Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PSIKOSOSIAL PADA PASIEN


DENGAN KECEMASAN

Disusun Oleh :
Masa’aro Laia 152020011

UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN
JAKARTA 2023
1. KONSEP KECEMASAN
A. Definisi
Kecemasan merupakan suatu keadaan perasaan gelisah, ketidaktentuan, ada
rasa takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui
masalahnya (Pardede & Simangunsong, 2020). Kecemasan merupakan suatu respon
psikologis maupun fisiologis individu terhadap suatu keadaan yang tidak
menyenangkan, atau reaksi atas situasi yang dianggap mengancam (Hulu & Pardede,
2016).
Kecemasan adalah pengalaman subjektif dari ketegangan mental yang
mengganggu sebagai reaksi umum dan ketidakmampuan untuk menghadapi masalah
atau adanya rasa tidak aman. Perasaan tidak menyenangkan umumnya menimbulkan
gejala fisiologis (seperti gemetar, berkeringat, detak jantung meningkat, dll) dan
gejala psikologis seperti panik, tegang, bingung, tidak dapat berkonsentrasi, dll
(Pardede, Simanjuntak, & Manalu 2020)
B. Etiologi
Meski penyebab kecemasan belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan
ini. Kecemasan terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi,
masalah dan tujuan hidup. Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang
berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan
stres berat pada orang lain. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan
(Setyaningsih, 2015) adalah :
1. Faktor predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan. Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat
berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan
dengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena
pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan
neurotransmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas
neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Setyaningsih, 2015). Stressor presipitasi
kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
 Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun,
regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
 Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri,
polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya
tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal
 Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah
dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman
terhadap integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
 Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
C. Tingkat kecemasan
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketengan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini laangan persepsi melebar dan individu terdorong
untuk belajar yang akan menghasilkan pertumbuhan kreatifitas. (Bulechek, 2016).
a. Respon fisiologis
1) Sesekali napas pendek
2) Nadi dan tekanan darah naik
3) Gejala ringan pada lambung
4) Muka berkerut dan bibir bergetar
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi melebar
2) Mampu menerima rangsangan yang kompleks
3) Konsentrasi pada maslah
4) Menejlaskan masalah secara efektif
c. Respon perilaku dan emosi
1) Tidak dapat duduk tenang
2) Tremor halus pada tangan
3) Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkugan menurun. Individu lebih
memfokuskan hal-hal penting dan mengenyampingkan hal-hal lain (Bulechek,
2016).
a. Respon fisiologis
1) Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
2) Mulut kering
3) Anorexia
4) Diare/konstipasi
5) Gelisah
b. Respon kognitif
1) Lapang persepsi menyempit
2) Rangsang luar tidak mampu diterima
3) Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
c. Respon perilaku dan emosi
1) Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
2) Bicara banyak dan lebih cepat
3) Susah tidur
4) Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain,individu
tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan pengarahan untuk
memusatkan perhatian pada area lain (Bulechek, 2016).
a. Respon fisiologi
1) Sering nafas pendek Nadi dan tekanan darah naik
2) Berkeringat dan sakit kepala
3) Penglihatan kabur
4) Ketegangan
b. Respon kognif
1) Lapang persepsi sangat sempit
2) Tidak mampu menyelesaikan masalah
3) Respon perilaku dan emosi
4) Perasaan ancam meningkat
5) Verbialisasi cepat
6) Blocking
4. Ansietas panik
Pada ansietas panik, individu kehilangan kendali dan detail perhatian hilang,
karenahilangnya kontrol, maka tidak mampu melakukan apapun meskipundengan
perintah.Menurut Videbeck (2008), respons dari panik adalah sebagai berikut :
a. Respons fisik
 Flight, fight, atau freeze
 Ketegangan otot sangat berat
 Agitasi motorik kasar
 Pupil dilatasi
 Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun
 Tidak dapat tidur
 Hormon stress dan neurotransmiter berkurang
 Wajah menyeringai, mulut ternganga
b. Respons kognitif
 Persepsi sangat sempit
 Pikiran tidak logis, terganggu-Kepribadian kacau
 Tidak dapat menyelesaikan masalah
 Fokus pada pikiran sendiri
 Tidak rasional-Sulit memahami stimulus eksternal
 Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi.
c. Respon emosional
 Merasa terbebani
 Merasa tidak mampu, tidak berdaya
 Lepas kendali
 Mengamuk, putus asa
D. Tanda dan gejala kecemasan
Menurut Ii (2021) adapun tanda dan gejala pada kecemasan, yaitu :
1. Tanda-Tanda Fisik Kecemasan,
Tanda fisik kecemasan diantaranya yaitu : kegelisahan, kegugupan,, tangan
atau anggota tubuh yang bergetar atau gemetar, sensasi dari pita ketat yang
mengikat di sekitar dahi, kekencangan pada pori-pori kulit perut atau dada,
banyak berkeringat, telapak tangan yang berkeringat, pening atau pingsan, mulut
atau kerongkongan terasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas pendek,
jantung yang berdebar keras atau berdetak kencang, suara yang bergetar, jari-jari
atau anggota tubuh yang menjadi dingin, pusing, merasa lemas atau mati rasa,
sulit menelan, kerongkongan merasa tersekat, leher atau punggung terasa kaku,
sensasi seperti tercekik atau tertahan, tangan yang dingin dan lembab, terdapat
gangguan sakit perut atau mual, panas dingin, sering buang air kecil, wajah terasa
memerah, diare, dan merasa sensitif atau “mudah marah”.
2. Tanda-Tanda Behavioral Kecemasan
Tanda-tanda behavorial kecemasan diantaranya yaitu : perilaku menghindar,
perilaku melekat dan dependen, dan perilaku terguncang.
3. Tanda-Tanda Kognitif Kecemasan
Tanda-tanda kognitif kecemasan diantaranya : khawatir tentang sesuatu,
perasaan terganggu akan ketakutan atau aprehensi terhadap sesuatu yang terjadi di
masa depan, keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan segera terjadi (tanpa
ada penjelasan yang jelas), terpaku pada sensasi ketubuhan, sangat waspada
terhadap sensasi ketubuhan, merasa terancam oleh orang atau peristiwa yang
normalnya hanya sedikit atau tidak mendapat perhatian, ketakutan akan
kehilangan kontrol, ketakutan akan ketidakmampuan untuk mengatasi masalah,
berpikir bahwa dunia mengalami keruntuhan, berpikir bahwa semuanya tidak lagi
bisa dikendalikan, berpikir bahwa semuanya terasa sangat membingungkan tanpa
bisa diatasi, khawatir terhadap hal-hal yang sepele, berpikir tentang hal
mengganggu yang sama secara berulang-ulang, berpikir bahwa harus bisa kabur
dari keramaian (kalau tidak pasti akan pingsan), pikiran terasa bercampur aduk
atau kebingungan, tidak mampu menghilangkan pikiran-pikiran terganggu,
berpikir akan segera mati (meskipun dokter tidak menemukan sesuatu yang salah
secara medis), khawatir akan ditinggal sendirian, dan sulit berkonsentrasi atau
memfokuskan pikiran.
E. Sumber koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber
koping tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
F. Mekanisme koping
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas tingkat
ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius. Tingkat ansietas sedang dan berat
menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress. Misalnya
a. Perilaku menyerang ( agresif ).Digunakan individu untuk mengatasi rintangan
agar terpenuhinya kebutuhan.
b. Perilaku menarik diri. Dipergunakan untuk menghilangkan sumber ancaman
baik secara fisik maupun secara psikologis.
c. Perilaku kompromi. Dipergunakan untuk mengubah tujuan-tujuan yang akan
dilakukan atau mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.
2. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress. Mekanisme pertahanan ego yang digunakan adalah
a. Kompensasi: dimana seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan
secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang dimilikinya.
b. Penyangkalan (Denial): Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas dengan
mengingkari realitas tersebut.Mekanisme pertahanan ini paling sederhana dan
primitif
c. Pemindahan (Displacement): penggalihan emosi yang semula ditujukan pada
seseorang/benda tertentu yang biasanya netral atau kurang mengancam
terhadap dirinya
d. Disosiasi: pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitasnya.
e. Identifikasi (Identification): proses dimana seseorang mencoba menjadi orang
yang ia kagumi dengan mengambil/menirukan pikiran,perilaku dan selera
orang tersebut.
f. Intelektualisasi (Intelectualization): penggunaan logika dan alasan yang
berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.
g. Intrijeksi (Intrijection): mengikuti norma-norma dari luar, sehingga ego tidak
lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan superego).
h. Fiksasi: berhenti pada tingkat perkembangan salah satu aspek tertentu (emosi
atau tingkah laku atau pikiran),sehingga perkembangan selanjutnya terhalang.
i. Proyeksi: pengalihan buah fikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang
lain terutama keinginan. Perasaan emosional dan motivasi tidak dapat
ditoleransi.
j. Rasionalisasi: memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut
alasan yang seolah-olah rasional,sehingga tidak menjatuhkan harga diri.
k. Reaksi formasi: bertingkah laku yang berlebihan yang langsung bertentangan
dengan keinginan-keinginan,perasaan yng sebenarnya.
l. Regresi: kembali ketingkat perkembanagan terdahulu (tingkah laku yang
primitif), contoh: bila keinginan terlambat menjadi marah, merusak,melempar
barang, meraung, dan sebagainya.
m. Represi: secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impils, atau ingatan
yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan pertahanan ego yang primer
yang cenderung diperkuat oleh mekanisme ego yang lainnya.
n. ActingOut: langsung mencetuskan perasaan bila keinginannya terhalang.
o. Sublimasi: penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia, artinya dimana
masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan dalam
penyalurannya secara normal.
p. Supresi: suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan, tetapi
sebetulnya merupakan analog represi yang disadari;pengesampingan yang
disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang, kadangkadang dapat
mengarah pada represif berikutnya.
q. Undoing: tindakan/perilaku atau komunikasi yang menghapuskan sebagian
dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya merupakan mekanisme
pertahanan primitif
G. Data yang perlu dikaji
Dalam mendiagnosis pasien dengan kecemasan, maka data yang harus dikaji adalah:
1. Perilaku: ditandai dengan produktivitas menurun, mengamati dan waspada,
kontak mata minimal, gelisah, pergerakan berlebihan, (seperti;foot shuffling,
pergerakan lengan/tangan),insomnia dan perasaan gelisah.
2. Afektif: Menyesal, irritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup, sukacita
berlebihan, nyeri dan ketidakberdayaan meningkat secara menetap, ketidak
pastian, kekhawatiran meningkat, fokus pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat,
ketakutan, khawatir, prihatin dan mencemaskan
3. Fisiologis: suara bergetar, gemetar/tremor tangan atau bergoyang-goyang,
refleksi-refleksi meningkat, eksitasi kardiovaskuler seperti peluh meningkat,
wajah tegang, mual, jantung berdebar-debar, mulut kering, kelemahan, sukar
bernafas, vasokontriksi ekstremitas, kedutanmeningkat, nadi meningkat dan
dilatasi pupil.Sedangkan perilaku pasien akibat respon fisiologis pada sistem
parasimpatis, yaitu sering berkemih, nyeri abdomen, dan gangguan tidur, perasaan
gelih pada ekstremitas, diarhea, keragu-raguan, kelelahan, bradikardi, tekanan
darah menurun, mual, sering berkemih, pingsan dan tekanan darah meningkat.
H. Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan
Faktor-faktor mempengaruhi kecemasan banyak sekali, diantaranya adalah:
1. Paparan zat yang membahayakan individu atau racun dan toksin
2. Konflik yang tidak disadari tentang tujuan hidup,
3. Hambatan dalam hubungan dengan keluarga/keturunan,
4. Adanya kebutuhan yang tidak terpenuhi,
5. Gangguan dalam hubungan interpersonal,
6. Krisis situasional/maturasi seperti tugas perkembangan yang tidak terselesaikan
dengan baik dan tuntas,
7. Ancaman terhadap kematian, baik karena penyakit maupun karena situasi yang
mencekam seperti perang, terisolasi, dan lain-lain,
8. Selain itu dapat juga disebabkan karena adanya ancaman terhadap konsep diri,
stress, penyalagunaan zat,
9. Perubahan dalam status peran, misalkan seseorang isteri menjadi singleparent dan
perubahan status kesehatan,
10. Pola intraksi juga berpengaruh dalam timbulkan kecemasan
11. Adanya perubahan fungsi peran, perubahan lingkungan dan perubahan status
ekonomi. (NANDA 2005)

Anda mungkin juga menyukai