Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN PRAKTIK PROFESI

KEPERAWATAN JIWA

Nama Mahasiswa : Hendi Prayuda Widodo


NIM : 2141277
Tanggal : 11 November 2022
Ruang praktik : Shorea B
Diagnosa Psikososial : Ansietas pada pasien dengan DHF

I. KONSEP DASAR
A. Definisi
Istilah kecemasan dalam bahasa inggris yaitu Anxiety yang berasal dari Bahasa
latin angustus yang memiliki arti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik (Annisa
& Ifdil, 2016). Kecemasan adalah perasaan tidak santai atau samar-samar yang terjadi
karena ketidaknyamanan dan rasa takut disertai suatu respon. Perasaan takut dan tidak
menentu sebagai siinya yang menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya akan
datang dan memperkuat individu mengambil suatu tindakan dalam menghadapi
ancaman (Yusuf, Fitryasari, & Nihayati, 2015).
Ansietas merupakan kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (PPNI,
2016).
B. Klasifikasi Masalah Psikososial
Menurut Peplau (1963) dalam (Stuart, 2016) mengidentifikasi empat tingkat ansietas
dengan penjelasan efeknya, yaitu :
1) Ansietas ringan(1+)
a) Respon fisik : ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan, rileks atau
sedikit gelisah, penuh perhatian.
b) Respon kognitif : lapang persepsi luas, terlihat tenang, perasaan gagal
sedikit, waspada dan memperhatikan banyak hal, memperhatikan informasi,
tingkat pembelajaranoptimal.
c) Respon emosional: perilaku otomatis, sedikit tidak sadar, aktivitas
menyendiri, terstimulasi.
2) Ansietas sedang(2+)
a) Respon fisik: ketegangan otot sedang, tanda-tanda vital meningkat, pupil
dilatasi, mulai berkeringat, sering mondar-mandir, suara berubah: bergetar,
nada suara tinggi, kewaspadaan dan ketegangan meningkat, sering
berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, sering nyeri punggung.
b) Respon kognitif: lapang persepsi menurun, tidak perhatian secara
selektif, fokus terhadap stimulus meningkat, rentang perhatian menurun,
penyelesaian masalah menurun, pembelajaran terjadi dengan memfokuskan.
c) Respon emosional: tidak nyaman, mudah tersinggung, kepercayaan diri
goyah, tidak sabar,gembira.
3) Ansietas berat(3+)
a) Respon fisik: ketegangan otot berat, hiperventilasi, kontak mata buruk,
pengeluaran keringat meningkat, bicara cepat, nada suara tinggi, tindakan
tanpa tujuan dan serampangan, rahang menegang, menggertakan gigi,
kebutuhan ruang gerak meningkat, mondarmandir, berteriak, meremas
tangan,gemetar.
b) Respon kognitif: lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah pecah,
sulit berfikir, penyelesaian masalah buruk, tidak mampu
mempertimbangkan informasi, hanya memperhatikan ancaman.
c) Respon emosional: sangat cemas, agitasi, takut, bingung, merasa tidak
adekuat, menarik diri, penyangkalan, inginbebas.
4) Ansietas panik(4+)
a) Respon fisik: flight, fight, atau freeze ketegangan otot yang sangat berat,
agitasi motorik kasar, pupil dilatasi, TTV meningkat kemudian menurun,
tidak dapat tidur, hormon stres dan neurotransmitter berkurang, wajah
menyeringai, mulutternganga.
b) Respon kognitif: persepsi yang sempit, pikiran tidak logis, terganggu,
kepribadian kacau, tidak dapat menyelesaikan masalah, fokus pada pikiran
sendiri, tidak rasional, sulit memahami stimulus eksternal, halusinasi,
waham, ilusiterjadi.
c) Respon emosional: merasa terbebani, merasa tidak mampu/ tidak
berdaya, lepas kendali, mengamuk, putus asa, marah, mengharapkan hasil
yang buruk, kaget, takut, lelah.
C. Faktor Predisposisi
1) Factor psikologis dibagi menjadi 2 yaitu
a) Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Id mewakili
dorongan instring dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani dandikendalikan oleh norma budaya. Ego atau Aku, berfungsi
menengahi tuntutan dari dua elemen yang bertentangan tersebut, dan fungsi
ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga
berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan
kehilangan, yang menimbulkan kerentanan tertentu. Individu dengan harga
diri rendah terutama rentan mengalami ansietas yang berat.
2) Sosial budaya, ansietas merupakan hal yang biasa ditemukan dalam keluarga.
Faktor ekonomi, latar belakang pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya
ansietas.
3) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi
dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan
ansietas dengan depresi.
4) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator inhibisi asam
gama-aminobutirat (GABA) yang berperan dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.

D. Faktor Presipitasi
Stresor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stresor pencetus
dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
1) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologis yang akan
terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari.
2) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri, dan
fungsi sosial yang terintegrasi pada indivu
E. Penilaian terhadap Stressor
1) Kognitif
a. Gangguan perhatian
b. Gangguan konsentrasi
c. Menyadari gejala fisiologis
d. Bloking pikiran
e. Konfusi
f. Penurunan lapang persepsi
g. Penurunan kemampuan untuk belajar
h. Penurunan kemampuan untuk memecahkan masalah
i. Lupa
j. Preokupasi
k. Melamun
l. Cenderung menyalahkan orang lain

2) Afektif
a. Kesedihan yang mendalam
b. Gelisah
c. Distress
d. Ketakutan
e. Perasaan tidak adekuat
f. Putus asa
g. Sangat khawatir
h. Peka
i. Gugup
j. Senang berlebihan
k. Menggemerutukkan gigi
l. Menyesal
m. Berfokus pada diri sendiri
3) Fisiologis
a. Penurunan produktivitas
b. Gerakan ekstra
c. Melihat sepintas

d. Tampak waspada
e. Agitasi
f. Insomnia
g. Kontak mata yang buruk
h. Gelisah
4) Perilaku
a. Gerakan ekstra
b. Melihat sepintas

c. Tampak waspada
d. Agitasi
e. Insomnia
f. Kontak mata yang buruk
g. Gelisah
5) Sosial
a. Menarik diri
b. Jarang berinteraksi

F. Sumber Koping
1) Personal ability
kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi, mengidentifikasi
masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif tindakan, kemudian
mempertimbangkan alternatif sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai.
2) Sosial support
Dukungan ini meliputi dukungan pemenuhan kebutuhan informasi dan
emosional pada diri individu yang diberikan oleh orang tua, anggota
keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan masyarakat sekitarnya.
Aspek-aspek koping terhadap stres : Keaktifan diri, perencanaan, kontrol
diri, mencari dukungan sosial, mengingkari, penerimaan, religiusitas
3) Material assets
Dukungan material merupakan salah satu sumber yang dapat mendukung
individu untuk menyelesaikan masalah financial selama dirawat.
4) Positive believe
Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti
keyakinan akan nasib (external locus of control) yang mengarahkan
individu pada panilaian ketidakberdayaan (helplesseness) yang akan
menurunkan kemampuan strategi koping tiper : problem solving focused
koping.

G. Mekanisme Koping
1) Konstruktif
Diartikan sebagai upaya-upaya untuk menghadapi stress secara sehat
2) Destruktif
Mekanisme individu untuk menghindari stressor tanpa adanya penyelesaian
masalah
H. Patofisiologi (Pathway/WOC yang menghubungkan diagnosa medik dengan
psikososial)
I. Tindakan Keperawatan
Tindakan Keperawatan untuk klien
 Mendiskusikan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala
 Melatih teknik relaksasi fisik
 Melatih mengatasi ansietas dengan distraksi
 Melatih mengatasi ansietas melalui hipnotis lima jari
 Melatih mengatasi ansietas melalui kegiatan spiritual

Tindakan Keperawatan untuk keluarga


 Mendiskusikan masalah keluarga dalam merawat klien ansietas
 Mendiskusikan masalah yang dihadapi dalam merawat klien
 Menjelaskan lingkungan yang terapeutik untuk klien
 Menjelaskan kemungkinan pasien relaps dan mencegah kekambuhan
 Mengidentifikasi tanda-tanda relaps dan rujukan

II. Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas Stuart, Keliat &
Pasaribu (2016) :
a. Teori Psikoanalitik
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian, ID
dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau aku, berfungsi menengahi hambatan dari
dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan
interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti
perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan
harga diri rendah mudah mengalami perkembangan ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
d. Kajian Keluarga
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga.Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine. Reseptor ini
mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam aminobutirik. Gamma
neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme
biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu telah
dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri
dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
2. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah suatu perencanaan dengan tujuan untuk merubah
atau memanipulasi stimulus fokal, kontektual dan residual. Pelaksanaannya juga
ditujukan kepada kemampuan klien dalam menggunakan koping secara luas, agar
stimulus secara keseluruhan dapat terjadi pada klien (Nursalam, 2015).

Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


No (SDKI) Dan Kriteria Hasil (SIKI)
(SLKI)
1. Ansietas Luaran Utama : Terapi relaksasi
Definisi : Kondisi emosi dan Tingkat ansietas Observasi
pengalaman subyektif LuaranTambahan: 1. Identifikasasi tehnik
individu terhadap objek yang 1. Dukungan sosial relaksasi yang pernah
tidak jelas dan spesifik akibat 2. Harga diri efektif digunakan
antisipasi bahaya yang 3. Kesadaran diri 2. Identifiksasi kesediaan ,
memungkinkan individu kemampuan dan
4. Kontrol diri
melakukan tindakan untuk penggunaan tehnik
5. Proses informasi
menghadapi ancaman. rebelumnya.
6. Status kognitif
3. Monitor respon terhadap
7. Tingkat agitasi
terapi relaksasi
8. Tingkat pengetahuan
Edukasi
Setelah dilakukan intervensi 1. Anjurkan mengambil
keperawatan selama 1x24jam posisi yang nyaman
maka ansietas menurun 2. Anjurkan rileks dan
dengan kriteria hasil: merasakan sensasi
1. Verbalisasi kebingungan relaksasi
menurun
2. Verbalisasi khawatir
akibat kondisi yang
dihadapi menurun
3. Perilaku gelisah
menurun
4. Perilaku tegang
menurun
5. Keluhan pusing
menurun
6. Anoreksia menurun
7. Palpitasi menurun
8. Diaforesis menurun
9. Tremor menurun
10. Pucat menurun

4. Evaluasi
Menurut Olfah, Y (2016) ada 3 kemungkinan keputusan pada evaluasi ansietas yaitu:
1. Saat klien telah mencapai hasil yang ditentukan dalam tujuan, sehingga
rencana mungkin dihentikan
2. Klien masih dalam proses mencapai hasil yang ditentukan, sehingga perlu
penambahan waktu, resources dan intervensi sebelum tujuan berhasil
3. Klien tidak dapat mencapai hasil yang telah ditentukan sehingga perlu :
a. Mengkaji ulang masalah atau respon yang lebih akurat
b. Membuat outcome yang baru mungkin outcome pertama tidak realistis
atau mungkin keluarga tidak menghendaki terhadap tujuan yang disusun
oleh perawat
c. Intervensi keperawatan terus dievaluasi dalam hal ketepatan untuk
mencapai tujuan sebelumnya

Evaluasi yang diharapkan pada masalah keperawatan ansietas yaitu ansietas akan
menurun dengan criteria hasil diantaranya verbalisasi kebingungan dan khawatir akibat
kondisi yang dihadapi menurun, perilaku gelisah dan tegang menurun, konsentrasi membaik
dan frekuensi pernapasan, nadi, tekanan darah serta kontak mata membaik.(SLKI, 2018)

Anda mungkin juga menyukai