Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN BATU BULI-BULI PADA TN T

DI RUANGAN BEDAH UROLOGI RSUP


DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO
MAKASSAR

OLEH :

JEFRIANUS UN RIU

19.04.016

CI LAHAN CI INSTITUSI

Ns. Muh. Zukri Malik S.Kep.,M.Kep

YAYASAN PERAWAT SULAWESI SELATAN


STIKES PANAKKUKANG MAKASSAR
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
T.A 2019/2020
LAPORAN PENDAHULUAN
Batu Kandung Kemih

Konsep medis

A. Pengertian

Batu buli buli atau vesikolitiasis adalah penyumbatan saluran kemih khususnya
pada vesika urinaria atau kandung kemih oleh batu penyakit ini juga disebut batu
kandung kemih.( Smeltzer and Bare, 2005). Vesikolitiasis adalah batu yang terjebak di
vesika urinaria yang menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa sakitnya yang
menyebar ke paha, abdomen dan daerah genetalia. Medikasi yang diketahui
menyebabkan pada banyak klien mencakup penggunaan antasid, diamox, vitamin D,
laksatif dan aspirin dosis tinggi yang berlebihan. Batu vesika urinaria terutama
mengandung kalsium atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan
zat-zat lainnya. (Brunner and Suddarth, 2007)

Batu buli-buli atau batu kandung kemih adalah batu yang tidak normal di dalam
saluran kemih yang mengandung komponen kristal dan matriks organik tepatnya pada
vesika urinari atau kandung kemih. Batu kandung kemih sebagian besar mengandung
batu kalsium oksalat atau fosfat.. Batu vesika urinaria terutama mengandung kalsium
atau magnesium dalam kombinasinya dengan fosfat, oksalat, dan zat-zat lainnya

B. Etiologi

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung kemih adalah :

1. Faktor Endogen: Faktor genetik, familial, pada hypersistinuria, hyperkalsiuria dan


hiperoksalouria.
2. Faktor Eksogen: Faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi dan kejenuhan
mineral dalam air minum.
3. Faktor lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan, makanan
atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing atau buli-
buli (Syaifuddin, 1996). Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat
atau agak jarang sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan
terbentuk apabila dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan
menimbulkan agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan
akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan
sebagai kristal kalsium oksalat dalam urine. Dan beberapa medikasi yang diketahui
menyebabkan batu ureter pada banyak klien mencakup penggunaan obat-obatan yang
terlalu lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi. (
Prof. Dr. Arjatmo T. Ph. D.Sp. And. Dan dr. Hendra U., SpFk, 2001 ). Menurut
Smeltzer (2002:1460) bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin dan
periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan metabolisme kalsium)
Faktor lainnya, Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan,
makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu saluran kencing
atau buli-buli.

Batu kandung kemih dapat disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang
sebagai kalsium fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila
dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan menimbulkan
agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu kemungkinan akibat
kecenderungan ekskresi agregat kristal yang lebih besar dan kemungkinan sebagai
kristal kalsium oksalat dalam urine.

Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter pada banyak
klien mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu lama seperti antasid, diamox,
vitamin D, laksatif dan aspirin dosis tinggi. Menurut Smeltzer bahwa, batu kandung
kemih disebabkan infeksi, statis urin dan periode imobilitas (drainage renal yang
lambat dan perubahan metabolisme kalsium).

C. Patofisiologi
Penyebab spesifik dari batu kandung kemih adalah bisa dari batu kalsium
oksalat dengan inhibitor sitrat dan glikoprotein. Beberapa promotor (reaktan) dapat
memicu pembentukan batu kemih seperti asam sitrat memacu batu kalsium oksalat.
Aksi reaktan dan intibitor belum di kenali sepenuhnya dan terjadi peningkatan
kalsium oksalat, kalsium fosfat dan asam urat meningkat akan terjadinya batu
disaluran kemih. Adapun faktor tertentu yang mempengaruhi pembentukan batu
kandung kemih, mencangkup infeksi saluran ureter atau vesika urinari, stasis urine,
priode imobilitas dan perubahan metabolisme kalsium. Telah diketahui sejak waktu
yang lalu, bahwa batu kandung kemih sering terjadi pada laki-laki dibanding pada
wanita, terutama pada usia 60 tahun keatas serta klien yang menderita infeksi saluran
kemih.
Kelainan bawaan atau cidera, keadan patologis yang disebabkan karena
infeksi, pembentukan batu disaluran kemih dan tumor, keadan tersebut sering
menyebabkan bendungan. Hambatan yang menyebabkan sumbatan aliran kemih baik
itu yang disebabkan karena infeksi, trauma dan tumor serta kelainan metabolisme
dapat menyebabkan penyempitan atau struktur uretra sehingga terjadi bendungan dan
statis urin. Jika sudah terjadi bendungan dan statis urin lama kelamaan kalsium akan
mengendap menjadi besar sehingga membentuk batu.

Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang


kemudian dijadikan dalam beberapa teori :

a. Teori Supersaturasi
Tingkat kejenuhan komponen-komponen pembentuk batu ginjal mendukung
terjadinya kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya
agregasi kristal dan kemudian menjadi batu.
b. Teori Matriks
Matriks merupakan mikroprotein yang terdiri dari 65 % protein, 10 % hexose,
3-5 hexosamin dan 10 % air. Adanya matriks menyebabkan penempelan kristal-
kristal sehingga menjadi batu.
c. Teori Kurangnya Inhibitor
Pada individu normal kalsium dan fosfor hadir dalam jumlah yang melampaui
daya kelarutan, sehingga membutuhkan zat penghambat pengendapan. fosfat
mukopolisakarida dan fosfat merupakan penghambat pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori Epistaxy
Merupakan pembentuk batu oleh beberapa zat secara bersama-sama. Salah
satu jenis batu merupakan inti dari batu yang lain yang merupakan pembentuk
pada lapisan luarnya. Contoh ekskresi asam urat yang berlebih dalam urin akan
mendukung pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti
pengendapan kalsium.
Pathway

ISK

Gangguan eliminasi Kadar kalsium dalam air,


Bakteri pemecah urea
lingkungan, pekerjaan
Hyperplasia prostat

Sedimentasi dan kristal

Proses kristalisasi

Batu buli-buli Post op ( resilo infeksi)

Obstruksi saluran kemih

Batu pada Batu Batu vesika


ureter urinaria
ginjal

Kandung Leher
Nyeri Mengiritasi kemih buli-buli
mendadak dan endotel dan ureter
menyebar
Reflex Retensi
Pelepasan ke ginjal urin
Kolik renal mediator inflamasi
(pirogen)
hidronef Gangguan
Gejala hidroure
rosis eliminasi
gatrointestinal ter
Nyeri Aktivasi asam urin
akut arachidonat

Nausea Dilatasi Tekanan pada


Merangsang termoregulasi ginjal struktur ginjal
hipotalamus

Kerusakan Dilatasi
hipertermi GGK
fungsi ginjal tubulus ginjal
D. Manifestasi Klinik
Ketika batu menghambat dari saluran urin, terjadi obstruksi, meningkatkan
tekanan hidrostatik. Bila nyeri mendadak terjadi akut disertai nyeri tekan disaluran
osteovertebral dan muncul mual muntah maka klien sedang mengalami episode kolik
renal. Diare, demam dan perasaan tidak nyaman di abdominal dapat terjadi. Gejala
gastrointestinal ini akibat refleks dan proxsimitas anatomik ginjal kelambung,
pangkereas dan usus besar.
Batu yang terjebak dikandung kemih menyebabkan gelombang nyeri luar
biasa, akut dan kolik yang menyebar kepala obdomen dan genitalia. Klien sering
merasa ingin kemih, namun hanya sedikit urin yang keluar, dan biasanya mengandung
darah akibat aksi abrasi batu gejala ini disebabkan kolik ureter.
Umumnya klien akan dapat mengeluarkan batu yang berdiameter 0,5 sampai
dengan 1 cm secara spontan. Batu yang berdiameter lebih dari 1 cm biasanya harus
diangkat atau dihancurkan sehingga dapat dikeluarkan secara spontan dan saluran urin
membaik dan lancar.
E. Pemeriksaan Diagnostik.
Adapun pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada klien batu kandung kemih
adalah:
 Urinalisa, warna kuning, coklat atau gelap.
 Foto KUB, menunjukkan ukuran ginjal ureter dan ureter, menunjukan adanya
batu.
 Endoskopi ginjal, menentukan pelvis ginjal, mengeluarkan batu yang kecil.
 EKG, menunjukan ketidak seimbangan cairan, asam basa dan elektrolit.
 Foto Rontgen, menunjukan adanya di dalam kandung kemih yang abnormal.
 IVP ( intra venous pylografi ), menunjukan perlambatan pengosongan kandung
kemih,membedakan derajat obstruksi kandung kemih divertikuli kandung kemih
dan penebalan abnormal otot kandung kemih.
 Vesikolitektomi ( sectio alta ), mengangkat batu vesika urinari atau kandung
kemih.
 Litotripsi bergelombang kejut ekstra corporeal, prosedur menghancurkan batu
ginjal dengan gelombang kejut.
 Pielogram retrograde, menunjukan abnormalitas pelvis saluran ureter dan
kandung kemih.
 Diagnosis ditegakan dengan studi ginjal, ureter, kandung kemih, urografi
intravena atau pielografi retrograde. Uji kimia darah dengan urine dalam 24 jam
untuk mengukur kalsium, asam urat, kreatinin, natrium, dan volume total
merupakan upaya dari diagnostik. Riwayat diet dan medikasi serta adanya
riwayat batu ginjal, ureter, dan kandung kemih dalam keluarga di dapatkan untuk
mengidentifikasi faktor yang mencetuskan terbentuknya batu kandung kemih
pada klien.

F. Penatalaksanaan.
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi infeksi, serta mengurangi
obstruksi akibat batu. Cara yang biasanya digunakan untuk mengatasi batu kandung
kemih adalah :
a. Vesikolitektomi atau secsio alta.
Adalah tindakan pembedahan untuk mengeluarkan batu dari buli-buli dengan
membuka buli-buli dari arterio
b. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
Yaitu tindakan untuk menghancurkan batu bulu-buli.
c. Ureteroskopi.
Adalah tindakan medis yang di gunakan untuk memeriksa saluran kemih Bagian
atas untuk mendiagnosa Penyakit tertentu seperti infeksi saluran kemih atau
bahkan kangker.
G. Komplikasi.
Adapun komplikasi dari batu kandung kemih ini adalah :
a. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal, sehingga ginjal
menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih, kondisi ini terjadi karena tekanan
dan aliran balik ureter dan urine ke ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi
menampung urine. Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang, teraba benjolan
basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat terjadi gagal ginjal.
b. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan ginjal
menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi gejala mual muntah,
sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma, nafas dan keringat berbau urine.
c. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara assenden
ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka akan timbul panas yang
tinggi disertai mengigil, sakit pinggang, disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta
vertebra

d. Gagal ginjal akut sampai kronis

e. Obstruksi pada kandung kamih

f. Perforasi pada kandung kemih

g. Hematuria atau kencing darah

h. Nyeri pingang kronis

i. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.


Konsep Keperawatan

A. PENGKAJIAN
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : Merasa lemah dan lelah
Tanda : Perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal
Tanda : Tekanan darah meningkat, takikardi, bradikardi, atau disritmia
3. Integritas ego
Gejala : Perubahan tingkah laku atau kepribadian
Tanda : Cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan saat BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, urine berwarna merah\
5. Makanan dan cairan
Gejala : Mual, muntah
Tanda : Muntah
6. Neurosensori
Gejala : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Tanda : Perubahan kesadaran samapai koma, perubahan mental
7. Nyeri/keamanan
Gejala : Sakit pada daerah abdomen
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik diri pada rangsangan nyeri
8. Interaksi sosial
Gejala : Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda : Rasa tak berdaya, menolak jika diajak berkomunikasi
9. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan lagi
10. Seksualitas
Gejala : Tidak ada sedikitnya tiga siklus menstruasi berturut-turut
Tanda : Atrofi payudara, amenorea

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre oprasi
1. Gangguan eliminasi urine b/d dengan sumbatan saluran kemih
2. Nyeri b/d agen cidera biologi,kimia dan fisik
3. Ketidak seimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan b/d mual muntah, kurang
nafsu makan
4. Gangguan pola tidur b/d nyeri dan kecemasan
5. ansietas b/d proses Penyakit
6. Kurang pengetahuan b/d kurangnya informasi mengenai penyakit dan
pengobatannya.
Post oprasi
1. Risiko infeksi b/d faktor pembedahan
2. Hambatan mobilitas fisik b/d aktifitas kurang gerak
3. Kerusakan integritas kulit b/d faktor pembedahan
4. Resiko jatuh

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. DIAGNOSA TUJUAN (NOC) INTERVENSI (NIC)
Dx KEPERAWATAN

1 Gangguan eliminasi NOC: NIC:


urine berhubungan
Urinary Eleimination - Urinary Retention Care
hematuria
- Monitor intake dan output
Urinary Contiunence
- Monitor penggunaan obat
antikolinergik
- Monitor derajat distensi
Kriteria Hasil :
bladder
- Kandung kemih kosong - Instruksikan kepada
secara penuh pasien dan keluarga untuk
- Tidak ada residu urine >100- mencatat output urine
200 cc - Sediakan privasi untuk
- Intake cairan dalam rentang eliminasi
normal - Stimulasi reflek bladder
- Bebas dari ISK dengan kompres dingin
- Tidak ada spasme bladder pada abdomen
- Balance cairan seimbang - Kateterisasi jika perlu
- Monitor tanda dan gejala
ISK (panas,hematuria,
perubahan bau dan
konsistensi urien)
2 Nyeri berhubungan NOC: NIC :
dengan adanya iritasi Pain Management
Pain Level
pada vesica urinaria
- Lakukan pengkajian nyeri
Pain Control
secara komprehensip
Comfort Level termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
Kriteria Hasil:
frekuensi, kualitas, dan
- Mampu mengontrol nyeri faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri, - Observasi reaksi
mampu menggunakan teknik nonverbal dari
nonfarmakologi untuk ketidaknyaman
mengurangi nyeri, mencari - Gunakan teknik
bantuan) komunikasi terapeutik
- Melaporkan bahwa nyeri untuk mengetahui
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen - Kaji kultur yang
nyeri mempengaruhi respon
- Mampu mengenali nyeri nyeri
(skala, intensitas, frekuensi - Evaluasi pengalaman
dan tanda nyeri) nyeri masa lampau
- Menyatakan rasa nyaman - Evaluasi bersama pasien
setelah nyeri berkurang dan tim kesehatan lain
tentang ketidakefektivan
kontrol nyeri masa lampau
- Bantu pasien dan keluarga
untuk mencari dan
menemukan dukungan
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
- Kurangi faktor presipitasi
nyeri
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakoligi, non
farmakologi dan
interpersonal)
- Kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
intervensi
- Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak
berhasil
- Monitor penerimaan
pasien tentang
managemen nyeri
Analgesic Administration

- Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
- Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
- Cek riwayat alergi
- Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dsari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
- Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
- Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
- Monitor TTV sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama kali
- Berikan analgesik tepat
waktu terutama saat nyeri
hebat
- Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)
3 Nutrisi kurang dari NIC: NOC:
kebutuhan berhubungan
Nutritional status : food and fluid Nutrion Management
dengan adanya kanker
intake
pada vesica urinaria - Kaji adanya alergi
Nutrional status : nutrien intake makanan
- Kolaborasi dengan ahli
Weight control
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan pasien
Kriteri Hasil :
- Anjurkan pasien untuk
- Adanya peningkatan BB meningkatkan intake Fe
sesuai dengan tujuan - Anjurkan pasien untuk
- BB ideal sesuai dengan tinggi meningkatkan protein dan
badan vitamin C
- Mampu mengidentifikasi - Berikan substasi gula
kebutuhan nutrisi - Yakinkan diet yang
- Tidak ada tanda-tanda dimakan mengandung
malnutrisi tinggi serat untuk
- Menunjukan peningkatan mencegah konstipasi
fungsi pengecapan dari - Berikan makanan yang
menelan terpilih (sudah
- Tidak terjadi penurunan BB dikonsultasikan dengan
yang berarti ahli gizi)
- Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian
Nutrition monitoring

- BB pasien dalam batas


normal
- Monitor adanya
penurunan BB
- Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan, monitor
interaksi anak atau
orangtua selama makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Monitor lingkungan
selama makan
- Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
- Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
- Monitor turgor kulit
- Monitor kekeringan,
rambut kusam dan mudah
patah
- Monitor mual dan muntah
5 Cemas berhubungan NOC: NIC:
dengan diagnosis tumor
Anxiety Control Anxiety Reduction (Penurunan
Kecemasan)
Coping
- Gunakan pendekatan yang
Impulse Control
menenangkan
Kriteria hasil : - Nyatakan dengan jelas
harapan terhadap pelaku
- Klien mampu
pasien
mengidentifikasi dan
- Jelaskan semua prosedur
mengungkapkan gejala
dan apa yang dirasakan
cemas
selama prosedur
- Mengidentifikasikan,
- Pahami prespektif pasien
mengungkapkan, dan
terhadap situasi stres
menunjukkan teknik untuk
mengontrol cemas - Temani pasien untuk
- TTV dalam batas normal memberikan keamanan
- Postur tubuh, ekspresi wajah, dan mengurangi takut
bahasa tubuh, dan tingkat - Berikan informasi faktual
aktivitas menunjukan mengenai diagnosis,
kekurangan kecemasan tindakan prognosis
- Dorong keluarga untuk
menemani anak
- Lakukan back/neck rub
- Dengarkan dengan penuh
perhatian
- Identifiksi tingkat
kecemasan
- Bantu pasien mengenal
situasi yang menimbulkan
kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Intruksikan pasien
menggunakan teknik
relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
6 Resiko infeksi NOC: NIC:
berhubungan dengan Infection Control (Kontrol
Immune Status
pembedahan Infeksi)
Knowledge : Infection Control
- Bersihkan lingkungan
Risk Control setelah dipakai pasien lain
- Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila
Kriteria Hasil : perlu
- Instruksikan pada
- Klien bebas dari tanda dan pengujung untuk mencuci
gejala infeksi tangan saat berkunjung
- Mendeskripsikan proses dan setelah berkunjung
penularan penyakit, faktor yang meninggalkan pasien
mempengaruhi penularan serta - Gunakan sabun
penatalaksanaannya antimikroba untuk cuci
- Meunjukan kemampuan untuk tangan
mencegah timbulnya infeksi - Cuci tangan setiap
- Jumlah leokosit dalam batas sebelum dan sesudah
normal tindakan keperawatan
- Menunjukan perilaku hidup - Gunakan baju, sarung
sehat tangan sebagai alat
pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasanan
alat
- Ganti letak IV perifer san
line cental dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
- Gunakan
katete intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingkatkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik
bila perlu
Infection Protection

(Proteksi Terhadap Infeksi)

- Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemikdan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan
terhadap infeksi
- Batasi pengunjung
- Saring pengunjung
terhadap penyakit menular
- Pertahankan teknik
aspirasi pada pasien yang
berisiko
- Pertahankan teknik isolasi
k/p
- Berikan perawatan kulit
pada area epidema
- Inspeksi kulit dan
membran mukossa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
- Dorong masukan nutrisi
yang cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai
resep
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan
infeksi
- Laporkan kultur positif
7 Kurangnya pengetahuan NOC: NIC:
berhubungan dengan
Knowledge : Disease Process Teaching : disease process
kurangnya informasi
menegenai penyakit dan Knowledge : Health Behavior - Berikan penilaian tentang
pengobatanya tingkat pengetahuan
pasien tentang proses
Kriteria Hasil : penyakit yang spesifik
- Jelaskan patofisiologi dari
- Pasien dan keluarga
penyakit dan bagaimana
menyatakan pemahaman
hal ini berhubungan
tentang penyakit, kondisi,
dengan anatomi dan
prognosis, dan program
fisiologi, dengan cara
pengobatan
yang tepat
- Pasien dan keluarga mampu
- Gambarkan tanda dan
melaksanakan prosedur yang
gejala yang biasa muncul
dijelaskan secara benar
pada penyakit dengan cara
- Pasien dan keluarga mampu
yang tepat
menjelaskan perawat/tim
- Gambarkan proses
kesehatan lainya
penyakit, dengan cara
yang tepat
- Identifikasi kemungkinan
penyebab, dengan cara
yang tepat
- Sediakan informasi pada
pasien tentang kondisi,
dengan cara yang tepat
- Hindari harapan yang
kosong
- Sediakan bagi keluarga
atau SO informasi
tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
- Diskusikan perubahan
gaya hidup yang mingkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi di
masa yang akan datang
atau proses pengontrolan
penyakit
- Eksplorasi kemungkinan
sumber atau dukungan,
dengan cara yang tepat
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, volume 2, EGC.Jakarta.
Carpenito, Linda Juall (1995). Rencana Asuhan & Dokumentasi Keperawatan
(terjemahan).PT EGC, Jakarta.
Digiulio Mary, dkk (2007). Medical Surgical Nursing Demystified. New York Chicago.
Doenges,et al, (2000). Rencana Asuhan Keperawatan (terjemahan),PT EGC. Jakarta.
San Fransisco Lisbon London, (1999).Mexico City Milan New Delhi San Juan Seoul,
Singapore Sydney Toronto.
Soeparman, (1990). Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
Sylvia dan Lorraine (1999). Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi empat, buku kedua.
EGC. Jakarta.
www.laporan-pendahuluan-askep.com/

Anda mungkin juga menyukai