Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN PSIKOSOSIAL : ANSIETAS

I. Kasus ( Masalah Utama ) Ansietas/Kecemasan

II. Proses Terjadinya

Masalah A. Pengertian

Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang

berasal dari Bahasa latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango,

anci yang berarti mencekik (Annisa & Ifdil, 2016). Kecemasan adalah

perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi karena

ketidaknyamanan dan rasa takut disertai suatu respon. Perasaan takut

dan tidak menentu sebagai siinya yang menyadarkan bahwa peringatan

tentang bahaya akan datang dan memperkuat individu mengambil suatu

tindakan dalam menghadapi ancaman (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati,

2015).

Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif

individu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi

bahaya yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk

menghadapi ancaman (PPNI, 2016)

B. Rentang Respon Ansietas

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: (Stuart, Buku Saku Keperawatan Jiwa , 2013)

Klasifikasi Ansietas :
1. Ansietas ringan (1+)

a. Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan,

rileks atau sedikit gelisah, penuh perhatian.

b. Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan

gagal sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal,

memperhatikan informasi, tingkat pembelajaran optimal.

c. Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas

menyendiri, terstimulasi.

2. Ansietas sedang (2+)

a. Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital

meningkat, pupil dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-

mandir, suara berubah: bergetar, nada suara tinggi, kewaspadaan

dan ketegangan meningkat, sering berkemih, sakit kepala, pola

tidur berubah, sering nyeri punggung.

b. Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara

selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian

menurun, penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi

dengan memfokuskan.

c. Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung,

kepercayaan diri goyah, tidak sabar, gembira.

3. Ansietas berat (3+)

a. Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata

buruk, pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara

tinggi, tindakan tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang,

menggertakan gigi, kebutuhan ruang gerak meningkat,

mondarmandir, berteriak, meremas tangan, gemetar.

b. Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah

pecah, sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu

mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman.


c. Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa

tidak adekuat, menarik diri, penyangkalan, ingin bebas.

4. Ansietas panik (4+)

a. Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat

berat, agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat

kemudian menurun, tidak dapat tidur, hormon stres dan

neurotransmitter berkurang, wajah menyeringai, mulut ternganga.

b. Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis,

terganggu, kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah,

fokus pada pikiran sendiri, tidak rasional, sulit memahami

stimulus eksternal, halusinasi, waham, ilusi terjadi.

c. Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak

berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah,

mengharapkan hasil yang buruk, kaget, takut, lelah.

C. Etiologi

Berbagai teori yang telah dikembangkan oleh para ahli untuk

mengetahui dari penyebab anstietas, menurut Stuart & Sundden (2014)

menjelaskan ansietas disebabkan oleh :

D. Faktor Predisposisi :

1. Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id

mewakili dorongan instring dan impuls primitif, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani dan dikendalikan oleh norma budaya. Ego

atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang

bertentangan tersebut, dan fungsi ansietas adalah meningkatkan ego

bahwa ada bahaya.

2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut

terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan


kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan

harga diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.

3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan yang diinginkan. Ahli teori perilaku lain

menganggap ansietas sebagai suatu dorongan yang dipelajari

berdasarkan keinginan dari dalam diri untuk menghindari kepedihan.

Ahli teori pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa sejak

kecil dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan lebih sering

menunjukkan ansietas pada kehidupan selanjutnya. Ahli teori konflik

memandang ansietas sebagai pertentangan antara dua kepentingan

yang berlawanan. Mereka meyakini adanya hubungan timbal balik

antara konflik dan ansietas : konflik menimbulkan ansietas, dan

ansietas menimbulkan perasaan tidak berdaya, yang pada gilirannya

meningkatkan konflik yang dirasakan.

4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya

terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara

gangguan ansietas dengan depresi.

5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan

neuroregulator inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA) yang

berperan dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan

ansietas.

E. Faktor Presipitasi

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal.

Stresor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :

1. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang

akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas

hidup sehari-hari.
2. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga

diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi pada individu.

F. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala ansietas disajikan dalam tabel berikut ini :

Gejala dan Tanda Mayor Ansietas

Sumber : (Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2016)

Gejala dan Tanda Minor Ansietas

Sumber : (Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), 2016)

G. Akibat

Ansietas dalam jangka pendek dapat meningkatkan respon

sistem kekebalan tubuh, namun kecemasan dalam jangka panjang dapat

memiliki efek sebaliknya yaitu seperti depresi, gangguan pola tidur,

nyeri kronis, kehilangan minat dalam seksual, pikiran untuk bunuh diri

(Pieter, Lubis, & Lumongga, 2012).

III. Pohon Masalah dan Masalah Keperawatan

Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi Sosial Effect


Gangguan suasana perasaan Cor Problem

cemas

Koping individu tidak efektif Causa

IV. Diagnosa Keperawatan

1. D.0118 Gangguan Interaksi Sosial

2. D.0080 Ansietas

V. Rencana Keperawatan

1. Tujuan

Tujuan umum : cemas berkurang atau hilang Tujuan khusus :

a. TUK 1

Pasien dapat menjalin hubungan saling percaya Intervensi :

1) Jadilah pendengar yang hangat dan responsi

2) Beri waktu yang cukup pada pasien untuk berespon

3) Beri dukungan pada pasien untuk berekspresikan perasaanya

4) Identifikasi pola perilaku pasien atau pendekatan yang dapat

menimbulkan perasaan negatif

5) Bersama pasien mengenali perilaku dan respon sehingga cepat

belajar dan berkembang.

b. TUK 2

Pasien dapat mengenali ansietasnya Intervensi :

1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaanya

2) Hubungkan perilaku dan perasaanya

3) Validasi kesimpulan dan asumsi terhadap pasien

4) Gunakan pertanyaan terbuka untuk mengalihkan dari topik yang

mengancam ke hal yang berkaitan dengan konflik

5) Gunakan konsultasi untuk membantu pasien mengungkapkan

perasaanya.
c. TUK 3

Pasien dapat memperluas kesadaranya terhadap perkembangan ansietas

Intervensi :

1) Bantu pasien menjelaskan situasi dan interaksi yang dapat segera

menimbulkan ansietas

2) Bersama pasien meninjau kembali penilaian pasien terhadap

stressor yang dirasakan mengancam dan menimbulkan konflik

3) Kaitkan pengalaman yang baru terjadi dengan pengalaman masa

lalu yang relevan

d. TUK 4

Pasien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif

Intervensi :

1) Gali cara pasien mengurangi ansietas dimasa lalu

2) Tunjukan akibat maladaptif dan destruktif dari respon koping yang

digunakan

3) Dorong pasien untuk menggunakan respon koping adaptif yang

dimilikinya

4) Bantu pasien untuk menyusun kembali tujuan hidup, memodifikasi

tujuan, menggunakan sumber dan menggunakan ansietas sedang

5) Latih pasien dengan menggunakan ansietas sedang

6) Beri aktifitas fisik untuk menyalurkan energinya

7) Libatkan pihak yang berkepentingan sebagai sumber dan

dukungan sosial dalam membantu pasien menggunakan koping

adaptif yang baru

e. TUK 5

Pasien dapat menggunakan tekhnik

relaksasi Intervensi :
1) Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan

rasa percaya diri

2) Dorong pasien untuk menggunakan relaksasi dalam menurunkan

tingkat ansietas.

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, D. F., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lnjut
Usia (Lansia). Jurnal Ilmu Konselor Vol. 5 no. 2, 93-99.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). (2016). Standar
Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Pieter, Lubis, H. Z., & Lumongga, N. (2012). Pengantar
Psikologi dalam Keperawatan. Jakarta: Kencana.
Stuart, G. W. (2013). Buku Saku Keperawatan Jiwa . Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Stuart, G. W., & Sundden, S. J. (2014). Buku Saku Keperawatan Jiwa
(5th ed). Jakarta: EGC. Yusuf, A., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015).
Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:Salemba Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

DENGAN MASALAH KECEMASAN

Pertemuan pertama

Kondisi Pasien

Saat ini klien mengalami nyeri pada bagian kaki akibat adanya luka jahitan yang

dialami. Klien mengatakan sering terbangun dimalam hari, bingung dan cemas karena nyeri

yang dialami. Klien khawatir terhadap kondisinya saat ini, dia takut luka jahitannya tidak

segera sembuh dan takut kalau terjadi infeksi. Klien mengatakan semenjak mengalami

sakit klien tidak dapat bekerja sebagaimana mestinya, saat ini klien tidak bisa pergi kemana-

mana.

Diagnosa Keperawatan

Ansietas ( Sedang )

Tujuan (TUK / SP) : Pasien dapat membina hubungan saling percaya

A. Fase Orientasi

1. Salam Terapeutik

“Hallo,pak. Perkenalkan saya perawat G, saya perawat yang dinas pada

pagi ini mulai pukul 07.00-15.00. Ini dengan bapak siapa? Lebih senang

dipanggil siapa pak?”

2. Evaluasi

“Apa yang bapak rasakan saat ini? “ “Bagaimana keadaan bapak saat

ini?”

3. Kontrak

4. Topik : Membahas tentang perihal yang membuat klien cemas

a) Tempat : Ruang tamu

b) Waktu : pukul 13.00-13.20 (20 menit)

B. Fase Kerja

Bapak, coba sekarang ceritakan apa yang bpk rasakan saat ini? Saya akan

mendengarkan cerita bapak”


“jika boleh saya tahu, apakah sebelumnya bpk pernah mengalami perasaan cemas seperti

sekarang yang bpk rasakan dan bagaimana cara bpk mengatasinya?”

“Saya mengerti bagaimana perasaan bpk. Setiap orang akan memiliki perasaan yang

sama jika diposisi bpk. Tapi saya sangat kagum pada bpk karena bpk mampu menahan

semua cobaan ini. Jadi saat ini bpk pada tingkat kecemasan yang sedang. Kalau

masalah ini tidak diatasi, dapat mengganggu kondisi bpk nantinya. Untuk itu, bpk perlu

melakukan terapi disaat bpk merasakan perasaan cemas. Terapi ini akan membantu

menurunkan tingkat kecemasan bpk. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi

kecemasan dengan latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah

satu cara untuk mengurangi kecemasan yang bpk rasakan”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan pak. Saya akan lakukan terlebih dahulu,bpk

perhatikan saya. Lalu bpk bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai

ya pak. Silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama- tama, bpk tarik nafas dalam

perlahan- lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu bpk hembuskan

udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan- lahan. Sekarang coba bpk

lakukan ya”

“Bagus sekali, bpk sudah mampu melakukannya. bpk bisa melakukan latihan ini selama 5

sampai 10 kali sampai bpk merasa relaks atau santai. Selain cara

tersebut untuk mengatasi kecemasan bpk, bpk bisa melakukan dengan metode

pengalihan yaitu dengan melepas kecemasan dengan tertawa, bersantai atau bpk juga

bisa mengatasinya dengan mendengarkan musik.

C. Fase Terminasi

1. Evaluasi Subjektif : “Bagaimana perasaan bpk setelah kita ngobrol tentang

masalah yang bpk rasakan dan latihan teknik relaksasi napasdalam?”

2. evaluasi Objektif : “Sekarang coba bpk ulangi teknik relaksasi napas dalam yang sudah

kita pelajari tadi”

3. Tindak lanjut
Mari kita masukan dalam jadwal harian ya pak. Jadi, setiap bpk merasa cemas,

bpk bisa langsung mempraktikan teknik relaksasi napas dalam yang sudah kita pelajari

tadi”

4. Kontrak yang akan datang

“Jika hari ini bpk merasakan cemas lagi, maka kita dapat mengulangi teknik relaksasi

napasdalam sebanyak 5- 10 kali dalam waktu 30 menit?”

Anda mungkin juga menyukai