Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEPERAWAN JIWA PADA KLIEN DENGAN KECEMASAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa

Program Profesi Ners angkatan X

Dosen Pembingbing : Eldessa Vava Rilla, S.Kep.,Ners.,M.Kep

Disusun Oleh:

Fuzi Nurul Muttaqiin

KHGD20076

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARSA HUSADA GARUT

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2020


KECEMASAN

A. Pengertian

Ansietas adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau
tidak nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam. Ansietas adalah
perasaan tidak nyaman atau khawatir yang samar disertai respon otonom (sumber
sering kali tidak spesifik atau tidak diketahui individu); perasaan takut yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat
kewaspadaan yang memperingatkan individu akan adanya bahaya dan
memampukan individu untuk bertindak menghadapi ancaman (NANDA,2018).

Ansietas merupakan keadaan ketika individu atau kelompok mengalami


perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam
berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2007).

B. Proses terjadinya masalah


a. Faktor Predisposisi
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
1. Dalam pandangan psikoanalitik, ansietas adalah konflik emosional yang
terjadi antara dua elemen kepribadian, id dan superego. Id mewakili
dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan superego
mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma –
norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi
hambatan dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah
mengingatkan ego bahwa ada bahaya.
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan takut
terhadap tidak adanya penerimaan dari hubungan interpersonal.
Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan, trauma seperti
perpisahan dan kehilangan, sehingga menimbulkan kelemahan spesifik.
Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
3. Menurut pandangan perilaku ansietas merupakan produk frustasi yaitu
segala produk yang nebgganggu kemampuan seseorang untuk mencapai
tujuan yang diinginkan. Daftar tentang pembelajaran meyakini bahwa
individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada
ketakutan yang berlebihann lebih sering menunjukkan ansietas pada
kehidupan selanjutnya.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal
yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam
gangguan ansietas dan antara gangguan ansietas dengan depresi.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus
benzodiazepine. Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas
penghambat dalam aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga
mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis
berhubungan dengan ansietas sebagaimana halnya endorfin. Selain itu
telah dibuktikan kesehatan umum seseorang mempunyai akibat nyata
sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai
dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang
untuk mengatasi stressor.
b. Faktor Presipitasi
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal.
Stressor pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
1. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari - hari. Ancaman terhadap sistem diri
seseorang dapat membahayakan identitas, harga diri dan fungsi sosial
yang terintegrasi seseorang.
Pohon Masalah Ansietas

Core Problem
Gangguan perilaku : kecemasan
Risiko mencederai diri sendiri,

Koping individu tak efektif


orang lain dan lingkungan

Stressor
c. Rentan Respon Kecemasan
1. Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-
hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan
lahan persepsinya. Ansietas menumbuhkan motivasi belajar serta
menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.
2. Ansietas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian
pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga
seseorang mengalami perhatian yang selektif tetapi dapat melakukan
sesuatu yang lebih terarah.
3. Ansietas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Adanya
kecenderungan untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik
dan tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk
mengurangi ketegangan. Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan
untuk dapat memusatkan pada suatu area lain.
4. Tingkat panik dari ansietas berhubungan dengan ketakutan dan merasa
diteror, serta tidak mampu melakukan apapun walaupun dengan
pengarahan. Panik meningkatkan aktivitas motorik, menurunkan
kemampuan berhubungan dengan orang lain, persepsi menyimpang, serta
kehilangan pemikiran rasional.

Rentang Respon Ansietas (Stuart, 2007)

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Ringan Sedang Berat Panik

C. Data yang perlu dikaji


a. Faktor Predisposisi
Dalam pandangan psikoanalitis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadian : id dan superego. Menurut
pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasan takut terhadap
ketidaksetujuan dan penolakan interpersonal. Ansietas juga berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan, yang
menimbulkan kerentanan tertentu. Menurut pandangan perilaku, ansietas
merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan individu untuk mencapai tujuan yang diinginkan Kajian
keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas biasanya terjadi dalam
kelurga. Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi

Psikososial:

Konsep diri:
1) Gambaran diri : wajah tegang, mata berkedip-kedip, tremor,
gelisah, keringat berlebihan.
2) Identitas : gangguan ini menyerang wanita daripada pria serta
terjadi pada seseorang yang bekerja dengan sressor yang berat.
3) Peran : menarik diri dan menghindar dalam keluarga / kelompok /
masyarakat.
4) Ideal diri : berkurangnya toleransi terhadap stress, dan
kecenderungan ke arah lokus eksternal dari keyakinan kontrol.
5) Harga diri : klien merasa harga dirinya rendah akibat ketakutan
yang tidak rasional terhadap objek, aktivitas atau kejadian tertentu.

D. Diagnosa Keperawatan
E. Kecemasan

F. Rencana tindakan keperawatan

Tindakan Keperawatan untuk Pasien

1. Tujuan
a. Pasien mampu mengenal ansietas.
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi.
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi untuk
mengatasi ansietas.
2. Tindakan keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar


pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi. Tindakan yang harus
dilakukan dalam membina hubungan saling percaya adalah sebagai berikut.

1) Mengucapkan salam terapeutik.


2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat setiap kali bertemu pasien.
b. Bantu pasien mengenal ansietas.
1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya.
2) Bantu pasien menjelaskan situasi yang menimbulkan ansietas.
3) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas.
4) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas.
c. Ajarkan pasien teknik relaksasi untuk meningkatkan kontrol dan rasa
percaya diri.
1) Pengalihan situasi.
2) Latihan relaksasi dengan tarik napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan
3) otot-otot.
4) Hipnotis diri sendiri (latihan lima jari).
d. Motivasi pasien melakukan teknik relaksasi setiap kali ansietas muncul.

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Psikososial: Kecemasan


Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan:
a. Keluarga mampu mengenal masalah ansietas pada anggota keluarganya.
b. Keluarga mampu memahami proses terjadinya masalah ansietas.
c. Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami ansietas.
d. Keluarga mampu mempraktikkan cara merawat pasien dengan ansietas.
e. Keluarga mampu merujuk anggota keluarga yang mengalami ansietas.
2. Tindakan keperawatan
a. Diskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
b. Diskusikan tentang proses terjadinya ansietas serta tanda dan gejala.
c. Diskusikan tentang penyebab dan akibat dari ansietas.
d. Diskusikan cara merawat pasien dengan ansietas dengan cara mengajarkan
teknik relaksasi.
1) Mengalihkan situasi.
2) Latihan relaksasi dengan napas dalam, mengerutkan, dan
mengendurkan otot.
3) Menghipnotis diri sendiri (latihan lima jari).
e. Diskusikan dengan keluarga perilaku pasien yang perlu dirujuk dan
bagaimana merujuk pasien.

G. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Intervensi Generalis Pada Pasien


a. Tujuan Umum
1) Pasien mampu membina hubungan saling percaya
2) Pasien mampu mengenali dan mengekspresikan emosinya.
3) Pasien mampu memodifikasi pola kognitif yang negatif
4) Pasien mampu berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang
berkenaan dengan perawatannya sendiri.
5) Pasien mampu termotivasi untuk aktif mencapai tujuan yang realistis.

b. Tindakan Keperawatan
SP1 Pasien: Assesmen ketidak berdayaan dan latihan berpikir positif
1) Bina hubungan saling percaya
a. Mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri, panggil pasien sesuai nama
panggilan yang disukai
b. Menjelaskan tujuan
interaksi: melatih pengendalian ketidakberdayaan agar proses
penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan
pengendalian ketidakberdayaan
3) Bantu pasien mengenal ketidakberdayaan:
a) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan menguraikan
perasaannya.
b) Bantu pasien mengenal penyebab ketidakberdayaan
c) Bantu klien menyadari perilaku akibat ketidakberdayaan
d) Bantu Bantu klien untuk mengekspresikan perasaannya dan
identifikasi area-area situasi kehidupannya yang tidak berada
dalam kemampuannya untuk mengontrol
e) Bantu klien untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap ketidak berdayaannya
f) Diskusikan tentang masalah yang dihadapi klien tanpa
memintanya untuk menyimpulkan
g) Identifikasi pemikiran yang negatif dan bantu untuk menurunkan
melalui interupsi atau subtitusi
h) Bantu pasien untuk meningkatkan pemikiran yang positif
i) Evaluasi ketepatan persepsi, logika dan kesimpulan yang dibuat
pasien
j) Identifikasi persepsi klien yang tidak tepat, penyimpangan dan
pendapatnya yang tidak rasional
4) Latih mengembangkan harapan positif (afirmasi positif)

SP2 Pasien: Evaluasi ketidakberdayaan, manfaat mengembangkan


harapan positif dan latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan
1) Pertahankan rasa percaya pasien
a. Mengucapkan salam
dan memberi motivasi
b. Asesmen ulang
ketidakberdayaan dan kemampuan mengembangkan pikiran
postif
2) Membuat kontrak ulang: latihan mengontrol perasaan
ketidakberdayaan
3) Latihan mengontrol perasaan ketidakberdayaan melalui peningkatan
kemampuan mengendalikan situasi yang masih bisa dilakukan pasien
(Bantu klien mengidentifikasi area-area situasi kehidupan yang dapat
dikontrolnya. Dukung kekuatan – kekuatan diri yang dapat di
identifikasi oleh klien) misalnya klien masih mampu menjalankan
peran sebagai ibu meskipun sedang sakit.

Intervensi Generalis pada Keluarga


a. Tujuan:

1) Keluarga mampu mengenal masalah ketidakberdayaan pada anggota


keluarganya
2) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan
3) Keluarga mampu memfollow up anggota keluarga yang mengalami
ketidakberdayaan

b. Tindakan keperawatan pada keluarga


1) Mendiskusikan kondisi pasien: ketidakberdayaan, penyebab, proses
terjadi, tanda dan gejala, akibat
2) Melatih keluarga merawat ketidakberdayaan pasien
3) Melatih keluarga melakukan follow up

SP1 Keluarga: Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat:


1) Bina hubungan saling percaya
a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ketidakberdayaan
pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan lebih cepat
2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara
merawat ketidakberdayaan pasien
3) Bantu keluarga mengenal ketidakberdayaan:
1. Menjelaskan ketidakberdayaan, penyebab, proses terjadi, tanda
dan gejala, serta akibatnya
2. Menjelaskan cara merawat ketidakberdayaan pasien: membantu
mengembangkan motivasi bahwa pasien dapat mengendalikan
situasi dan memotivasi cara afirmasi positif yang telah dilatih
perawat pada pasien
3. Sertakan keluarga saat melatih afirmasi positif

SP 2 Keluarga: Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara latihan


mengontrol perasaan ketidakberdayaan dan follow up

1) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan salam,


menanyakan peran keluarga merawat pasien & kondisi pasien
2) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat dan follow up
3) Menyertakan keluarga saat melatih pasien latihan mengontrol
perasaan tidak berdaya
4) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah, follow up dan
kondisi pasien yang perlu dirujuk (klien tidak mau terlibat dalam
perawatan diri) dan cara merujuk pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A., Helena, N.C.D., dan Farida, P. 2007. Manajemen Keperawatan


Psikosisial dan Kader Kesehatan Jiwa: CMHN (Intermediate Courese).Jakarta:
EGC.

Stuart dan Laraia. 2005. Principles and Pratice of Psychiatric Nursing, 8thEdition.
St. Louis: Mosby.

Stuart, G. W, dan Sundeen, S. J. 2002.Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 3.


Jakarta: EGC.

Suliswati, dkk. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Varcarolis. 2006. Fundamentalis of Psychiatric Nursing Edisi 5. St.Louis; Elsevier

Anda mungkin juga menyukai