Anda di halaman 1dari 19

PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN


GANGGUAN KECEMASAN

A. MASALAH UTAMA
KECEMASAN
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Defenisi
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dari
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas
(Videbeck, 2008). Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang
berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998).
2. Penyebab
Menurut (Savitri Ramaiah, 2003: 11) ada beberapa faktor ynag menunjukkan
reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinngal mempengaruhi cara berpikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
Memnurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:
 Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didaam pikiran.
 Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
 Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan
ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun
yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi kesehatan
kepribadian penderitanya.
3. Tingkat Kecemasan
a) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sediri.
b) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
c) Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
d) Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
(Prabowo, 2014)
4. Rentang Respon Kecemasan
Menurut Videbeck (2008) rentang respon kecemasan terbagi menjadi :
1) Kecemasan Ringan
a) Respon Fisik
 Ketegangan otot ringan
 Sadar akan lingkungan
 Rileks atau sedikit gelisah
 Penuh perhatian
 Rajin
b) Respon Kognitif
 Lapang persepsi luas
 Terlihat tenang, percaya diri
 Perasaan gagal sedikit
 Waspada dan memperhatikan banyak hal
 Mempertimbangkan informasi
 Tingkat pembelajaran optimal
c) Respon Emosional
 Perilaku otomatis
 Sedikit tidak sadar
 Aktivitas mandiri
 Terstimulasi
 Tenang
2) Kecemasan Sedang
a) Respon fisik
 Ketegangan otot sedang
 Tanda-tanda vital meningkat
 Pupil dilatasi, mulai berkeringat
 Sering mondar-mandir, memukul tangan
 Suara berubah: bergetr, nada suara tinggi
 Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
 Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung

b) Respon kognitif
 Lapang persepsi menurun
 Tidak perhatian secara selektif
 Fokus terhadap stimulus meningkat
 Rentang perhatian menurun
 Penyelesaian masalah menurun
 Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c) Respon emosional
 Tidak nyaman
 Mudah tersinggung
 Kepercayaan diri goyah
 Tidak sabar
 Gembira
3) Kecemasan Berat
 Respon fisik
 Ketegangan otot berat
 Hiperventilasi
 Kontak mata buruk
 Pengeluaran keringat meningkat
 Bicara cepat, nada suara tinggi
 Tindakan tanpa tuuan dan serampangan
 Rahang menegang, mngertakan gigi
 Mondar-mandir, berteriak
 Meremas tangan, gemetar
b) Respon kognitif
 Lapang persepsi terbatas
 Proses berpikir terpecah-pecah
 Sulit berpikir
 Penyelesaian masalah buruk
 Tidak mampu mempertimbangkan informasi
 Hanya memperhatikan ancaman
 Preokupasi dengan pikiran sendiri
 Egosentris
c) Respon emosional
 Sangat cemas
 Agitasi
 Takut
 Bingung
 Merasa tidak adekuat
 Menarik diri
 Penyangkalan
4) Panik
a) Respon fisik
 Fight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmitter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga
b) Respon kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu
 Kepribdian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional
 Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi

c) Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
 Marah, sangat takut
 Mengharapkan hasil yang buruk
 Kaget, takut, lelah
5. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa:
1) Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan berkitan
dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu baik
krisis perkembangan maupun situasional
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
 Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil)
 Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan eksternal
 Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik jug dapat mengancam harga diri.
 Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
6. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh
seseorang bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang dirasakan oleh
individu tersebut (Hawari, 2004). Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh
orang yang mengalami ansietas, antara lain sebagai berikut:
a) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c) Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
d) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e) Gangguan konsntrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
7. Akibat
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis yaitu :
 Ancaman terhadap integitas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-
faktor-faktor yang dapat menyebabakan gangguan fisik (misal: infeksi virus dan
polusi udara). Sedangkan yang enjadi sumber internalanya adalah kegagalan
mekanisme fisisologi tubuh (misalnya: sitem jantung , sistem imun pengaturan
suhu dan perubahan fisologis selama kehamilan).
 Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indetitas, harga
diri dan fungsi social yang teringretisasi seseorang. Ancaman yang berasal dari
sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal di rumah tempat kerja
atau menerima pesan baru (Eko prabowo, 2014).
8. Mekanisme Koping
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku yang secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan. Ketika mengalami
cemas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya, dan ketidak mampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis (Stuart & Sundeen, 1998).
Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi cemas yang ringan
cenderung tetap dominan ketika kecemasan menghebat.
Kecemasan tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.
Sementara kecemasan tingkat sedang dan berat akan menimbulkan dua jenis
mekanisme koping, yaitu reaksi yang berorientasi pada tugas dan mekanisme
pertahanan ego (Hidayat, 2008). Reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan
upaya-upaya yang secara sadar berfokus pada tindakan untuk memenuhi tuntutan dari
reaksi cemas secara realistis sehingga dapat mengurangi cemas dan dapat
memecahkan masalah (Hidayat, 2008).
Dalam hal ini seseorang akan melakukan tindakan untuk mengurangi cemas
yang dialami dan untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berkonsultasi dengan
orang yang lebih ahli. Sedangkan mekanisme pertahanan ego merupakan pendukung
dalam mengatasi kecemasan baik yang ringan maupun yang sedang. Tetapi jika
berlangsung pada tingkat berat dan panik yang melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif terhadap cemas (Stuart &
Sundeen, 1998).
9. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan
terapi memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut.
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
 Makan makan yang bergizi dan seimbang
 Tidur yang cukup
 Cukup olahraga
 Tidak merokok
 Tidak meminum minuman keras
2. Terapi psikolofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memaki
obat obtan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghanatr saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang serig di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate
dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau akibat dari
kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat dibrikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yangbersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
 Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
 Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
 Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
 Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
 Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
 Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbaga problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
10. Pohon Masalah

Kerusakan Interaksi Sosial Effect

Gangguan suasana perasaan: Cemas Cor Problem

Koping individu inefektif Cor Problem


11. Diagnosa Keperawatan
1) Kerusakan interaksi sosial berhubungan dengan cemas
2) Gangguan alam perasaan: cemas berhubungan dengan koping individu inefektif
12. Rencana Asuhan Keperawatan
TUJUAN INTERVENSI
Tujuan umum : Cemas berkurang atau hilang
Tujuan khusus:
TUK 1 :
Pasien dapat menjalin dan membina  Jadilah pendengar yang hangat dan
hubungan saling percaya responsif
 Beri waktu yang cukup pada pasien unuk
berespon
 Beri dukungan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya
 Identifikasi pola perilaku pasien atau
pendekatan yang dapat menimbulkan
perasaan negatif
 Bersama pasien mengenali perilaku dan
respon sehingga cepat belajar dan
berkembang
TUK 2 :
Pasien dapat mengenali ansietasnya  Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya
 Hubungkan perilaku dan perasaannya
 Validasi kesimpulan dan asumsi terhadapa
pasien
 Gunakan pertanyaan terbuka untuk
mengalihkan dari topik yang mengancam
ke hal yang berkaitan dengan konflik
 Gunakan konsultasi untuk membantu
pasien mengungkapkan perasaannya
TUK 3
Pasien dapat memperluas  Bantu pasien menjelaskan situasi dan
kesadarannya terhadap interaksi yag dapat segera menimbulkan
perkembangan asietaas ansietas
 Bersama pasien meninjau kembali
penilaian pasien terhadap stressor yang
drasakan mengacam dan menimbulkan
konflik
 Kaitkan pengalaman yang baru terjadi
dengan pengalaman masa lalu yang relevan
TUK 4
Pasien dapat menggunakan  Gali cara pasien mengurangi ansietas di
mekanisme koping yang adaptif masa lalu
 Tunjukkan akibat mal adaptif dan destruktif
dari respon koping yang digunakan
 Dorong pasien utnuk menggunakan respon
koping adaptfi yang dimilikinya
 Bantu pasien untuk menyusun kembali
tujuan hidup, memodifikasi tujuan
menggunakan sumber dan koping yang
baru
 Latih pasien dengan menggunakan
ansietas sedang
 Beri aktivitas fisik untuk menyalurkan
energinya
 Libatkan pihak yang berkepentingan
sebagai suber dan dukungan sosial dalam
membantu pasien menggunakan koping
adaptif yang baru
TUK 5
Pasien dapat menggunakan teknik  Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk
relaksasi meningkatkan kontrol dan rasa percaya diri
 Dorong pasien untuk menggunakan
relaksasi dalam menurunkan tingkat
ansietas
C. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN JIWA PADA
ANIETAS “CEMAS”

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP)

1. Kondisi Pasien

Was was, takut mau keluar rumah, gelisah, putus asa

2. Diagnosa Keperawatan
Cemas akan terjadi sesuatu
3. Tujuan
Tujuan Umum : Mengatasi gangguan ansietas klien
Tujuan Khusus :
 Pasien mampu membina hubungan saling percaya
 Pasien mampu mengenal ansietas
 Pasien mampu memperagakan teknik relaksasi untuk mengurungi ansietas
4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien: Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya, menjelaskan situasi, penyebab ansietas, menyadari prilaku ansietas.
Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri : pengalihan situasi.

Fase Orientasi

 Salam Terapeutik :”Assalamu’alaikum, Selamat pagi Bapak, buk!


Perkenalkan nama saya siti fatimah. Saya
adalah mahasiswa dari Stikes Tengku
Maharatu ma bapak/ibuk Siapa?”
“bapak/ibuk senangnya dipanggil apa?”

 Evaluasi :”Bagai mana perasaan bapak/ibuk hari ini? semalam tidurnya


nyeyak?”
 Kontrak :
 Topik :”Bagaimana jika sekarang kita berbincang-bincang
tentang kecemasan, latihan cara mengontrol cemas dengan latihan
relaksaasi pak/buk”
 Waktu :”Berapa lama bapak/ibuk punya waktu untuk
bincang dengan saya? Bagaimana kalau 15
menit
saja”
 Tempat :”Dimana bpk/ibuk mau berbincang-bincang dengan
saya? Ya sudah, Bagaimana jika diruangan ini saja kita
bincang”.
 Tujuan :”Agar ibuk dapat mengetahui kecemasan yang ibuk
rasakan serta cara mengatasinya”
Fase Kerja
“Sekarang coba ibuk ceritakan apa yang ibuk rasakan saat ini”
“Coba ibuk ceritakan pada saya”
Ooh jadi merasa takut kalau keluar rumah sendirian karna ada yang mengikuti
ibuk dan ingin menyakiti ibuk.  Jika boleh saya tahu, bagaimana cara ibuk
mengatasi ketakutan tersebut”
“Saya mengerti bagaimana perasaan ibuk. Setiap orang akan memiliki perasaan
yang sama jika diposisi ibuk. Tapi saya sangat kagum sama ibuk Karena ibuk
mampu menahan semua cobaan ini. ibuk  adalah orang yang luar biasa. Yang
perlu ibuk ketahui adalah ibuk saat ini berada pada tingkat kecemasan yang
sedang. Untuk itu, ibuk perlu melakukan terapi disaat ibuk merasakan perasaan
cemas yang berat. Terapi ini akan membantu menurunkan tingkat kecemasan
ibuk. Bagaimana kalau sekarang kita coba mengatasi kecemasan ibuk dengan
latihan relaksasi dengan cara tarik nafas dalam, ini merupakan salah satu
cara  untuk mengurangi kecemasan yang ibuk rasakan”
“Bagaimana kalau kita latihan sekarang, Saya akan lakukan, ibuk perhatikan
saya, lalu ibuk bisa mengikuti cara yang sudah saya ajarkan. Kita mulai ya buk.
Ibuk silakan duduk dengan posisi seperti saya. Pertama-tama, ibuk tarik nafas
dalam perlahan-lahan, setelah itu tahan nafas dalam hitungan tiga setelah itu
ibuk  hembuskan udara melalui mulut dengan meniup udara perlahan-lahan.
Sekarang coba ibu praktikkan”
“Bagus sekali, ibuk sudah mampu melakukannya. Ibuk bisa melakukan latihan
ini selama 5 sampai 10 kali sampai ibuk merasa relaks atau santai. Selain cara
tersebut untuk mengatasi kecemasan ibuk, ibuk bisa melakukan dengan metode
pengalihan yaitu dengan ibuk melepas kecemasan dengan tertawa, berolah raga,
menulis kecemasan ibuk disebuah kertas,bersantai seperti jalan-jalan atau ibuk
juga bisa mengatasinya dengan mendengarkan musik.
Fase Terminasi
 Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol tentang masalah yang
ibuk rasakan dan latihan relaksasi?”
 Evaluasi Obyektif
“Coba ibuk ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari.”
Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Jam berapa ibuk akan berlatih lagi melakukan cara ini?”
“Mari, kita masukkan dalam jadwal harian ibuk. Jadi, setiap ibuk merasa
cemas, ibuk bisa langsung praktikkan cara ini”.
Kontrak Yang Akan Datang
 Topik
“Cara yang kita praktikkan tadi baru mengurangi sedikit kecemasan yang
ibukk rasakan, bagamana jika kita latihan kembali besok buk? Jangan lupa
ibuk mencoba teknik yang lain untuk mengurangi kecemasan ibuk ya”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang kedua ini besok, dengan jam yang
sama seperti hari ini. Berapa lama ibuk punya waktu untuk berbincang-
bincang dengan saya besok? Bagaimana kalau 20 menit saja”
 Tempat
“Dimana bapak akan latihan dengan saya besok? Ya sudah, bagaimana kalau
besok kita melakukannya disini saja”
SP 2 Pasien :  Mengajarkan pasien teknik distraksi untuk meningkatkan kontrol
diri dan mengurangi ansietas :Melakukan hal yang disukai, Menonton
TV, Mendengarkan music yang disukai, Membaca koran, buku atau
majalah, Motivasi pasien untuk melakukan teknik distraksi setiap kali ansietas
muncul.
 Fase orientasi
 Salam Terapeutik
“ Assalamu’alaikum, Selamat pagi ibuk ! masih ingat dengan saya ibuk?
 Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibuk hari ini? Apakah ibu sudah melatih cara
mengalihkan situasi untuk menghilangkan kecemasan ibuk seperti yang
saya ajarkan kemarin?”
“Coba bapak praktekan sekarang.” Bagus sekali ibuk masih
mengingatnya.”
“apakah ibuk merasa terbantu dengan tehnik tersebut untuk mengatasi
kecemasan ibuk?.”
 Kontrak :
 Topik :“Baiklah buk sesuai janji kita kemarin, hari ini saya datang
kembali untuk mendiskusikan tentang latihan distraksi dengan tehnik
pengalihan.”
 Waktu :” Berapa lama kita akan berlatih buk? “Bagaimana jika 10
menit?”
 Tempat :“Dimana kita akan berdiskusi? “Bagaimana jika di
halaman samping?”
 Tujuan
“Tujuan dari latihan hari ini adalah agar ibuk dapat meningkatkan
kontrol kecemasan pada diri ibuk dan ibuak dapat mempraktekkannya
dalam kehidupan sehari-hari ibuk.”
 Fase Kerja
“Ibuk, kemarin waktu kita diskusi ibuk mengatakan bahwa saat cemas rasanya
seluruh badan ibu tegang, baik pikiran maupun fisik. Nah, latihan distraksi
ini bermanfaat untuk mengalihkan rasa cemas ibuk sehingga membuat
pikiran dan fisik ibu relak atau santai. Dalam teknik ini ibu harus melakukan
hal-hal yang dapat membuat ibuk relaks misalnya dengan menonton acara
televisi kesukaan ibuk, membaca buku atau majalah yang ibuk suka, atau
dengan mendengar music yang ibuk sukai. Nah, sekarang ibuk sudah tau
kan hal-hal apa saja yang dapat ibuk lakukan untuk mengurangi rasa
cemas ibuk. Nanti apabila ibu merasa cemas lagi, ibuk bisa melakukan salah
satu teknik distraksi atau pengalihan yang saya beritahu tadi. Kegiatan mana
yang ibuak sukai? Baiklah sekarang kita mendengarkan musik, ibuk suka
musik apa? Saya putarkan ya buk?
 Fase Terminasi  
 Evaluasi Subjektif
“Bagaimana apa ada yang ingin bapak tanyakan dari penjelasan saya
tadi?”
 Evaluasi Objektif
“Coba ibu ulangi lagi cara yang sudah kita pelajari. Wah bagus
sekali,nanti jika ibu merasa cemas, ibu dapat melakukan teknik ditraksi
yang tadi saya jelaskan ya.”
 Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Kapan ibuk akan mulai mencoba melakukan cara ini? Baiklah setiap
ibuk merasa cemas, ibuk bisa langsung mempraktikkan cara ini.”
 Kontrak yang akan datang
 Topik
“Nah, ibuk, masih ada cara yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan ibuk yaitu dengan teknik hipnotis diri sendiri atau hipnotis
dengan 5 jari.”
 Waktu
“Bagaimana kalau kita latihan cara yang ketiga ini besok dengan jam yang
sama seperti hari ini?”
 Tempat
“Mau latihan dimana kita buk? Bagaimana jika disini lagi ? Apa masih ada
yang mau ditanyakan buk? Baiklah kalau tidak ada saya pamit dulu.
Selamat siang buk.”
SP 3 Pasien: Menjelaskan cara teknik relaksasi hipnotis 5 jari, membantu
pasien mempraktikkan teknik relaksasi hipnotis 5 jari
 Fase Orientasi
 Salam Terapeutik :“Selamat pagi ibuk”
 Evaluasi/validasi :“Bagaimana perasaan ibuk pagi ini? Apakah ibuk
masih gelisah dan tidak bisa tidur? Apakah yang kemaren saya ajarkan
sudah di praktekkan dalam jadwal harian ibuk? Nah kalau sudah coba di
praktikkan kembali ya. Bagus buk”
 Kontrak :
 Topik, Waktu, Tempat, Tujuan
“Baiklah buk, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang
tentang perasaan yang ibuk rasakan? Dan saya akan mengajarkan ibuk
teknik relaksasi hipnotis 5 jari untuk menghilangkan rasa gelisah
ibuk. Kita akan berbincang-bincang selama 30 menit. Kita akan
lakukan disini saja ya buk.”
 Tujuan
“Tujuan perbincangan kita hari ini adalah agar ibuk  mengetahui cara
untuk menghilangkan rasa gelisah ibuk dengan teknik relaksasi
hipnotis 5 jari dan ibuk dapat mempraktekkan ketika rasa
gelisah ibuk dating kembali.”
 Fase Kerja
“Tadi ibuk katakan, ibuk merasa gelisah, tidak bisa tidur, coba ibuk ceritakan
lebih lanjut tentang perasaan ibuk, kenapa ibuk tidak gelisah, apa yang ibuk
pikirkan? Oh, jadi ibuk merasa takut jika kalau keluar rumah sendirian karna
ada yang mengikuti ibuk dan ingin menyakiti ibuk. Nah ibuk, sekarang saya
akan mengajarkan ibuk teknik  relaksasi degan cara hipnotis 5 jari. Kita mulai
ya buk. Ibuk pejamkan mata ibuk, nah sekarang tautkan  jari telunjuk ibu
dengan jempol ibuk, sekarang bayangkan pada saat ibuk sedang bahagia.
Sekarang tautkan jari tengah ibu dengan jempol, bayangkan saat ibuk bersama
orang yang ibuk sayangi/ cintai, sekarang taukan jari manis ibuk dengan
jempol, bayangkan ketika ibuk di puji oleh seseorang karena prestasi ibuk,
dan sekarang tautkan jari kelingking ibuk, bayangkan tempat yang paling
indah yang pernah di kunjungi. Ibuk, coba ulangi lagi cara teknik hipnotis 5
jari yang sudah kita pelajari tadi. Wah bagus sekali, mari kita masukkan dalam
jadwal harian ibuk. Jadi, setiap ibuk merasa cemas, ibuk bisa langsung
praktikkan cara ini, dan bisa melakukannya lagi sesuai jadwal yang telah kita
buat.”
 Fase Terminasi
 Evaluasi Subyektif
“Bagaimana perasaan ibuk setelah kita berbincang bincang tentang
masalah yang ibuk rasakan dan latihan mempaktekkan teknik relaksasi
hipnotis 5 jari?”
 Evaluasi Obyektif
“Nah, coba ibuk praktikkan kembali apa yang telah saya ajarkan tadi.
Bagus, ternyata ibuk masih ingat apa yang telah saya ajarkan.”
 Rencana Tindak Lanjut (RTL)
“Saya harap apa yang tadi saya ajarkan kepada ibuk, ibuk dapat
mempraktekkan kembali sekitar 2 kali dalam sehari ya buk.”
 Kontrak yang akan dating
 Topik, Waktu, Tempat
“Ibuk sudah tidak terasa sudah 30 menit kita berbincang-bincang. Latihan
relaksasi ini adalah cara ke-3 yang bisa digunakan untuk mengatasi
kecemasan atau ketegangan ibuk, kita bertemu lagi besok ya buk untuk
berbincang-bincang tentang apa yang sudah saya ajarkan kepada ibuk
mau jam berapa buk? Seperti biasa jam 10 pagi ya dikamar ibuk? Masih
ada yang mau ditanyakan atau tidak buk? Baiklah kalau tidak ada saya
pamit dulu. Selamat siang buk.”

Anda mungkin juga menyukai