2. Anatomi Fisiologi
a. Struktur Makroskopis Ginjal
Ginjal terletak pada posisi di sebelah lateral vertebra torakalis bawah
beberapa centimeter di sebelah kanan dan kiri garis tengah. Di sebelah
anterior, ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya oleh lapisan
peritonium. Di sebelah posterior organ tersebut dilindungi oleh dinding
toraks bawah.
Ginjal pada orang dewasa panjangnya ginjal 11-13 cm, lebarnya 5-7
cm dan tebalnya 2,5-3 cm dengan berat masing-masing ginjal 150 gr.
Ginjal kiri lebih panjang dan tinggi dari ginjal kanan dikarenakan hati
berada di atas ginjal kanan.
Ginjal dikelilingi berbagai lapisan jaringan yang melindungi dan
mempertahankan posisi ginjal, lapisan terluar berupa jaringan fibrous
yang disebut kapsula renalis, kapsula renalis ini dikelilingi oleh lapisan
lemak ferirenal dan pacia gerota yang akan melindungi semua bagian
ginjal kecuali hilum, area dimana pembuluh darah keluar dan masuk
daerah ini.
Ginjal dibagi dua daerah yang berbeda yaitu korteks (bagian luar)
dan medula (bagian dalam). Medula dibagi menjadi baji segitiga yang
disebut piramid. Terdapat 12 sampai 18 piramid untuk setiap ginjal.
Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom
Gambar 2. Nefron
c. Fungsi Ginjal
Menurut Syaifuddin, 1997 : 108), fungsi ginjal adalah :
1) Memegang peranan penting dalam peranan zat-zat toksin atau racun.
2) Mempertahankan suasana keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh
3) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan.
Duktus Kolektivus
10
penurunan
libido,
impotensi,
amenore,
infertilitas,
ginekomastia, galaktore.
j. Syaraf : latergi, malaise, anoreksia, tremor, ngantuk, kebingungan, flap,
mioklonus, kejang, koma.
k. Tulang : hiperparatiroidisme, defisit vitamin D.
l. Sendi : gout, pseudo gout, klasifikasi ekstra tulang
m. Hematologi : anemia, defisit imun, mudah mengalami pendarahan
n. Endokrin : multiple
o. Farmakologi : obat-obatan yang diekskresi oleh ginjal
11
5. Patofisiologi
Gagal ginjal merupakan sebuah fenomena kehilangan secara bertahap
fungsi dari nefron. Kerusakan nefron merangsang kompensasi nefron yang
masih utuh untuk mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit.
Mekanisme adaptasi pertama adalah dengan cara hipertrofi dari nefron yang
masih utuh untuk meningkatkan kecepatan filtrasi, beban solut dan reabsorpsi
tubulus.
Apabila 75 % massa nefron sudah hancur maka kecepatan filtrasi dan
beban solute untuk tiap nefron sangat tinggi sehingga keseimbangan
glomerolus dan tubulus tidak dapat dipertahankan. Terjadi ketidakseimbangan
antara filtrasi dan reabsorpsi disertai dengan hilangnya kemampuan
pemekatan urin.
Perjalanan gagal ginjal kronik dibagi menjadi 3 stadium, yaitu :
a. Stadium I
Stadium pertama merupakan sebuah proses penurunan cadangan
ginjal. Selama stadium ini kreatinin serum dan kadar BUN normal dan
pasien asimptomatik.
b. Satdium II
Tahap ini merupakan insufisiensi ginjal dimana lebih dari 75%
jaringan yang berfungsi telah rusak dan GFR (Glomerulus Filtration Rate)
besarnya hanya 25% dari normal. Kadar BUN mulai meningkat tergantung
12
dari kadar protein dalam diet. Kadar kreatinin serum juga mulai meningkat
disertai dengan nokturia dan poliuria sebagai akibat dari kegagalan
pemekatan urin.
c. Stadium III
Stadium ini merupakan stadium akhir dimana 90 % dari massa nefron
telah hacur atau hanya tinggal 200.000 nefron saja yang masih utuh. GFR
(Glomerulus Filtration Rate) hanya 10 % dari keadaan normal. Kreatinin
serum dan BUN akan meningkat.
Klien akan mulai merasakan gejala yang lebih parah karena ginjal
tidak lagi dapat mempertahankan homeostasis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Urin menjadi isoosmotik dengan plasma dan pasien menjadi oligurik
dengan haluaran urin kurang dari 500 cc/hari.
13
Peta Konsep
Kerusakan jaringan ginjal
GFR turun
Pruritus
Eritropoesis turun
Anemia
Suplai O2 ke jaringan kurang
Metabolisme anaerob
Produksi ATP kurang
Proteinuria
Kelemahan otot
Intoleransi aktivitas
Hipoalbumin
Tekanan osmotic koloid turun
Migrasi airan ke interstisial
Udem paru
Nafas cepat & dangkal
Udem
Hiperkalemia
14
15
16
17
6. Penatalaksanaan Medis
Menurut Mansjoer (1999 : 533), penatalaksanaan medis pada gagal
ginjal kronik adalah :
a. Tentukan dan tatalaksana penyebab
b. Optimalisasi dan pertahankan keseimbangan dan cairan dan garam, pada
beberapa pasien, furosemid dosis besar (250-1000 mg/hari) atau diuretin
loop (bumetarid, asam etokrinat) diperlukan untuk mencegah kelebihan
cairan pengawasan dilakukan melalui berat badan, urine dan pencatatan
keseimbangan cairan/masukan melebihi keluaran sekitar 500 ml.
c. Diit tinggi kalori dan rendah protein (20-40 g/hari) menghilangkan gejala
anoreksia dan nausea dari uremia, menyebabkan penurunan ureum dan
perbaikan gejala. Hindari masukan dan berlebihan dari kalium dan garam.
d. Kontrol Hipertensi.
Pada pasien hipertensi dengan penyakit ginjal, keseimbangan garam
dan cairan di atur sendiri tanpa tergantung tekanan darah. Sering
diperlukan diuretik koop, selain obat anti hipertensi.
e. Kontrol ketidakseimbangan elektrolit
Yang sering ditemukan adalah hiperglikemia dan asidosis berat
hindari kalium yang besar (batasi hingga 60 mmol/hari), diuretik hemat
kalium, obat-obatan yang berhubungan dengan ekskresi kalium (misalnya
menghambat ACE dan obat anti inflasi nonsteroid). Asidosis berat atau
18
kekurangan garam yang menyebabkan pelepasan kalium dari sel dan ikut
dalam kaniresis. Deteksi melalui kalium plasma EKG. Gejala-gejala
asidosis baru jelas bila bikarbonat plasma kurang dari 15 mmol/liter.
f. Mencegah dan tatalaksana tulang ginjal
Hiperpospatemia dikontrol oleh obat yang mengikat posfat seperti
alumunium hidroks (330-800 mg) atau kalsium karbonat (500-3000 mg)
pada setiap makan.
g. Deteksi dini dan terapi infeksi
Pasien uremia harus di terapi sebagai pasien imunosupresif dan di
terapi lebih ketat.
h. Modifikasi terapi obat dan fungsi ginjal
Banyak obat-obatan yang harus diturunkan dosisnya misalnya
digoksin aminogikosid, analgetik opiat, amfoteris dan alopurinol.
i. Deteksi dan terapi komplikasi
Awasi dengan ketat kemungkinan enselopati uremia, perikarditis
neunpari perifer, hiperkolemia yang meningkat kelebihan cairan infeksi
yang mengancam jiwa, kegagalan untuk bertahan sehingga diperlukan
dialisis.
j. Persiapan dialisis dan program transplantasi
Segera dipersiapkan setelah gagal ginjal kronik diabetes. Indikasi
dilakukan dialisa biasanya adalah gagal ginjal dengan gejala klinis yang
jelas mesti telah dilakukan terapi konservatif atau terjadi komplikasi.
19
Oksigenasi
Gagal ginjal kronik menyebabkan gagal jantung yang beresiko
menyebabkan udem paru. Penumpukan cairan pada paru-paru dapat
menyebabkan gangguan pertukaran gas.
2.
3.
Nutrisi
Penumpukan sisa metabolisme dalam tubuh menandakan adanya
toksin dalam tubuh serta merubah komposisi biokimia cairan tubuh yang akan
merangsang medula oblongata untuk mempersespsikan adanya mual. Ascites
akibat retensi natrium dan air juga menyebabkan perasaan penuh pada perut
yang menurunkan nafsu makan.
4.
Eliminasi
20
Aktivitas/Istirahat
Penurunan produksi eritropoetin menyebabkan anemia sehingga
mengurangi suplai oksigen ke jaringan dan menyebabkan penurunan produksi
ATP serta mengakibatkan kelemahan. Kelemahan ini akan menyebabkan
keterbatasan atau intolerasi terhadap aktivitas.
6.
Konsep Diri
Udem anasarka, perubahan kulit dan dampak lainnya dari gagal ginjal
kronik
menyebabkan
perubahan
bentuk
tubuh
sehingga
berpotensi
Rasa Aman
Kurangnya
informasi tentang
penyakit
C. Asuhan Keperawatan
Keperawatan adalah salah satu bentuk pelayanan profesional yang sebagai
bagian dari pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologis, psikologis, sosial
dan spiritual. Secara komprehensif ditunjukkan pada individu, keluarga dan
masyarakat sehat maupun sakit mencakup hidup manusia. (La Ode, 1999 : 69).
21
a. Riwayat Kesehatan
1) Data Demografi :
a) Umur : biasanya terjadi pada usia lebih dari 60 tahun, walaupun
pada kenyataanya banyak penderita dengan umur sebelum usia 60
tahun.
22
tingkat
pendidikan
akan
mempengaruhi
tingkat
23
pengetahuan klien dan hal ini akan berpengaruh pola hidup dan
kebiasaan sehari-hari yang akan mencerminkan tingkat kesehatan
klien.
6) Riwayat obat-obatan yang dikonsumsi, obat-obatan yang digunakan
seperti garamicin, analgetik yang lama, obat arthritis, obat hipertensi,
obat kardiovaskuler, obat diabetes melitus.
7) Riwayat kesehatan sekarang adanya dalam perubahan :
a) Karakteristik urine
b) Pola BAK
c) Kemampuan untuk mengontrol BAK
d) Perubahan frekuensi
e) Merasa nyeri
1) Serangan dan lamanya : kejadian setelah BAK atau selama
BAK
2) Lokasi penyebaran : pada punggung
3) Nyeri menjalar dari abdomen bagian bawah sampai perineum,
skortum/labia.
4) Nyeri kesulitan Bak (dysuria)
5) Karakter dan beratnya : rasa terbakar dan sakit
6) Faktor yang meringankan : perubahan posisi
7) Faktor yang memberatkan : obat-obatan
f) Distensi bladder, spasme
24
dapat terjadi
peningkatan suhu.
d) Tingkat kesadaran: penurunan kesadaran bias terjadi stupor sampai
dengan koma.
e) Konsentrasi: ketidakmampuan konsentrasi, keilangan memori,
kacau.
f) Kemampuan bicara: stress, perasaan tidak berdaya.
g) Gaya jalan: adanya kesemutan dan kram pada otot ekstremitas
bawah mempengaruhi gaya berjalan klien dengan gagal ginjal
kronik.
h) Koordinasi anggota gerak: kram pada otot ekstremitas, sindroma
kaki gelisah, kebas rasa terbakar pada kaki.
25
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik sistem perkemihan meliputi inspeksi, akultasi,
palpasi dan perkusi.
1) Mata
Sering ditemukan warna konjungtiva yang pucat/putih, edema
preorbial.
2) Muka
Apakah ada muka tampak sembab atau tidak. Muka sembab
disebabkan karena udem .
3) Leher
Sering terjadi peningkatan vena jugularis sebagai akibat dari
peningkatan tekanan pengisian pada atrium kanan pada kondisi gagal
jantung kanan.
4) Pemeriksaan Ginjal
Kaji daerah abdomen pada garis midklavikula kiri dan kanan
atau daerah costovertebral angle (CVA), normal keadaan abdomen
simetris, tidak tampak masa dan tidak ada pulsasi, bila tampak ada
masa pulsasi kemungkinan ada polikistik, hidronefrosis ataupun
nefroma. Apakah adanya bunyi vaskuler aorta maupun arteri renalis,
bila ada bunyi desiran kemungkinan adanya RAS (Renal Arteri
Stenosis), nefro scelerotic. Bila terdengar desiran, jangan melakukan
palpasi, cedera pada suatu aneurisme di bawah kulit terjadi sebagai
26
akibatnya tes CVA bila adanya nyeri tekan di duga adanya implamasi
akut.
Keadaan normal, ginjal tidak teraba. Apabila teraba membesar
dan kenyal, kemungkinan adanya polikistik maupun hidroneprosis.
Bila dilakukan penekanan pasien mengeluh sakit, hal ini tanda
kemungkinan adanya peradangan.
5) Pemeriksaan Kandung Kemih
Di daerah supra pubis dipalpasi apakah ada distensi.
Normalnya kandung kemih terletak di bawah sympisis pubis, tetapi
setelah membesar organ ini dapat terlihat distensi pada supra pubis,
pada kondisi normal yang berarti urine dapat dikeluarkan secara
lengkap dari bendung kemih, kandung kemih tidak teraba. Bila ada
obstuksi di bawah dan prodiksi urine normal maka urine tidak dapat
dikeluarkan, hal ini mengakibatkan distensi kandung kemih.
27
28
dari
7,2)
karena
ginjal
kehilangan
kemampuan
menurunnya
tingkat
serum
protein
mungkin
29
arteriogram,
memeriksa
sirkulasi
ginjal
dan
30
31
32
a) Pantau berat badan setiap hari, kreatinin dan BUN serum, jumlah
makanan yang dikonsumsi dalam setiap makanan, hasil laporan
JDL, terutama hemoglobin dan hematokrit, kadar besi dan feritin
serum, nilai protein serum, masukan dan haluaran, hasil kalsium
serum dan kadar fosfat.
b) Konsul dokter bila keluhan kelelahan menetap
c) Mungkin periode istirahat sepanjang hari
d) Berikan agen antimetik yang diprogramkan dan evaluasi
efektivitasnya.
Bila
alfa
epotin
diprogramkan,
gunakan
kewaspadaan berikut :
(1) Sebelum memulai terapi :
(a) Periksa kadar besi serum dan feritin, tekanan darah dan
riwayat alergi.
(b) Konsul dokter bila kadar besi dan feritin rendah, tekanan
darah tinggi menetap, atau riwayat sensitivitas terhadap
albumin dan produk sel derivat mamalia.
(c) Berikan suplemen besi bila diprogramkan.
(2) Hentikan infus IV dan konsul dokter dengan segera bila reaksi
merugikan, berikut ini terjadi :
(a) Sakit kepala
(b) Hipertensi memburuk
33
mengidentifikasi
indikasi
perkembangan
atau
34
produksi
parathormon
meningkat,
mengakibatkan
35
3) Kriteria hasil
Berkurangnya keluhan lelah, peningkatan keterlibatan pada aktivitas
sosial, laporan perasaan lebih berenergi, frekuensi pernafasan dan
frekuensi jantung kembali normal setelah penghentian aktivitas,
berkurangnya nyeri sendi.
c. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi,
pemeriksaan diagnostik, rencana tindakan dan prognosis.
1) Perencanaan
a) Bila mungkin atur untuk kunjungan dari individu yang mendapat
terapi
b) Berikan informasi tentang :
(1) Sifat gagal ginjal
(2) Pemeriksaan diagnostik termasuk tujuan, deskripsi singkat,
persiapan yang diperlukan sebelum tes.
(3) Tujuan terapi yang diprogramkan.
c) Sediakan waktu untuk pasien dan orang terdekat untuk
membicarakan tentang masalah dan perasaan tentang perubahan
gaya hidup yang akan diperlukan untuk memilih terapi.
2) Rasional
36
mengembangkan
kepatuhan
dan
kemandirian
maksimum.
c) Pengekspresian perasaan membantu mengurangi ansietas, tindakan
untuk gagal ginjal berdampak pada seluruh keluarga.
3) Kriteria hasil
Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi, pemeriksaan
diagnosik dan rencana tindakan; sedikit melaporkan perasaan gugup
dan takut.
keringat,
mengikuti
pembatasan
diet
yang
37
38
39
pemahaman
tentang
instruksi
pulang,
40
g) Jelaskan
perlunya
kebutuhan
klien
untuk
makan
protein
makan
dirangsang
pada
situasi
yang
relaks
dan
menyenangkan
g) Protein adekuat diperlukan untuk mencegah katabolisme protein
dan penggunaan otot
41
3) Kriteria hasil
Klien akan menghubungkan pentingnya masukan nutrisi adekuat
dan mentaati program diet yang diprogramkan.