Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang
didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia
sepanjang siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif
yang disebabkan oleh gangguan biopsikososial, dengan menggunakan diri
sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses
keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan, dan
memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat
(Riyidi dan Purwanto, 2009).
Kesehatan jiwa menurut UUD No. 3 tahun 1966 yang terdapat dalam
Yosep (2007) adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan
fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan
perkembangan itu terus menerus berjalan selaras dengan keadaan orang-
orang lain.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran yang
timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi
sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan berasal dari dalam (Depkes
RI, 1990).
Kecemasan dapat dialami oleh siapapun dan dimanapun serta
kapanpun tergantung dari faktor pencetus dari kecemasan tersebut. Fakta
membuktikan bahwa di seluruh lapisan dunia kecemasan paling banyak
terjadi setiap harinya. Hal ini disebabkan semakin konkretnya masalah
yang terjadi saat ini.
Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), bahwa 10% dari
populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh laporan dari
hasil studi bak dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik yang
melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah kesehatan

22
jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angkat tertinggi dibanding
prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan
mental emosional (depresi dan kecemasan) dialami oleh sekitar 11,6 %
populasi usia diatas 15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi
mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan
ansietas lebih sering dialami oleh wanita individu berusia kurang dari 45
tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial
ekonomi rendah (Videbeckd, 2008).
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, penulis ingin
memberikan asuhan keperawatan jiwa khususnya pada pasien dengan
kecemasan. Oleh karena itu, judul makalah ini adalah “Asuhan
Keperawatan pada Pasien dengan Kecemasan”.

22
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Teori
1. Pengertian
Cemas (ansietas) adalah sebuah emosi dan pengalaman subjektif
dari seseorang. Pengertian lain cemas adalah suatu keadaan yang
membuat seseorang tidak nyaman dan terbagi dalam beberapa
tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan
tidak berdaya (Farida, 2012).
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekhawatiran
yang timbul karena dirasakan terjadi sesuatu yang tidak
menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar tidak diketahui dan
berasal dari dalam (Depkes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefinisikan suatu keadaan perasaan
keprihatinan, rasa gelisah, ketidaktentuan, atau takut dari kenyataan
atau persepsi ancaman sumber aktual yang tidak diketahui atau
dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Jadi kecemasan adalah suatu keadaan perasaan yang tidak pasti
seperti gelisah, prihatin dan takut yang menimbulkan seseorang tidak
nyaman dan khawatir.

2. Tanda dan Gejala


a. Gelisah, perasaan tegang, khawatir berlebihan, mudah letih, sulit
berkonsentrasi, iritabilitas, otot tegang, dan gangguan tidur
b. Ingatan atau mimpi buruk berulang yang mengganggu mengenai
peristiwa traumatis, perasaan menghidupkan kembali trauma
(episode kilas balik), kesulitam merasakan emosi (afek datar),
insomnia dan iritabilitas atau marah yang meledak-ledak
(gangguan stres pasca trauma)

22
c. Reptitif, pikiran obsesif, perilaku kasar yang berkaitan dengan
kekerasan, kongaminasi, dan keraguan, berulang kali melakukan
aktivitas yang tidak bertujuan, seperti mencuci tangan,
menghitung, memeriksa, menyentuh (gangguan obsesif, kompusif)
d. Rasa takut yang nyata dan menetap akan objek atau situasi tertentu
(fobia spesifik). Situasi perfoma atau sosial (fobia sosial), atau
berada dalam satu situasi yang membuat individu terjebak.

3. Tingkatan

Adaptif Maladaprif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Rentang Respon Kecemasan (Stuart & Sundeens, 1990).

a. Kecemasan ringan
1) Individu waspada
2) Lapangan persepsi luas
3) Memejamkan indra
4) Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu
memecahkan masalah secara efektif
b. Kecemasan sedang
1) Individu hanya fokus pada pikiran yang menjadi perhatiannya
2) Terjadi penyempitan lapang persepsi
3) Masih dapat melakukan sesuatu dengan arahan orang lain
c. Kecemasan berat
1) Lapangan persepsi individu sangat sempit.

22
2) Perhatian hanya dapat pada detail yang kecil (spesifik) dan
tidak dapat berpikir tentang hal-hal yang lain
3) Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan
dan perlu banyak perintah/arahan untuk fokus pada area lain
d. Panik
1) Individu kehilangan kendali diri
2) Detail perhatian hilang
3) Terjadi peningkatan aktivitas motorik
4) Tidak bisa melakukan apapun meskipun dengan perintah
5) Berkurangnya kempuan berhubungan dengan orang lain
6) Penyimpangam persepsi dan hilangnya pikiran rasional, tidak
mampu berfungsi secara efektif
7) Biasanya disertai dengan disorganisasi kepribadian

4. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005).
Ketegangan dalam kehidupan tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan
berkaitan dengan krisis yang dialami individu baik krisis
perkembangan atau situasional.
b. Konflik emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan
dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara
keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada
individu
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan
individu berpikir secara realitas sehingga akan menimbulkan
kecemasan
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk
mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego.

22
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan
ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi
konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani
stress akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap
konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu
banyak diperlajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan
mempengaruhi respons individu dalam berespons terhadap
konflik dan mengatasi kecemasannya.
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah
pengobatan yang mengandung benzodiazepine, karena
benzodiazepine dapat menekan neurotransmitter gamma amino
butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak
yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
5. Faktor Presipitasi
Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
1) Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(misalnya: hamil).
2) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus
dan bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan
nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal :
1) Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal
di rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.

22
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
2) Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai,
perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok,
sosial budaya.

6. Sumber Koping
Individu mengatasi ansietas dengan menggerakan sumber koping di
lingkungan.

7. Mekanisme Koping
Ada dua sistem koping yang digunakan pada seseorang yang
mengalami kecemasan.
a. Task Oriented reaction/reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu
upaya yang disadari dan berorientasi pada tindakan untuk
memenuhi secara realistis tuntutan situasi stress. Individu menilai
secara objektif.
b. Ego Oriented Reaction, yaitu melindungi diri sendiri, tidak
menggunakan secara realitas. Membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan
melibatkan penipuan diri dan distorsi realitas, maka mekanisme ini
dapat merupakan respon maladaptif terhadap stress.

8. Mekanisme Pertahanan Ego yang perlu dikaji


Sedangkan untuk mekanisme pertahanan ego bila digunakan terus-
menerus akibatnya ego bukannya mendapat perlindungan, melainkan
lama kelamaan akan mendapat ancaman/bencana. Oleh karena
mekanisme ini tidak realistik, mengandung banyak unsur penipuan diri
sendiri meliputi hal-hal berikut ini :
a. Kompensasi
Menonjolkan kelebihan untuk menutupi kekurangan.

22
b. Penyangkalan (denial)
Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas.
c. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang ditujukan pada seseorang atau benda yang
netral tidsk mengancam dirinya.
d. Disosiasi
Pemisahan dari setiap proses mental atau perilaku dari kesadaran
atau identitas.
e. Identifikasi
Ingin menyamai seorang figur yang diidealkan, dimana salah satu
ciri atau segi tertentu dari figur itu ditransfer pada dirinya. Dengan
demikian ia merasa harga dirinya bertambah tinggi.
Contoh : Teguh, 15 tahun mengubah model rambutnya menirukan
artis idolanya yang ia kagumi.
f. Intelektualisasi
Alasan atau logika yang berlebihan.
g. Introjeksi
Merupakan bentuk sederhana dari identifikasi, dimana nilai-nilai,
norma-norma dari luar diikuti atau ditaati sehingga ego tidak lagi
terganggu oleh ancaman dari luar.
Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang
dicintai dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
h. Proyeksi
Hal ini berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan orang
lain atas kelalaian dan kesalahan-kesalahan atau kekurangan diri
sendiri, keinginan-keinginan, serta impuls-impuls sendiri.
Contoh : seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia
mempunyai perasaan seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik
menuduh bahwa temannya tersebut mencoba merayunya.

22
i. Rasionalisasi
Memberi keterangan bahwa sikap/tingkah lakunya menurut alasan
yang seolah-olah rasional sehingga tidak menjatuhkan harga
dirinya.
Contoh : Munawir yang menyalahkan cara mengajar dosennya
ketika ditanyakan oleh orang tuanya mengapa nilai semesternya
buruk.
j. Reaksi formasi
Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan dengan
keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya. Mudah dikenal
karena sifatnya ekstrem dan sukar diterima.
Contoh : Seorang wanita yang tertarik pada teman suaminya akan
memperlakukan orang tersebut dengan kasar.
k. Regresi
Kembali ke tingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku yang
bersifat primitif).
Contoh : Seorang anak yang mulai berkelakuan seperti bayi, ketika
seorang adiknya dilahirkan.
l. Represi
Penyingkiran unsur psikik (sesuatu afek, pemikiran, motif, konflik)
sehingga menjadi hal yang dilupakan/tidak dapat diingat lagi.
Represi membantu individu mengontrol imppuls-impuls berbahaya.
Contoh : Suatu pengalaman traumatis menjadi terlupakan.
m. Sublimasi
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang
dapat diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id sukar
disalurkan oleh karena mengganggu individu atau masyarakat.
Oleh karena itu, impuls harus diubah bentuknya sehingga tidak
merugikan individu/masyarakat sekaligus mendapatkan pemuasan.
Contoh : Impuls agresif disalurkan ke olahraga, usaha-usaha yang
bermanfaat.

22
n. Supresi
Menekan hal atau pikiran yang tidak menyenangkan, dapat
mengarah ke represi.
o. Undoing
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah
menghapus kesalahan.
Contoh : Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul
anaknya akan segera memperlakukannya penuh dengan kasih
sayang.

22
B. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Kecemasan
1. Pengkajian
a. Identitas
1) Identitas pasien
Berisikan nama, umur, jenis kelamin, golongan darah, alamat,
pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, status, diagnosa
medis, no. medrec, tanggal masuk, dan tanggal dikaji.
2) Identitas penanggung jawab
Berisikan nama, umur jenis kelamin, agama, pendidikan,
pekerjaan, hubungan dengan pasien, dan alamat.

b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Biasanya klien merasakan cemas yang sangat ketika tertimpa
sebuah masalah/penyakit.
2) Riwayat kesehatan sekarang
a) Alasan masuk rumah sakit
Klien masuk RS karena merasa cemas dengan
keadaan/penyakitnya yang semakin parah atau tidak
biasanya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah anggota keluarganya yang mengalami gangguan
jiwa.

c. Predisposisi dan Presipitasi


1) Predisposisi :
a) Faktor perkembangan
Mengkaji kondisi kesehatan sekarang

22
b) Faktor komunikasi dalam keluarga
Hubungan antar anggota keluarga baik atau tidak.
Apakah klien selalu menceritakan masalah kepada
anggota keluarganya atau tidak.
c) Faktor psikologis
Mengkaji apakah klien termasuk orang yang terbuka atau
tertutup. Apakah dalam masalah yang dihadapi klien
merasa dirinya berharga atau tidak.
d) Faktor genetik
Mengkaji adakah dalam keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien
2) Presipitasi :
a) Faktor sosial budaya
Apakah klien mempunyai hambatan dengan sosial
budayanya atau tidak.
b) Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena suatu masalah/penyakit
c) Faktor psikologis
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (penyakitnya)
dimana klien merasa cemas dengan masalahnya,
mempunyai banyak pikiran mengenai penyakitnya.

d. Psikososial
1) Genogram

X X X X
X X

22
Keterangan :
X
Laki-laki meninggal :
Perempuan meninggal : X
Laki-laki : X

Perempuan :
Klien :
Tinggal Serumah :

e. Konsep Diri
1) Body Image
Sikap individu terhadap dirinya baik disadari maupun tidak
disadari meliputi persepsi masa lalu atau sekarang
mengetahui ukuran dan dinamis karena secara konstan
berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman-pengalaman
baru. Misalnya klien menyukai seluruh anggota tubuhnya.
2) Identitas diri
Kesadaran tentang diri sendiri yang dapat diperoleh individu
dari observasi dan penilaian dirinya, menyadari bahwa
individu dirinya berbeda dengan orang lain.
3) Peran
Serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan tujuan yang
diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan fungsi
individu di dalam kelompok sosial
4) Ideal diri
Persepsi individu tentang bagaimana ia seharusnya
bertingkah laku berdasarkan standar pribadi.
5) Harga diri
Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku
dengan ideal dirinya.

22
f. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Adalah orang yang sering memperhatikan klien
2) Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Apakah klien aktif dalam mengikuti kegiatan di
lingkungannya.
3) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Hambatan yang sering dialami klien adalah waktu dan
kesibukan.

g. Spiritual
Spiritual klien ditentukan berdasarkan nilai dan keyakinan klien
serta kegiatan ibadah klien.

h. Status Mental
Beberapa status mental yang perlu dikaji pada pasien ansietas
adalah penampilan, pembicaraan, aktivitas motorik, alam
perasaan, afek, interaksi selama wawancara, persepsi, proses fikir,
isi fikir, waham, tingkat kesadaran, memori, tingkat konsentrasi
dan berhitung, kemampuan penilaian, dan daya tilik diri.

i. Pola aktivitas/Activities of daily living (ADL)


1) Nutrisi
Makan terganggu, mual.
2) Eliminasi
Sering berkemih, tidak dapat menahan kencing
3) Istirahat tidur
Biasanya klien dengan kecemasan, tidurnya akan terganggu
4) Personal hygiene
Personal hygiene terganggu

22
5) Aktivitas
Terhambat melakukan aktivitas

j. Tanda dan Gejala Kecemasan


1) Respon Fisik :
a) Sistem pernafasan
Napas cepat, napas pendek, tekanan pada dada, napas
dangkal, pembengkakan pada tenggorokan, dan
terengah-engah.
b) Sistem kardiovaskuler
Palpitasi dan jantung berdebar
c) Sistem pencernaan
Anoreksia, diare/konstipasi, mual, rasa tidak nyaman
pada abdomen.
d) Sistem perkemihan
Sering berkemih dan tidak dapat menahan kencing.
e) Sistem integumen
Wajah kemerahan, berkeringat, gatal, dan rasa panas
pada kulit.
f) Sistem persyarafan
Refleks meningkat, insomnia, tremor, gelisah, wajah
tegang, kelemahan umum, kaki goyah, dan gerakan yang
janggal.
2) Respon kognitif
Lapang persepsi menyempit, tidak mampu menerima
rangsang luar, berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.
3) Respon perilaku
Gerakan tersentak-sentak, bicara berlebihan dan cepat,
perasaan tidak aman.

22
4) Respon Emosi
Menyesal, iritabel, kesedihan mendalam, takut, gugup,
sukacita berlebihan, keitidakberdayaan meningkat secara
menetap, ketidakpastian, kekhawatiran meningkat, fokus
pada diri sendiri, perasaan tidak adekuat, ketakutan,
distressed, khawatir dan prihatin.

k. Mekanisme Koping
Bagaimana cara klien menghadapi permasalahan.

l. Pengetahuan
Gangguan perhatian, konsentrasi hilang, pelupa, salah tafsir,
adanya bloking pada pikiran, menurunnya lahan persepsi, kreatif
dan produktif menurun dan bingung.

2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien cemas
disesuaikan dengan etiologi pasien tersebut. Di bawah ini
kemungkinan diagnosis keperawatan yang muncul pada pasien cemas
adalah sebagai berikut.
a. Panik b.d penolakan keluarga sekunder terhadap gagalnya
mengambil keputusan .
b. Kecemasan berat b.d konflik perkawinan.
c. Kecemasan sedang b.d tekanan finansial.
d. Ketidakefektifan koping individu b.d kematian saudara kandung.
e. Ketidakefektifan koping individu b.d anak sakit.

3. Intervensi
Tujuan :
a. Pasien mampu mengenal ansietas
b. Pasien mampu mengatasi ansietas melalui teknik relaksasi

22
c. Pasien mampu memperagakan dan menggunakan teknik relaksasi
untuk mengatasi ansietas.
d. Keluarga mampu mengenal ansietas
e. Keluarga mampu merawat pasien dengan ansietas

Terapi generalis :

a. Pasien
1) SP 1 Pasien : Assessmen ansietas dan latihan relaksasi
a) Bina hubungan saling percaya
(1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri,
panggil pasien sesuai nama panggilan yang disukai.
(2) Menjelaskan tujuan interaksi: melatih pengendalian
ansietas agar proses penyembuhan lebih cepat.
b) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan
latihan pengendalian ansietas
c) Bantu pasien mengenal ansietas :
(1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi dan
menguraikan perasaannya.
(2) Bantu pasien mengenal penyebab ansietas
(3) Bantu pasien menyadari perilaku akibat ansietas
d) Latih teknik relaksasi :
(1) Tarik napas dalam
(2) Distraksi
2) SP 2 Pasien : Evaluasi ansietas, manfaat teknik relaksasi dn
latihan hipnotis diri sendiri (latihan 5 jari) dan kegiatan
spiritual
a) Pertahankan rasa percaya pasien
(1) Mengungkapkan salam dan memberi motivasi
(2) Asesmen ulang ansietas dan kemampuan melakukan
teknik relaksasi
b) Membuat kontrak ulang : latihan pengendalian ansietas

22
c) Latihan hipnotis diri sendiri (lima jari) dan kegiatan
spiritual
b. Keluarga
1) SP 1 Keluarga : Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
a) Bina hubungan saling percaya
(1) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
(2) Menjelaskan tujuan interaksi : menjelaskan ansietas
pasien dan cara merawat agar proses penyembuhan
lebih cepat
b) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan
latihan cara merawat ansietas pasien
c) Bantu keluarga mengenal ansietas:
(1) Menjekaskan ansietas, penyebab, [roses terjadi, tanda
dan gejala, serta akibatnya
(2) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak
menambah masalah (stres) dengan sikap positif,
memotivasi cara relaksasi yang telah dilatih perawat
pada pasien
(3) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada
pasien dan minta untuk memotivasi melakukannya

2) SP 2 Keluarga : Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara


merawat dan follow up
a) Pertahankan rasa percaya keluarga dengan mengucapkan
salam, menanyakan peran keluarga merawat pasien dan
kondisi pasien.
b) Membuat kontrak ulang: latihan lanjutan cara merawat
dan follow up
c) Menyertakan keluarga saat melatih pasien hipnotis diri
sendiri (lima jari) dan kegiatan spiritual

22
d) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan di rumah,
follow up dan kondisi pasien yang perlu dirujuk (lapang
persepsi menyempit, tidak mampu menerima informasi,
gelisah, tidak dapat tidur) dan cara merujuk pasien.

Evaluasi Kinerja Perawat Melaksanakan Standar Asuhan


Keperawatan Ansietas
Penilaian
No. Kemampuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
A. Pasien
SP 1 Pasien
Assesmen ansietas dan
latihan relaksasi
SP 2 Pasien
Evaluasi ansietas,
manfaat teknik
relaksasi dan latihan
hipnotis diri sendiri
(latihan 5 jari) dan
kegiatan spiritual

B Keluarga
SP 1 Keluarga
Penjelasan kondisi
pasien dan cara
merawat
SP 2 Keluarga
Evaluasi peran
keluarga merawat
pasien, cara merawat

22
dan follow up

4. Implementasi
Merupakan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap intervensi.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang
memungkinkan perawat untuk menentukan apakah intervensi
keperawatan telah berhasil meningkatkan kondisi klien.

22
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
kecemasan adalah suatu keadaan perasaan yang tidak pasti seperti
gelisah, prihatin dan takut yang menimbulkan seseorang tidak nyaman dan
khawatir.
Tingkatan kecemasan dapat dibedakan menjadi kecemasan ringan,
kecemasan sedang, kecemasan berat dan panik. Intervensi yang dilakukan
dibedakan menjadi dua yaitu pada pasien itu sendiri dan pada keluarga.
Pada pasien diantaranya adalah bina hubungan saling percaya, membuat
kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan pengendalian
ansietas, bantu pasien mengenal ansietas, dan latih teknik relaksasi.

B. Saran
Dalam mengakhiri makalah ini kami tidak lupa memohon maaf
kepada semua pihak, karena kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Kedepannya kami akan lebih
fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah diatas dengan
sumber-sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. kritik dan saran kami
harapkan demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya.

22
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Anna B, dkk. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta:


EGC

Kusmawati, F, dkk. 2012. Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta:
EGC.

Yusuf, Ah, dkk. 2015. Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika

22

Anda mungkin juga menyukai