Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

ANSIETAS

OLEH

RUDY, S. Kep
NIM: R 014172054

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

( ) (Akbar Haris, S. Kep., Ns., PMNC, MN)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2018
LAPORAN PENDAHULUAN
ANSIETAS

A. Defenisi
Kecemasan atau ansietas merupakan reaksi emosional terhadap penilaian
individu yang subyektif dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan tidak diketahui secara
khusus penyebabnya. Ansietas adalah suatu perasaan tidak santai yang samar-samar
karena ketidaknyamanan atau rasa takut yang disertai suatu respons (sumber seringkali
tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); suatu perasaan takut akan terjadi
sesuatu yang disebabkan oleh antisipasi bahaya. Ini merupakan sinyal yang
menyadarkan bahwa peringatan tentang bahaya yang akan datang dan memperkuat
individu mengambil tindakan menghadapi ancaman.
Kecemasan memiliki nilai yang positif. Menurut Stuart dan Laraia (2005) aspek
positif dari individu berkembang dengan adanya konfrontasi, gerk maju perkembangan
dan pengalaman mengatasi kecemasan. Tetapi pada keadaan lanjut perasaan cemas
dapat mengganggu kehidupan seseorang. Ansietas merupakan istilah yang sangat akrab
dengan kehidupan sehari-hari yang menggambarkan keadaan khawatir, gelisah yang
takmenentu, tidak tenteram, kadang disertai berbagai keluhan fisik.
Ansietas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan
emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kondisi dialami secara subyektif dan
dikomunikasikan dalam hubungan interpersonal. Ansietas berbeda dengan rasa takut,
yang merupakan penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Kapasitas
untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat ansietas yang
parah tidak sejalan dengan kehidupan.

B. Rentang Respon
Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan maladaptive
seperti terlihat pada gambar berikut ini

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik


Respon Adaptifa dalah suatu keadaan dimana terjadi stressor dan bila individu
mampu untuk menghambat dan mengatur hal tersebut, maka akan menghasilkan hal
yang positif.
Hal positif tersebut antara lain :
1. Dapat memecahkan masalah dan konflik.
2. Adanya dorongan untuk termotivasi.
3. Terjadinya peningkatan prestasi.
Respon Maladaptif adalah suatukeadaan dimana tidak terjadi pertahanan perilaku
individu secara otomatis terhadap ancaman kecemasan. Apabila terjadi ancaman
terhadap individu, kemudian individu tersebut menggunakan respon adaptif, maka ia
dapat beradaptasi terhadap ancaman tersebut dengan demikian maka kecemasan tidak
terjadi. Tetapi apabila menggunakan respon maladaptif, maka yang akan terjadi adalah
individu akan menggalami kecemasan secara bertahap, mulai dari sedang, ketingkat
berat dan akhirnya menjadi panik.

C. Tingkat Ansietas
Beberapa teori membagi ansietas menjadi 4 tingkat :
1. Ansietas Ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari
dan menyebabkan seorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.
Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Adapun batasan karakteristik kecemasan ringan, yaitu:
a. Agak tidak nyaman
b. Gelisah
c. Insomnia ringan
d. Perubahan nafsu makan
e. Peka
f. Pengulangan pertanyaan
g. Perilaku mencari perhatian
h. Peningkatan kewaspadaan
i. Peningkatan persepsi dan pemecahan masalah
j. Mudah marah
k. Fokus pada masa datang
l. Gerakan tidak tenang.
2. Ansietas Sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Adapun batasan
karakteristik dari kecemasan sedang :
a. Perkembangan dari kecemasan ringan
b. Perhatian terpilih pada lingkungan
c. Konsentrasihanya pada tugas-tugas individu
d. Ketidaknyamanan subjek sedang
e. Suara bergetar
f. Perubahan dalam nada suara
g. Takipnea
h. Takikardi
i. Peningkatan ketegangan otot
3. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berpikir
tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang
tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada suatu
area lain. Adapun batasan karakteristik dari kecemasan berat adalah :
a. Perasan terancam
b. Ketegangan otot berlebihan (kepala, spasme otot)
4. Tingkat Panik dari Ansietas
Tingkat dari kecemasan berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan
teror. Rincian terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali,
orang yang mengalami panic tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan
dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang
rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan, jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat
bahkan kematian.
Batasan karakteristik dari panika dalah :
a. Hiperaktivitas atau imobilisasi berat.
b. Rasa terisolasi yang ekstrim
c. Kehilangan identitas, disintegrasi kepribadian.
d. Sangat goncang dan otot tegang
e. Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
f. Perilaku kacau dalam usaha melarikan diri
g. Menyerang.

D. Pohon masalah

Gangguan pola tidur


Akibat

Masalah
Ansietas
Utama
Resiko regimen terapeutik
Ketidakberdayaan inefektif

Etiologi Gangguan konsep diri : HDR Defisit pengetahuan

Koping individu inefektif Perubahan status kesehatan

E. Pengkajian Pada Klien Ansietas


1. Faktor predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas adalah :
a. Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud struktur kepribadian terdiri dari tiga elemen,
yaitu id, ego, dan superego. Id melambangkan dorongan insting dan impuls
primitif. Superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan
oleh norma-norma budaya seseorang, sedangkan ego atau aku digambarkan
sebagai mediator antara tuntutan dari id dan superego. Menurut teori
psikoanalitik, ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara id
dan superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya
yang perlu diatasi.
b. Teori interpersonal
Ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini
juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti kehilangan,
perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi tidak berdaya. Individu
yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah untuk
mengalami ansietas yang berat.
c. Teori prilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas merupakan sesuatu
dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk menghindarkan rasa
sakit. Teori ini meyakini bahwa individu yang pada awal kehidupannya
dihadapkan pada rasa takut berlebihan akan menunjukkan kemungkinan
ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.
d. Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan
hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
e. Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor
khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin membantu mengatur
ansietas. Selain itu kesehatan umum seseorang mempunyai predisposisi
terhadap ansietas. Ansietas mungkin disertai dengan gangguan fisik dan
selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi ansietas dapat diklasifikasikan dalam dua jenis :
a. Ancaman terhadap integritas biologik
Merupakan ancaman terhadap kebutuhan dasar manusia, seperti
kebutuhan akan makanan, minuman, dan perumahan. Hal ini merupakan
faktor umum penyebab ansietas.
b. Ancaman terhadap rasa aman
Hal ini sulit digolongkan karena manusia unik. Ancaman keamanan
diri meliputi ; (1) tidak tercapainya harapan, (2) tidak terpenuhinya
kebutuhan akan status, (3) rasa bersalah atau pertentangan antara keyakinan
diri dan prilaku, (4) tidak mampu untuk mendapatkan penghargaan dari
orang lain.
3. Pengkajian pada ansietas juga dilakukan pada tiga aspek yaitu:
a. Aspek Fisiologis
Observasi status fisiologi klien dilakukan dengan mengidentifikasi
respon sistem saraf otonom, khususnya saraf simpatik. Klien dengan
ansietas mungkin terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah,
susah bernafas, rasa tercekik, mulut kering, rasa kembung pada perut dan
nyeri, berkeringat pada telapak tangan dan tremor. Pada pemeriksaan
laboratorium didapatkan peningkatan fungsi adrenal, peningkatan glukosa
dan menurunnya fungsi paratiroid, tingkat oksigen dan kalsium.
b. Aspek kognitif
Pengkajian pada fungsi kognitif mungkin didapatkan : susah untuk
berkonsentrasi, menurunnya lapang persepsi, kurang perhatian terhadap hal
yang kecil atau susah untuk memfokuskan fikiran. Pada tingkat ansietas
ditentukan oleh luasnya gangguan pada fungsi kognitif.
c. Aspek emosi atau prilaku
Gangguan pada aspek emosi atau prilaku antara lain : mudah
tersinggung, marah, menarik diri, merasa tidak berdaya, dan mudah
menangis. Pengkajian pada reaksi afektif didapatkan dari keluhan klien.
Klien mungkin menceritakan bahwa dirinya merasa gugup yang luar biasa,
tegang, ketakutan, dan bingung.Ansietas dapat diekspresikan langsung
melalui perubahan fisiologis dan perilaku secara tidak langsung melalui
timbulnya gejala atau mekanisme koping dalan uapaya mempertahankan
diri dari ansietas. Intensitas dari perilaku akan meningkat sejalan dengan
peningkatan ansietas.
1) ResponfisiologiterhadapAnsietas
Sistem Tubuh Respon
Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Kardiovaskuler Rasa mau pingsan
Pingsan
Tekanan darah menurun
Denyut nadi menurun
Napas cepat
Napas pendek
Pernapasan Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengkakan pada tenggorok
Terengah-engah
Refleks meningkat
Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Neuromuskular Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal
Kehilangan nafsu makan
Gastrointestinal Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen
Mual
Rasa terbakar pada jantung
Diare
Traktus urinarius Tidak dapat menahan kencing
Sering berkemih
Wajah kemerahan
Berkeringan setempat (telapak tangan)
Gatal
Kulit Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh

2) Respon perilaku, kognitif dan afektif terhadap ansietas


Sistem Respon
Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Perilaku Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan
interpersonal
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindar
Hiperventilasi
Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Kognitif Bidang persepsi menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Afektif Ketakutan
Ketakutan/ Gugup
Gelisah /Teror
Alarm

4. Sumber Koping
Individu dapat mengatasi stress dan ansietas dengan menggerakan sumber
koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomik,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan social dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress
dan mengadopsi strategi koping yang berhasil.

5. MekanismeKoping
Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai kemampuan
mengatasi ansietas secara konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya
perilaku patologis. Pola yang cenderung digunakan seseorang untuk mengatasi
ansietas ringan cenderung tetap dominan ketika ansietas menghebat. Ansietas
tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa pemikiran yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistic tuntutan situasi
stres.
 Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah atau mengatasi
hambatan pemenuhan kebutuhan.
 Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun psikologik
untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.
 Perilaku kompromi digunakan untuk mengubah cara seseorang
mengoperasikan, mengganti tujuan, atau mengorbankan aspek
kebutuhan personal seseorang.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan
sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan
respon maladaptive terhada pstres.

F. Penanganan
Yang pertama yang harus dilakukan pada pasien adalah edukasi pasien untuk
mengatasi panik dan ansietas. Pasien dicoba untuk dapat menghilangkan gejala ansietas
dengan berbagai cara. Cara yang mudah adalah relaksasi, latihan nafas, hipnosis,
desensitisasi, latihan fisik yang sedang (jangan latihan berat), seperti jalan 3 – 4 km
sehari. Selain itu pasien harus ditingkatkan rasa percaya diri. Pengobatan ini merupakan
terapi tambahan dan bukan substitusi dari terapi farmakologik. Satu hal yang penting
adalah bahwa pengobatan non farmakologik sendiri, tanpa pengobatan farmakologik
kurang khasiatnya.
KONSEP KEPERAWATAN

A. Pengkajian
Pengkajian di tujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui
gejala ataumekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. Menurut stuart
da sundden data fokus yang perlu dikaji ada klien yang mengalami kecemasan adalah
sebagai berikut.
a. Perilaku
b. Faktor predisposisi
c. Faktor prepitasi
d. Sumber koping
e. Mekanisme koping

B. Tanda dan Gejala Ansietas


Pasien datang ke pelayanan kesehatan atau ke psikiatri biasanya mengeluh trias-
ansietas,yaitu ;
1. Rasa cemas hari depan tak menentu,
2. Over aktifitas, dan
3. Perasaan tegang dan takut.

C. Masalah Keperawatan
Ansietas

D. Diagnosa Keperawatan
1. Cemas tingkat berat/Panik
Tujuan yang diharapakan:
Klien terlindung dari bahaya, Klien dapat menyesuaikan dengan lingkungan
barunya, Klien dapat mengikuti aktifitas yang telah dijadwalkan, Klien dapat
mengalami kesembuhan dengan berkurangnya tanda gejala.
Rencana tindakan keperawatan
a. Lindungi klien dari bahaya, Bina hubungan terapeutik : terima terlebih
dahulu kehendaknya dan beri dukungan klien dari pada melawan
Kenalkan realitas nyeri yang berhubungan dengan mekanisme koping
Jangan fokuskan pada fobia, ritual atau keluhan fisik.
b. Beri umpan balik tentang : perilaku stress, penilaian stresor dan sumber
koping Perkuat ide bahwa kesehatan fisik Berhubungan dengan kesehatan
emosi Kemudian mulailah membuat batasan perilaku maladaptif klien
dengan cara mendukung.
c. Modifikasi lingkungan yang dapat mengurangi kecemasan Lakukan cara
yang tenang kepada klien Kurangi stimulasi lingkungan
Batasi interaksi pasien dengan orang lain, untuk meminimalkan menularnya
cemas pada orang lain. Identifikasi dan modifikasi situasi yang
mempengaruhi kecemasan Berikan tindakan yang dapat mendukung fisik,
seperti; mandi hangat, massage.
d. Dorong klien melakukan aktifitas yang telah dijadwalkan Dukung klien
untuk beraktifitas dengan berbagi kegiatan seperti membersihkan ruangan,
merawat taman selanjutnya berikan penguatan perilaku produktif secara
social Berikan beberapa jenis latihan fisik seperti; senam, relaksasi.
Bersama-sama klien untuk membuat jadwal kegiatan Libatkan keluarga
atau sismtem pendukung lainnya yang memungkinkan.
e. Kolaborasi pemberian obat-obat anti ansietas untuk menurunkan gejala
gejala cemas berat Kolaborasi pemberian obat anti ansietas, Amati efek
samping obat.
2. Cemas sedang
Cemas tingkat sedang
Tujuan Umum
Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas, Klien dapat mengenali penyebab
cemas, Klien dapat menguraikan respon koping adaptif dan mal-adaptif, Klien
dapat melaksanakan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas.
Rencana Tindakan Keperawatan
a. Identifikasi perasaan cemas
1) Bina hubungan saling percaya
2) Bantu klien mengidentifikasi dan menguraikan perasaannya
3) Monitor adakah kesesuaian perilaku dengan perasaan
4) Validasi pasien tentang perasaan cemasnya semua perubahan dari
asumsi yang ada Gunakan pertanyaan terbuka , kaitkan perilaku klien
dengan perasaan klien
5) Lakukan konfrontasi suportif secara bijaksana. (jika perlu).
b. Kenali penyebab kecemasan klien
1) Bantu klien untuk menggambarkan situasi dan interaksi yang
mendahului cemas. Tinjau penilaian klien terhadap; stresor; nilai-nilai
yang terancam; timbulnya konflik. Hubungkan pengalaman klien
sekarang dengan masa lalu
2) Dorong klien untuk menguraikan cara koping adaptif. Gali bagaimana
klien mengatasi cemas dimasa lalu dan bagaimana tindakan yang
dilakukan. Tunjukan efek distruktif dari koping mal-adaptif. Dorong
klien untuk melakukan koping adaptif yang efektif. Beri tanggung
jawab klien. Bantu klien menilai kembali : nilai, sifat dan arti stressor.
Diskusikan dengan klien manfaat manfaat berhubungan dan akibat
kita tidak berhubungan.
3) Bantu klien melakukan 2 respon adaptif untuk mengatasi cemas.
Bantu klien mengidentifikasi cara untuk membangun kembali :
pikiran positif; perilaku adaptif, penggunaan sumber-sumer koping,
dan menguji respon koping yang baru.
4) Beri dorongan untuk melakukan aktifitas fisik dalam menyalurkan
energi. Libatkan orang terdekat sebagai sumber koping/dukungan
social. Ajarkan latihan relaksasi untuk meningkatkan pengendalian
diri, relevansi diri serta mengurangi stress.

E. Pelaksanaan
Pelaksanaan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan
1. Evaluasi Subyektif
 Klien merasa nyaman dalam menjalani perawatan
 Klien secara bertahap dapat menerima dirinya
2. Evaluasi Objektif
Klien berubah perilakunya,tidak tampak ada gejala marah atau agresif
Klien dapat memulai percakapan.
DAFTAR PUSTAKA

Copel. (2007).Kesehatan Jiwa Dan Psikiatri.Jakarta: EGC.

Hawari, D. (2008). Manajemen Stress Cemas Dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Keliat,B.A. (2010). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Stuart, G.W.& Sundden. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed. 5. Jakarta: EGC.

Suliswati. (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Townsend, M.C. (1998). Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri: Pedoman


Untuk Pembuatan Rencana Keperawatan. Jakarta: EGC.

Videbek. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai