Disusun Oleh :
Yetnie Nora Lahiwu
PPNX 12084
1.
Pengertian
Gagal ginjal akut (acute renal failure) adalah penurunan fungsi ginjal tiba-tiba yang
ditentukan oleh peningkatan kadar BUN dan kreatinin plasma (Baradero, Dayrit, & Siswadi,
2005).
Menurut Davey (2006) gagal ginjal akut adalah suatu sindrom yang ditandai oleh
penurunan yang cepat pada laju filtrasi glomerulus (glomerular filtration rate [GFR]). Gagal
ginjal akut terjadi ketika ginjal tidak mampu mengangkut sampah metabolik tubuh atau
melakukan fungsi regulernya (Smeltzer & Brare, 2002).
Pembuluh darah untuk nefron menjalankan tugas khusus: (a) Glomelurus adalah pusaran
kapiler yang tertutup dalam Kapsula Bowman. Arteriol afferent membawa darah
kedalamnya, (b) Pembuluh darah efferent berjalan dari glomelurus menuju tubulus ginjal dan
memecah menjadi kapiler pada permukaannya, (c) Kapiler mengalirkan darah ke dalam vena
yang akhirnya bergabung dengan vena lain membentuk vena renalis (Gibson, 2003).
Menurut Gibson (2003), ginjal adalah prgan ekskresi utama tubuh, dan agar dapat
menjalankan fungsi ekskresi ini, ginjal harus menerima proposi darah sekitar seperempat
ketika tubuh dalam keadaan istirahat.
2.2. Fisiologi
Ginjal berfungsi sebagai pengaturan keseimbangan air, pengaturan konsentrasi garam
dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah, dan ekskresi bahan buangan dan kelebihan
garam (Pearce, 2004). selain itu berperan dalam produksi vitamin D dan ekskresi beberapa
obat (Gibson, 2003).
Proses ginjal menghasilkan urin yaitu filtrasi. filtrasi plasma terjadi ketika darah
melewati kapiler dari glomelurus. Dari proses ultrafiltrasi ini, filtrate glomelural kira-kira
180 liter per hari. Ultrafiltrasi diukur sebagai laju filtrasi glomelurus (Glomelular Filtration
Rate, [GFR]). Secara klinis, GFR diartikan sebagai jumlah filtrate glomelural yang dihasilkan
dalam satu menit. GFR pada orang dewasa kira-kira 125 ml per menit (7,5 liter per jam)
(Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2005).
Kedua ginjal menerima sekitar 20% dari curah jantung yang dapat membuat kecepatan
aliran darah ginjal sebanyak 1.200 ml per menit. Aliran darah yang sangat cepat ini memang
melampaui kebutuhan oksigen dan metabolik ginjal, tetapi diperlukan karena memperlancar
ekskresi sisa metabolik.
Kemampuan ginjal untuk mempertahankan air dan elektrolit (melalui reabsorpsi) juga
sangat penting dalam kelangsungan hidup seseorang. Tanpa kemampuan ini seseorang dapat
mengalami kekurangan air dan elektrolit dalam 3-4 menit. Tubulus kontortus distal dan
tubulus kontortus proksimal mereapsorbsi 85-90% air yang ada dalam ultrafiltrat, 80% dari
natrium; sebagian besar kalium, bikarbonat, klorida, fosfat, glukosa, dan asam amino.
Tubulus Kontortus distal dan tubulus koligentes menghasilkan urin.
Ginjal mempertahankan keseimbangan fisiologis dengan mengatur komposisi cairan dan
pelarut dalam darah. Ginjal memakai tiga proses yang kompleks, yaitu proses filtrasi, proses
reabsorpsi, dan proses sekresi. Filtrasi terjadi dalam kapsula Bowman. Reabsorpsi dan
sekresi terjadi dalam tubulus dan duktus koligentes (Baradero, Dayrit, & Siswadi, 2005).
Selain fungsinya sebagai pengendali keseimbangan air dan kimia tubuh, ginjal
menghasilkan rennin dan eritropenin. Renin diproduksi oleh sel-sel tertentu dalam dinding
arteriol yang dilalui darah menuju glomelurus. Renin disekresi bila tekanan darah menurun
sangat rendah sehingga jumlah darah yang melewati ginjal tidak cukup. Hormon ini
meningkatkan tekanan darah. Eritropenin disekresi oleh ginjal sebagai respon terhadap
penurunan tekanan oksigen normal. Hormon ini merangsang pembentukan eritrosit dalam
sumsum tulang dan meningkatkan jumlah yang tersedia untuk pengangkutan oksigen
(Gibson, 2003).
3. Etiologi
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu prarenal, intrarenal,
dan pascarenal. Prarenal adalah penyebab tersering gagal ginjal akut. Kondisi Prarenal terjadi
akibat keadaan yang tidak berkaitan dengan ginjal, tetapi yang merusak ginjal dengan
mempengaruhi aliran darh ginjal. Penyebab prarenal adalah segala sesuatu yang
menyebabkan penurunan tekanan darah yang sistemik yang parah menimbulkan syok,
misalnya infark miokardium, reaksi anafilaktik, kehilangan darah atau deplesi volume yang
berat, luka bakar, atau sepsis (infeksi yang ditularkan melalui darah). Tindakan bedah yang
menyebabkan penurunan aliran darah ginjal yang lama juga dapat menyebabkan kegagalan
prarenal. Pada tekanan darah sistemik rata-rata yang kurang dari 80 mmHg, otoregulasi ginjal
tidak dapat berjalan dengan baik (Corwin, 2009).
Intrarenal adalah jenis gagal ginjal akut yang terjadi akibat kerusakan truktur glomelurus
atau tubulus ginjal (Smeltzer & Brare, 2002). Pada kegagalan intrarenal, kerusakan sel-sel
ginjal biasanya terjadi akibat nekrosis tubulus iskemik. Hal ini cenderung mengaburkan
perbedaan antara kegagalan prarenal dan intrarenal karena penyebab utama nekrosis tubulus
iskemik adalah penurunan aliran darah ginjal. Nekrosis tubulus juga dapat terjadi akibat efek
langsung obat-obat nefrotoksik (merusak nefron), misalnya berbagai logam berat dan pelarut
organic. Antibiotik aminoglikosida, misalnya gentamisin, juga bersifat nefrotoksik.
Pascarenal yang menyebabkan gagal ginjal akut biasanya akibat dari obstruksi di bagian
distal ginjal (Smeltzer & Brare, 2002). Menurut Corwin (2009) pascarenal adalah jenis gagal
ginjal akut yang terjadi akibat kondisi yang mempengaruhi aliran urin keluar ginjal, dan
mencangkup cidera atau penyakit ureter, kandung kemih, atau uretra. Penyebab kegagalan
pascarenal yang sering dijumpai adalah obstruksi. Obstruksi dapat terjadi sebagai respon
terhadapbanyak faktor, termasuk batu yang tidak diobati, tumor, infeksi berulang, hyperplasia
prostat, atau kandung kemih neurogenik.
4. Patofisiologi
1.
2.
3.
4.
5.
Obstruksi tubulus
Kebocoran cairan tubulus
Penurunan permeabilitas glomerulus
Disfungsi vasomotor
Glumerolus feedback
Teori obstruksi glumerolus menyatakan bahwa NTA (necrosis tubular akut)
menggakibatkan deskuamasi sel-sel tubulus yang nekrotik dan materi protein lainnya, yang
kemudian membentuk silinder-silinder dan menyumbat lumen tubulus. Pembengkakan
selular akibat iskemia awal, juga ikut menyokong terjadinya obstruksi dan memperberat
iskemia. Tekanan tubulus meningkat, sehingga tekanan filtrasi glumerolus menurun. Teori ini
sesuai untuk kondisi iskemia berkepanjangan, keracunan logam berat dan etilen glikol.
Hipotesis kebocoran tubulus menyatakan bahwa filtrasi glumerolus terus berlangsung
normal tetapi cairan tubulus bocor keluar melalui sel-sel tubulus yang rusak dan masuk
dalam sirkulasi peritubular. Kerusakan membran basalis dapat terlihat pada NTA yang berat
Pada ginjal normal, 90 % alian darah didistribusi ke korteks (tempat dimana terdapat
glumerolus) dan 10 % pada medula. Denggan demikian, ginjal dapat memekatkan kemih dan
menjalankan funggsinya. Sebaliknya pada GGA, perbandingan antara distribusi korteks dan
medulla menjadi terbalik, sehingga terjadi iskemia pada korteks ginjal. Kontriksi dari arteriol
aferen merupakan dasar faskular penurunan laju filtrasi glumerolus (GFR). Iskemia ginjal
akan mengaktivasi sistem renin angiotensin dan memperrberat iskemia corteks luar ginjal
setelah hilangnya rangsangan awal. Kadar renin tertinggi pada korteks luar ginjal, tempat
dimana terjadi iskemia paling berat selama berlangsunggnya GGA.
Menurut teori Disfungsi Vasomotor, Prostaglandin dianggap bertanggungjawab terjadinya
GGA, dimana dalam keadan normal, hipoksia merangsang ginjal mensintesis PGE dan PGA
(vasodilator kuat) sehingga aliran darah ginjal diredistribusi ke korteks yang mengakibatkan
diuresis. Agaknya iskemia akut yang berat atau berkepanjangan dapat menghambat ginjal
untuk mensintesis prostaglandin. Penghambatan prostaglandin seperti aspirin diketahui dapat
menurunkan aliran darah renal pada orang normal dan menyebabkan NTA.
Teori glumerolus menganggap bahwa kerusakan primer terjadi pada tubulus proksimal.
Tubulus proksimal yang menjadi rusak akibat nefrotoksin atau iskemia gagal untuk menyerap
jumlah normal natrium yang terfiltrasi dan air. Akibatnya makula densa mendeteksi adanya
peningkatan natrium pada cairan tubulus distal dan merangsang peninggkatan produksi renin
dari sel jukstaglumerolus. Terjadi aktivasi angiotensin II yang menyebabkan vasokontriksi
ateriol aferen, mengakibatkan penurunan aliran darah ginjal dan laju aliran glumerolus.
Pathway
5. Pemeriksaan
Diagnostik
obstruksi
tubulus
vaskular
Zat toksik
Iritasi/cidera
Obstruksi saluran
kemih
jaringan
Apabila diduga ada perubahan fungsi ginjal, perlu dilakukan evaluasi BUN, kreatinin,
elektrolit.
urinalisis untuk Tertimbun
mengetahui
berat jenis, osmolalitas, dan
arterosklerosis
desklamasidan
sel-sel
tubulus Perlu juga dilakukan
di ginjal
Retensi urin
Batu besar
natrium urin. Pemeriksaan lain juga diperlukan misalnya seperti kimiawi darah, pemeriksaan Hematuria
kasar
iskemia
darah
lengkap,
gas
darah
arteri,
dan
urin
protein.
menyumbat lumen tubulus
permeabilitas ginjal
oliguria
Ultrasonografi, Pemindaian computed tomographymenurun
(CT Scan), pielografi intravena (IVP),
NyeriAnemia
pinggang
Suplai darah ke ginjal menurun
anuria
dan
magnetic
resonance
imaging
(MRI),
dilaksanakan
untuk
mengesampingkan
adanya
tekanan tubulus
obstruksi sebagai penyebab gagal ginjal. Melalui pemeriksaan ini, besar dan letak ginjal
GGA
dapat diketahui. Ginjal yang membesar dapat menunjukkan
hidronefrosis. Apabila etiologi
ARF belum diketahui biopsy dapat membantu mengetahui penyebabnya (Baradero, Dayrit,
&
Sekresi
GFR
eritropoitis
Siswadi, 2005).
Retensi Na
6. Penatalaksanaan
Hb berkurang
Payah jantung kiri
SuplaiSuplai
O2 turun
b. Tanda : demam, sepsis(dehidrasi), ptekie atau kulit ekimosis, pruritus, kulit kering.
9. Penyuluhan/Pembelajaran:
a. Gejala : riwayat penyakit polikistik keluarga, nefritis herediter, batu urianrius,
malignansi., riwayat terpapar toksin,(obat, racun lingkungan), Obat nefrotik
penggunaan berulang Contoh : aminoglikosida, amfoterisisn, B,anestetik vasodilator,
Tes diagnostik dengan media kontras radiografik, kondisi yang terjadi bersamaan
tumor di saluran perkemihan, sepsis gram negatif, trauma/cedera kekerasan ,
perdarahan, cedra listrik, autoimun, DM, gagal jantung/hati.
No
Data
Etiologi
Masalah Keperawatan
Retensi
Edema (kelebihan
cairan)Na
Preload naik
GFR
Perubahan
Total CESnutrisi
naik kurang dari kebutuhan tubuh
Beban jantung
meningkat
Tek.kapiler
naik
Edema (kelebihan cairan)
Hipertropi ventrikel kiri
Preload naik
Payah jantung kiri
mual, muntah,
ureum
dan kreatinin
kurang nafsu
makan
Beban jantung
meningkat
COP turunAliran darah ke ginjal
Hb berkurang
2 turun
Retensi Na dan H2O naik
Intoleransi aktivitas
COP turun
protein
d) intoleransi aktivitas berhubungan dengan fatigue
Asam laktat
Metabolisme anaerob
Suplai O2
ke jaringan
asidosis
8.4. Intervensi
Diagnosa Kep.
1. Penurunan curah jantung
berhubungan dengan kelebihan
cairan
Tujuan / Kriteria
Intervensi
Rasional
Setelah
dilakukan
tindakan Mandiri:
Mandiri:
keperawatan selama 3x24 jam, 1. Awasi TD dan frekuensi
1. Deteksi dini terhadap kelebihan
diharapkan Penurunan curah
jantung
cairan
jantung tidak terjadi, dengan
kriteria :
2. Respon terhadap berlanjutnya
2.
Observasi
EKG
Mempertahankan curah jantung,
gagal ginjal
TD. Dan denyut jantung normal
Nadi ferifer kuat: sama dengan
3. Deteksi dini untuk persiapan
waktu pengisisn kapiler
dialysis
3. Auskultasi bunyi jantung.
4. Deteksi dini terhadap
4. Kaji warna kulit,
vasokontriksi atau anemia,
membran mukosa dan
sianosis yang mungkin
dasar kuku.
berhubungan dgn. Gagal ginjal
5. Indikator hipokalemia yang dpt.
mempengaruhi kontraktilitas dan
5. Selidiki kram otot,
fungsi jantung.
kesemutan pada jari dan
kejang otot.
6. Menurunkan konsumsi
oksigen/kerja jantung
6. Pertahankan tirah
baring/dan dorong
istirahat adekuat
Deteksi dini perubahan elektrolit darah
Memaksimalkan sediaan oksigen.
Kolaborasi pemeriksaan :
Memperbaiki curah jantung
Lab.K,Na, Ca.
Mengatasi Hipokalemia dan
Berikan tambahan oksigen
memperbaiki iritabilitas jantung.
Berikan obat s/d
Memperbaiki asidosis
indikasi:Inotropik(digoksin)
,
2. Kelebihan
volume cairanSetelah dilakukan tindakan
Mandiri:
berhubungan dengan retensikeperawatan selama 3x24 jam
1. Catat pemasukan dan
natrium
diharapkan Perubahan kelebihan
pengeluaran akurat.
cairan tidakterjadi
2. Awasi bj. Urine
Kriteria :
1. Menunjukan haluaran urine
tepat
2. Berat jenis urine normal
3. BB stabil
4. Tanda vital normal
Mandiri:
1. Menentukan fungsi ginjal dan
kebutuhan penggantian cairan.
2. Mengukur kemampuan ginjal
mengkonsentrasikan urin.
3. Pengawasan status cairan tubuh
4. Mengetahui tachicardi,hipertensi
dan edema paru dan bunyi nafas
tambahan.
5. Mudah terjadinya edema
mengetahui akumulasi cairan
dan
Kolaborasi:
1. konsul dengan ahli gizi.
2. Berikan kalori tinggi,
kebutuhan nutrisi
2. Kalori diperlukan untuk memenuhi
kebut. Energi, rendah protein
disesuaikan dengan fungsi ginjal
rendah protein
yang menurun.
3. Mengatasi anemia, memperbaiki
Mandiri
Mandiri:
1. Evaluasi laporan kelelahan 1. Menentukan derajat dan efek
ketidakmampuan.
2. Kaji kemampuan untuk
2. Membantu memilihkan intervensi
berpartisipasi dalam
aktivitas yang diinginkan.
kriteria :
Berpartisipasi pada aktivitas yang 3. Identifikasi faktor stress
yang dapat memperberat
diberikan
4. Rencanakan periode
3. Mengatasi penyebab
istirtahat adekuat
5. Berikan bantuan dalam
4. Mencegah kelelahan berlebihan
aktivitas sehari-hari
6. Tingkatkan partisipasi
sesuai dengan kemampuan 5. Memberikan keamanan pada pasien
6. Membatasi frustasi..
Kolaborasi ;
Awasi ; pemeriksaaan
Elekrolit
Ketidakseimbangan mengganggu fungsi
neuromuskuler
Daftar Pustaka
Baredero, M., Dayrit, M., Siswadi, Y. (2005). Seri asuhan keperawatan klien gangguan ginjal.
Jakarta: EGC.
Baughman, D., Hackley, J. (2000). Keperawatan medical bedah buku saku dari Brunner &
Suddarth. Jakarta: EGC.
Corwin, J. E. (2009). Buku saku patofisiologi (rev.ed). Jakarta: EGC.
Davey, P. (2006). At a glance medicine. Jakarta: Erlangga.
Doenges, M., Moorhouse, M., Geissler, A. (2000). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Jakarta: EGC.
Gibson, J. (2003). Fisiologi dan anatomi modern untuk perawat (2nd ed). Jakarta: EGC.
Pearce, E. (2004). Anatomi dan fisiologis untuk paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2001). Buku ajar keperawatan medikal-bedah brunner and
suddarth (8th Ed., vols. 2). Jakarta: EGC.
Wilkinson, J. (2007). Buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil
NOC. Jakarta: EGC.