Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA DENGAN GANGGUAN PSIKOSOSIAL

ANSIETAS NY. S DI DUSUN TUGU RT 24 RW 09 DESA TUGUSUMBERJO


KECAMATAN PETERONGAN JOMBANG

Disusun oleh:

Lilik Maftuhah
Nim : 7420033

PRODI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Asuhan Keperawatan Jiwa dengan gangguan psikososial ansietas pada Ny.” S “ Di Dusun
Tugu RT 24 RW 06 Desa Tugusumberejo Kecamatan Peterongan Jombang

Mahasiswa

Lilik Maftuhah
NIM: 7420033

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan

( Indah Mukaromah,S.Kep,Ns,M.Kep) (Arifuddin Dwi Jayanto,S.Kep)


1. Pengertian

Ansietas/Cemas Reaksi umum terhadap stress adalah Ansietas, satu kondisi kegelisahan
mental, keprihatinan, ketakutan, atau perasaan putus asa karena pengancaman yang akan terjadi
atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri sendiri atau terhadap
hubungan yang bermakna. Ansietas dapat dialami pada tingkat sadar, setengah sadar, atau tidak
sadar (Barbara, 2010).

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon autonomy (sumber sering
kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan oleh
antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan
individu akan adanya bahaya dan kemampuan individu untuk bertindak menghadapi ancaman
(Heather,2014).

Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan
tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas
di alami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal (Stuart & Laraia).

Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan perkembangan pada
individu yang bersangkutan (Corey). Dapat pula ansietas menjadi suatu beban berat yang
menyebabkan individu tersebut hidupnya selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus
berkepanjangan. Ansitas berkaitan dengan strees. Oleh karena ansietas timbul sebagai respon
terhadap stress, baik stress fisiologi maupun psikologis. Artinya ansietas terjadi ketika
seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan bagian yang
tidak dapat terelakkan dalam hidup manusia. Meskkipun demikian, stress bukanlah merupakan
sesuatu yang patologis (Asmadi, 2008).

Ansietas merupakan respon emosional terhadap penilaian individu yang subjektif, dipengaruhi
alam bawah sadar dan tidak diketahui secara khusus penyebabnya. Ansietas merupakan istilah
yang sangat akrab dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir.
Gelisah, takut, tidak tentram disertai berbagai keluhan fisik. Keadaan tersebut dapat terjadi atau
menyertai kondisi situasi kehidupan dan berbagai gangguan kesehatan. Ansietas berbeda
dengan takut. Takut merupakan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam dan
objeknya jelas (Dalami, 2009).
2. Etiology

Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun gangguan keseimbangan


neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik
juga merupakan faktor yang dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika
seseorang mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup (Videbeck,
2008).

Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda, seseorang dapat tumbuh
dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres berat pada orang lain. Adapun factor-faktor
yang mempengaruhi ansietas adalah :

1. Faktor predisposisi Berbagai teori yang di kembangkan untuk menjelaskan penyebab


ansietas adalah:

a. Teori psikionalitik Ansietas merupakan konflik emosional antara dua elemen


kepribadian yaitu ide, ego dan Super ego. Ide melambangkan dorongan insting atau
impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma-norma budaya seseorang, sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara
ide dan super ego. Ansietas berfungsi untuk memperingatkan ego tentang suatu
budaya yang perlu segera diatasi.

b. Teori interpersonal Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal.


Berhubungan juga dengan trauma masa perkembangan seperti kehilangan, perpisahan.
Individu dengan harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami ansietas berat

c. Teori perilaku Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

d. Kajian biologis Otak mengandung reseptor spesifik untuk benzodiazepines. Reseptor


ini di perkirakan turut berperan dalam mengatur ansietas.

2. Faktor presipitasi Bersumber dari eksternal dan internal ,seperti:


a. Ancaman terhadap integritas fisik meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
menurunnya kemampuan melaksanakan fungsi kehidupan seharihari.

b. Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan identitas, harga diri dan integritas
fungsi sosial.
3. Perilaku
Ansietas dapat diekspresikan langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak
langsung timbulnya gejala atau mekanisme koping dalam upaya mempertahankan diri dari
ansietas. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan ansietas (Ermawati
dkk, 2009).

3. Tingkat ansietas

1. Ansietas ringan Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa


kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lapangan persepsi melebar dan individu akan
berhati-hati dan waspada. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.

Respon fisiologi:
a. Sesekali napas pendek
b. Nadi dan tekanan darah naik
c. Gejala ringan pada lambung
d. Muka berkerut dan bibir bergetar
Respon kognitif:
a. Lapang persepsi melebar
b. Mampu menerima rangsangan yang kompleks
c. Konsentrasi pada masalah
d. Menjelaskan masalah secara efektif
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Tidak dapat duduk tenang
b. Tremor halus pada tangan
c. Suara kadang-kadang meninggi
2. Ansietas sedang

Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebihmemfokuskan
hal- hal penting saat itu dan mengenyampingkan hal lain.

Respon Fisiologi:
a. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik
b. Mulut kering
c. Anorexia
d. Diare/konstipasi
e. Gelisah
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi menyempit
b. Rangsang luar tidak mampu diterima
c. Berfokus pada apa yang menjadi perhatian
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
b. Bicara banyak dan lebih
c. Susah tidur
d. Perasaan tidak aman

3. Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung memikirkan
hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu tidak mampu lagi berpikir realistis dan
membutuhkan banyak pengarahan untuk memusatkan perhatian pada area lain.

Respon Fisiologi:
a. Sering napas pendek

b. Nadi (ekstra systole) dan tekanan darah naik


c. Berkeringat dan sakit kepala
d. Penglihatn kabur
e. Ketegangan
Respon Kognitif:
a. Lapang persepsi sangat sempit
b. Tidak mampu menyelesaikan masalah
ResponPerilaku dan Emosi:
a. Perasaan ancaman meningkat
b. Verbalisasi cepat
c. Blocking
4. Panik
Pada tingkatan ini lapangan persepsi individu sudah sangat menyempit dan sudah terganggu
sehingga tidak dapat mengendalikan diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun
telah di berikan pengarahan.

Respon Fisiologi:
a. Napas pendek
b. Rasa tercekik dan palpitasi
c. Sakit dada
d. Pucat
e. Hipotensi
f. Koordinasi motorik rendah
Respon Kognitif:

a. Lapang persepsi sangat sempit


b. Tidak dapat berpikir logis
Respon Perilaku dan Emosi:
a. Agitasi, mengamuk dan marah
b. Ketakutan, berteriak-teriak, blocking
c. Kehilangan kendali atau kontrol diri
d. Persepsi Kacau
Respon Fisiologi yang mempengaruhi system yang ada dalam tubuh manusia adalah:
a. Sistem Kardiovaskuler
1) Palpitasi
2) Jantung berdebar
3) Tekanan darah meningkat
4) Denyut nadi menurun
5) Rasa mau pingsan
b. Sistem respirasi
1) Napas cepat
2) Pernapasan dangkal
3) Rasa tertekan pada dada
4) Pembengkakan pada tenggorokan
5) Rasa tercekik
6) Terengah-engah
c. Sistem kardiovaskuler
1) Peningkatan reflex

2) Reaksi kejutan
3) Insomnia
4) Ketakutan
5) Gelisah
6) Wajah tegang
7) Kelemahn secara umum
8) Gerakan lambat
9) Gerakan yang janggal

d. Sistem Gastrointestinal
1) Kehilangan nafsu makan
2) Menolak makanan
3) Perasaan dangkal
4) Rasa tidak nyaman pada abdominal
5) Rasa terbakar pada jantung
6) Diare
e. Sistem Perkemihan
1) Inkontensia urine
2) Sering miksi
f. Sistem integument
1) Rasa terbakar
2) Berkeringat banyak di telapak tangan
3) Gatal-gatal
4) Perasaan panas atau dingin pada kulit

5)Muka pucat
6) Berkeringat seluruh tubuh
Respon perilaku kognitif:
a. Perilaku
1) Gelisah
2) Ketegangan fisik
3) Tremor
4) Gugup bicara cepat
5) Tidak ada koordinasi
6) Kecenderungan untuk celaka
7) Menarik diri
8) Menghindar
9) Terhambat melakukan aktifitas
b. Kognitif
1) Gangguan perhatian
2) Konsentrasi hilang
3) Pelupa
4) Salah tafsir
5) Adanya bloking pada fikiran
6) Bingung
7) Rasa khawatir yang berlebihan
8) Kehilangan penilaian objektifitas
9) Takut akan kehilangan kembali

10) Takut berlebihanTingkat ansietas (Dalami, 2009).

4. Rentang Respon Ansietas


5. Indikator Tingkat Ansietas
Kategori Ancietas Ancietas sedang Ancietas berat Panik

Ringan
Perubahan Semakin Tremor dan Komunikasi sulit Komunikasi
verbalitas sering perubahan nada dipahami mungkin tidak dapat
bertanya suara dipahami

Perubahan Tremor,kedutan Peningkatan Peningkatan aktifitas

aktifitas Gelisah wajah,dan aktifitas motorik,agitasi

motorik ringan gemetar motorik,ketidak


mampuan untuk
rileks.

Ekspresi wajah
Perubahan Mengantuk Peningkatan ketakutan Respon tidak dapat
persepsi dan ketegangan otot
diprediksi
perhatian

Ketidakmampuan
Perubahan Fokus perhatian untuk fokus atau
Gemetar,koordinasi
respirasi dan Peningkatan menyempit berkonsentrasi,m motorik buruk.
sirkulasi perasaan udah distraksi.
gelisah dan
waspada
Kemampuan
Perubahan belajar sangat
lain Penggunaan Mampu terganggu Persepsi mengalami
belajar berfokus tetapi
distorsi atau melebih-
untuk tidak perhatian
lebihkan
beradaptasi pada hal-hal
tertentu
Takikardia,hiper
Kemampuan ventilasi
Tidak ada belajar sedikit

mengalami Ketidakmampuan
gangguan untuk belajar atau
berfungsi

Tidak ada Kecepatan nafas sakit Dispepsia,palpitasi,t


dan jantung kepala,lambung, ersedak,nyeri dada
sedikit mual atau tertekan.
meningkat Firasat akan tertimpa
gejala gaster musibah,parestesia,
ringan (mulas) berkeringat
6. Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1. Bayi/anak-anak
a. Berhubungan dengan perpisahan
b. Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
c. Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2. Remaja
a. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
b. Perkembangan seksual
Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3. Dewasa Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
a. Kehamilan
b. Menjadi orang tua
c. Perubahan karir
d. Efek penuaan
Lanjut usia Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat
a. Penurunan sensori
b. Penurunan motorik
c. Masalah keuangan
d. Perubahan pada masa pension
7. Faktor Pencetus Ansietas
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas dapat berasal dari diri
sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun demikian
pencetus ansieta dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu:

1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau


gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.

2. Ancaman terhadap sistem diri yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan interpersonal
(Asmadi 2008).
8 .Mekanisme Koping
Ketika klien mengalami ansietas, individu menggunakan bermacammacammekanisme
koping untuk mencoba mengatasinya. Dalam bentuk ringan ansietas bentuk ringan
ansietas dapat di atasi dengan menangis, tertawa, tidur, olahraga atau merokok. Bila
terjadi ansietas berat sampai panik akan terjadi ketidakmampuan mengatasi ansietas
secara konstruktif merupakan penyebab utama perilaku yang

patologis, individu akan menggunakan energy yang lebih besar untuk dapat mengatasi
ancaman tersebut.

Mekanisme koping untuk mengatasi ansietas adalah:


1. Reaksi yang berorientasi pada tugas (task oriented reaction) Merupakan pemecahan
masalah secara sadar yang digunakan untuk menanggulangi ancaman stressor yang
ada secara realistis yaitu:

a. Perilaku menyerang (Agresif) Biasanya digunakan individu untuk mengatasi


rintangan agar memenuhi kebutuhan.

b. Perilaku menarik diri Digunakan untuk menghilangkan sumber ancaman baik


secara fisik maupun psikologis.

c. Perilaku kompromi Digunakan untuk merubah tujuan yang akan dilakukan atau
mengorbankan kebutuhan personal untuk mencapai tujuan.

2. Mekanisme pertahanan ego (Ego oriented reaction) Mekanisme ini membantu


mengatasi ansietas ringan dan sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan
dilakukan secara sadar untuk mempertahankan keseimbangan. Mekanisme
pertahanan ego:

a. Disosiasi adalah pemisahan dari proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitasnya.
b. Identifikasi (identification) adalah proses dimana seseorang untuk menjadi
yang ia kagumi berupaya dengan mengambil/meniru pikiranpikiran, perilaku
dan selera orang tersebut.
c. Intelektualisasi (intellectualization) adalah penggunaan logika dan alasan
yang berlebihan untuk menghindari pengalaman yang mengganggu
perasaannya.

d. Introjeksin (introjection) adalah suatu jenis identifikasi yang dimana


seseorang mengambil dan melebur nilai-nilai dan kualitas seseorang atau
suatu kelompok kedalam struktur egonya sendiri, berupa hati nurani,
contohnya rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai,
dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.

e. Kompensasi adalah proses dimana seseorang memperbaiki penurunan citra


diri dengan secara tegas menonjolkan keistimewaan/kelebihan yang
dimilikinya. Penyangkalan (Denial) adalah menyatakan ketidaksetujuan
terhadap realitas dengan mengingkari realitas tersebut. Mekanisme
pertahanan ini adalah penting, sederhana, primitif.

f. Pemindahan (displacement) adalah pengalihan emosi yang semula ditujukan


pada seseorang/benda kepada orang lain/benda lain yang biasanya netral
atau kurang mengancam dirinya.

g. Isolasi adalah pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang


menggangu dapat bersifat sementara atau berjangka lama.

h. Proyeksi adalah pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri
kepada orang lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi
yang tidak dapat ditoleransi.

i. Rasionalisasi adalah mengemukakan penjelasan yang tampak logis dan


dapat diterima masyarakat untuk membenarkan perasaan perilaku dan motif
yang tidak dapat diterima.

j. Reaksi formasi adalah pengembangan sikap dan pola perilaku yang ia sadari
yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya ia rasakan atau ingin
dilakukan.
k. Regresi adalah kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan merupakan ciri
khas dari suatu taraf perkembangan yang lebih dini.

l. Represi adalah pengenyampingkan secara tidak sadar tentang-tentang pikiran,


ingatan yang menyakitkan atau bertentangan ,dari kesadaran seseorang
merupakan pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh
mekanisme lain.

m. Pemisahan (spiliting) adalah sikap mengelompokkan orang dianggap semuanya


baik atau semuanya buruk, kegagalan untuk memajukan nilainilai positif dan
negatif di dalam diri seseorang.

n. Sublimasi penerimaan suatu sasaran pengganti yang mulia artinya dimata


masyarakat untuk suatu dorongan yang mengalami halangan normal.

o. Supresi suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan sebetulnya


merupakan analog represi yang di sadari, pengesampingan yang disengaja tentang
suatu bahan dari kesadaran seseorang. Tindakan/perilaku atau komunikasi yang
menghapuskan sebagian dari tindakan/perilaku atau komunikasi sebelumnya
merupakan mekanisme pertahanan primitive (Dalami, 2009).

9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi memerlukan suatu metode
pendekatan yang bersifat holistik, yaitu mencangkup fisik (somatik), psikologik atau
psikiatrik, psikososial dan psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian
berikut :

1. Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :


a. Makan yang bergizi dan seimbang.
b. Istirahat yang cukup.
c. Cukup.olahraga.
d. Jangan merokok
2. Terapi psikofarmaka Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas
dengan memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan neuro-
transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak (limbic system).
Terapi psikofarmaka yang sering
dipakai adalah obat anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan alprazolam.

3. Terapi somatic Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai
gejala ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhankeluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan obat-obatan
yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.

4. Psikoterapi Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :


5. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan dorongan agar
pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa dan diberi keyakinan serta
percaya diri.

a. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi bila dinilai


bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.

b. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki kembali


(rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami goncangan akibat stressor.

c. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien, yaitu


kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan daya ingat.

d. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan proses


dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa seseorang tidak mampu
menghadapi stressor psikososial sehingga mengalami kecemasan.

e. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan, agar faktor


keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor keluarga dapat
dijadikan sebagai faktor pendukung

10.Proses Keperawatan
Pengkajian Keperawatan Ansietas dapat diekspresikan secara langsung melalui
perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung dapat timbul gejala atau
mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan ansietas. Peningkatan ansietas
perilaku dan meningkat sejalan dengan meningkatnya ansietas. (Sujono, dkk, 2013).
Analisa Data
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Dari
informasi yang terkumpul, didapatkan data dasar tentang masalah-masalah yang
dihadapi klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan diagnosis
keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah-masalah klien. Pengumpulan data dimulai sejak pasien masuk
Rumah Sakit, selama klien dirawat secara terus menerus, serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Prasetyo, 2010).

Tujuan pengumpulan data:


1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langkah-langkah
berikutnya. Data yang perlu dikaji ada dua tipe yaitu sebagai berikut:

1. Data Subyektif Data yang didapatkan dari pasien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat,
mencakup persepsi, perasaan, ide pasien tentang status kesehatannya, misalnya
tentang nyeri, perasaan lemah, ketakutan, kecemasan lemah, (Potter & Perry).

2. Data Obyektif Data yang dapat diobservasi dan diukur,dapat diperoleh


menggunakan panca indera (lihat, dengar, cium, raba)selama pemeriksaan fisik.
Misalnya frekuensi nadi, pernafasan, tekanan darah, edema, berat badan, tingkat
kesadaran (Potter & Perry).

Masalah yang mungkin muncul pada pasien Ny. S berdasarkan buku NANDA
Internasional diagnosis Keperawatan adalah sebagai berikut:
1. Ansietas
Domain : 9 Koping/Toleransi terhadap stress Kelas Respon koping
Defenisi : Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respon
autonomy (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu,
perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Perasaan ini
merupakan isyarat kewaspadaan yang memperingatkan bahaya yang akan terjadi
dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

Batasan karakteristik:
a. Gelisah
b. Insomnia
c. Nyeri
d. Peningkatan tekanan darah, Faktor yang berhubungan
a. Ancaman perubahan pada status kesehatan.
2. Gangguan pola tidur Domain : 4
Aktivitas/Istirahat Kelas : 1 Tidur/istirahat
Defenisi : Gangguan kualitas dan kuantitas waktu tidur akibat factor eksternal
Batasan karakteristik:
a. Perubahan pola tidur normal
b. Ketidakpuasan tidur
c. Nyeri akut Faktor yang berhubungan:
a. Suhu lingkungan sekitar
b. Nyeri akut
3. Nyeri akut
Domain : 12 Kenyamanan Kelas : 1
Kenyamanan fisik
Defenisi : Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul
akibat kerusajan jaringgan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal
kerusakan sedemikian rupa (International Association for the study of Painawitan yang
tibatiba atau lambat dengan intensitas dari ringan hingga berat, terjadi secara konstan
atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung >6
bln.
Batasan karakteristik:
a. Gangguan tidur
b. Mengekspresikan perilaku seperti kegelisahan
c. Melaporkan nyeri secara verbal
Faktor yang berhubungan : Agens cidera misalnya psikologis
Rumusan Masalah
Masalah yang mungkin muncul pada pasien Ny.T adalah sebagai berikut
1. Ansietas
2. Gangguan pola tidur
3. Nyeri akut
Perencanaan
Langkah selanjutnya dari proses keperawatan adalah perencanaan dimana perawat akan
menyusun rencana yang akan dilakukan pada klien untuk mengatasi masalahnya,
perencanaan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan (Purba). Pada klien dengan
ansietas ringan,tidak ada intervensi khusus, sebab pada ansietas ringan ini klien masih
mampu mengontrol dirinya dan mampu membuat keputusan yang tepat dalam
penyelesaian masalah.sedangkan pada ansietas sedang, intervensi yang dapat dilakukan
adalah dengan mengembangkan pola mekanisme koping yang positif. Pada ansietas
berat dan panik, terdapat strategi khusus yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam
pemberian asuhan keperawatan. Prinsip intervensi keperawatan pada klien tersebut
adalah melindungi klien dari bahaya fisik dan memberikan rasa aman pada klien karena
klien tidak dapat mengendalikan perilakunya (Asmadi, 2008).

1. Perencanaan/intervensi yang dapat diterapkan pada diagnosa keperawatan yang


terkait ansietas adalah:

a. Tenangkan klien
b. Berusaha memahami keadaan klien
c. Berikan informasi tentang diagnosa,prognosis dan tindakan
d. Kaji tingkat ansietas dan reaksi fisik pada tingkat ansietas
e. Gunakan pendekatan dan sentuhan
f. Temani klien untuk mendukung keamanan dan rasa takut
g. Instruksikan kemampuan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi
h. Dukung keterlibatan keluarga dengan cara yang tepat

2. Perencanaan/intervensi yang dapat diterapkan pada diagnosa keperawatan yang terkait


Nyeri b/d gangguan pola tidur adalah:

a. Gunakan laporan dari klien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
informasi pengkajian

b. Minta klien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10


c. Dalam mengkaji nyeri klien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan klien d. Manajemen nyeri: ajarkan penggunaan tekhnik non
farmakologi (relaksasi, distraksi)
FORMAT PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

IDENTITAS
1. Nama pasien : Ny S
2. Umur : 70 th
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Status perkawinan : Kawin
5. Orang yang berarti : Suami
6. Pekerjaan : IRT
7. Pendidikan : SD
8. Tanggal masuk :-
9. Tanggal pengkajian : 17 Desember 2021
10. Diagnosa medik : -
11. Penampilan : Kurang terawat

PERSEPSI DAN HARAPAN

1. Pasien : Pasien merasa cemas karena memikirkan Penyakit yang di alami

2. Keluarga : Pasien penyakit nya cepat sembuh danj bisa seperti biasa
beraktifitas

STATUS MENTAL

Emosi Pasien lebih sering diam, pasien Nampak cemas


Konsep Diri Pasien mengatakan dirinya sangat merasa cemas akan penyakit yang
di deritas
Pola Interaksi Pasien menjawab ketika diberi pertanyaan, menatap lawan bicara,
sorot mata menunjukkan kesedihan
Gaya Komunikasi Pasien berkomunikasi dengan bahasa jawa, pasien cenderung pasif,
tidak berbicara jika tidak ditanya
LATAR BELAKANG STATUS SOSIAL BUDAYA

1. Pekerjaan : IRT
2. Hubungan Sosial : Pasien jarang berinteraksi dengan tetangga, semenjak suami meninggal
biasa berdiskusi dengan anak mantunya, anak-anak yang lain sudah berumah tangga dan
tinggal jauh dr orang tua.
3. Sosio-budaya : Pasien hidup dengan anak dan cucu nya setelah suaminya meninggal, pasien
memiliki beberapa ayam yang diternak, dan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dari
pemberian anaknya yang sesekali datang menengok
4. Gaya Hidup : Pasien sehari-sehari hanya dirumah, merawat ayam, memasak dan beribadah
RIWAYAT KELUARGA

1. Genogram

2. Masalah Keluarga dan Krisis : Anak pasien jarang datang menjenguk, hanya sesekali dalam
1 bulan
3. Interaksi dalam Keluarga : Pasien datang sendiri

PENGKAJIAN FISIK :

1. Riwayat Penyakit : Pasien tidak memiliki riwayat penyakit Astma dan Hipertensi
2. Merokok : Pasien tidak merokok
3. Alkohol/Obat-obatan : Pasien tidak mengkonsumsi alkohol dan obat-obatan
4. Istirahat dan Tidur : Pasien tidur +- 8 jam dalam sehari
5. Nutrisi : Pasien makan seadanya, lauk sayur, tahu, tempe dan suka sekali
konsumsi ikan asin
6. Eleminasi : Pasien BAK +- 6x sehari, tidak ada hambatan, BAK tuntas
7. Orientasi : Pasien lupa tanggal hari ini, namun ingat dengan hari
8. Tingkat Aktivitas : Aktivitas pasien hanya disekitar rumah saja
9. Tingkat Energi : Energi lemah
ANALISA DATA :

No Data Masalah
1 Data Subyektif :
1. Klien mengatakan sangat cemas dengan kondisinya saat ini.
2. Klien mengatakan perasaan saya gelisah
3. Klien mengatakan sering berkemih.
Data Obyektif :
1. Klien tampak gelisah
2. Klien tampak pucat
3. Klien terbaring lemah ditempat Ansietas
tidur 4. TD:160/90mmHg

Data subyektif:
2.
1. Klien mengatakan nyeri pada bagian tengkuk belakang Gangguan pola
2. Klien mengatakan tidak bisa tidur karena nyeri di bagian tidur
tengkuk belakang nya.

Data obyektif:
3. Posisi untuk menahan nyeri
4. Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, gerakan
menyeringai, gelisah)
Pohon Masalah

Harga diri rendah situasional

Ansietas

Koping individu tidak


efektif

FORMAT RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN MASALAH PSIKOSOSIAL


Inisial pasien : Ny.S
Nama Mhs : Lilik Maftuhah
No Tgl Dx Rencana Tindakan Keperawatan
ditemukan
Tujuan Kriteria Intervensi

1. 17 Des 2021 1.Ansietas 1.Menunjukkan Penurunan ansietas


terkontrol fleksibilitas peran dan Peningkatan
2.Mekanisme 2.Keluarga koping:
koping Dengan menunjukkan 1.Tenangkan klien
ketentuan fleksibilitas peran 2.Berusaha memahami
berikut (skala para anggotanya keadaan klien
1-5 : tidak 3.Melibatkan 3.Berikan informasi
pernah, jarang, anggota keluarga tentang diagnosa,
kadang- dalam membuat prognosis
kadang, sering, keputusan dan tindakan
selalu) 4.Mengekspresikan 4.Kaji Tingkat ansietas
perasaan dan dan reaksi fisik pada
kebebasan tingkat ansietas
emosional 5.Gunakan pendekatan
5.Menunjukkan dan sentuhan
strategi penurunan 6.Temani klien untuk
ansietas mendukung keamanan
dan rasa takut
7.kemampuan
Klien untuk menggunakan
tekhnik relaksasi
8.Dukung keterlibatan
keluarga dengan cara yang
tepat
FORMAT IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN JIWA

Inisial pasien : Ny.S


Nama Mhs : Lilik Maftuhah

Diagnosa Keperawatan Implementasi Tindakan Evaluasi


No
Keperawatan
Ansietas b/d ancaman atau Ansietas S = pasien mengatakan :
perubahan status kesehatan 1.Menenangkan klien ansietasnya berkurang
ditandai dengan pasien 2.Memahami keadaan klien setelah mengungkapkan
tampak gelisah gangguan 3.Memberikaninformasi perasaannya, pasien
tidur, gangguan perhatian. tentang diagnosa, prognosis merasa tenang, mampu
dan tindakan mengidentifikasi situasi
4. Mengkaji tingkat ansietas yang mencetuskan
dan reaksi fisik pada tingkat ansietas.
1.
ansietas O = klien tampak tenang,
5. Menemani klien untuk mau mengungkapkan
mendukung keamanan dan perasaan ansietasnya.
rasa takut A = pengkajian
6.Menginstruksikan dilanjutkan, ansietas pasien
kemampuan klien untuk berkurang setelah
menggunakantekhnik bercakap-cakap, ekspresi
relaksasi wajah tampak tenang
7. Mendukung keterlibatan P = intervensi dilanjutkan.
keluarga dengan cara yang
tepat

2.
Gangguan pola tidur
1. Menggunakan laporan S:
berhubungan dengan nyeri
dari klien sendiri sebagai 1. Klien mengatakan sudah
akut ditandai
pilihan pertamauntuk lebih baik dan skala nyeri
dengan,pasienmengatakan
mengumpulkan informasi berkurang dari 4 menjadi 2
ketidakpuasan tidur, skala 2. Pasien mengatakan
pengkajian
nyeri skala 4 waktu tidur waktu tidurnya bertambah
2.Meminta klien untuk yang biasanya tidur 3-4
klien 3-4 jam.
menilai nyeri dengan skala jam menjadi 5jam
0-10 O:
3.Mengkajinyeri 1.TD:Tekanan darah
klien,menggunakan kata-kata 160/90 2. Frekuensi nafas
yang sesuai usia dan tingkat 23x/m
perkembangan klien 3. Suhu 37 C
Manajemennyeri: A:
1. Melakukan pengkajian 1. Tujuan tercapai
nyeri secara komprhensif sebagian P:
meliputi 1.Lanjutkan
lokasi,karakteristik,awitan,d intervensi/perencanan untuk
andurasi mengobservasi
frekuensi,kualitas,intensitas ketidaknyamanan klien.
atau keparahan nyeri dan
faktor presipitasinya
2.Mengajarkan penggunaan
tekhnik non farmakologi
(relaksasi, distraksi)
Tindakan kolaborasi:
3.Memberikan analgetik
sesuai program

Anda mungkin juga menyukai