DISUSUN OLEH:
ALFIA SALMADHEA NUR PRAMESTHI
P1337420119311
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERWATAN SEMARANG KELAS KENDAL
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2022
A. DEFINISI
Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan
mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang
akan terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri
sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat
sadar, setengah sadar, atau tidak sadar (Barbara, 2010).
Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu);
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan
isyarat kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (Heather,2014). Ansietas
adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.
Ansietas di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart &
Laraia).
Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas menjadi
suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah
bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansitas berkaitan dengan strees.
Oleh karena ansietas timbul sebagai respon terhadap stress, baik stress fisiologi
maupun psikologis. Artinya ansietas terjadi ketika seseorang merasa terancam baik
secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan bagian yang tidak dapat terelakkan
dalam hidup manusia. Meskkipun demikian, stress bukanlah merupakan sesuatu yang
patologis (Asmadi, 2008).
Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang
subjektif, dipengaruhi alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus
penyebabnya. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan
sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir. Gelisah, takut, tidak tentram
disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau menyertai kondisi
situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda dengan takut.
Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan
objeknya jelas (Dalami, 2009).
B. ETIOLOGI
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan
keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri
seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan
gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang mengalami kesulitan menghadapi
situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck, 2008). Setiap individu menghadapi
stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi
yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun factor-faktor yang
mempengaruhi ansietas adalah :
1. Faktor predisposisi
Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas
adalah:
a. Teori psikionalitik
Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen kepribadian
yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan dorongan insting atau
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan
dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego
digambarkan sebagai mediator antara ide dan super ego. Ansietas
berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu budaya yang perlu
segera diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.
Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan,
perpisahan. Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah
mengalami ansietas berat
c. Teori perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang menggangu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
d. Kajian biologis
Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor ini
di perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.
2. Faktor presipitasi
Bersumber dari eksternal dan internal seperti:
a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis
atau menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan sehari-
hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri
dan integritas fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan
perilaku secara tidak langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya mempertahankan diri dari ansietas. Intensitas perilaku akan
meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati dkk, 2009).
Tingkat ansietas
1. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan
sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan
menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon fisiologi:
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon kognitif:
a. Lapang persepsi melebar
b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks
c. Konsentrasi pada masalah
d. Menjelaskan masalah secara efektif
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Tidak dapat duduk tenang
b. Tremor halus pada tangan
c. Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu
lebih memfokuskan hal-hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.
Respon Fisiologi:
a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
b. Mulut kering
c. Anorexia
d. Diare/konstipasi
e. Gelisah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
b. Bicara banyak dan lebih cepat
c. Susah tidur
d. Perasaan tidak aman
3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain.
Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.
Respon Fisiologi:
a. Sering napas pendek
b. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
c. Berkeringat dan sakit kepala
d. Penglihatn kabur
e. Ketegangan
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Perasaan ancaman meningkat
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan
sudah terganggu sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat
melakukan apa-apa walaupun telah di berikan pengarahan.
Respon Fisiologi:
a. Napas pendek
b. Rasa tercekik dan palpitasi
c. Sakit dada
d. Pucat
e. Hipotensi
f. Koordinasi motorik rendah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak dapat berpikir logis
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Agitasi, mengamuk dan marah
b. Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan kendali atau kontrol diri
d. Persepsi Kacau
Respon Fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia
adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi
1) Napas cepat
2) Pernapasan dangkal
3) Rasa tertekan pada dada
4) Pembengkakan pada tenggorokan
5) Rasa tercekik
6) Terengah-engah
c. Sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan reflex
2) Reaksi kejutan
3) Insomnia
4) Ketakutan
5) Gelisah
6) Wajah tegang
7) Kelemahn secara umum
8) Gerakan lambat
9) Gerakan yang janggal
d. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makanan
3) Perasaan dangkal
4) Rasa tidak nyaman pada abdominal
5) Rasa terbakar pada jantung
6) Diare
e. Sistem Perkemihan
1) Inkontensia urine
2) Sering miksi
f. Sistem integument
1) Rasa terbakar
2) Berkeringat banyak di telapak tangan
3) Gatal-gatal
4) Perasaan panas atau dingin pada kulit
5) Muka pucat
6) Berkeringat seluruh tubuh
Respon perilaku kognitif:
a. Perilaku
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
5) Tidak ada koordinasi
6) Kecenderungan untuk celaka
7) Menarik diri
8) Menghindar
9) Terhambat melakukan aktifitas
b. Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
5) Adanya bloking pada fikiran
6) Bingung
7) Rasa khawatir yang berlebihan
8) Kehilangan penilaian objektifitas
9) Takut akan kehilangan kembali
10) Takut berlebihan tingkat ansietas (Dalami, 2009).
C. AKIBAT
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal
dari diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun
demikian pencetus ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal
(Asmadi 2008).
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu
metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik),
psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya
seperti pada uraian berikut :
1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan yang bergizi dan seimbang.
b. Istirahat yang cukup.
c. Cukup.olahraga.
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan memakai obat-
obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-transmitter (sinyal
penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system). Terapi psikofarmaka
yang sering dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam,
clobazam, bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.
3. Terapi somatic
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala ikutan atau
akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk menghilangkan keluhan-
keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan yang ditujukan pada organ
tubuh yang bersangkutan.
4. Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
5. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan
agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.
a. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai
bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
b. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali
(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.
c. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu
kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.
d. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses
dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.
e. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor
keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung.
Causa
Koping individu tidak efektif
4. Intervensi
Perencanaan
Diagnosa
Intervensi Rasional
Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah kategori dan perilaku keperawatan dimana tindakan yang
diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan
keperawatan dilakukan dan disesuaikan (Potter & Perry, 2005). Langkah-langkah yang
diperlukan dalam pelaksanaan adalah sebagai berikut :
1. Mengkaji ulang pasien Fase pengkajian ulang terhadap komponen implementasi
memberikan mekanisme bagi perawat untuk menentukan apakah tindakan
keperawatan yang diusulkan masih sesuai.
2. Menela dan memodifikasi rencana asuhan keperawatan yang ada sebelum memulai
keperawatan perawat menela rencana asuhan dan membandingkannya dengan data
pengkajian untuk memvalidasi diagnosa keperawatan yang dinyatakan dan
menentukan apakah intervensi keperawatan yang paling sesuai untuk situasi klinis
saat itu. Jika status pasien telah berubah dan diagnosa keperawatan dan intervensi
keperawatan harus dimodifikasi .
6. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi menurut Potter Perry (2005) yaitu membandingkan data subyek dan
obyek yang dikumpulkan dari pasien, perawat lain, dan keluarga untuk meningkatkan
tingkat keberhasilan dalam memenuhi hasl yang diharapkan ditetapkan selama
perencanaan. Langkah-langkah evaluasi dari proses perawatan mengukur respon
pasien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan pasien kearah tujuan. Tujuan
asuhan keperawatan untuk membantu pasien menyelesaikan masalah kesehatan aktual,
mencegah kekambuhan dari masalah potensial dan pertahankan status sehat. Evaluasi
terhadap asuhan menentukan apakah tujuan ini telah dilaksanakan. Aspek dalam dari
evaluasi mencakup pencukuran kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam
lingkungan perawatan kesehatan (Potter& Perry, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Jiwo, T. 2012. Depresi : Panduan bagi pasien, keluarga dan teman dekat, Pusat Pemulihan dan
Pelatihan Bagi Penderita Gangguan Jiwa Desa Kalinongko: Purworejo.
Kusumawati, Farida.dkk. (2011). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, B.A., et all. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Maramis, W.F. 2010.Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, Ed. 2. Surabaya : Airlangga University
Press.
Potter & Perry. (2013). Fundamentals of Nursing. 8 th Ed. St. Louis, Missouri : Mosby Elsevier
Shives, L.R. 2005. Basic Concept of Psychiatric-Mental Health Nursing. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins.
Stuart, G. W. 2013. Principles and practice of Psychiatric Nursing. (10th ed). St. Louis: Mosby
Year Book
Stuart, G.W., Laraian, M.T. 2005. Principles And Practice of Psychiatric Nursing. 9th edition. St
Louis : Mosby.
Viedebeck, Sheila 2011. Buku ajar Kep.Jiwa. Jakarta. EGC. m. Wiguna, S.M. 2003.