KEPERAWATAN JIWA
“ANSIETAS”
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
Muhammad Fatha Maulana Al Mufry ( 891221062 )
B. Etiologi Ansietas
Menurut Stuart (2014) ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping yang dikembangkan untuk menjelaskan asal
ansietas yaitu :
1. Faktor Predisposisi :
a) Faktor Psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang terjadi
antara dua elemen kepribadian id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-
norma budaya seseorang. Ego atau berfungsi menengahi tuntutan dari
dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
b) Faktor Interpersonal, bahwa ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti
perpisahan dan kehilangan, yang menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah terutama mudah mengalami
perkembangan ansietas yang berat.
c) Faktor Perilaku, ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala
sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan.
d) Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas biasanya
terjadi dalam keluarga. Gangguan ansietas juga tumpeng tindih antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e) Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulatory inhibisi asam gama-aminobutirat (GABA), yang
berperan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan
ansietas. Selain itu, kesehatan umum individu dan riwayat ansietas
pada keluarga memiliki efek nyata sbagai predisposisi ansietas.
Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kemampuan individu untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus dapat berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas fisiologi
yang akan terjadi atau penurunan kemampuan untuk melakukan
aktivitas hidup sehari-hari.
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan indentitas,
harga diri, dan fungsi social yang terintegrasi pada individu.
C. Tingkat Ansietas
Tingkatan ansietas dapat dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari. Pada tingkat lapangan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan
waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan
dan kreativitas.
a. Respon Fisiologis
1) Sesekali nafas pendek.
2) Nadi dan tekanan darah naik.
3) Gejala ringan pada lambung.
4) Muka bekerut dan bibir bergetar
b. Respon Kognitif
1) Lapangan persepsi melebar.
2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.
3) Konsentrasi pada masalah
4) Menjelaskan masala secara efektif.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Tidak dapat duduk tenang.
2) Tremor halus pada tangan.
3) Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih
memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
a. Respon fisiologis
1) Sering nafas pendek.
2) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik.
3) Mulut kering.
4) Anorexia.
5) Diare/konstipasi.
6) Gelisah.
b. Respon kognitif
1) Lapangan persepsi menyempit.
2) Rangsangan luar tidak mampu diterima.
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Gerakan tersetak-sentak (meremas tangan)
2) Bicara banyak dan leb9ih cepat
3) Susah tidur.
4) Perasaan tidak aman.
3. Ansietas Berat
Pada ansietas berat lapangan persepasi menjadi sangat sempit, individu cenderung
memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak lagi
mampu berpikir hal yang realistis dan membutuhkan banyak pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain.
a. Respon fisiologi
1) Napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik.
3) Berkeringat dan sakit kepala.
4) Penglihatan kabur.
5) Ketegangan.
b. Respon Kognitif
1) Lapangan persepsi sangat sempit.
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah.
c. Respon Perilaku dan Emosi
1) Perasaan ancaman meningkat.
2) Verbalisasi cepat.
3) Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah
tergangu sehingga tidak dapat mengedalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan
apa-apa walaupun telah diberikan pengarahan.
a. Respon fisiologis
1) Napas pendek
2) Rasa tercekik dan palpitasi.
3) Sakit dada.
4) Pucat.
5) Hipotensi.
6) Koordinasi motoric rendah.
b. Respon Kognitif.
1) Lapangan persepsi sangat sempit
2) Tidak dapat berfikir logis.
c. Respon Prilaku dan Emosi.
1) Agitasi, mengamuk dan marah.
2) Ketakutan, berteriak-teriak, blocking.
3) Kehilangan kendali atau control diri.
4) Persepsi kacau.
d. Respon fisiologi yang mempengaruhi sistem yang ada dalam tubuh mausia:
1) Sistem Kardiovaskuler
a) Palpitasi
b) Jantung berdebar
c) Tekanan darah meningkat
d) Denyut nadi menurun
e) Rasa ingin pingsan
f) Peningkatan reflex
g) Reaksi kejutan
h) Ketakutan
i) Gelisah
j) Wajah tegang
k) Kelemahan secara umum
l) Gerakan yyang lambat
m) Gerakan yang janggal
2) Sistem Respirasi
a) Napas cepat
b) Pernapasan dangkal
c) Rasa tekanan pada dada
d) Pembengkakan pada tenggorokan
e) Rasa tercekik
f) Terengah-engah
3) Sistem Gastrointestinal
a) Kehilangan nafsu makan
b) Menolak makan
c) Perasaan dangkal
d) Rasa tidak nyaman pada abdominal
e) Rasa terbar pada jantung
f) Diare
4) Sistem Perkemihan
a) Inkontenensia urine
b) Sering miksi
5) Sistem Integument
a) Rasa terbakar
b) Berkeringat banyak pada telapak tangn
c) Gatal-gatal
d) Perasaan panas atau dingin pada kulit
e) Muka pucat
f) Berkeringat seluruh tubuh
E. Mekanisme Koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas dapat
diatasi dengan menangis, tertawa, tidur atau merokok. Bila terjadi ansietas berat
sampai panic aan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstrukstif
merupakan penyebab utama perilaku yang patologis, individu akan menggunakan
energi yang lebih besar untuk dapat mengatasi ancaman tersebut.
Berikut adalah mekanisme koping untuk mengatasi ansietas:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk
menaggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
a. Perilaku menyerang (agresif)
Biasanya dihunakan individu untuk mengatasi rintangan agar
memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri
Digunakan untuk menghilang sumber ancaman baik secara fisik
maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi
Digunakan nuk merubah tujuan yag akan dilakukan atau
megorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme Perubahan (Ego Oriented Reaction)
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk
mempertahankan keseimbangan.
1. Pengertian
Ansietas adalah perasaan was-was, kuatir, atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi sesuatu yang dirasakan sebagai ancaman
2. Tanda dan gejala Respons fisik:
a. Sering napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Mulut kering
d. Anoreksia
e. Diare/konstipasi
f. Gelisah
g. Berkeringat
h. Tremor
i. Sakit kepala
j. Sulit tidur
Respons kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Tidak mampu menerima informasi dari luar
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
Respons perilaku dan emosi:
a. Gerakan meremas tangan
b. Bicara berlebihan dan cepat
c. Perasaan tidak aman dan menangis
SP2 Pasien: Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dan latihan hipnotis
diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan spiritual
STRATEGI PELAKSANAAN
1. Pertemuan ke 1
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang dilakukan
dalam membina hubungan saling percaya adalah:
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan) setiap kali bertemu pasien
d. Membantu pasien mengenal ansietas:
1)Bantu pasien ntuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
2)Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas
3)Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
4)Bantu menyadari perilaku akibat ansietas
e. mengajarkan klien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan
control dan rasa percaya diri
f. evaluasi kemampuan klien
g. beri reinforcement positif
h. menganjurkan pasien memasukkan jadwal kegiatan harian
2. Pertemuan ke 2
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tuuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Membuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d. Ajarkan klien teknik distraksi untuk meningkatkan control dan
mengurangi ansietas
1) Melakukan hal yang disukai
2) Menonton TV
3) Mendengarkan music yang disukai
4) Membaca Koran
e. Motivasi klien untk melakkan teknik distraksi setiap kali ansietas
timbul
f. Menganjurkan klen mengucapkan salam terapeutik
1) Berjabat tangan
2) Menjelaskan tujuan interaksi
3) Memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
3. Pertemuan ke 3
a. Membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar pasien
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi
1) Mengucapkan salam terapeutik
2) Berjabat tangan
3) Menjelaskan tujuan interaksi
b. Evaluasi/validasi
c. Mmebuat kontrak (topik, waktu, tempat, tujuan)
d. Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari
e. Membantu pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari dan
memasukkan dalam jadwal
f. Evaluasi kemampuan klien
g. Memberi reinforcement positif
h. Menganjurkan pasien untuk memasukkan ke dalam jadwal harian
DAFTAR PUSTAKA