DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN
DI SUSUN OLEH :
MUHAMAD AL-HANIP
11194691910043
Banjarmasin,………………........2020
Menyetujui,
……………………………….. ………………………………..
NIK/NIP. ................................
NIK. .......................................
LEMBAR PENGESAHAN
Banjarmasin,………………........2020
Menyetujui,
RSUD ULIN Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)
……………………………….. ………………………………
NIK/NIP. ................................ NIK. .....................................
Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
…………………………………..
A. DEFINISI
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (Nefrolitiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2017, hal. 68-
69).
B. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dg gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan
sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor intrinsik, meliputi:
a Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
PATHWAY
Immobilisas Pekerjaan
i
Terjadi presipitasi
garam dalam Hospitalisasi
urine
Intraoperatif Cemas
Tekanan hidrostatik Penurunan reabsorbsi
dan sekresi turbulen Adanya luka
insisi bedah
Pelepasan Trauma
mediator seni
Gangguan
Distensi pada ginjal Gangguan
ginjal
( bradikinin, Gangguan
serta serotonin,
rasa proximal
ureter eliminasi Kurang
histamine) nyaman fungsi ginjal pengetahuan
nyeri urine Misinterpretasi
Penurunan produksi urine
Inkontinuita
Buffer pertahanan
s jar kulit
terganggu
Perubahan status
nyeri Port de entry
kesehatan
kuman
patogen
Kurang terpajan
informasi Resti infeksi
postoperatif
F. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan Sectio Alta
1. Pre operasi
a observasi tanda- tanda vital
b Beri penjelasan tentang penyakit
c berikan obat analgesik dan antibiotik
2. Pasca operasi
a Observasi tanda- tanda vital
b Infus diteruskan dg komposisi 2 garam fisiologis dan dextrose 5% dalam 24 jam
sampai makan peroral dapat dimulai
c Bising usus mulai terdengar dapat dimulai minum sedikit- sedikit ( 3 sendok
makan perjam )
d Bila flatus sudah terjadi dan perut tidak kembung, maka makan cair dapat
dimulai
e Fisioterapi dapat dimulai segera pasca operasi
f Pemberian anti biotik, ampisilin 3 x 1 gram dan analgesik 3 x 500 mg
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah
:
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
2. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
3. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
4. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
5. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
6. IVP ( intra venous pylografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
7. Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
8. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dg gelombang kejut.
9. Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dg studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dg urine dalam 24 jam untuk mengukur
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari
diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan
kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al.
2016)
2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
- Penrunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih
6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil
7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema
dan iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal
dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
2. Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan
indikasi. dengan tipe batu yang ditemukan.
- Diet rendah purin
- Diet rendah kalsium
- Diet rendah oksalat
- Diet rendah
kalsium/fosfat
EGC, Jakarta
Soeparman & Waspadji (2016), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.
Prima Medika.