Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULAN KECEMASAN

A. Definisi Kecemasan
Menurut Videbeck (2008), kecemasan adalah perasaan takut yang tidak
jelas dan tidak didukung oleh situasi. Kecemasan merupakan alat peringatan
internal yang memberikan tanda bahaya kepada individu. Kecemasan
merupakan respon emosi tanpa objek yang spesifik yang secara subjektif
dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal. (Suliswati, 2005).
Pengertian Ansietas dari Stuart dan Laraia (2005) yang mengatakan
bahwa ansietas memiliki nilai yang positif. Karena dengan ansietas maka
aspek positif individu berkembang karena adanya sikap konfrontasi
(pertentangan), antisipasi yang tinggi, penggunaan pengetahuan serta sikap
terhadap pengalaman mengatasi kecemasan, tetapi pada keadaan lanjut
perasaan cemas dapat mengganggu kehidupan seseorang.

B. Tingkat Kecemasan
Menurut Videbeck (2008), terdapat empt tingkat kecemasan yang dialami
individu, yaitu :
1. Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah,
berpikir, bertindak, merasakan dan melindungi diri sendiri. Respon dari
kecemasan ringan adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik
1) Ketegangan otot ringan
2) Sadar akan lingkungan
3) Rileks atau sedikit gelisah
4) Penuh perhatian
5) Rajin
b. Respon kognitif

1
1) Lapang persepsi luas
2) Terlihat tenang, percaya diri
3) Perasaan gagal sedikit
4) Waspada dan memperhatikan banyak hal
5) Mempertimbangkan informasi
6) Tingkat pembelajaraan optimal
c. Respon emosional
1) Perilaku otomatis
2) Sedikit tidak sadar
3) Aktivitas menyendiri
4) Testimulasi
5) Tenang
2. Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada
sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi.
Respon dari kecemasan sedang adalah sebagai berikut :
a. Respon fisik
1) Ketegangan otot sedang
2) Tanda-tanda vital meningkat
3) Pupil dilatasi, mulai berkeringat
4) Sering mondar-mondir, memukul tangan
5) Suara berubah, bergetar, nada suara tinggi
6) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
7) Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menurun
2) Tidak perhatian secara selektif
3) Fokus terhadap stimulus meningkat
4) Rentang perhatian menurun
5) Penyelesaian masalah menurun
6) Pembelajaraan terjadi dengan memfokuskan

2
c. Respon emosional
1) Tidak nyaman
2) Mudah tersinggung
3) Kepercayaan diri goyah
4) Tidak sabar
5) Gembira
3. Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respons takut dan distress. Respon dari kecemasan berat
adalah :
a. Respon fisik
1) Ketegangan otot berat
2) Hiperventilasi
3) Kontak mata buruk
4) Pengeluaran keringat meningkat
5) Bicara cepat, nada suara tinggi
6) Tindakan tanpa tujuan dan serampangan
7) Rahang menegang dan menggertakan gigi
8) Mondar-mandir, berteriak
9) Meremas tangan, gemetar
b. Respons kognitif
1) Lapang persepsi terbatas
2) Proses berpikir terpecah-pecah
3) Sulit berpikir
4) Penyelesaian masalah buruk
5) Tidak mampu mempertimbangkan informasi
6) Hanya memerhatikan ancaman
7) Preokupasi dengan pikiran sendiri
8) Egosentris
c. Respon emosional
1) Sangat cemas

3
2) Agitasi
3) Takut
4) Bingung
5) Merasa tidak adekuat
6) Menarik diri
7) Penyangkalan
8) Ingin beban
4. Panik
Panik dapat diartikan sebagai individu kehilangan kendali dan detail
perhatian hilang, karena hilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan
apapun meskipun dengan perintah. Respon dari panik adalah :
a. Respon fisik
1) Flight, fight atau freeze
2) Ketegangan otot sangat berat
3) Agitasi motorik kasar
4) Pupil dilatasi
5) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
6) Tidak dapat tidur
7) Hormon stress dan neotransmiter berkurang
8) Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respon kognitif
1) Persepsi sangat sempit
2) Pikiran tidak logis, terngganggu
3) Kepribadian kacau
4) Tidak dapat menyelesaikan masalah
5) Fokus pada pikiran sendiri
6) Tidak rasional
7) Sulit memahami stimulus eksternal
8) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c. Respon emosional
1) Merasa terbebani

4
2) Merasa tidak mampu, tidak berdaya
3) Lepas kendali
4) Mengamuk, putus asa
5) Marah, sangat takut
6) Mengharapkan hasil yang buruk
7) Kaget, takut, Lelah

C. Pohon Masalah
Menurut Suliswati (2005), pohon masalah dalam kecemasan adalah
sebagai berikut :

Harga diri rendah

Effect
Gangguan citra tubuh

Kecemasan/Ansietas
Core Problem

Koping individu tak efektif

Causa
Perubahan fisik/operasi Kurang
stressor fisik pengetahua
n

D. Rentang Respon Kecemasan


Menurut Stuart (2006), menjelaskan rentang respon individu terhadap
cemas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptif. Rentang respon
yang paling adaptif adalah antisipasi dimana individu siap siaga untuk
beradaptasi dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentang yang
paling maladaptif adalah panik dimana individu sudah tidak mampu lagi

5
berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga mengalami ganguan fisik,
perilaku maupun kognitif. Seseorang berespon adaptif terhadap
kecemasannya maka tingkat kecemasan yang dialaminya ringan, semakin
maladaptif respon seseorang terhadap kecemasan maka semakin berat pula
tingkat kecemasan yang dialaminya, seperti gambar dibawah ini :

Respon adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

E. Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan


Suliswati (2005), menjelaskan ada 2 faktor yang mempengaruhi kecemasan
yaitu :
1) Faktor Predisposisi
a) Peristiwa traumatik yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b) Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan superego atau antara keinginan
dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.
c) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu
berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d) Frustasi akan menimbulkan ketidakberdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
e) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri
individu.
f) Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
kecemasan akan mempengaruhi individu dalam berespons terhadap

6
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak
dipelajari dalam keluarga.
g) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi
respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi
kecemasannya.
h) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepin, karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter Gamma Amino
Butyric Acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2) Faktor Presipitasi
1. Ancaman terhadap integritas fisik, ketegangan yang mengancam
integritas fisik meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologi sistem
imun, regulasi suhu tubuh, dan perubahan biologis normal.
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, dan
tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.
a. Sumber internal, meliputi kesulitan dalam berhubungan interpersonal
di rumah, di tempat kerja, dan penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancam
harga diri.
b. Sumber eksternal, meliputi kehilangan orang yang dicintai
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, dan sosial
budaya.

F. Gejala – Gejala Kecemasan


Menurut Stuart (2006), menjelaskan gejala kecemasan ditandai oleh empat
aspek, yaitu :
1. Respon Fisiologis

7
a) Kardiovaskuler : palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meninggi,
rasa mau pingsan, pingsan, tekanan darah menurun, dan denyut nadi
menurun.
b) Pernapasan : napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas
dangkal, pembengkakan pada tenggorok, sensasi tercekik, dan terengah-
engah.
c) Neuromuskular: reflek meningkat, reaksi kejutan, mata berkedipkedip,
insomnia, tremor, rigiditas, gelisah, wajah tegang, kelemahan umum,
kaki goyah, dan gerakan yang jangkal.
d) Gastrointestinal: kehilangan nafsu makan, menolak makanan, rasa tidak
nyaman pada abdomen, mual, rasa terbakar pada jantung, dan diare.
e) Traktus Urinarius: tidak dapat menahan kencing dan sering berkemih.
f) Kulit: wajah kemerahan, berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan
dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat seluruh tubuh.
2. Respon Perilaku
Gelisah, ketegangan, tremor, gugup, bicara cepat, kurang koordinasi,
cenderung mendapat cedera, menarik diri dari hubungan interpersonal,
menghalangi, melarikan diri dari masalah, menghindar, dan
hiperventilasi.
3. Respon Kognitif
Perhatian terganggu, konsentrasi buruk, pelupa, salah dalam
memberikan penilaian, preokupasi, hambatan berpikir, bidang persepsi
menurun, kreativitas menurun, produktivitas menurun, bingung, sangat
waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektivitas, takut
kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut cedera atau
kematian.
4. Respon Afektif
Mudah terganggu, tidak sabar, gelisah, tegang, ketakutan, gugup, dan
gelisah.

G. Mekanisme Koping

8
Kemampuan individu menanggulangi kecemasan secara konstruksi
merupakan faktor utama yang membuat pasien berperilaku patologis atau
tidak. Bila individu sedang mengalami kecemasan ia mencoba menetralisasi,
mengingkari atau meniadakan kecemasan dengan mengembangkan pola
koping. Pada kecemasan ringan, mekanisme koping yang biasanya
digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki,
merokok, olahraga, mengurangi kontak mata dengan orang lain, membatasi
diri pada orang lain (Suliswati, 2005).
Mekanisme koping untuk mengatasi kecemasan sedang,berat dan panik
membutuhkan banyak energi. Menurut Suliswati (2005), mekanisme koping
yang dilakukan ada dua jenis, yaitu :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik tuntutan
situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk mengubah atau
mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan. Menarik diri untuk
memindahkan dari sumber stres. Kompromi untuk mengganti tujuan
atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi berlangsung tidak sadar, melibatkan penipuan diri,
distorsi realitas, dan bersifat maladaptif.

H. Penatalaksanaan Kecemasan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan kecemasan pada tahap
pencegahan dan terapi memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat
holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologi atau psikiatri,
psikososial dan psikoreligius.
a. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
1) Makan makan yang bergizi dan seimbang.
2) Tidur yang cukup.
3) Cukup olahraga.
4) Tidak merokok.

9
5) Tidak meminum minuman keras
b. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam, bromazepam,
lorazepam, buspirone HCl, memprobamate dan alpazolam.
c. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutam atau akibat dari kecemasan yang berkepanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan- keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
d. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
1) Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dan diberi keyakinan serta percaya diri.
2) Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
3) Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali ( re-kontruksi ) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.
4) Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi, dan
daya ingat.
5) Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.

10
6) Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agat faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
e. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkaan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalam dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

1.1 Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Kecemasan

1. Pengkajian
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual,
sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,
pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber biaya,
dan sumber informasi).
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
c. Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalitik, Ansietas merupakan konflik emosional ant
ara dua elemen kepribadian yaitu ide, ego dan super ego. Ide m
elambangkan dorongan insting dan impuls primitive. Super ego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh nor
ma-norma budaya seseorang, sedangkan ego digambarkan seba
gai mediator antara ide dan super ego.
2. Teori Interpersonal, Ansietas terjadi dari ketakutan akan penola
kan interpersonal. Berhubungan juga dengan trauma masa perk

11
embangan seperti kehilangan, perpisahan. Individu dengan harg
a diri rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat.
3. Teori Perilaku, Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segal
a sesuatu mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai t
ujuan yang diinginkan.
4. Kajian Biologis, Otak mengandung reseptor spesifik untuk ben
zodiazepines. Reseptor ini diperkirakan turut berperan dalam m
engatur ansietas.
d. Faktor Presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal, yaitu Ancaman terhadap int
egritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau menurunnya
kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-hari. Ancaman
terhadap system diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan
integritas fungsi sosial.
e. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan
fisiologis dan perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau
mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari
ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas.

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan dari hasil pengkajian, diagnosa keperawatan yang mungkin
timbul adalah :
a. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi (D.0080)

12
3. Rencana Asuhan Keperawatan

TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum :
Cemas berkurang atau 1. Jadilah pendengar yang hangat
hilang dan responsive
Tujuan khusus : 2. Beri waktu yang cukup pada
TUK 1 : pasien untuk berespon
Pasien dapat menjalin dan 3. Beri dukungan pada pasien
membina hubungan saling untuk mengekspresikan
percaya perasaannya
4. Identifikasi pola perilaku
pasien atau pendekatan yang
dapat menimbulkan perasaan
negative

13
5. Bersama pasien mengenali
perilaku dan respon sehingga
cepat belajar dan berkembang.
TUK 2
Pasien dapat mengenal 1. Bantu pasien untuk
ansietasmya mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya
2. Hubungkan perilaku dan
perasaannya
3. Validasi kesimpulan dan
asumsi terhadap pasien
4. Gunakan pertanyaan terbuka
untuk mengalihkan dari topik
yang mengancam kehal yang
berkaitan dengan konflik
5. Gunakan konsultasi untuk
membantu pasien
mengungkapkan perasaannya

TUK 3 1. Bantu pasien menjelaskan


Pasien dapat memperluas situasi dan interaksi yang dapat
kesadarannya terhadap segera menimbulkan ansietas
perkembangan ansietas 2. Bersama pasien meninjau
kembali penilaian pasien
terhadap stressor yang
dirasakan mengancam dan
menimbulkan konflik
3. Kaitkan pengalaman yang baru
terjadi dengan pengalaman
masa lalu yang relevan
TUK 4
Pasien dapat menggunakan 1. Gali cara pasien mengurangi
14
mekanisme koping yang ansietas di masa lalu
adaptif 2. Tunjukkaan akibat mal adaptif
dan destruktif dari respon
koping yang digunakan
3. Dorong pasien untuk
menggunakan respons kopinga
daptif yang dimilikinya
4. Bantu pasien untuk menyusun
kembali tujuan hidup,
memodifikasi tujuan,
menggunakan sumber dan
menggunakan koping yang
baru
5. Latih pasien dengan
menggunakan ansietas sedang
6. Beri aktivitas fisik untuk
menyalurkan energinya
7. Libatkan pihak yang
berkepentingan sebagai sumber
dan dukungan social dalam
membantu pasien
menggunakan koping adaptif
yang baru

TUK 5 1. Ajarkan pasien teknik relaksasi


Pasien dapat menggunakan untuk meningkatkan control
teknik relaksasi dan rasa percaya diri
2. Dorong pasien utnuk
menggunakan relaksasi dalam
menurunkan tingkat ansietas

15
4. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan sesuai dengan intervensi

5. Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan membandingkan hasil tindakan keperawatan
yang telah dilaksanakan dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan sebelumnya untuk menilai efektifitas proses keperawatan.
Evaluasi disusun berdasarkan SOAP dimana :
S : Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subyektif
oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Keluhan obyektif yang dapat di identifikasi oleh perawat dengan
menggunakan pengamatan yang obyektif.
A : Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.
P : Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

16
DAFTAR PUSTAKA

Videbeck,SJ., 2008, Buku Ajar Keperawatan Jiwa: EGC.


Suliswati.2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Suliswati.2005. Model Keperawatan Jiwa.Jakarta.
Stuart, G. W & Laraia. 2005. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC

Stuart, G. W.2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Edisi 3). Jakarta: EGC.

Stuart dan Laraia. 2006. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8 th Edition. St.
Louis: Mosby.

Hawari, D., 2008, Manajemen Stres, Cemas, dan Depresi. Jakarta : Balai Penerbit
FKUI

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.
Jakarta Selatan. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional
Indonesia.

17
Lilik Makrifatul Azizah, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka

18

Anda mungkin juga menyukai