Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

MASALAH KEPERAWATAN ANSIETAS


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Dosen Pengampu : Ns. Tuti Anggrawati, M. Kep

Disusun Oleh :

EKA NANDA CAHYA KIRANA


20101440121023

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


STIKES KESDAM IV / DIPONEGORO SEMARANG
2023
LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS
A. Konsep Dasar Penyakit
Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami perasaan
gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam berespons
terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2017).
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebaryang berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak percaya diri. Keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang
spesifikAnsietas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal.
Ansietas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan penilaian intelektual terhadap
sesuatu yang berbahayaAnsietas adalah respon emosional terhadap penilaian
tersebutKapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat
ansietas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan. (Stuart, 2017).
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu di
luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan
(Asmadi, 2018). Menurut Asmadi, 2018 ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai
asal ansietas, teori tersebut antara lain:
1. Teori Psikonalis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian yaitu id dan super ego Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitive seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego
berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya
2. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut terhadap
penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini juga dihubungkan dengan
trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan orang
yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain ataupun
masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas.
Namun bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa tenang
dan tidak cemas. dengan demikian, ansietas berkaitan dengan hubungan antara
manusia
3. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi,Ketidakmampuan
atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan
keputusasaan Keputusasaan yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
B. Etiologi
1. Faktor Presdiposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk mrnjelaskan asal ansietas :
a) Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma norma
budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan dari dua
elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal. Ansietas
juga berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan
kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga din rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat
c) Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasiyaitu
segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan
gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk
mengatasi stressor.
2. Faktor presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternalStressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori:
 Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
 Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas,
harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang
C. Klasifikasi
Ansietas memiliki dua aspek yakni aspek yang sehat dan aspek membahayakan, yang
bergantung pada tingkat ansietas, lama ansietas yang dialami, dan seberapa baik individu
melakukan koping terhadap ansietasMenurut Peplau (Videbeck, 2018) ada empat tingkat
kecemasan yang dialami oleh individu yaitu ringan, sedang, berat dan panik.
a. Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar,menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sendiri. Menurut Videbeck (2018)
respons dari ansietas ringan adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
b. Respon kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 mempertimbangkan banyak informasi
 tingkat pembelajaran optimal
c. respons emosional
 perilaku otomatis
 sedikit tidak sadar
 aktivitas menyendiri
 ter stimulasi
 tenang
b. Ansietas sedang merupakan perasaan yang menggangu bahwa ada sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasiMenurut Videbeck
(2018), respons dari ansietas sedang adalah sebagai berikut:
a. Respon fisik :
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukul tangan
 Suara berubah: bergetar nada suara tinggi
 kewaspadaan dan ketegangan meningkat
 sering berkemih, sakit kepala,pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respons kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan

c. Respons emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
 Gembira
c. Ansietas berat, yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancamanmemperlihatkan
respons takut dan distressMenurut Videbeck (2018). respons dari ansietas berat
adalah sebagai berikut:
a. Respons fisik
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
 Rahang menegang, mengertakan gigi
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 proses berpikir terpecah-pecah
 sulit berpikir
 penyelesaian masalah buruk
 tidak mampu mempertimbangkan informasi
 hanya memperhatikan ancaman
 preokupasi dengan pikiran sendiri
 egosentris
c. Respons emosional
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
 Ingin bebas
d. Panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena hilangnya
control maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
Menurut Videbeck (2018) respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons Fisik
 Flight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu
 Kepribadian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional
 Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

c. Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
 Marah, sangat takut
 Mengharapkan hasil yang buruk
 Kaget, takut
 Lelah
D. Pohon Masalah

Risiko Menciderai diri sendiri,


orang lain dan lingkungan

Gangguan Perilaku : Kecemasan


Core Problem

Koping individu tidak efektif

Stressor
E. Gejala Klinis
Keluhan (keluhan yang sering dikemukan oleh orang yang mengalami ansietas), antara
lain sebagai berikut :
a) Cemas, khawatir, firasat, buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah
tersinggung.
b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c) Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang
d) Gangguan pola tidur, mimpi (mimpi yang menegangkan)
e) Gangguan konsentrasi dan daya ingat
f) Keluhan (keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang pendengaran
berdenging (tinitus) berdebar-debar, sesak napas, gangguan pencernaan, gangguan
perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.

F. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


Pemeriksaan diagnostic / penunjang ansietas yaitu :
 Pemeriksaan Laboratorium, pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa dan menurunnya fungsi
paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
 Uji Psikologis

G. Penatalaksanaan Medis
Menurut Hawari (2018) penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik
(somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius. Selengkpanya seperti
pada uraian berikut :
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
 Makan makan yang bergizi dan seimbang
 Tidur yang cukup.
 Cukup olahraga
 Tidak merokok
 Tidak meminum minuman keras.
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic) yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau akibat
dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang
bersangkutan.

d. Psikoterapi

Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:


1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitifuntuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
STRATEGI PELAKSANAAN ANSIETAS

SP 1 :
a. Bantu pasien mengenal ansietas
b. Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
c. Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
d. Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
e. Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
f. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri(tarik napas dalam)
Orientasi :
Salam Terapeutik : Assalamualaikum.. selamat pagi Ibu
Evaluasi/validasi : ”Bagaimana perasaan ibu pagi ini? O, jadi ibu semalam gelisah, tidak bisa
tidur?”
Kontrak : ”Baiklah, bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang
perasaany a n g i b u r a s a k a n ? B a g a i m a n a k a l a u k i t a b e r b i n c a n g
bincang selama 30 menit?”
” K i t a berbincang-bincang dimana bu? Baiklah kita akan berbincang-bincang di ruang ini

Kerja :
”Tadi ibu katakan, ibu merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibu ceritakan lebih lanjut tentang
perasaan ibu? apa yang ibu sedang pikirkan? Apa yang ibu lakukan terkait dengan perasaan
tersebut? Apa yang terjadi sehingga ibu merasa gelisah?”
”Bagaimana kalau saya ukur dulu ya tekanan darah, ibu”
”Apakah sebelumnya ibu pernah mengalami kondisi seperti sekarang ini?”Selama ini, bila ibu
punya masalah yang mengganggu, apa yang ibu lakukan?”
“Dalam keluarga ibu, apa yang biasanya dilakukan kalau ada masalah?”
“Baiklah bu, bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibu dengan latihan
relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu cara untuk mengurangi
kecemasan yang ibu rasakan. Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibu
perhatikan saya, lalu ibu bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya bu. Ibu
silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, ibu tarik nafas dalam perlahan-lahan,
setelah itu tahan nafasdalam hitungan tiga setelah itu ibu hembuskan udara melalui mulut dengan
meniup udara perlahan-lahan. Nah, sekarang coba ibu praktikkan. Wah bagus sekali, ibu sudah
mampumelakukannya. ibu bisa melakukan latihan ini selama 5 sampai 10 kali sampai ibu
merasarelaks atau santai”
Terminasi :
Evaluasi subjektif : ”Bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol tentang masalah yang
iburasakan dan latihan relaksasi?

Evaluasi objektif : Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari, wah bagus sekali,

Rencana tindak lanjut : jam berapa ibu akan berlatih lagi melakukan cara ini? Mari, kita
masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa langsung praktikkan
cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita buat.

Kontrak yang akan datang : Latihan relaksasi ini hanya salah satu cara yang bisa digunakan
untuk mengatasi kecemasan atau ketegangan, masih ada cara lain dengan latihan teknik hipnotis
lima jari. bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok pagi, jam berapa bu? Seperti
biasa jam 10 pagi di rumah ibu? Masih ada yang mau ditanyakan bu? Baiklah kalau tidak ada
saya pamit dulu.

SP 2 Mengajarkan klien melakukan hipnosis lima jari untuk mengatasi kecemasan

Orientasi :

Salam terapeutik: Assalamualaikum..

Evaluasi/validasi: ”Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Masih ingat nggak Bu cara mengatasi
kecemasan yang kita diskusikan kemarin? Iya, kemarin kita sudah belajar tarik napas dalam.Ibu
masih ingat caranya? Coba dipraktikkan bu. Iyaa bagus sekali Bu.

Kontrak: ”Baiklah, Bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang cara lain
untuk mengatasi kecemasan yaitu dengan cara hipnosis lima jari. Bagaimana kalau kita
berbincang-bincang selama 30 menit?” ”Kita berbincang-bincang dimana bu? Baiklah kita akan
berbincang-bincang di ruang ini.
Kerja :

“Ibu sudah pernah mendengar teknik relaksasi hipnosis lima jari? Ibu belum tahu ya? Baiklah
kalau begitu kita belajar hipnosis lima jari ya Bu. Tujuannya untuk menghilangkan rasacemas
dan membuat pikiran rileks dengan membayangkan hal-hal positif. Nah, sekarang saya beritahu
caranya ya Bu. Pertama, atur posisi senyaman mungkin, boleh sambil rebahan juga Bu.”

“Kemudian Ibu pejamkan mata, lakukan tarik napas dalam sebanyak 5 sampai 10 kali sampai
benar-benar rileks dan fokus. Nah, sekarang sentuh jari telunjuk Ibu dengan jempol. Ibu,
bayangkan pada saat ibu sehat. Kemudian sentuh jari tengah Ibu, bayangkan ketika Ibu di puji
oleh seseorang. Sekarang sentuh jari manis Ibu, bayangkan saat Ibu bersama orang yang Ibu
sayangi dan cintai, dan sekarang sentuh jari kelingking Ibu, bayangkan tempat yang paling indah
yang pernah dikunjungi. Seperti itu ya Bu. Ibu sudah melakukannya dengan sangat baik. Nah,
jika Ibu merasa khawatir atau cemas Ibu bisa praktikkan cara hipnosis lima jari ini.”

Terminasi :

Evaluasi Subjektif : Bagaimana perasaan Ibu setelah belajar hipnosis lima jari?

Evaluasi Objektif : Ibu bisa mengulang apa yang sudah dipraktikkan tadi? Iya, bagus sekali Ibu.

Rencana tindak lanjut: Mari, kita masukkan dalam jadwal harian ibu. Jadi, setiap ibu merasa
cemas, ibu bisa langsung praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal
yangtelah kita buat.

Kontrak yang akan datang: Bagaimana jika besok kita mendiskusikan cara lain untuk mengatasi
rasa cemas dengan cara spiritual? Seperti biasa jam 10 pagi di rumah Ibu? Masih ada yang mau
ditanyakan Bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu.
SP 3: Mengajarkan klien melakukan kegiatan dan pendekatan spiritual untuk mengatasi
kecemasan

Orientasi :

Salam terapeutik : Assalamualaikum..

Evaluasi/validasi : ”Bagaimana perasaan ibu pagi ini? Masih ingat nggak Bu cara
mengatasikecemasan yang kita diskusikan kemarin? Iya, kemarin kita sudah belajar hipnosis
lima jari. Ibu masih ingat caranya? Coba dipraktikkan Bu. Iyaa bagus sekali Bu.

Kontrak: ”Baiklah, Bu, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang cara
lainuntuk mengatasi kecemasan yaitu dengan cara melakukan kegiatan dan pendekatan spiritual.
Bagaimana kalau kita berbincang-bincang selama 30 menit?” ”Kita berbincang-bincangdimana
Bu? Baiklah kita akan berbincang-bincang di ruang ini”

Kerja :

“Baiklah Bu. Jadi, selain cara napas dalam dan teknik hipnosis lima jari ada cara lain untuk
mengatasi kecemasan, yaitu dengan melakukan kegiatan. Kegiatan apa yang Ibu senangi? Jadi
Ibu senang memasak, membersihkan rumah, dan menonton TV ya Bu?”

“Nah, Ibu bisa melakukan kegiatan yang Ibu senangi tersebut untuk mengatasi rasa cemas agar
pikiran Ibu teralihkan dari hal-hal yang membuat Ibu cemas. Selain itu, ibu juga bisa berzikir,
berwudhu’, shalat, dan berdo’a jika merasa cemas atau khawatir karena sesuatu hal karena
dengan mendekatkan diri kepada Tuhan hati kita akan merasa tenang Bu. Nah, jika Ibu merasa
khawatir atau cemas Ibu bisa melakukan kegiatan dan beribadah ya Bu”

Terminasi :

Rencana tindak lanjut : “Jadi, setiap ibu merasa cemas, ibu bisa langsung melakukan kegiatan
ataupun beribadah ya Bu. Ibu juga bisa melakukan cara-cara lain mengatasi kecemasan yang
sudah kita pelajari.

Kontrak yang akan datang : “Baiklah, Bagaimana jika besok kita mengulang kembali cara-
caramengatasi kecemasan yang sudah kita diskusikan? Hal ini supaya Ibu ingat dan
dapatmelakukannya jika merasa cemas. Seperti biasa jam 10 pagi di rumah Ibu, bagaimana Bu?
Setuju? Baiklah, adakah yang ingin Ibu ditanyakan Bu? Baiklah kalau tidak ada saya pamitdulu.
DAFTAR PUSTAKA

Donsu, Jenita DT.(2017). Psikologi Keperawatan . Yogyakarta : Pustaka Baru PressTim Pokja
PPNI SDKI.(2016).

Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Stuart, G. W. (2015). Buku Saku Keperawatan Jiwa .
Jakarta: Penerbit BukuKedokteran EGC

Prabowo,Eko.2014.buku ajar keperawatan jiwa.Yogyakarta:Nuha MedikaYusuf, A., Fitryasari,


R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta:Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai