karena
wanita lebih mudah stress dibanding pria.
2) Umur : Toddler-lansia
3) Pekerjaan : Pekerajaan yang mempunyai tingkat stressor yang besar.
4) Pendidikan : Orang yang mempunyai tingkat pendidikan yang rendah lebih
rentan mengalami ansietas
b. Alasan Masuk
Sesuai diagnosa awal klien ketika pertama kali masuk rumah sakit.
c. Faktor Predisposisi
1) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego.
2) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu.
3) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang
diinginkan
4) Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi.
d. Fisik
Tanda Vital:
TD : Meningkat, palpitasi, berdebar-debar bahkan sampai pingsan.
N : Menurun
S : Normal (36˚C - 37,5˚C ), ada juga yang mengalami hipotermi tergantung
respon individu dalam menangania ansietasnya
P : Pernafasan , nafas pendek, dada sesak, nafas dangkal, rasa tercekik terengah-
engah
1) Ukur : TB dan BB: normal (tergantung pada klien)
2) Keluhan Fisik : refleks, terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, kaku,
gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, gerakan lambat, kaki goyah.
Selain itu juga dapat dikaji tentang repon fisiologis terhadap ansietas (Stuart,
2007):
B1 : Nafas cepat, sesak nafas, tekanan pada dada, nafas dangkal
pembengkakan pada tenggorokan, terengah-engah.
B2 : Palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, rasa ingin pingsan,
pingsan, TD ↓, denyut nadi ↓.
B3 : Refleks ↑, reaksi terkejut, mata berkedip-kedip, insomnia, tremor, rigiditas,
gelisah, wajah tegang.
B4 : Tidak dapat menahan kencing, sering berkemih.
B5 : Kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman pada abdomen,
nyeri abdomen, mual, nyeri ulu hati.
B6 : Lemah.
e. Psikososial:
Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor, gelisah, keringat
berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta terjadi pada
seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok / masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan kecenderungan ke arah
lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan yang tidak
rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

2. Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas stuart, keliat &
Pasaribu (2016) :
a. Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego, ID mewakili dorongan insting dan implus primtif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego
bahwa ada bahaya
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,trauma
seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.
orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembagan, trauma seperti
perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. orang
dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
pada kehidupan selanjutnya.
d. Kajian keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor
ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik.Gamma neurogulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin.
3. Faktor presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidak mampuan fisiologi yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari-
hari .
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4. Perilaku
kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan, integritas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan tingkat kecemasan.

a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas :


Sistem Tubuh Respon

Kardiovaskuler :

o Palpitasi
o jantung berdebar
o Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun
Pernapasan :

o Napas cepat
o Pernapasan dangkal
o Rasa tertekan pada dada
o Pembengkakan pada tenggorokan
o Rasa tercekiki
o Terengah-rengah

Neuromuskular :

 Peningkatan reflek
 Reaksi kejutan
 insomnia
 Ketakutan
 Gelisah
 Wajah Tegang
 Kelemahan secara umum
 Gerakan lambat
 Gerakan yang janggal
Perkemihan :

 Tidak dapat menahan kencing


 Sering kencing

Kulit

 Rasa terbakar pada mukosa


 Berkeringat banyak pada telapak tangan
 Gatal-gatal
 Perasaan panas atau ingin pada kulit
 Muka Pucat dan berkeringat diseluruh tubuh.
b. Respon Perilaku Kongnitif
Sistem Respon

Perilaku :

o Gelisah
o Keterangan Fisi
o Tremor
o Gugup
o Bicara Cepat
o Tidak ada koordinasi
o Kecendurungan untuk celaka
o Menarik diri
o Menghindar

Kongnitif :

o Gangguan perhatian
o Konsentrasi hilang
o pelupa
o salah tafsir
o Adanya blokin pada pikiran
o Menurunnya lahan persepsi
o Kreatif dan produktif menurun
o Bingung
o Kawatir yang berlrebihan
o Hilang menilai objektifitas
o Takut akan kehilangan kendali
o Takut yang berlebihan
Afektif :

o Tidak Sabar
o Gelisah
o Tegang
o Nervus
o Ketakutan

5. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan mengerakkan sumber koping
tersebut dilingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomi kemampuan
penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat membantu
seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi
strategi koping yang berhasil.

6. Mekanisme Koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk
mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis.Ansietas tingkat ringan
sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
Reaksi yang beriorentasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan
beriorentasi pada tindakan untuk memenuhi secara realitas tuntunan situasi stress
Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang, tetapi
jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas,
maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

2. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas berhubungan dengan kekhawatiran mengalami kegagalan

b. Koping tidak efektif berhubungan dengan kecemasan

3. Rencana Keperawatan

Tujuan umum : cemas berkurang atau

hilang Tujuan khusus :

Intervensi yang akan dilakukan adalah :


SP 1 pasien yaitu : assessment ansietas dan latihan relaksasi ( bina hubungan saling percaya,
membuat kontrak ( inform consent ) dua kali pertemuan latihan pengendalian ansietas, bantu
pasien mengenal ansietas, latih teknik relaksasi ).

SP 2 pasien yaitu : evaluasi assessment ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis
sendiri ( latihan 5 jari ) dan kegiatan spiritual. (pertahankan rasa percaya pasien, membuat
kontrak ulang: latihan pengendalian ansietas, latih hipnotis sendiri dan kegiatan spiritual).

SP 1 keluarga : penjelasan kondisi pasien dan cara merawat (bina hubungan saling

percaya, membuat kontrak ( inform consent ) dua kali pertemuan latihan cara merawat

pasien ansietas, SP 2 keluarga yaitu : evaluasi peran keluarga merawat pasien cara

merawat dan follow up ( pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam,

menanyakan peran keluarga dalam merawat pasien dan kondisi pasien, membuat kontrak

ulang : latihan lanjutan cara merawat dan follow up. Menyertakan keluarga saat melatih

pasien hipnotis diri sendiri ( lima jari ) dan kegiatan spiritual, diskusikan dengan keluarga

follow up dan status pasien perlu dirujuk ( lapang persepsi menyempit tidak mampu

menerima informasi )antu keluarga mengenali ansietas.

4. Implementasi
Dilakukan implementasi yang pertama pada tanggal 2 Desember 2020 pada pukul 09.00 yaitu
dengan melakukan SP 1 pasien membantu pasien mengenal ansietas dan melatih teknik Tarik
nafas dalam didapatkan respon subyektif yaitu pasien mengatakan saat ini pasien masihm
merasa cemas, khawatir, bingung, dan gelisah karena saat ini di tempat kerja pasien ada salah
satu yang terinveksi virus covid-19. Pasien sangat khawatir dan selalu memikirkan
anaknya.Respon obyektif yaitu ketika diajarkan teknik relaksasi pasien tampak kurang fokus.
Penulis menyimpulkan diagnosa keperawatan adalah ansietas, tindakan yang dilakukan
perawat yaitu SP 1 pasien selanjutnya rencana tindak lanjut yang akan dilakukan perawat
yaitu pada pukul 11.00 akan melakukan SP 2 pasien ( evaluasi assessment asneitas, manfaat
teknik relaksasi dan latihan hipnotis diri sendiri ( latihan 5 jari ). Planning yang akan
dilakukan yaitu terapi aktivitas kelompok.
Pertemuan kedua dilakukan pada tanggal 2 desember 2020 jam 11.00 yaitu
melakukan SP 2 pasien evaluasi assessment ansietas dan manfaat Tarik nafas dalam dan
hipnotis diri sendiri dan kegiatan spiritual. Didapatkan respon subyektif yaitu pasien
mengatakan sudah bisa melakukan teknik relaksasi , pasien mengatakan setelah bercerita
dan mengungkapkan perasaannya pasien merasa lebih tenang. Respon obyektif pasien
tampak lebih tenang dan pasien tampak mengerti yang diajarkan perawat yaitu latihan
hipnotis diri sendiri dan kegiatan spiritual.Penulis dapat menyimpulkan diagnosa
keperawatan yang diangkat yaitu ansietas.Tindakan yang dilakukan perawat yaitu SP 2
pasien. Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan perawat yaitu SP 1 keluarga pada
tanggal 3 desember 2020 ( menjelaskan kondisi pasien dan cara merawat ). Planning yang
akan dilakukan terapi aktivitas kelompok.
Selanjutnya dilakukan SP 1 keluarga pada tanggal 3 desember 2020 pukul 08.00
yaitu dengan melakukan ( menjelaskan kondisi pasien dan cara merawat ) didapatkan
respon subyektif yaitu keluarga mengatakan ketika pasien merenung, cemas dan gelisah
keluarga masih bingung bagaimana cara menenangkan pasien. Respon obyektif yaitu
keluarga tampak ikut sedih dan bingung melihat kondisi pasien.Penulis menyimpulkan
diagnose yang diangkat masih ansietas. Tindakan yang dilakukan perawat saat ini yaitu
SP 1 keluarga. Rencana yang akan dilakukan perawat yaitu SP 2 keluarga ( evaluasi peran
keluarga dan cara merawat). Planning yaitu terapi aktivitas kelompok.
Pertemuan selanjutnya SP 2 keluarga dilakukan pukul 10.00 yaitu ( evaluasi peran
keluarga dan cara merawat ) didapatkan respon keluarga yaitu keluarga mengatakan sudah
melakukan peran dengan baik dan benar yaitu dengan selalu menemani pasien ketika
cemas dan selalu memberi motivasi ataupun nasihat. Penulis menyimpulkan diagnosa
yang diangkat yaitu ansietas.Tindakan yang dilakukan yaitu SP 2 keluarga. Rencana
tindak lanjut yang akan dilakukan perawat yaitu follow up ( mengevaluasi dari SP 1
pasien sampai SP 2 keluarga ). Planning yaitu terapi aktivitas kelompok.
Pada pertemuan ketiga dilakukan pada tanggal 4 desember 2020 yaitu dengan
follo up atau sama dengan mengevaluasi hasil hasil implementasi yang sudah dilakukan 2
hari sebelumnya diadapatkan hasil respon subyektif pasien mengatakan mampu
mengenali ansietas yang dirasakan dan pasien sudah bisa cara mengatasi ansietas yaitu
dengan cara melakukan Tarik nafas dalam dan selalu memikirkan hal hal yang
positif.Respon subyektif keluarga mengatakan keluarga sudah bisa memberi motivasi ke
pasien dan keluarga sudah tau cara merawat pasien yaitu dengan selalu menemani pasien,
mengajak pasien bercerita untuk mengurangi cemasnya. Respon obyektif yang didapat
dari pasien yaitu pasien tampak senang ketika ditemani keluarganya, pasien tampak sudah
bisa melakukan pekerjaan harian, pasien tampak lebih rileks.Penulis menyimpulkan
diagnosa yang diangkat yaitu ansietas. Tindakan yang dilakukan yaitu follow up dengan
mengevaluasi dari SP 1 pasien sampai SP 2 keluarga..

5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan pada pasien. Evaluasi ini harus dilakukan terus menerus pada respons
ansietas pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Hal-hal yang
perlu dievaluasi meliputi :
a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau system diri pasien berkurang dalam
sifat, jumlah asal atau waktunya?
b. Apakah perilaku pasien mencerminkan ansietas tingkat ringan atau tingkat yang
lebih berat?
c. Apakah sumber koping pasien telah dikaji dan dikerahkan dengan adekuat?
d. Apakah pasien mengenali ansietasnya sendiri dan mempunyai pandangan terhadap
perasaan tersebut?
e. Apakah pasien menggunakan respon koping adaptif?
f. Sudahkan pasien belajar strategi adaptif baru untuk mengurangi kecemasan?
Apakah pasien menggunakan ansietas ringan untuk meningkatkan pertumbuhan dan
perubahan personal?
DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lnjut Usia (Lansia).
Jurnal Ilmu Konselor Vol. 5 no. 2, 93-99.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar Diagnosis


Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Pieter, Lubis, H. Z., & Lumongga, N. (2012). Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.

Jakarta: Kencana.
Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa (5th ed). Jakarta:
EGC. Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.
Jakarta:
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai