Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN NEFROLITIASIS

DI RUANG HEMODIALISA
RSUD ULIN BANJARMASIN

Untuk Menyelesaikan Tugas Profesi Keperawatan Medikal Bedah


Program Profesi Ners

DI SUSUN OLEH :
MUHAMAD AL-HANIP
11194691910043

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN
JUDUL KASUS : Nefrolitiasis (Batu ginjal)
NAMA MAHASISWA : Muhamad Al-Hanip
NIM : 11194691910043

Banjarmasin,………………........2020

Menyetujui,

RSUD ULIN Banjarmasin Program Studi Profesi Ners


Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

……………………………….. ………………………………..
NIK/NIP. ................................
NIK. .......................................

LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS : Nefrolitiasis (Batu ginjal)


NAMA MAHASISWA : Muhamad Al-Hanip
NIM : 11194691910043

Banjarmasin,………………........2020

Menyetujui,
RSUD ULIN Banjarmasin Program Studi Profesi Ners
Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia
Preseptor Klinik (PK) Preseptor Akademik (PA)

……………………………….. ………………………………
NIK/NIP. ................................ NIK. .....................................

Mengetahui,
Ketua Jurusan Keperawatan Fakultas Kesehatan
Universitas Sari Mulia

…………………………………..

LAPORAN PENDAHULUAN BATU GINJAL

A. DEFINISI
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (Nefrolitiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih
mummi.Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari
sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra.Batu ini mungkin terbentuk di di
ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli
karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks,
infundibulum, pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal
dan merupakan batu slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2017, hal. 68-
69).

B. ETIOLOGI
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dg gangguan
aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-
keadaan lain yang masih belum terungkap (idiopatik). Secara epidemiologis terdapat
beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih yang dibedakan
sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor intrinsik, meliputi:
a Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
b Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
c Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.

2. Faktor ekstrinsik, meliputi:


a Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
b Iklim dan temperature
c Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
d Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu
saluran kemih.
e Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak
duduk atau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
C. PATOFISIOLOGI
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang
kemudian dijadikan dalam beberapa teori (Soeparman, 2017:388):
1. Teori Supersaturasi : Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu
ginjal mendukung terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap
menyebabkan terjadinya agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
2. Teori Matriks : Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10
% hexose, 3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan
penempelan kristal-kristal sehingga menjadi batu.
3. Teori Kurangnya Inhibitor : Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam
jumlah yang melampaui daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat
pengendapan. fosfat mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat
pembentukan kristal. Bila terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi
pengendapan.
4. Teori Epistaxy : Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-
sama. Salah satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan
pembentuk pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam
urin akan mendukung pembentukan batu kalsium dg bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
5. Teori Kombinasi : Batu terbentuk karena kombinasi dari bermacam-macam teori
diatas

PATHWAY

Herediter Umur Asupan air Jenis kelamin Diet

Immobilisas Pekerjaan
i

Terjadi presipitasi
garam dalam Hospitalisasi
urine

Terjadi pengendapan preoperatif Kurang informasi

Batu ginjal Stressor bagi klien


Obstruksi pembedahan

Intraoperatif Cemas
Tekanan hidrostatik Penurunan reabsorbsi
dan sekresi turbulen Adanya luka
insisi bedah
Pelepasan Trauma
mediator seni
Gangguan
Distensi pada ginjal Gangguan
ginjal
( bradikinin, Gangguan
serta serotonin,
rasa proximal
ureter eliminasi Kurang
histamine) nyaman fungsi ginjal pengetahuan
nyeri urine Misinterpretasi
Penurunan produksi urine
Inkontinuita
Buffer pertahanan
s jar kulit
terganggu

Jar mengeluarkan zat kimia


( bradikinin, serotin,
histamine)

Perubahan status
nyeri Port de entry
kesehatan
kuman
patogen

Kurang terpajan
informasi Resti infeksi

postoperatif

(Nanda NOC-NAC 2017-2020)


D. KOMPOSISI BATU
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat,
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin.
Pengetahuan tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha
pencegahan kemungkinan timbulnya batu residif.
1. Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak
ditemukan yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu
kalsium adalah:
a Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif),
gangguan kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria
renal) dan adanya peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti
pada hiperparatiridisme primer atau tumor paratiroid.
b Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak
dijumpai pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan
kaya oksalat seperti the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan
sayuran hijau terutama bayam.
c Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat
dalam urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah
terbentuknya batu kalsium oksalat.Asam urat dalam urine dapat bersumber dari
konsumsi makanan kaya purin atau berasal dari metabolisme endogen.
d Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dg kalsium membentuk kalsium sitrat
sehingga menghalangi ikatan kalsium dg oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom
malabsorbsi atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu
lama.
e Hipomagnesiuria: Seperti halnya dg sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan
bereaksi dg oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dg
kalsium ddg oksalat.
2. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu
ini dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
golongan pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia,
Enterobakter, Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim
urease dan mengubah urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak.
Suasana basa ini memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan
karbonat membentuk batu magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
3. Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak
dialami oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dg obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat).Kegemukan, alkoholik dan diet
tinggi protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6,
volume urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
Ion-ion yang berada pada di dalam saluran kemih yang berperan dalam
pembentukan buli- buli antara lain :
a. Kalsium : adalah ion utama dalam kristal urin. Hanya 50% kalsium plsma yang
terionisasi dan siap difiltrasi di glomerulus.
b. Oksalat : adalah produk sampah metabolisme dan relatif Insolubel. Normalnya
sekitar 10-50 % oksalat yang ditemukan di urin berasal dari diet.Sebagian besar
adalah hasil metabolisme.
c. Fosfat : adalah buffer penting dan mengkompleks dg kalsium dalam urin.
Merupakan komponen kunci batu kalsium fosfat dan magnesium amonium fosfat.
Ekskresi fosfat urin pada dewasa normal berkaitan dg jumlah fosfat diet
( khususnya dalam daging dairy product dan sayuran ).
d. Asam urat : adalah sampah metabolisme urin. Pka asam urat adalah 5,75. Asam
uarat yang tidak trdisosiasi akan dominan pada Ph dibawahnya.
e. Sodium : Walaupun bukan merupakan konstituen utama batu saluran kemih,
sodium memainkan peranan yang sangat penting dalaqm regulasi kristalisasi
garam kalsium.
f. Sitrat sangat berpengaruh dalam hal pembentukkan batu kalsium. Defigiensi sitrat
pada umumnya dikaitkan dg pembentukan batu pada penderita diare kronik,
asidosis tubular renal tipe 1 ( defek tubular distal ) dan pada penderita yang
mengalami terapi tiazid jangka lama.
g. Magnesium : Defisiensi magnesium diet berhubungan dg peningkatan insiden batu
saluran kemih. Magnesium adalah salah satu komponen batu struvit.Kekurangan
magnesium diet telah terbukti bisa menyebabkan peningkatan pembentukan batu
kalsium oksalat dan kristaluria kalsium oksalat.
h. Sulfat : Sulfat urin membantu mencegah pembentukan batu saluran kemih.
Karena bisa membentuk kompleks dg kalsium, sulfat ini berperan terutama
sebagai komponen protein urin, seperti kondritin sulfat dan heparin sulfat.
E. TANDA DAN GEJALA
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan
tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran
osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik
renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung,
pangkereas dan usus besar. Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan
gelombang nyeri luar biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan
genitalia. Klien sering merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan
biasanya mengandung darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter.
Umumnya klien akan mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai dg 1 cm secara
spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus diangkat atau
dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin membaik
dan lancar. ( Brunner and Suddarth. 2001).

F. PENATALAKSANAAN
Prinsip pengobatan Sectio Alta
1. Pre operasi
a observasi tanda- tanda vital
b Beri penjelasan tentang penyakit
c berikan obat analgesik dan antibiotik
2. Pasca operasi
a Observasi tanda- tanda vital
b Infus diteruskan dg komposisi 2 garam fisiologis dan dextrose 5% dalam 24 jam
sampai makan peroral dapat dimulai
c Bising usus mulai terdengar dapat dimulai minum sedikit- sedikit ( 3 sendok
makan perjam )
d Bila flatus sudah terjadi dan perut tidak kembung, maka makan cair dapat
dimulai
e Fisioterapi dapat dimulai segera pasca operasi
f Pemberian anti biotik, ampisilin 3 x 1 gram dan analgesik 3 x 500 mg

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih adalah
:
1. Urinalisa
Warna kuning, coklat atau gelap.
2. Foto KUB
Menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya batu.
3. Endoskopi ginjal
Menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
4. EKG
Menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
5. Foto Rontgen
Menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
6. IVP ( intra venous pylografi )
Menunjukan perlambatan pengosongan kandung kemih,membedakan derajat
obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih dan penebalan abnormal otot
kandung kemih.
7. Vesikolitektomi ( sectio alta )
Mengangkat batu vesika urinari atau kandung kemih.
8. Litotripsi bergelombang kejut ekstra korporeal.
Prosedur menghancurkan batu ginjal dg gelombang kejut.
9. Pielogram retrograde
Menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan kandung kemih.
Diagnosis ditegakan dg studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi intravena atau
pielografi retrograde. Uji kimia darah dg urine dalam 24 jam untuk mengukur
kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total merupakan upaya dari
diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya riwayat batu ginjal, ureter, dan
kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk mengidentifikasi faktor yang
mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih pada klien. ( Tjokro, N.A, et al.
2016)

H. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN


Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2016) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk
- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)

2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat

3. Eliminasi
Gejala:
- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
- Penrunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih

4. Makanan dan cairan:


Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
- Muntah

5. Nyeri dan kenyamanan:


Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit

6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil

7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan, edema
dan iskemia seluler.
2. Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.
3. Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal
dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.
4. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d kurang
terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan kognitif, kurang
akurat/lengkapnya informasi yang ada.

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

Nyeri (akut) b/d peningkatan frekuensi kontraksi ureteral, taruma jaringan,


edema dan iskemia seluler.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Catat lokasi, lamanya/intensitas Membantu evaluasi tempat obstruksi
nyeri (skala 1-10) dan dan kemajuan gerakan batu. Nyeri
penyebarannya. Perhatiakn panggul sering menyebar ke
tanda non verbal seperti: punggung, lipat paha, genitalia
peningkatan TD dan DN, sehubungan dengan proksimitas
gelisah, meringis, merintih, pleksus saraf dan pembuluh darah
menggelepar. yang menyuplai area lain. Nyeri tiba-
2. Jelaskan penyebab nyeri dan tiba dan hebat dapat menimbulkan
pentingnya melaporkan kepada gelisah, takut/cemas.
staf perawatan setiap perubahan Melaporkan nyeri secara dini
karakteristik nyeri yang terjadi. memberikan kesempatan pemberian
3. Lakukan tindakan yang analgesi pada waktu yang tepat dan
mendukung kenyamanan membantu meningkatkan
(seperti masase ringan/kompres kemampuan koping klien dalam
hangat pada punggung, menurunkan ansietas.
lingkungan yang tenang)
Meningkatkan relaksasi dan
4. Bantu/dorong pernapasan menurunkan ketegangan otot.
dalam, bimbingan imajinasi dan
aktivitas terapeutik.

5. Batu/dorong peningkatan Mengalihkan perhatian dan


aktivitas (ambulasi aktif) sesuai membantu relaksasi otot.
indikasi disertai asupan cairan
sedikitnya 3-4 liter perhari dalam
batas toleransi jantung. Aktivitas fisik dan hidrasi yang
adekuat meningkatkan lewatnya batu,
6. Perhatikan mencegah stasis urine dan
peningkatan/menetapnya mencegah pembentukan batu
keluhan nyeri abdomen. selanjutnya.

7. Kolaborasi pemberian obat Obstruksi lengkap ureter dapat


sesuai program terapi: menyebabkan perforasi dan
- Analgetik ekstravasasiurine ke dalam area
- Antispasmodik perrenal, hal ini merupakan
- Kortikosteroid kedaruratan bedah akut.
8. Pertahankan patensi kateter
urine bila diperlukan. Analgetik (gol. narkotik) biasanya
diberikan selama episode akut untuk
menurunkan kolik ureter dan
meningkatkan relaksasi otot/mental.
Menurunkan refleks spasme, dapat
menurunkan kolik dan nyeri.
Mungkin digunakan untuk
menurunkan edema jaringan untuk
membantu gerakan batu.

Mencegah stasis/retensi urine,


menurunkan risiko peningkatan
tekanan ginjal dan infeksi.
Perubahan eliminasi urine b/d stimulasi kandung kemih oleh batu, iritasi ginjal dan
ureter, obstruksi mekanik dan peradangan.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL


1. Awasi asupan dan haluaran, Memberikan informasi tentang fungsi
karakteristik urine, catat adanya ginjal dan adanya komplikasi.
keluaran batu. Penemuan batu memungkinkan
identifikasi tipe batu dan
2. Tentukan pola berkemih normal klien mempengaruhi pilihan terapi
dan perhatikan variasi yang terjadi. Batu saluran kemih dapat
menyebabkan peningkatan eksitabilitas
3. Dorong peningkatan asupan cairan. saraf sehingga menimbulkan sensasi
kebutuhan berkemih segera. Biasanya
4. Observasi perubahan status mental, frekuensi dan urgensi meningkat bila
perilaku atau tingkat kesadaran. batu mendekati pertemuan
uretrovesikal.
5. Pantau hasil pemeriksaan Peningkatan hidrasi dapat membilas
laboratorium (elektrolit, BUN, bakteri, darah, debris dan membantu
kreatinin) lewatnya batu.
6. Berikan obat sesuai indikasi: Akumulasi sisa uremik dan
- Asetazolamid (Diamox), Alupurinol ketidakseimbangan elektrolit dapat
(Ziloprim) menjadi toksik pada SSP.
Peninggian BUN, kreatinin dan
- Hidroklorotiazid (Esidrix, Hidroiuril), elektrolit menjukkan disfungsi ginjal
Klortalidon (Higroton)
Meningkatkan pH urine (alkalinitas)
- Amonium klorida, kalium atau natrium untuk menurnkan pembentukan batu
fosfat (Sal-Hepatika) asam.

- Agen antigout mis: Alupurinol Mencegah stasis urine ddan


(Ziloprim) menurunkan pembentukan batu
kalsium.
- Antibiotika
Menurunkan pembentukan batu fosfat
- Natrium bikarbonat

- Asam askorbat Menurnkan produksi asam urat.

7. Pertahankan patensi kateter tak


menetap (uereteral, uretral atau Mungkin diperlukan bila ada ISK
nefrostomi).
8. Irigasi dengan larutan asam atau Mengganti kehilangan yang tidak dapat
alkali sesuai indikasi. teratasi selama pembuangan
bikarbonat dan atau alkalinisasi urine,
9. Siapkan klien dan bantu prosedur dapat mencegah pemebntukan batu.
endoskopi.
Mengasamkan urine untuk mencegah
berulangnay pembentukan batu alkalin.
Mungkin diperlukan untuk membantu
kelancaran aliran urine.

Mengubah pH urien dapat membantu


pelarutan batu dan mencegah
pembentukan batu selanjutnya.
Berbagai prosedur endo-urologi dapat
dilakukan untuk mengeluarkan batu.
Kekurangan volume cairan (resiko tinggi) b/d mual/muntah (iritasi saraf abdominal
dan pelvis ginjal atau kolik ureter, diuresis pasca obstruksi.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Awasi asupan dan haluaran Mengevaluasi adanya stasis


urine/kerusakan ginjal.

2. Catat insiden dan karakteristik Mual/muntah dan diare secara umum


muntah, diare. berhubungan dengan kolik ginjal
karena saraf ganglion seliaka
menghubungkan kedua ginjal dengan
lambung.
3. Tingkatkan asupan cairan 3-4
liter/hari. Mempertahankan keseimbangan
cairan untuk homeostasis, juga
dimaksudkan sebagai upaya membilas
4. Awasi tanda vital. batu keluar.

Indikator hiddrasi/volume sirkulasi dan


5. Timbang berat badan setiap hari. kebutuhan intervensi.

Peningkatan BB yang cepat mungkin


6. Kolaborasi pemeriksaan HB/Ht dan berhubungan dengan retensi.
elektrolit.
Mengkaji hidrasi dan efektiviatas
7. Berikan cairan infus sesuai program intervensi.
terapi.
Mempertahankan volume sirkulasi (bila
8. Kolaborasi pemberian diet sesuai asupan per oral tidak cukup)
keadaan klien.
Makanan mudah cerna menurunkan
aktivitas saluran cerna, mengurangi
iritasi dan membantu mempertahankan
9. Berikan obat sesuai program terapi cairan dan keseimbangan nutrisi.
(antiemetik misalnya Proklorperasin/
Campazin). Antiemetik mungkin diperlukan untuk
menurunkan mual/muntah.
Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan terapi b/d
kurang terpajan atau salah interpretasi terhadap informasi, keterbatasan
kognitif, kurang akurat/lengkapnya informasi yang ada.

INTERVENSI KEPERAWATAN RASIONAL

1. Tekankan pentingnya memperta- Pembilasan sistem ginjal


hankan asupan hidrasi 3-4 liter/hari. menurunkan kesemapatan stasis
ginjal dan pembentukan batu.

2. Kaji ulang program diet sesuai Jenis diet yang diberikan disesuaikan
indikasi. dengan tipe batu yang ditemukan.
- Diet rendah purin
- Diet rendah kalsium
- Diet rendah oksalat
- Diet rendah
kalsium/fosfat

Obat-obatan yang diberikan


3. Diskusikan program obat-obatan, bertujuan untuk mengoreksi asiditas
hindari obat yang dijual bebas. atau alkalinitas urine tergantung
penyebab dasar pembentukan batu.

Pengenalan dini tanda/gejala


4. Jelaskan tentang tanda/gejala yang berulangnya pembentukan batu
memerlukan evaluasi medik (nyeri diperlukan untuk memperoleh
berulang, hematuria, oliguria) intervensi yang cepat sebelum timbul
komplikasi serius.

5. Tunjukkan perawatan yang tepat Meningkatakan kemampuan rawat


terhadap luka insisi dan kateter bila diri dan kemandirian.
ada.
DAFTAR PUSTAKA

Doenges at al (2016), Rencana Asuhan Keperawatan, Ed.3, EGC, Jakarta

Price & Wilson (2017), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Ed.4,

EGC, Jakarta

Purnomo, BB ( 2017), Dasar-dasar Urologi, Sagung Seto, Jakarta

Soeparman & Waspadji (2016), Ilmu Penyakit Dalam, Jld.II, BP FKUI, Jakarta.

Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2017-2020. Jakarta:

Prima Medika.

Anda mungkin juga menyukai