Anda di halaman 1dari 33

9

BAB 11
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kecemasan

2.1.1 Definisi

Ansietas adalah kekhawatirran yang tidak jelas dan menyebar,

yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Ansietas berbeda dengan gangguan ansietas. Ansietas (cemas)

adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat

dibenarkan yang disertai dengan gejala psiologis, sedangkan pada

gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan

gangguan fungsi yang disebabkan oleh kecemasan tersebut.1

Respons yang timbul karena ansietas yaitu khawatir, gelisah,

tidak tenang dan dapat disertai disertai dengan keluhan fisik. Kondisi

dialami secara subjektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal. Ansietas berbeda dngan rasa takut yang mrupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya. Ansiets adalah

respons emosiaonal terhadap penilaian tersebut yang peneybabnya tidak

diketahui. Sedangkan rasa takut mempunyai penyebab yang jelas dan

dapat dipahami.kapasistas kecemasan diperlukan bertahan hidup, tetapi

tingkat ansietas yang parah tidak sejalan dengan kehidupan.


1
Teguh purwanto, , 2015. buku ajar keperawatan jiwa pustaka pelajar, yogyakarta, hml 48
10

2.1.2 Tingkat Kecemasan

Kecemasan dapat digolongkan menjadi beberapa tingkat

kecemasan yatu:2

1) Ansietas ringan, berhubunan dengan keteganga dalam kehidupan

sehari-hari; ansietas pada tingkat ini menyebabkan seseorang menjadi

waspada dan meningkatkan lahar persepsinya. Ansietas ini dapat

memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

2) Ansietas sedang, memungknkan seseorang untuk memusatkan pada

hal yang penting dan mengesampingkan yang lain. Sehingga

seseorang mengalami tidak perhatian yang selektifnamun dapat

melakukan sesuatu yang lebih banyak jika diberi arahan.

3) Ansietas berat, sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Individu

cenderung untuk berfokus pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta

tidak dapat berpikir tentang yang lain. Semua prilaku ditunjukan

untuk mengurangi ketegangan. Imdividu tersebut memerlukan banyak

pengrahan untuk dapat berfokus pada suatu area lain.

4) Tingkat panik dan ansietas berhubungan dengan terperangah,

ketakutan dan teror. Karena mengalami kehilangan kendali, individu

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun

dengan pengarahan. Panik merupakan disorganisasi kepribadian dan

terjadi peningkatan aktivis motorik, menurunnya kemampuan

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan

2
Ibid hlm 49
11

kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat ansietas ini tidak sejalan

dengan kehidupan, jikan berlangsung terus dalam waktu yang lama

dapat terjadi kelelahan bahkan kematian.

2.1.3 Proses Terjadinya Kecemasan

2.1.3.1 Faktor Predisposisi

Berbagai teori yang dikembangkan untuk menjelaskan

penyebab ansietas, teori tersebut antara lain :3

1) Teori Psikoanalatik

Dikemukakan oleh Sigmund Freud , ansietas adalah konflik

emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian id dan

super ego. Id mewakili dorongan insting dan implus primitif

indivdu, sedangkan super ego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya

individu. Ego atau Aku, berfungsi mediator antara tuntutnan id

dan super ego. Menurut teori psikonalitik ansietas merupakan

konflik emosional yang terjadi anatar id dan super ego, yang

berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu bahaya yang

perlu diatasi.

2) Teori Interpersonal

Teori yang dikemukakan oleh Sullivan ansietas timbul dari

perasaan takut dari tidak adanya penerimaan dan penolakan

3
Ibid, hlm, 50
12

interpersonal. Hal ini juga berhubungan dengan trauma

perkembangan seperti perpisahan, kehilangan yang

menimbulkan individu tidak berbahaya. Seseorang dengan

harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami

perkembangan ansietas berat.

3) Teori Prilaku

Ansietas merupkan hasil frustrasi dari segala sesuatu yang

menggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Para ahli perilaku menganggap ansietas sebagai

suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan untuk

menghindari rasa sakit. Ahli teori pemebelajaran meyakini

bahwa individu yang sejak kecil terbiasa dalam kehidupan

dihadapkan pada ketakutan yang berlebihan dan menunjukan

kemungkinan ansietas berat pada kehidupan masa dewasanya.

Ahli teori konflik memandang ansietas sebagai pertentangan

antar kepentingan yang berlawanan. Mereka meyakini adanya

hubungan timbal balik antar konflik dan ansitas. Konflik

menimbulkan ansietas dan ansietas menimbulkan perasaan tidak

berdaya yang pada akhirnya akan meningkatkan konflik yang

dirasakan.

4) Kajian keluarga
13

Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan ansietas

merupakan hal yang biasanya terjadi dalam keluarga. Teori ini

juga tumpang tindih antara gangguan ansietas dengan depresi

5) Kajian biologis

Kajian biologis menunjukan bahwa otak mengandung

resptor khusus untuk benzodiazepines. Reseptor ini mungkin

membantu mengatur ansietas. Penghambat asam aminobutirat-

gama neuroregulator (GABA) juga mempunyai peran penting

dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas,

sebagaimana halnya dengan endorphin. Selain itu, telah

dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai

akibat nyata sebagai presdisposisi terhadap ansietas. Ansietas

mungkin disertai dengan gangguan fisik selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengtasi stresor.

2.1.3.2 Faktor Presipitasi

Stresor pencetus dapat berasal dari sumber eksternal

atau internal. Stresor pencetus dapat diklasifikasikan dalam

dua jenis yaitu sebagai berikut :

1) Ancaman terhadap integritas fisik

meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan

terjadi atau menurunkan kapasitas untuk melakukan


14

aktivitas hidup sehar- hari. Pada ancaman ini, stresor

yang berasal dari sumber eksternal adalah faktor-faktor

yang dapat menyebabkan gangguan fisik (misal : infeksi

virus, polusi udara). Sedangkan yang menjadi sumber

internalnya adalah kegagalan mekanisme fisiologi tubuh

(misal : sistem jantung, sistem imun, pengaturan suhu

danperubahan fisiologi selama kehamilan).

2) Ancaman terhadap sistem tubuh

Ancaman pada kategori ini dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi

seseorang. Ancaman ayang berasal dari sumber

eksternal yaitu kehilangan orang yang berarti

(meninggal, perceraiaan, pindah kerja) dan ancaman

yang berasal dari sumber internal yaitu berupa

gangguan hubungan interpersonal dirumah, tempat

kerja, atau menerima peran baru.

2.1.4 Rentang Respons Kecemasan

Rentang respon ansietas berfluktuasi antara respon adaptif dan

maladaptif, seperti terlihat pada gambar 2.1:

Bagan 2.1
15

Rentang Respon Ansietas4

Adaptif maladaptif

Antisipasi ringan sedang berat panik

2.1.5 Respon Fisiologis Kecemasan Terhadap Sistem Tubuh Manusia5

a. sistem kardiovasukler

1) Palpitasi

2) Jantung berdebar

3) Tekanan darah meningkat

4) Denyut nadi menurun

5) Rasa mau pingsan

b. Sistem Respirasi

1) Nafas cepat

2) Pernafasan dangkal

3) Rasa tertekan pada dada

4) Pembengkakan pada tenggorokan

5) Rasa tercekik

6) Terengah-engah

c. Sistem Gastrointestinal

4
Teguh purwanto, buku ajar keperawatan jiwa, pustaka pelajar, yogyakarta, 2015, hal 49
5
Ibid, hlm, 53
16

1) Kehilangan nafsu makan

2) Menolak makan

3) Perasaan dangkal

4) Rasa tidak nyaman pada abdominal

5) Rasa terbakar pada jantung

6) Nausea

7) Diare

d. Sistem Perkemihan

1) Inkontinensia urine

2) Sering miksi

e. Sistem integumen

1) Rasa terbakar

2) Berkeringat banyak pada telapak tangan

3) Gatal-gatal

4) Perasaan panas atau dingin pada kulit

5) Muka pucat

6) Berkeringat seluruh tubuh

2.1.6 Respon Prilaku Kognitip

a. Perilaku

1) Gelisah

2) Ketegangan fisik

3) Reaksi terkejut

4) Bicara cepat
17

5) Kurang koordinasi

6) Cenderung mengalami cedera

7) Menarik diri dari hubungan personal

8) Inhibisi

9) Melarikan diri dari masalah

10) Hiverpentilasi

b. Kognitif

1) Perhatian terganggu

2) Konsentrasi buruk

3) Preokupasi

4) Hambatan berfikir

5) Lapang persepsi menurun

6) Bingung

7) Sangat waspada

8) Takut pada gambaran visual

9) Takut cedera atau kematian

10) Mimpi buruk

c. Afektif

1) Mudah terganggu

2) Tidak sabar

3) Gugup

4) Ketakutan

5) Waspada
18

6) Mati rasa

7) Mali kecemasan

8) Kekhawatiran

2.1.7 Sumber Koping

Sumber koping merupakan sumber yang dapat membantu

individu mengurang atau mengatasi masalah yang dapat menimbulkan

stres. Sumber koping tersebut dapat berupa keadaan ekonomi

keluarga, dukungan keluarga atau sosial, kemampuan menyelesaikan

masalah dan keyakinan agama atau budaya.6

2.1.8 Mekanisme Koping

Ketika mengalami ansietas, individu menggunakan berbagai

macam mekanisme untuk mencoba mengatasinya dan

ketidakmampuan mengatasi ansietas secara konstuktif merupakan

penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Pola yang biasa

digunakan individu untuk mengataasi ansietas ringan cenderung tetap

dominan ketika ansietas menghambat. Ansietas tingkat ringan sering

ditanggulangitanpa pemikiran yang serius. Tingkat ansietas sedang

dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme koping:7

1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan

berorientasi pada tindakan untuk memenuhi tuntutan situasi stres

secara realistis.

6
Ibid, hlm, 55
7
Ibid, hlm, 55
19

a. Perilaku menyerang digunakan untuk mengubah,

menghilangkan atau mengatasihambatan pemenuhan

kebutuhan.

b. Perilaku menarik diri digunakan baik secara fisik maupun

psikologis untuk memindahkan seseorang dari sumber stres.

c. Perilaku kompromi dignakan untuk mengubah cara seseorang

untuk mengoprasika, mengganti tujuan atau mengorbankan

aspek kebutuhan personal seseorang.

2) Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan

dan sedang, tetapi jika berlangsung opada tingakat tidak sadar dan

melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas maka mekanisme

dapat merupakan respons maladaptif terhadap stres

2.1.9 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan sebagai berikut:8

1. Umur

Bahwa umur yang lebih muda lebih mudah menderita stres

daripada umur tua

2. Keadaan fisik

Penyakit adalah salah satu faktor yang menyebabkan

kecemasan. Seseorang yang sedang menderita penyakit akan

lebih mudah mengalami kecemasan dibaningkan dengan orang

yang sedang tidak menderita penyakit.


8
Titik Lestari. Kumpulan Teori Untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan, Yogyakarta, Nuha
Medika, 2015, Hlm, 45
20

3. Sosial budaya

Cara hidup orang dimasyarakat juga sangat memungkinkan

timbulnya stres. Individu yang mempunyai hidup teratur akan

mempunyai filsafat hidup yang jelas sehigga umumnya lebih

sukar mengalami stres. Demikian juga dengan orang yang

keyakinan agamanya rendah.

4. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang berpengaruh dalam memberikan

respon terhadap sesuatu yang datang baik dari dalam maupun

dari luar. Orang yang akan mempunyai pendidikan tinggi akan

memberikan respon lebih rasional dibandingkan merekan

berpendidikan lebih rendah atau mereka yang tidak

berpendidikan. Kecemasan adalah respons yang dapat

dipelajari. Dengan demikian pendidikan yang rendah menjadi

faktor prnunjang terjadinya kecemasan.

5. Tingkat pengetahuan

Pengetahuan yang rendah mengakibatkan seseorang mudah

mengalami stres. Ketidaktahuan terhadap suatu hal dianggap

sebagai tekanan yang dapat mengakibatkan krisis dan dapat

menimbulkan kecemasan. Stres dan kecemasan dapat terjadi

pada individu dengan tingkat pengetahuan yang rendah,

disebabkan karena kurangnya informasi yang diperoleh.


21

2.1.10 Alat Ukur Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang

apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali (panik) digunakan alat

ukur (instumen) yang disebut Hamilton Rating Scale for Anxiety

(HRS-A). Adapun hal-hal yang dinilai dalam alat ukur HRS-A ini

adalah:9

1) Perasaan cemas yang ditandai dengan cemas, firasat buruk, mudah

tersinggung

2) Ketegangan yang ditandai dengan merasa tegang, lesu, tidak dapat

istirahat tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar,

gelisah.

3) Ketakutan ditandai dengan ketakutan pada gelap, ketakutan

ditinggal sendiri, ketakutan pada orang asing, ketakutan pada

binatang besar, ketakutan pada keramaian lalu lintas, ketakutan

pada kerumunan orang banyak.

4) Gangguan tidur ditandai dengan sukar masuk tidur, terbangun

pada malam hari, tidur tidak nyenyak,bangun dengan lesu,mimpi

buruk, mimpi yang menakutkan.

5) Gangguan kecerdasan ditandai dengan sukar konsentrasi, daya

ingat buruk, daya ingat menurun.

9
Nursalam, Skoring Tingkat Kecemasan, Slemba Medika, Jakarta, 2003, hlm 45
22

6) Perasaan depresi ditandai dengan kehilangan minat, sedih, bangun

dini hari,kurangnya kesenangan pada hobi, perasaan berubah

sepanjang hari.

7) Gejala somatik ditandai dengan nyeri pada otot, kaku kedutan otot,

gigi gemerutuk, suara tidak stabil

8) Gejala sensorik ditandai oleh tinitus, penglihatan kabur, muka

merah dan pucat, merasa lemah, perasaan ditusuk-tusuk

9) Gejala kardiovaskuler ditandai oleh takikardi, berdebar-debar,

nyeri dada, denyut nadi mengeras, rasa lemas seperti mau pingsan,

detak jantung hilang sekejap

10) Gejala pernapasan ditandai dengan rasa tertekan atau sempit di

dada, perasaan tercekik, merasa nafas pendek/sesak, sering

menarik nafas panjang.

11) Gejala gastrointestinal di tandai dengan sulit menelan, mual, perut

melilit, gangguan pencernaan, nyeri lambung sebelum dan sesudah

makan, rasa panas diperut, perut terasa kembung atau penuh,

muntah, defekasi lembek, berat badan menurun, konstifasi

12) Gejala urogenital ditandai oleh sering kencing, tidak dapat

menahan kencing, amenorhoe, menorhagia, masa haid

berkepanjangan, masa haid amat pendek, haid beberapa kali dalam

sebulan,frigiditasi, ejekulasi dini, ereksi melemah, ereksi hilang,

impoten.
23

13) Gejala otonom ditandai dengan mulut kering, muka merah,

mudah berkeringat, pusing, sakit kepala, kepala terasa berat, bulu-

bulu berdiri.

14) Perilaku sewaktu wawancara ditandai dengan gelisah, tidak

tenang, jari gemetar, mengerutkan dahi atau kening, muka tegang,

tonus otot meningkat, nafas pendek dan cepat, muka merah.

2.1.11 Cara Penilaian Kecemasan

Cara penilaian tingkat kecemasan sebagai berikut:10

Skor 0: tidak ada gejala sama sekali

Skor 1: 1 dari gejala yang ada

Skor 2: separuh dari gejala yang ada

Skor 3: lebih dari separuh gejala yang ada

Skor 4: semua gejala yang ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlah nilai

skor dari tiap item 1-14 dengan hasil:

a. Skor <14 tidak cemas

b. Skor 15 – 20 cemas ringan

c. Skor 21 – 27 cemas sedang

d. Skor 28 – 41 cemas berat

e. Skor 42 – 56 cemas berat sekali

10
Ibid, hlm, 46
24

2.2 Konsep Operasi

2.2.1 Definisi

Pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa

kompleks yang menegangkan.kebanyakan prosedur bedah dilakukan

diruang operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih

sederhana yang tidak memerlukan hospitslisasi dilakukan di klinik-

klinik bedah dan unit bedah ambulatori. Individu dengan masalah

perawatan kesehatan yang memerlukan intervensi pembedahan

biasanya menjalani prosedur pembedahan yang mencakup

pemberian anestesi lokal, regional, atau umum. Perkembangan

preparat anestesik, akhir-akhir ini telah difokuskan pada obat-obat

kerja singkat dan “pemulihan yang lebih cepat”.

Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang

menggunakan cara invasif dengan mebuka atau menampilkan bagian

tubuh yang akan ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini, dilakukan

dengan membuat sayatan.11

2.2.2 Jenis Tindakan Operatif

1. menurut fungsinya

a. diagnostik

adalah operasi yang digunakan untuk mendiagnosis

penyakit tertentu, contoh operasi biopsi yang dilakukan untuk

11
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1 Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran EGC,2001, Hlm 425
25

memastikan adanya dugaan kanker atau tumor pada bagian

tubuh tertentu

b. mencegah

pembedahan yang dilakukan untuk mencegah suatu

kondisi yang lebih buruk lagi. Misalnya: operasi

pengangkatan polif usus yang bila tidak ditangani akan dapat

tumbuh menjadi kanker

c. menghilangkan

operasi ini bertjuan untuk menghilangkan atau

mengangkat sejumlah jaringan dalam tubuh, biasanya operasi

ini memiliki akhiran- ektomi. Contoh: mastektomi

(pengangkatan payudara) atau hesterektomi (pengangkatan

rahim)

d. mengembalikan

operasi juga dlakukan untuk dapat mengembalikan

suatu fungsi tubuh menjadi normal kembal. Contohmya:

rekontruksi payudara yang dilakukan oleh orang yang telah

melakukan mastektomi

e. paliatif

jenis opersi ini digunakan untuk mengurangi rasa

sakit yang dirasakan oleh pasien yang biasanya mengalami

penyakit kronis stadium akhir.


26

2. Menurut tingkat resiko

a. Bedah mayor

Merupakan operasi yang dialkukan di bagian tubuh

seperti kepala, dada, dan perut. Contoh: cangkok organ,

operasi tumor otak, operasi jantung. Pasien yang

menjalanmi operasi ini biasanya membutuhkan waktu

yang lama untuk kembali pulih.

b. Bedah minor

Kebalikan dari bedah mayor, operasi ini tidak

membuat pasienaya harus menunggu lama untuk pulih

kembali. Bahkan dalam beberapa jenis operasi, pasien

diperbolehkan pulang pada hari yang sama. Contoh:

operasi biopsi pada payudara

3. Berdasarkan tekhnik

a. Operasi bedah terbuka

Metode ini biasanya disebut dengan operasi

konvensional, yaitu tindakan yang medis yang membuat

sayatan pada bagian tubuh dengan menggunakan pisau

khusus. Contoh: operasi jantung, dokter menyayat bagian

dada pasien dan membuka agar organ jantung terlihat

dengan jelas.
27

b. Laparaskopi

Pada operasi ini ahli bedah hanya akan menyayat

sedikit dan membiarkan alat seperti selang masuk kedalam

lubang yang telah dibuat, untuk mengetahui masalah yang

terjadi di dalam tubuh12

4. Menurut tingakat urgrnsinya

a. Kedaruratan/emergency

Pasien membutuhkan perhatian segera, gangguan

mungkin mengancam jiwa, indikasi dilakukan

pembedahan tanpa ditunda, contoh: perdarahan hebat,

obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang

tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar yang sangat

luas.

b. Urgen

Pasien harus menjalani pembedahan, pembedahan

dapat pdirencanakan dalam beberapa minggu atau bulan.

Contoh: hiperplasia prostat tanpa obstruksi kandung

kemih, gangguan tyroid, katarak

c. Elektif

Pasien harus dioperasi ketika diperlukan indikasi

pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan maka tidak

terlalu membahayakan. Contoh: perbaikan scar, hernia

sederhana, perbaikan vaginal


12
https://hellosehat.com. Diakses pada tanggal 14 desember 2018 pukul 19.07 wib
28

d. Pilihan

Keputusan tentang dilakukan pembedahan

diserhkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan

merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan

estestika. Contoh: bedah kosmetik.13

2.3 Konsep Preoperatif

Fase praoperatif dari peran keperawatan peri operatif dimulai ketika

keputusan untuk intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim

ke meja operasi,lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat

mencakup penetapan pengkajian dasar pasien di tatanan klinik atau dirumah,

menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi

yang diberikan dan pembedahan. Bagaimanapun, aktivitas keperawatan

mungkin dibatasi hingga melakukan pengkajian pasien praoperatif di tempat

atau di ruang operasi.14

Fase praoperatif merupakan sumber utama kecemasan yang dirasakan

pasien rawat inap. Banyak penelitian menemukan bahwa sresor utama bagi

pasien adalah takut karena menganggap tinddakan operasi adalah pintu

kematian, tidak mengenali alat-alat operasi, nyeri, takut akan pembiusan.

1. Peran perawat pada fase preoperatif

a. Pengkajian preoperatif di klinik/telepon


13
https://robbybee.wordpress.com/2009/02/25/keperawatan-perioperatif/&grqd=8wyKOKf1%s=i
%hl=id-ID diakses pada tanggal 14 desember 2018 pukul 19.22 wib

14
Brunner & Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1 Edisi 8, Penerbit Buku
Kedokteran EGC,2001, Hlm 426
29

1. Melakukan pengkajian perioperatif awal

2. Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengn kebutuhan

pasien

3. Melibatkan keluarga dalam wawancara

4. Memastikan kelengkapan pemeriksaan perioperatif

5. Mengkaji kebutuhan pasien terhadap transfortasi dan perawatan

pascaoperatif

b. Unit bedah

1. Melengkapi pengkajian perioperatif

2. Mengkoordinasi penyuluhan pasien dengan staf keperawatan lain.

3. Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang

diperkirakan terjadi.

4. Membuat rencana asuhan

c. Ruang operatif

1. Mengkaji tingkat kesadaran pasien

2. Menelaah lembar observasi pasien

3. Mengidentifikasi pasien

4. Memastikan daerah pembedahan

d. Perencanaan

1. Menentukan rencana asuhan

2. Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai.

e. Dukungan psikologis

1. Menceritakan pada pasien apa yang sedang terjadi


30

2. Menetukan status psikologis

3. Memberikan peringatan akan stimuli nyeri

4. Mengkomunikasikan status emosional pasien pada anggoata

kesehatan lain yang berkaitan15.

2. Pengkajian fisik umum

Sebelum pengobatan dimulai, riwayat kesehatan dikumpulkan dan

pemeriksaan fisik dilakukan, selama pemriksan fisik tersebut tanda-tanda

vital dicatat dan data dasar dicatat untuk perbandigan dimasa mendatang.

Banyak pemeriksaan diagnostik yang dialkukan dalam fase ini, seperti

analisis darah, pemeriksaan rontgen, endoskopi, biopsi jaringan, dan

pemeriksaan fese dan urin.

a. Status nutrisi dan penggunaan bahan kimia

1) Mengukur tinggi dan berat badan

2) Mengukur lipat kulit trisep

3) Mengukur lingkar lengan atas

4) Mengkur kadar protein darah dan keseimbangan nitrogen

5) Asupan nutrisi

Keadan khusus

1) Obesitas

Obesitas sangat meningkatkan resiko dan keparahan komplikasi

yang berkaitan dengan pembedahan, selama pembedahan, jaringan

15
Ibid, hlm 427
31

lemak terutama sekali rentan terhadap infeksi. Selain itu obesitas

menciptakan peningkatan masalah-masalah tekhnik dan

mekanik,dan nafas tidak optimal.

2) Penggunaan obat dan alkohol

Individu yang mengalami intoksikasi akan rentan terhadap cedera,

malnutrisi dan masalah-masalah sistemik lain yang meningkatkan

resiko pembedahan

b. Status penafasan

1) Berhenti merokok 4 – 6 minggu sebelum pembedahan

2) Latihan bernafas dengan cara menggunakan sprirometer intensif

3) Pemeriksaan fungsi paru dan analisa gas darah

c. Status kardiovaskuler

1) Mengidentifikasi penyakit kardiovaskuler

2) Menghindari perubahan posisi secara mendadak

3) Imobilisasi berkepanjangan

4) Hipotensi atau hipoksia

5) Overload cairan atau darah

d. Fungsi hepatik dan ginjal

1) Hepar

Identifikasi adanya kelainan hepar

2) Ginjal

 Kaji status asam basa dan metabolisme ginjal


32

 Riwayat nefritis akut, insufisiensi renal akut

e. Fungsi endokrin

1) Riwayat penyakit diabetes

2) Kadar gula darah

3) Riwayat penggunaan kortikosteroid atau steroid (resiko

insufisiensi adrenal)

f. Fungsi imunologi

1) Kaji adanya alergi

2) Riwayat transfusi darah

3) Riwayat asma bronchial

4) Terapi kortikosteroid

5) Riwayat transpaltasi ginjal

6) Radiasi

7) Kemoterapi

8) Penyakit gangguan imunitas (AIDS,leukimia)

9) Suhu tubuh

g. Terapi medikasi sebelumnya

Terapi-terapi yang mungkin dikhawatirkan dalam pembedahan

meliputi:

1) Kortikosteroid adrenal: kolaps sistem kardiovaskuler

2) Diuretic: dapat menyebabkan depresi pernafasan selama anestesi

ini terjadi karena ketidakseimbangan elektrolit

3) Fenotiasin: dapat meningkatkan kerja hipotensif dari anestesi


33

4) Antidepresan: inhibitor monoamine oksidase (MAO)

meningkatkan efek hipotensif anestesi

5) Tranquilizer: barbiturat, diazepam dapat menyebabkan ansietas,

ketegangan dan bahkan kejang

6) Insulin: interaksi antara insulin dan anestesi harus

dipertimbangkan ketika pasien dengan diabetes menjalani

pembedahan

7) Antibiotik: seperti neomisin, kanamisin, steptomisin saat

medikasi ini dikombinasikan dengan relaksan dapat menyebabkan

terjadiya paralysis sisitem pernafasan

h. Pertimbangan gerontologi

Indivdu lansia yang menghadapi operasi dapat mempunyai suatu

kombinasi penyakit kronik dan masalah kesehatan yang

mengindikasikan pembedahan, individu lansia sering tidak

melaporkan gejala, barangkali karna mereka takut akan didiagnosa

penyakit serius

1) Cadangan jantung menurun

2) Fungsi ginjal dan hepar menurun

3) Aktivitas gastrointestinal kurang

4) Dehidrasi, konstipasi, malnutrisi

5) Keterbatasan sensori penglihatan

6) Riwayat cedera

7) Arthiritis
34

8) Memakai gigi palsu

9) Mengkaji integumen (kulit): gatal-gatal penurunan lemak dan

perubahan suhu tubuh

3. Dignosa keperawatan

Berdasarkan dat pengkajian, dignosa keperawatan praoperatif mayor

pasien bedah dapat mencakup:

a. Ansietas yang berhubungan dengan pengalaman bedah

(anestesi, nyeri) dan hasil akhir dari pembedahan.

b. Defist pengetahuan melalui prosedur protokol praoperatif dan

harapan pascaoperatif

4. Perencanaan dan implementasi

Tujuan: tujuan utama pasien bedah dapat meliputi menghilangkan

ansietas preopertif dan peningkatan pengetahuan praoperatif dan harapan

pascaoperatif

5. Informed consent

Izin tertulis yang dibuat dengan sukarela dan sadar pasien

diperlukan sebelum suatu pembedahan dilakukan,izin tertulis seperti ini

melindungi pasien terhadap pemebdahan yang lalai dan melindungi ahli

bedah terhadap tuntutan dari lembaga hukum.

Kriteria informed consent yang absah:

 Persetujuan yang diberikan dengan sukarela: persetujuan yang absah

harus diberikan dengan bebas, tanpa tekanan


35

 Subjek tidak kompeten: individu yang ototnom dan tidak dapat

memberikan atau menyimpan persetujuan

 Subjek yang di-informed: penjelasan tentang prosedur dan resikonya

Deskripsi tentang manfaat dan alternatif

Suatu pemberian jawaban atas pertanyaan mengenai prosedur

Interuksi yang memungkinkan pasien untuk menarik persetujuan

Pernyataan yang menginformasikan pasien apakah apakah protoko

lberbeda dari prosedur lazim

 Subjek mampu memahami: informasi harus tertulis dan diberikan

dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh pasien. Pertanyaaan harus

dijawab untuk mempasilitasi pemaham jika materinya

membingungkan.

6. Pendidikan Pasien Praoperatif

Penyuluhan harus mendeskripsikan tentang berbagai langkah-

langkah prosedur dan ahrus mencakup penjelasan tentang sensasi yang

akan pasien alami. Mengetahui apa yang diperkirakan pasien membantu

pasien mengantisipasi reaksi-reaksi yang akan dialami dan demikian akan

mencapai reaksi lebih yinggi yang diperkirakan sebaliknya

c. Latihan nafas dalam, batuk dan relaksasi

Tujuan latihan ini yaitu untuk meningkatkan ventilasi paru dan

oksigenasi darah setelah anestesi umum, batuk adalah untuk

memobilisasi sekresi sehngga dapat dikeluarkan, jika pasien tidak


36

dapat batuk secara efektip,pnemonia dan komplikasi paru lainya dapat

terjadi

d. Perubahan posisi dan gerakan tubuh aktif

Tujuan pergerakan tubuh secara hati-hati pada pascaoperatif

adalah untuk memperbaiki sirkulasi, untuk mencegas stasis vena, dan

untk menunjang fungsi pernafasan yang optimal

e. Kontrol dan medikasi nyeri

Pasien diberitahukan bahwa medikasi praanestesi akan diberikan

untuk meningkatkan relaksasi dan dapat menyebabkan rasa

mengantuk dan kemungkinan haus. Pada pascaoperatif medkasi ini

akan diberikan untuk mengurangi rasa nyeri dan mempertahankan rasa

nyaman.

f. Kontrol kognitif

1) Imajinasi: pasien dianjurkan untuk berkonsentrasi pada

pengalaman yang menyenagkan

2) Distraksi: pasien dianjurkan untuk memikirkan cerita yang dapat

diikmati atau mendeklamasikan fuisi pavoritnya

3) Pikiran optimis diri: menyatakan pikiran-pikiran optimistik (saya

tahu semuanya akan berjalan dengan lancar)

7. Intervensi keperawatan perioperatif

a. Menurunkan ansietas preoperatif

b. Penyuluhan klien

c. Persiapan operasi segera


37

d. Berikan dorongan untuk mengungkapkan, dengarkan, pahami klien dan

berikan informasi yang membantu menyingkirkan kekhawatiran klien

e. Dorong klien untuk mengekpresikan ketakutan atau kekhawatiran

tentang pembedahan yang akan dihadapinya

f. Nutrisi dan cairan

Makanan atau minuman per oral harus sudah tidak diberikan 8 –

10 jam sebelum operasi. Tujuanya adalah untuk mencegas aspirasi.

g. Persiapan intestinal

Pembersihan dengan enema atau laksatif mungkin dilakukan

pada malam sebelum operasi dan mungkin diulang jika tidak efektip

h. Persiapan kulit praoperatif

i.Medikasi praanestesi

j.Melengkapi catatan praoperatif

k. Transfortasi ke ruang prabedah

l. Membantu keluarga melewati pengalaman pada bedah pasien

Kebanyakan rumah sakit dan pusat-pusat pemebdaha

mempunyai ruang tunggu selama pasien menjalani operasi. Setelah

pembedahan ahli bedah dapat menemui keluarga diruang tunggu dan

mendiskusikan hasil dari operasi

Keluarga seharusnya tidak menilai keseriusan operasi dengan

lamanya waktu pasien berada diruang operasi. Pasien mungkin dalam

pembedahan lebih lama daripada waktu operasi yang aktual untuk

beberapa alasan:
38

 sudah menjadi kebiasaan pasien dikirim keruang operasi

lebih dulu sebelum waktu operasi sesungguhnya

 ahli anestesi sering membuat persiapan tambahan ayang

dapat memerlukan waktu sekitar 30 – 60 menit

 kadang dokter bedah memerlukan waktu lebih lama dari

yang diperkirakan dengan kasus yang ada

 setelah pembedahan pasien dibawa keruang pemulihan untuk

memastikan tidak adanya keadaan kedaruratan akibat

anestesi

mereka yang menunggu untuk dapat melihat pasien setel;ah

pembedahan harus di informasikan bahwa pasien dapat terpasang peralatan

tertentu ketika kembali keruangan (mis., jalur IV, kateter urin indwelling,

selang nasogastrik, botol penghisap, selang oksigen peralatan pemantau, dan

jalur transfusi darah). Ketika pasien kembali ke ruangan, perawat

memberikan jaminan yang akurat mengenai observasi pascaoperatif.

Bagaimanapun, ini merupakan tanggung jawab ahli bedah, dan bukan

prerogatif atau tanggung jawab perawat, untuk mengemukakan temuan

pembedahan dan prognodidnya, bahkan ketika hasil pembedahan

memuaskan.16

2.4 Kerangka Teori

16
Ibid. Hlm 428
39

Pada umumnya setiap manusia pasti akan mengalami kecemasan,

tetapi kecemasan yang akan dialaminya tentu akan berbeda – beda, dan

perbedaannya baik itu dari segi tingkatan kecemasannya seperti : tingkat

kecemasan ringan, sedang, berat, dan panik, maupun dari segi penyebab

kecemasannya sepeti : faktor biologis atau pisiologis, faktor psikologis, dan

faktor perkembangan.

Saat menghadapi pembedahan, klien akan mengalami berbagai

stresor. Pembedahan yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan rasa

takut dan ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa

nyeri kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada oran lain, dan mungkin

kematian. Klien mungkin khawatir akan kehilangan pendapatan atau

penggantian asuransi akibat perawatn dirumah sakit17

Ansietas menurut Stuart (1995) adalah kekhawatirran yang tidak jelas

dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak

berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Ansietas berbeda dengan gangguan ansietas. Ansietas (cemas) adalah

suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan dan tidak dapat

dibenarkanuang disertai dengan gejala psiologis, sedangkan pada gangguan

ansietas terkandung unsur penderitaan yang bermakna dan gangguan fungsi

yang disebabkan oleh kecemasan tersebut (David.A Tomb, 1993).18 Saat

menghadapi pembedahan, klien akan mengalami berbagai stresor.

17
Potter & perry, op.cit. hlm 1790
18
Teguh purwanto, op.cit. hlm 48
40

Pembedahan yang ditunggu pelaksanaanya akan menyebabkan rasa takut dan

ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa nyeri,

kemungkinan cacat, menjadi bergantung pada oran lain, dan mungkin

kematian. Klien mungkin khawatir akan kehilangan pendapatan atau

penggantian asuransi akibat perawatn dirumah sakit.19 Peran perawat dalam

hal ini sangatlah penting diantaranya kemampuan meningkatkan hubungan

yang efektif dengan klien dan mendengarkan keluhan mereka secara aktif

sehingga seluruh kekhawatiran mereka dapat diatasi merupakan hal yang

penting untuk mencapai keberhasilan dalam pembedahan.20

Bagan 2.1

19
Poter & perry.op.cit. hlm 1790
20
Ibid. Hlm 1790
41

Kerangka Teori21

Proses Terjadinya
Kecemasan

a. Faktor predisposisi
1) Teori psikoanalitik
2) Teori interpersonal
3) Teori prilaku
4) Kajian keluarga
5) Kajian biologis
b. Faktor presipitasi
1) Ancaman terhadap
integritas fisik kecemasan
2) Ancaman terhadap sistem
tubuh
Tingkat kecemasan

1. Tidak ada kecemasan


Faktor yang memengaruhi 2. Kecemasan ringan
kecemasan 3. Kecemasan sedang
4. Kecemasan berat
1. Umur
5. Kecemasan berat
2. Keadaan fisik
sekali/panik
3. Sosial budaya
4. Tingkat pendidikan
5. Tingkat pengetahuan

: Tidak Diteliti
: Diteliti

21
Teguh purwanto, buku ajar keperawatan jiwa pustaka pelajar, yogyakarta, 2015

Anda mungkin juga menyukai