Oleh:
Nama : Moch Agiel Devany Putro Mistoryanto
NIM : P17211193117
Medis………………………………………….………. Di…………………………………
…………………………………….
Malang,
___________________________ _________________________
NIP. NIP.
Atasan Langsung
___________________________
NIP.
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
B. Pengertian
Urolithiasis atau batu saluran kemih merupakan suatu penyakit yang sudah lama
ditemukan. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, laki-laki memiliki risiko lebih
besar dari pada wanita hal ini dikarenakan panjang uretra laki-laki lebih panjang
dari wanita yaitu 17-22,5 cm dan untuk wanita 2,5-3,5 cm.
Urolithiasis adalah terbentuknya batu (kalkulus) dimana saja pada sistem penyalur
urine, tatapi batu pada umumnya terbentuk di ginjal. Batu mungkin terbentuk tanpa
menimbulkan gejala atau kerusakan ginjal yang bermakna, hal ini terutama pada
batu besar yang tersangkut pada pelvis ginjal. Makna klinis batu terletak pada
kapasitasnya menghambat aliran urin atau menimbulkan trauma yang menyababkan
ulserasi dan perdarahan, pada kedua kasus ini terjadi peningkatan predisposisi
infeksi bakteri.
Urolithiasis adalah suatu keadaan terbentuknya batu pada ginjal dan saluran kemih.
Batu dapat ditemukan disetiap bagian ginjal sampai ke kandung kemih dan
ukurannya bervariasi dari deposit granuler kecil, yang disebut pasir atau kerikil,
sampai batu sebesar kandung kemih yang berwarna orange. Bahan-bahan yang
dapat menjadikan batu saluran kemih meliputi :
1. Kalsium fosfat atau oxalate,
2. Purine derivative,
3. Amonium fosfat magnesium (struvite)
4. Cystein,
5. Kombinasi dari materi diatas, dan
6. Obat atau racun (phenytoin, triamterene)
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa urolithiasis merupakan suatu
penyakit yang mengenai sistem perkemihan yaitu adanya batu. Meskipun laki-laki
mempunyai risiko lebih besar tetapi bukan berarti wanita terbebas dari penyakit
tersebut.
C. Etiologi
Pada kebanyakan penderita batu saluran kemih tidak ditemukan penyebab yang
jelas (idiopatik), akan tetapi ada beberapa faktor-faktor yang berperan pada
pembentukan batu saluran kemih, dapat dibagi atas:
1. Faktor endogen ; seperti faktor genetic-familial pada hipersistiuria,
hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.
2. Faktor eksogen ; seperti faktor lingkungan, pekerjaan, makanan, infeksi, dan
kejenuhan mineral dalam air minum.
3. Patogenesis dan patofisiologi.
Batu ureter
1. Kolik, yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa
muntah.
2. Nyeri alih yang khas ke regio inguinal.
3. Perut kembung (ileus paralitik).
4. Hematuria.
5. Pernah mengeluarkan batu kecil saat kencing.
6. Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.
Batu prostat
Pada umumnya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograd.
Batu uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau kandung kemih
yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di
tempat yang agak lebar. Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba
terhenti, menjadi menetes dan nyeri. Penyulitnya dapat berupa terjadinya di
vertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin.
E. Komplikasi
Komplikasi yang timbul dapat berupa kerusakan tubular dan iskemik partial. Selain
itu juga dapat terjadi obstruksi yang menyababkan hidronefrosis, infeksi, dan
gangguan fungsi ginjal
F. Pencegahan
Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat), Meningkatkan konsentrasi
inhibitor pembentukan batu : Sitrat (kalium sitrat 20 meq tiap malam hari, minum
jeruk nipis atau lemon sesudah makan malam), Batu ginjal tunggal (meningkatkan
masukan cairan, mengontrol secara berkala pembentukan batu baru. Pengaturan
diet: Meningkatkan masukan cairan dengan menjaga asupan cairan diatas 2L per
hari (Lotan et al., 2013) Lebih banyak urin yang dikeluarkan maka akan
mengurangi supersaturasi kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat (Meschi,
Nouvenne and Borghi, 2011), Hindari masukan minum gas (soft drinks) lebih 1L
per minggu, Batasi masukan natrium (80 sampai 100 mq/hari), Tingkatkan
konsumsi buah-buahan segar, serat dari sereal gandum dan magnesium serta
kurangi konsumsi daging dapat kurangi resiko pembentukan batu ginjal
G. Pohon Masalah (Dibuat dalam bentuk bagan berdasarkan patofisiologi, prosedur
tindakan, evidence based)
Obat-obatan
Konsumsi Gangguna reabsorbsi dan kebocoran ginjal
(laktasif, antasida, Minerla diangkut bersama
air rendah
diuretik) darah ke seluruh tubuh
Peningkatan mineral di ginjal
Mual muntah
Defisit pengetahuan
Risiko nutrisi
kurang dari
kebutuhan
H. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada pasien urolithiasis adalah
radiografi ginjal, ureter, dan kandung kemih (KUB radiograph). Intra Venous
Pyelogram (IVP) juga sering dilakukan untuk mengetahui tempat sumbatan dan
keparahannya. Urinanalisa menunjukkan hematuria mikroskopis atau gros, sel darah
putih (SDP), perubahan pH, dan kristal kalsium, asam urat, atau sistin yang
menunjukkan batu. Kultur urin menandakan bakteri bila telah terjadi infeksi dan sel
darah putih meningkat Blood Urea Nitrogen (BUN) serum dan kreatinin meningkat
bila terjadi kerusakan ginjal
1. IVP (Intra Venous Pyelogram)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai keadaan anatomi dan fungsi ginjal. Selain itu
IVP dapat mendeteksi adanya batu semi opak ataupun batu non opak yang tidak
dapat terlihat oleh foto polos perut. Jika IVP belum dapat menjelaskan keadaan
sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai
penggantinya adalah pemeriksaan pielografi retrograd (Purnomo, 2003: 64).
2. Analisa urin
Pemeriksaan kimiawi meliputi pemeriksaan pH, protein, dan gula dalam urin.
Pemeriksaan mikroskopi mencari kemungkinan adanya sel-sel darah didalam
urin. Pengkajian makroskopis dengan menilai warna dan bau urin.
3. Darah rutin
Peninngkatan leukosit dan (Laju Endap Darah) LED menandakan aktifnya
proses inflamasi untuk melawan kuman yang menginvasi saluran kemih.
4. Fungsi ginjal
Pemeriksaan BUN, ureum dan kreatinan di dalam serum merupakan uji faal
ginjal yang paling sering dipakai di klinik. Bersihan kreatinin menunjukkan
kemampuan filtrasi ginjal. Dalam menilai faal ginjal, pemeriksaan ini lebih peka
dari pada pemeriksaan kreatinin atau BUN. Kadar klirens normal pada orang
dewasa adalah 80-120ml/menit.
5. Analisa batu
Analisa batu ini adalah pemeriksaan untuk memeriksa jenis batu yang sudah
keluar
dan mencegah kekambuhan kembali.
6. Foto polos abdomen
Foto ini digunakan untuk melakukan skrining untuk pemeriksaan kelainan pada
saluran kemih.
I. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksaan batu saluran kemih adalah menghilangkan obstruksi,
mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri serta mencegah terjadinya gagal ginjal
dan mengurangi kemungkinan terjadinya.
1. Pengurangan nyeri
Tujuan segera dari penanganan kolik renal atau uretra adalah untuk mengurangi
nyeri sampai penyebabnya dapat dihilangkan.
a. Pemberian morfin atau meperidin untuk mencegah syock dan sinkop akibat
nyeri.
b. Mandi air hangat di area pingul.
c. Pemberian cairan, kecuali pada pasien dengan gagal jantung kongestif yang
memerlukan pembatasan cairan. Pemberian cairan dapat meningkatkan tekanan
hidrostatik pada ruangan di belakang batu sehingga mendorong passe batu ke
bawah. Masukan cairan sepanjang hari mengurangi konsentrasi kritaloid urin,
mengencerkan urin dan menjamin haluaran urin yang besar.
2. Pengangkatan batu
Pemeriksaan sitoskopi dan pasase kateter uretral untuk menghilangkan batu yang
menyebabkan obstruksi. Ketika batu ditemukan, dilakukan analisis kimiawi untuk
menentukan komposisinya dan membuktikan indikasi mengenai penyakit yang
mendasari.
a. ESWL (Extracorporal Shock Wave Lithotripsy)
Prinsip dari ESWL adalah memecah batu saluran kencing dengan menggunakan
gelombang kejut yang dihasilkan oleh mesin dari luar tubuh. Sesampainya di batu,
gelombang kejut tadi akan melepas energinya. Alat ini memecah batu ginjal, batu
ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa tindakan invasif dan tanpa pembiusan.
Batu dipecah menjadi fragmenfragmen kecil sehingga mudah dikeluarkan melalui
saluran kemih. Tidak jarang pecahan batu yang sedang keluar akan menimbulkan
perasaan nyeri.
b. Endurologi
Beberapa tindakan endurologi yaitu:
1) PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy)
Pengeluaran batu yang berada di saluran ginjal dengan cara memaksukkan alat
endoskopi ke sistem kalises melalui insisi pada kulit. Batu kemudian dikeluarka
atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
2) Litotripsi
Memecah batu buli-buli atau uretra dengan memasukkan alat pemecah batu ke
dalam buli-buli. Pecahan batu dikeluarkan dengan evakuator Ellik.
3) Ureteroskopi
Memasukkan alat uretroskopi peruretram guna melihat keadaan ureter atau
sistem pielo-kaliks ginjal. Dengan memakai energy tertentu batu yang berada di
dalam ureter maupun sistem pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan
ureteroskopi ini.
4) Ekstansi Dormia
Pengeluaran batu ureter dengan menjarinngnya melalui alat keranjang Dormia.
5) Bedah Laparaskopi
Pembedahan laparaskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang
berkembang. Cara ini banyak dipakai untuk menngambil batu ureter.
6) Bedah Terbuka
Pembedahan terbuka itu antara lain : pielolitotomi atau nefrolitotomi, untuk
mengambil batu pada saluran ginjal, dan ureterolitotomi untuk mengambil batu
di ureter. Tidak jarang pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak berfungsi dan berisi nanah
(pionefrosis), korteksnya sudah sangat tipis, atau mengalami pengerutan akibat
batu saluran kemih yang menimbulkan obstruksi dan infeksi yang menahun.
Selain itu obat-obatan yang dapat digunakan antara lain :
a) Batu asam urat dengan obat potasium alkali dan allopurinol.
b) Batu karena infeksi (strufit) dengan antibiotika dan AHA ( Amino Hydroxamic
Acid).
c) Batu kalsium dengan natrium selulosa fosfat, thiazide, orthofosfat, potasium
sitrat, magnesium sitrat, allopurinol, potasium alkali, pyridoxin, kalsium
suplemen.
J. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian
a. Data objektif mencakup :
1) Riwayat adanya infeksi saluran kemih kronis, obstruksi sebelumnya.
2) Menngeluh nyeri akut, berat, nyeri kholik
3) Penurunan haluaran urin, kandung kemih penuh, rasas terbakar, dan
dorangan berkemih.
4) Mual/ muntah, nyeri tekan abdomen.
5) Riwayat diit tinggi purin, kalsium oksalat, dan/atau fosfat.
6) Tidak minum air dengan cukup.
b. Data obyektif meliputi :
1) Peningkatan tekanan darah dan nadi.
2) Kulit pucat.
3) Oliguria, hematuria.
4) Perubahan pola berkemih.
5) Distensi abdominal, penurunan atau tidak ada bising usus.
6) Muntah.
7) Nyeri tekan pada arae ginjal saat dipalpasi.
c. Riwayat penyakit sekarang
1) Penurunan haluaran urin.
2) Kandung kemih, rasa terbakar.
3) Dorongan berkemih, mual/muntah.
4) Nyeri abdomen.
5) Nyeri punggung.
6) Nyeri panggul.
7) Kolik ginjal.
8) Kolik uretra.
9) Nyeri waktu kencing.
10) Lamanya nyeri.
11) Demam.
d. Riwayat penyakit yang lalu
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Obstruksi sebelumnya.
3) Riwayat kolik ginjal/ bleder tanpa batu yanng keluar.
4) Riwayat trauma saluran kemih.
e. Riwayat penyakit keluarga
1) Riwayat adanya ISK kronis.
2) Penyakit atau kelainan gagal ginjal lainnya.
f. Pemeriksaan fisik
Kepala
1) Rambut
Pada klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan pada rambut akan terlihat sedikit
berminyak karena klien belum mampu mencuci rambut karena keterbatasan gerak
klien.
2) Mata
Pada klien dengan batu ginjal pada pemeriksaan mata, penglihatan klien baik, mata
simetris kiri dan kanan, sklera tidak ikterik.
3) Telinga
Pada klien dengan batu ginjal tidak ada gangguan pendengaran, tidak adanya serumen,
telinga klien simetris, dan klien tidak merasa nyeri ketika di palpasi.
4) Hidung
Klien dengan batu ginjal biasanya pemeriksaan hidung simetris, bersih, tidak ada
sekret, tidak ada pembengkakan.
5) Mulut
b) Leher
Klien dengan batu ginjal tidak ada pembengkakan kelenjer tiroid.
c) Thorak
1) Paru- paru
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal dadanya simetris kiri kanan.
Klien dengan batu ginjal kebersihan mulut baik, mukosa bibir kering.
Palpasi : Pada klien dengan batu ginjal saat dilakuan palpasi tidak teraba massa.
Perkusi : Pada klien dengan batu ginjal saat diperkusi di atas lapang paru bunyinya
normal.
Auskultasi : klien dengan batu ginjal suara nafasnya normal
2) Jantung
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak terlihat.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal ictus cordis tidak teraba.
Perkusi :Suara jantung dengan kasus batu ginjal berbunyi normal.
Auskultasi :Reguler, apakah ada bunyi tambahan atau tidak.
d) Abdomen
Inspeksi :Klien dengan batu ginjal abdomen tidak membesar atau menonjol, tidak
terdapat luka operasi tertutup perban, dan terdapat streatmarc
Auskultasi :Peristaltik normal.
Palpasi :Klien dengan batu ginjal tidak ada nyeri tekan.
Perkusi :Klien dengan batu ginjal suara abdomen nya normal (Timpani).
e) Ekstermitas
Klien dengan batu ginjal biasanya ekstremitasnya dalam keadaan normal.
f) Genitalia
Pada klien dengan batu ginjal klien tidak ada mengalami gangguan pada genitalia.
Data Psikologis
Konsep diri terdiri atas lima komponen yaitu :
a) Citra tubuh
Sikap ini mencakup persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai
dan tidak disukai.
b) Ideal diri
Persepsi klien terhadap tubuh, posisi, status, tugas, peran, lingkungan dan terhadap
penyakitnya.
c) Harga diri
Penilaian/penghargaan orang lain, hubungan klien dengan orang lain.
d) Identitas diri
Status dan posisi klien sebelum dirawat dan kepuasan klien terhadap status dan
posisinya.
e) Peran
Seperangkat perilaku/tugas yang dilakukan dalam keluarga dan kemampuan klien
dalam melaksanakan tugas.
6. Data Sosial dan Budaya
Dikaji mengenai hubungan atau komunikasi klien dengan keluarga, tetangga,
masyarakat dan tim kesehatan termasuk gaya hidup, faktor sosial kultural dan
support sistem.
7. Stresor
Setiap faktor yang menentukan stress atau menganggu keseimbangan. Seseorang
yang mempunyai stresor akan mempersulit dalam proses suatu penyembuhan
penyakit.
8. Koping Mekanisme
Suatu cara bagaimana seseorang untuk mengurangi atau menghilangkan stres yang
dihadapi.
9. Harapan dan pemahaman klien tentang kondisi kesehatan Perlu dikaji agar tim
kesehatan dapat memberikan bantuan dengan efisien.
10. Data Spiritual
Pada data spiritual ini menyangkut masalah keyakinan terhadap tuhan Yang Maha
Esa, sumber kekuatan, sumber kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan dan
kegiatan keagamaan yang ingin dilakukan selama sakit serta harapan klien akan
kesembuhan penyakitnya.
g. Test diagnostik
1) Urinalisis.
2) Urine kultur (infeksi, hematuri, kristal).
3) Radiografi (Computed Tomografi Scan, IVP (Intra Venous Pylogram)).
4) Endoscopi.
5) Cystocopy.
6) Ureteroscopy.
7) Nephroscopy.
8) Laboratorium (tes kimia serum; identifikasi kalsium, phospate, oksalat,
cystin, fungsi renal ; darah lengkap, urine 24 jam, ekskresi phospate,
kalsium, asam urat, kreatinin, dan analisa batu (komposisi batu)(KMB-2-
Komprehensif.pdf, t.t.)
KMB-2-Komprehensif.pdf. (t.t.).
PPNI, D. (t.t.). SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Edisi, 1.
Pengurus Pusat.
BIODATA
Nama : Tn. Z
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 55 tahun
Status Perkawinan : kawin
Pekerjaan : PNS
Agama : islam
Pendidikan Terakhir : S-1
Alamat : Jl. Mawar
No. Regester : 3333xxxx
Tanggal MRS : 31 mei 2018
Tanggal Pengkajian : 2 juni 2018
Diagnosa Medis : urolithiasis
Genogram Tn. Z
Keterangan:
⊠ : laki-laki sudah meninggal
⊗ : perempuan sudah meninggal
▭ : laki-laki
◯ : perempuan
: pasien
: tinggal 1 rumah
2. Waktu Bangun :
Sebelum sakit : sebelum sakit bangun sekitar jam 4
Selama sakit : selama sakit bangun sekitar jam 4
B. POLA ELIMINASI :
1. BAB :
Sebelum sakit : BAB teratur setiap hari pada pagi hari. Bentuk dan warna feses lunak
berwarna kuning.
Selama sakit : Selama di rumah sakit sejak tgl 31 mei 2018 pasien belum BAB
2. BAK :
Sebelum sakit : Buang air kecil tidak lancer, nyeri dan panas, warna urin keruh bercampur
darah
Selama sakit : Buang air kecil lancar, nyeri, warna urin keruh bercampur darah
3. Kesulitan BAB/BAK : Buang air kecil terasa nyeri
4. Upaya/ Cara mengatasi masalah tersebut :
Minum air putih banyak, obat analgetik dan antibiotik
DATA PSIKOSOSIAL
A. Pola Komuniasi : baik
B. Orang yang paling dekat dengan Klien : istri
C. Rekreasi :
Sebelum sakit : liburan dengan keluarga
Selama sakit : tidak
Hobby : memancing ikan
Penggunaan waktu senggang : memancing ikan, istirahat
D. Dampak dirawat di Rumah Sakit : tidak ada
E. Hubungan dengan orang lain / Interaksi social : baik
F. Keluarga yang dihubungi bila diperlukan : istri Tn. Z
DATA SPIRITUAL
A. Ketaatan Beribadah :
Sebelum sakit : pasien taat beribadah
Selama sakit : tidak
B. Keyakinan terhadap sehat / sakit : pasien yakin sakitnya bisa membuat dirinya menjadi lebih
baik lagi
C. Keyakinan terhadap penyembuhan : pasien yakin bisa sembuh
PEMERIKSAAN FISIK :
A. Kesan Umum / Keadaan Umum : Compos mentis/ GCS: E4M6V4
B. Tanda-tanda Vital
Suhu Tubuh : 36,6 ° C Nadi : 87x/menit
Tekanan darah : 120/70 mmHg Respirasi : 22 x/menit
Tinggi badan : 170 cm Berat Badan : 68 kg
C. Pemeriksaan Kepala dan Leher :
1. Kepala dan rambut
a. Bentuk Kepala : lonjong
Ubun-ubun : bersih
Kulit kepala : Kulit lembab berwarna sawo matang, tidak terdapat lesi,
pertumbuhan rambut merata. Turgor kulit baik.
b. Rambut : lurus, hitam, tebal
Penyebaran dan keadaan rambut : merata
Bau : tidak berbau
Warna : hitam
c. Wajah : lonjong, bersih, tidak ada lesi
Warna kulit : sawo matang
Struktur Wajah : lengkap
2. Mata
a. Kelengkapan dan Kesimetrisan : lengkap dan simetris
b. Kelopak Mata ( Palpebra ) : merah muda
c. Konjunctiva dan sclera : Konjungtiva tidak anemis, sklera baik
d. P u p I l : reflek pupil baik, dilatasi pupil normal
e. Kornea dan Iris : normal
f. Ketajaman Penglihatan / Virus : *) normal
g. Tekanan Bola Mata : *) normal
3. HIdung
a. Tulang Hidung dan Posisi Septum Nasi : normal
b. Lubang Hidung : normal, tidak ada lesi
c. Cuping Hidung : tidak
4. Telinga
a. Bentuk Telinga : normal
Ukuran Telinga : normal
Ketegangan telinga : tidak
b. Lubang Telinga : normal, tidak ada cairan
c. Ketajaman pendengaran : normal
5. Mulut dan Faring : bersih, tidak berbau
a. Keadaan Bibir : bersih, mukosa bibir lembab
b. Keadaan Gusi dan Gigi : bersih, tidak ada gigi palsu, gigi rapat, berwarna
sedikit kekuningan
c. Keadaan Lidah : normal, tidak ada lesi
6. Leher :
a. Posisi Trakhea : normal
b. Tiroid : normal, tidak ada pembesaran
c. Suara : normal
d. Kelenjar Lymphe : normal, tidak ada pembesaran
e. Vena Jugularis : normal
f. Denyut Nadi Coratis : normal
G. Pemeriksaan Abdomen
a. Inspeksi
- Bentuk Abdomen : rata, terdapat luka jahitan di perut sebelah kanan atas
- Benjolan/massa : tidak ada
b. Auskultasi
- Peristaltik Usus : Bising usus 10 kali/menit.
- Bunyi Jantung Anak/BJA : normal
c. Palpasi
- Tanda nyeri tekan : Tidak teraba adanya pembengkakan, terdapat nyeri tekan
pada daerah Abdomen kuadran atas sinistra di sekitar luka jahitan
J. Pemeriksaan Neorologi
1. Tingkat kesadaran ( secara kwantitatif )/ GCS : compos mentis/ GCS: E4M6V4
2. Tanda-tanda rangsangan Otak ( Meningeal Sign ) : normal
3. Fungsi Motorik : normal
4. Fungsi Sensorik : normal
5. Refleks :
a) Refleks Fisiologis : normal
a) Refleks Patologis : tidak
2. Rontgen :
3. ECG :
4. USG :
5. Lain – lain :
Foto batu pada ginjal
PENATALAKSANAAN DAN TERAPI
MASALAH MASALAH
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN DITEMUKAN TERATASI
Tgl Paraf Tgl Paraf
1 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d 2 juni 4 juni
Pasien mengeluh nyeri pada bagian 2018 2018
bekas luka operasi di pinggang sebelah
kanan, nyeri seperti ditusuk-tusuk, skala
nyeri 5, hilang timbul, durasi nyeri 1-2
menit. Pasien mengatakan nyeri ketika
BAK, urine berwarna keruh bercampur
darah, Terdapat balutan luka bekas
operasi di perut bagian kanan atas ± 5
cm, pasien terlihat meringis, gerakan
pasien menghindari daerah nyeri
(D.0077)
2 Risiko infeksi d.d Pasien mengatakan 2 juni 4 juni
balutan bekas operasi berdarah dan 2018 2018
terasa sakit, Terdapat balutan luka bekas
operasi di bagian kanan atas ± 5 cm,
daerah sekitar balutan luka tampak
kemerahan, dan terdapat bercak darah
pada balutan (D.0142)
3 Pasien mengatakan lemas, mual, pusing, 2 juni 4 juni
nafsu makan menurun, makan habis 2018 2018
setengah porsi, pasien tampak lemah
(D.0032)
PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. Z
Umur : 55 tahun
No. Reg. : 3333xxxx
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. Z
Umur : 55 tahun
No. Reg. : 3333xxxx
EVALUASI KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. Z
Umur : 55 tahun
No. Reg. : 3333xxxx
NAMA PASIEN : Tn. H DX MEDIS: Post op fraktur 1/3 radius distal dextra
UMUR : 26 tahun NO REGISTER: 7777xxxx
Perawatan luka
(1.14564)
Observasi
5. Memonitor
karakteristik
luka (mis.
Drainase,
warna,
ukuran, bau)
6. Memonitor
tanda-tanda
infeksi
Teraupetik
7. Melepaskan
balutan dan
plester secara
perlahan
8. Membersihka
n dengan
cairan NaCl
atau
pembersih
non toksik,
sesuai
kebutuhan
9. Membersihlka
n jaringan
nekrotik
10. Memasang
balutan sesuai
jenis luka
11. Mempertahan
kan teknik
steril saat
melakukan
perawatan
luka
12. Mengganti
balutan sesuai
eksudat dan
drainase
Kolaborasi
13. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
(injeksi
cefotaxime
2x1 gr)