Anda di halaman 1dari 9

BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1 Konsep Teori


1.1.1 Pengertian
Ansietas merupakan hal yang akrab dalam hidup manusia. Ansietas
bukanlah hal yang aneh karena setiap orang pasti pernah mengalami ansietas
dengan berbagai variannya. Ansietas sangat berhubungan dengan perasaan tidak
pasti dan ketidakberdayaan sebagai hasil penilaian terhadap suatu objek atau
keadaan. Keadaan emosi ini dialami secara subjektif, bahkan terkadang objeknya
tidak jelas. Artinya, seseorang dapat saja menjadi cemas, namun sumber atau
sesuatu yang dicemaskan tersebut tidak tampak nyata. Ansietas ini dapat terlihat
dalam hubungan interpersonal.
Ansietas dapat menjadi suatu kekuatan motivasi untuk pertumbuhan dan
perkembangan pada individu yang bersangkutan (Asmadi, 2012). Dapat pula
ansietas menjadi suatu beban berat yang menyebabkan individu tersebut hidupnya
selalu di bawah bayang-bayang ansietas yang terus berkepanjangan. Ansietas
berkaitan dengan stres. Oleh karena ansietas timbul sebagat respons terhadap
stres, baik stres fisiologis rnaupun psikologis. Artinya, ansietas terjadi ketika
seseorang merasa terancam baik secara fisik maupun psikologis. Stres merupakan
bagian yang tidak dapat terelakan dalam hidup manusia. Meskipun demikian, stres
bukanlah merupakan sesuatu yang patologis.
Terlihat jelas bahwa ansietas ini mempunyai dampak terhadap kehidupan
seseorang, baik dampak positif maupun dampak negatif. Apalagi bila ansietas
yang dialami oleh klien yang dirawat di rumah sakit. Berbagai situasi dan kondisi
akan membuatnya semakin cemas. Oleh karenanya perawat sebagai tenaga
kesehatan profesional tidak boleh mengabaikan aspek emosi ini dalam
memberikan asuhan keperawatan.
1.1.2 Teori Ansietas (Asmadi, 2012)
Ansietas merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan
sesuatu di luar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi
permasalahan. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai asal ansietas. Teori
tersebut antara lain:
1. Teori psikoanalisis
Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik yang terjadi antara
dua elemen kepribadian yaitu id dan superego. Id mewakili dorongan insting
dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati

1
nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang.
Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen tersebut, dan fungsi
ansietas adalah mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Teori interpersonal
Dalam pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap penolakan saat berbubungan dengan orang lain. Hal ini juga
dihubungkan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan
dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi
diri oleh orang lain ataupun masyarakat akan menyebabkan individu yang
bersangkutan menjadi cemas. Namun bila keberadaannya diterima oleh
orang lain, maka ia akan merasa tenang dan tidak cemas. Dengan demikian,
ansietas berkaitan dengan hubungan antara manusia.
3. Teori perilaku
Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan hasil frustasi
Ketidakmampuan atau kegagalan dalam mencapai suatu tujuan yang
diinginkan akan menimbulkan frustasi atau keputusasaan. Keputusasaan
inilah yang menyebabkan seseorang menjadi ansietas.
1.1.3 Tingkat Ansietas Dan Karakteristik
Kemampuan individu untuk merespons terhadap suatu ancaman berbeda
satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini berimplikasi terhadap perbedaan
tingkat ansietas yang dialaminya. Respons individu terhadap ansietas beragam
dari ansietas ringan sampai panik (Gambar 1).
Rentang Respons Ansietas

Respons adaptif Respons maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 1 Rentang respons ansietas


Tiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi yang
berbeda satu sama lain (Tabel 1). Manifestasi ansietas yang terjadi bergantung
pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi ketegangan, harga diri,
dan mekanisme koping yang digunakannya.

Tabel 1 Tingkat ansietas dan karakteristik

2
Tingkat Ansietas Karakteristik
Ansietas ringan a. Berhubungan dengan ketegangan dalam peristiwa sehari-
hari.
b. Kewaspadaan meningkat.
c. Persepsi terhadap lingkungan meningkat.
d. Dapat menjadi motivasi positif untuk belajar dan
menghasilkan kreativitas.
e. Respons kognitif: mampu menerima rangsangan yang
kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan
masalah secara efektif, dan terangsang untuk melakukan
tindakan.
f. Respons perilaku dan emosi: tidak dapat duduk tenang,
termor halus pada tangan, dan suara kadang-kadang
meninggi.
Ansietas sedang a. Respons fisiologis: sering nafas pendek, nadi ekstra sistole
dan tekanan darah meningkat, mulut kering, anoreksia,
diare atau konstipasi, sakit kepala, sering berkemih, dan
letih.
b. Respons kognitif: memusatkan perhatiannya pada hal yang
penting dan mengesampingkan yang lain, lapang persepsi
menyempit, dan rangsangan dari luar tidak mampu
diterima.
c. Respons perilaku dan emosi: gerakan tersentak-sentak,
terlihat lebih tegang, bicara banyak dan lebih cepat, susah
tidur, daan perasaan tidak aman.
Ansietas berat a. Individu cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan
mengabaikan hal yang lain.
b. Respons fisiologis: nafas pendek, nadi dan tekanan darah
naik, berkeringat dan sakit kepala, penglihatan berkabut,
serta tampak tegang.
c. Respons kognitif: tidak mampu berfikir berat lagi dan
membutuhkan banyak pengarahan atau tuntunan, serta
lapang persepsi menyempit.
d. Respons perilaku dan emosi: perasaan terancam meningkat
dan komunikasi menjadi terganggu (verbalisasi cepat).
Panik a. Respons fisiologis: nafas pendek, rasa tercekik dan
palpitasi, sakit dada, pucat, hipotensi, serta rendahnya
koordinasi motorik.
b. Respons kognitif: gangguan realitas, tidak dapat berpikir
logis, persepsi terhadap lingkungan mengalami distorsi,
dan ketidakmampuan memahami situasi.
c. Respons perilaku dan emosi: agitasi, mengamuk dan
marah, ketakutan, berteriak-teriak, kehilangan
kendali/kontrol diri (akivitas motorik tidak menentu),
perasaan terancam, serta dapat berbuat sesuatu yang
membahayakan diri sendiri dan/atau orang lain.

1.1.4 Faktor Pencetus Ansietas

3
Faktor yang dapat menjadi pencetus seseorang merasa cemas berasal dari
diri sendiri (faktor internal) maupun dari luar dirinya (faktor eksternal). Namun
demikian pencetus ansietas dapat dikelompokkan ke dalam 2 kategori, yaitu):
1. Ancaman terhadap integritas diri, meliputi ketidakmampuan fisiologis atau
gangguan dalam melakukan aktivitas sehari-hari guna pemenuhan terhadap
kebutuhan dasarnya.
2. Ancaman terhdapa sistem diri, yaitu adanya sesuatu yang dapat mengancam
terhadap identitas diri, harga diri, kehilangan status/peran diri dan hubungan
interpersonal.
1.1.5 Mekanisme Koping terhadap Ansietas
Setiap ada stressor penyebab individu mengalami ansietas maka secara
otomatis muncul upaya untuk mengatasinya dengan berbagai mekanisme koping.
Penggunaan mekanisme koping menjadi efektif bila didukung oleh kekuatan lain
dan adanya keyakinan pada individu yang bersangkutan bahwa mekanisme koping
yang digunakan dapat mengatasi ansietasnya. Sumber koping merupakan modal
kemampuan yang dimiliki individu guna mengatasi ansietas. Ansietas perlu
diatasi untuk mencapai keadaan homeostasis dalam diri individu, baik secara
fisiologis maupun psikologis. Apabila individu tidak mampu mengatasi ansietas
secara konstruktif, maka ketidakmampuan tersebut dapat menjadi peyebab utama
terjadinya perilaku yang patologis.
Secara umum, mekanisme koping terhadap ansietas diklasifikasikan ke
dalam dua kategori yaitu strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)
dan mekanisme pertahanan diri (devence mechanism).
1. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)
Strategi pemecahan masalah bertujuan untuk mengatasi atau
menanggulangi masalah atau ancaman yang ada dengan kemampuan
pengamatan secara realistis. Beberapa contoh strategi pemecahan masalah
yang dapat digunakan antara lain:
a. Meminta bantuan kepada orang lain.
b. Secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai dengan situasi
yang ada.
c. Mencari lebih banyak informasi yang terkait dengan masalah yang
dihadapi, sehingga masalah tersebut dapat diatasi secara realistis.
d. Menyusun beberapa rencana untuk memecahkan masalah.
e. Meluruskan pikiran atau persepsi terhadap masalah.
Sesungguhnya bayangan pikiran yang dimiliki setiap orang memberikan
pengaruh yang besar dalam kehidupan pribadi. Pikiran tersebut mengenai

4
diri sendiri maupun bayangan pikiran mengenai apa yang dilakukan.
Sebab, segala sesuatu yang dilakukan seseorang adalah reaksi langsung
dari apa yang ada dalam pikirannya.
Strategi pemecahan masalah ini secara ringkas dapat digunakan
dengan metode STOP (Source, Trial and error, Others, serta Pray and
patient). Source berarti mencari dan mengidentifikasi apa yang menjadi
sumber masalah. Trial and error berarti mencoba berbagai rencana
pemecahan masalah yang telah disusun. Bila satu metode tidak berhasil, maka
mencoba lagi dengan metode lain. Begitu selanjutnya. Hal yang perlu
dihindari adalah adanya rasa keputusasaan terhadap kegagalan yang dialami.
Others berarti minta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak mampu. Pray
and patient yaitu berdoa kepada Tuhan sebab Dia adalah Zat yang Maha
Mengetahui segala sesuatu yang ada di dunia ini. Dia pula yang memberikan
jalan yang terbaik buat manusia sebab manusia memiliki banyak
keterbatasan. Dengan berdoa, maka hati, jiwa, dan pikiran seseorang akan
menjadi tenteram dan tenang. Juga harus sabar dengan berlapang dada
menerima kenyataan yang ada pada dirinya. Penerimaan terhadap apa yang
ada pada diri akan membuat seseorang menjadi lebih menikmati hidup dan
ringan beban psikologisnya, walaupun dalam pandangan orang lain orang
tersebut berada dalam kehinaan.
2. Mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian ego
yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Beberapa ciri
mekanisme pertahanan diri antara lain:
a. Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya untuk melindungi atau
bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung
mengatasi masalah.
b. Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran. Individu tidak
menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang terjadi.
c. Seringkali tidak berorientasi pada kenyataan.

Tabel 2 berikut ini merupakan mekanisme pertahanan diri yang sering


digunakan.

5
Jenis
Mekanisme Uraian
Pertahanan Diri
Denial Menghindar atau menolak untuk melihat kenyataan yang
tidak diinginkan dengan cara mengabaikan atau menolak
kenyataan tersebut. Misalnya, individu yang telah terdeteksi
secara akurat mengidap AIDS, maka dia mengatakan bahwa
dirinya hanya sakit flu biasa. Penyangkalan terhadap
kenyataan merupakan pembelaan ego yang paling sederhana
dan primitif.
Proyeksi Menyalahkan orang lain mengenai ketidakmampuan
pribadinya atas kesalahan yang ia perbuat. Mekanisme ini
digunakan untuk menghindari celaan dan hukuman yang
mungkin akan ditimpakan pada dirinya. Akan tetapi,
mekanisme pembelaan diri ini tidak realitis. Mislanya,
seorang mahasiswa yang tidak lulus ujian, ia mengatakan
bahwa dirinya tidak lulus karena dosennya sentiment
terhadap dirinya.
Represi Menekan ke alam tidak sadar dan sengaja melupakan
terhadap pikiran, perasaan, dan pengalaman yang
menyakitkan. Individu yang menggunakan mekanisme
represi sebenarnya menipu diri sendiri. Sebab, ia hanya
melindungi dirinya dari masalah yang sebenarnya dapat
diatasi secara lebih realistis. Misalnya, seorang remaja yang
diputuskan cintanya oleh kekasihnya, maka ia sengaja
melupakan. Setiap ada orang yang menanyakan, ia selalu
menjawab dengan perkataan: “Sudahlah tidak usah
menanyakan itu lagi”
Regresi Kemunduran dalam hal tingkah laku yang dilakukan
individu dalam menghadapi stress. Misalnya, pengantin baru
yang lari pulang ke rumah orang tuanya masing-masing
karena mengalami masalah dalam rumah tangganya. Dalam
regresi, secara tidak sadar, individu mencoba lagi
berperilaku seperti anak kecil, bergantung kepada orang lain,
dan tidak mau berpikir.
Rasionalisasi Berusaha memberikan alasan yang masuk akal terhadap
perbuatan yang dilakukannya. Padahaln perbuatan yang
dilakukannya sebenarnya tidak baik. Namun, ia berusaha
agar perbuatan/perilakunya dapat diterima. Misalnya,
mahasiswa yang terlambat datang ujian mengatakan bahwa
di jalan macet total. Rasionalisasi mempunyai dua segi
pembelaan yaitu:
a. Membantu kita membenarkan yang kita lakukan.
b. Menolong kita mengurangi kekecewaan yang
berhubungan dengan cita-cita tidak tercapai.
Fantasi Keinginan yang tidak terkabul dipuaskan dalam imajinasi
yang diciptakan sendiri dan merupakan situasi yang
berkhayal/berfantasi. Misalnya, seorang mahasiswa yang
kurang pandai, lalu berfantasi mendapat nilai cum laude.
Fantasi dapat menjadi produktif ataupun bahkan sebaliknya.
Fantasi yang produktif dapat menjadi motivasi yang kuat
dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan fantasi yang
nonproduktif bersifat hanya untuk memuaskan khayalan
sebagai pengganti kekurangan, tetapi tidak menimbulkan
motivasi untuk berprestasi.

6
Jenis
Mekanisme Uraian
Pertahanan Diri
Displacement Memindahkan perasaan yang tidak menyenangkan dari
seseorang atau objek ke orang atau objek lain yan biasanya
lebih kurang berbahaya daripada semula. Misalnya, tidak
lulus ujian langsung membanting dan membuang buku-
bukunya.
Displacement tidak meuelesaikan masalah. Bahkan dapat
menciptakan masalah baru, misalnya seorang pegawai yang
melampiaskan eosinya ke istrinya waktu dikantor dimarai
pemipinnya.
Undoing Tindakan atau kominikasi tertentu yang bertujuan
menghapuskan atau meniadakan tindakan sebelumnya.
Misalnya, meminta maaf.
Reaction Mengembangkan pola sikap dan perilaku tertentu yang
formation disadari, tetapi berlawanan dengan perasaan dan
keinginannya. Misalnya, seorang lelaki yang mencintai
seorang perempuan. Lalu ditanya oleh temannya, ia
menjawab: “Saya benci dengan gadis itu.”
Kompensasi Menutupi kekurangan dengan meningkatkan kelebihan yang
ada pada dirinya. Misalnya, mahasiswa yang kemampuan
belajarnya kurang lalu menekuni musik karena musik
merupakan kelebihannya.
Sublimasi Penyaluran rangsangan/nafsu yang tidak tercapai ke dalam
kegiatan lain yang bisa diterima oleh masyarakat. Misalnya,,
seseorang yang senang berkelahi lalu disalurkan ke dalam
bentuk olahraga tinju.
Tabel 2 Jenis-jenis mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
1.1.6 Diagnosa, Intervensi, dan Implementasi Keperawatan Klien dengan
Ansietas
1. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan; ancaman
perubahan status kesehatan
Tujuan: Pasien menyatakan peningkatan kenyamanan psikologis dan
fisiologis.
Batasan Karakteristik: Gelisah, sering bertanya mengenai penyakit
maupun program terapi.
Kriteria Hasil:
a) Mampu menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas.
b) Ekspresi wajah rileks menunjukkan berkurangnya kecemasan.
Dapat dihubungkan dengan: Kurang pengetahuan (ancaman status
kesehatan)

Intervensi:
a) Kaji tingkat pengetahuan pasien.

7
R: Mengetahui kemampuan pasien seberapa dapat menerima
informasi.
b) Berikan support pada pasien.
R: Dapat meningkatkan harapan pasien dalam menerima penyakitnya.
a) Berikan informasi secara tertulis mengenai penyakit (memberikan
health education tentang program penurunan berat badan, aktivitas
yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan, olahraga yang
boleh dilakukan, misalnya: berenang dan bersepeda dan olahraga yang
tidak boleh dilakukan).
R: Menambah pengetahuan pasien sehingga menunjang proses
penyembuhan pasien.
c) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian anti sedative.
R: Pemberian anti sedative dapat membantu pasien mengurangi nyeri,
masalah, sehingga dapat tidur atau istirahat.

DAFTAR PUSTAKA

8
Asmadi. (2012). Teknik Prosedural Keperawatan: Konsep dan Aplikasi
Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika

Huda Nurarif Amin Kusuma Hardhi.(2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA. Mediaction Publishing:
Jogjakarta

Somantri, Irman. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Salemba Medika: Jakarta

Tarwoto. (2011). Kebutuhan Dasar Anusia Dan Proses Keperawatan. Salemba


Medika: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai