A. KONSEP MEDIS
1. Pengertian
Hidronefrosis ialah dilatasi dan distensi sistem pengumpulan urin di satu
ataupun kedua ginjal karena adanya sumbatan di aliran urin distal pelvis ginjal
(yaitu, ureter, kandung kemih, dan uretra). Pelebaran ureter akibat obstruksi aliran
keluar urin disebut hidroureter. Hidronefrosis ialah pembesaran ginjal yang
disebabkan oleh penimbunan urin yang terjadi saat aliran urin tidak menuju dari
ginjal ke kandung kemih karena adanya sumbatan. Hidronefrosis bisa terjadi di
satu atau kedua ginjal. Hidronefrosis terjadi ketika aliran urin tersumbat atau
ketika urin telah mengalir kembali ke kandung kemih (dikenal sebagai refluks)
dan dapat menyebabkan pembesaran panggul ginjal. (National Kidney
Foundation, 2015)
2. Etiologi
Hidronefrosis biasanya terjadi akibat adanya sumbatan pada sambungan
ureteropelvik (sambungan antara ureter dan pelvis renalis) yaitu :
a. Kelainan struktural, misalnya jika masuknya ureter ke dalam pelvis renalis
terlalu tinggi
b. Lilitan pada sambungan ureteropelvik akibat ginjal bergeser ke bawah;
c. Batu di dalam pelvis renalis
d. Penekanan pada ureter oleh jaringan fibrosa, arteri atau vena yang letaknya
abnormal, dan tumor.
Dorongan
Dindingekspulsi
abdomenisi
lambungmuntah
ke atas
kebergerak
mulut
9. Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu :
1) Pemeriksaan Laboratorium
Urinalisis piura memperlihatkan infeksi. Hematuria mikroskopis bisa
memperlihatkan bahwa ada nefrolitiasis ataupun tumor. Hasil dari
pemeriksaan sel darah lengkap ialah leukositosis dapat mengindikasikan
infeksi akut. Hasil dari pemeriksaan kimia serum ialah Hidronefrosis pada
kedua ginjal serta hidroureter bisa menyebabkan menigkatnya kadar pada
BUN serta kreatinin. Hiperkalemia bisa berakibat mengancam jiwa.
2) Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi ialah proses yang cepat,tidak mahal, dan akurat digunakan
mendeteksi hidronefrosis serta hidroureter, akan tetapi keakuratannya
mungkin berpegangan pada saat pengguna. Ultrasonografi biasanya berguna
untuk tes skrining digunakan menegakkan diagnosis dan hidronefrosis.
3) Pyelography Intravena (IVP)
Pielografi intravena bermanfaat untuk menetapkan eksistensi serta dari
penyebab hidronefrosis serta hidroureter. Intraluminal adalah penyebab yang
gampang untuk diidentifikasi didasarkan hasil IVP
4) CT Scan
CT Scan memiliki peran penting dalam evaluasi hidronefrosis dan
hidroureter. Proses retroperitoneal menyebabkan obstruksi ekstrinsik dari
ureter dan kandung kemih dapat dievaluasi dengan sangat baik pada CT Scan.
10. Penatalaksanaan medis
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki penyebab
darihidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk mempertahankan dan melindungi
fungsi ginjal.Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui tindakan
nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani dengan agen anti
mikrobial karena sisaurin dalam kaliks akan menyebabkan infeksi dan
pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan mengangkat lesi obstrukstif
(batu, tumor, obstruksi ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan
hancur maka nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan
Bare, 2002)
11. Pengobatan
a. Hidronefrosis akut
1. jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri yang
hebat,maka air kemih yang terkumpul diatas penyumbatan segera
dikeluarkan (biasanya melalui sebuah jarum yang dimasukkan melalui
kulit)
2. Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau terdapat batu,maka
bisa dipasang kateter pada pelvis renalis untuk sementara waktu
b. hidronefrosis kronik
1. Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi penyumbatan air
kemih
2. Ureter yang menyempit atau abnormal bisa diangkat melalui pembedahan
dan ujung-ujungnya disambungkan kembali
3. Dilakukan pembedahan untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa.
Jika sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka dilakukan
pembedahan untuk melepaskan ureter dan menyambungkannya kembali di
sisi kandung kemih yang berbeda
4. Jika uretra tersumbat, maka pengobatannya meliputi:
a. terapi hormonal untuk kanker prostat
b. pembedahan
c. pelebaran uretra dengan dilator
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1. Biodata
a. Identitas Klien
1) Nama, nama klien sangat dibutuhkan sebagai identitas klien
2) Umur, umur dapat mengidentifikasi penyebab dari hidronefrosis
yang terjadi pada orang dewasa.
3) Jenis kelamin, jenis kelamin bisa untuk identifikasi penyebab
misalnya pada pria lansia penyebab tersering ialah akibat obstruksi
uretra pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat. Pada
perempuan hamil bisa terjadi akibat pembesaran uterus.
4) Agama
5) Pendidikan
6) Pekerjaan, pekerjaan klien dapat berpengaruh terhadap penyebab
klien menderita hidronefrosis, misalnya sopir atau sekretaris yang
pekerjaannya banyak untuk duduk sehingga meningkatkan statis
urine.
7) Status kawin
2. Riwayat kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat pasien terdahulu mungkin pernah mengalami penyakit batu
ginjal, tumor, pembesaran prostat, ataupun kelainan kongenital.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Riwayat kesehatan sekarang ialah status kesehatan klien saat ini seperti
klien berkemih sedikit tergantung periode penyakit, nyeri saat
berkemih, nyeri panggul.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga pasien ada yang menderita penyakit polikistik ginjal
herediter, diabetes mellitus, serta penyakit ginjal yang lain.
3. Pengkajian Keperawatan
a. Aktivitas dan istirahat meliputi kelelahan, kelemahan, malaise
b. Integritas ego, seperti faktor stress, perasaan tidak berdaya, menolak
cemas, marah.
c. Elimasi, penurunan frekuensi, oliguri, anuri, perubahan warna urin.
d. Makanan/cairan, penurunan berat badan karena malnutrisi, anoreksia,
mual, muntah.
e. Nyeri/kenyamanan, nyeri abdomen, nyeri tulang rusuk dan tulang
panggul, gelisah, distraksi tergantung derajat keparahan.
f. Interaksi sosial, tidak mampu bekerja, tidak mampu menjalankan peran
seperti biasa.
g. Persepsi diri, kurangnya pengetahuan, gangguan body image.
h. Sirkulasi, peningkatan tekanan darah, kulit hangat dan pucat
b. Data Objektif
1. Pengkajian Fisik
a. Kulit:
Warna kulit sawo matang, turgor cukup.
b. Kepala:
Mesochepal, rambut hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut.
c. Mata:
d. Conjungtiva merah mudah, sclera putih, pupil bulat, isokor, diameter 3
mm, reflek cahaya (+/+).
e. Telinga: Simetris, serumen (+/+) dalam batas normal.
f. Hidung: simetris, septum di tengah, selaput mucosa basah.
g. Mulut: gigi lengkap, bibir tidak pucat, tidak kering
h. Leher: trachea di tengah, kelenjar lymphoid tidak membesar, kelenjar
tiroid tidak membesar, tekanan vena jugularis tidak meningkat.
i. Thorax :
Jantung: Ictus cordis tidak tampak dan tidak kuat angkat, batas jantung
dalam batas normal, S1>S2, regular, tidak ada suara tambahan.
Paru-paru: Tidak ada ketinggalan gerak, vokal fremitus kanan = kiri,
nyeri tekan tidak ada, sonor seluruh lapangan paru, suara dasar
vesikuler seluruh lapang paru, tidak ada suara tambahan.
j. Abdomen :
Inspeksi: Perut datar, tidak ada benjolan
Auskultasi: Bising usus biasanya dalam batas normal.
Perkusi: Timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi: ada nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba, tidak teraba
massa.
k. Ekstremitas
Superior: tidak ada deformitas, tidak ada oedema, tonus otot cukup.
Inferior : deformitas (-), jari tabuh (-), pucat (-), sianois (-), oedema (-),
tonus otot cukup.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Aktual
1) Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi akut
2) Perubahan pola eliminasi urine berhubungan dengan penyempitan
ureter/uretra
3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual
dan muntah.
4) Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.
b. Resiko
1) Resiko infeksi berhubungan dengan insisi pembedahan, imobilitas, dan
terpasang kateter.
2) Resiko perfusi renal tidak efektif.
3. Rencana Keperawatan
dokter terkait
pemberian obat-
obatan yang ad
aindikasi
4. Hipertermi Tujuan: a. Monitoring TTV. a. Memantau suhu setip saat
berhubungan apakah normal, atau terjadi
Suhu tubuh pasien b. Beri kompres air
dengan proses peningkatan.
normal hangat.
infeksi.
b. Menurunkan suhu tubuh
Kriteria hasil: c. Jaga lingkungan
sampai batas normal.
Pasienmenunjukkan sekitar pasien.
suhu normal. c. Pasien tetap nyaman
d. Anjurkan keluarga
dengan mengatur suhu
memakaikan baju
ruangan.
tipis.
d. Metabolisme dalam tubuh
e. Anjurkan keluarga
tidak meningkat.
untuk membatasi
aktivitasklien. e. Untuk mempercepat proses
penyembuhan.
f. Kolaborasi dengan
tim medis dalam f. Akan meredakan
pemberian obat hipotalamus sebagai pusat
penurun panas. mengatur panas
Contohparacetamol. sehinggapanas tubuh
berangsur-angsur turun.