OLEH :
2012501010104
Ansietas adalah suatu perasaan takut yang berasal dari eksternal atau
internal sehingga tubuh memiliki respons secara perilaku, emosional, kognitif, dan
fisik (Videbeck & Sheila, 2012). Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas
dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara
subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Laraia). Ansietas
dapat menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya
selalu di bawah bayang- bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansitas
berkaitan dengan strees. Oleh karena itu ansietas timbul sebagai respon terhadap
stress, baik stress fisiologi maupun psikologis. Artinya ansietas terjadi ketika
seseorang merasa terancam baik secara fisik maupunpsikologis. Stres merupakan
bagian yang tidak dapat terelakkan dalam hidup manusia. Meskipun demikian,
stress bukanlah merupakan sesuatu yang patologis (Asmadi, 2013). Ansietas
merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif,
dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya.
Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang
menggambarkankeadaan khawatir.
B. Etiologi
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen
kepribadian yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan dorongan
insting atau impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma- norma budaya seseorang,
sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego.
Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang
perlu segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Berhubunganjuga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan. Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah
mengalami ansietas berat.
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menggangukemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines.
Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam
upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat
sejalan denganpeningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi
1) Napas cepat
2) Pernapasan dangkal
3) Rasa tertekan pada dada
4) Pembengkakan pada tenggorokan
5) Rasa tercekik
6) Terengah-engah
c. Sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan reflex
2) Reaksi kejutan
3) Insomnia
4) Ketakutan
5) Gelisah
6) Wajah tegang
7) Kelemahn secara umum
8) Gerakan lambat
9) Gerakan yang janggal
d. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makanan
3) Perasaan dangkal
4) Rasa tidak nyaman pada abdominal
5) Rasa terbakar pada jantung
6) Diare
e. Sistem Perkemihan
1) Inkontensia urine
2) Sering miksi
f. Sistem integumen
1) Rasa terbakar
2) Berkeringat banyak di telapak tangan
3) Gatal-gatal
4) Perasaan panas atau dingin pada kulit
5) Muka pucat
6) Berkeringat seluruh
a. Perilaku
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
5) Tidak ada koordinasi
6) Kecenderungan untuk celaka
7) Menarik diri
8) Menghindar
9) Terhambat melakukan aktifitas
b. Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
5) Adanya bloking pada fikiran
6) Bingung
7) Rasa khawatir yang berlebihan
8) Kehilangan penilaian objektifitas
9) Takut akan kehilangan kembali
10) Takut berlebihanTingkat ansietas (Dalami, 2009).
B. Indikator Tingkat Ansietas
C. Patofisiologi
Berdasarkan ansietas dibagi sesuai proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja, berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Perkembangan seksual
b. Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa, berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
4. Lanjut usia, berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pensiun
D. Mekanisme Koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacam-macam
mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas
bentuk ringan ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga atau
merokok. Bila terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang
patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih besar untuk dapat mengatasi
ancaman tersebut. Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction)
Merupakan pemecahan masalah secara sadar yang digunakan untuk
menanggulangiancaman stressor yang ada secara realistis yaitu:
a. Perilaku menyerang (Agresif), biasanya digunakan individu untuk mengatasi
rintangan agar memenuhi kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri, digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman
baiksecara fisik maupun psikologis.
c. Perilaku kompromi, digunakan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan
ataumengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction)
Mekanisme ini membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang yang
digunakan untuk melindungi diri dan dilakukan secara sadar untuk
mempertahankan keseimbangan. Mekanisme pertahanan ego:
a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitasnya.
b. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk menjadi
yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiranpikiran, perilaku
dan selera orang tersebut.
c. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
d. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana seseorang
mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu
kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani, contohnya rasa
benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai, dialihkan dengan
cara menyalahkandiri sendiri.
e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra
diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan ketidaksetujuan
terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme pertahanan
ini adalah penting, sederhana, primitif.
f. Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula ditujukan
pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang biasanya netral atau
kurang mengancam dirinya.
g. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang menggangu
dapatbersifat sementara atau berjangka lama.
h. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada
orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak
dapat ditoleransi.
i. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan dapat
diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan motif yang
tidak dapat diterima.
j. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari
yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin
dilakukan.
k. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri
khasdari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
l. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang-tentang pikiran,
ingatan yang menyakitkan atau bertentangan ,dari kesadaran seseorang
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme lain.
m. Pemisahan (spiliting) adalah sikap mengelompokkan orang dianggap
semuanya baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan nilainilai
positif dan negatif di dalam diri seseorang.
n. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal.
o. Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan
sebetulnya merupakan analog represi yang di sadari, pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang. Tindakan/perilaku
atau komunikasi yang menghapuskan sebagian dari tindakan /perilaku atau
komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme pertahanan primitive (Dalami,
2009).
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan
suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari & Dadang, 2008)
selengkapnya seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang
b. Istirahat yang cukup
c. Cukup olahraga
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka, merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu
seperti diazepam, clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl,
meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic. Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan
keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan
pada organ tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi, diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
F. Proses Keperawatan
a. Pengkajian pada klien dengan Ansietas
Batasan karakteristik gangguan psikososial ansietas menurut NANDA (2013)
adalah sebagai berikut:
1) Perilaku; menunjukkan konsentrasi menurun, kurangnya produktivitas,
pemecahan masalah yang buruk, perubahan terhadap pandangan hidup,
wajah tegang, perilaku berpindah-pindah, gelisah, insomnia, kurangnya
kontak mata, waspada, perilaku yang tidak menentu, kebingungan dan
sedih.
2) Afektif; memperlihatkanketakutan, merasa tersiksa, merasa tertekan,
gugup, gelisah, merasa tidak berdaya, hanya fokus terhadap diri sendiri,
peningkatan rasa cemas, cepat tersinggung, dan terlihat lesu.
3) Psikologikal; menunjukkan ketengangan ringan, tremor, keringat berlebih,
peningkatan tegangan darah, goyah, dan suara terdengan gemetar.
4) Simpatetik; menunjukkan anoreksia, peningkatan denyut jantung, diare,
mulut kering, frekwensi nafas meningkat, vasokontriksi superfisial, adn
kelemahan
5) Parasimpatetik; menunjukkan nyeri abdomen, peningkatan tekanan darah,
gangguan pola tidur, pingsan, mual, perubahan pola kemih.
6) Cognitiv; menunjukkan gejala psikologi, blocking, bingung, penurunan
persepsi, sulit untuk konsentrasi, berkurangnya kemampuan untuk belajar
dan menyelesaikan masalah, merasa ketakutan yang tidak spesifik, cepat
lupa, dan berkurangnya perhatian terhadap suatu hal.
Subyektif :
Obyektif :
e. Evaluasi
1) Berkurangnya ancaman terhadap integritas fisik dan sistem diri
2) Respon fisiologis, perilaku, kognitif dan afektif dalam batas normal
3) Sumber koping adekuat
4) Individu mengenali ansietasnya
5) Menggunakan koping adaptif
6) Keluarga memahami dan membantu perawatan pasien
f. Dokumentasi
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, D., & Ifdil. (2016). Konsep Kecemasan (Anxiety) Pada Lanjut Usia
(Lansia). Jurnal Konselor Universitas Padang, 5(2), 93-99.
Asmadi. (2013). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta. EGC
Barbara, K. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan
Praktik edisi VII Volume I. Jakarta : EGC.
Ermawatin, dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.
Jakarta: CV. Trans Info Media.
Hawari, Dadang. (2008). Menajemen Stres Cemas Dan Depresi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta.
Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015). Diagnosis KeperawatanDefinisi &
Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC.
NANDA, NIC NOC. (2013). Panduan Penyusunan Asuhan Keperawatan
Profesional: Edisi Revisi Jilid 1 dan Jilid 2. Jakata: Mediaction
publishing.
Videbeck & Sheila (2012). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (Renata Komalasari,
penerjemah). Jakarta: EGC.
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL: BERDUKA DI WILAYAH
PUSKESMAS KUTA BAROACEH BESAR
OLEH :
2012501010104
sebagai berikut.
a. Kehilangan objek eksternal, misalnya kecurian atau kehancuran
akibat
bencana alam.
b. Kehilangan lingkungan yang dikenal misalnya berpindah rumah,
dirawat
atau fisik.
e. Kehilangan hidup misalnya kematian anggota keluarga di rumah
dan dirI sendiri.
B. Berduka
C. Respon Berduka
a. Fase Pengingkaran
Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat,
diare, gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan
tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa
menit atau beberapa tahun.
b. Fase Marah
D. Sifat Kehilangan
1. Tiba-tiba (tidak dapat diramalkan)
E. Tipe Kehilangan
1. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan. Contoh : kehilangan
anggota badan, uang, pekerjaan, anggota keluarga.
2. Perceived Loss (Psikologis)
I. Faktor Predisposisi
K. Sumber Koping
L. Mekanisme Koping
C. Diagnosa
dirasakan.
2. Berduka antisipatif berhubungan dengan perpisahan atau kehilangan.
3. Berduka disfungsional berhubungan dengan kehilangan orang/benda
yangdicintai atau memiliki arti besar.
perasaannya.
➢ Bersama klien membahas pikiran negatif yang selalu timbul.
e. Tahap Depresi
E. Implementasi
F. Evaluasi
anak)
Pertemuan : ke-1
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Klien sedang duduk di luar kamar jenazah. Klien tampak lemah dengan
kondisi terus-menerus menangis. Klien meluapkan emosi dengan
memarahi dokter dan perawat yang tidak becuh merawat anaknya. Selain
itu, klien sering mengatakan bahwa ialah penyebab dari semua ini, bila
saja ia memiliki biaya yang cukup untuk mengobati anaknya maka ia tidak
akan kehilangan anaknya.
2. Diagnosa keperawatan
berinteraksi
f. Mendorong dan memberi kesempatan pada klien untuk
mengungkapkan perasaanya
g. Mendengarkan ungkapan klien dengan empati
h. Menjawab pertanyaan klien secara langsung, menunjukkan sikap
Hidayat, A, Aziz Alimul. ( 2012). Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan jilid 1. Jakarta : Salemba Medika.
Kozier, B., Erb., & Oliver, R. (2004). Fundamental Of Nursing; Consept, Process
And Practice Edisi 4. California : Addison-Wesley Publishing CO.
Mubarak dan Chayatin. ( 2007). Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi
Dalam Praktik. Jakarta : EGC
Potter and Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses, dan Praktik
Edisi 4 Volume 2. Jakarta : EGC.
Stuart and Sundeen. (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta : ECG.
Suseno, Tutu April. ( 2004). Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan,
Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.