A. MASALAH UTAMA
KECEMASAN
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Defenisi
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan penglaman subjektif dari
seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang membuat seseorang
tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. (Kususmawati, 2010)
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung oleh
situasi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasi sebagai stimulus ansietas
(Videbeck, 2008). Kecemasan merupakan suatu keadaan yang ditandai oleh rasa
khawatir disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan yang
berlebihan. Kecemasan merupakan gejala yang umum tetapi non spesifik yang sering
merupakan suatu fungsi emosi (Kaplan & Sadock, 1998).
2. Penyebab
Menurut (Savitri Ramaiah, 2003: 11) ada beberapa faktor ynag menunjukkan
reaksi kecemasan, diantaranya yaitu:
a. Lingkungan atau sekitar tempat tinngal mempengaruhi cara berpikir individu
tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini di sebabkan karena adanya
pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat,
ataupun rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman terhadap
lingkungannya.
b. Emosi yang ditekan, kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu
menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini,
terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang
sangat lama.
c. Pikiran dan tubuh senantiasa saling berinteraksi dan dapat menyebabkan
timbulnya kecemasan.
Memnurut (Zakiah Daradjat dan Kholi Lur Romchman, 2010) mengemukakan
beberapa penyebab dari kecemasan yaitu:
Rasa cemas yang timbul akibat melihat adanya bahaya yang mengancam dirinya.
Kecemasan ini lebih dekat dengan rasa takut, karena sumbernya terlihat jelas
didaam pikiran.
Cemas karena merasa berdosa atau bersalah, karena melakukan hal-hal yang
berlawanan dengan keyakinan atau hati nurani.
Kecemasan yang berupa penyakit dan terlihat dalam beberapa bentuk. Kecemasan
ini disebabkan oleh hal yang tidak jelas dan tidak berhubungan dengan apapun
yang terkadang disertai dengan perasaan takut yang mempengaruhi kesehatan
kepribadian penderitanya.
3. Tingkat Kecemasan
a) Kecemasan Ringan
Kecemasan ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan
membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan masalah, berpikir,
bertindak, merasakan, dan melindungi diri sediri.
b) Kecemasan Sedang
Kecemasan sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa sesuatu yang
benar-benar berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi.
c) Kecemasan Berat
Kecemasan berat yakni ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman,
memperlihatkan respon takut dan distress.
d) Panik
Individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang, karena kehilangan
kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipun dengan perintah.
(Prabowo, 2014)
4. Rentang Respon Kecemasan
Menurut Videbeck (2008) rentang respon kecemasan terbagi menjadi :
1) Kecemasan Ringan
a) Respon Fisik
Ketegangan otot ringan
Sadar akan lingkungan
Rileks atau sedikit gelisah
Penuh perhatian
Rajin
b) Respon Kognitif
Lapang persepsi luas
Terlihat tenang, percaya diri
Perasaan gagal sedikit
Waspada dan memperhatikan banyak hal
Mempertimbangkan informasi
Tingkat pembelajaran optimal
c) Respon Emosional
Perilaku otomatis
Sedikit tidak sadar
Aktivitas mandiri
Terstimulasi
Tenang
2) Kecemasan Sedang
a) Respon fisik
Ketegangan otot sedang
Tanda-tanda vital meningkat
Pupil dilatasi, mulai berkeringat
Sering mondar-mandir, memukul tangan
Suara berubah: bergetr, nada suara tinggi
Kewaspadaan dan ketegangan meningkat
Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyeri punggung
b) Respon kognitif
Lapang persepsi menurun
Tidak perhatian secara selektif
Fokus terhadap stimulus meningkat
Rentang perhatian menurun
Penyelesaian masalah menurun
Pembelajaran terjadi dengan memfokuskan
c) Respon emosional
Tidak nyaman
Mudah tersinggung
Kepercayaan diri goyah
Tidak sabar
Gembira
3) Kecemasan Berat
Respon fisik
Ketegangan otot berat
Hiperventilasi
Kontak mata buruk
Pengeluaran keringat meningkat
Bicara cepat, nada suara tinggi
Tindakan tanpa tuuan dan serampangan
Rahang menegang, mngertakan gigi
Mondar-mandir, berteriak
Meremas tangan, gemetar
b) Respon kognitif
Lapang persepsi terbatas
Proses berpikir terpecah-pecah
Sulit berpikir
Penyelesaian masalah buruk
Tidak mampu mempertimbangkan informasi
Hanya memperhatikan ancaman
Preokupasi dengan pikiran sendiri
Egosentris
c) Respon emosional
Sangat cemas
Agitasi
Takut
Bingung
Merasa tidak adekuat
Menarik diri
Penyangkalan
4) Panik
a) Respon fisik
Fight, fight, atau freeze
Ketegangan otot sangat berat
Agitasi motorik kasar
Pupil dilatasi
Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
Tidak dapat tidur
Hormon stress dan neurotransmitter berkurang
Wajah menyeringai, mulut ternganga
b) Respon kognitif
Persepsi sangat sempit
Pikiran tidak logis, terganggu
Kepribdian kacau
Tidak dapat menyelesaikan masalah
Fokus pada pikiran sendiri
Tidak rasional
Sulit memahami stimulus eksternal
Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi
c) Respon emosional
Merasa terbebani
Merasa tidak mampu, tidak berdaya
Lepas kendali
Mengamuk, putus asa
Marah, sangat takut
Mengharapkan hasil yang buruk
Kaget, takut, lelah
5. Proses Terjadinya Masalah
a. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa:
1) Peristiwa traumatik, yang daapt memicu terjadinya kecemasan berkitan
dengan krisis yang dilami individu baik krisis yang dialami individu baik
krisis perkembangan maupun situasional
2) Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
3) Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
4) Frusatasi akan menimbulkan rasa ketidak berdayaan untuk mengambil
keputusan yang berdampak terhadap ego.
5) Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
6) Pola mekanisme koping keluarga atau ola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konfllik yang dialami
karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga
7) Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon
individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
8) Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepin dapat menekan
neurotransmitter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol
aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
b. Faktor Presipitasi
Stressor presipitas adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi dikelompokkan menjadi
dua bagian, yaitu:
1) Ancaman terhadap integritas fisik, meliputi:
Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya: hamil)
Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
2) Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internl dan eksternal
Sumber internal, kesulitan dalam hubungann interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik jug dapat mengancam harga diri.
Sumber eksternal, kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan
status pekrjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
6. Tanda Dan Gejala
Tanda dan gejala kecemasan yang di tunjukkan atau di temukan oleh
seseorang bervariasi tergantung dari beratnya atatu tingkatan yang dirasakan oleh
individu tersebut (Hawari, 2004). Keluhan-keluhan yang sering dikemukan oleh
orang yang mengalami ansietas, antara lain sebagai berikut:
a) Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung.
b) Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
c) Takut sendirian, takut pada keramaian, dan banyak orang
d) Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan
e) Gangguan konsntrasi dan daya ingat.
Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang, pendengaran
berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan,
gangguan perkemihan, sakit kepala dan sebagainya.
7. Akibat
Dapat berasal dari sumber internal dan eksternal dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis yaitu :
Ancaman terhadap integitas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang
akan terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari. Pada ancaman ini stressor yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-
faktor-faktor yang dapat menyebabakan gangguan fisik (misal: infeksi virus dan
polusi udara). Sedangkan yang enjadi sumber internalanya adalah kegagalan
mekanisme fisisologi tubuh (misalnya: sitem jantung , sistem imun pengaturan
suhu dan perubahan fisologis selama kehamilan).
Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indetitas, harga
diri dan fungsi social yang teringretisasi seseorang. Ancaman yang berasal dari
sumber internal berupa gangguan hubungan interpersonal di rumah tempat kerja
atau menerima pesan baru (Eko prabowo, 2014).
8. Mekanisme Koping
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologis
dan perilaku yang secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme
koping sebagai upaya untuk melawan timbulnya kecemasan. Ketika mengalami
cemas, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba
mengatasinya, dan ketidak mampuan mengatasi kecemasan secara konstruktif
merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis (Stuart & Sundeen, 1998).
Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi cemas yang ringan
cenderung tetap dominan ketika kecemasan menghebat.
Kecemasan tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.
Sementara kecemasan tingkat sedang dan berat akan menimbulkan dua jenis
mekanisme koping, yaitu reaksi yang berorientasi pada tugas dan mekanisme
pertahanan ego (Hidayat, 2008). Reaksi yang berorientasi pada tugas merupakan
upaya-upaya yang secara sadar berfokus pada tindakan untuk memenuhi tuntutan dari
reaksi cemas secara realistis sehingga dapat mengurangi cemas dan dapat
memecahkan masalah (Hidayat, 2008).
Dalam hal ini seseorang akan melakukan tindakan untuk mengurangi cemas
yang dialami dan untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara berkonsultasi dengan
orang yang lebih ahli. Sedangkan mekanisme pertahanan ego merupakan pendukung
dalam mengatasi kecemasan baik yang ringan maupun yang sedang. Tetapi jika
berlangsung pada tingkat berat dan panik yang melibatkan penipuan diri dan distorsi
realitas, maka mekanisme ini merupakan respon maladaptif terhadap cemas (Stuart &
Sundeen, 1998).
9. Penatalaksanaan
Menurut Hawari (2008) penatalaksanaan asietas pada tahap pencegahan dan
terapi memrlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencakup
fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
Selengkapnya seperti pada uraian berikut.
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengancara:
Makan makan yang bergizi dan seimbang
Tidur yang cukup
Cukup olahraga
Tidak merokok
Tidak meminum minuman keras
2. Terapi psikolofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memaki
obat obtan yang berhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghanatr saraf). Disusunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi
psikofarmaka yang serig di pakai adalah obat anticemas (anxiolytic), yaitu seperti
diazepam, klobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCL, meprobramate
dan alprazolam.
3. Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala atau akibat dari
kecemasan yang berkepanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-keluhan somatik
(fisik) itu dapat dibrikan obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh
yangbersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain:
Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan
serta percaya diri.
Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatasi kecemasan.
Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudan memperbaiki kembali (re-
konstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
Psikoterapi kognitif, untuk memulihakn fungsu kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
Psikoterapi psikodinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
5. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya dengan
kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbaga problem kehidupan yang
merupakan stressor psikososial.
10. Pohon Masalah
1. Kondisi Pasien
2. Diagnosa Keperawatan
Cemas akan terjadi sesuatu
3. Tujuan
Tujuan Umum : Mengatasi gangguan ansietas klien
Tujuan Khusus :
Pasien mampu membina hubungan saling percaya
Pasien mampu mengenal ansietas
Pasien mampu memperagakan teknik relaksasi untuk mengurungi ansietas
4. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
SP 1 Pasien: Membantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya, menjelaskan situasi, penyebab ansietas, menyadari prilaku ansietas.
Mengajarkan pasien teknik relaksasi nafas dalam untuk meningkatkan kontrol dan
rasa percaya diri : pengalihan situasi.
Fase Orientasi